(Putusan P.N. Stabat Nomor: 374/Pid.B/2006/PN.Stb)

advertisement
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM
ATAS TINDAK PIDANA PERUSAKAN EKOSISTEM MANGROVE
DI KABUPATEN LANGKAT
(Putusan P.N. Stabat Nomor: 374/Pid.B/2006/PN.Stb)
Tengku Erwinsyahbana
Abstract
The aim ofthis research are to know some case thathas been processed that there some defendant
was decided outof any prosecution by thejudge at Court of Disctrict Altough thepublic prosecutor had
collected was qualified. Decidedoutofanyprosecution was very interested toanalyze toknow more how
the reasoning andconsideration of the judge. This research is normative juridical bycase study method.
The collected data were analyzed using ofjuridical qualitative methods. Based on analysis results there
was concluded that the judge assess that defendant did not able to responsible, because there was
forgiving reasons. Therefore thejudge decided out ofanyprosecution because offorgiving reasons injudge
decision not accordance with Penal Code.
Keywors: judge'sdecision, criminal offences, mangrove ecosystem.
A.
Pendahuluan
Deklarasi Stockholm (1972) merekomen-
dasikan pengelompokan masalah lingkungan
menjadi lima bidang utama, yaitu: permukiman,
pengelolaan sumberdaya alam, pencemaran,
pendidikan dan pembangunan. Deklarasi ini juga
menyerukan perlunya komitmen pandangan dan
prinsip bersama bangsa-bangsa di dunia untuk
melindungi dan meningkatkan kualitaslingkungan
hidupumat manusia. Setiap negara diminta untuk
membentuk kementerian atau lembaga negara yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkunganhidup. Pemerintah Indonesia
meresponnya dengan membentuk Kementerian
Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup.
Perlindungan terhadap lingkungan hidupternyata tidak dapat berjalan sepertihasil kesepakatan
yangdicapai dalam Deklarasi Stockholm. Terutama
pada negara-negara berkembang(termasukIndo
nesia), bahwapelaksanaan pembangunan ekonomi
tidak dapat berjalan seiring dengan perlindungan
terhadap lingkungan. Banyak fakta menunjukkan
terjadinya kerusakan atau pencemaran lingkungan
akibatpelaksanaan pembangunan ekonomi. Harus
diakuibahwa upaya pelestarian fungsi lingkungan
terkadang bertentangan (tidak sejalan) dengan
dalam laporan dan rekomendasi berjudul: "OurCom
mon Future (Hari Depan Kita Bersama)". Dalam
laporan tersebut dinyatakan bahwa pembangunan
ekonomi yang diselenggarakan negara-negara di
dunia tidak sejalan dengan pembangunan
lingkungan, bahkan pembangunan cenderung
semakin merusak lingkungan. Atas dasar inimaka
dilaksanakanlah KTT Bumi {Earth Summit) yang
diselenggarakan di Rio de Janeiro (Brazilia) dan
dibuka pada tanggal 5 Juli 1992.
Sejak pelaksanaan KTT Bumi(Earth Summit),
masyarakat internasional menilai bahwa
perlindungan terhadap lingkungan hidup merupakan
tanggung jawab bersama setiap negara dan
perlindungan lingkungan hidup tidak terlepas dari
aspek pembangunan ekonomi dan sosial. KTT ini
menghasilkan Deklarasi Rioyang disebut Sustain
able Development(Pembangunan Berkelanjutan).
Prinsip-prinsip DeklarasiRiosebagai landasan bagi
programkerjadituangkandalam Agenda 21 Global
yang mewajibkan keselarasan antara pembangunan
dan lingkungan hidup dan tidak lagi memisahkan
pengelolaan lingkungan hidup dan pembangunan
sosial-ekonomi masyarakat.
Pemerintahan Indonesia memang sudah mulai
membenahi regulasi yang dapat melindungi
lingkungan hidup dari kemungkinan kepunahan,
inovasidari proses pembangunan. Tidak sejalannya
kerusakan atau pencemaran akibat pelaksanaan
pembangunanekonomidengan upaya perlindungan
lingkungan terbukti meialui kajian dan analisis
masalah lingkungan hidup dan pembangunan yang
ment and Development (UNCED) yang dituangkan
pembangunan sosial-ekonomi masyarakat, tetapi
nyatanyakondisi tingkungan hiduptidak mengalami
perbaikan, malah cenderung merosot. Berkurangnya sumberdaya kelautan, penggundulan hutan dan
degradasi lahan, keterbatasan sumber air bersih
Yustisia Edisi 80 Mei-Agustus 2010
Analisis Yuridis Putusan Lepas dari
dilakukan oleh The World Commission on Environ
39
Download