perlindungan hak asasi manusia dalam negara hukum

advertisement
PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA
DALAM NEGARA HUKUM INDONESIA
Eko Hidayat
Dosen Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung
Jl Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung
Abstrak
Hak Asasi manusia adalah hak dasar atau kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak
ia lahir secara kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat
dirampas dan dicabut keberadaannya dan wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat
dan martabat manusia.Indonesia merupakan negara yang berlandaskan atas hukum. Sehingga
Negara Indonesia wajib memberi perlidungan Hak Asasi Manusia kepada setiap
masyarakatnya. Sementara negara hukum adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan
hukum. Hukumlah yang berdaulat. Negara adalah merupakan subjek hukum, dalam arti
rechtstaat. Karena negara itu dipandang sebagai subjek hukum, maka jika ia bersalah dapat
dituntut di depan pengadilan karena perbuatan melanggar hukum.
Kata Kunci: HAM, Hukum
A. Pendahuluan
Pengakuan dan perlindungan Hak
Asasi Manusia merupakan salah satu ciri
dari negara hukum.Negara Indonesia
merupakan negara yang berlandaskan atas
hukum sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat 3
UUD 1945 “Negara Indonesia adalah
negara hukum”. Hak Asasi manusia adalah
hak dasar atau kewarganegaraan yang
melekat pada individu sejak ia lahir secara
kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan
Yang Maha Esa yang tidak dapat dirampas dan
dicabut keberadaannya dan wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan dan perlindungan
harkat dan martabat manusia. Selain dari pada
itu,
Indonesia
wajib
melaksanakan
perlindungan dan penegakan HAM untuk
warga negaranya karena Indonesia telah
pelakukan perjanjian-perjanjian Internasional
dalam masalah penegakan HAM. Karena
sebelum Indonesia melakukan perjanjian
tersebut, Indonesia pernah mendapat embargo
dalam segala bidang dari negara lain.
Karena mereka menilai, jika pemerintah
Indonesia sering melakukan pelanggaran
HAM kepada masyarakatnya. Persoalan
yang timbul dalam negara hukum Indonesia yaitu,
belum terimplementasikan secara menyeluruh dan
komperhensif perlindungan Hak Asasi Manusia
untuk masyarakat Indonesia. Terbukti masih
banyaknya pelanggaran-pelanggaran HAM
berat maupun ringan yang terjadi di Indonesia.
Tetapi kita juga tidak bisa menutup mata,
jika pada era reformasi ini penegakan HAM
di Indonesia sudah menunjukan peningkatan .
Tuntutan terhadap penyelesaian kasus
pelanggaran hak asasi manusia telah
mendorong
lahirnya Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yang kemudian diikuti oleh UndangUndang Nomor 26 tahun 2000 mengenai
Pengadilan Hak Asasi Manusia yang
dimaksudkan untuk menjawab
berbagai
persoalan pelanggaran hak asasi manusia
80
khususnya pelanggaran hak asasi manusia
berat1.
Banyak perkara yang telah masuk ke
pengadilan hak asasi manusia, yang terdiri
atas Dua belas (12) perkara pelanggaran
hak asasi manusia berat di Timor-Timur,
empat (4) Perkara peristiwa Tanjung Priok
dan dua (2) Perkara pelanggaran hak asasi
manusia berat di Abepura ,Papua tidak
menghasilkan keputusan yang memuaskan
rasa keadalan khususnya bagi para korban
pelanggaran hak asasi manusia berat
tersebut.
Seperti telah uraikan di atas, Indonesia
merupakan negara yang berlandaskan atas
hukum. Sehingga Negara Indonesia wajib
memberi perlidungan Hak Asasi Manusia
kepada setiap masyarakatnya, hal itu
merupakan konsekuensi dari negara hukum.
Hal-hal yang telah dikemukakan diatas,
yang akan menjadi pembahasan tulisan ini.
memperkosanya . Dengan kata lain, HAM
perlu mendapat jaminan oleh Negara atau
Pemerintah, maka siapa saja yang
melanggarnya harus mendapat sangsi yang
tegas.
Akan tetapi HAM tidak berarti bersifat
mutlak tanpa batas, karena batas HAM
seseorang adalah HAM yang melekat pada
orang lain. Jadi disamping Hak Azasi ada
Kewajiban Azasi; yang dalam hidup
kemasyarakatan seharusnya mendapat perhatian
telebih dahulu dalam pelaksanannya.Jadi
memenuhi kewajiban terlebih dahulu, baru
menuntut hak.
HAM merupakan kodrat yang melekat
dalam diri setiap manusia sejak ia
dilahirkan kedunia. Secara kodrati antara
lain manusia mempunyai hak kebebasan.
Rosevelt mengemukakan, bahwa dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara manusia
memiliki empat kebebasan ( The Four
Freedoms ), yaitu :
a. kebebasan untuk berbicara dan
menyatakan pendapat ( Freedom of
Speech);
b. kebebasan beragama ( Freedom of
Religie )
c. kebebasan dari rasa takut ( Freedom from
Fear )
d. kebebasan dari kemelaratan ( Freedom
from Want )
Dasar
negara
kita
Pancasila
mengandung pemikiran bahwa manusia
diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa
mengandung dua aspek, yaitu aspek
individualis (pribadi) dan aspek sosialis
(bermasyarakat). Oleh karena itu kebebasan
setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang
lain. Ini berarti setiap orang mengemban
kewajiban mengakui dan menghormati hak
asasi orang lain. Kewajiban ini juga berlaku
bagi setiap organisasi pada tataran
manapun, terutama Negara dan Pemerintah.
Dengan demikian negara dan pemerintah
bertanggung jawab untuk menghormati,
melindungi, membela, dan menjamin hak
setiap warga negara dan penduduknya tanpa
diskriminasi
Tindakan diskriminatif terjadi apabila
ada pembatasan, pelecehan atau pengucilan
B. Pembahasan
1. Pengertian HAM
HAM merupakan hak yang melekat
pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai machluk Tuhan yang Maha Esa, dan
merupakan anugerahNya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.2
Pengertian
HAM
menurut
Jan
Materson dalam ungkapan yaitu Human
rights could be generally defines as those
rights which are inherent in our nature and
without which we can not live as human
being ( HAM adalah hak-hak yang secara
inheren melekat dalam diri manusia, dan
tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup
sebagai manusia)
Oleh sebab sifatnya yang dasar dan
pokok HAM sering dianggap sebagai hak
yang tidak dapat dicabut atau dihilangkan
oleh siapapun, bahkan tidak ada kekuasaan
apapun yang memiliki keabsahan untuk
Chainur Arrasjid, Dasar-dasar Ilmu Hukum,
Sinar Grafika, 2000, h. 14
2 UU HAM No. 39 tahun 1999 pasal 1
1
81
yang langsung ataupun tidak langsung
membedakan manusia atas dasar agama,
suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status
sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik; yang berakibat mengurangi
/ menghapus pengakuan HAM dan
kebebasan dasar dalam kehidupan baik
individual maupun kelompok dalam bidang
politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya,
dan aspek kehidupan lainnya.
Berbagai hak asasi diberbagai aspek
kehidupan dapat dijelaskan sebagai berikut
:
a. Hak asasi politik ( political right), yaitu
hak
untuk
ikut
serta
dalam
pemerintahan, hak memilih dan dipilih
dalam Pemilu, hak mendirfikan partai
dan sebagainya.
b. Hak asasi ekonomi ( property right ), hak
untuk memiliki sesuatu, membeli dan
menjualnya, serta memanfaatkannya.
c. Hak asasi hukum { right of legal equality
) , yaitu hak untuk mendapat perlakuan
yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
Serta
hak
untuk
mendapatkan perlakuan yang sama
dalam tata cara peradilan dan
perlindungan ( prosedural right ). Misalnya
peraturan
dalam,
penangkapan,
penggeledahan, peradilan dan sebagainya.
d. Hak asasi sosial dan kebudayan ( social
and culture right ), misalnya hak untuk
memilih pendidikan, mengembangkan
kebudayaan dan sebagainya.
e. Hak atas pribadi ( personal right ), yang
meliputi
kebebasan
menyatakan
pendapat, kebebasan memeluk agama
dan sebagainya.
Tindakan diskriminatif tersebut diatas
merupakan pelanggaran HAM, baik yang
bersifat vertikal (dilakukan aparat negara
terhadap warga negara atau sebaliknya )
maupun horisontal ( antar warga negara
sendiri); dan tidak sedikit yang masuk
dalam kategori pelanggaran HAM berat (
gross violation of human right ).
Yang dimaksud pelanggaran HAM
berat meliputi 3:
3
Muhtas Majda El,. Dimensi
a. Pembunuhan massal ( genocide )
b.
Pembunuhan sewenang-wenang atau
pembunuhan diluar putusan pengadilan (
arbitrary/ extra yudicial killing )
c. Penyiksaan
d. Penghilangan orang secara paksa
e. Perbudakan
f. Diskriminasi yang dilakukan secara
sistematis (systematic discrimination)
Secara konseptual dapat dikemukakan
bahwa yang dimaksud “ Pelanggaran HAM
“ adalah 4:
Setiap perbuatan orang/kelompokbaik
disengaja/tidak
disengaja/kelalaiansecara
melawan hukummengurangi/menghalangi/
membatasi HAM seseorang atau kelompok
yang dijamin oleh UU dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benarberdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku.
2. Sejarah perkembangan HAM
Lahirnya HAM dimulai dengan
lahirnya Magna Charta. Ide untuk
merumuskan
dalam
suatu
naskah
internasional berangkat dari kondisi perang
dunia yang melibatkan banyak pihak di
dunia ini, dimana hak asasi manusia pada
saat itu terinjak-injak.
Perang dunia ke I dan ke II telah
merevitalisasi HAM menjadi wacana dunia
dengan
dideklerasikannya
Universal
Declaration of Human Right ( pernyataan
sedunia tentang HAM) pada tanggal 10
Desember 1948 oleh negara-negara yang
tergabung dalam PBB
Sebelum adanya deklarasi tersebut,
sebenarnya telah lahir beberapa naskah
HAM yang mendahuluinya, yang bersifat
universal dan asasi. Naskah-naskah tersebut
sebagai berikut 5:
a. Magna Charta ( Piagam Agung 1215).
Suatu dokumen yang mencatat
beberapa hak yang diberikan oleh raja John
dari Inggris kepada beberapa bangsawan
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h.29
4 Ibid, h. 27
5 Ibid, h. 30
Dimensi HAM.
82
bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini
sekaligus membatasi hak raja di Inggris
b. Bill of Right ( UU Hak 1689 )
Suatu UU yang diterima parlemen
Inggris, yang merupakan perlawanan
terhadap raja James III dalam suatu revolusi
yang dikenal dengan istilah “ The Glorious
Revolotion of 1688 “
Declaration des Droit de I’home et
ducitoyen (pernyataan hak-hak manusia dan
warganegara 1789).
Suatu naskah yang
dicetuskan pada permulaan revolusi Perancis
sebagai perlawanan terhadap rezim lama.
c. Bill of Right ( Undang-undang Hak )
Suatu naskah yang disusun oleh rakyat
Amerika pada tahun 1769, dan kemudian
menjadi bagian dar UUD 1891.
Apabila dilihat dari perspektif
substansi yang diperjuangkan, sejarah
perkembangan HAM di dunia dikategorikan
kedalam empat generasi
Generasi pertama
berpandangan
bahwa substansi HAM berpusat pada aspek
hukum dan politik Pandangan ini
merupakan reaksi keras terhadap kehidupan
kenegaraan yang totaliter dan fasis yang
mewarnai tahun-tahun sebelum Perang
Dunia II. Oleh karena itu muncul keinginan
menciptakan
tertib
hukum
yang
baru.Sehingga seperangkat hukum yang
disepakati sarat dengan hak-hak yuridis,
seperti hak untuk hidup, hak tidak menjadi
budak, hak tidak disiksa, hak kesamaan
dalam hukum, praduga tak bersalah dan
sebagainya.
Generasi kedua
memperluas pada
aspek hak sosial, ekonomi, politik dan
budaya. Jadi substansi dari HAM harus
secara eksplisit merumuskan juga hak-hak
sosial, ekonomi, politik, dan budaya; dan
tidak sekedar hak yuridis.
Generasi
ketiga
mengembangkan
adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial
budaya, politik dan hukum dalam satu
wadah
yang
disebut
hak
pembangunan.Kondisi ini muncul sebagai
reaksi atas ketidak seimbangan dalam
kehidupan bermasyarakat, dimana berbagai
aspek lain diprioritaskan dan aspek hukum
diabaikan.
Generasi
keempat
mengukuhkan
keharusan imperatif dari negara untuk
6memenuhi hak asasi rakyatnya.Artinya
urusan hak asasi bukan urusan orang per
orang, justru merupakan tugasnegara.
Generasi ini dipelopori negara-negara
Asia yang pada tahun 1983 melahirkan
deklarasi hak-hak rakyat yang disebut “
Declaration of the Basic Duties og Asian
People “. Deklarasi ini lebih menekankan
pada persoalan-persoalan kewajiban asasi
bukan lagi hak asasi. Karena kata kewajiban
mengandung pengertian keharusan akan
pemenuhan, sementara kata hak baru
sebatas perjuangan untuk memenuhi hak.
3. Sejarah perkembangan HAM di
Indonesia
Sejak awal perjuangan kemertdekaan
Indonesia, sudah menuntut dihormatinya
HAM. Sebagai misal “Kebangkitan
Nasional 20 Mei 1908” menunjukkan
kebangkitan bangsa Indonesia untuk
membebaskan diri dari penjajahan bangsa
lain.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928,
memperlihatkan
Bangsa
Indonesia
menyadari haknya sebagai satu bangsa yang
bertanah air satu, dan menjunjung satu
bahasa persatuan Indonesia. Selanjutnya
“Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945”
yang diikuti dengan penetapan UUD 1945;
dalam pembukaannya mengamanatkan “
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
adalah hak segala bangsa. Oleh karena itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena
tidak
sesuai
dengan
perikemanusiaan dan peri keadilan “.
Di dalam sejarah ketatanegaraan RI,
rumusan
HAM
secara
eksplisit
dicantumkan dalam UUD RIS, UUDS,
maupun UUD 1945 hasil amandemen7.
Pada pelaksanakan sidang umum
MPRS tahun 1966 telah ditetapkan
Tap.MPRS No.XIV/ MPRS/1966 tentang
UUD 1945
Ubaedillah
Rozak
abdul,
Pendidikan
kewarganegaraan, Jakarta : ICE UIN Jakarta, 2009, h.
45.
6
7
83
pembentukan
panitia
ad.Hoc.untuk
menyiapkan rancangan Piagam HAM dan
Hak serta Kewajiban warga negara. Hasil
rancangan panitia ad.Hoc tersebut pada
sidang umum MPRS 1968 tidak dibahas,
karena lebih mengutamakan membahas
masalah mendesak yang berkaitan dengan
rehabillitasi dan konsolidasi nasional
setelah
terjadi
tragedi
nasional
8
pemberontakan G 30 S /PKI.
Selanjutnya pada tahun 1993, berdasarkan
Kepres No. 50 tahun 1993 dibentuklah Komnas
HAM.Ketika Sidang Umum MPR RI tahun
1968 perumusan tentang HAM secara rinci
telah tercantum dalam GBHN.Selanjutnya
tahun 1999 lahir UU HAM no.39 tahun
1999.Sementara itu amandemen UUD 1945
yang kedua tahun 2000, rumus HAM secara
eksplisit tertuang dalam UUD 1945 tepat di
BAB X A, pasal 28A s/d 28 J.
perbudakan, perlindungan dari tindakan
sewenang-wenang, kesempatan menjadi
warga negara dan berpindah warga negara.
Hak tentang perlakuan yang seharusnya
diperoleh manusia dari sistem hukum ,
seperti persamaan dihadapan hukum,
memperoleh pengadilan yang adil, asas
praduga tak bersalah, hak untuk tidak di
intervensi kehidupan pribadinya.
Hak yang memungkinkan individu
dapat melakukan kegiatan tanpa campur
tangan pemerintah dan memungkinkan
individu ikut ambil bagian dalam
mengontrol jalannya pemerintahan. Hak ini
lazim disebut sebagai hak sipil dan politik,
seperti ; kebebasan berpikir dan beragama,
hak berkumpul dan berserikat, hak untuk
ikut aktif dalam pemerintahan.
Hak yang menjamin terpenuhinya taraf
minimal
hidup
manusia,
dan
memungkinkan adanya pengembangan
kebudayaan. Hak semacam ini lazim
disebut sebagai hak sosial-ekonomi-budaya,
seperti : hak untuk mendapatkan makanan,
pekerjaan dan pelayanan kesehatan, hak
untuk
memperoleh
pendidikan
dan
mengembankan kebudayaan.
4. HAM yang diatur dalam Deklarasi
PBB
Deklarasi
PBB
secara
singkat
menjelaskan seperangkat hak-hak dasar
manusia yang sangat sarat dengan hak-hak
yuridis, seperti hak untuk hidup, hak tidak
menjadi budak, hak tidak disiksa dan ditahan,
hak dipersamakan dimuka hukum, hak untuk
mendapatkan praduga tak bersalah ,dan
sebagainya. Hak lain juga dimuat dalam
deklarasi tersebut, seperti hak akan
nasionalitas, pemilikan, dan pemikiran; hak
untuk menganut agama dan memperoleh
pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan
berbudaya.
Menurut
Asykuri
Ibn
Chamim
deklarasi PBB menegaskan beberapa kategori
hak sebagai berikut 9:
Hak yang secara langsung memberikan
gambaran
kondisi
minimum
yang
diperlukan individu ,agar ia dapat
mewujudkan watak kemanusiannya seperti :
pengakuan atas martabat.
Perlindungan dari tindak diskriminasi ,
jaminan atas kebutuhan hidup, terbebas dari
5. Sejarah Negara Hukum
Negara Hukum (rechts staat) tidak
asing lagi dalam ilmu pengetahuan
ketatanegaraan sejak zaman purba hingga
sekarang ini. Hanya di dalam praktek
ketatanegaraan orang masih menyangsikan
apakah
negara
hukum
itu
sudah
dilaksanakan sepenuhnya.
Hal ini dapat dimengerti karena dalam
praktek, pengertian yang bersih menurut
teori, masih perlu diperhitungkan dengan
faktor-faktor yang nyata yang hidup dalam
masyarakat menurut waktu dan tempat. Karena
itu tidaklah mengherankan, sebab cita-cita
yang universal mengenai negara hukum
yang diletakkan dalam konstitusi sering
dilanggar dalam praktek.
Jika keadaan semacam ini terusmenerus terjadi, maka negara hukum hanya
bersifat formil, sedangkan kenyataan yang
hidup sudah jauh menyimpang daripada
yang dituliskan dalam konstitusi seolah-
Muhtas Majda El,. Dimensi Dimensi HAM.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h.37
9 Ibid, h. 23
8
84
olah negara hukum ini hanya suatu mitos
saja yang belum pernah terbukti dalam
sejarah ketatanegaraan10.
Konsep Negara Hukum Indonesia
menurut Prof. M. Yamin, sudah lama ada
beribu-ribu tahun sebelum Proklamasi
Kemerdekaan RI 1945, yang menjadi
sumber hukum secara tertulis dalam
Republik Indonesia. Istilah negara hukum
jauh lebih muda daripada pengertian negara
hukum yang dikenal dalam Negara-negara
Indonesia, seperti Sriwijaya, Majapahit,
Melayu Minangkabau dan Mataram. Hasil
penyelidikan ini menolak pendapat seolaholah pengertian negara hukum semata-mata
bersumber atau berasal dari hukum Eropa
Barat.
Tidak demikian halnya, melainkan
pengertian negara hukum telah dikenal
dengan
baik
dalam
perkembangan
peradaban yang sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia.
terpisah satu sama lain tidak berada
dalam satu tangan.
Para jurist Asia Tenggara dan Pasifik
seperti tercantum dalam buku “The
Dymanics Aspects of the rule of law in the
Modern Age”, dikemukakan syarat rule of
law sebagai berikut12:
a. Perlindungan konstitusional dalam arti
bahwa konstitusi selain daripada
menjamin hak-hak individu harus
menentukan pula cara prosedural untuk
memperoleh perlindungan atas hak-hak
yang dijamin;
b. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak
memihak;
c. Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
d. Pemilihan umum yang bebas;
e. Kebebasan untuk berorganisasi dan
beroposisi;
f. Pendidikan civic (kewarganegaraan).
7. Tujuan Negara Hukum
Permasalahan negara hukum pada
hakikatnya tidak lain daripada persoalan
tentang kekuasaan. Ada dua sentra
kekuasaan. Di satu pihak terdapat negara
dengan kekuasaan yang menjadi syarat
mutlak untuk dapat memerintah. Di lain
pihak nampak rakyat yang diperintah segan
melepaskan segala kekuasaannya.
Kita melihat bahwa apabila penguasa
di suatu negara hanya bertujuan untuk
memperoleh kekuasaan sebesar-besarnya tanpa
menghiraukan kebebasan rakyatnya, maka
lenyaplah negara hukum.Dengan demikian
nyatalah betapa penting tujuan suatu negara
dalam kaitannya dengan persoalan kita.
Van Apeldoorn mengungkapkan bahwa
tujuan hukum adalah mengatur tata tertib
masyarakat
secara
damai
dan
adil.Perdamaian
diantara
manusia
dipertahankan
oleh
hukum
dengan
melindungi
kepentingan-kepentingan
manusia
tertentu,
kehormatan,
kemerdekaan, jiwa, harta dan sebagainya
terhadap yang merugikannya. Kepentingan
6. Ciri–ciri Negara Hukum
Sudargo Gautama. mengemukakan 3
ciri-ciri atau unsur-unsur dari negara
hukum, yakni11:
a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara
terhadap perorangan, maksudnya negara
tidak dapat bertindak sewenang-wenang.
Tindakan negara dibatasi oleh hukum,
individual mempunyai hak terhadap
negara atau rakyat mempunyai hak terhadap
penguasa.
b. Azas Legalitas
Setiap
tindakan
negara
harus
berdasarkan hukum yang telah diadakan
terlebih dahulu yang harus ditaati juga
oleh pemerintah atau aparaturnya.
c. Pemisahan Kekuasaan
Agar hak-hak azasi itu betul-betul
terlindung adalah dengan pemisahan
kekuasaan yaitu badan yang membuat
peraturan
perundang-undangan,
melaksanakan dan mengadili harus
Didi Nazmi Yunas, Konsepsi Negara
Hukum, Angkasa Raya, 1992, h. 22
11Fadjar A Mukhtie, Tipe Negara Hukum,
Malang : Banyumedia Intrans,2004, h 34.
10
Didi Nazmi Yunas, Op cit, Angkasa Raya,
1992, h. 23
12
85
dari perorangan dan kepentingan golongan
manusia selalu bertentangan satu sama lain.
Perseteruan
kepentingan
selalu
menyebabkan
pertikaian.
Bahkan
peperangan antara semua orang melawan
semua orang, jika hukum tidak bertindak
sebagai perantara untuk mempertahankan
kedamaian.
Hukum memihak perdamaian dengan
menimbang kepentingan yang bertentangan
secara teliti dan mengadakan keseimbangan
diantaranya karena hukum hanya dapat
mencapai tujuan (mengatur pergaulan hidup
secara damai) jika ia menuju peraturan yang
adil. Artinya, peraturan yang mengandung
keseimbangan antara kepentingan-kepentingan
yang dilindungi sehingga setiap orang
memperoleh sebanyak mungkin yang
menjadi bagiannya.
Montesqueu mengatakan bahwa ,
negara yang paling baik ialah negara
hukum, sebab di dalam konstitusi di banyak
negara mempunyai tiga inti pokok yaitu:
a. Perlindungan HAM
b. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu
negara
c. Membatasi kekuasaan dan wewenang
organ-organ negara.
Selain itu salah satu tujuan hukum
adalah memperoleh kepastian hukum
(rechtzeker heid). Kepastian hukum menjadi
makin dianggap penting bila dikaitkan
dengan ajaran negara berdasar atas
hukum.Telah menjadi pengetahuan klasik
dalam ilmu hukum bahwa hukum tertulis
dipandang lebih menjamin kepastian hukum
dibandingkan dengan hukum tidak tertulis.
orang demi kehormatan dan perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Konsep negara hukum adalah negara
yang berdasarkan pada kedaulatan hukum.
Hukumlah yang berdaulat. Negara adalah
merupakan subjek hukum, dalam arti
rechtstaat (badan hukum republik). Karena
negara itu dipandang sebagai subjek hukum,
maka jika ia bersalah dapat dituntut didepan
pengadilan karena perbuatan melanggar
hukum.
Akhirnya
segala
kententuan
yangdilakukan oleh pemerintah harus
berdasarkan atas hukum. Tidak ada sesuatu
kebijakan yag dilandasi oleh kekuasaan.
Dalam uraian diatas dapat disimpulkan
hubungan antara HAM dan Negara Hukum.
Dalam penegakan Hak Asasi Manusia harus
diladasi oleh aturan hukum, yaitu aturan
perundang-undangan.
Pemerintah
dalam
menegakan HAM di negara yang berasaskan
hukum, harus selalu memperhatikan
peraturan-peraturan yang berlaku.
Jika pemerintah melakukannya dengan
kekuasaan, maka orang yang duduk dalam
pemerintahan itulah yang akan terjerat oleh
hukum.Tetapi itupun jika bertentangan
dengan peraturan perundang undangan yang
berlaku.
Hubungan yang lainya dalam konsep
negara hukum dijelaskan bahwa negara
hukum memiliki salah satu ciri yaitu warga
negara harus mendapatkan perlindungan
HAM. Karena jika itu dilanggar akan
bertentangan dengan prinsip negara hukum
itu sendiri.
9. Perlindungan dan penegakan HAM
di Indonesia.
Hal-hal yang dapat dilihat secara nyata
seperti adanya lembaga-lembaga negara
seperti yang dikhususkan untuk melidungi
Hak Asasi Manusia seseorang. Seperti
Komisi Perlindungan Hak Asasi Manusia,
Komisi Perlindungan Perempuan, Komisi
Perlindungan Anak, Komisi perlindungan
saksi dan korban.
Selain itu, pemerintah Indonesia mulai
melakukan reformasi hukum. Dengan
adanya Undang-undang yang mengatur
tentang perlindungan HAM seperti Undang-
8. Hubungan antara Hak Asasi
Manusia dan Negara Hukum.
Hubungan antara Hak Asasi manusia
dan negara hukum sangat erat. Hak asasi
mausia
adalah
hak
dasar
atau
kewarganegaraan yang melekat pada
individu sejak ia lahir secara kodrat yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Esa yang tidak dapat dirampas dan dicabut
keberadaannya dan wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap
86
undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asai
Manusia, Undang undang No 26 tahun
2000 tentang pengadilan HAM membuat
warga negara Indonesia lebih terlidungi hak
asasinya.
Namun disamping kemajuan-kemajuan
itu, tetap masi terdapat banyak kekurangan
yang harus diperbaiki oleh pemerintah
Indonesia. Kekurangan tersebut banyaknya
terdapat pada proses implementasinya.
banyak peraturan-peraturan yang tidak
dimplementasikan secara tepat oleh aparat
penegak hukum kita.
Selain itu lembaga-lembaga yang telah
dibuat demi melindungi Hak Asasi Manusia
seseorang difungsikan secara benar. Agar
lembaga-lembaga
tersebut tidak dibuat
percuma dan tidak hanya sebagai pelengkap
sistem ketatanegaraan semata . Tetapi
berfungsi
demi
kepentingan
rakyat
Indonesia.
Muhtas Majda El,2008. Dimensi Dimensi
HAM. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
C. Kesimpulan
Di dalam penegakan HAM masa
reformasi lebih baik dibandingkan masa
orde baru. Pada masa orde baru banyak
sekali pelanggaran-pelanggaran HAM yang
dilakukan, baik berat maupun ringan dan
pada masa itu tidak terdapat peraturanperundang undangan mengenai penegakan
HAM. Tidak seperti masa reformasi yang
memiliki peraturan tersebut. Banyak hal-hal
yang telah dilakukan pemerintah Indonesia
dalam penegakan dan perlindungan HAM
terhadap
warga
negaranya.
Seperti
dibentuknya
lembaga-lembaga
khusus
mengenai pengaduan HAM dan adanya
reformasi hukum yang mengatur tentang
penegakan dan perlindungan HAM.
UUD 1945
Chainur Arrasjid, 2000, Dasar-dasar Ilmu
Hukum, Sinar Grafika.
Tim Kajian Amandemen Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, Amandemen
UUD 1945. Cetakan ke-Sinar Grafika
, 2000.
Ubaedillah, Rozak Abdul,2009, Pendidikan
kewarganegaraan, Jakarta : ICE UIN
Jakarta.
UU No 26 tahun 2000 tentang pengadilan
HAM
UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
D. Daftar Pustaka
Didi Nazmi Yunas, SH, 1992, Konsepsi
Negara Hukum, Angkasa Raya.
Fadjar A Mukhtie 2004, Tipe Negara
Hukum, Malang : Banyumedia Intrans
87
Download