Status Kualitas Lingkungan Riau

advertisement
Status Kualitas Lingkungan Riau
Pesisir
No
Isu Lingkungan
Tahun 2013
1
Wilayah pesisir dan laut Provinsi
Riau kaya akan sumber daya alam
seperti potensi ikan, ekosistem
hutan mangrove, sumber daya
minyak dan mineral
yang
merupakan
modal
untuk
pembangunan ekonomi daerah.
Banyak fungsi lain dari daerah
pesisir dan laut dan telah dipakai
untuk
berbagai
kegiatan
diantaranya perikanan, aquakultur
(budidaya laut), rekreasi dan
pariwisata,
agroindustri,
transporatasi dan pelabuhan, dan
pemukiman.
Kerusakan lingkungan wilayah
pesisir dan laut sebagian besar
disebabkan oleh faktor ekonomi
dan taraf kehidupan masyarakat
pesisir yang relative masih rendah.
Ketergantungan hidupnya akan
pemberdayaan alam di sekitarnya,
serta kurangnya kesadaran akan
haknya mendapatkan lingkungan
hidup yang lebih baik. Sementara
upaya pemerintah daerah belum
mampu meningkatkan pendapatan
mereka, sehingga menyebabkan
mereka
memanfaatkan
sumberdaya alam secara tidak
terkendali. Oleh karenanya dengan
menumbuhkan
kesadaran
masyarakat
pesisir
akan
pentingnya pelestarian lingkungan
hidup diharapkan mereka akan
peduli untuk menjaga dan
mengelola
lingkungan
hidup
dengan baik.
Tekanan
Respon
Upaya yang dilakukan dalam
rangka mengendalikan
kerusakan wilayah pesisir
antara lain:
1. Pemberdayaan
Masyarakat dalam
Pengendalian
Kerusakan Pesisir.
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Riau
pada tahun 2013
melakukan sosialisasi
ini di 7 lokasi yaitu :
Kelurahan Guntung,
Dumai; Kelurahan
Sungai Apit, Siak;
Desa Sungai Alam,
Bengkalis; Desa Anak
Setatah, Kepulauan
Meranti; Kecamatan
Kuala Indragiri,
Indragiri Hilir;
Kepenghuluan
Melayu Besar Rokan
Hilir; Desa Petodaan
Kecamatan Teluk
Meranti, Pelalawan.
2. Melakukan gerakan
penanaman/pelatihan
mangrove. Badan
Lingkungan Hidup
Provinsi Riau pada
tahun 2013
melakukan gerakan
penanaman mangrove
di 7 lokasi yaitu :
Kelurahan Guntung,
Dumai; Kelurahan
Sungai Apit, Siak;
Desa Sungai Alam,
No
Isu Lingkungan
Tekanan
Respon
Bengkalis; Desa Anak
Setatah, Kepulauan
Meranti; Kecamatan
Kuala Indragiri,
Indragiri Hilir;
Kepenghuluan
Melayu Besar Rokan
Hilir; Desa Petodaan
Kecamatan Teluk
Meranti, Pelalawan.
3. Pemberdayaan
masyarakat melalui
pilot project
penanaman mangrove
di 5 Kabupaten/Kota
antara lain : Desa
Anak Setatah
Kecamatan Rangsang
Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti,
Kelurahan Pangkalan
Sesai Kecamatan
Dumai Timur Kota
Dumai, Desa Tanjung
Melayu Kecamatan
Kuala Indragiri
Kabupaten Indragiri
Hilir, Desa Sungai
Alam Kecamatan
Bengkalis Kabupaten
Bengkalis, Kelurahan
Sungai Apit
Kecamatan Sungai
Apit Kabupaten Siak.
Hutan
No
Isu Lingkungan
Tahun 2013
1 Isu prioritas utama di Provinsi
Riau tahun 2013 adalah terjadinya
kebakaran hutan dan lahan
(KARHUTLA). Melihat
kecenderungan peningkatan
Tekanan
Respon
Upaya penanggulangan
karhuta pada saat status
tanggap darurat asap di Riau :
No
Isu Lingkungan
kejadian kebakaran dan risiko
dampaknya pada negara lain,
penanggulangan kebakaran hutan
dan lahan di Riau sangat penting
dan harus menjadi prioritas.
Dampak kejadian kebakaran hutan
dan lahan bersifat multidimensi
meliputi dampak secara sosial,
ekonomi, lingkungan dan politik.
Peningkatan CO2 selama 100
tahun terakhir telah
mengakibatkan adanya
peningkatan suhu di muka bumi.
Peningkatan suhu permukaan
bumi ini mengakibatkan
fenomena ENSO (El-Nino
Southern Oscilation) di kawasan
Asia Tenggara lebih sering terjadi
yang berakibat pada peningkatan
intensitas kejadian curah hujan
yang ekstrim (Meeth and
Washington, 1996) yang berakibat
pada kekeringan yang
berkepanjangan di Indonesia dan
memicu terjadinya kebakaran
hutan dan lahan.
Tekanan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Respon
Membentuk Tim
Satuan Tugas
Pemadaman
Kebakaran Hutan dan
Lahan berdasarkan
Keputusan Gubernur
Riau Nomor Kpts
511/VI/2013 tanggal
21 Juni 2013.
22 Juni 2013 :
Bersama Menteri
Kehutanan RI
melaksanakan Gelar
Pasukan di Kota
Dumai diikuti
Walikota Dumai,
Bupati Bengkalis,
Regdam, Manggala
Agni RPK Perusahaan,
MPA dan Masyarakat
22 Juni 2013 :
Kunjungan kerja
Menteri Lingkungan
Hidup RI beserta
KAPOLDA Riau
melakukan pantauan
udara/fly over ke
Kabupaten Bengkalis
dan Kota Dumai
Melaporkan Ke
Mendagri RI (Surat
No.660.1/BLH/62.10
Tgl. 20 Juni 2013
Laporan Pengendalian
Karhutla
Evaluasi Kondisi
Kab/Kota kepada
Bupati/Walikota No.
660.1/BLH/80.10 Tgl
24 Juni 2013 :
Evaluasi Kondisi
Karhutla Di Provinsi
Riau.
Surat Edaran Kepada
Bupati/Walikota,
Kepala SKPD Prov.,
Instansi /Perwakilan
No
Isu Lingkungan
Tekanan
Respon
Pusat di Provinsi No.
08/SE/2013 : Tindak
Lanjut Penurunan
Kualitas Udara Akibat
Karhutla di Provinsi
Riau
7. Melaporkan Ke
Mendagri RI (Surat
No.660.1/BLH/89.10
Tgl. 24 Juni 2013
Laporan
Perkembangan
Kondisi Tanggap
Darurat Bencana Asap
Karhutla
8. Tanggal 24 Juni 2013
keputusan
Presiden mengirimkan
PRC PB (pasukan
Reaksi Cepat
Penanggulangan
Bencana) ke Riau
untuk membantu
upaya penanggulangan
karhutla sebanyak
1.500 orang terdiri dari
unsur Kostrad TNIAD dan marinir.
Air
No
Isu Lingkungan
Tahun 2013
1
Banjir (flood) merupakan salah
satu isu prioritas lingkungan hidup
di Provinsi Riau karena
permasalahan ini melanda
beberapa kabupaten/kota seperti
Kampar, Kuantan Singingi,
Pekanbaru, Rokan Hulu, Rokan
Hilir, Indragiri Hulu, Pelalawan
dan Dumai. Selain itu, dampaknya
yang bersifat lintas kabupaten/kota
sangat merugikan kehidupan
Tekanan
Respon
Respon yang dilakukan
dalam mengatasi banjir di
Provinsi Riau dilakukan
dengan pendekatan berikut
ini :
1. Preventif : melakukan
pembinaan terhadap
masyarakat yang
berada di sekitar
hutan agar mereka
No
Isu Lingkungan
manusia. Secara umum, banjir ada
dua macam yaitu banjir genangan
dan banjir bandang. Banjir
genangan biasanya berlangsung
lama sedangkan banjir bandang
umumnya berlangsung cepat tetapi
daya rusaknya lebih besar.
Tekanan
Respon
tidak merusak hutan,
meningkatkan
kewaspadaan
masyarakat terhadap
bahaya banjir,
melakukan
penanaman pada
lahan-lahan kritis dan
penguatan
kelembagaan daerah
yang menangani
bencana termasuk
banjir.
2. Penanganan pada saat
banjir : pengiriman
tim penyelamat (tim
Search and Rescue)
ke lokasi-lokasi
banjir, pembentukan
posko-posko banjir,
bantuan kesehatan
dan makanan.
3. Penanganan pasca
banjir : rehabilitasi
fasilitas umum yang
rusak akibat banjir.
Udara
No
Isu Lingkungan
Tahun 2012
1
Pencemaran udara (air pollution)
berdasarkan sumbernya dibagi atas
dua yaitu alami dan antropogenik
(Soedomo, 2001). Contoh sumber
alami adalah letusan gunung
berapi, dekomposisi biotik, debu
dan
sebagainya
sedangkan
antropogenik (aktifitas manusia)
meliputi transportasi, industri,
persampahan dan lain-lain. Di
Provinsi Riau, pencemaran udara
menjadi salah satu isu prioritas
lingkungan hidup pada tahun 2012
Tekanan

Respon
Respon yang dilakukan
dalam rangka mengendalikan
pencemaran udara di Provinsi
Riau antara lain :
1. Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan

Penanganan
kebakaran oleh Regu
Pemadam Kebakaran
Hutan dan Lahan
No
Isu Lingkungan
karena memiliki dampak lintas
kabupaten/kota. Pemicu utama
pencemaran udara di Riau adalah :
Tekanan

1. Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan
merupakan penyebab utama
penurunan kualitas udara
ambien.
Ketika
terjadi
kebakaran berbagai zat-zat
pencemar akan dilepaskan
ke
udara.
Parameter
pencemaran udara yang
biasanya meningkat ketika
terjadi kebakaran hutan dan
lahan
adalah
particulate
matter 10
(PM10).

2. Emisi Gas Buang dari Kegiatan
Industri (sumber tidak bergerak)
Sumber lain pencemaran
udara di Provinsi Riau
adalah emisi gas buang
industri seperti industri
Pengolahan Minyak Kelapa
Sawit
(PMKS),
Karet,
Industri pengolahan kayu,
industri pulp and paper,
migas dan industri makanan
Zat
pencemar
udara
dihasilkan
melalui
pembakaran bahan bakar
fosil untuk pembangkit
tenaga listrik, dalam proses
industri dan pengolahan
limbah
padat
dengan
pembakaran pada industri.
Beberapa parameter yang
menentukan
kualitas
diantaranya adalah Particulat
Mattre (PM10), Sulfur
Dioksida (SO2), Karbon
Monoksida (CO), Ozon (O3)

Respon
(REGDAM
KARHUTLA).
Melalui dana hibah
dari Negara donor
(IFAD-GEF)
mendukung upaya
pengelolaan dan
penyelamatan
ekosistem lahan
gambut salah satunya
dari kebakaran hutan
dan lahan di Provinsi
Riau di daerah rawan
karhutla yaitu di
Kabupaten Indragiri
Hilir, Pelalawan,
Rokan Hilir dan
Bengkalis.
Di tingkat kabupaten
dan kecamatan,
dibentuk kelompok
Masyarakat Peduli
Api (MPI).
Pemantauan kualitas
udara ambien pada
beberapa tempat di
wilayah Provinsi
Riau, yaitu :
Pekanbaru, Dumai,
Duri, Minas dan
Rumbai. Data yang
ditampilkan adalah
data primer yang
diperoleh oleh
Bapedalda Provinsi
Riau dan data yang
berasal dari hasil
pemantauan PT.
Chevron Pasifik
Indonesia dan data
hasil pengukuran oleh
Bapedalda Kota
Pekanbaru melalui
laboratorium Air
Monitoring Quality
System (AQMS).
No
Isu Lingkungan
dan Nitrogen Dioksida
(NO2).
3. Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor (sumber bergerak)
Tekanan
Respon
2. Pengendalian Emisi Gas
Buang Industri

Meningkatnya jumlah
kendaraan di Provinsi Riau
akan meningkatkan
kebutuhan bahan bakar,
seperti Bensin (Premium)
dan Solar. Selain itu,
dengan semakin banyaknya
jumlah kendaraan bermotor
maka mengakibatkan
terjadinya kepadatan dan
kemacetan arus lalu lintas.
Kepadatan dan kemacetan
arus lalulintas di perkotaan
akan memperparah
pencemaran udara akibat
asap kendaraan bermotor.
4. Faktor Lain



Pemakaian bahan yang
menghasilkan Gas Rumah
Kaca seperti CFC (Cloro
Floro Carbon) yang
banyak dipakai pada
bidang industri, dan rumah
tangga.
Kegiatan pembuatan bahan
kimia (chemical plan) pada
beberapa jenis
industri (seperti pulp and
paper) dan pembakaran
limbah padat dari kegiatan
industri serta pembakaran
gas yang tidak diinginkan
pada Gatering Station
(GS) penambangan migas
melalui flare, pembakaran
gas pada unit pengolahan
minyak bumi.

Mewajibkan pemilik
usaha atau kegiatan
untuk
melakukan
pengukuran kualitas
udara (emisi gas
buang) sebagaimana
yang disyaratkan oleh
Peraturan Pemerintah
Nomor : 41 Tahun
1999,
tentang
Pengendalian
Pencemaran udara dan
melaporkan
hasil
pengukuran kualitas
udara tersebut kepada
Instansi terkait sesuai
dengan
kewajiban
yang termaktub dalam
dokumen lingkungan
Amdal,
RKL/RPL
atau UKL/UPL.
Meminta
kegiatan/usaha untuk
melaksanakan
daur
ulang dan penggunaan
kembali
atau
pemanfaatan terhadap
limbah padat yang
dihasilkan
karena
masih memiliki nilai
ekonomi dan tidak
melakukan
pembakaran terhadap
limbah padat.
Meminta
kepada
pihak perusahaan agar
menerapkan teknologi
ramah
lingkungan
sehingga
dalam
kegiatannya
tidak
menghasilkan emisi
yang melebihi baku
mutu.
No
Isu Lingkungan
Tekanan
Respon
3. Pengendalian Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor
Beberapa pemerintah
kabupaten/kota di
Provinsi Riau (Kota
Pekanbaru, dan
Kampar) melakukan
uji petik emisi gas
buang terhadap
kendaraan roda empat
guna mendapatkan data
tingkat emisi dari
berbagai jenis
kendaraan yang ada.
4. Pengendalian Pencemar
dari Faktor Lain


Tahun 2013
1
Isu pencemaran udara menjadi
salah satu isu prioritas lingkungan
hidup pada tahun 2013 karena
memiliki
dampak
lintas
wilayah. Keterkaitan kejadian
kebakaran hutan dan lahan yang
terjadi Tahun 2013 dengan
penurunan kualitas udara menjadi
isu penting dengan meningkatnya
jumlah penderita yang disebabkan
oleh asap dan terjadinya asap lintas
batas Negara (Transboundary Haze
Pollution).
Pengawasan bahan
perusak ozon (BPO).
Pengawasan industri
pulp and paper dan
penambangan migas.
Respon yang dilakukan
dalam rangka mengendalikan
pencemaran udara di Provinsi
Riau antara lain :
1. Pengendalian
Kebakaran Hutan dan
Lahan

Pengendalian karhutla
pada saat tanggap
darurat asap oleh Tim
Satgas Udara dengan
membuat TMC dan
Water bombing, Tim
Satgas Darat dengan
melakukan pemadaman
dan sosialisasi dengan
melibatkan unsur-unsur
Militer, Polri, Tim
Regdam
Dishut,
No
Isu Lingkungan
Tekanan



Respon
Manggala Agni, TRC
Satpol Provinsi Riau,
MPA dan Regdam
Perusahaan serta Tim
Satgas
Penegakan
Hukum
yang
dikoordinir oleh Polda
Riau.
Melalui dana hibah dari
Negara donor (IFADGEF)
mendukung
upaya pengelolaan dan
penyelamatan
ekosistem
lahan
gambut salah satunya
dari kebakaran hutan
dan lahan di Provinsi
Riau di daerah rawan
karhutla
yaitu
di
Kabupaten
Indragiri
Hilir,
Pelalawan,
Rokan
Hilir
dan
Bengkalis.
Meningkatkan upaya
koordinasi
dengan
satker terkait baik
tingkat provinsi yang
tergabung
dalam
Pusdalkarhutla maupun
dengan kabupaten/kota
yang tergabung dalam
Satlakdalkarhutla.
Pemantauan kualitas
udara ambien pada
beberapa tempat di
wilayah Provinsi Riau,
yaitu : Pekanbaru,
Dumai, Duri, Minas
dan Rumbai. Data yang
ditampilkan adalah data
primer yang diperoleh
oleh BLH Provinsi
Riau dan data yang
berasal
dari
hasil
pemantauan
PT.
Chevron
Pasifik
Indonesia dan data hasil
No
Isu Lingkungan
Tekanan
Respon
pengukuran
oleh
Bapedalda
Kota
Pekanbaru
melalui
laboratorium
Air
Monitoring
Quality
System (AQMS).
2. Pengendalian Emisi
Gas Buang Industri



Mewajibkan pemilik
usaha atau kegiatan
untuk
melakukan
pengukuran
kualitas
udara (emisi gas buang)
sebagaimana
yang
disyaratkan
oleh
Peraturan Pemerintah
Nomor : 41 Tahun
1999,
tentang
Pengendalian
Pencemaran udara dan
melaporkan
hasil
pengukuran
kualitas
udara tersebut kepada
Instansi terkait sesuai
dengan kewajiban yang
termaktub
dalam
dokumen lingkungan
Amdal, RKL/RPL atau
UKL/UPL.
Meminta
kegiatan/usaha untuk
melaksanakan
daur
ulang dan penggunaan
kembali
atau
pemanfaatan terhadap
limbah padat yang
dihasilkan
karena
masih memiliki nilai
ekonomi dan tidak
melakukan pembakaran
terhadap limbah padat.
Meminta kepada pihak
perusahaan
agar
menerapkan teknologi
ramah
lingkungan
No
Isu Lingkungan
Tekanan
Respon
sehingga
dalam
kegiatannya
tidak
menghasilkan
emisi
yang melebihi baku
mutu.
3. Pengendalian Emisi
Gas Buang Kendaraan
Bermotor



Pengambilan Sampel
Bahan Bakar ke 7
(tujuh) SPBU yang ada
di Kota Pekanbaru.
Pengambilan Sampel
Bahan
Bakar
ini
dilakukan
oleh
Laboratorium
AAS
Jakarta berseta team
BLH Propinsi Riau.
Kegiatan ini dilakukan
tanggal 3 September
2013.
Roadside Monitoring
yang dilakukan di 3
(tiga) lokasi, lokasi
tersebut adalah JL
Diponegoro, Jl Jend
Sudirman dan Jalan
Tuanku
Tambusai.
Pelaksanaan kegiatan
ini dilakukan 3 (tiga)
hari
berturut-turut
mulai
tanggal
3
September 2013 s/d 5
September
2013.
Pengambilan sampel
buat
Roadside
monitoring dilakukan
oleh
Laboratorium
AAS.
Pelaksanaan Uji Emisi
Kendaraan berbahan
bakar bensin dan solar
dilakukan dari tanggal
3 September 2013 s/d 5
September
2013.
No
Isu Lingkungan
Tekanan

Respon
Adapun
lokasi
pelaksanaan uji emisi
kendaraan adalah Jl
Jend.Sudirman didepan
lokasi Purna MTQ, Jl
Pangeran Diponegoro
di depan Rumah Sakit
Arifin
Ahmad,
Jl
Tuanku Tambusai di
halaman
Gedung
ELKOS. Kegiatan ini
dilakukan
bersama
team dari instansi yang
terkait seperti Dinas
Perhubungan
Kota
Pekanbaru, Ditlantas
Polresta
Pekanbaru,
Badan
Lingkungan
Hidup Kota Pekanbaru,
PPLH
Ekoregion
Sumatera,
Badan
Lingkungan
Hidup
Propinsi
Riau,
Mahasiswa
dan
Mahasiswi
Jurusan
Teknik
Lingkungan
Universitas Riau serta
Bengkel-bengkel yang
sudah di tunjuk oleh
KLH Jakarta.
Pelaksanaan
Traffic
Counting
dilakukan
selama 3(tiga) hari
dimulai dari tanggal 3
September 2013 s/d 5
September
2013.
Traffic
Counting
dilaksanakan
oleh
Mahasiswa
dan
Mahasiswi
Jurusan
Teknik
Lingkungan
Universitas
Riau.
Adapun lokasi Traffic
Counting Jl Jend.
Sudirman, Jl Pangeran
Diponegoro, Jl Tuanku
Tambusai.
No
Isu Lingkungan
Tekanan


Respon
Pelaksanaan
Inventarisasi
Emisi
dilakukan
selama
2(dua) hari dimulai dari
tanggal 3 September
2013 s/d 4 September
2013.
Inventarisasi
Emisi
dilaksanakan
oleh Mahasiswa dan
Mahasiswi
Jurusan
Teknik
Lingkungan
Universitas
Riau.
Adapun lokasi Traffic
Counting Jl Jend.
Sudirman, Jl Pangeran
Diponegoro, Jl Tuanku
Tambusai.
Pelaksanaan Input data
Uji Emisi, Traffic
Counting
dan
Inventarisasi
Emisi
dilakukan pada tanggal
3 September 2013 s/d 5
September
2013
bertempat di Hotel
Premiere
Jl
Jend.
Sudirman. Kegiatan ini
dilaksanakan
oleh
Mahasiswa Mahasiswi
Jurusan
Teknik
Lingkungan
Universitas Riau serta
Badan
Lingkungan
Hidup Kota Pekanbaru.
4. Pengendalian
Pencemar dari Faktor Lain


Lainnya
Pengawasan
bahan
perusak ozon (BPO).
Pengawasan industri
pulp and paper dan
penambangan migas.
No
Isu Lingkungan
Tahun 2012
1 Ancaman kemerosotan/kepunahan
keanekaragamanhayati di Provinsi
Riau
khususnya
keanekaragamanhayati yang hidup
di hutan disebabkan oleh berbagai
aktifitas manusia antara lain alih
fungsi hutan, pembakaran hutan,
illegal logging, perambahan hutan
konservasi, perburuan satwa liar,
konflik satwa dan manusia dan
faktor-faktor lain. Tekanan ini
menyebabkan
berkurangnya
habitat flora dan fauna.
Berdasarkan
status
keterancamannya sesuai Red Data
Book IUCN, beberapa jenis satwa
di Riau sudah berstatus terancam
punah (endangered) antara lain
harimau sumatera, gajah sumatera,
macan dahan, beruang madu, tapir
dan jenis-jenis lain.
Untuk satwa dengan daya jelajah
tinggi seperti harimau sumatera
dan gajah sumatera, saat ini habitat
keduanya jauh berkurang dan
mengalami fragmentasi misalnya
di Suaka Marga Satwa Balai Raja
dan Taman Nasional Teso Nilo,
Hutan Wisata Sungai Dumai dan
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.
Akibatnya, wilayah jelajahnya
(home-range) menjadi sempit dan
ketersediaan
pangannya
berkurang. Berkurangnya habitat
dan makanan, telah meningkatkan
konflik gajah-harimau dengan
manusia karena satwa-satwa
tersebut keluar dari habitatnya dan
memasuki
pemukiman,
perladangan
atau
kebun
pemukiman penduduk.
Tekanan
Respon
Respon yang dilakukan dalam
rangka konservasi
keanekaragamanhayati di
Provinsi Riau adalah sebagai
berikut :
1. Perlindungan
dan
pengamanan kawasankawasan dengan fungsi
konservasi
keanekaragamanhayati
di Riau
2. Pengelolaan
Kolaboratif
Cagar
Biosfir Giam Siak
Kecil Bukit Batu yang
berlokasi di Kabupaten
Siak dan Bengkalis.
3. Pada
tanggal
4-8
Oktober
2011
di
Pekanbaru,
bekerjasama
dengan
MAB
UNESCO,
Kementerian
Kehutanan
RI,
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia
dan
Sinar
Mas
Forestry, Pemerintah
Provinsi
Riau
mengadakan
pertemuan kerjasama
selatan selatan (southsouth
cooperation)
dalam
rangka
mendorong
pembangunan
berkelanjutan di tiga
kawasan
tropis;
Indonesia
(Riau),
Brasil dan Kongo.
4. Mendorong peran
kearifan lokal dalam
konservasi
keanekaragamanhayati.
Pada tahun 2012, ada
No
Isu Lingkungan
Tahun 2013
1
Ancaman
kemerosotan/kepunahan
keanekaragamanhayati di
Provinsi Riau khususnya
keanekaragamanhayati yang
hidup di hutan disebabkan
oleh berbagai aktifitas
manusia antara lain alih
fungsi hutan, pembakaran
hutan,
illegal
logging,
perambahan
hutan
konservasi, perburuan satwa
liar, konflik satwa dan
manusia dan faktor-faktor
lain.
Tekanan
ini
Tekanan
Respon
tiga kelompok
masyarakat yang
mendapatkan
penghargaan
lingkungan hidup.
5. Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Riau
tahun 2012 melakukan
kegiatan Sosialisasi
Kajian Lingkungan
Hidup Strategis di 11
kabupaten/kota dengan
peserta aparatur
pemkab/pemko
sebanyak 30 orang di
masing-masing lokasi.
6. Pembinaan masyarakat
dalam rangka
konservasi
keanekaragamanhayati.
Pada tahun 2012,
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Riau
mengadakan
pembinaan di 4 desa
dan 4 perusahaan di
sekitar kawasan
konservasi.
Respon yang dilakukan dalam
rangka konservasi
keanekaragamanhayati di
Provinsi Riau adalah sebagai
berikut :
1. Perlindungan dan
pengamanan kawasankawasan dengan fungsi
konservasi
keanekaragamanhayati
di Riau.
2. Pengelolaan
Kolaboratif Cagar
Biosfir Giam Siak
Kecil Bukit Batu yang
No
Isu Lingkungan
menyebabkan berkurangnya
habitat flora dan fauna.
Berdasarkan status
keterancamannya sesuai
Red Data Book IUCN,
beberapa jenis satwa di
Riau sudah berstatus
terancam punah
(endangered) antara lain
harimau sumatera, gajah
sumatera, macan dahan,
beruang madu, tapir dan
jenis-jenis lain.
Untuk satwa dengan daya
jelajah tinggi seperti
harimau sumatera dan gajah
sumatera, saat ini habitat
keduanya jauh berkurang
dan mengalami fragmentasi
misalnya di Suaka Marga
Satwa Balai Raja dan
Taman Nasional Teso Nilo,
Hutan Wisata Sungai
Dumai dan Taman Nasional
Bukit Tiga Puluh.
Akibatnya,
wilayah
jelajahnya
(home-range)
menjadi
sempit
dan
ketersediaan
pangannya
berkurang. Berkurangnya
habitat dan makanan, telah
meningkatkan
konflik
gajah-harimau
dengan
manusia karena satwa-satwa
tersebut
keluar
dari
habitatnya dan memasuki
pemukiman, perladangan
atau kebun pemukiman
penduduk.
Tekanan
Respon
berlokasi di Kabupaten
Siak dan Bengkalis.
3. Mendorong peran
kearifan lokal dalam
konservasi
keanekaragamanhayati.
4. Pembinaan masyarakat
dalam rangka
konservasi
keanekaragamanhayati.
Pada tahun 2013,
Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Riau
mengadakan
pembinaan di 7 desa
dan 4 perusahaan di
sekitar kawasan
konservasi.
Download