Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda

advertisement
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan
Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda
Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat
Foto tanggal 09 – 12 Agustus 2016
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jendral, Kemendikbud
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan
B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda
C. Sejarah Singkat Kuda Renggong
D. Pengertian Seni Kuda Renggong
E. Perlengkapan Seni Kuda Renggong
a) Atribut Kuda Renggong
b) Alat Musik Seni Kuda Renggong
F.
Hasil Penyusunan Data Awal Master Referensi Nilai Budaya Tak
Benda Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat
A. Padepokan Lodaya
G. Nilai Budaya
Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda
Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat
Latar Belakang dan Tujuan
1. Membangun satu Master Referensi Nilai Budaya Tak Benda
2. Membangun Informasi Kebudayaan, Pendidikan dan Bahasa yang terintegrasi
Batasan Verifikasi Validasi
1. Verifikasi dan Validasi Seni Kuda Renggong di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa
Barat
Waktu Pelaksanaan: Tgl 09 s/d 12 Agustus 2016
Yang Terlibat
1. Tim Pusat
a. Ecep Idris (PDSPK – Kemendikbud)
b. Iis Iswanto (PDSPK – Kemendikbud)
2.
3.
Tim Dinas Kebudayaan Kabupaten Sumedang
Narasumber Maestro Kuda Renggong
Pengertian Warisan Budaya Tak Benda
Warisan Budaya Tak Benda merupakan warisan budaya yang tidak bisa diindera dengan mata dan
tangan, namun sebuah warisan budaya tak benda (WBTB) hanya bisa diindera dengan telinga dan
akal budi. Warisan Budaya Tak Benda meliputi juga tradisi dan ekspresi lain, termasuk bahasa, seni
pertunjukan, adat istiadat masyarakat, ritual dan perayaan - perayaan.
Contoh dari macam-macam warisan budaya tak benda antara lain lagu daerah, tarian daerah,
upacara adat, makanan tradisional, dan lain sebagainya. Di dalam Warisan Budaya Tak benda
terkandung nilai-nilai luhur nenek moyang yang harus kita lestarikan.
Sumber : http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/2319/seluk-beluk-warisan-budaya-takbenda
Sejarah Seni Kuda Renggong
Kuda renggong adalah sebutan bagi kuda yang pandai menari. Pada awalnya sebutan kuda renggong adalah Kuda Igel
(kuda yang menari), nama Igel berubah menjadi nama Renggong. Kata Renggong di dalam Kuda Renggong merupakan metatesis dari
kata ronggeng yaitu kamonesan (keterampilan) cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik terutama
kendang (Ganjar Kurnia: 2003,3). Jenis ternak kuda mulai tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Kanjeng Pangeran Aria
Suria Atmaja yang bergelar Pengeran Mekah, sekitar tahun 1882-1919 beliau ingin memajukan peternakan dengan mendatangkan
bibit kuda yang unggul dari Pulau Sumba dan Sumbawa. Pada masa itu kuda dipergunakan sebagai alat perhubungan dan kendaraan
perang oleh para Dalem Sumedang. Pengeran Mekah mempergunakan juru ternak kepada salah seorang tokoh masyarakat asal
daerah Cikurubu Kecamatan Buahdua yang bernama Bapak Bidin dan mempunyai anak bernama Sipan. Setelah tumbuh dewasa Sipan
dipercaya untuk mengembangkan ternak kuda Bapaknya dan bahkan dipercaya oleh pangeran Mekah untuk mengembangkan
ternaknya.
Menurut salah satu tokoh kuda renggong sekaligus Ketua Paguyuban Seni Kuda Renggong Kabupaten Sumedang
(PASKURES) Bapak Encep Suharna di desa Pasireungit kecamatan Paseh – sumedang, Kuda Renggong muncul pada tahun 1910, di
desa Cikurubuk kecamatan Buah dua Kabupaten Sumedang dipopulerkan oleh Aki Sipan. Saking deketnya dengan kuda Aki Sipan
tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu dengan cara mengamati gerak gerik kuda. Dari hasil pengamatannya, Aki Sipan
menyimpulkan kuda bisa dilatih mengikuti gerakan yang diinginkan manusia. Dengan ketekunan yang dimiliki oleh Aki Sipan,
membuat kuda dapat dilatih agar bisa menggangguk-angguk, mengangkat-angkat kakinya dan berbaris rapih seperti menari, sehingga
kuda yang bisa menari inilah yang diberi nama Kuda Renggong. Kuda pertama yang dilatih oleh Aki Sipan adalah Si Cengek dan Si
Dengek. Pada saat itu banyak diikuti oleh beberapa orang pemilik kuda yang melatih kudanya menjadi kuda renggong dan
menyewakan pertunjukan kuda renggong kepada masyarakat dengan iringan musik Kendang Pencak. Pertunjukkan kuda Renggong
sebagai seni kuda menari diawali pada tahun 1910 di tempat kediaman Dalem Sumedang (Bupati jaman dahulu) pada acara khitanan
cucu “Kanjeng Dalem”.
Pengertian Seni Kuda Renggong
Kuda Renggong adalah seni pertunjukan rakyat yang memerankan kuda sebagai pemeran utamanya,
yang paling menarik dari kesenian rakyat ini yaitu penampilan seekor kuda yang dapat menggerak-gerakan badannya
sesuai dengan musik yang menjadi iringannya (Atik Soepandi,dkk). Sedangkan menurut salah satu seniman Kuda
Renggong Encep Suharna mengatakan, seni kuda renggong merupakan seni hiburan dalam rangka pesta rakyat yang
dalam pementasannya terdapat penari, kuda renggong dan alat musik sebagai pengiringnya yang menjadi satu
kesatuan yang saling berkesinambungan. Dalam pertunjukanya, Kuda Renggong memiliki 2 kategori bentuk
pertunjukan, antara lain:
1. Acara khitanan: pertunjukan Kuda Renggong dilaksanakan sebelum anak disunat, setelah selesai diupacarai dan
diberi doa, lalu dengan berpakaian wayang tokoh Gatotkaca, dinaikan ke atas kuda Renggong lalu diarak
mengelilingi desa.
2. Festival Kuda Renggong: dalam sebuah pertunjukan ini para peserta lengkap dengan rombongannya masingmasing mewakili desa atau kecamatan se-Kabupaten Sumedang kemudian dikumpulkan di area awal
keberangkatan, biasanya di jalan raya depan kantor Bupati, kemudian dilepas satu persatu mengelilingi rute
jalan yang telah ditentukan panitia.
Para pemain Kuda Renggong pada umumnya adalah laki-laki dewasa yang tergabung dalam sebuah
kelompok yang terdiri atas seorang pemimpin kelompok (pelatuk), pemain waditra (alat musik), dan satu atau dua
orang pemain silat. Para pemain ini adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan khusus, baik dalam menari
maupun memainkan waditra, karena dalam sebuah pertunjukan kuda renggong yang bersifat kolektif diperlukan
suatu tim yang solid agar semua gerak tari yang dimainkan dapat selaras dengan musik yang dimainkan oleh para
pemain waditra.
Cara Melatih Kuda Renggong 1
Foto: Verval wbtp 10 Agustus 2016
Tidak semua kuda bisa dilatih untuk bisa menari, pada umumnya
standar umur kuda mulai dilatih menari sekitar umur 6 tahun,
kecerdasan dan temperamen kuda perlu diperhatikan.
Mengingatkan yang akan menunggang Kuda Renggong adalah
anak-anak. (Euis Suhaenah, 2004).
Menurut narasumber Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda
Renggong, pada dasarnya semua hewan jika ingin jinak harus
terbiasa dengan keberadaan manusia, begitu pula dengan kuda,
pelatih Kuda Renggong terlebih dahulu melakukan pendekatan
dengan kuda tersebut supaya kuda menjadi jinak dan
mempermudah untuk dilatih. Selain itu, tidak hanya manusia yang
memiliki rasa demam panggung saat berada pada sebuah
pementasan, kuda juga bisa mengalami demam panggung saat
pentas. Untuk itu ketika berlatih hendaklah kuda dibawa ke tempat
yang ramai tujuannya agar kuda tidak takut saat dikerumuni banyak
orang dan tidak mengalami demam panggung saat pentas.
Biasanya kuda dibawa berlari-lari ke jalan oleh dua orang pelatih
dan diberi pecutan, kuda tersebut dilatih setiap hari selama kurang
lebih 8 bulan, agar kuda lebih lincah dalam menari maka lebih baik
lagi jika dilatih hingga 2-3 tahun. Ketika dilatih kuda tidak serta
merta langsung bisa menari sesuai irama musik, tetapi cara
melatih kuda dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu yaitu :
1.
Tahun ke-1 kuda dilatih untuk bisa menari
2.
Tahun ke-2 kuda dilatih menari disertai dengan alunan musik
3.
Tahun ke-3 kuda dilatih menari dengan alunan musik sambil
dinaiki oleh anak kecil atau orang dewasa.
Cara Melatih Kuda Renggong 2
Gerakan kuda menurut Aki Sipan:
1)
2)
3)
4)
Kuda Blaster
5)


Kuda Sandel
Adean adalah gerakan lari kuda melintang (malang) yaitu gerakan lari kuda
kepinggir.
Torolong adalah gerakan lari kuda dengan langkah kaki kuda pendek-pendek
namun cepat.
Derap/jorog adalah gerakan langkah kaki kuda jalan biasa artinya tidak lari
namun gerakannya cepat.
Congklang adalah gerakan lari dengan cepat kaki sama-sama kearah depan
(Kuda Pacu)
Anjing Minggat adalah gerakan langkah kaki kuda setengah lari.
Jenis kuda yang dipergunakan untuk Kuda Renggong adalah:
Kuda Blaster Merupakan kuda hasil perkawinan silang antara kuda lokal
Sumbawa dengan kuda Australi, jenis kuda ini mempunyai daya ingat yang
kuat, dilatih dengan cara halus dan biasanya lebih sering tinggal di dalam
kandang. Umumnya memiliki tinggi sekitar 150 cm
Kuda Sandel merupakan Kuda Lokal asli Indonesia dari pulau Sumba di
Provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia, dilatih dengan melakukan kekerasan
dengan cara diberikan pecutan kecil dan lebih sering tinggal di luar (dilepas).
Foto: Verval wbtp 10 Agustus 2016
Atribut Kuda Renggong
Atribut yang digunkaan dalam menunjang penampilan Kuda
Renggong sangat lengkap diantaranya adalah:
- Sela yaitu tempat atau alat untuk duduk penunggang kuda
- Mahkuta yaitu Penghias kepala kuda
- Sangawedi yaitu pijakan kaki bagi penunggang
- Apis Tali yaitu tali penahan sela yang dihungkan dengan pangkal ekor
kuda
- Eles yaitu tali kemudi kuda
- Kadali yaitu besi yang dipasang pada mulut kuda untuk mengikatkan tali
kendali
- Ebeg yaitu hiasan sela
- Sebrak yaitu lapisan dibawah sela agar punggung kuda tidak luka
maupun lecet
- Andong yaitu sabuk yang diikatkan kebagian perut kuda sebagai
penguat sela agar tidak mudah lepas dari punggung kuda Tabel
Foto: Verval wbtp 10 Agustus 2016
Atribut Kuda Renggong
Mahkuta
Apis
Sela dan Sangawedi
Kadali
Alat Musik Seni Kuda Renggong
Foto: Verval wbtp 11 Agustus 2016
Pada zaman dahulu alat musik yang digunakan sebagai
pengiring seni kuda renggong hanya menggunakan dog-dog
(alat musik sejenis genderang terdiri atas sehelai selaput kulit
sapi) dan angklung. Namun seiring dengan perkembangan
seni tradisional sunda dan jawa barat, alat musik pengiring
seni Kuda Renggong mengalami 3 proses perubahan
diantaranya periode pertama; menggunakan alat musik
Kendang Pencak yang merupakan “musik buhun” atau alat
musik untuk mengiringi tarian pencak silat, terdiri dari
gendang, gong, kecrek, trompet dan kenong. Selanjutnya
periode kedua; musik pengiring Kuda Renggong berkembang
dengan adanya musik Tanji alat musik yang digunakan adalah
tambur atau genderang, klarinet, pistone, trombon, dan
terompet yang dimainkan dengan cara ditiup. Dan periode
ketiga; menggunakan alat musik lebih variatif lagi seperti
Tarling dan Bedug (Tardug) terdiri dari gitar, bedug, kenong,
gong kecil dan besar, genjring, kendang dan kecrek, selain itu
juga belakangan ini muncul “Sinden” (penyanyi) yang
melengkapi iringan musik Tanjidor ataupun Tardug.
Alat Musik Seni Kuda Renggong
Kendang
Gong
Terompet
Bonang dan Kecrek
Foto: Verval wbtp 11 Agustus 2016
Kenong
Padepokan Lodaya
Foto: Verval wbtp 10 Agustus 2016
Encep Suharna lahir pada tanggal 05 April 1950, beliau
merupakan generasi ke-4 dari pencetus kuda renggong
sedangkan kakek nya adalah generasi ke-2. Sekitar
tahun 1960 atau pada waktu masih SD beliau sudah
dididik sama kakeknya untuk melatih Kuda dan mulai
mandiri pada tahun 1972 sekitar umur 22 tahun.
Sekarang menjadi Ketua Paguyuban Seni Kuda
Renggong Kabupaten Sumedang (PASKURES) di desa
Pasireungit kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang
memiliki grup Kuda Renggong bernama Sakura dan
Padepokan Lodaya. Lokasi Padepokan Lodaya berada
di Desa Pasireungit Kecamatan Paseh Kabupaten
Sumedang.
Menurut Encep Suharna seni kuda renggong ada 3
unsur yaitu: ada penari kuda renggong, kuda renggong,
dan musik sebagai pengiring yang saling
berkesinambungan untuk menampilkan kreativitas
yang dihasilkan.
Dokumentasi Padepokan Lodaya
Nilai Budaya
Kuda Renggong merupakan kesenian tradisional yang mengandung nilai estetika. Namun, jika
dicermati secara mendalam kuda renggong tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi ada nilainilai lain yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat
pendukungnya. Nilai-nilai yang terkandung adalah kerja sama, kekompakan, ketertiban, dam ketekunan. Nilai
kerjasama terlihat dari adanya kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya para pendahulunya. Nilai
kekompakan dan ketertiban tercermin dalam suatu pementasan yang dapat berjalan secara lancar. Nilai kerja
keras dan ketekunan tercermin dari penguasaan gerakan-gerakan tarian.
Foto Dokumentasi
Foto Dokumentasi
Download