bab – ii gambaran umum provinsi banten

advertisement
LAPORAN AKHIR
BAB – II
GAMBARAN UMUM
PROVINSI BANTEN
2.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan
Provinsi Banten berada pada posisi geografis antara 05o 07’ 50” s/d 07o 01’ 11” Lintang
Selatan dan 105o 01’ 11” s/d 106o 07’ 12” Bujur Timur dengan keseluruhan luas wilayah
9.662,92 Km2 atau sekitar 0.50% dari luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Provinsi Banten terbagi dalam empat kota administrasi dan empat kabupaten administrasi
dengan Ibu kota berada di Serang. Banten sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi
Jawa Barat, kemudian dimekarkan sebagai provinsi baru pada tanggal 17 Oktober 2000.
Pada Tabel 2.1 berikut disajikan daftar kabupaten dan kota yang ada di Banten.
Tabel 2.1 Daftar Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 1
LAPORAN AKHIR
Provinsi Banten berjarak hanya sekitar 90 Km dari Jakarta, adapun batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut (Gambar 2.1.) :
 Bagian Utara berbatasan dengan Laut Jawa
 Bagian Timur berbatasan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat
 Bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
 Bagian Barat berbatasan dengan Selat Sunda
Provinsi Banten berada pada titik-temu dari jalur lalu-lintas utama yang sangat strategis,
yaitu jalur Lampung-Jakarta sebagai jalur utama ke wilayah Jawa atau ke wilayah
Sumatera.
Gambar 2.1. Peta Wilayah Provinsi Banten
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 2
LAPORAN AKHIR
2.2. Karakteristik Lingkungan Fisik (Abiotik)
Karakteristik Lingkungan Fisik (Abiotik) Provinsi Banten dapat digambarkan dari 6
karakter, yaitu:
2.2.1
Karakteristik Klimatologi
Posisi geografis Indonesia yang yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia),
menyebabkan tipe iklim di Indonesia disebut sebagai iklim muson (monsoon) atau iklim
musim. Iklim ini erat kaitannya dengan perubahan pola angin musim pada bulan AprilOktober. Jika angin bertiup ke barat maka terjadi musim kemarau di Indonesia dan
sebaliknya jika angin bertiup ke timur maka terjadi musim penghujan.
Provinsi Banten memiliki pola iklim yang sama, dimana musim penghujan umumnya
terjadi pada bulan November hingga Maret yang dipengaruhi oleh angin dari barat,
sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni - Agustus yang dipengaruhi oleh
angin dari timur. Persebaran jumlah curah hujan cukup bervariasi tergantung pada
lalitude, posisi geografis, dan kondisi topografis. Banyak klasifikasi iklim yang dipakai oleh
berbagai negara, seperti Koeppen-Geiger, Mohr, Schmidt-Ferguson, atau Oldeman yang
memanfaatkan kombinasi parameter temperatur, curah hujan, dan radiasi matahari dalam
klasifikasinya. Klasifikasi Oldeman termasuk yang banyak dipakai di Indonesia karena
terkait dengan bidang pertanian. Klasifikasi ini mempertimbangkan jumlah curah hujan
yang dipilah menjadi 3, yaitu bulan basah (> 200 mm), bulan lembab (100-20 mm), dan
bulan kering (<100 mm). Gambar 2.2 berikut memperlihatkan pola iklim Provinsi Banten
menurut klasifikasi Oldeman, adapun klasifikasi Oldeman disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
No
Tipe Iklim
Jumlah bulan basah (bulan)
1.
A
>9
2.
B
7-9
3.
C
5-6
4.
D
3-4
5.
E
<3
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 3
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.2. Kondisi iklim di Provinsi Banten menurut klasifikasi Oldeman
Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar Provinsi Banten tergolong mempunyai
bulan basah yang tinggi (terutama di selatan dan tengah), sedangkan di bagian utara
memiliki bulan-bulan basah yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya air
untuk Provinsi Banten tergolong sangat baik.
2.2.2
Karakteristik Geologi
Secara umum kondisi geologi Provinsi Banten lebih banyak dicirikan oleh Formasi batuan
vulkanik, dan hal ini sangat wajar dikarenakan Pulau Jawa merupakan bagian busur luar
dari jalur tektonik global yang kaya dengan gunungapi. Formasi batuan vulkanik ini
berumur lebih muda dibandingkan dengan batuan sedimen yang mendasarinya.
Beberapa wujud aktivitas vulkanik di masa lalu ditunjukkan oleh adanya gunungapigunungapi yang menjulang di wilayah ini, seperti Gunungapi Karang, Gunungapi
Aseupan, Gunungapi Pulosari, Gunungapi Gede, dan banyak lagi gunungapi yang lebih
kecil, namun pada saat ini kesemuanya dalam fase dormant. Umur batuan yang ada di
wilayah ini mencakup umur Kuarter dan Tersier dimana pola persebarannya cukup jelas
yang seolah dipisahkan oleh garis diagonal arah timur laut, dimana untuk batuan Tersier
berada di wilayah selatan dan timur, sedangkan untuk batuan yang berumur Kuarter
berada di bagian barat dan utara. Peta Formasi Geologi untuk Provinsi Banten disajikan
pada Gambar 2.3.
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 4
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.3. Peta Formasi Geologi Provinsi Banten
2.2.3
Karakteristik Geomorfologi
Sesuai dengan kondisi geologi dan iklimnya, secara umum geomorfologi Provinsi Banten
dicirikan oleh dominasi bentuklahan-bentuklahan (landforms) asal proses (morfogenesis)
vulkanik. Relief dataran umumnya didominasi oleh asal proses fluvial dan marin,
sedangkan perbukitan dan pegunungan didominasi oleh morfogenesis vulkanik.
Bentuklahan-bentuklahan asal proses marin tersebar di sepanjang garis pantai
sedangkan bentuklahan-bentuklahan asal proses fluvial berada di sepanjang lembah
sungai dan dataran-dataran di sekitarnya. Bentuklahan vulkanik tampak paling menonjol
yang dicirikan oleh bentuklahan kerucut vulkanik di kompleks Gunungapi Karang,
sedangkan beberapa kerucut vulkanik tampak terdenudasi kuat, seperti di Gunungapi
Gede (Bojonegara), dan kompleks bentanglahan vulkanikTersier yang berada di tenggara
atau kompleks Gunung Halimun.
Bentuklahan vulkanik yang tampak menonjol di Provinsi Banten adalah sebuah cekungan
besar yang terletak di Kecamatan Padarincang yang bernama Cidanau. Cekungan ini
secara morfogenesis adalah sebuah kaldera, atau kawah yang sangat besar, yang
dihasilkan oleh hasil letusan gunungapi yang sangat dahsyat (super eruption) yang
menguras dapur magma. Hasilnya, puncak dari tubuh gunungapi runtuh dan
menghasilkan sebuah kaldera. Salah satu ciri dari super eruption atau disebut letusan tipe
plinian adalah terbentuknya aliran awan panas yang kaya dengan material abu (ash) dan
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 5
LAPORAN AKHIR
batuapung (pumice). Endapan tersebut saat sekarang dikenal dengan nama tuff vulkanik
batuapung. Melihat besarnya ukuran kaldera ini, mungkin letusan plinian yang terjadi di
gunungapi ini tidak hanya sekali saja, tapi bisa lebih dari sekali dalam periode yang
berbeda. Bukti dari letusan ini adalah banyak ditemukannya endapan abu-batuapung atau
disebut ignimbrite yang berwarna cerah (putih) di wilayah-wilayah sekitar kaldera
Cidanau, yang saat sekarang banyak ditambang oleh masyarakat untuk diambil pasirnya
(Gambar 2.4). Radius aliran awan panas abu-batuapung kaldera Cidanau ini bisa
mencapai jarak 40 km dari pusat letusan dan mengisi wilayah-wilayah lembah, cekungan,
dan dataran.
Gambar 2.4. Endapan tuff vulkanik batuapung (ignimbrite) yang
ditambang masyarakat di sekitar Cibeber, Serang.
Gambaran geomorfologi Provinsi Serang disajikan dalam Gambar 2.5 yang diambil dari
Peta Sistem Lahan Inonesia.
Gambar 2.5. Peta Sistem Lahan Provinsi Banten
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 6
LAPORAN AKHIR
2.2.4
Karakteristik Tanah
Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi atas dua tipe tanah
yaitu: (a) kelompok tanah sisa atau residu dan (b) kelompok tanah hasil angkutan. Tipe
tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara lain: 1) alluvial pantai dan sungai; 2)
latosol; 3) podsolik merah kuning; 4) regosol; 5) andosol; 6) brown forest; dan 7) glei
2.2.5
Karakteristik Hidrologi
Berdasarkan karakteristik iklim dan geomorfologi yang ada, Provinsi Banten tergolong
mempunyai potensi sumberdaya air tanah yang banyak. Hal ini disebabkan oleh curah
hujan yang terjadi di provinsi ini relatif tinggi, sedangkan bentuklahan dominan di wilayah
ini adalah bentuklahan vulkanik. Seperti diketahui bahwa produk vulkanik, seperti
piroklastik yang terdiri atas abu, pasir, dan kerikil, adalah material-material permukaan
yang sifatnya cukup porus, sehingga material ini dengan mudah akan dapat meloloskan
air untuk masuk ke dalam tanah. Namun demikian potensi ini juga tergantung kepada
bagaimana kondisi tutupan lahan di atasnya, terutama di wilayah-wilayah perbukitan dan
pegunungan (uplands). Tutupan lahan vegetasi merupakan tutupan terbaik untuk
membantu mengurangi terjadinya aliran permukaan (overland flow) dan sebaliknya dapat
meningkatkan laju perkolasi air ke dalam tanah. Cekungan kaldera Cidanau merupakan
salah satu anugerah Tuhan dan aset alami yang besar untuk akumulasi air di provinsi ini,
oleh karena itu tutupan vegetasi di daerah tangkapan air ini harus dijaga dengan baik.
2.2.6
Karakteristik Oseanografi
Provinsi Banten memiliki dua karakteritik oseanografi yang berbeda, yaitu karakteristik
oseanografi laut dalam, yang terdapat di laut selatan (Samudera Hindia), dan karakteristik
oseanografi laut dangkal yang terdapat di Selat Sunda dan Laut Jawa. Hal ini
mengindikasikan bahwa Provinsi Banten merupakan provinsi yang cukup kaya dengan
keanekaragaman hayati marin. Oleh sebab itu, pengelolaan dan perlindungan terhadap
kekayaan laut perlu penanganan yang serius dan baik.
Kondisi gelombang di sekitar Teluk Banten dan Pantai Kota Cilegon pada musim Barat
(Desember-Maret) bisa mencapai 0.5 m sampai dengan 1.25 m, sedangkan pada musim
Timur (Juni - September) berkisar antara 0.2 m sampai 1.2 m. Pada musim peralihan
(pada bulan April-Mei dan pada bulan Oktober-November) kondisi gelombang di provinsi
ini relatif tenang. Sudut datang gelombang rata-rata di daerah tersebut sebesar 8.5°
dengan periode signifikannya 38.633 detik.
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 7
LAPORAN AKHIR
2.3. Karakteristik Lingkungan Hayati (Biotik)
Karakteristik Lingkungan Hayati (Biotik) Provinsi Banten dapat digambarkan dari 2
karakter, yaitu:
2.3.1 Karakteristik Hutan
Berdasarkan statusnya, kawasan hutan di Provinsi Banten dapat dibagi menjadi 11 fungsi
yang masing-masing diberi nama/status seperti yang tersaji pada Tabel 2.3. Persebaran
dari
masing-masing
status
tersebut,
seperti
Kawasan
Lindung,
Suaka
Marga
satwa,Taman Nasional, dan Cagar Alam di Provinsi Banten dapat dilihat pada Peta TGHK
dari Kementerian Kehutanan (Gambar 2.6).
Tabel 2.3. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status
No
Status
Luas (Ha)
4.230,00
1
Cagar Alam
2
Suaka Margasatwa
3
Taman Wisata
4
Taman Buru
5
Taman Nasional
6
Taman hutan raya
7
Hutan lindung
8
Hutan Produksi
41.152,87
9
Hutan Produksi terbatas
29.644,71
10
Hutan Produksi Konservasi
11
Hutan Kota
0,00
4.086,30
0,00
288.837,15
3.026,00
947,39
127.892,30
128,37
Sumber : BPS Provinsi Banten 2014 dalam buku SLHD Provinsi Banten 2014
Gambar 2.6. Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan Provinsi Banten
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 8
LAPORAN AKHIR
2.3.2
Karakteristik Flora dan Fauna
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon saat ini memiliki keanekaragaman flora dan fauna
yang cukup banyak, tidak kurang dari 700 jenis flora, 30 jenis mamalia, 5 jenis reptil, 59
jenis amphibi, 240 jenis ikan, dan 33 jenis terumbu karang. Jenis primata yang terdapat di
Taman Nasional Ujung Kulon sedikitnya ada sejumlah 5 jenis primata, yaitu Kera Ekor
Panjang (Macaca Fascicularis), Gibon Jawa (Hylobates
Moloch), Surili (Presbytis
Comate), Lutung Hitam (Trachypithecus Auratus) dan Kukang (Nycticebus Coucang).
Jenis Fauna yang paling terkenal dari Provinsi Banten adalah Badak Jawa dan menjadi
icon dari provinsi ini (Gambar 2.7).
Gambar 2.7. Badak Jawa di Ujung Kulon
2.4. Karakteristik Lingkungan Kultural
Lingkungan Kultural Provinsi Banten dapat digambarkan dari 4 karakter, yaitu;
2.4.1
Karakteristik Kependudukan
Jumlah penduduk Banten pada tahun 2015 berjumlah 11.704.877 jiwa yang tersebar di
delapan wilayah Kabupaten/Kota (Tabel 2.4.). Laju pertumbuhan penduduk untuk 20132014 mencapai 2,20%, sedangkan kepadatan penduduk tertinggi dicapai oleh Kota
Tangerang yang disusul oleh Kota Tangerang Selatan. Hal ini cukup wajar dikarenakan
kedua kota tersebut terletak tidak jauh dari Ibu Kota Negara (hinterland DKI Jakarta)
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 9
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.4. Karakteristik Demografi Provinsi Banten 2015
Kabupaten/Kota
Luas (Km2)
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(%)
Kabupaten Pandeglang
2746,89
1.188.405
433
Kabupaten Lebak
3426,56
1.259.305
368
Kabupaten Tangerang
1011,86
3.264.776
3.227
Kabupaten Serang
1734,28
1.463.094
844
153,93
1.999.894
12.992
Kota Cilegon
175,5
405.303
2.309
Kota Serang
266,71
631.101
2.366
Kota Tangeran Selatan
147,19
1.492.999
10.143
9.662,92
11.704.877
1.211
Kota Tangerang
Provinsi Banten
Sumber : Provinsi Banten Dalam Angka 2015
2.4.2
Karakteristik Sosial Ekonomi
Pendidikan merupakan investasi yang penting untuk pembangunan suatu bangsa.
Berdasarkan data Provinsi Banten Dalam Angka (2015), sekitar 7.49% penduduk Banten
telah menyelesaikan pendidikan tingkat perguruan tinggi, sedangkan untuk tingkat SMA
mencapai angka 24.61%. Dari sisi ekonomi perdagangan nilai ekspor dari Banten
meningkat 3,54%, sebaliknya nilai impor menurun 1,33% dari tahun 2013 ke 2014. Untuk
mendukung peningkatan ekonomi dari industri pariwisata, pada tahun 2014 Provinsi
Banten telah memilik 52 hotel berbintang sedangkan hotel tidak bintang berjumlah 246.
Pada Tahun Anggaran 2014, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Banten mencapai
7,07 triliun rupiah, sementara itu hasil belanja daerah mencapai 6,19 triliun rupiah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih merupakan sumber penerimaan rutin terbesar dari
Pemerintah Provinsi Banten, yaitu sebesar 4,90 triliun rupiah, atau jumlah ini memberi
kontribusi sekitar 69,31 persen dari total penerimaan.
2.4.3
Karakteristik Sosial Budaya
Masyarakat Banten memiliki akar kehidupan agama Islam yang kuat. Jumlah penduduk
yang memeluk Agama Islam relatif dominan dan memiliki persentase tertinggi (92,85 %
pada tahun 2015) daripada jumlah pemeluk agama yang lain. Selain itu, Provinsi Banten
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 10
LAPORAN AKHIR
memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Jawa, karena
memiliki kelompok masyarakat yang disebut “suku baduy” yang masih memegang kuat
akan tradisi dan adat istiadat nenek moyang hingga sekarang (Gambar 2.8.). Salah satu
bentuk adat adalah berupa “kearifan lokal” yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Gambar 2.8. Gambaran perumahan masyarakat Baduy di Provinsi Banten
2.4.4
Karakteristik Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Provinsi Banten pada tahun 2015 didominasi oleh bentuk
penggunaan pertanian, yaitu Kebun Campuran dan Sawah berturut-turut 34,6% dan 26,5
% (Tabel 2.5). Permukiman atau lahan terbangun menduduki luasan terbesar berikutnya,
disusul oleh hutan sekunder, perkebunan, dan tegalan/ladang. Melihat angka-angka
tersebut tampak bahwa tutupan vegetasi masih relatif baik (> 50 %) namun demikian
ancaman konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian perlu mendapat perhatian. Hal
ini mengingat adanya laju pertambahan penduduk yang terjadi di wilayah ini. Gambaran
persebaran penggunaan lahan di Provinsi Banten disajikan pada Gambar 2.9.
Tabel 2.5. Luas penggunaan lahan Provinsi Banten (2015)
No
Simbol
1
Hp
Jenis Penggunaan
Lahan
Hutan Primer
5.257,6
Luas
(%)
0,6
2
Hs
Hutan Sekunder
77.674,7
8,3
3
Mgv
Mangrove
3.400,9
0,4
4
Rw
Rawa
2.245,3
0,2
5
Kb
Perkebunan
74.181,2
7,9
6
Pmk
Permukiman
100.617,8
10,8
7
Kc
Kebun Campuran
323.738,0
34,6
8
Sw
Sawah
247.504,8
26,5
9
Tg
Tegalan/Ladang
60.830,6
6,5
10
Sb
Semak/Belukar
14.807,2
1,6
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Luas (Ha)
II - 11
LAPORAN AKHIR
11
Ta
Tanah Terbuka
8.170,1
0,9
12
Tmb
Tambak/Empang
14.407,1
1,5
13
A
Tubuh Air
2.216,3
0,2
Total (Ha)
935.051,5
100,0
Gambar 2.9. Persebaran spasial jenis penggunaan lahan di Provinsi Banten
2.5. Ekoregion Provinsi Banten Pada Skala Pulau Jawa
Berdasarkan hasil penetapan dan pemetaan ekoregion Pulau Jawa oleh Kementerian
Lingkungan Hidup/KLH (2013) pada skala 1:500.000, Pulau Jawa mempunyai 11 jenis
satuan wilayah ekoregion. Setiap provinsi di pulau ini mempunyai beberapa jenis satuan
di antara 11 satuan ekoregion tersebut, Untuk Provinsi Banten memiliki 6 jenis satuan
wilayah ekoregion seperti yang terlihat di Gambar 2.30, yaitu :
F
= Dataran Fluvial Jawa
S21
= Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
S31
= Dataran Struktural Blok Selatan Jawa
V1
= Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang-Merapi-Raung
V2
= Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang-Merapi-Raung
V3
= Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang-Merapi-Raung
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 12
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.10. Peta Ekoregion di wilayah Provinsi Banten pada skala Pulau/Kepulauan
Indonesia (1 : 500.000)
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 13
Download