Bank BJB - IPB Repository

advertisement
ANALISIS PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH
KOTA DEPOK PADA PT BANK JAWA BARAT DAN
BANTEN (BANK BJB)
Oleh
DIAN YUDO PALUPI
H24070045
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
DIAN YUDO PALUPI. H24070045. Analisis Peluang Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank
BJB). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI dan RADEN DIKKY
INDRAWAN.
Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22 tahun
1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat
yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi
dan keanekaragaman sumber daya lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok ini
diaplikasikan pada penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten (Bank BJB)
Cabang Depok.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui peraturan perundangundangan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah Depok, 2) mengetahui
kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang dipengaruhi perbankan
lainnya, 3) mengetahui kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank
BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya, 4)
mengetahui posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah Kota
Depok pada Bank BJB. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
terstruktur (kuesioner), In depth interview, survei lapang, dan studi literatur.
Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis
kelembagaan, analisis SWOT, dan analisis finansial.
Berdasarkan analisis kelembagaan bahwa Pemerintah Kota Depok hanya
dapat melakukan penyertaan modal jangka panjang yakni penanaman saham pada
BUMD saja (Bank BJB), dapat melakukan penyertaan modal jangka pendek
seperti simpanan berbentuk tabungan dan deposito yang dilakukan pada bank
yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial, serta membeli obligasi
pemerintah yang memiliki resiko sangat kecil. Dilihat analisis finansial dengan
menggunakan kriteria EPS (Earning Per Share) dan ROE (Return On Equity)
bahwa ROE dan EPS Bank BJB mengalami kenaikan dari tahun 2006-2010. Dari
sisi analisis SWOT dapat disimpulkan bahwa kekuatan yang dimiliki Bank BJB
dapat mendukung perkembangan usaha yang dijalankan dan untuk produk
investasi jangka pendek, produk deposito merupakan produk yang sesuai dengan
kebutuhan Pemerintah Kota Depok yang membutuhkan dana operasional per
bulan dan deposito adalah instrumen investasi jangka pendek yang dapat
dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok selain di Bank BJB yakni di bank lainnya
yang berkategori sehat.
Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kota
Depok dapat melakukan penempatan modal pada Saham Seri A dan Saham Seri
B hanya di Bank BJB sebagai BUMD, sepanjang bersifat investasi jangka
panjang. Untuk investasi jangka pendek, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat
melakukan investasi pada produk perbankan di semua bank yang sehat yakni
deposito dan tabungan (simpanan).
ANALISIS PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH
KOTA DEPOK PADA PT BANK JAWA BARAT DAN
BANTEN (BANK BJB)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
DIAN YUDO PALUPI
H24070045
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada
PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)
Nama
: Dian Yudo Palupi
NIM
: H24070045
Menyetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Farida Ratna Dewi, SE. MM)
NIP. 19710307 200501 2 001
(R. Dikky Indrawan, SP. MM)
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc)
NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak dari pasangan Sugiono dan
Liana, dimana penulis memiliki dua orang kakak perempuan
bernama Melan dan Melly Novita serta seorang adik laki-laki
yaitu Hendi Setiawan. Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal
27 Mei 1990.
Penulis mengawali pendidikan formal pada SDN Semplak 1 Bogor tahun
1995 hingga 2001. Penulis memulai pendidikan menengah pertama pada SMPN 4
Bogor pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004-2007, penulis menempuh
pendidikan menengah atas pada SMAN 2 Bogor. Melalui jalur Ujian Seleksi
Masuk IPB (USMI) penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya pada
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Semasa kuliah, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa FEM IPB
sebagai staf Perekonomian dan aktif di berbagai kepanitian di Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, serta sebagai pengurus di Beasiswa Yayasan Karya Salemba
Empat. Penulis pernah menjadi mahasiswa magang pada bagian Proses
Pengembangan Data dan Informasi (PPDI) Bank Indonesia.
iii KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun
penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para
keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir
zaman.
Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Analisis Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank
Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis sadar penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai
pihak. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada
penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2011
Penulis
iv UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Farida Ratna Dewi, SE. MM dan R. Dikky Indrawan, SP. MM selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan kepada
penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
2. Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM selaku dosen penguji sidang yang
bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan
bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
4. Seluruh staff pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen,
FEM IPB.
5. Pihak Bank Jabar Banten dan Pemerintah kota Depok, Ibu Rika sebagai
pembimbing lapang yang telah banyak membantu penulis dalam
penyediaan data saat melakukan penelitian.
6. Bapak Sugiono dan Ibu tercinta Liana yang telah membantu penulis untuk
dapat terus belajar dan selalu mendoakan penulis, serta memberi semangat
dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan
skripsi ini.
7. Keluarga tercinta : Kak Melan, Kak Melly, dan Hendi yang senantiasa
memberikan doa, kasih sayang, semangat dan kebahagiaan dalam hidup
penulis.
8. M. Ilham Mutaqien untuk setiap semangat, setiap waktu, setiap inspirasi,
dan setiap keikhlasan yang diberikan untuk menemani, menghiasi dan
mengisi hari-hari penulis, serta kasih sayangnya yang luar biasa.
9. Norvi, Gerry, Nanda, Enny, Lely, Ahmad Ajie, Fani, Imam, Septi, Rari,
Dani, Indri, Dimpy, dan Arif yang senantiasa memberikan dukungan,
bantuan, perhatian, dan motivasi serta selalu memberikan warna bagi
kehidupan penulis.
v 10. Teman-teman BEM FEM 2009-2010, Pengurus Paguyuban KSE IPB, dan
Tim Danone Buitenzorg, serta PT Masasi Indonesia yang dengan rasa
kekeluargaan, pertemanan, saling mendukung berbagi ilmu dan membantu
dalam setiap kegiatan yang dilalui bersama.
11. Teman-teman Manajemen 44 yang tidak mungkin dapat disebutkan satu
persatu atas kebersamaan dan canda tawa selama ini
12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Februari 2011
Penulis
vi DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
Latar Belakang .......................................................................... 1
Rumusan Masalah ..................................................................... 4
Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
Manfaat Penelitian .................................................................... 5
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
2.1. Manajemen Kas Daerah ............................................................ 6
2.2. Investasi .................................................................................... 8
2.2.1. Pengertian Investasi ..................................................... 8
2.2.2. Proses Investasi ............................................................. 8
2.3. Manajemen Investasi Daerah ................................................... 9
2.3.1. Investasi Aset Keuangan ............................................... 10
2.3.2. Risiko Investasi. ............................................................ 11
2.3.3. Prinsip Manajemen Investasi Daerah. ........................... 13
2.4. Saham ....................................................................................... 14
2.4.1. Pengertian Saham ......................................................... 14
2.4.2. Penilaian Saham ............................................................ 16
2.5. Pengertian Bank ........................................................................ 18
2.6. Pengertian Pasar Modal ............................................................ 19
2.6.1. Jenis Pasar Modal ......................................................... 20
2.6.2. Instrumen Pasar Modal. ................................................ 20
2.6.3. Lembaga Yang Terkait Dengan Pasar Modal. .............. 22
2.6.4. Pelaku Dalam Pasar Modal. .......................................... 23
2.6.5. Lembaga Penunjang. ..................................................... 24
2.7. Penelitian Terdahulu ................................................................ 27
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 29
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. 30
3.2. Lokasi dan Waktu .................................................................... 30
vii 3.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 31
3.4. Metode Analisis Data ............................................................... 32
3.4.1. Analisis SWOT ............................................................ 32
3.4.2. Analisis Finansial. ......................................................... 36
3.4.3. Analisis Kelembagaan................................................... 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 42
4.1. Gambaran Umum Perusahaan .................................................. 42
4.2. Analisis Kelembagaan .............................................................. 44
4.3. Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank bjb)
Sebelum IPO ............................................................................ 50
4.4. Kebijakan Saham Setelah IPO ................................................. 53
4.5. Kinerja Bank Jabar Banten ....................................................... 56
4.5.1. Analisis SWOT ............................................................ 58
4.6. Analisis Finansial. ..................................................................... 67
4.7. Implikasi Manajerial ................................................................. 75
4.7.1. Pengertian Saham Seri A dan Saham Seri B ................ 76
4.7.2. Aturan di Bank BJB terhadap Saham Seri A dan B ...... 77
4.7.3. Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham
Seri A dan Seri B .......................................................... 78
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 81
1. Kesimpulan ............................................................................................... 81
2. Saran ......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 83
LAMPIRAN .................................................................................................. 85
viii DAFTAR TABEL
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Halaman
Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data ...................................
Metode Analisis ...............................................................................
Penentuan Bobot Faktor Strategis ....................................................
Penentuan Nilai Faktor Strategis......................................................
Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE dan IFE. .......
Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal
Pemerintah .......................................................................................
Susunan Modal Saham dan Pemegang Saham Bank BJB ...............
Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal
terhadap Produk Perbankan lainnya) ...............................................
Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya .........................
Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya .......................
Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB .......................
Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010-2014 ..................................
Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2011-2015 .................................
Posisi Peringkat Bisnis Bank Jabar Banten......................................
ix 31
32
34
35
36
44
54
65
68
68
69
70
71
75
DAFTAR GAMBAR
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................
Analisis SWOT ................................................................................
Grafik Kepemilikan Pemerintah Daerah Kota Depok .....................
Matriks IE Pengembangan Usaha di Bank BJB...............................
Grafik Perkembangan untuk EPS dan ROE Bank BJB ...................
Grafik Forecasting untuk EPS Bank BJB ........................................
Grafik Forecasting untuk ROE Bank BJB .......................................
Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten ..........................................
Financial Highlights Bank Jabar Banten .........................................
Rasio Keuangan Bank Jabar Banten ................................................
x 30
33
53
57
69
70
71
72
72
73
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanyaan Wawancara Kepada Pihak Bank BJB ..........................
Kuesioner Terhadap Bank BUMN dan Bank Swasta di Depok .....
Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ................................
Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ................................
Perhitungan Bobot IFE dan EFE ......................................................
Sejarah Perkembangan Kepemilikan Saham 1999-2009 .................
Posisi Saham Bank BJB sebelum dan sesudah IPO .........................
Perkembangan Harga Saham Seri B Bank BJB ...............................
Analisis Kelembagaan, SWOT, dan Finansial untuk
Keempat Perbandingan ....................................................................
10. Suku Bunga Tabungan .....................................................................
11. Suku Bunga Deposito untuk Nominal ≥ Rp. 10 Milyar ...................
10. Produk Simpanan (Tabungan dan Deposito) dari Pesaing
PT Bank BJB Tbk. ...........................................................................
xi 85
88
89
92
95
101
123
129
133
136
137
138
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kota Depok merupakan kota yang mulai berkembang dimana secara
administratif berbatasan dengan DKI Jakarta, Bogor dan Tangerang. Laju
pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk Kota Depok semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Kota Depok berfungsi sebagai penyangga
(buffer) yang menerima dampak dari pertumbuhan ekonomi wilayah di
sekitarnya. Kota Depok banyak memasok berbagai kebutuhan di Jakarta.
Selain itu, penduduk yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya banyak yang
bermukim di Depok. Dengan demikian, Depok berkembang menjadi kota
yang potensial dan strategis dalam kegiatan sosial dan ekonomi.
Dalam perkembangannya, kota Administratif (Kotif) Depok tumbuh
dengan sangat cepat. Melihat pertumbuhan yang pesat tersebut dan adanya
tuntutan aspirasi masyarakat, maka dipandang perlu meningkatkan
penyelenggaraan pemerintahan, serta pelaksanaan pembangunan dan
pembinaan masyarakat guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada
masa mendatang. Untuk itu dibentuklah Pemerintah Daerah Tingkat II
(DATI II) Kota Depok pada tanggal 20 April 1999, berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999. Hal ini bertujuan untuk
lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan,
pelaksanaan
pembangunan
dan
pelayanan
kepada
masyarakat. Pembentukan ini bermakna pula sebagai wujud dukungan akan
kemampuan
dan
potensi
wilayah
Kota
Depok
dalam
rangka
menyelenggarakan otonomi daerah.
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan tersebut tentunya akan
terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber
penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada undangundang tentang desentralisasi fiskal (UU No. 25 tahun 1999), dimana
besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan
antara Pusat dan Daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber
2 keuangan diantaranya melalui "hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan" yang bersumber dari bagian laba BUMD maupun hasil
kerjasama dengan pihak ketiga.
Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22
tahun 1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan potensi dan keanakaragaman sumber daya lokal yang
dimiliki oleh wilayah tersebut. Berdasarkan undang-undang tersebut,
pemerintah daerah tentunya dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
membangun
derahnya
serta
memiliki
daya
saing
tinggi
dengan
mengkombinasikan antara faktor kondisi ekonomi, kualitas kelembagaan
publik, sumber daya manusia dan teknologi yang secara keseluruhan
membangun kemampuan daerah untuk lebih berkembang dan berdaya saing
(UU No. 32 tahun 2004). Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Depok ini diaplikasikan pada sektor perbankan, karena
berdasarkan data Biro Riset InfoBank, industri perbankan menguasai 90,46
persen pangsa pasar keuangan di Indonesia, yakni dengan penyertaan
modal terhadap Bank BJB.
Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi
oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960
tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang
dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di
Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche
Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di
bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah
nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris
Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei
1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa
Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank
Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari
Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00.
3 Untuk
menyempurnakan
kedudukan
hukum
Bank
Karya
Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang
kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai
perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal
27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat
diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.
Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992
serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan Bank
Jabar dengan logo baru.
Dalam
rangka
mengikuti
perkembangan
perekonomian
dan
perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta
Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8
Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI
tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan
Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Lalu pada tahun 2007
terjadi perubahan nama, dari PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dengan sebutan Bank Jabar Banten. Dan pada tanggal 5 Juli 2010,
perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB.
Pada tanggal 8 Juli 2010 Bank Jabar Banten secara resmi
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank Jabar Banten
telah berhasil mengukir prestasi sebagai Bank Pembangunan Daerah
pertama yang telah melakukan penawaran perdana saham (IPO) kepada
publik. Dengan terjadinya hal ini, maka terjadi juga perubahan komposisi
kepemilikan saham pada Bank BJB.
Bank Jabar Banten telah menjual saham seri A terhadap pemerintah
dari tahun 1999 dan setelah IPO Bank BJB menawarkan saham kepada
publik sejumlah 2.424.072.500 lembar saham Seri B, termasuk EMSA
(karyawan dan nasabah) dengan harga penawaran Rp 600 per saham
4 dengan dana yang diperoleh dari IPO sekitar Rp 1,4 triliun. Pelepasan
saham ke masyarakat ini setara dengan 25% dari jumlah modal ditempatkan
dan disetor penuh Bank Jabar Banten.
Perubahan status hukum Bank BJB setelah berhasil berubah bentuk
menjadi Perseroan Terbatas dan melakukan IPO (Initial Public Offering),
maka banyak pertimbangan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah,
terutama Pemerintah Kota Depok terkait dengan penyertaan modal untuk
seterusnya. Tentunya untuk melakukan penyertaan modal tersebut
diperlukan kejelian dan ketajaman dan keakuratan daya analisis dari aparat
daerah. Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka analisis mengenai
penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok kepada pihak ketiga
yakni Bank BJB maupun produk pesaingnya perlu untuk dilakukan.
1.2
Perumusan Masalah
Perubah status hukum Bank BJB sebagai Perseroan Terbatas,
mengakibatkan berubah pula otonomi saham Bank BJB yang mulanya
saham pemerintah mutlak 100% menjadi 75% dan sisanya dimiliki oleh
masyarakat umum. Dari hal ini, Pemerintah Daerah Kota depok perlu
mengidentifikasi apakah penyertaan modal terhadap Bank BJB masih layak
atau tidak. Oleh karena itu, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penyertaan modal oleh Kota Depok ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal
Pemerintah Daerah Depok?
2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB dalam
industri perbankan saat ini?
3. Bagaimana kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB
dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya?
4. Bagaimana posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah
Kota Depok pada Bank BJB?
5 1.3
Tujuan
1. Menganalisis peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal
Pemerintah Daerah Depok
2. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang
dipengaruhi perbankan lainnya
3. Menganalisis kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank
BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya
4. Menganalisis posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah
Kota Depok pada Bank BJB
1.4
Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak Pemerintah Kota Depok, penelitian ini dapat dijadikan
alternative, masukan, dan pertimbangan untuk melaksanakan keputusankeputusan dalam Pemerintah Kota Depok yang berkaitan dengan
penyertaan modal pada Bank BJB guna peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
2. Bagi pihak masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan dapat berkontribusi dalam bidang pendidikan di Indonesia
terutama pada kalangan akademis dan masyarakat pada umumnya.
1.5
Ruang Lingkup
Kajian ini membahas tentang peluang penyertaan modal yang
dilakukan Pemerintah Daerah Kota Depok terhadap Bank Jabar dengan
produk pesaingnya yaitu PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon
Indonesia Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank
Nasional Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Kas Daerah
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah.
Terdapat tiga tujuan utama manajemen kas, yaitu:
1. keamanan kas
2. menjaga likuiditas keuangan
3. memperoleh keuntungan investasi
Manajemen kas bertujuan untuk menjaga keamanan kas dalam arti
melindungi kas dari kehilangan yang diakibatkan oleh keputusan
manajemen yang buruk atau karena tindak korupsi dalam praktek
pengumpulan, pengeluaran, dan pemanfaatan kas. Tujuan kedua adalah
menjaga likuiditas keuangan, yaitu menjaga jumlah kas yang memadai dan
mencukupi untuk memenuhi kewajiban finansial, seperti membayarkan
kembali hutang jangka pendek yang jatuh tempo, membayar kewajiban
kepada pihak ketiga, membiayai kegiatan yang sudah dianggarkan, dan
membayar belanja rutin. Manajemen kas juga bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari pemanfaatan kas dalam investasi jangka pendek.
Seringkali antara tujuan menjaga likuiditas dan memperoleh
keuntungan
investasi
bersifat
kontradiktif.
Likuiditas
yang
tinggi
membutuhkan ketersediaan kas yang lebih besar. Namun, kondisi keuangan
yang mengalami likuiditas tinggi bisa berarti mengorbankan kesempatan
memperoleh keuntungan investasi, sebab kas yang terlalu banyak tersebut
sebenarnya dapat digunakan untuk investasi sehingga menghasilkan
keuntungan. Sebaliknya, menginvestasikan kas yang terlalu besar dalam
7
instrumen investasi jangka pendek juga berarti menurunkan likuiditas.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh manajer keuangan sektor publik
adalah bagaimana menentukan jumlah kas yang paling optimal, yaitu
menentukan jumlah kas di tangan yang mencukupi untuk mendanai kegiatan
operasional dan menginvestasikan kas yang masih menganggur (Mahmudi,
2010)
Ruang Lingkup Keuangan Daerah meliputi (PP 58/2005, Pasal 2):
a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah, dana retribusi daerah
serta melakukan pinjaman;
b. Kewajiban daerah untuk menyelengggarakan urusan pemerintahan
daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan daerah
d. Pengeluarah daerah;
e. Kekayaan yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang; termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan daerah;
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau
kepentingan umum
Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 4)
1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem
yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan daerah (Halim, 2010).
8
2.2. Investasi
2.2.1 Pengertian Investasi
Menurut Husnan (1998) investasi adalah setiap pengguna dana
dengan maksud memperoleh penghasilan. Sedangkan menurut Halim
(2003) investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan
datang. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk
digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang
tertentu (Jogiyanto, 2000). Dari beberapa pengertian investasi dapat
disimpulkan bahwa investasi merupakan kegiatan dalam bidang
finansial yang dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang maksimal
dari kekayaan atau asset yang ditanam.
2.2.2 Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor
membuat keputusan investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan,
dan kapan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut dilakukan
langkah-langkah;
a. Menentukan kebijakan investasi
Disini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan
dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan
keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa
tujuan investasinya adalah mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya, tetapi menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita
rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan
maupun risiko.
b. Analisis Sekuritas
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk
mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah
harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat
mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut.
9
c. Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas
tersebut. Pemilihan banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi
risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain:
preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.
d. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,
dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang
telah dimiliki. Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak
sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat
melakukan perubahan terhadap sekuritas yang membentuk portofolio
tersebut.
e. Evaluasi Kinerja
Dalam tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap
kinerja
(performance)
portofolio,
baik
dalam
aspek
tingkat
keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak
benar kalau portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih
tinggi mesti lebih baik dari potofolio lainnya (Husnan, 2000).
2.3. Manajemen Investasi Daerah
Untuk menjamin kesinambungan pembangunan daerah dan keuangan
daerah, pemerintah daerah perlu melakukan investasi. Investasi daerah
merupakan pengeluaran daerah yang dilakukan dalam rangka memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang (Mahmudi, 2010). Terdapat tiga
tujuan utama dilakukannya investasi daerah, yaitu:
1. Untuk memperoleh keuntungan investasi (yield);
2. Untuk keamanan aset daerah (safety);
3. Untuk optimalisasi manajemen kas dan menjaga likuiditas
keuangan (likuidity).
10
Adapun kebijakan investasi daerah, setidaknya harus memperhatikan empat
hal:
1. Instrumen investasi apa yang akan dibeli;
2. Seberapa banyak dana yang akan diinvestasikan;
3. Seberapa lama dana tersebut dapat diinvestasikan;
4. Seberapa besar manfaat dan risiko investasi.
Pada dasarnya investasi daerah luas meliputi:
1. Investasi Aset Keuangan (Financial Assets), antara lain: Deposito,
Saham, Obligasi, Sukuk (Obligasi Syariah), Reksadana, Surat
Berharga lainnya, dan Penyertaan modal.
2. Investasi Aset Nonkeuangan, meliputi:
•
Aset Berwujud (tangiable assets) dalam bentuk Aset Tetap,
antara lain:
™ Tanah dan bangunan;
™ Jalan, irigasi, dan jembatan;
™ Infrastruktur dan jaringan;
™ Mesin dan peralatan;
•
Investasi Aset Tidak Berwujud (intangiable assets), antara lain:
™ Sumber Daya Manusia (intelellectual assets);
™ Data Base dan sistem Informasi.
2.3.1 Investasi Aset Keuangan
Investasi aset keuangan dapat dibedakan mejadi dua jenis, yaitu:
1. Berdasarkan jangka waktunya, terdiri atas:
• Investasi jangka pendek (kurang dari 1 tahun)
• Investasi jangka panjang (lebih dari 1 tahun)
2. Berdasarkan sifat kepemilikannya, terdiri atas:
• Investasi permanen;
• Investasi tidak permanen.
Investasi jangka pendek adalah investasi pada berbagai
instrumen keuangan yang memiliki masa jatuh tempo atau
kepemilikan kurang dari satu tahun. Investasi jangka pendek
bermanfaat
bagi
pemerintah
daerah
untuk
mengoptimalkan
11
manajemen kas daerah. Investasi jangka pendek dilakukan untuk
memanfaatkan kas daerah yang masih menganggur atau belum
digunakan sampai jangka waktu tertentu, menjaga keamanan kas
daerah, serta untuk memperoleh keuntungan investasi.
Instrumen investasi jangka pendek yang bisa dipilih antara lain:
• Deposito 1 bulan;
• Deposito 3 bulan;
• Deposito 6 bulan;
• Surat Perbendaharaan Negara (SPN);
• Saham untuk dijual kembali dalam jangka waktu kurang dari 1
tahun.
Investasi jangka panjang adalah investasi yang memiliki masa
jatuh tempo atau kepemilikan lebih dari satu tahun. Investasi jangka
panjang merupakan instrumen pembiayaan anggaran yang dalam
jangka pendek digunakan untuk mengalokasikan surplus anggaran dan
jangka panjangnya untuk meningkatkan pendapatan daerah serta
menjaga kesinambungan fiskal daerah.
Instrumen investasi jangka panjang yang bisa dipilih antara lain;
• Deposito 12 bulan;
• Surat Utang Negara;
• Obligasi/penyertaan modal jangka panjang;
• Dana bergulir(roll-over fund).
2.3.2 Risiko Investasi
Menurut Mahmudi (2010), seperti halnya dengan utang,
investasi
daerah
di
samping
memberikan
keuntungan
juga
mengandung risiko yang harus dikelola dengan baik. Risiko investasi
tersebut antara lain :
1. Risiko kredit (credit risk)
Risiko kredit adalah risiko yang terkait dengan kegagalan peminjam
dana pemerintah untuk mengembalikan dana yang dipinjam tersebut
pada saat jatuh tempo. Risiko kredit dapat diminimalisasi dengan cara
12
melakukan analisis kredit secara cermat, membatasi jumlah investasi
terhadap kredit yang berisiko tinggi, mensyaratkan adanya penjaminan
atas investasi tertentu.
2. Risiko Likuiditas (liquidity risk)
Risiko likuiditas terkait dengan kemudahan untuk instrumen investasi
sebelum jatuh tempo tanpa menderita kerugian. Semakin sulit suatu
instrumen investasi untuk dijual, maka semakin tinggi risiko
likuiditasnya. Risiko likuiditas dapat dikurangi dengan cara memilih
instrumen investasi yang aktif diperdagangkan di pasar sekunder serta
membuat perkiraan arus kas dan skedul jatuh jatuh tempo investasi
sehingga antara kebutuhan kas dengan pencairan investasi bisa
disesuaikan.
3. Risiko pasar dan suku bunga (market and interest rate risk)
Risiko pasar adalah risiko yang terkait dengan penurunan investasi
yang disebabkan terjadinya perubahan pasar keuangan. Harga pasar
keuangan sangat terkait dengan perubahan tingkat suku bunga.
Kenaikan suku bunga dapat berisiko menurunkan harga surat
berharga. Investasi dengan tingkat pendapatan tetap (fixed income
securities) tidak akan banyak terpengaruh oleh perubahan harga pasar,
sedangkan untuk investasi dengan tingkat pendapatan mengambang
(floating income securities) sangat dipengaruhi oleh perubahan
perubahan harga pasar.
4. Risiko reinvestasi (reinvestment risk)
Risiko reinvestasi terjadi jika pendapatan dari investasi tidak dapat
diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang sama dengan
dana pokok yang diinvestasikan. Hal ini pada umumnya terjadi pada
surat berharga yang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo (callable
securities). Penerbit surat berharga biasanya melunasi/menarik
kembali surat berharganya pada saat terjadi penurunan tingkat suku
bunga di pasar keuangan. Hal ini kemudian memicu munculnya risiko
reinvestasi bagi investor.
13
2.3.3 Prinsip Manajemen Investasi Daerah
Prinsip manajemen investasi daerah antara lain: legalitas,
keamanan, likuiditas, keuntungan, dan kesesuaian.
• Legalitas
Investasi daerah harus memenuhi aspek legalitas, misalnya undangundang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah tentang pokokpokok pengelolaan keuangan daerah. Untuk investasi jangka panjang
harus mendapat persetujuan DPRD, sedangkan untuk investasi jangka
pendek dalam rangka manajemen kas tidak harus melalui persetujuan
DPRD tetapi harus mengacu pada peraturan di tingkat daerah terkait,
misalnya peraturan kepala daerah tentang kebijakan manajemen
investasi daerah.
• Keamanan
Keputusan investasi daerah harus mempertimbangkan aspek keamanan
investasi. Oleh karena itu, setiap keputusan investasi daerah harus
didukung dengan analisis yang memadai tentang manfaat dan risiko
investasi. Karakteristik investasi adalah semakin tinggi tingkat
keuntungan investasi (rate of return), maka semakin tinggi risiko
investasi tersebut (high risk high return). Untuk tujuan keamanan,
investasi dengan tingkat risiko tinggi pada dasarnya kurang sesuai bagi
daerah. Pemerintah daerah sebaiknya memilih instrumen investasi
yang lebih aman bagi keuangan daerah.
•
Likuiditas
Likuiditas investasi adalah seberapa mudah investasi tersebut dapat
dicairkan kembali menjadi kas tanpa mengalami kerugian berarti.
Semakin likuid suatu investasi, maka semakin mudah pemerintah
daerah memperoleh dana untuk memenuhi kebutuhan kas yang
mendadak atau tidak terduga. Pemerintah daerah yang tidak memiliki
proyeksi arus kas yang baik perlu menghindari instrumen investasi
yang tidak likuid.
14
•
Keuntungan
Tujuan utama investasi adalah untuk memperoleh keuntungan.
Investasi yang dilakukan daerah harus memberikan keuntungan yang
optimal. Manajer keuangan daerah harus berupaya untuk membuat
portofolio investasi yang memberikan keuntungan terbesar bagi daerah
dengan tingkat resiko tertentu.
•
Kesesuaian
Karena organisasi pemerintah daerah bukan seperti perusahaan bisnis,
bukan juga l embaga keuangan, maka tidak semua jenis instrumen
investasi cocok untuk daerah. Sebagai contoh, pemerintah daerah tidak
dibenarkan ikut bermain valas meskipun investasi pada zero coupon
bond dan surat berharga yang jatuh temponya lebih dari lima tahun.
Pemerintah daerah perlu memilih instrumen investasi yang sesuai
untuk operasionalisasi manajemen keuangan daerah dan tidak
melanggar peraturan perundangan yang terkait
2.4. Saham
2.4.1 Pengertisan Saham
Sekuritas atau efek adalah surat berharga yang dapat diperjualbelikan
di pasar modal primer maupun sekunder (Gitosudarmo, 1999). Sedangkan
menurut Thian Hin (2001). Saham yaitu surat berharga yang merupakan
bukti kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Saham
merupakan tanda bukti pengambilan pengambilan bagian saham, juga
merupakan tanda bukti pengambilan bagian peserta dalam suatu perusahaan
(Riyanto, 1999). Saham adalah tanda penyertaan modal pada perusahaan
perseroan terbatas. Jenis saham antara lain:
a. Saham Biasa
Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa.
Pemegang saham biasanya memperoleh hak untuk memperoleh deviden
sepanjang perseroan memperoleh keuntungan (Gitosudarmo, 1999).
15
b. Saham Preferen
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
antara obligasi dan saham biasa (Jogiyanto, 2003), saham preferen
adalah saham yang memberikan hak deviden dan atau bagian kekayaan
pada saat perubahan lebih dahulu dari saham biasa, dan disamping itu
mempunyai preferen untuk digunakan dalam mengajukan pencalonan
direksi/ komisaris (Gitosudarmo, 1999).
c. Saham Treasury ( Treasury stock )
Saham treasury adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan
untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri (Jogiyanto, 2003).
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut (binder produk–produk yang ada di pasar modal).
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan, pemilikan
seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanam di perusahaan (Tjiptono dan Hendy, 1995).
Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai 3 tujuan
investasi utama ( Kertonegoro, 1995) adalah:
a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan
prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chip dan saham
nonspekulatif lainnya.
b. Sebagai pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi
jangka panjang sehingga mereka mencari saham pertumbuhan untuk
memperoleh capital gain atau saham, sumber penghasilan untuk
mendapatkan deviden.
16
c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada
penerimaan deviden sehingga mereka akan mencari saham penghasilan
yang bermutu baik dan hasil tinggi.
2.4.2 Penilaian Saham
Harga saham adalah harga yang dibentuk dan interaksi para penjual
dan pembeli saham dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan
mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu para investor memerlukan
informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham. Menurut Ang
(1997) nilai dari saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga
jenis:
a. Nilai nominal
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam saham yang berfungsi
untuk tujuan akuntansi, nilai ini tidak dapat digunakan untuk mengukur
sesuatu. Nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan dalam
neraca.
b. Harga dasar (Base Price)
Harga dasar saham baru merupakan harga perdananya, harga saham
diperoleh dari perkalian antara nilai par value dengan jumlah saham
yang diterbitkan. Harga dasar suatu saham sangat erat hubungannya
dengan harga pasar tersebut. Harga dasar diperhitungkan dalam
perhitungan indeks harga saham, harga dasar akan berubah seiring
dengan aksi emiten yang dilakukan seperti right issue, stock split,
warrant, redemtion.
c. Harga Pasar (Market Price)
Harga pasar merupakan harga dimana harga tersebut berlaku saat pasar
sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar
adalah harga penutupan (Closing Price), harga pasar adalah harga yang
mencerminkan naik turunnya suatu saham. Jika harga saham dikalikan
dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan terbentuk market
value.
17
Harga saham dibursa ditentukan oleh kekuatan pasar yang berarti
saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran, karena
permintaan dan penawaran atas saham berfluktuasi setiap harinya, maka
harga sahampun akan mengikuti pada fluktuasi tersebut. Pada kondisi
dimana permintaan saham lebih banyak, maka harga saham akan cenderung
meningkat .
Faktor-faktor yang menentukan harga saham dipasar adalah:
1. Taksiran penghasilan yang akan diterima
2. Besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor, yang mana
dipengaruhi oleh keuntungan yang bebas risiko serta risiko yang
ditanggung investor.
Harga saham mencerminkan prestasi emiten, pergerakan harga saham
dengan kinerja emiten. Apabila emiten mempunyai prestasi yang semakin
baik maka keuntungan yang dapat dihasilan dari operasi usaha semakin
besar, hal ini berarti keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemegang
saham juga semakin besar. Bagi investor, harga saham dan pergerakannya
merupakan faktor penting dalam investasi di pasar modal. Harga saham
dikatakan tidak wajar apabila harganya ditetapkan terlalu tinggi (overprice)
ataupun terlalu rendah (underprice). Melalui penilaian saham inilah para
investor akan bisa memutuskan untuk menentukan strategi invetasi melalui
keputusan untuk membeli, menjual atau mempertahankan saham tertentu.
Harga saham juga mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin
tinggi harga saham maka, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan
semakin rendah harga saham maka semakin rendah pula nilai peruahaan,
oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham akan sangat
memperhatikan harga saham. Harga saham yang terlalu rendah sering
diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik namun, bila harga saham
terlalu tinggi dapat mengurangi investor untuk membeli sehingga
menimbulkan harga saham sulit meningkat lagi. Untuk mengantisipasi hal
terebut maka banyak perusahaan yang melakukan stock split terhadap
sahamnya, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli.
18
2.5
Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku
inilah
yang
dipergunakan
oleh banker
untuk
melayani
kegiatan
operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan
populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena
produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat
(Hasibuan, 2008).
Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan yang telah diubah dengan undang-undang No. 10 Tahun
1998 yakni Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Perbankan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Umum
adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegitannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan
perekonomian suatu bangsa karena bank adalah pengumpul dana dari SSU
(Suplus Spending Unit) dan penyalur kredit kepada DSU (Defisit Spending
Unit); tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat;
pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis,
dan ekonomis; penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan
L/C; dan penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi.
a. Simpanan
Menurut Hasibuan (2008), simpanan atau tabungan adalah dana yang
dipercayakan masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito
19
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dapat dipersamakan dengan itu (UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan Bab 1 Pasal 1 ayat (6)).
• Tabungan
Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998, tabungan dapat
didefinisikan sebagai simpanan pihak ketiga di bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan syarat-syarat
tertentu. Pengertian tabungan tersebut ditinjau dari sudut mikro yaitu
sebagai salah satu produk di bank.
•
Deposito
Pengertian deposito menurut Undang-undang Perbankan nomor 10
tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpanan dengan bank.(henmedya.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../sumber+dana+bank-M2.pdf)
2.6
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang
diperjualbelikan adalah modal berupa hak pemilikan perusahaan dan surat
pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau
organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk
melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal,
sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau
tambahan modal untuk keperluan usahanya.
Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52
Tahun 1976 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah
Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952
(Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Menurut UU tersebut, bursa
adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat
kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang dikategorikan
20
sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim
dikenal sebagai efek.
2.6.1 Jenis Pasar Modal
Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
a. Pasar perdana
Penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh perusahaan yang
menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada
pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan yang
menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut.
b. Pasar sekunder
Penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana berakhir. Pada
pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut.
Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara
permintaan dan penawaran efek tersebut. Bagi efek yang dapat
memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di dalam bursa efek,
sedangkan bagi efek yang tidak memenuhi syarat listing dapat menjual
efeknya di luar bursa efek.
c. Bursa parallel
Pelengkap bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang menerbitkan efek
yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa
paralel. Bursa paralel diselenggarakan oleh Persatuan Perdagangan Uang
dan Efek-efek (PPUE).
2.6.2 Instrumen Pasar Modal
ƒ Saham adalah satu efek yang pasar umumnya dijual di pasar modal
(bursa efek) adalah saham. Saham adalah tanda penyertaan modal pada
suatu Perseroan Terbatas (PT).
21
ƒ Obligasi
Surat pengakuan hutang suatu perusahaan yang akan dibayar pada waktu
jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Penghasilan yang diperoleh dari
obligasi berupa tingkat bunga yang akan dibayarkan oleh perusahaan
penerbit obligasi tersebut pada saat jatuh tempo.
• Obligasi atas unjuk (bearer bonds) berarti pemegang obligasi
dianggap sebagai pemilik atas hak obligasi tersebut.
• Obligasi atas nama (registered bonds) berarti yang berhak atas
sejumlah nilai uang atas obligasi tersebut adalah sesuai dengan nama
yang tertera pada obligasi tersebut.
ƒ Surat Berharga Lainnya
Selain dari dua jenis efek yang telah diuraikan di atas yang sudah banyak
digunakan sebagai media hutang di bursa efek Indonesia, terdapat
beberapa jenis efek yang juga dapat digunakan sebagai media hutang,
seperti option, warrant, dan right.
a) Option
Surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang/lembaga (tetapi
bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk
membeli saham (call option) dan menjual saham (put option) pada
harga yang telah ditentukan sebelumnya.
b) Warrant
Surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan
hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan
persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Persyaratan tersebut
biasanya mengenai harga, jumlah, dan masa berlakunya warrant
tersebut.
c) Right
Surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang memberikan hak
kepada pemegangnya (pemilik saham biasa) untuk membeli
tambahan saham pada penerbitan saham baru.
22
2.6.3 Lembaga yang Terkait dengan Pasar Modal
ƒ
Pengatur Pasar Modal (BAPEPAM)
Untuk menciptakan mekanisme pasar modal yang baik diperlukan
suatu lembaga yang mengatur pasar modal tersebut. Pasar modal di
Indonesia diatur oleh suatu lembaga pemerintah disebut Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) atas nama Departemen
Keuangan. Pasar modal yang ada di Indonesia dikelola oleh swasta,
dan oleh pemerintah. Bursa Efek Jakarta yang beroperasi di Jakarta
dikelola oleh BAPEPAM milik pemerintah, Bursa Efek Surabaya
yang beroperasi di Surabaya dikelola oleh PT. Bursa Efek Surabaya
milik swasta, dan Bursa Paralel dikelola oleh Persatuan Pedagang
Uang dan Efek-efek (PPUE).
ƒ
Instansi Pemerintah
Selain sebagai pengatur pasar modal, pemerintah juga campur
tangan dalam hal-hal tertentu agar pasar modal tersebut dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Instansi Pemerintah yang terlibat
dalam
mekanisme
pasar
modal
adalah
Badan
Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), Departemen Teknis, dan Departemen
Kehakiman. BKPM memberikan ijin penanaman modal yang
meliputi komposisi dan jumlah dana investasi, besarnya modal
dasar, batas waktu penyetoran modal dan komposisi pemegang
saham. Departemen Teknis memberikan ijin usaha dalam bidangbidang tertentu. Misalnya ijin usaha perbankan diberikan oleh
Departemen Keuangan dan diawasi langsung oleh Bank Indonesia.
Departemen Teknis bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang perdagangan/distributor adalah Departemen Perdagangan
dan Industri.
ƒ
Lembaga Swasta
Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Hukum, Badan Penilai
(Appraiser), dan Konsultan Efek (Investment Advisor). Akuntan
Publik, termasuk akuntan negara di bawah Badan Pemeriksa
23
Keuangan dan Pengawas Pembangunan (BPKP), berperan sebagai
penilai kondisi keuangan perusahaan yang akan go public, meliputi
pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sendiri.
2.6.4 Pelaku dalam Pasar Modal
Perkembangan suatu pasar modal sangat bergantung dari aktivitas
pelakunya
dan
aktivitas
lembaga-lembaga
yang
terlibat
dalam
pelaksanaan pasar modal tersebut.
a.
Emiten
Perusahaan yang menjual pemilikannya kepada masyarakat (go
public). Ada beberapa tujuan suatu perusahaan yang go public,
yaitu:
1. memperoleh tambahan dana yang digunakan dalam perluasan
usaha
2. mengubah/memperbaiki komposisi modal
3. melakukan pengalihan pemegang saham.
b. Investor (pemodal)
Badan atau perorangan yang membeli pemilikan suatu perusahaan
go public. Dalam suatu perusahaan yang go public, investor pertama
adalah pemegang saham pendiri. Sedangkan pemegang saham yang
kedua adalah pemegang saham melalui pembelian saham pada
penawaran umum di pasar modal.
• Pemodal perorangan adalah orang atau individu yang atas
namanya sendiri melakukan penanaman modal (investasi).
• Pemodal badan (lembaga) adalah investasi yang dilakukan atas
nama lembaga, seperti perusahaan, koperasi, yayasan, dana
pensiun, dan lain-lain. Segala keuntungan dan risiko atas efek
yang dibeli atas nama lembaga merupakan hak dan beban
lembaga tersebut.
24
2.6.5 Lembaga Penunjang
Lembaga Penunjang berfungsi sebagai penunjang atau pendukung
bekerjanya pasar modal, antara lain:
a.
Penjamin Emisi (Underwriter)
Berfungsi sebagai penjamin dalam penjualan efek yang diterbitkan
oleh perusahaan go public. Jaminan yang dikeluarkan oleh penjamin
emisi mengandung risiko jika efek yang dijual tidak Iaku dan
sebaliknya akan memperoleh imbalan jika Iaku. Besarnya imbalan
sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya. Karena terdapat
risiko yang mungkin diderita penjamin emisi, maka biasanya
penjamin emisi tidak mutlak menjamin penjualan efek secara
keseluruhan. Ada 4 macam bentuk penjaminan efek oleh penjamin
emisi, yaitu Full Firm Commitment, Best Effort Commitment,
Standby Commitment, dan All or None Commitment.
b. Wali Amanat (Trustee)
Wali amanat hanya diperlukan hanya jika perusahaan menerbitkan
efek dalam bentuk obligasi. Lembaga ini akan bertindak sebagai
wali si pemberi amanat. Pemberi amanat dalam penerbitan obligasi
adalah investor, sehingga wali amanat mewakili kepentingan
investor. Tugas wali amanat dalam penerbitan obligasi adalah:
1. Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten.
2. Menilai kekayaan emiten yang akan dijadikan jaminan.
3. Melakukan pengawasan terhadap kekayaan emiten.
4. Mengikuti secara terus menerus perkembangan perusahaan
emiten dan jika diperlukan memberi nasihat kepada emiten.
5. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pembayaran
bunga dan pinjaman pokok obligasi.
6. Sebagai Agen Utama Pembayaran.
25
c.
Perantara Perdagangan Efek (Broker, Pialang)
Pihak yang melakukan jual beli efek yang listing di bursa efek.
Pialang memperoleh balas jasa dari layanan yang ia berikan kepada
investor. Layanan tersebut berupa informasi yang dibutuhkan
investor untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan keuangan
(financial management). Badan atau perorangan dapat menjadi
perantara perdagangan efek. Badan yang dimaksud dapat berbentuk
LKBB, bank, atau badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang
khusus bergerak di bidang perantara perdagangan efek. Badan atau
perorangan yang ingin beroperasi sebagai perantara perdagangan
efek harus memenuhi syarat bahwa badan atau perorangan tersebut
berada di Indonesia, mempunyai keahlian di bidang perdagangan
efek, mempunyai modal disetor minimal Rp25.000.000,00 dan harus
memperoleh ijin Menteri Keuangan Republik Indonesia.
d. Pedagang Efek (Dealer)
Melakukan perdagangan efek di lantai bursa. Berbeda dengan
Broker, Pedagang Efek dapat membeli efek atas namanya sendiri,
selain itu juga bisa memberi informasi kepada kleinnya tentang
kondisi pasar modal. Walaupun Pedagang Efek ini juga dapat
memperjual belikan efek selain memberi informasi kepada klien,
dalam praktiknya ia harus mengutamakan pesanan kliennya. Dari
aktivitas perdagangan efek tersebut, Pedagang Efek dimungkinkan
untuk memperoleh keuntungan atau kerugian. Jika harga efek
(saham/obligasi) yang ia jual lebih tinggi dibandingkan dengan
harga efek tersebut pada saat ia beli, maka pedagang efek akan
memperoleh keuntungan (capital gain) dan apabila harga efek yang
ia jual lebih rendah dibandingkan dengan harga efek tersebut pada
saat ia beli, maka pedagang efek menderita kerugian modal (capital
loss).
26
e.
Perusahaan Surat Berharga (Securities Company)
Bergerak di bidang perdagangan efek-efek yang tercatat di bursa
efek. Perusahaan Surat Berharga ini didukung oleh tenaga
profesional
dalam
mekanisasi
perdagangan
efek,
seperti
underwriter, broker, fund management Jadi, perbedaannya dengan
Pedagang Efek (Dealer) adalah bahwa pedagang efek mempunyai
aktivitas jual beli efek dan memberi informasi dan konsultasi kepada
klien saja, sedangkan perusahaan surat berharga tidak hanya itu,
tetapi juga menyediakan jasa profesional yang lain, seperti
underwriter, fund management
f.
Perusahaan Pengelola Dana (investment Company)
Perusahaan yang beroperasi di pasar modal dengan mengelola
modal yang berasal dari investor. Perusahaan pengelola dana
mempunyai dua unit yang paling utama, yakni :
• Pengelolaan dana (fund management) dan
• Penyimpanan dana (qustodian).
Pengelola dana memutuskan efek mana yang harus dijual dan efek
mana yang harus dibeli, setelah itu yang melaksanakan penjualan
atau pembelian adalah penyimpan dana (qustodian). Qustodian juga
melakukan penagihan bunga dan deviden kepada emiten.
g.
Biro Administrasi Efek
Berperan sebagai pihak yang melakukan administrasi yang
berkenaan dengan kepentingan investor dan emiten. Jasa biro ini
sangat diperlukan pada pasar modal yang telah berkembang luas.
Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan Biro Administrasi
Efek, di antaranya:
1. Membanfu emiten dan underwriter dalam rangka emisi efek;
2. Melaksanakan kegiatan penyimpanan dan pengalihan hak atas
saham para investor;
27
3. Menyusun Daftar Pemegang Saham dan perubahannya untuk
melakukan Pembukuan Pemegang Saham (pembuatan Daftar
Pemegang Saham) atas permintaan emiten;
4. Menyiapkan korespondensi emiten kepada pemegang saham,
misalnya pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham dan
pengumumam pembayaran deviden atas nama emiten;
5. Membuat laporan-laporan bila diminta oleh instansi berweweng,
seperti Bapepam (Anwar, 2010)
2.7. Penelitian Terdahulu
Dewi (2007) yang menganalisis strategi penyertaan modal Provinsi
DKI Jakarta kepada beberapa perusahaan daerah dan perusahaan lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi model-model penyertaan
modal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta
kelebihan dan kelemahan dari masing-masing model tersebut, serta
penyusunan strategi penyertaan modal yang dapat dijadikan acuan bagi
pemerintah di Propinsi DKI Jakarta dalam memberikan penyertaan modal
kepada Perusahaan Daerah dan Perusahaan lainnya.
Untuk menjawab tujuan dari penelitian, maka dilakukan terhadap
model-model penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi
DKI Jakarta, analisis dilakukan untuk mengevaluasi kebaikan dan
kelemahan dari masing-masing model selama ini. Selain itu juga dilakukan
analisis perbandingan dengan model-model penyertaan modal baik di
tingkat nasional maupun dunia dengan analisis review literature secara
konseptual dan aplikasinya.
Untuk mengetahui posisi model-model penyertaan modal yang
dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap model-model
pesaing dilakukan analisis perbandingan dengan menggunakan matrik
profil kompetitif yaitu dengan memberi peringkat pada masing-masing
model yang diperbandingkan.
Dengan mengacu pada hasil kuisioner maupun wawancara secara
mendalam dari responden serta dari data-data sekunder, akan didapat
informasi menyeluruh yang menggambarkan secara obyektif kondisi dan
28
posisi perusahaan daerah. Selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
analisis SWOT yang akan memetakan keunggulan dan kelemahan serta
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan daerah
yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan strategi dalam
penyertaan modal bagi permerintah Provinsi DKI Jakarta kepada
perusahaan-perusahaan daerah dan perusahaan lainnya. Pada penelitian ini,
penyusunan strategi dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu (1) tahap
masukan input (input stage) dengan menggunakan matriks Internal Factor
Analysis (IFA) dan External Factor Analysis (EFA); dan (2) tahap
pemaduan (matching stage) dengan menggunakan matriks Internal dan
Eksternal (Matriks IE) serta matriks SWOT. Hasil dari analisis SWOT
adalah berbagai alternatif strategi, selanjutnya alternatif strategi yang ada
akan dipilih strategi yang terbaik dengan mempergunakan Quantitative
Strategic Planning Matriks (QSPM). Selain metode di atas kajian ini juga
dilengkapi dengan analisis dari sisi keuangannya yaitu analisa investasi
yang meliputi Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan
Index Profitability untuk memperkuat strategi yang sudah diperoleh dari
perhitungan metode QSPM, sehingga penyertaan modal yang dilakukan
oleh Provinsi DKI Jakarta mendatangkan keuntungan dan tepat sasaran
yaitu penyertaan modal pada perusahaan yang menguntungkan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Penelitian penyusunan rencana penyertaan modal Pemerintah Kota
Depok terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan Penyertaan Modal
terhadap pihak ketiga, lalu dibuat empat perbandingan perencanaan
penyertaan modal yakni Perbandingan 1 (Penyertaan modal terhadap PT
Bank Jabar Banten), Perbandingan 2 (Penyertaan modal terhadap bank
swasta lainnya), Perbandingan 3 (Penyertaan modal terhadap Bank swasta
lainnya), dan Perbandingan 4 (Produk perbankan lainnya). Setelah dibuat
keempat perbandingan tersebut, maka dilakukan Analisis Kelembagaan
unutk mengetahui peraturan mana yang mendukung dan menghambat
penyertaan modal dalam keempat perbandingan. Setelah diketahui mana
perbandingan yang layak sesuai Analisis Kelembagaan, maka dilakukan
Analisis Finansial (ROE dan EPS) dan Analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk mengetahui tingkat kelayakan
perbandingan tersebut. Kemudian, jika perbandingan tersebut layak dapat
dikembangkan dan jika tidak layak dapat dijadikan sebagai masukan bagi
Pemerintah Daerah Kota Depok. Kerangka pemikiran tersebut dapat
disajikan dalam Gambar 1.
30 Perencanaan Penyertaan Modal
terhadap pihak ketiga
Perbandingan 1
Penyertaan
modal terhadap
Bank BJB
Perbandingan 2
Penyertaan
modal terhadap
Bank BUMN
Perbandingan 3
Penyertaan
modal terhadap
Bank swasta
lainnya
Perbandingan 4
Produk
perbankan
lainnya
Analisis Kelembagaan
Identifikasi Peraturan Kota Depok
terhadap penyertaan modal ke pihak
ketiga
Analisis Kelayakan Finansial
ROE (Return On Equity) dan
EPS (Earning Per Share)
Analisis SWOT
(Stength, Weakness,
Opportunity,
Oppurtunity, and Threat)
Layak
Tidak Layak
Dapat
Diusahakan dan
Dikembangkan
Saran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam waktu tiga bulan (November 2010Januari 2011) pada Pemerintah Kota Depok dan PT Bank Jabar Banten
Depok, serta pada bank-bank pembandingnya yang berlokasi di Kota Depok
antara lain PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk,
PT. Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank Nasional Indonesia
Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia.
31 3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dengan cara observasi atau pengamatan,
wawancara, kuisioner, dan opini pakar. Data sekunder diperoleh dari buku,
internet, jurnal, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan dokumen-dokumen
pendukung lainnya.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Survei lapangan yaitu pengamatan langsung objek penelitian dengan
tujuan untuk memahami kondisi lapangan yang sebenarnya.
2. In depth interview dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
rencana umum penyertaan modal yaitu Bank Jabar Banten dan pihak
Pemerintah Daerah Kota Depok.
3. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada Bank Jabar
Banten dan pihak Pemerintah Daerah Kota Depok.
4. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder untuk
diolah lebih lanjut.
Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan
analisis data disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data
Kebutuhan Data
Jenis Data
Metode
Sumber Data
Penyertaan modal
terhadap Bank Jabar
Banten
• Primer
• Sekunder
• Kuesioner
• Wawancara
• Survei
• Bank Jabar Banten
Penyetaan modal terhadap
Bank swasta, Bank
BUMN, dan lainnya.
• Primer
• Sekunder
• Kuesioner
• Wawancara
• Survei
• BRI
• BNI
• Bank Panin
• Bank Permata
• BCA
• Bank Danamon
Yang
didasarkan
pada kriteria ROE
dan EPS
Penyertaan modal terhadap
produk perbankan
(tabungan, deposito, dan
obligasi pemerintah)
• Primer
• Sekunder
• Kuesioner
• Wawancara
• Survei
BRI, BNI, Bank
panin,
Bank
Permata, BCA, Bank
Danamon,
yang
didasarkan
pada
tingkat suku bunga
32 3.4. Metode Analisis Data
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka pada kajian ini
digunakan pendekatan analisis kuantitatif dan kualitatif yang disesuaikan
dengan tujuan tersebut. Metode analisis yang digunakan disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Metode Analisis
No
Tahapan Kajian
Metode Analisis
1.
Identifikasi Peraturan Kota Depok
terhadap modal pihak ketiga
• Analisis Kelembagaan
2.
Perencanaan Penyertaan
terhadap pihak ketiga
• Analisis Kelembagaan
3.
Penyertaan modal terhadap Bank
Jabar Banten
• Analisis SWOT
• Analisis Finansial
4.
Penyertaan modal terhadap bank
swasta (Bank Panin, BCA, Bank
Permata, Bank Danamon) dan Bank
BUMN (BNI dan BRI)
• Analisis SWOT
• Analisis Finansial
5.
Penyertaan modal terhadap pihak
yang dianggap memenuhi kelayakan
• Analisis SWOT
• Analisis Finansial
3.4.1
Modal
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Umumnya unit bisnis
harus memantau kekuatan lingkungan makro yang menjadi penentu
(demografi-ekonomi, teknologi, politik-hukum, dan sosial-budaya),
dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran
distribusi,
pemasok)
yang
berdampak
pada
kemampuannya
memperoleh laba (Kotler, 2005).
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
• Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri.
33 • Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri.
• Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri, misalnya
kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
• Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Setelah dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel
matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian
dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi
Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan Threat.
Setelah
itu
kita
bisa
melakukan
strategi
alternatif
untuk
dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling
menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.
Gambar dari analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Analisis SWOT
34 Pada kasus ini, Analisis SWOT digunakan dua kali, pertama
Bank BJB dievaluasi menggunakan Internal Factor Evaluation
(IFE) dan External Factors Evaluation (EFE) yang disusun untuk
merumuskan faktor-faktor strategis internal dan eksternal pada
Analisis SWOT. Selanjutnya, untuk mengkaji perbandingan dengan
bank lain dan produk perbankan lainnya menggunakan SWOT
Deskriptif.
SWOT
Deskriptif
adalah
suatu
analisa
yang
membandingkan antara kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan dengan peluang dan ancaman yang terjadi dalam
perusahaan untuk memilih dan memilah alternatif strategi yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan, namun datadata dalam objek penelitian tidak dinyatakan dalam angka-angka
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21088596.pdf).
Untuk analisa kuantitatif deskriptif, perhitungan bobot dan
nilai dari para responden dilakukan dengan Teknik Delphi.
Pengukuran bobot dilakukan terhadap faktor-faktor strategis yang
ada, dengan penilaian 1= pengaruh faktor strategis terhadap
perusahaan kurang menentukan, 2= pengaruh faktor strategis
terhadap perusaahaan cukup menentukan, 3= pengaruh faktor
strategis terhadap perusaahaan menentukan, dan 4= pengaruh
faktor strategis terhadap perusaahaan sangat menentukan yang
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Penentuan Bobot Faktor Strategis
Faktor
Strategis
1
2
…
N
Rata-rata
Tingkat Kepentingan
1
2
3
4
X
Y
Z
Rata-rata
Bobot
a
b
A
B
R
1,00
Dimana :
1-4
: Tingkat kepentingan faktor-faktor strategis
1-N : Faktor-faktor strategis yang digunakan
a
: {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…}/responden
A
: (a/R) x 100 %
35 Penentuan nilai terhadap faktor strategis dilakukan dengan
memberikan nilai dengan skala 1 (respon perusahaan terhadap
pengaruh faktor strategis sangat lemah) sampai skala 4 (respon
perusahaan terhadap pengaruh faktor strategis sangat kuat). Nilai
terhadap faktor strategis tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Penentuan Nilai Faktor Strategis
Faktor
Strategis
Nilai
1
1
2
…
N
Rata-rata
X
2
Y
Jumlah
Nilai
3
Z
Rata-rata
nilai
4
c
d
C
D
Dimana :
c
: {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…}
C
: c/jumlah responden
Untuk mendapatkan faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi penyertaan modal perusahaan dilakukan dengan dua
tahap.
Tahap
pertama
adalah
dengan
wawancara
dengan
manajemen PT. Bank Jabar Banten mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penyertaan modal dan dilanjutkan dengan tahap
kedua menggunakan kuisioner dengan materi hasil wawancara.
Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen baik secara
bersama maupun terpisah. Hasil wawancara tersebut kemudian
dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan
eksternal, dan dibuat ke dalam kuisioner yang dibagikan kepada
para pakar.
Dari pengisian kuisioner tersebut, maka dibuat perhitungan
IFE dan EFE matriks. Hasil perhitungan bobot dan nilai IFE dan
EFE dihitung untuk menghasilkan nilai angka terbobot (weighted
score) masing-masing faktor. Nilai angka terbobot tersebut
menunjukkan tingkat reaksi atau respon perusahaan dalam
menangani faktor-faktor strategis terhadap penyertaan modal.
36 Tabel 5. Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE
dan IFE
Faktor Strategis
1
2
…
N
Total
Bobot
A
B
Rating
X
Y
Skor Bobot
AX
BY
AX+BY
Apabila telah didapatkan hasil penentukan angka terbobot
(weighted score) faktor EFE dan IFE, maka dapat diketahui tingkat
reaksi atau respon perusahaan dalam menangani faktor-faktor
strategis terhadap penyertaan modal. Matriks EFE, total nilai yang
dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan yang
terendah adalah 1,0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5.
Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa
suatu organisasi memberi jawaban dengan cara yang luar biasa
pada peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan
kata lain, strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang
yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari
ancaman eksternal. Jumlah nilai sama dengan 1,0.
Dalam konteks penyertaan modal, faktor-faktor di dalam
matriks IFE dan EFE dibuat ke dalam matriks SWOT untuk
menentukan kegiatan perusahaan dalam mencapai target dana.
Masing-masing
berdasarkan
matriks
SWOT
menunjukkan
serangkaian kegiatan untuk mencapai target laba yang ingin dicapai
oleh perusahaan.
3.4.2 Analisis Finansial
Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dan
kelayakan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah Kota Depok
pada Bank Jabar Banten.
Pada kajian ini untuk mengetahui kelayakan finansial Bank Jabar
Banten digunakan kriteria ROE (Return on Equity) dan EPS (Earning
Per Share) yang diuraikan pada penjelasan di bawah ini:
37 ƒ ROE (Return on Equity)
Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yakni seberapa baik
manajer perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Penggunaan lain dari ekuitas adalah untuk menentukan tingkat
pengembalian pada ekuitas (Return on Equity). ROE adalah sebuah
ukuran dari besarnya jumlah laba dari sebuah perusahaan yang
dihasilkan dalam 1 tahun terakhir dibandingkan dengan nilai
ekuitasnya. Tidak seperti yang lainya, satuan dari ROE ini adalah
persentase
ROE =
Pendapatan bersih
Ekuitas pemegang saham biasa
…….…… 1
ƒ EPS (Earning Per Share)
EPS merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan
yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah
satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi
saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran
keuangan.
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan
bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan
pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau
EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
EPS = Laba Bersih Setelah Pajak dan Bunga
Jumlah Saham yang Beredar
............. 2
EPS adalah salah satu bentuk dari rasio keuangan yang
digunakan untuk menganalisa kinerja suatu badan usaha yang
mencerminkan hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen
terhadap dana yang diinvestasikan pemegang saham, sehingga
38 pesaing sekali artinya bagi pemegang saham selaku pemilik badan
usaha.
Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar
perubahan EPS. Rasio–rasio laba ini menunjukkan dampak
gabungan dari likuiditas dan manajemen aktiva (kewajiban)
terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio-rasio
ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam
rangka menilai faktor–faktor yang mendasari laba perusahaan.
Rasio–rasio ini membantu dalam melakukan penilaian kecukupan
laba historis dan memproyeksikan laba di masa depan melalui
pemahaman yang lebih baik terhadap sebab–sebab terjadinya laba
Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi
pada laba bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar
kecilnya laba per saham ini dipengaruhi oleh perubahan variabelvariabelnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar
saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per
saham (EPS).
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk
mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil
pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka
dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki
earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki
earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah
cenderung membuat harga saham turun.
Faktor Penyebab Kenaikan dan penurunan Laba Per Saham :
1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar turun.
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar turun.
39 4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada
persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang
beredar.
5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang
beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba
bersih.
Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena :
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar tetap.
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar naik.
4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada
persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang
beredar.
5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar
lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih.
Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan
meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar
daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang
beredar (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/earnings-per-sha
re-eps definisi dan.html).
•
Forecasting ROE dan EPS
Menurut Heizer dan Render (2006), keakuratan keseluruhan
dari
setiap
model
peramalan
dapat
dijelaskan
dengan
membandingkan nilai yang diramal dengan nilai actual atau nilai
yang sedang diamati. Ada beberapa perhitungan yang biasa
digunakan untuk membandingkan untuk menghitung kesalahan
peramalan (forecast error) total.
40 Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan
model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan,
untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Besar
kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara,
antara lain adalah :
1. MAD (Mean Absolute Deviation), mengukur ketepatan nilai
dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata absolut
kesalahan.
∑|
|
…………………………………….......3
2. MSD (Mean Squarred Deviation), mengukur ketepatan nilai
dugaan model yang dinyatakan dalam rata-rata kuadrat dari
kesalahan.
MSD
3.
∑
…………………………………………4
MAPE (Mean Absolute Percentage Error)
Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSD adalah bahwa
nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika
unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD
dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah
ini, dapat menggunakan MAPE. MAPE digunakan untuk
mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam
bentuk rata-rata persentase absolute kesalahan.
MAPE
∑
………………………………………5
3.4.3 Analisis Kelembagaan
Analisis Kelembagaan bertujuan untuk mengetahui peraturan
perundangan-undangan Republik Indonesia baik yang mendukung dan
menghambat penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada
PT. Bank Jabar Banten (Bank BJB). Peraturan Republik Indonesia
seperti Peraturan Pemerintah Dalam Negeri dan Peraturan lainnya
yang berkaitan dengan penyertaan modal dan dijadikan pedoman
antara lain:
41 ƒ
Peraturan pemerintah tersebut bersumber dari Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah
ƒ
Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
ƒ
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun
2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan
Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatarbelakangi
oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang
penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi.
Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang
dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische
Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang
bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33
tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar
nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan
dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor
7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya
Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas
Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00.
Untuk
menyempurnakan
kedudukan
hukum
Bank
Karya
Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang
kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai
perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27
Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah
menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.
Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992
serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan “ Bank
Jabar “ dengan logo baru.
Dalam
rangka
mengikuti
perkembangan
perekonomian
dan
perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta
Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8
43 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI
tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan
Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan
perbankan yang berlandaskan Syariah, maka sesuai dengan izin Bank
Indonesia No. 2/ 18/DpG/DPIP tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15
April 2000 Bank Jabar menjadi Bank Pembangunan Daerah pertama di
Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan
layanan perbankan dengan sistem konvensional dan dengan sistem syariah.
Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPS-LB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007
di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin
Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin
Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
serta SK Direksi Nomor 1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November
2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar
Banten.
Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPS-LB) PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Nomor
26 tanggal 21 April 2010, sesuai dengan Surat Bank Indonesia
No.12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo
serta Surat Keputusan Direksi Nomor 1337/SK/DIR-PPN/2010 tanggal 5
Juli 2010, maka perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB.
Bank Jabar Banten Cabang Depok merupakan perpanjangan dari
kantor pusat yang melakukan tugas dan aktivitas usaha dibidang perbankan
dalam arti seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan nasional yang
merata dalam rangka peningkatan, pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional di bidang ekonomi ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak.
44 Nilai-nilai perusahaan Bank BJB memiliki 6 nilai yang disebut dengan
akronim SPIRIT:
• Service : Excellence Ramah, tulus, kekeluargaan Selalu memberikan
pelayanan prima
• Profesionalism: Cepat, tepat, akurat Kompeten dan bertanggung jawab
Memahami dan melaksanakan ketentuan perusahaan
• Integrity : Konsisten, disiplin dan penuh semangat Menjaga citra bank
melalui perilaku terpuji dan menjunjung etika
• Respect : Fokus pada Nasabah Peduli lingkungan
• Intellegence : Selalu memberikan solusi yang terbaik Berkeinginan kuat
untuk mengembangkan diri menyukai perubahan yang positif
• Trust : Menumbuhkan transparansi, kebersamaan dan kerjasama yang
sehat, menjaga rahasia bank dan perusahaan
4.2. Analisis Kelembagaan
Analisis
Kelembagaan
bertujuan
untuk
mengetahui
peraturan
perundangan-undangan baik yang mendukung dan menghambat penyertaan
modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank BJB. Peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal
Pemerintah
No
1.
Peraturan
24/UU
RI/No.
24
tahun 2004
Tentang
Perbendaharaan Negara
Perihal
(1) Pemerintah Pusat/Daerah
berhak
memperoleh
bunga
dan/atau jasa giro atas dana yang
disimpan pada bank umum.
(2) Bunga dan/atau jasa giro yang
diperoleh
Pemerintah
Pusat/
Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didasarkan pada
tingkat suku bunga dan/atau jasa
giro yang berlaku.
(3) Biaya sehubungan dengan
pelayanan yang diberikan oleh
bank
umum
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
didasarkan pada ketentuan yang
berlaku pada bank umum yang
bersangkutan.
Keterangan
Pasal 24
45 Lanjutan Tabel 6.
2.
24/UU
RI/No. 24
tahun 2004
Perbendaharaan Negara
(1) Bunga dan/atau jasa giro yang
diperoleh Pemerintah merupakan
Pendapatan Negara/Daerah.
(2) Biaya sehubungan dengan
pelayanan yang diberikan oleh
bank umum dibebankan pada
Belanja Negara/Daerah.
Pasal 25
3.
24/UU
RI/No. 24
tahun 2004
Perbendaharaan Negara
(1)
Pokok-pokok
mengenai
pengelolaan uang negara/ daerah
diatur
dengan
peraturan
pemerintah setelah dilakukan
konsultasi dengan bank sentral.
(2)
Pedoman
lebih
lanjut
mengenai
pengelolaan
uang
negara/ daerah sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam
peraturan
pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.
(3)
Pelaksanaan
ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) yang berkaitan dengan
pengelolaan
uang
daerah
selanjutnya
diatur
dengan
peraturan daerah.
Pasal 28
4.
24/UU
RI/No. 24
tahun 2004
Perbendaharaan Negara
(1) Menteri Keuangan dapat
menunjuk pejabat yang diberi
kuasa atas nama Menteri Keuangan untuk mengadakan utang
negara atau menerima hibah yang
berasal dari dalam negeri ataupun
dari luar negeri sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan
dengan Undang-undang APBN.
(2) Utang/hibah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat
diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah /BUMN/ BUMD.
(3) Biaya berkenaan dengan
proses pengadaan utang atau
hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dibebankan pada
Anggaran Belanja Negara.
(4) Tata cara pengadaan utang
dan/atau penerimaan hibah baik
yang berasal dari dalam
negeri maupun dari luar negeri
serta penerusan utang atau hibah
luar negeri kepada Pemerintah
Daerah/BUMN/ BUMD, diatur
dengan peraturan pemerintah.
Pasal 38
46 Lanjutan Tabel 6.
5.
24/UU
RI/No. 24
tahun 2004
Perbendaharaan Negara
6.
24/UU
RI/No. 24
tahun 2004
Perbendaharaan Negara
7.
75/PP
RI/No 58
tahun 2005
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
(1) Pemerintah dapat melakukan
investasi jangka panjang untuk
memperoleh manfaat ekonomi,
sosial dan/atau manfaat lainnya.
(2)
Investasi
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bentuk saham, surat utang,
dan investasi langsung.
(3)
Investasi
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan pemerintah.
(4) Penyertaan modal pemerintah
pusat
pada
perusahaan
negara/daerah/ swasta ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
(5) Penyertaan modal pemerintah
daerah
pada
perusahaan
negara/daerah /swasta ditetapkan
dengan peraturan daerah.
(1) Setiap kerugian negara/ daerah
yang disebabkan oleh tindakan
melanggar hukum atau kelalaian
seseorang
harus
segera
diselesaikan sesuai
dengan
ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Bendahara, pegawai negeri
bukan bendahara, atau pejabat
lain yang karena
perbuatannya melanggar hu-kum
atau melalaikan kewajiban yang
dibebankan kepadanya secara
langsung merugikan keuangan
negara, wajib mengganti kerugian
tersebut.
(3) Setiap pimpinan kemen-terian
negara/lembaga/ kepala satuan
kerja perangkat daerah dapat
segera melakukan tun-tutan ganti
rugi, setelah mengetahui bahwa
dalam
kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkat
daerah
yang
bersangkutan terjadi kerugian
akibat perbuatan dari pihak
manapun.
Pasal 41
Penyertaan modal pemerintah
daerah dapat dilaksanakan apabila
jumlah yang akan disertakan
dalam tahun anggaran berkenaan
telah ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang penyertaan modal
daerah berkenaan
Pasal 75
Pasal 59
47 Lanjutan Tabel 6.
8.
56/PERM
ENDAGRI
/No
13
tahun 2006
Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
9.
115/PP
RI/No 58
tahun 2005
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
10.
1/PP
RI/No 58
tahun 2005
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
11.
19/PP/No
105 tahun
2000
Pengelolaan
dan
Pertanggung
jawaban
Keuangan
Daerah
12.
118/PP
RI/No 58
tahun 2005
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
APBD diperkirakan surplus yakni
anggaran pendapatan daerah
diperkirakan lebih besar dari
anggaran
belanja
daerah,
diutamakan untuk pembayaran
pokok utang, penyertaan modal
(investasi) daerah, pemberian
pinjaman kepada pemerintah
pusat/pemerintah daerah lain
dan/atau
pendanaan
belanja
peningkatan jaminan sosial
Pemerintah
daerah
dapat
melakukan
investasi
jangka
pendek dan jangka panjang untuk
memperoleh manfaat ekonomi,
sosial, dan/atau manfaat lainnya.
Pengertian
Investasi
adalah
penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti
bunga, dividen, royalti, manfaat
sosial dan/atau manfaat lainnya
sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam
rangka
pelayanan
kepada
masyarakat
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan
Daerah
Apabila Pemerintah Daerah dalam
rangka pembangunan fasilitas
pelayanan publik tidak memiliki
dana ataupun dana yang ada tidak
mencukupi, maka Daerah dapat
mencari alternatif sumber-sumber
pembiayaan
jangka
panjang
melalui kerjasama dengan pihak
lain
termasuk
masyarakat.
Kerjasama yang mempunyai
akibat keuangan terhadap APBD
diatur dengan Peraturan Daerah
Karakteristik investasi jangka
pendek adalah:
a. dapat segera diperjualbelikan/
dicairkan;
b. ditujukan dalam rangka
manajemen kas; dan berisiko
rendah.
Investasi yang dapat digolongkan
sebagai investasi jangka pendek
antara lain deposito berjangka
waktu 3 (tiga) sampai 12 (dua
belas) bulan dan/atau yang dapat
diperpanjang secara otomatis
seperti pembelian SUN jangka
pendek dan SBI.
Pasal 56
Pasal 115
Pasal 1 point
ke 65
Penjelasan
Pasal 19
Ayat 2
Penjelasan
Pasal 118
ayat 1
48 Lanjutan Tabel 6.
13.
118/PP
RI/No 58
tahun 2005
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
14.
19/PP/No
105 tahun
2000
Pengelolaan
dan
Pertanggung
-jawaban
Keuangan
Daerah
15.
119/PP
RI/No 58
tahun 2005
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
16.
119/PP
RI/No 58
tahun 2005
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Investasi yang dapat digolongkan
sebagai investasi jangka panjang
antara lain surat berharga yang
dibeli pemerintah daerah dalam
rangka mengendalikan suatu
badan usaha, misalnya pembelian
surat berharga untuk menambah
kepemilikan modal saham pada
suatu badan usaha; surat berharga
yang dibeli pemerintah daerah
untuk tujuan menjaga hubungan
baik dalam dan luar negeri; surat
berharga yang tidak dimaksudkan
untuk dicairkan dalam memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek.
Yang dimaksud dengan investasi
dalam bentuk penyertaan modal
adalah penyertaan modal Pemerintah Daerah yang dilakukan
melalui badan usaha milik
Daerah.
Yang dimaksud dengan deposito
adalah simpanan berjangka pada
bank yang sehat.
Dalam rangka penganggaran,
investasi
dicantumkan
pada
anggaran pembiayaan.
Yang dapat digolongkan sebagai
investasi permanen antara lain
kerjasama daerah dengan pihak
ketiga
dalam
bentuk
penggunausahaan/ pemanfaatan
aset daerah, penyertaan modal
daerah pada BUMD dan/atau
Badan Usaha lainnya maupun
investasi permanen lainnya yang
dimiliki pemerintah daerah untuk
menghasilkan pendapatan atau
meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat
Yang dapat digolongkan sebagai
investasi non permanen antara
lain pembelian obligasi atau surat
utang jangka panjang yang
dimaksudkan
untuk
dimiliki
sampai dengan tanggal jatuh
tempo, dana yang disisihkan
pemerintah daerah dalam rangka
pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja,
pembentukan dana secara bergulir
kepada kelompok masyarakat,
pemberian fasilitas pendanaan
kepada
usaha
mikro
dan
menengah.
Penjelasan
Pasal 118
ayat 2
Penjelasan
Pasal 19
Ayat 3
Penjelasan
Pasal 119
Ayat 2
Penjelasan
Pasal 119
Ayat 3
49 Berdasarkan analisis peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
penyertaan modal dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah dapat
melakukan penyertaan modal jika jumlah yang akan disertakan telah
ditetapkan sebelumnya pada peraturan daerah pada tahun anggaran dan
jika APBD
mengalami surplus yakni anggaran pendapatan daerah
diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.
Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi jangka
panjang yakni pada perbandingan kesatu, kedua, dan ketiga, serta dapat
melakukan investasi jangka pendek pada perbandingan keempat, selagi
semua perbandingan dapat memberikan manfaat ekonomi seperti
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), memberikan manfaat sosial
seperti pelayanan kepada masyarakat, ataupun manfaat lainnya. Investasi
pada sektor perbankan dapat mendatangkan manfaat ekonomi, manfaat
sosial, dan manfaat lainnya sehingga sesuai dengan empat perbandingan
tersebut. Tujuan dari kerjasama dengan pihak ketiga (penyertaan modal)
yakni untuk pembiayaan fasilitas publik dalam rangka peningkatan
pelayanan daerah. Investasi pada empat perbandingan ini, dapat
memberikan PAD. Yang termasuk ke dalam investasi jangka pendek
adalah perbandingan keempat yakni tabungan, deposito, dan obligasi
pemerintah, sesuai dengan karakteristik investasi jangka pendek. Hampir
seluruh perbankan memiliki saham pada reksadana, namun hal ini tidak
dapat dimasukkan ke dalam perbandingan karena memiliki resiko yang
tinggi, walaupun dengan tingkat pengembalian yang tinggi juga (high risk
high return).
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan dalam peraturan
adalah membeli surat berharga pada suatu badan usaha untuk menambah
kepemilikan dan menjaga hubungan baik, seperti yang telah dilakukan
Pemerintah Kota Depok pada Bank Jabar Banten (perbandingan kesatu).
Investasi jangka panjang seperti penanaman modal dalam bentuk saham
hanya dapat dilakukan pada Badan Usaha Milik Dearah (BUMD), pada
sektor perbankan seperti penyertaan modal pada Bank Jabar Banten yakni
yang terkait adalah perbandingan kesatu sedangakan pada perbandingan
50 kedua dan ketiga tidak memenuhi kriteria. Untuk simpanan deposito
(investasi jangka pendek) yakni perbandingan keempat, hanya dilakukan
pada bank yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial. Investasi
permanen juga dapat dilakukan pada pembelian Surat Utang Negara
(Perbandingan keempat) yang hasilnya bertujuan untuk membantu
pemberdayaan masyarakat.
4.3
Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank BJB) Sebelum IPO
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat No. 22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998, yang telah
memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
dalam Surat Keputusannya No. 584.32-027 tanggal 13 Januari 1999 dan
telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat No. 3 tahun 1999 Seri D tanggal 26 Januari 1999 dibuat
dihadapan Ny. Poppy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung, yang
telah diumumkan dalam Tambahan No. 2811 Berita Negara Republik
Indonesia No. 39 tanggal 14 Mei 1990, modal dasar Perseroan adalah
sebesar Rp 250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh miliar Rupiah) yang
terbagi dalam dua jenis saham yaitu Saham Seri A sebanyak 20.000.000
(dua puluh juta) lembar saham dan Saham Seri B sebanyak 5.000.000
(lima juta) lembar saham, masing-masing saham dengan nilai nominal
sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu Rupiah) per lembar saham. Dari modal
dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor penuh sebanyak 9.363.400
(sembilan juta tiga ratus enam puluh tiga ribu rupiah empat ratus) lembar
saham atau senilai Rp 93.634.000.000,- (sembilan puluh tiga miliar enam
ratus tiga puluh empat juta Rupiah). Pemegang saham Perseroan terdiri
dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa
Barat, dan Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten.
Perseroan meningkatkan modal disetor Perseroan menjadi sejumlah
10.997.081 (sepuluh juta sembilan ratus sembilan puluh tujuh ribu delapan
puluh satu) saham atau sebesar Rp 109.970.810.000,-(seratus sembilan
miliar sembilan ratus tujuh puluh enam juta delapan ratus sepuluh ribu
51 Rupiah) untuk tahun buku 1999 pada tahun 2000. Pada tahun 2001 terjadi
peningkatan
modal
dasar
Perseroan
dari
semula
sebesar
Rp
250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh juta miliar Rupiah) menjadi
sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliun Rupiah) dan peningkatan
modal ditempatkan dan disetor Perseroan sebesar Rp 190.201.210.000,(seratus sembilan puluh miliar dua ratus satu juta dua ratus sepuluh ribu
Rupiah). Untuk tahun 2002 dan 2003 tidak terjadi peningkatan modal
Perseroan.
Pada tahun 2004, Perseroan meningkatkan modal dasar perseroan
dari semula sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliun Rupiah) menjadi
sebesar Rp 2.000.000.000.000,- (dua triliun Rupiah) dan penambahan
modal disetor Perseroan dari sebesar Rp 509.368.403.638,88 (lima ratus
sembilan puluh tiga ratus enam puluh delapan juta empat ratus tiga ribu
enam ratus tiga puluh delapan Rupiah delapan puluh delapan sen) menjadi
Rp 684.141.163.63,84 (enam ratus delapan puluh empat miliar seratus
empat puluh satu juta seratus enam puluh tiga ribu tujuh ratus enam puluh
tiga Rupiah delapan puluh empat sen). Dengan adanya peningkatan modal
disetor, Pemegang saham Perseroan menjadi terdiri dari
Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota/Kabupaten se-Jawa Barat,
Pemerintah Provinsi Banten, dan Pemerintah Kota/Kabupaten se-Banten. Perseroan meningkatkan modal ditempatkan dan modal disetor Perseroan
dari semula sebesar 68.414.105 (enam puluh delapan juta empat ratus
empat belas ribu seratus lima) saham atau senilai Rp 684.141.050.000
(enam ratus delapan puluh empat miliar seratus empat puluh satu juta lima
puluh ribu Rupiah) menjadi sebanyak 86.134.245 (delapan puluh enam
juta seratus tiga puluh empat ribu dua ratus empat puluh lima) saham atau
senilai Rp 861.342.450.000,- (delapan ratus enam puluh satu miliar tiga
ratus empat puluh dua juta lima ratus enam puluh tiga ribu seratus empat
puluh sembilan Rupiah delapan puluh empat sen) pada tahun 2005.
Untuk tahun 2006 terjadi lagi peningkatan modal dasar Perseroan
menjadi Rp 4.000.000.000.000,- (empat miliar Rupiah) dari yang
sebelumnya Rp 2.000.000.000,- (dua miliar Rupiah) dan peningkatan
52 modal disetor sebesar Rp 211.692.276.850,16 (dua ratus sebelas miliar
enam ratus sembilan puluh dua juta dua ratus tujuh puluh enam ribu
delapan ratus lima puluh koma enam belas Rupiah) dari semula Rp
861.342.563.149,84 (delapan ratus enam puluh satu miliar tiga ratus empat
puluh dua juta lima ratus enam puluh tiga ribu seratus empat puluh
sembilan
koma
delapan
puluh
empat
Rupiah)
menjadi
Rp
1.073.034.840.000,- (satu triliun tujuh puluh tiga miliar tiga puluh empat
juta delapan ratus empat puluh ribu Rupiah). Dan pada tahun 2007 terjadi
peningkatan
modal
disetor
dan
ditempatkan
menjadi
Rp
1.264.475.880.349,84 (satu triliun dua ratus enam puluh empat miliar
empat ratus tujuh puluh lima juta delapan ratus ratus delapan puluh ribu
tiga ratus empat puluh sembilan Rupiah delapan puluh empat sen). Tahun
2008 tanggal 31 Januari 2008, yang isinya sehubungan dengan (i)
pengubahan nilai nominal saham perseroan dari semula sebesar Rp
10.000,- (sepuluh ribu Rupiah) per saham, dan (ii) peningkatan modal
ditempatkan dan modal disetor Perseroan dari semula sebesar Rp
1.264.475.770.000,- (satu triliun dua ratus enam puluh empat juta empat
ratus tujuh puluh lima ribu tujuh ratus tujuh puluh ribu Rupiah) menjadi
Rp 1.495.597.116.250,- (satu triliun empat ratus sembilan puluh lima
miliar lima ratus sembilan puluh tujuh juta seratus enam belas ribu dua
ratus limapuluh Rupiah).
Sedangkan untuk tahun 2009, Perseroan meningkatkan modal
ditempatkan dan modal disetor Perseroan sebesar Rp 45.503.409.250,(empat puluh lima miliar lima ratus tiga juta empat ratus sembilan ribu dua
ratus lima puluh Rupiah) atau 182.013.637 (seratus delapan puluh dua juta
tiga belas ribu enam ratus tiga puluh tujuh) saham Seri A. Untuk rincian
komposisi pemegang saham Bank Jabar Banten dari tahun 1999-2009
disajikan di Lampiran 6 dan Lampiran 7.
Sebagai pemegang saham, Kota depok mulai menanamkan sahamnya
terhadap Bank Jabar banten pada tahun 2002 sebanyak 64.549 lembar
saham seri A dengan nilai nominal per saham sebesar Rp 10.000,00 atau
setara dengan Rp 640.590.000,00. Dari tahun ke tahun Pemerintah Daerah
53 Kota Depok terus melakukan peningkatan penanaman saham terhadap Bank
Jabar Banten, sehingga pada Juli 2010 Pemerintah Daerah Kota Depok
memiliki sebanyak 89.581.968 lembar saham dengan nilai nominal sebesar
Rp 250 per saham atau setara dengan Rp 22.395.492.000. Perkembangan
penanaman saham Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank Jabar Banten
dapat dilihat pada Gambar 3:
10000000
90000000
Lembar Saham
80000000
70000000
60000000
50000000
40000000
30000000
20000000
10000000
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
0
Tahun
Gambar 3. Grafik Kepemilikan Pemerintah Daerah Kota Depok
(www.bankjabar.co.id)
4.4
Kebijakan Saham Setelah IPO
Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Para Emisi Efek atas nama
Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum sebesar 2.424.072.500
(dua miliar empat ratus dua puluh empat juta tujuh puluh dua ribu lima
ratus) saham baru yang merupakan Saham Atas Nama Seri B atau sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari modal ditempatkan dan disetor dengan
nilai nominal Rp 250,- (dua ratus lima puluh Rupiah) setiap saham, yang
ditawarkan kepada masyarakat dengan harga Penawaran Rp 600,- (enam
ratus Rupiah) setiap saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan
Formulir Pemesanan Pembelian Saham (“FPPS”). Nilai saham yang
ditawarkan dalam Penawaran Umum secara keseluruhan adalah sebesar Rp
54 1.454.443.500.000,- (satu triliun empat ratus lima puluh empat miliar empat
ratus empat puluh tiga juta lima ratus ribu Rupiah).
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam
Penawaran Umum ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham
Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum secara proforma
ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Susunan Modal Saham dan Pemegang Saham Bank BJB
Keterangan
Sebelum Penawaran Umum
Jumlah Saham
Jumlah
Nominal (Rp)
Nilai (%)
Modal Dasar
Seri A
Seri B
9.600.000.000
2.400.000.000.000
6.400.000.000
1.600.000.000.000
16.000.000.000
4.000.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetror Penuh
Seri A
Pemerintah
3.709.994.733
927.496.683.250
Provinsi
Jawa
Barat
Pemerintah
2.289.395.681
572.348.920.250
Kota/Kabupaten
Se-Jawa Barat
Pemerintah
520.589.856
130.147.464.000
Provinsi Banten
752.238.396
188.059.599.000
Pemerintah
Kota/Kabupaten
Se-Banten
Total Seri A
7.272.218.666
1.818.054.666.500
Seri B
Masyarakat
Karyawan dan manajemen
(program
EMSA)
Total Seri B
Jumlah Modal 7.272.218.666
1.818.054.666.500
Ditempatkan dan
Disetor Penuh
Saham dalam Portepel
Seri A
2.327.781.334
581.945.333.500
Seri B
6.400.000.000
1.600.000.000.000
Jumlah Saham 8.727.781.334
2.181.945.333.500
dalam Portepel
Setelah Penawaran Umum dan Program EMSA
Jumlah Saham Jumlah
Nilai (%)
Nominal (Rp)
9.600.000.000
6.400.000.000
16.000.000.000
2.400.000.000.000
1.600.000.000.000
4.000.000.000.000
51,02
3.709.994.733
927.496.683.250
38,26
31,48
2.289.395.681
572.348.920.250
23,61
7,16
520.589.856
130.147.464.000
5,37
10,34
752.238.396
188.059.599.000
7,76
100,00 7.272.218.666
1.818.054.666.500
75,00
-
586.701.375.000
19.316.750.000
24,20
0,80
2.424.072.500
100,00 9.696.291.166
606.018.125.000
2.424.072.791.500
25,00
100,00
2.327.781.334
6.400.000.000
8.727.781.334
581.945.333.500
993.981.875.000
1.575.927.208.500
2.346.805.500
77.267.000
Sumber: www.bankjabar.co.id
Bersamaan dengan pencatatan sebesar 2.424.072.500 (dua miliar
empat ratus dua puluh empat juta tujuh puluh dua ribu lima ratus) saham
baru yang merupakan saham biasa atas nama Seri B yang ditawarkan dalam
Penawaran Umum ini atau sebesar 25% (dua puluh lima persen), Perseroan
atas nama Pemegang saham Pendiri akan mencatatkan 7.175.255.754 (tujuh
miliar seratus tujuh puluh lima juta dua ratus lima puluh lima ribu tujuh
ratus lima puluh empat) saham Seri A sehingga jumlah seluruh saham yang
55 akan dicatatkan pada BEI berjumlah 9.599.328.254 (sembilan miliar lima
ratus sembilan puluh sembilan juta tiga ratus dua puluh delapan ribu dua
ratus lima puluh empat) saham atau 99% (sembilan puluh sembilan persen)
dari seluruh jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh setelah
Penawaran Umum yang terdiri dari 74% (tujuh puluh empat persen) dari
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh yang berupa Saham Seri A dan 25%
(dua puluh lima persen) dari Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh saham
biasa atas nama Seri B. Sedangkan sejumlah 96.962.912 (sembilan puluh
enam juta sembilan ratus enam puluh dua ribu sembilan ratus dua belas)
saham atau 1% (satu persen) saham milik Pemegang Saham Pendiri tidak
dicatatkan guna memenuhi Peraturan Pemerintan No.29 Tahun 1999 (“PP
No.29”) tentang Pembelian Saham Bank Umum. Dari jumlah saham yang
akan ditawarkan sebanyak-banyaknya 10% (sepuluh persen) akan
dijatahkan kepada karyawan dan Manajemen Perseroan melalui Program
EMSA (Employee and Management Stock Allocation) dengan Harga
Penawaran.
Sebagai salah satu pemegang saham Bank BJB, Pemerintah Daerah
Kota Depok mulai menanamkan saham terhadap Bank Jabar banten mulai
tahun 2002 hingga sekarang dengan jumlah yang terus meningkat.
Pemerintah Daerah Kota Depok sebelum IPO pada Juli 2010 memiliki
saham sebesar 1,23%, setelah IPO saham Pemerintah Daerah Kota Depok di
Bank Jabar Banten mengalami penurunan menjadi 0,92%. Setelah IPO ini
status saham Seri A Pemerintah Daerah kota Depok tetap sama. Saham Seri
A tetap hanya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota,
Pemerintah Provinsi. Saham seri A memiliki kewenangan untuk
memberikan keputusan dalam RUPS sedangkan Saham seri B hanya bersifat
untuk memberikan masukan. Jika ada pelepasan saham baru ke masyarakat,
maka Pemerintah akan mendapatkan penawaran terlebih dahulu dari Bank
Jabar Banten sehingga Pemerintah dapat memutuskan akan menambah
kepemilikan saham lagi atau tidak.
Untuk kebijakan deviden yang diberikan Bank BJB terhadap
pemegang saham, Perseroan akan membayarkan dividen tunai minimum
56 40,00% dari laba bersih setiap tahunnya dimulai dari tahun buku 2010, yang
besarnya akan diputuskan melalui RUPS berdasarkan rekomendasi Direksi.
Keputusan untuk membayar deviden tergantung pada laba, kondisi
keuangan, likuiditas, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan oleh Direksi Perseroan setelah
memperoleh persetujuan RUPS.
Dana hasil IPO akan digunakan untuk ekspansi kredit perseroan
(80%), pembukaan kantor cabang baru (10%), dan pengembangan teknologi
informasi (10%). Perseroan juga menetapkan kebijakan dividen minimal
sebesar 40% dari laba bersih perseroan. Pembagian dividen dipastikan akan
dimulai untuk tahun buku 2010. Perseroan menunjuk PT CIMB Securities
dan PT Bahana Securities sebagai penjamin emisi IPO. Kapitalisasi pasar
PT PT Bank BJB Tbk Banten Tbk sebesar Rp5,759 triliun. P/E ratio industri
per 6 Juli 2010 sebesar 17,01 kali dan PBV industri per 6 Juli 2010 sekitar
2,05 kali.
4.5
Kinerja Bank Jabar Banten
Kinerja Bank BJB mengalami peningkatan dari sejak berdiri pada tahun
1961 hingga sekarang. Hal ini terkait dengan strategi yang digunakan oleh
perusahaan dalam menjalankan perusahaan. Hasil analisis terhadap strategi
menunjukkan bahwa dalam penyusunan perencanaan penyertaan modal
disusun berdasarkan matriks IE. Matriks IE menghasilkan strategi
pertumbuhan. IE (Internal-Eksternal) Matriks : memposisikan organisasi ke
dalam matriks dengan EFE (baris) dan IFE (kolom) dengan 3 ukuran, kuatsedang-lemah. Umumnya matriks ini digunakan untuk menilai posisi
bersaing sebuah organisasi atau sebuah unit di dalam perusahaan. Posisi ini
akan menentukan strategi dan keputusan di dalam perusahaan.
Dalam kasus pengembangan usaha Bank BJB, matriks IE digunakan
untuk
mengetahui
posisi
bersaing
Bank
BJB
dalam
persaingan
pengembangan usaha. Posisi ini penting untuk menentukan posisi strategi
yang akan ditetapkan. Secara umum, matriks ini menghasilkan tiga posisi
strategi yaitu:
57 1.
Strategi Pertumbuhan. Organisasi yang berada pada sel I, II, dan IV
dapat digambarkan sebagai grow dan build. Strategi-strategi yang cocok
bagi organisasi ini adalah strategi intensif.
2.
Strategi Stabilitas. Organisasi yang berada pada sel-sel III, V, atau
VII paling baik dikendalikan dengan strategi hold dan maintain.
3.
Strategi Penciutan. Organisasi yang berada pada sel-sel VI, VIII, atau
IX dapat menggunakan strategi harvest atau divestiture.
Hasil analisis IFE dan EFE menunjukkan bahwa skor bobot faktor
internal adalah 2.8 dan skor bobot faktor eksternal adalah 2.94, artinya
tingkat reaksi reaksi atau respon perusahaan terhadap pengaruh dari faktor
internal terhadap penyertaan modal adalah rata-rata dan reaksi dari faktor
internal terhadap penyertaan modal adalah sedang. Sehingga bentuk
diagram matriks IE digambarkan pada Gambar 4.
Total Skor
Bobot IFE
2.8
Kuat
3.0 - 4.0
Rata-rata
2.0 - 2.99
Lemah
1.0 - 1.99
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Tinggi
3.0 - 3.99
2.94
Sedang
Total
Skor 2.0 - 2.99
Bobot EFE
Rendah
1.0 - 1.99
Gambar 4. Matriks IE Pengembangan Usaha di Bank BJB
Kombinasi faktor eksternal dan internal tersebut pada matriks IE
menghasilkan posisi strategi stabilitas (Hold and Maintain). Strategi Hold
and Maintain ini menunjukkan bahwa perusahaan harus mempertahankan
kondisi saat ini untuk menghadapi tantangan yang semakin besar.
Tantangan tersebut adalah pengembangan usaha yang diarahkan kepada
upaya investasi, agar mampu membangun daya tarik perusahaan di mata
58 penanam modal untuk melakukan investasi. Oleh karena itu, salah satu
yang harus diperhatikan adalah posisi strategi Bank BJB saat ini tepat
dengan menjaga stabilitas pengembangan usaha di Bank BJB, antara lain
upaya mempertahankan kinerja perusahaan dan mengembangkan pasar.
Uraian di atas menunjukkan bahwa posisi kompetitif perusahaan di
dalam industri membuat perusahaan harus selalu berupaya mendapatkan
dana (modal) yang ingin dicapai. Kekuatan perusahaan mampu
memperoleh modal pada industri ini, jika semua kondisi terpenuhi. Posisi
strategi Hold and Maintain menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Depok
layak menempatkan sahamnya di Bank BJB pada tahun ini.
Untuk dapat merealisasikan target dana yang ditetapkan, maka yang
diperlukan perusahaan adalah menentukan langkah-langkah operasional
yang tepat dalam mencapai target dana tersebut. Langkah-langkah tersebut
dapat dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT.
4.5.1 Analisis SWOT
Bank BJB adalah salah satu BUMD yang bergerak di sektor
perbankan. Umumnya setiap unit bisnis harus memantau kekuatan
lingkungan makro yang menjadi penentu (demografi-ekonomi,
teknologi, politik-hukum, dan sosial-budaya), dan pelaku lingkungan
mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran distribusi, pemasok) yang
berdampak pada kemampuannya memperoleh laba (Kotler, 2005).
Dari empat perbandingan yang disajikan, yang hanya sesuai dengan
analisis kelembagaan hanya perbandingan kesatu dan keempat.
Maka, pada tahap ini Perbandingan ke-1 (Penyertaan Modal terhadap
Bank BJB) dan Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap
Produk Perbankan lainnya) dikaji dari sektor internalnya (kekuatan,
kelemahan) dan sektor eksternalnya (peluang dan ancaman)
menggunakan Analisis SWOT, seperti yang disajikan di bawah ini:
Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-1 (Penyertaan Modal
terhadap Bank BJB) antara lain:
59 a.
Kekuatan
ƒ
Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah.
Hal ini dibuktikan dengan Bank BJB meraih prestasi pada
tahun 2009 sebagai "The Best BPD" Bank Terbaik Kategori
Pembangunan Daerah.
ƒ
Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik.
Hal ini terlihat dari penghimpunan dana pada tahun 2005
sebesar Rp. 13.350.999 juta dan pada tahun 2009
meningkat menjadi Rp.32.410.329 juta
ƒ
Pertumbuhan laba yang meningkat.
Laba sebelum pajak meningkat secara terus menerus dari
tahun 2005, sebesar Rp 511.048 juta sampai tahun 2009
menjadi sebesar Rp. 985.377 juta.
ƒ
Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik.
Kinerja keuangan Bank Jabar Banten sampai dengan tahun
2009 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal
ini ditunjukan oleh beberapa indikator kinerja keuangan
pada periode tahun 2005-2009. Jumlah aset Bank Jabar
Banten pada tahun 2009 telah mencapai 32,4 triliun atau
mengalami peningkatan sebesar Rp. 6,4 triliun atau tumbuh
sebesar 24,61% dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu
sebesar Rp. 26 triliun. Dana pihak ketiga yang dihimpun
pada tahun 2009 sebesar 23,7 triliun atau meningkat
sebesar 5,4 triliun. Sedangkan untuk posisi 30 Juni 2010
(unaudited), Dana Pihak Ketiga mencapai Rp. 32,0 triliun
atau tumbuh sebesar 35,2% dibandingkan posisi Desember
2009.
ƒ
Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit
merupakan modal untuk melakukan ekspansi.
Dana pihak ketiga yang dihimpun pada tahun 2009 sebesar
23,7 triliun atau meningkat sebesar 5,4 triliun. Sedangkan
untuk posisi 30 Juni 2010 (unaudited), Dana Pihak Ketiga
60 mencapai Rp. 32,0 triliun atau tumbuh sebesar 35,2%
dibandingkan posisi Desember 2009.
ƒ
Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan
jumlah nasabah baru.
Setelah secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia (BEI), maka akan mengubah citra penilaian baru
terhadap Bank BJB, sehingga adanya potensi untuk
meningkatkan jumlah nasabah baru.
ƒ
Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional.
Penggunaan desain struktur organisasi yang menggunakan
Struktur Strategic Bussiness Unit (SBU) sehinngga
memudahkan mendelegasikan wewenang dan tanggung
jawab untuk setiap unti kepada eksekutif senior yang
melapor secara langsung pada CEO (Chief Executive
Officer).
b. Kelemahan
ƒ
Promosi yang masih minim terhadap sektor publik.
Karena Bank BJB baru go public pada bulan Juli 2010
sehingga perhatian pemasarannya masih kurang terhadap
publik secara luas.
ƒ
Kurangnya tenaga khusus promosi.
Dengan adanya IPO, sehingga memunculkan para investor
baru
dan
memungkinkan
bertambahnya
nasabah,
seharusnya Bank BJB menambah tenaga pemasarannya
untuk menaikkan pangsa pasar Bank BJB.
ƒ
Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala
nasional.
Bank BJB yang berstatus Badan Usaha Milik Daerah
memiliki nasabah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 70%
dan sisanya masyarakat umum.
ƒ
Skala
permodalan
pemerintah.
sebagian
besar
masih
lingkup
61 Berdasarkan struktur saham Bank BJB setelah IPO pada
bulan Juli 2010 sebesar 75% masih dikuasai oleh
pemerintah.
ƒ
Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya
kecepatan dalam pelayanan.
Pelayanan pada teller dan customer service masih kurang
efektif dan efisien dibuktikan dengan jumlah nasabah yang
menumpuk dan waktu penanganan per nasabah yang masih
lambat.
ƒ
Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan
ATM yang memadai.
Saat ini Bank Jabar Banten hanya memiliki 44 kantor
cabang, 131 kantor cabang pembantu, 44 kantor kas, 34
payment point, dan 269 jaringan ATM. Jumlah jaringan
kantor ini telah dikurangi oleh jumlah jaringan kantor Bank
Jabar Banten Syariah yang terdiri dari 6 kantor cabang
syariah, 15 kantor cabang pembantu syariah dan 10 ATM
syariah. Jumlah ini dibilang kurang memadai jika
dibandingkan dengan bank lainnya.
ƒ
Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata.
Ditunjukkan dengan pelayanan Bank BJB dan inovasiinovasi yang belum muncul dari pihak bjb.
ƒ
Produk yang ditawarkan masih terbatas.
Produk Bank BJB masih terpusat pada simpanan dan kredit
(yang kebanyakan kredit konsumtif PNS), belum ada
layanan yang berbasis internasional, seperti pelayanan
pengiriman uang ke luar negeri.
ƒ
Belum adanya program komputerisasi tersentral dan
penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT,
atau
Jaringan
List
Line
Fiber
Optic).
Sehingga
memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online
62 system, phone banking maupun internet banking dengan
program tersebut.
ƒ
Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang
masih minim.
Saat ini nilai kredit yang disalurkan masih relatif kecil
dibandingkan nilai Investasi UMKM dengan rasio rata-rata
jumlah kredit UMKM terhadap nilai Investasi UMKM
untuk wilayah Jawa Barat dan Banten sebesar 34,3 persen,
sedangkan nasional 55,4 persen. Adapun rasio kredit
terhadap nilai investasi UMKM sebesar 7,9 persen.
c.
Peluang
ƒ
Penggunaan teknologi dalam pelayanan.
Menggunakan
penggunaan
teknologi
jaringan
berbasis
komputerisasi
komunikasi
khusus
dan
untuk
meningkatkan pelayanan terhadap nasabah.
ƒ
Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan.
Mengencarkan promosi melalui media massa untuk
meningkatkan minat masyarakat terhadap Bank BJB.
ƒ
Perizinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk
perkembangan perusahaan.
Didukung dengan berbagai Peraturan Republik Indonesia
seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
tahun 2005, Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13
Tahun 2006, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 105 Tahun 2000.
ƒ
Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat.
Kepemilikan saham Pemprov. Jabar sekarang sebesar 38%
dari seluruh saham Bank BJB dan setelah IPO ini dapat
meningkatkan minat masyarakat secara umum untuk
berinvestasi secara langsung terhadap Bank BJB.
ƒ
Kebijakan
mendukung.
Pemerintah
dan
Bank
Indonesia
yang
63 Adanya sentralisai dari Bnak Indonesia terhadap seluruh
bank-bank di Indonesia dan kebijakan pemerintah untuk
mengutamakan asset-aset pemerintah, seperti Bank BJB
sebagai BUMD.
ƒ
Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham
yang kuat
Terbukti untuk posisi 30 Juni 2010 (unaudited), Dana Pihak
Ketiga mencapai Rp. 32,0 triliun atau tumbuh sebesar
35,2% dibandingkan posisi Desember 2009.
ƒ
Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan
dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai
positif pada beberapa tahun terakhir.
ƒ
Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil
masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah
baik berupa dana maupun manajemen
Dirut Bank BJB menyebutkan sejak diluncurkan pada 2006,
Kredit Mikro Utama tumbuh pesat dengan CAGR periode
2007-2009 sebesar 165 persen. Pada 2009 Kredit Mikro
Utama menyumbang sekitar 16,7 persen dari kredit
produktif, atau 4,1 persen dari total kredit yang disalurkan
perseroan. Pertumbuhan Kredit Mikro Utama memberikan
harapan atas pertumbuhan kredit di masa depan, mengingat
potensi pertumbuhan kredit UMKM di regional Jawa Barat
dan Banten maupun nasional masih sangat besar. Dengan
perkembangan UMKM yang masih besar, maka akan
adanya peningkatan perhatian pemerintah terhadap sektor
UMKM baik dari segi dana maupun bantuan lainnya.
ƒ
Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan
masih banyak yang dapat digali.
Padatnya masyarakat Jawa Barat hingga ke pelosok
kecamatan yang masih belum mengenal perbankan, dapat
dijadikan target pasar baru dalam ekspansi usaha Bank BJB.
64 ƒ
Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di
masyarakat masih cukup besar.
Terbukti saat akhir pekan lalu tanggal 9 Desember 2010,
harga penutupannya pada level Rp 1.650 per lembar.
Bahkan, sempat menembus Rp 1.700 per lembar pada bulan
November. Dalam setiap transaksi, rata-rata saham yang
tertransaksikan juga menggembirakan pihak Bank BJB,
jumlah saham yang tertransaksikan, rata-rata 50-80 ribu lot.
Respon positif itu didasari oleh beberapa hal. Di antaranya
dalam hal performa, kinerja, dan kepercayaan masyarakat
yang positif terhadap citra Bank BJB.
d. Ancaman
ƒ
Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal
Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta
Sampai saat ini, masih ada peraturan yang menekankan
bahwa pembelian saham hanya boleh dilakukan pada
BUMD. Jika adanya revisi undang-undang penanaman
modal, maka pihak Pemerintah akan bergulir ke bank
lainnya yang memiliki return yang lebih besar dari pada
penanaman modal di Bank BJB.
ƒ
Ilmu pengetahuan dan teknologi bank pesaing lebih canggih
dan mutakhir
Bank-bank lainnya sudah berbasiskan sistem komputerisasi
yang canggih yang memungkinkan melayani nasabah
hingga ke luar negeri.
ƒ
Pendekatan
dari
bank
pesaing
yang
memberikan
keunggulan produk atau layanan prima
Layanan ramah tamah dan waktu pelayanan yang efektif
serta penawaran-penawaran produk yang inovatif membuat
nasabah dapat beralih ke bank lainnya.
ƒ
Krisis
keuangan
global
dan
mempengaruhi sektor perbankan
nasional
yang
dapat
65 Dengan krisis keuangan global membuat perekonomian
melemah seperi terjadinya inflasi yang akan menurunkan
minat masyarakat terhadap simpanan.
ƒ
Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank
asing yang membiayai usaha mikro.
Bank-bank milik asing maupun yang telah bekerjasama
antara Indonesia dengan pihak asing seperti Bank CIMB
Niaga, Bank ANZ Panin, dan Bank OCBC NISP yang
makin banyak bermunculan serta mulai menunjukkan
ketertarikan dalam usaha mikro.
ƒ
Banyaknya
bank
pesaing
yang
mulai
melakukan
pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI,
Koperasi dan BPR.
ƒ
Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan
kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini
masih terasa dan untuk menaikkannya sangat tergantung
pada perbaikan perekonomian kita.
Selain menganalisis dari segi faktor internal dan eksternal Bank BJB
(perbandingan ke-1) dilakukan juga perbandingan antara produk perbankan
(deposito, tabungan, dan obligasi pemerintah) dari setiap bank untuk
mengetahui produk dan dari bank mana yang paling layak untuk Pemerintah
Daerah Kota Depok berinvestasi. Maka, perbandingan ke-4 ini, dapat dilihat
pada Tabel 8:
Tabel 8. Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal
terhadap Produk Perbankan lainnya)
Strength
(kekuatan)
Deposito
Tabungan
• Nilainya tetap dan
• Nominal yang tidak
dijamin oleh pemerintah
ditentukan (bebas sesuai
dengan
keinginan
• Memiliki suku bunga
nasabah)
yang tinggi
• Likuiditas yang tinggi,
• Likuiditas tinggi, dapat
dapat diambil kapan saja:
diambil kapan saja,
counter bank dan ATM
meskipun ada jangka
• Kemudahan bertransaksi:
waktu tertentu.
pengiriman uang,
• Dapat dijaminkan: untuk
pembayaran (telepon,
mendapatkan hutang dari
kartu kredit, dan lainbank yang sama.
lain), penukaran uang,
• Dijamin oleh pemerintah
dan lain-lain.
Obligasi Pemerintah
• Memiliki risiko yang
rendah
• Nilainya dijamin oleh
pemerintah
• Kemungkinan
kecil
terjadi risiko gagal bayar
• Tingkat
pengembalian
lebih tinggi dari deposito
66 Lanjutan Tabel 8.
Deposito
Weakness
(kelemahan)
Opportunity
(Peluang)
Threat
(Ancaman)
Tabungan
• Jangka waktu yang telah • Adanya penurunan minat
ditetapkan (jatuh tempo
investor
tidak fleksibel)
• Suku bunga yang
• Adanya
denda
jika
diberikan sangat rendah,
pencairan
dilakukan
di bawah tingkat inflasi.
sebelum jatuh tempo
• Bunga kena pajak 20%
• Bunga kena pajak 20%,
untuk yang di atas Rp 7,5
di atas Rp 7,5 juta.
juta.
• Pertumbuhan
ekonomi • Bertambahnya kebutuhan
yang semakin pesat
masyarakat akan
menabung
ketentuan
• Adanya penurunan minat • Adanya
nominal simpanan yang
investor
dijamin LPS yakni di
• Krisis keuangan global
bawah Rp.100 juta jika
dan nasional yang dapat
bank
mengalami
mempengaruhi investor
kebangkrutan
• Krisi keuangan global
dan nasional yang dapat
mempengaruhi investor
Obligasi Pemerintah
• Sebagian besar adalah
obligasi ritel (individu)
• Tidak setiap saat tersedia
• Kurang likuid
• Berkembangnya
paradigma
tentang
obligasi pemerintah
• Adanya nilai VaR yang
dapat menurun karena
inflasi
Dilihat dari dari kekuatannya, seperti dari segi suku bunga yang
diberikan, obligasi pemerintah seperti Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang
memberikan suku bunga sebesar 12,00%, namun dari segi likuiditas
menunjukkan bahwa tabunganlah yang memiliki likuiditas tertinggi karena
tidak memiliki jatuh tempo dalam pencairan dananya, serta kemudahan
bertransaksi seperti untuk pembayaran dan sebagainya. Selanjutnya dilihat
dari kelemahannya, suku bunga terendah dimiliki oleh tabungan. Faktor
lainnya seperti likuiditas, deposito dan obligasi pemerintah memiliki jangka
waktu dalam pengambilannya, sehingga dananya tidak dapat dicairkan
kapan saja. Dari faktor eksternal seperti peluang, peluang tertinggi berada
pada deposito. Hal ini terlihat dari jumlah sumber dana yang berasal dari
deposito pada bank umum di tahun 2005 mencapai Rp 455.308 miliar dan
pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 758.280 miliar sedangkan untuk
jumlah sumber dana yang berasal dari tabungan di bank umum pada tahun
2009 sebesar Rp 565.610 miliar. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
minat nasabah pada simpanan (investasi) jenis deposito lebih besar dari
pada tabungan dan obligasi pemerintah belum banyak diminati oleh
masyarakat. Untuk faktor eksternal selanjutnya yakni ancaman, untuk
deposito dan tabungan belum adanya jaminan untuk dana yang disimpan
67 lebih dari Rp 100 juta, hal ini dapat berpengaruh pada ketidakamanan dana
yang diinvestasikan.
Berdasarkan Analisis SWOT terhadap produk perbankan lainnya, jika
Pemerintah Daerah Kota Depok menginginkan suku bunga yang tinggi,
maka dapat memilih investasi pada obligasi pemerintah, namun jika
membutuhkan investasi dengan likuiditas tinggi maka dapat memilih
simpanan jenis tabungan atau deposito berjangka satu bulan. Sedangkan dari
sisi yang berpeluang tinggi, maka dapat memilih deposito. Namun, dari
faktor ancaman Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih obligasi
pemerintah yang memiliki rendah risiko.
4.6
Analisis Finansial
Analisis finansial mencakup perbandingan EPS (Earning Per Share),
ROE (Return On Equity), dan tingkat suku bunga. Obligasi Negara
Republik Indonesia yang ditawarkan seri ORI003-ORI004, kupon rate yang
ditawarkan adalah ORI003 sebesar 9.4000%, ORI004 sebesar 9.5000%,
ORI005 sebesar 11.4500%, ORI006 sebesar 9.1500%, dan ORI007 sebesar
7.9500%, serta jenis Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 sebesar 12.0000%,
dan Sukuk Negara Ritel Seri SR-002 sebesar 8.7000%. Pemerintah Daerah
Kota Depok dapat membeli obligasi pemerintah sebagai salah satu investasi
jangka panjang yang memberikan nilai suku bunga yang tinggi seperti
Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang memberikan suku bunga sebesar
12,00%. Namun, pembelian obligasi pemerintah ini harus bersifat permanen
yakni tidak berpindah tangan atau diperjualbelikan di pasar sekunder, hanya
boleh diperjualbelikan di pasar primer.
Dari sisi EPS, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9 bahwa rata-rata
EPS tertinggi diraih oleh BRI yakni Rp. 429,23 dan yang terendah dimiliki
oleh Bank Panin sebesar 38,96. Hal ini menunjukkan bahwa BCA
memberikan rata-rata pengembalian dari saham yang ditanamkan lebih
besar dibandingkan keenam bank lainnya. Sedangkan EPS dari Bank BJB
menempati peringkat kelima dari ketujuh bank. Hal ini terlihat bahwa
sebagai bank yang masih berskala daerah dan baru melakukan IPO, Bank
68 BJB dapat bersaing dengan memberikan nilai rata-rata EPS sebesar Rp
76.18,- dibandingkan dengan bank yang sudah berskala nasional maupun
internasional seperti Bank ANZ Panin.
Tabel 9. Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya
Nama
Bank
BRI
Bank
Danamon
BCA
BNI
Bank BJB
Bank
Permata
Bank Panin
EPS (dalam Rupiah)
2007
2008
2009
403.64 496.99 442.17
2010
555.25
Rata-rata
EPS
429.23
186.36
262.12
308.68
236
80
91.82
209
163
113.75
251
193
-
239.50
125.17
76.18
64.45
58.43
62.01
67.33
55.09
42.32
34.6
41.01
46.87
38.96
2005
321.7
2006
355.62
407.71
268.91
423.27
303.7
213
106
-
345
145
29.58
183
64
69.56
38.1
40.23
31.48
37.46
Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan
Bank Panin dari Tahun 2005-2010
Untuk rata-rata ROE tertinggi diraih juga oleh BRI yakni sebesar
34.40% dan terendah pada Bank Panin. Dilihat dari sisi ROE bahwa pada
hampir semua bank mengalami tingkat ROE yang fluktuatif, namun pada
BNI dan BCA cenderung naik dari tahun 2007-2010 seperti yang disajikan
pada Tabel 10. Dilihat dari ROE Bank BJB, terlihat jelas bahwa Bank BJB
memiliki rata-rata tertinggi kedua setelah BRI, mengalahkan bank lainnya
seperti BCA dan BNI. Dari hal ini, maka pengembalian atas ekuitas Bank
BJB berkategori baik dan dapat bersaing dengan bank lainnya yang berskala
nasional. Dengan ROE yang tinggi maka akan berdampak pada peningkatan
laba yang akan diperoleh perusahaan sehingga akan berdampak pula
terhadap deviden. Deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham
adalah minimum 40% dari laba yang diperoleh perusahaan. Maka, dengan
ROE yang tinggi akan meningkatkan deviden.
Tabel 10. Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya
Nama
Bank
BRI
Bank BJB
BCA
Bank
Danamon
2005
38.00
23.54
27.35
2006
33.75
22.28
29.07
ROE(%)
2007
2008
31.64
34.50
19.58
25.54
26.74
30.16
2009
34.23
28.09
32.00
2010
34.28
31.70
32.25
Rata-rata
ROE
34.40
25.12
29.60
24.20
15.10
22.90
14.90
19.70
19.85
22.30
69 Lanjutan Tabel 10.
Bank
Permata
BNI
Bank Panin
14.30
13.10
18.10
12.40
18.02
25.10
16.84
12.64
14.14
22.61
14.27
8.03
13.98
9.01
10.16
16.34
10.40
25.12
15.48
15.63
13.07
Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan
Bank Panin dari Tahun 2005-2010
Pada Tabel 11 yang telah diolah, EPS dari tahun 2005-2010 dan data
ROE dari tahun 2006-2010, Bank BJB memiliki rata-rata ROE sebesar
25.12% dan rata-rata EPS sebesar Rp. 76.18. Rata-rata pertumbuhan EPS
dari tahun 2006-2009 yakni 33.67% dan rata-rata pertumbuhan EPS dari
tahun 2005-2010 sebesar 4.88%. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan
EPS Bank BJB terlihat bahwa pertumbuhan dari tahun ke tahun mengalami
penurunan, sedangkan pertumbuhan ROE Bank BJB berada dalam keadaan
yang fluktuatif seperti yang dittampilkan pada Gambar 5.
Tabel 11. Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB
Tahun
Pertumbuhan EPS
2005-2006
Pertumbuhan ROE
1.26
100
5.66%
22.28
2.7
100
13.79%
19.58
5.96
100% 23.34%
25.54
2.55
100% 9.08%
28.09
-----39.98
69.58
22.26
91.82
2006-2007
2007-2008
21.93
113.75
2008-2009
2009-2010
-------
Rata-Rata
33.67%
100
57.48%
100
24.24%
100
19.28%
3.61
31.70
100%
11.39%
4.88%
Sumber : www.bankjabar.co.id (diolah)
EPS (Rp)
ROE (%)
150
40.00%
30.00%
100
20.00%
EPS
(Rupiah)
50
10.00%
0.00%
2009
2008
2007
0
2006
Gambar 5. Grafik Perkembangan EPS dan ROE Bank BJB
ROE
(%)
70 Selanjutnya dilakukan analisis tren dengan metode kuantitatif pada
ROE (%) dan EPS (Rupiah) pada Bank BJB Data historis yang digunakan
adalah tahun 2006 sampai dengan 2010. Untuk peramalan EPS, bentuk
persamaan yang dihasilkan merupakan hubungan antara variabel dependen
(Yt) yang berupa EPS (Rp) dan variabel independen (t) yang berupa deret
waktu (tahun) sedangkan untuk ROE variabel dependen (Yt) yang berupa
ROE (%) dan variabel independen (t) yang berupa deret waktu (tahun).
Tampilan perhitungan analisis tren menggunakan program komputer
MInitab untuk EPS dapat dilihat pada Gambar 6.
Trend Analysis Plot for C10
Linear Trend Model
Yt = 7.485 + 27.477*t
Variable
A ctual
Fits
Forecasts
250
C10
200
A ccuracy Measures
MA PE
8.4270
MA D
4.5125
MSD
24.1428
150
100
50
0
1
2
3
4
5
Index
6
7
8
9
Gambar 6. Forecasting untuk EPS Bank BJB
Dari data yang telah diperoleh pada Gambar 6, sehingga model
matematis untuk peramalan EPS adalah Yt =7.485+27.477*t dengan nilai
kesalahan peramalan, yakni MAD = 4.5125, MSD = 24.1428, MAPE =
8.4270. Model matematis tersebut dapat meramalkan EPS untuk masa yang
akan datang. Dari data pada Tabel 12, menunjukkan peramalan untuk EPS
Bank BJB lima tahun ke depan akan mengalami peningkatan, sehingga
dengan keadaan EPS yang meningkat dapat menguntungkan para pemegang
saham Bank BJB.
Tabel 12. Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010 - 2014
Tahun
Forecast (Rupiah)
2010
144,870
2011
172,347
2012
199,824
2013
227,301
2014
254,778
71 Sedangkan untuk peramalan ROE diperoleh model matematis Yt =
25.924+1.04886*t dengan nilai MAPE = 2.7903, MAD = 0.77686, dan
MSD = 1.22786 seperti yang terlihat pada Gambar 7.
Trend Analysis Plot for C2
Linear Trend Model
Yt = 25.924 + 1.04886*t
38
Variable
A ctual
Fits
Forecasts
36
A ccuracy
MA PE
MA D
MSD
C2
34
32
Measures
2.75603
0.77686
1.22786
30
28
26
1
2
3
4
5
6
Index
7
8
9
10
11
Gambar 7. Forecasting untuk EPS Bank BJB
Sehingga dari model matematis yang diperoleh dapat meramalkan
ROE Bank BJB untuk masa yang akan datang yakni untuk tahun 2011
sampai dengan tahun 2015, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2010 - 2014
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
Forecast (%)
33,2660
34,3149
35,3637
36,4126
37,4614
Data peramalan ROE Bank BJB menunjukkan untuk peramalan lima
tahun ke depan yakni sampai tahun 2015, ROE Bank BJB akan mengalami
kenaikan, walaupun kenaikan tersebut hanya sekitar 1% per tahun. Dengan
nilai ROE yang diprediksikan mengalami peningkatan, hal ini akan
berdampak terhadap laba yang diperoleh Bank BJB sehingga berdampak
juga terhadap deviden yang diberikan kepada para pemegang saham Bank
BJB.
Sebagai bank memiliki kriteria untuk dapat dikatakan baik atau tidak,
seperti dalam faktor pertumbuhan bisnis dan rasio keuangannya.
Pertumbuhan bisnis Bank BJB dapat dilihat dari tahun 2005-2010 memiliki
rata-rata aset sebesar Rp 26,79 Miliar, rata-rata kredit yang diberikan
sebesar Rp 16.55 Miliar, rata-rata Simpanan dari Pihak Ketiga sebesar Rp
72 21,56 Miliar, dan rata-rata Ekuitas (modal saham, modal ditempatkan dan
disetor, modal disetor lainnya, serta saldo laba) sebesar Rp 2,65 Miliar.
Pertumbuhan bisnis Bank BJB ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten
Jika dilihat dari sisi lainnya seperti EBIT dan laba bersih
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yakni dari tahun 2005
sampai bulan September tahun 2010 Bank BJB memiliki rata-rata EBIT
sebesar Rp 727,39 Miliar dan laba bersih sebesar Rp 495,39 Miliar yang
ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Financial Highlights Bank Jabar Banten
73 Bank BJB memiliki rasio-rasio keuangan yang tergolong baik seperti
dari sisi CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO. Dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2010, rata-rata CAR (Rasio kecukupan modal) Bank BJB
sebesar 17,81%, rata-rata NIM (Marjin Pendapatan Bunga Bersih) sebesar
7,61%, rata-rata ROA (Imbal Hasil Investasi) sebesar 3,06%, rata-rata ROE
(Imbal Hasil Ekuitas) sebesar 25,12%, dan rata-rata LDR (Rasio jumlah
kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga) sebesar 79,59%, serta
rata-rata BOPO (rasio total beban operasional dibagi total pendapatan
operasional) sebesar 77,15%. Grafik Rasio Keuangan Bank BJB dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2010 disajikan dalam Gambar 10.
Gambar 10. Rasio Keuangan Bank Jabar Banten
74 Selain dari rasio keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO,
masih terdapat lima rasio keungan lainnya. Pada Tabel 12 dapat dilihat
bahwa Bank BJB menduduki peringkat 15 dari 20 bank terbesar yang telah
didata oleh Bank Indonesia. Dalam penyertaan modal ini, ada beberapa rasio
yang penting diperhatikan oleh Pemerintah Kota Depok. Seperti ROE
(Return on Equity) atau Imbal Hasil Ekuitas yang merupakan perbandingan
antara jumlah laba setelah pajak dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan
berturut-turut dengan jumlah rata-rata ekuitas dalam periode yang sama,
Bank BJB menduduki peringkat kesatu dari 20 bank dalam hal ROE. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah laba atas ekuitas berkategori baik, sehingga
dari tingkat ROE yang tinggi akan berdampak pada pemberian deviden yang
tinggi pula, tentunya hal ini dapat menguntungkan pemegang saham. Untuk
ROA yang berarti singkatan dari “Return on Assets” atau Imbal Hasil
Investasi yang merupakan perbandingan antara jumlah laba sebelum pajak
dalam kurun waktu 12 bulan berturut-turut dengan jumlah rata-rata aktiva
dalam periode yang sama. Tahun 2009 Perseroan mampu membukukan
ROA sebesar 3,24% di atas ketentuan Bank Indonesia dan mendapatkan
peringkat kedua dari 20 bank terbesar. Hal ini menunjukkan, dari sisi tingkat
pengembalian asset yang dimiliki akan berdampak terhadap kenaikan laba
yang juga berdampak pada tingkat pemberian deviden kepada para
pemegang saham.
Rasio lainnya seperti NPL (Non Performing Loan) yaitu kredit yang
non-performing meliputi kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.
NPL adalah salah satu kriteria bank yang sehat yakni jika memiliki NPL
yang kecil. Bank Indonesia pada tahun 2001 menetapkan batas maksimum
NPL - Netto untuk bank-bank di Indonesia adalah 5% dan Bank BJB
mempertahankan rasio NPL (gross) pada kisaran 0,45% sampai dengan
1,97%. Dari 20 bank, Bank BJB meraih peringkat ketiga dalam kategori
NPL, hal ini berarti Bank BJB memiliki kredit macet yang relatif lebih kecil
dari bank lainnya. Rasio NPL dalam salah satu kriteria bank yang sehat
sesuai dengan syarat investasi jangka panjang dan pendek yang telah
tercantum dalam peraturan pada analisis kelembagaan. 75 Tabel 14. Posisi Peringkat Bisnis Bank Jabar Banten
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Nama
Bank
Mandiri
BRI
BCA
BNI
CIMB
Niaga
Danamon
Panin
BII
Permata
BTN
Citi Bank
Bukopin
Standard
Chartered
HSBC
Bank BJB
Mega
OCBC
NISP
Tokyo
Mitsubishi
DBS
UOB
Buana
Assets
Depposits
Loans
Equity
CAR
NPL
NIM
ROA
ROE
BOPO
LDR
1
2
3
4
1
2
3
4
2
1
3
4
1
2
3
4
15
16
14
18
6
17
1
18
14
2
11
7
6
3
4
13
4
2
3
7
2
5
1
8
5
15
1
7
5
5
5
6
20
8
4
8
9
7
13
6
7
8
9
10
11
12
6
7
8
9
10
11
12
6
7
8
10
9
12
11
5
7
9
8
12
10
18
12
4
13
17
5
2
19
14
9
11
15
16
20
10
1
12
9
10
8
16
15
5
10
19
11
16
1
18
10
13
17
5
15
8
11
6
12
18
11
15
4
14
17
8
12
14
19
6
11
13
18
18
20
11
19
18
12
14
16
16
14
15
16
15
14
13
16
15
17
19
16
14
9
10
8
13
3
2
13
3
17
7
2
14
12
1
6
17
3
10
2
4
3
17
16
14
11
7
12
6
17
16
13
9
18
20
13
13
1
4
20
15
19
19
20
19
17
19
17
6
5
19
20
20
20
10
20
19
20
15
3
7
5
9
18
9
18
Sumber : www.bi.go.id
Berdasarkan data-data keuangan tersebut, terlihat bahwa Bank BJB
memiliki kinerja dari aspek finansial yang tergolong baik. Seperti dari rasio
keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO menunjukkan bahwa
Bank BJB dapat bersaing dan bahkan lebih unggul dari bank-bank yang
berskala nasional maupun internasional. Dengan keadaan finansial yang
baik, sehingga memungkinkan bagi Pemerintah Kota Depok untuk
menyertakan modalnya di Bank BJB.
4.7
Implikasi Manajerial
Pemerintah Daerah Kota Depok memiliki otonomi daerah yang dapat
digunakan secara maksimal untuk mendatangkan pendapatan guna
memenuhi kebutuhan Kota Depok dan mengembangkan Kota Depok
sebagai Kota administratif. Pemerintah Daerah Kota Depok dapat
melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang. Karakteristik
investasi jangka pendek yang diperbolehkan untuk Pemerintah Daerah Kota
Depok adalah investai yang dapat segera diperjualbelikan atau dicairkan dan
ditujukan dalam rangka manajemen kas, serta berisiko rendah. Investasi
yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara lain
deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai 12 (dua belas) bulan dan/atau
76 yang dapat diperpanjang secara otomatis seperti pembelian SUN jangka
pendek dan SBI. Penempatan modal pada deposito atau tabungan harus di
semua bank yang berkategori sehat.
Untuk investasi jangka panjang, Pemerintah Daerah Kota Depok
hanya dapat melakukan investasi jangka panjang yang bersifat sebagai
investasi permanen (tidak diperjualbelikan) antara lain kerjasama daerah
dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan aset
daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dalam hal ini adalah
penanaman saham pada Bank BJB. Saham yang dapat ditanamkan di Bank
BJb terdiri dari dua jenis yakni Saham Seri A dan Saham Seri B. Pengertian
masing-masing jenis saham, aturan tentang saham di Bank BJB, dan aturan
transaksi pemindahan saham untuk Pemerintah Daerah Kota Depok
dijelaskan pada sub bab di bawah ini.
4.7.1 Pengertian Saham Seri A dan Saham Seri B
Saham ialah saham-saham Seri A dan saham-saham Seri B yang
dimaksud dengan pemegang saham ialah pemegang saham ialah
pemegang saham seri A dan pemegang saham seri B kecuali apabila
dengan tegas dinyatakan lain. Saham Perseroan adalah saham atas
nama dan dikeluarkan atas nama pemiliknya yang terdaftar dalam
Daftar Pemegang Saham yang terdiri dari saham Seri A yang hanya
khusus dimiliki oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten dan Saham Seri B yang dapat dimiliki oleh Direksi,
Dewan Komisaris, Karyawan Perseroan, masyarakat, dan pemerintah.
Saham Seri A ialah saham yang memberikan hak khusus kepada
pemegangnya dalam kuorum kehadiran dan kuorum persetujuan Rapat
Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
Anggaran Dasar Bank BJB, untuk:
1. Menghadiri dan menyetujui pengangkatan, pemberhentian, dan
persetujuan pengunduran diri Direksi dan Dewan Komisaris;
77 2. Menghadiri
dan
menyetujui
pengeluaran
efek
bersifat
perubahan
ekuitas
atau
anggaran
dasar,
perubahan
modal
ditempatkan dan disetor;
3. Menghadiri dan menyetujui penyetoran saham dalam bentuk
benda selain uang, baik benda berwujud, maupun tidak berwujud;
4. Menghadiri
dan
menyetujui
penggabungan,
peleburan,
pengambilalihan, dan pemisahan, serta pengajuan permohonan
agar perseroan dinyatakan pailit dan pembubaran perseroan.
Sepanjang dalam anggaran dasar tidak ditetapkan lain, maka
pemegang saham Seri A dan pemegang saham Seri B mempunyai hak
yang sama. Untuk komposisi besaran modal untuk seluruh saham
yang ditempatkan adalah 100% (seratus persen) dengan ketentuan
batas maksimum saham Seri B adalah 40% (empat puluh persen) dan
selebihnya merupakan Saham Seri A.
4.7.2 Aturan di Bank BJB terhadap Saham Seri A dan Seri B
Seluruh saham Perseroan yang dicatatkan, di luar saham-saham
yang ditawarkan pada Penawaran Umum ini, tidak akan dijual dalam
jangka waktu maksimal 12 (dua belas) bulan sejak Pernyataan
Pendaftaran Perseroan menjadi efektif yakni pada tanggal 8 Juli 2010.
Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan
saham baru dan/atau efek lainnya yang dapat dikonversi menjadi
saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
Pernyataan Pendaftaran Perseroan menjadi efektif. Dari hal tersebut,
Pemerintah Daerah Kota Depok baru dapat membeli saham baik
Saham Seri A maupun saham Seri B pada tanggal 8 Juli 2011. Saham
yang telah ditanam pada Bank BJB akan mendapatkan dividen tunai
minimum 40,00% dari laba bersih yang dibayar setiap tahunnya
dimulai dari tahun buku 2010. Persentase deviden yang dibayarkan
besarnya akan diputuskan melalui RUPS berdasarkan rekomendasi
Direksi. Keputusan untuk membayar dividen tergantung laba, kondisi
keuangan, likuiditas, kepatuhan terhadap peraturan perundang-
78 undangan dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan oleh Direksi
Perseroan setelah memperoleh persetujuan RUPS.
4.7.3 Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B
Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan jual beli
saham sesama Pemerintah yang memiliki saham Seri A. Jika
Pemerintah Derah Kota Depok berniat untuk menambah Saham A,
maka tergantung kepada direksi dan juga pemegang saham A lainnya.
Untuk pemindahan saham seri B, Pemerintah Daerah Kota Depok
dapat melakukan jual beli saham dengan Direksi, Dewan Komisaris,
Karyawan Perseroan, masyarakat, dan pemerintah. Jika ingin
menambah Saham Seri B, Pemerintah Kota Depok sebagai pemilik
saham berhak melakukan pemesanan terlebih dahulu terhadap saham
seri B Bank BJB sebelum ditawarkan kepada publik. Aturan Transaksi
Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B dilatarbelakangi oleh
Anggaran Dasar Bank Jabar Banten: Pasal 10 Tentang Pemindahan
Hak Atas Saham yang berisi antara lain:
1. Persyaratan dan peraturan pemindahan hak atas saham yaitu:
a. Pemindahan hak atas saham harus dibuktikan dengan suatu
dokumen yang ditandatangani oleh atau atas nama Pihak yang
memindahkan hak dan oleh atau atas nama Pihak yang
menerima pemindahan hak atas saham yang bersangkutan.
b. Pemindahan Hak atas saham yang termasuk dalam Penitipan
Kolektif dilakukan dengan pemindahbukuan dari rekening Efek
yang lain pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank
Kustodian dan Perusahaan efek. Dokumen pemindahan hak atas
saham harus berbentuk sebagaimana ditentukan dan/atau yang
dapat diterima oleh Direksi dengan ketentuan, bahwa dokumen
pemindahan hak atas saham-saham yang tercatat pada Bursa
Efek harus memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku pada
Bursa Efek di tempat di mana saham-saham tersebut dicatatkan,
dengan tidak mengurangi peraturan perundangan yang berlaku
di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan.
79 c. Pemindahan hak atas Saham Seri A hanya dapat dilakukan oleh
dan di antara pemegang saham Seri A.
2. Pemindahan hak atas saham-saham yang bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar ini atau tidak sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku atau tanpa persetujuan
dari pihak yang berwenang jika disyaratkan, tidak berlaku terhadap
perseroan.
3. Direksi
atas
kebijaksanaan
mereka
sendiiri
dan
denagn
memberikan alasan untuk itu, dapat menolak untuk mendaftarkan
pemindahan hak atas saham dalam Daftar Pemegang Saham
apabila ketentuan dalam Anggaran Dasar ini tidak dipenuhi.
4. Apabila direksi menolak untuk mendaftarkan pemindahan hak atas
saham, maka direksi wajib mengirimkan pemberitahuan penolakan
kepada pihak yang akan memindahkan haknya selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari kalender setelah tanggal permohonan untuk
pendaftaran itu diterima oleh Direksi dengan memperhatikan
peraturan perundangan yang berlaku di bidang Pasar Modal dan
peraturan Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan
tersebut dicatatkan.
5. Dalam hal terjadi perubahan ngubahan pemilikan dari suatu saham,
pemilik asalnya yang dalam daftar Pemegang Saham dianggap
tetap sebagai pemilik dari saham tersebut hingga nama dari pemilik
baru tersebut telah tercatat dalam Daftar Pemegang Saham, hal
tersebut dengan memperhatikan ketentuan perundangan yang
berlaku dan
ketentuan di bidang Pasar Modal serta ketentuan
Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan.
6. Setiap orang yang memperoleh hak atas suatu saham karena
kematian seorang pemegang saham atau karena sebab lain yang
mengakibatkan pemilikan suatu saham berubah berdasarkan
hukum, dapat dengan mengajukan bukti-bukti haknya tersebut,
sebagaimana sewaktu-waktu dapat disyaratkan oleh Direksi,
mengajukan permohonan secara tertulis untuk di daftar sebagai
80 pemegang saham dari saham tersebut. Pendaftaran hanya dapat
dilakukan apabila Direksi dapat menerima baik atas dasar buktibukti hak itu dan tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan dalam
anggaran dasar ini.
7. Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas saham yang
diperdagangkan di Pasar Modal wajib memenuhi peraturan
perundangan dibidang Pasar Modal dan ketentuan-ketentuan Bursa
Efek di tempat di mana saham-saham tersebut dicatatkan, kecuali
untuk saham Seri A hanya dapat dipindahkan kepada pemerintah
saja sebagaimana tersebut dalam Pasal 10.1.c Anggaran Dasar
Bank BJB.
Berdasarkan dari analisis keadaan lingkungan internal dan eksternal
Bank BJB, serta harga saham yang terus meningkat, sebaiknya
Pemerintah Daerah Kota Depok tidak menjual Saham Seri A yang
dimilikinya tetapi menambah kepemilikan saham dengan membelinya
dari pemerintah daerah lain sesuai dengan kesepakatan dan aturan yang
ada. Dengan berinvestasi pada Saham Seri A di Bank BJB maka akan
meningkatkan modal yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Depok.
Untuk pembelian Saham Seri B sangat baik dilakukan oleh Pemerintah
Kota Depok jika investasi dilakukan untuk jangka panjang dan tidak
diperjualbelikan. Hal ini dikarenakan terkait dengan permasalahan
hukum (analisis kelembagaan) dimana Pemerintah Daerah Kota Depok
hanya dapat melakukan investasi jangka panjang yang bersifat permanen
dan hanya boleh menyertakan modal pada investasi yang beresiko
rendah. Dengan melihat adanya harga yang fluktuatif pada Saham Seri B,
maka akan sangat beresiko jika menempatkan modal pada Saham Seri B
yang bersifat sebagai jangka pendek dan diperjualbelikan dalam waktu
yang singkat. Dari hal tersebut, untuk mengurangi resiko dan
mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi pada Saham Seri B Bank
BJB maka Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih Saham Seri B
sebagai salah satu investasi jangka panjang.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Melihat adanya otonomi daerah yang diberikan Pemerintah Daerah Kota
Depok, pemerintah dapat memanfaatkan otonomi daerah dengan tetap melihat
peraturan (undang-undang) yang ada. Dilihat dari peraturan yang terkait dan
dianalisis kelembagaan, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan
investasi jangka pendek yakni investasi pada produk perbankan di bank sehat
yakni deposito dan tabungan (simpanan) dan untuk investasi jangka panjang
dapat melakukan penempatan modal pada Saham Seri A dan Saham Seri B hanya
di Bank BJB sebagai BUMD, sepanjang bersifat investasi jangka panjang, tidak
diperjualbelikan (bersifat sebagai investasi permanen juga). Untuk investasi
jangka pendek, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi pada
produk perbankan di semua yang bank sehat yakni seperti deposito, tabungan
(simpanan), dan obligasi pemerintah.
Dengan berubahnya status Bank BJB menjadi perseroan terbuka dan
melakukan IPO, membuat Bank BJB terus meningkatkan prestasinya untuk dapat
bersaing dengan bank lainnya dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Dilihat dari lingkungan eksternal dan internalnya Bank BJB memiliki skor bobot
faktor internal sebesar 2,8 dan eksternalnya sebesar 2,94, hal ini berarti tingkat
atau eksternal terhadap penyertaan modal adalah sedang dan menghasilkan posisi
Hold
and
Maintain
yang
menunjukkan
bahwa
perusahaan
harus
mempertahankan kondisi saat ini karena tantangannya semakin besar, sehingga
dengan keadaan tersebut bagi Pemerintah Kota Depok layak menempatkan
sahamnya di Bank BJB.
Untuk hal produk simpanan (tabungan dan deposito), Bank BJB masih
memberikan bunga deposito terbesar yakni 8,75% kepada Pemerintah Daerah
Kota Depok dibandingkan dengan perbankan lainnya. Di sisi lain, jika dilihat
82 dari deviden per saham yang dibagikan, Bank BJB masih relatif lebih kecil
dibandingkan dengan bank pesaing. Namun, Pemerintah Daerah Kota Depok
tetap hanya dapat melakukan penanaman saham hanya di Bank BJB. Di sisi lain,
dilihat dari harga saham yang terus meningkat setelah terjadinya IPO membuat
modal yang ditanamkan Kota Depok menjadi terus bertambah.
Semenjak tahun 2002 sampai dengan saat ini, Pemerintah Daerah Kota
Depok telah menanamkan Saham Seri A di Bank BJB. Saham seri A yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Depok sebanyak 89.581.968 lembar
saham atau setara dengan Rp 22.395.492.000 dengan presentase sebesar 0,92%
setelah IPO yakni menurun dari 1,23% sebelum terjadinya IPO. Dari keseluruhan
analisis dapat disimpulkan bahwa penanaman investasi jangka panjang maupun
jangka pendek layak dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok.
2.
Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian berikutnya
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain penelitian tentang:
• Menganalisis kinerja Bank BJB setelah melakukan IPO (Initial Public
Offering)
• Menganalis keadaan Saham Seri A dan Seri B setelah melakukan IPO (Initial
Public Offering)
• Mengetahui dan menganalisis proses IPO (Initial Public Offering) PT Bank
BJB dari status perusahaan sebelumnya yakni Bank Pembangungan Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Ang, R. 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Anonim. 2010. Earnings Per Share (EPS) : Definisi dan Faktor Penyebab
Kenaikan dan Penurunan Laba Per Saham. http://jurnalsdm.blogspot.
com/2010/01/earnings-per-share-eps-definisi-dan.html. [1 Desember 2010]
Anwar, J. 2010. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi. Bandung
: PT. Alumni
Dewi, F.R, dkk. 2007. Analisis Strategi Penyertaan Modal Provinsi DKI Jakarta
Terhadap Beberapa Perusahaan Daerah dan Perusahaan Lainnya. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gito S.I. 1999. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE
Halim, A. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN Yogyakarta
Hasibuan, M. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Yogyakarta: BPFE.
Kertonegoro,S. 1995. Analisa dan Manajemen Investasi. Jakarta: Widya Press 73.
Kotler. P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid I. Jakarta : PT Indeks Kelompok
Gramedia.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta : Erlangga
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
Riyanto, B. 1999. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta: BPFE.
Thian, L.H. 2001. Panduan Berinvestasi Saham. PT. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tlngkat II Depok Dan Kotamadya Daerah Tingkat II
Cilego.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah.
84 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
www.bankjabar.co.id. [27-29 Desember 2010]
www.bi.go.id. [2 Desember 2010]
www.bni.co.id. [29 November 2010]
www.danamon.co.id. [29 November 2010]
www.panin.co.id. [30 November 2010]
www.permatabank.com.[3 November 2010]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara kepada Pihak Bank BJB
PERTANYAAN WAWANCARA
Bank Jabar Banten Cabang Depok
I. Pertanyaan tentang gambaran umum perusahaan
1. Bagaimana proses berdirinya Bank Jabar Banten?
2. Apa visi, misi dan tujuan dari Bank Jabar Banten?
3. Bagaimana struktur organisasi, tugas dan wewenang setiap jabatan?
4. Bagaimana status badan hukumnya?
5. Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh Bank Jabar Banten?
II. Pertanyaan tentang Lingkungan Internal.
1. Produksi
a) Bagaimana penyedian produk-produk perbankan?
b) Bagaimana pengawasan mutu yang dilakukan ?
c) Apa saja produk perbankan yang ada di Bank Jabar Banten?
2. Sumber daya manusia
a) Berapa jumlah karyawannya? (rinci menurut jenis pekerjaan, jenis
kelamin, umur, dan pendidikan)
b) Bagaimana jam kerja diberlakukan?
c) Bagaimana cara peningkatan dan pengembangan karyawan?
d) Apa masalah ketenagakerjaan yang dihadapi?
3. Keuangan
a) Bagaimana sistem pencatatan keuangan pada perusahaan?
b) Bagaimana pertumbuhan laba perusahaan, himpunan dana, dan rasio
NPL?
c) Apa masalah keuangan yang dihadapi perusahaan?
86 Lanjutan Lampiran 1.
4. Pemasaran
a) Produk apa saja yang dihasilkan oleh Bank Jabar Banten? Apa yang
menjadi produk utama?
b) Apakah ada pengklasifikasian produk?
c) Apa yang membedakan produk Bank BJB dengan produk perbankan
sejenis lainnya? Deskripsikan!
d) Berapa tingkat suku bunga yang ditawarkan untuk produk simpanan
dan kredit?
e) Bagaimana cara memasarkan produk-produk dari Bank Jabar Banten?
f) Apakah ada agen pemasaran untuk memasarkan produknya?
g) Kegiatan promosi apa saja yang sudah dilakukan oleh perusahaan?
h) Media apa saja yang digunakan untuk sarana promosi?
i) Apakah ada fasilitas konsultasi, kritik dan saran untuk konsumen?
5. Sistem Informasi Manajemen.
a) Apakah
Bank
Jabar
Banten
menggunakan
sistem
informasi
manajemen?
b) Bagaimana penggunaan sistem informasi tersebut?
III. Pertanyaan tentang lingkungan mikro pemasaran.
1. Apakah Bank Jabar Banten telah mengetahui dan mendata para pesaing?
2. Siapa saja yang menjadi pesaing potensial dari Bank Jabar Banten ini?
3. Bagaimana kekuatan yang dimiliki pesaing tersebut?
4. Bagaimana pertumbuhan perbankan sejenis khususnya di Depok?
5. Apakah terdapat faktor-faktor yang mempermudah masuknya pendatang
baru?
6. Bagaimana saluran distribusi untuk memasarkan produknya?
87 Lanjutan Lampiran 1.
IV. Pertanyaan tentang lingkungan makro pemasaran.
1. Apakah perubahan gaya hidup masyarakat seperti kebiasaan menabung
mempengaruhi kegiatan pemasaran Bank Jabar Banten?
2. Apakah terdapat teknologi baru yang dapat meningkatkan kualitas Bank
Jabar Banten?
3. Bagaimana pengaruh krisis global dunia terhadap bisnis Bank Jabar
Banten?
4. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap penyertaan modal
Bank Jabar Banten?
88 Lampiran 2. Kuesioner terhadap bank BUMN dan bank swasta di Depok.
KUESIONER ANALISIS PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KOTA
DEPOK TERHADAP BANK
1. Apa saja jenis produk simpanan (investasi) yang perusahaan Anda tawarkan?
…………………………………………………………………………………
2. Berapa besar suku bunga dan benefit yang ditawarkan dari setiap produk
simpanan?
…………………………………………………………………………………
3. Untuk simpanan deposito, berapa suku bunga yang perusahaan Anda
tawarkan?
o
Rp. 100-500 juta, suku bunga …..%
o
Rp. 500 juta-1 M, suku bunga …..%
o
Rp. 1-20 M, suku bunga …..%
o
Rp. 20-50 M, suku bunga …..%
o
Rp. 50-100 M, suku bunga …..%
Ket : asumsi suku bunga yang diberikan daam jangka waktu 1 tahun
4. Berapa jenis saham yang perusahaan Anda tawarkan?
o
Saham ……………………, EPS…………………..
o
Saham ……………………, EPS…………………..
Ket : EPS yang diberikan pada tahun terakhir (2010)
5. Jika perusahaan Anda mengeluarkan obligasi, jenis obligasi apa yang
ditawarkan?
Berapa besar suku bunga dari obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
Anda?
…………………………………………………………………………………
Terima Kasih
89 Lampiran 3. Kuesioner terhadap Pihak Bank Jabar Banten
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
YANG MEMPENGARUHI PENYERTAAN MODAL TERHADAP BANK BJB
Tujuan:
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal maupun eksternal
yang mempengaruhi kemapuan PT Bank Jabar Banten dalam mengelola faktor-faktor
internal dan eksternal industri perbankan yang diperoleh dari wawancara. Tingkat
kepentingan adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor
operasional tersebut menentukan keberhasilan penyertaan modal terhadap Bank Jabar
Banten.
Petunjuk Umum:
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya
secara sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban
4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner ini sepenuhnya menjadi hak
responden, dalam artian bahwa responden dapat saja memiliki pandangan
yang berbeda mengenai suatu faktor di dalam kuesioner ini, dengan responden
lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan
alasan yang kuat.
Petunjuk Khusus:
1. Pemberian bobot terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang tersedia
pada kuesioner ini, seperti yang dipaparkan di bawah ini:
1 = kurang menentukan atau kurang penting
2 = cukup menentukan atau cukup penting
3 = menentukan atau penting
4 = sangat menentukan atau sangat penting
2. Pemberian bobot masing-masing faktor strategis dilakukan dengan
memberikan tanda ( X ) pada tingkatan (1-4) yang paling sesuai menurut
responden.
90 Lanjutan Lampiran 3
A. Faktor Strategis Internal
Adalah faktor-faktor yang secara internal harus dipenuhi agar perusahaan
berhasil dan memenangkan persaingan dalam industri perbankan.
Tabel 1. Faktor- Faktor Internal
No
Faktor Internal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Bank Terbaik Kategori Pembangunan
Daerah sehingga meningkatkan citra
perusahaan
Pertumbuhan
penghimpunan
dana
masyarakat yang baik
Pertumbuhan laba yang meningkat
Memiliki nama dan citra perusahaan yang
berkinerja baik
Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank
BJB Unit merupakan modal untuk
melakukan ekspansi
Potensi pasar yang masih besar akan dapat
meningkatkan jumlah nasabah baru
Struktur Organisasi yang menunjang
efektifitas operasional
Promosi yang masih minim terhadap sektor
publik
Kurangnya tenaga khusus promosi
Cakupan operasional bisnis perbankan
belum berskala nasional
Skala permodalan sebagian besar masih
lingkup pemerintah
Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti
kurangnya kecepatan dalam pelayanan
Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP)
dan jaringan ATM yang memadai
Kualitas SDM yang masih berkategori ratarata
Produk yang ditawarkan masih terbatas
Belum adanya program komputerisasi
tersentral
dan
penggunaan
jaringan
komunikasi khusus (seperti VSAT, atau
Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga
tidak memungkinkan dilakukannya real time
transaksi, online system, phone banking
maupun internet banking dengan program
tersebut
Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan
mikro yang masih minim
2
Bobot
3
4
91 Lanjutan Lampiran 3.
B. Faktor Eksternal
Adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan yang
berasal dari luar perusahaan.
Tabel 2. Faktor- Faktor Eksternal
No.
Faktor Eksternal
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Penggunaan teknologi dalam pelayanan
Meningkatnya konsumsi masyarakat akan
perbankan
Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum
untuk perkembangan perusahaan
Potensi dana masyarakat yang sangat besar di
Jawa Barat
Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia
yang mendukung
Memiliki dukungan modal dan komitmen
pemegang saham yang kuat
Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan
perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan
ekonomi yang mulai positif pada beberapa
tahun terakhir
Perhatian pemerintah terhadap kemajuan
pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya
bantuan dari pemerintah baik berupa dana
maupun manajemen
Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat
kecamatan masih banyak yang dapat digali
Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank
BJB di masyarakat masih cukup besar
Adanya revisi terhadap undang-undang
penanaman modal Pemda sehingga dapat
bergulir ke bank swasta
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing
lebih canggih dan mutakhir
Pendekatan
dari
bank
pesaing
yang
memberikan keunggulan produk atau layanan
prima
Krisis keuangan global dan nasional yang dapat
mempengaruhi sektor perbankan
Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya
bank-bank asing yang membiayai usaha mikro
Banyaknya bank pesaing yang mulai
melakukan pembiayaan mikro seperti Bank
BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR
Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis
moneter dan kenaikan harga BBM pada periode
yang lalu dan saat ini masih terasa
Bobot
2
3
4
92 Lampiran 4. Kuesioner terhadap Pihak Bank Jabar Banten
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
(PENETUAN RATING)
Tujuan:
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal maupun eksternal
yaitu dengan cara pemberian peringkat yang mempengaruhi kemapuan PT Bank
Jabar Banten dalam mengelola faktor-faktor internal dan eksternal industri
perbankan.
Petunjuk Umum:
1. Pengisian kuesioner dilakukan secra tertulis oleh responden
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara
sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban
4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner ini sepenuhnya menjadi hak
responden, dalam artian bahwa responden dapat saja memiliki pandangan yang
berbeda mengenai suatu faktor di dalam kuesioner ini, dengan responden lainnya
ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang
kuat.
Petunjuk Khusus :
A. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis internal
(kekuatan dan kelemahan) adalah sebagai berikut :
1=kelemahan utama, 2=kelemahan kecil, 3=kekuatan kecil, 4=kekuatan utama
B. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis eksternal
(peluang dan ancaman) adalah sebagai berikut:
1 = respon perusahaan di bawah rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut
2 = respon perusahaan rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut
3 = respon perusahaan di atas rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut
4 = respon perusahaan superior tehadap faktor-faktor tersebut
Pemberian peringkat masing-masing faktor strategis dilakukan dengan
memberikan tanda ( √ ) pada skala likert (1-4) yang paling sesuai menurut
responden.
93 Lanjutan Lampiran 4.
C. Faktor Strategis Internal
Adalah faktor-faktor yang secara internal harus dipenuhi agar perusahaan
berhasil dan memenangkan persaingan dalam industri perbankan.
Tabel 1. Faktor- Faktor Internal
No
Faktor Internal
Nilai
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Bank Terbaik Kategori Pembangunan
Daerah sehingga meningkatkan citra
perusahaan
Pertumbuhan
penghimpunan
dana
masyarakat yang baik
Pertumbuhan laba yang meningkat
Memiliki nama dan citra perusahaan yang
berkinerja baik
Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank
BJB Unit merupakan modal untuk
melakukan ekspansi
Potensi pasar yang masih besar akan dapat
meningkatkan jumlah nasabah baru
Struktur Organisasi yang menunjang
efektifitas operasional
Promosi yang masih minim terhadap sektor
publik
Kurangnya tenaga khusus promosi
Cakupan operasional bisnis perbankan
belum berskala nasional
Skala permodalan sebagian besar masih
lingkup pemerintah
Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti
kurangnya kecepatan dalam pelayanan
Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP)
dan jaringan ATM yang memadai
Kualitas SDM yang masih berkategori ratarata
Produk yang ditawarkan masih terbatas
Belum adanya program komputerisasi
tersentral
dan
penggunaan
jaringan
komunikasi khusus (seperti VSAT, atau
Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga
tidak memungkinkan dilakukannya real time
transaksi, online system, phone banking
maupun internet banking dengan program
tersebut
Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan
mikro yang masih minim
2
3
4
94 Lanjutan Lampiran 4.
D. Faktor Eksternal
Adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan yang
berasal dari luar perusahaan.
Tabel 2. Faktor- Faktor Eksternal
No.
Faktor Eksternal
Nilai
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Penggunaan teknologi dalam pelayanan
Meningkatnya konsumsi masyarakat akan
perbankan
Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum
untuk perkembangan perusahaan
Potensi dana masyarakat yang sangat besar di
Jawa Barat
Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia
yang mendukung
Memiliki dukungan modal dan komitmen
pemegang saham yang kuat
Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan
perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan
ekonomi yang mulai positif pada beberapa
tahun terakhir
Perhatian pemerintah terhadap kemajuan
pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya
bantuan dari pemerintah baik berupa dana
maupun manajemen
Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat
kecamatan masih banyak yang dapat digali
Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank
BJB di masyarakat masih cukup besar
Adanya revisi terhadap undang-undang
penanaman modal Pemda sehingga dapat
bergulir ke bank swasta
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing
lebih canggih dan mutakhir
Pendekatan
dari
bank
pesaing
yang
memberikan keunggulan produk atau layanan
prima
Krisis keuangan global dan nasional yang dapat
mempengaruhi sektor perbankan
Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya
bank-bank asing yang membiayai usaha mikro
Banyaknya bank pesaing yang mulai
melakukan pembiayaan mikro seperti Bank
BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR
Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis
moneter dan kenaikan harga BBM pada periode
yang lalu dan saat ini masih terasa
2
3
4
95 Lampiran 5. Perhitungan Bobot IFE dan EFE
a. Bobot Faktor-faktor Internal
No
1
Faktor Internal
Bank
Terbaik
Kategori
Pembangunan Daerah sehingga
meningkatkan citra perusahaan
2
Pertumbuhan penghimpunan dana
masyarakat yang baik
3
Pertumbuhan laba yang meningkat
4
Memiliki
nama
dan
citra
perusahaan yang berkinerja baik
5
Simpanan yang berhasil dihimpun
oleh Bank BJB Unit merupakan
modal untuk melakukan ekspansi
6
Potensi pasar yang masih besar
akan dapat meningkatkan jumlah
nasabah baru
7
Struktur
Organisasi
yang
menunjang efektifitas operasional
8
Promosi yang masih minim
terhadap sektor publik
9
Kurangnya tenaga khusus promosi
10
Cakupan
operasional
bisnis
perbankan belum berskala nasional
11
Skala permodalan sebagian besar
masih lingkup pemerintah
12
Pembinaan
nasabah
kurang
selektif,
seperti
kurangnya
kecepatan dalam pelayanan
13
Kurangnya
Kantor
Cabang
Pembantu (KCP) dan jaringan
ATM yang memadai
14
Kualitas SDM yang masih
berkategori rata-rata
15
Produk yang ditawarkan masih
terbatas
16
Belum
adanya
program
komputerisasi
tersentral
dan
penggunaan jaringan komunikasi
khusus (seperti VSAT, atau
Jaringan List Line Fiber Optic),
sehingga tidak memungkinkan
dilakukannya real time transaksi,
online system, phone banking
maupun internet banking dengan
program tersebut
17
Keberpihakan kepada pengusaha
kecil dan mikro yang masih minim
Jumlah rata-rata
Tingkat
Kepentingan
1 2
3
4
1
1
Bobot
2
3.5
0.064
1
2
3.5
0.064
1
2
1
2
2
4
3.5
0.073
0.064
1
1
2
3.5
0.064
2
3
0.055
2
3.5
0.064
2
2
3
0.055
2
2
2
2
3
3
0.055
0.055
2
2
3
0.055
1
2
2.5
0.046
1
2
3
0.055
1
1
2
3.5
0.064
1
1
2
3.5
0.064
2
2.5
0.046
2
3.5
0.064
55
1.00
1
1
1
Ratarata
1
2
1
Jumlah
Responden
1
1
1
1
96 Lanjutan Lampiran 5.
b. Nilai Faktor-Faktor Internal
No
Faktor Internal
Tingkat
Kepentingan
1
Bank
Terbaik
Kategori
Pembangunan Daerah sehingga
meningkatkan citra perusahaan
2
Pertumbuhan penghimpunan dana
masyarakat yang baik
3
Pertumbuhan laba yang meningkat
4
Memiliki
nama
dan
citra
perusahaan yang berkinerja baik
5
Simpanan yang berhasil dihimpun
oleh Bank BJB Unit merupakan
modal untuk melakukan ekspansi
6
Potensi pasar yang masih besar
akan dapat meningkatkan jumlah
nasabah baru
7
Struktur
Organisasi
yang
menunjang efektifitas operasional
8
Promosi yang masih minim
terhadap sektor publik
9
Kurangnya tenaga khusus promosi
10 Cakupan
operasional
bisnis
perbankan belum berskala nasional
11 Skala permodalan sebagian besar
masih lingkup pemerintah
12 Pembinaan
nasabah
kurang
selektif,
seperti
kurangnya
kecepatan dalam pelayanan
13 Kurangnya
Kantor
Cabang
Pembantu (KCP) dan jaringan
ATM yang memadai
14 Kualitas SDM yang masih
berkategori rata-rata
15 Produk yang ditawarkan masih
terbatas
16 Belum
adanya
program
komputerisasi
tersentral
dan
penggunaan jaringan komunikasi
khusus (seperti VSAT, atau
Jaringan List Line Fiber Optic),
sehingga tidak memungkinkan
dilakukannya real time transaksi,
online system, phone banking
maupun internet banking dengan
program tersebut
17 Keberpihakan kepada pengusaha
kecil dan mikro yang masih minim
Jumlah rata-rata
2
Jumlah
responden
Jumlah
Nilai
RataRata
Nilai
3
4
1
1
2
7
3.5
2
2
8
4
2
2
2
2
8
8
4
4
2
2
8
4
2
2
8
4
2
2
8
4
2
2
4
2
2
2
2
2
4
4
2
2
1
1
2
3
1.5
1
1
2
3
1.5
1
1
2
3
1.5
2
2
4
2
2
2
4
2
2
2
4
2
2
2
4
2
92
46
1
97 Lanjutan Lampiran 5.
c. Bobot Faktor-Faktor Eksternal
No
Faktor Eksternal
Nilai
1
1
2
Penggunaan teknologi dalam pelayanan
Meningkatnya konsumsi masyarakat
akan perbankan
3
Perzinan yang mendukung dalam aspek
hukum
untuk
perkembangan
perusahaan
4
Potensi dana masyarakat yang sangat
besar di Jawa Barat
5
Kebijakan Pemerintah dan Bank
Indonesia yang mendukung
6
Memiliki dukungan modal dan
komitmen pemegang saham yang kuat
7
Kondisi ekonomi nasional mulai
menunjukan
perbaikan
dengan
dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi
yang mulai positif pada beberapa tahun
terakhir
8
Perhatian
pemerintah
terhadap
kemajuan pengusaha kecil masih besar
dengan banyaknya bantuan dari
pemerintah baik berupa dana maupun
manajemen
9
Potensi pasar terhadap pengusaha di
tingkat kecamatan masih banyak yang
dapat digali
10
Kepercayaan terhadap nama atau citra
Bank BJB di masyarakat masih cukup
besar
11
Adanya revisi terhadap undang-undang
penanaman modal Pemda sehingga
dapat bergulir ke bank swasta
12
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank
pesaing lebih canggih dan mutakhir
13
Pendekatan dari bank pesaing yang
memberikan keunggulan produk atau
layanan prima
14
Krisis keuangan global dan nasional
yang dapat mempengaruhi sektor
perbankan
15
Arus globalisasi akan mempengaruhi
timbulnya bank-bank asing yang
membiayai usaha mikro
16
Banyaknya bank pesaing yang mulai
melakukan pembiayaan mikro seperti
Bank BNI, Bank Danamon, BRI,
Koperasi dan BPR
17
Menurunkan daya beli masyarakat
akibat krisis moneter dan kenaikan
harga BBM pada periode yang lalu dan
saat ini masih terasa
Jumlah Rata-Rata
2
1
3
2
1
Jumlah
Responden
RataRata
Bobot
4
2
2
3
2.5
0.051
0.043
2
2
0.034
2
2
4
0.068
2
2
4
0.068
2
2
4
0.068
2
2
4
0.068
2
2
3
0.051
2
2
3
0.051
2
2
2
2
3
0.051
1
1
2
3.5
0.060
1
1
2
3.5
0.060
1
1
2
3.5
0.060
2
2
4
0.068
1
2
3.5
0.051
2
2
4
0.068
2
2
4
0.068
58.5
1.00
1
98 Lanjutan Lampiran 5.
d. Nilai faktor-faktor eksternal
No.
Faktor Eksternal
Tingkat Kepentingan
1
1
Penggunaan
teknologi
dalam
pelayanan
2
Meningkatnya konsumsi masyarakat
akan perbankan
3
Perzinan yang mendukung dalam
aspek hukum untuk perkembangan
perusahaan
4
Potensi dana masyarakat yang sangat
besar di Jawa Barat
5
Kebijakan Pemerintah dan Bank
Indonesia yang mendukung
6
Memiliki dukungan modal dan
komitmen pemegang saham yang kuat
7
Kondisi ekonomi nasional mulai
menunjukan
perbaikan
dengan
dibuktikan
oleh
pertumbuhan
ekonomi yang mulai positif pada
beberapa tahun terakhir
8
Perhatian
pemerintah
terhadap
kemajuan pengusaha kecil masih
besar dengan banyaknya bantuan dari
pemerintah baik berupa dana maupun
manajemen
9
Potensi pasar terhadap pengusaha di
tingkat kecamatan masih banyak yang
dapat digali
10
Kepercayaan terhadap nama atau citra
Bank BJB di masyarakat masih cukup
besar
11
Adanya revisi terhadap undangundang penanaman modal Pemda
sehingga dapat bergulir ke bank
swasta
12
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
bank pesaing lebih canggih dan
mutakhir
13
Pendekatan dari bank pesaing yang
memberikan keunggulan produk atau
layanan prima
14
Krisis keuangan global dan nasional
yang dapat mempengaruhi sektor
perbankan
15
Arus globalisasi akan mempengaruhi
timbulnya bank-bank asing yang
membiayai usaha mikro
16
Banyaknya bank pesaing yang mulai
melakukan pembiayaan mikro seperti
Bank BNI, Bank Danamon, BRI,
Koperasi dan BPR
17
Menurunkan daya beli masyarakat
akibat krisis moneter dan kenaikan
harga BBM pada periode yang lalu
dan saat ini masih terasa
Jumlah Rata-Rata
2
1
3
1
Jumlah
Nilai
Ratarata
Nilai
4
2
5
2.5
1
1
2
7
3.5
1
1
2
7
3.5
2
2
8
4
2
2
8
4
2
2
8
4
2
2
8
4
1
2
7
3.5
2
2
8
4
2
2
8
4
2
2
4
2
2
2
4
2
1
2
3
1.5
2
2
4
2
2
2
4
2
2
5
2.5
2
4
2
102
51
1
1
Jumlah
Responden
1
2
1
99 Lanjutan Lampiran 5.
e. Internal Factor Evaluation (IFE) Bank Jabar Banten
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Total
Faktor Internal
Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah
sehingga meningkatkan citra perusahaan
Pertumbuhan penghimpunan dana
masyarakat yang baik
Pertumbuhan laba yang meningkat
Memiliki nama dan citra perusahaan yang
berkinerja baik
Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank
BJB Unit merupakan modal untuk melakukan
ekspansi
Potensi pasar yang masih besar akan dapat
meningkatkan jumlah nasabah baru
Struktur Organisasi yang menunjang
efektifitas operasional
Promosi yang masih minim terhadap sektor
publik
Kurangnya tenaga khusus promosi
Cakupan operasional bisnis perbankan belum
berskala nasional
Skala permodalan sebagian besar masih
lingkup pemerintah
Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti
kurangnya kecepatan dalam pelayanan
Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP)
dan jaringan ATM yang memadai
Kualitas SDM yang masih berkategori ratarata
Produk yang ditawarkan masih terbatas
Belum adanya program komputerisasi
tersentral dan penggunaan jaringan
komunikasi khusus (seperti VSAT, atau
Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga
tidak memungkinkan dilakukannya real time
transaksi, online system, phone banking
maupun internet banking dengan program
tersebut
Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan
mikro yang masih minim
Nilai
yang
Bobot
Bobot
Peringkat
0.064
3.5
0.224
0.064
4
0.256
0.073
4
0.292
0.064
4
0.256
0.064
4
0.256
0.055
4
0.22
0.064
4
0.256
0.055
2
0.11
0.055
2
0.11
0.055
2
0.11
0.055
1.5
0.0825
0.046
1.5
0.069
0.055
1.5
0.0825
0.064
2
0.128
0.064
2
0.128
0.046
2
0.092
0.064
2
0.128
1.00
46
2.8
100 Lanjutan Lampiran 5.
f. Eksternal Factor Evaluation (EFE) Bank Jabar Banten
No.
Faktor Eksternal
Bobot
Penilaian
1
Penggunaan teknologi dalam pelayanan
Meningkatnya konsumsi masyarakat akan
perbankan
Perzinan yang mendukung dalam aspek
hukum untuk perkembangan perusahaan
Potensi dana masyarakat yang sangat besar di
Jawa Barat
Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia
yang mendukung
Memiliki dukungan modal dan komitmen
pemegang saham yang kuat
Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan
perbaikan dengan dibuktikan oleh
pertumbuhan ekonomi yang mulai positif
pada beberapa tahun terakhir
Perhatian pemerintah terhadap kemajuan
pengusaha kecil masih besar dengan
banyaknya bantuan dari pemerintah baik
berupa dana maupun manajemen
Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat
kecamatan masih banyak yang dapat digali
Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank
BJB di masyarakat masih cukup besar
Adanya revisi terhadap undang-undang
penanaman modal Pemda sehingga dapat
bergulir ke bank swasta
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank
pesaing lebih canggih dan mutakhir
Pendekatan dari bank pesaing yang
memberikan keunggulan produk atau layanan
prima
Krisis keuangan global dan nasional yang
dapat mempengaruhi sektor perbankan
0.051
2.5
Skor
Bobot
0.1275
0.043
3.5
0.1505
0.034
3.5
0.119
0.068
4
0.272
0.068
4
0.272
0.068
4
0.272
0.068
4
0.272
0.051
3.5
0.051
4
0.204
0.051
4
0.204
0.060
2
0.12
0.060
2
0.12
0.060
1.5
0.09
0.068
2
0.136
0.051
2
0.102
0.068
2.5
0.068
2
0.136
1.00
51
2.946
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Total
Arus globalisasi akan mempengaruhi
timbulnya bank-bank asing yang membiayai
usaha mikro
Banyaknya bank pesaing yang mulai
melakukan pembiayaan mikro seperti Bank
BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan
BPR
Menurunkan daya beli masyarakat akibat
krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada
periode yang lalu dan saat ini masih terasa
0.1785
0.17
101 Lampiran 6. Sejarah Perkembangan Kepemilikan Saham 1999-2009 (Sebelum IPO)
•
No.
1.
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Jawa
Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham A
Nilai (Rp)
20.000.000
200.000.000.000
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham B
Nilai (Rp)
5.000.000
500.000.000.000
-
-
%
5.366.749
53.667.490.000
-
-
57,32
462.922
86.788
16.080
30.782
65.175
220.091
146.768
139.566
70.958
45.846
102.250
4.629.220.000
867.880.000
160.800.000
307.820.000
651.750.000
2.200.910.000
1.467.680.000
1.395.660.000
709.580.000
458.460.000
1.022.500.000
-
-
4,94
0,93
0,17
0,33
0,69
2,35
1,57
1,46
0,76
0,49
1,09
101
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kepemilikan Saham Tahun 1999
102 Lanjutan Lampiran 6.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah
Kota/Kabupaten se
Banten
Kota Tangerang
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal
Ditempatkan dan Disetor
Saham dalam Portepel
88.336
110.563
370.563
96.743
227.380
110.419
53.598
39.045
47.660
95.611
883.360.000
1.105.630.000
3.705.630.000
967.430.000
2.273.800.000
1.104.190.000
535.980.000
390.450.000
476.600.000
956.110.000
-
-
9,43
1,18
3,96
1,03
2,43
1,18
0,57
0,42
0,51
1,02
156.003
509.547
502.757
87.451
113.749
1.560.030.000
5.095.470.000
5.027.570.000
874.510.000
1.137.490.000
-
-
1,67
5,44
5,37
0,93
1,22
9.363.400
93.634.000.000
-
-
100,00
10.636.600
106.366.000.000
5.000.000
50.000.000.000
102
103 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Jawa
Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham A
Nilai (Rp)
20.000.000
200.000.000.000
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham B
Nilai (Rp)
5.000.000
500.000.000.000
-
-
%
6.664.868
66.648.680.000
-
-
60,60
489.512
91.567
20.513
180.781
68.581
232.450
155.767
155.806
74.780
48.360
108.041
4.895.120.000
915.670.000
205.130.000
1.807.810.000
685.810.000
2.324.500.000
1.557.670.000
1.558.060.000
747.800.000
483.600.000
1.080.410.000
-
-
4,45
0,83
0,73
1,64
0,62
2,11
1,42
1,42
0,66
0,44
0,98
103
Kepemilikan Saham Tahun 2000
104 Lanjutan Lampiran 6.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah
Kota/Kabupaten se
Banten
Kota Tangerang
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal
Ditempatkan dan Disetor
Saham dalam Portepel
97.606
115.562
220.562
105.085
282.524
120.419
57.597
41.248
52.389
109.265
976.060.000
1.155.620.000
2.205.620.000
1.050.850.000
2.825.240.000
1.204.190.000
575.970.000
412.480.000
523.890.000
1.092.650.000
-
-
0.88
1,05
2,00
0,96
2,57
1,09
0,52
0,38
0,48
0,99
164.349
560.792
527.756
107.317
143.584
1.643.490.000
5.607.920.000
5.277.560.000
1.073.180.000
1.435.840.000
-
-
1,49
5,10
4,80
0,98
1,30
10.997.081
109.970.810.000.000
-
-
100,00
9.002.919
90.029.190.000
5.000.000
50.000.000.000
104
105 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kepemilikan Saham Tahun 2001
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Jawa
Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham A
Nilai (Rp)
80.000.000
800.000.000.000
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham B
Nilai (Rp)
20.000.000 200.000.000.000
-
-
%
21.564.868
215.648.680.000
-
-
71,84
962.426
129.852
25.513
358.425
127.487
522.674
214.727
187.966
152.993
409.851
548.344
9.624.260.000
1.298.520.000
255.130.000
3.584.250.000
1.274.870.000
5.226.740.000
2.147.270.000
1.879.660.000
1.529.930.000
4.098.510.000
5.483.440.000
-
-
-
-
3,21
0,43
0,09
1,19
0,42
1,74
0,72
0,51
0,49
1,37
1,83
105
106 Lanjutan Lampiran 6.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Kota Depok
Pemerintah
Kota/Kabupaten se
Banten
Kabupaten Lebak
Kota Tangerang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Serang
Kota Cilegon
Jumlah Modal
Ditempatkan dan Disetor
Saham dalam Portepel
147.011
166.288
361.262
151.317
486.451
175.419
92.703
86.566
144.167
158.679
24.549
1.470.110.000
1.662.880.000,00
3.612.620.000,00
1.513.170.000,00
4.864.510.000,00
1.754.190.000,00
927.030.000,00
865.660.000,00
1.441.670.000,00
1.586.790.000,00
245.490.000,00
-
-
0,49
0,55
1,20
0,50
1,62
0,58
0,31
0,29
0,49
0,53
0,08
152.478
278.339
732.654
402.728
1.201.465
50.000
1.524.780.000,00
2.783.390.000,00
7.325.540.000,00
4.027.280.000,00
12.014.650.000,00
500.000.000,00
-
-
0,50
0,93
2,44
1,34
4,00
0,17
30.017.202
300.172.020.000.000
-
-
100,00
49.982.798
499.827.980.000
20.000.000
200.000.000.000
106
107 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kepemilikan Saham Tahun 2002
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Jawa
Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Depok
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Tasikmalaya
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham A
Nilai (Rp)
80.000.000
800.000.000.000
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham B
Nilai (Rp)
20.000.000 200.000.000.000
-
-
%
21.564.868
215.648.680.000
-
-
70,32
1.112.603
129.852
50.513
358.425
127.487
64.549
522.674
248.327
217.966
152.993
423.845
11.126.030.000
1.298.520.000
505.130.000
3.584.250.000
1.274.870.000
645.490.000
5.226.740.000
2.483.270.000
2.179.660.000
1.529.930.000
4.238.450.000
-
-
3,63
0,42
0,16
1,17
0,42
0,21
1,70
0,81
0,71
0,50
1,38
107
108 Lanjutan Lampiran 6.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah
Kota/Kabupaten se
Banten
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal
Ditempatkan dan Disetor
Saham dalam Portepel
558.344
172.011
216.288
361.262
151.317
486.451
275.419
92.703
111.566
144.167
180.479
5.583.440.000
1.720.110.000
2.162.880.000
3.612.620.000
1.513.170.000
4.864.510.000
2.754.190.000
927.030.000
1.115.660.000
1.441.670.000
1.804.790.000
-
-
1,82
0,56
0,70
1,18
0,49
1,59
0,90
0,30
0,36
0,47
0,59
363.339
50.000
1.201.465
732.654
152.478
444.377
3.633.390.000
500.000.000
12.014.650.000
7.326.540.000
1.524.780.000
4.443.770.000
-
-
1,18
0,16
3,92
2,39
0,50
1,45
30.668.422
306.684.220.000,-
49.331.578
493.315.780.000,-
100,00
20.000.000
200.000.000.000
108
109 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
1.
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Jawa
Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Depok
Kota Cimahi
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham A
Nilai (Rp)
80.000.000
800.000.000.000
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham B
Nilai (Rp)
20.000.000 200.000.000.000
-
-
%
31.564.868
315.648.680.000
-
-
61,97
1.212.603
157.606
110.513
429.925
202.330
239.549
100.000
2.522.674
299.227
257.966
182.427
12.126.300.000
1.576.060.000
1.105.130.000
4.299.250.000
2.023.300.000
2.395.490.000
1.000.000.000
25.226.740.000
2.992.270.000
2.579.660.000
1.824.270.000
-
-
2,38
0,30
0,22
0,84
0,40
0,47
0,20
4,95
0,59
0,51
0,36
109
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kepemilikan Saham Tahun 2003
110 Lanjutan Lampiran 6.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah Provinsi Banten
Pemerintah Provinsi Banten
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Banten
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal
Ditempatkan dan Disetor
Saham dalam Portepel
623.845
870.844
256.111
286.288
551.262
351.317
1.136.451
375.419
112.703
136.566
264.167
280.479
6.238.450.000
8.708.440.000
2.561.110.000
2.862.880.000
5.512.620.000
3.513.170.000
11.364.510.000
3.754.190.000
1.127.030.000
1.365.660.000
2.641.670.000
2.804.790.000
-
-
1,22
1,71
0,50
0,56
1,08
0,69
2,23
0,74
0,22
0,27
0,52
0,55
4.500.000
45.000.000.000
-
-
8,83
561.722
150.000
1.440.459
882.654
182.478
694.377
5.617.220.000
1.500.000.000
14.404.590.000
8.826.540.000
1.824.780.000
6.943.770.000
-
-
1,10
0,29
2,83
1,73
0,36
1,36
50.936.830
509.368.300.000,-
29.063.170
290.631.700.000,-
100,00
20.000.000
200.000.000.000
110
111 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kepemilikan Saham Tahun 2004
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Jawa
Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Depok
Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham
Saham A
160.000.000
Nilai (Rp)
160.000.000.000
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham B
Nilai (Rp)
40.000.000
400.000.000.000
-
-
%
39.064.868
390.648.680.000
-
-
57,10
1.412.603
172.856
170.513
567.425
367.487
389.549
600.000
600.000
5.022.674
370.227
357.966
361.902
14.126.030.000
1.728.560.000
1.705.130.000
5.674.250.000
3.674.870.000
3.895.490.000
6.000.000.000
6.000.000.000
50.226.740.000
3.702.270.000
3.579.660.000
3.619.020.000
-
-
2,06
0,25
0,25
0,83
0,54
0,57
0,88
0,88
7,34
0,54
0,52
0,53
111
112 Lanjutan Lampiran 6.
2,00
1,46
0,59
14.
15.
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
1.373.845
1.000.000
13.738.450.000
10.000.000.000
-
-
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah Provinsi Banten
Pemerintah Provinsi Banten
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Banten
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal
Ditempatkan dan Disetor
Saham dalam Portepel
406.111
386.288
801.262
1.001.317
1.136.451
575.419
187.703
186.566
364.167
380.479
4.061.110.000
3.862.880.000
8.012.620.000
10.013.170
11.364.510
5.754.190.000
1.877.030.000
1.865.660.000
3.641.670.000
3.804.790.000
-
-
4.500.000
45.000.000.000
-
-
6.58
1.161.722
300.000
1.690.459
2.382.654
217.478
904.114
11.617.220.000
3.000.000.000
16.904.590.000
23.826.540.000
2.174.780.000
9.041.140.000
-
-
1,70
0,44
2,47
3,48
0,32
1,32
68.414.105
684.414.105.000,-
91.585.895
915.858.950.000,-
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
0,56
1,17
1,46
1,66
0,84
0,27
0,27
0,53
0,56
100,00
400.000.000.000
112
40.000.000
113 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
Pemegang Saham
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Modal Dasar
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Jawa
Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Depok
Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
13.
14.
15.
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Tasikmalaya
1.
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham B
Nilai (Rp)
40.000.000
400.000.000.000
%
Saham A
160.000.000
Nilai (Rp)
160.000.000.000
46.849.868
468.498.680.000
-
-
54,39
1.622.603
187.856
270.513
667.425
467.487
589.549
1.100.000
900.000
10.000
7.022.674
440.227
16.226.030.000
1.878.560.000
2.705.130.000
6.674.250.000
4.674.870.000
5.895.490.000
11.000.000.000
9.000.000.000
100.000.000
70.226.740.000
4.402.270.000
-
-
407.966
395.696
1.573.845
4.079.660.000
3.956.960.000
15.738.450.000
-
-
1,88
0,22
0,31
0,77
0,54
0,68
1,28
1,04
0,01
8,15
0,51
0,47
0,46
1,83
113
Kepemilikan Saham Tahun 2005
114 Lanjutan Lampiran 6.
1.100.000
506.111
486.288
951.262
1.001.317
1.836.451
860.419
287.703
286.566
11.000.000.000
5.061.110.000
4.862.880.000
9.512.620.000
10.013.170
18.364.510.000
8.604.190.000
2.877.030.000
2.865.660.000
-
-
Kabupaten Garut
434.167
4.341.670.000
-
-
1,28
0,59
0,56
1,10
1,16
2,13
1,00
0,33
0,33
0,50
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah Provinsi Banten
Pemerintah Provinsi Banten
480.479
4.804.790.000
-
-
0,56
6.715.000
67.150.000.000
-
-
7,80
1.661.722
400.000
1.940.459
3.382.654
267.478
1.030.460
16.617.220.000
4.000.000.000
19.404.590.000
33.826.540.000
2.674.780.000
10.304.600.000
-
-
1,93
0,46
2,25
3,93
0,31
1,20
86.134.245
861.342.563.149,84
73.865.755
738.657.550.000
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Banten
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal
Ditempatkan dan Disetor
Saham dalam Portepel
100,00
40.000.000
400.000.000.000
114
115 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
1.
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Jawa
Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Depok
Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham
Saham A
320.000.000
Nilai (Rp)
3.200.000.000.000
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham B
Nilai (Rp)
80.000.000
800.000.000.000
-
-
%
56.849.868
568.498.680.000
-
-
52,98
1.872.603
215.556
320.513
767.425
618.887
689.549
1.600.000
900.000
125.000
9.522.674
540.227
607.966
460.804
18.726.030.000
2.155.560.000
3.205.130.000
7.674.250.000
6.188.870.000
6.895.490.000
16.000.000.000
9.000.000.000
1.250.000.000
95.226.740.000
5.402.270.000
6.079.660.000
4.608.040.000
-
-
1,74
0,20
0,30
0,71
0,58
0,64
1,49
0,84
0,12
8,87
0,50
0,57
0,43
115
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kepemilikan Saham Tahun 2006
116 Lanjutan Lampiran 6.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah Provinsi Banten
Pemerintah Provinsi Banten
16.738.450.000
13.500.000.000
6.061.110.000
7.611.970.000
11.512.620.000
10.013.170.000
28.364.510.000
10.604.190.000
3.877.030.000
5.865.660.000
4.341.670.000
5.804.790.000
-
-
1,56
1,26
0,56
0,71
1,07
0,93
2,64
0,99
0,36
0,55
0,40
0,54
9.150.122
91.501.220.000
-
-
8,53
2.161.722
500.000
2.240.459
4.382.654
317.478
1.030.460
21.617.220.000
5.000.000.000
22.404.590.000
43.826.540.000
3.174.780.000
10.304.600.000
-
-
2,01
0,46
2,09
4,08
0,29
0,96
107.303.484
1.073.034.840.000
-
-
100,00
212.696.516
2.126.965.160.000
80.000.000
800.000.000.000
116
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Banten
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal Ditempatkan
dan Disetor
Saham dalam Portepel
1.673.845
1.350.000
606.111
761.197
1.151.262
1.001.317
2.836.451
1.060.419
387.703
586.566
434.167
580.479
117 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
1.
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan dan
Disetor
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Jawa
Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Depok
Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham
Saham A
320.000.000
Nilai (Rp)
3.200.000.000.000
Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham
Saham B
Nilai (Rp)
80.000.000
800.000.000.000
-
-
%
61.849.868
618.498.680.000
-
-
48,91
2.400.000
315.556
420.513
867.425
721.038
1.189.549
1.850.000
1.100.000
225.000
12.522.674
740.227
807.966
543.027
24.000.000.000
3.155.560.000
4.205.130.000
8.674.250.000
7.210.380.000
11.895.490.000
18.500.000.000
11.000.000.000
2.250.000.000
125.226.740.000
7.402.270.000
8.079.660.000
5.430.270.000
-
-
1,90
0,25
0,33
0,69
0,57
0,94
1,46
0,87
0,18
9,90
0,59
0,64
0,43
117
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kepemilikan Saham Tahun 2007
118 Lanjutan Lampiran 6.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah Provinsi Banten
Pemerintah Provinsi Banten
Pemerintah
Kota/Kabupaten se Banten
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal
Ditempatkan dan Disetor
Saham dalam Portepel
2.473.845
1.850.000
856.111
1.161.197
1.351.262
1.151.317
3.836.451
1.560.419
487.703
886.566
459.167
730.479
24.738.450.000
18.500.000.000
8.561.110.000
11.611.970.000
13.512.620.000
11.513.170.000
38.364.510.000
15.604.190.000
4.877.030.000
8.865.660.000
4.591.670.000
7.304.790.000
-
-
1,96
1,46
0,68
0,92
1,07
0,91
3,03
1,23
0,39
0,70
0,36
0,58
9.650.122
96.501.220.000
-
-
7,63
2.661.722
650.000
2.617.781
5.382.654
497.478
2.630.460
26.617.220.000
6.500.000.000
26.177.810.000
53.826.540.000
4.974.780.000
26.304.600.000
-
-
2,11
0,51
2,07
4,26
0,39
2,08
126.447.577
1.264.475.770.000
-
-
100,00
193.552.423
1.935.524.230.000
80.000.000
800.000.000.000
118
119 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan
dan Disetor
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se
Jawa Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Depok
Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham
Saham A
Nilai (Rp)
12.800.000.000
3.200.000.000.000
Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham
Saham B
Nilai (Rp)
3.200.000.000
800.000.000.000
-
-
%
2.873.994.733
718.498.683.250
-
-
48,04
116.000.006
12.622.248
28.820.520
38.697.024
33.641.553
55.581.968
84.000.000
52.000.000
33.000.000
680.906.967
37.609.080
34.318.644
25.721.097
29.000.001.500
3.155.562.000
7.205.130.000
9.674.256.000
8.410.388.250
13.895.492.000
21.000.000.000
13.000.000.000
8.250.000.000
170.226.741.750
9.402.270.000
8.579.661.000
6.430.274.250
-
-
1,94
0,21
0,48
0,65
0,56
0,93
1,40
0,87
0,55
11,38
0,63
0,57
0,43
119
Kepemilikan Saham Tahun 2008
120 Lanjutan Lampiran 6.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
118.953.800
74.000.000
38.244.474
54.447.907
65.550.504
46.052.684
153.458.066
102.416.760
23.508.120
35.462.669
22.366.698
35.219.171
29.738.450.000
18.500.000.000
9.561.118.500
13.611.976.750
16.387.626.000
11.513.171.000
38.364.516.500
25.604.190.000
5.877.030.000
8.865.667.250
5.591.674.500
8.804.792.750
-
-
1,99
1,24
0,64
0,91
1,10
0,77
2,57
1,71
0,39
0,59
0,37
0,59
476.589.856
119.147.464.000
-
-
7,97
106.468.914
38.000.000
124.311.251
26.617.228.500
9.500.000.000
31.077.812.750
219.306.189
35.899.154
105.218.408
54.826.547.250
8.974.788.500
26.304.602.000
-
-
1,78
0,64
2,08
3,67
0,60
1,76
5.982.388.465
1.495.597.116.250
-
-
100,00
6.817.611.535
1.704.402.883.750
3.200.000.000
800.000.000.000
120
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah Provinsi
Banten
Pemerintah Provinsi
Banten
Pemerintah
Kota/Kabupaten se
Banten
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal
Ditempatkan dan
Disetor
Saham dalam Portepel
121 Lanjutan Lampiran 6.
•
No.
1.
Pemegang Saham
Modal Dasar
Modal Ditempatkan
dan Disetor
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat
Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Pemerintah
Kota/Kabupaten se
Jawa Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Depok
Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Tasikmalaya
Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham
Saham A
Nilai (Rp)
12.800.000.000
3.200.000.000.000
Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham
Saham B
Nilai (Rp)
3.200.000.000
800.000.000.000
-
-
%
2.873.994.733
718.498.683.250
-
-
46,62
116.000.006
17.039.629
32.820.520
50.697.024
40.237.809
59.581.968
94.000.000
52.000.000
33.000.000
680.906.967
45.609.080
38.318.644
28.721.097
126.953.800
29.000.001.500
4.259.907.250
8.205.130.000
12.674.256.000
10.059.452.250
14.895.492.000
23.500.000.000
13.000.000.000
8.250.000.000
170.226.741.750
11.402.270.000
9.579.661.000
7.180.274.250
31.738.450.000
-
-
1,88
0,28
0,53
0,82
0,65
0,97
1,52
0,84
0,54
11,05
0,74
0,62
0,47
2,06
121
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Kepemilikan Saham Tahun 2009
122 Lanjutan Lampiran 6.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
74.000.000
38.244.474
62.447.907
65.550.504
46.052.684
173.458.066
102.416.760
25.508.120
35.462.669
22.366.698
39.219.171
18.500.000.000
9.561.118.500
15.611.976.750
16.387.626.000
11.513.171.000
43.364.516.500
25.604.190.000
6.377.030.000
8.865.667.250
5.591.674.500
9.804.792.750
-
-
1,20
0,62
1,01
1,06
0,75
2,81
1,66
0,41
0,58
0,36
0,64
488.589.856
122.147.464.000
-
-
7,93
106.468.914
50.000.000
144.311.251
259.306.189
35.899.154
105.218.408
26.617.228.500
12.500.000.000
36.077.812.750
64.826.547.250
8.974.788.500
26.304.602.000
-
-
1,73
0,81
2,34
4,21
0,58
1,71
6.164.402.102
1.541.100.525.500
-
-
100,00
6.635.597.898
1.658.899.474.500
3.200.000.000
800.000.000.000
122
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
Pemerintah Provinsi
Banten
Pemerintah Provinsi
Banten
Pemerintah
Kota/Kabupaten se
Banten
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kabupaten Serang
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Jumlah Modal
Ditempatkan dan
Disetor
Saham dalam Portepel
123 Lampiran 7. Posisi Saham Bank Jabar Banten (Bank BJB) Sebelum dan Setelah IPO
•
No.
A
PEMEGANG SAHAM
Pemerintah propinsi Jawa Barat
Posisi Modal
Dividen
Tahun Buku
Dividen
Tahun Buku
Desember /2009
2009
2008
Kenaikan (Penurunan)
(Rupiah)
(%)
927.498.683.250,00
220.387.795.821
175.924.594.410,00
44.463.201.411,29
25,27%
566.448.920.250,00
161.779.975.993
125.158.322.613,00
36.621.653.379,74
29,26%
142.219.239.000,00
29.000.001.500,00
4.259.907.250,00
9.205.130.000,00
14.924.256.000,00
11.184.452.250,00
26.000.000.000,00
22.395.492.000,00
15.000.000.000,00
10.250.000.000,00
39.761.609.920
8.684.757.575
1.275.733.098
2.656.875.838
4.151.240.834
3.196.600.227
7.162.429.009
5.771.018.714
4.242.553.768
2.620.400.857
28.973.793.811,00
7.100.658.109,00
795.173.472,00
1.886.603.138,00
2.858.444.698,00
2.259.208.666,00
5.447.918.440,00
3.422.719.115,00
3.183.053.471,00
2.020.014.702,00
10.787.816.108,72
1.584.099.465,53
480.559.626,02
770.272.700,45
1.292.796.136,15
937.391.561,18
1.714.510.568,52
2.348.299.598,98
1.059.500.297,11
600.386.154,78
37,23%
22,31%
60,43%
40,83%
45,23%
41,49%
31,47%
68,61%
31,47%
29,72%
424.229.681.250,00
122.018.366.073
96.184.528.802,00
25.833.837.271,02
26,86%
170.226.741.750,00
13.402.270.000,00
50.978.548.563
3.464.600.177
41.680.063.163,00
9.298.485.400,19
22,31%
2.751.040.476,00
713.559.701,00
25,94%
11.579.661.000,00
3.218.249.854
2.243.561.609,00
974.688.245,28
43,44%
8.180.274.250,00
2.200.220.603
1.589.757.508,00
610.463.094,60
38,40%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pemerintah Kota dan Kab. seJawa Barat
Pemerintah Kota se - Jawa Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Cimahi
Kota Depok
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
1
2
Pemerintah Kab. se - Jawa
Barat
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
3
Kabupaten Karawang
4
Kabupaten Ciamis
5
Kabupaten Tasikmalaya
32.738.450.000,00
9.554.765.148
7.424.296.744,00
2.130.468.404,44
28,70%
6
Kabupaten Sukabumi
20.750.000.000,00
5.596.427.544
4.529.729.939,00
1.066.697.605,11
23,55%
B
123
Pembagian Deviden Bank BJB Sebelum IPO
124 Lanjutan Lampiran 7.
7
Kabupaten Subang
10.731.639.500,00
2.921.733.579
2.341.042.417,00
580.691.161,78
24,80%
8
Kabupaten Indramayu
17.611.976.750,00
4.825.124.306
3.496.129.653,00
1.328.994.653,29
38,01%
9
Kabupaten Bekasi
18.387.626.000,00
5.007.498.990
4.012.514.601,00
994.984.389,08
24,80%
10
Kabupaten Sumedang
11.513.171.000,00
3.447.899.789
2.819.002.993,00
628.896.795,87
22,31%
11
Kabupaten Bogor
48.364.516.500,00
13.111.342.843
9.801.645.885,00
3.309.696.958,50
33,77%
12
Kabupaten Cianjur
25.604.190.000,00
7.667.799.019
6.269.192.757,00
1.398.606.261,64
22,31%
13
Kabupaten Kuningan
6.877.030.000,00
1.984.625.725
1.510.407.026,00
474.218.698,56
31,40%
14
Kabupaten Majalengka
8.865.667.250,00
2.655.040.235
2.170.760.993,00
484.279.242,18
22,31%
15
Kabupaten Garut
16
Kabupaten Purwakarta
C
D
1.774.388.069
3.610.101.629
1.369.122.994,00
2.176.260.044,00
405.265.074,90
1.433.841.584,61
29,60%
65,89%
Pemerintah Propinsi Banten
130.147.464.000,00
37.378.634.850
29.234.500.936,00
8.144.133.913,91
27,86%
Pemerintah Kota dan Kabupaten
se-Banten
188.059.599.000,00
53.190.902.271
40.167.926.005,00
13.022.976.265,61
32,42%
Pemerintah Kota se-Banten
44.375.848.500,00
11.845.843.060
9.169.780.063,00
2.676.062.996,68
29,18%
1
Kota Tanggerang
29.875.848.500,00
8.052.500.867
6.517.235.504,00
1.535.265.363,02
23,56%
2
Kota Cilegon
14.500.000.000,00
3.793.342.193
2.652.544.559,00
1.140.797.633,67
43,01%
143.683.750.500,00
41.345.059.211
30.998.145.942,00
10.346.913.268,93
33,38%
Kabupaten Serang
36.077.812.750,00
10.804.380.736
8.323.557.361,00
2.480.823.375,08
29,80%
Kabupaten Tanggerang
72.326.547.250,00
19.975.404.750
14.036.420.399,00
5.938.984.350,96
42,31%
8.974.788.500,00
2.687.719.254
2.197.479.360,00
490.239.894,26
22,31%
26.304.602.000,00
7.877.554.471
6.440.688.822,00
1.436.865.648,62
22,31%
1.812.154.666.500,00
472.737.308.935
370.485.343.964,00
102.251.964.970,56
Pemerintah Kabupaten se-Banten
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
JUMLAH
124
6.591.674.500,00
12.804.792.750,00
125 Lanjutan Lampiran 7.
•
No.
PEMEGANG SAHAM
A
Pemerintah propinsi Jawa Barat
B
Deviden
Deviden
Tahun Buku 2007
Tahun Buku 2008
Kenaikan/Penurunan
(Rupiah)
(%)
134,290,454,822.00
175,924,594,410.48
41,634,139,588.48
31.00%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa Barat
Pemerintah Kota se - Jawa Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Cimahi
Kota Depok
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
95,121,728,944.00
20,625,156,400.00
5,356,325,734.00
658,527,964.00
1,190,592,183.00
1,897,166,540.00
1,649,064,073.00
4,034,634,714.00
2,656,353,155.00
2,365,130,694.00
817,361,343.00
125,158,322,613.04
28,973,793,810.81
7,100,658,109.37
795,173,471.71
1,886,603,137.53
2,858,444,698.26
2,259,208,666.02
5,447,918,440.06
3,422,719,114.78
3,183,053,470.59
2,020,014,702.49
30,036,593,669.04
8,348,637,410.81
1,744,332,375.37
136,645,507.71
696,010,954.53
961,278,158.26
610,144,593.02
1,413,283,726.06
766,365,959.78
817,922,776.59
1,202,653,359.49
31.58%
40.48%
32.57%
20.75%
58.46%
50.67%
37.00%
35.03%
28.85%
34.58%
147.14%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pemerintah Kab. se - Jawa Barat
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
74,496,572,544.00
33,176,538,693.00
1,579,546,274.00
1,738,300,327.00
1,202,795,772.00
5,597,384,386.00
3,860,728,045.00
1,925,728,103.00
2,492,842,917.00
3,019,915,622.00
2,402,660,665.00
8,006,214,333.00
3,847,689,914.00
96,184,528,802.22
41,680,063,162.71
2,751,040,475.72
2,243,561,608.75
1,589,757,508.48
7,424,296,744.14
4,529,729,938.92
2,341,042,417.25
3,496,129,652.52
4,012,514,601.08
2,819,002,993.01
9,801,645,885.43
6,269,192,757.02
21,687,956,258.22
8,503,524,469.71
1,171,494,201.72
505,261,281.75
386,961,736.48
1,826,912,358.14
669,001,893.92
415,314,314.25
1,003,286,735.52
992,598,979.08
416,342,328.01
1,795,431,552.43
2,421,502,843.02
29.11%
25.63%
74.17%
29.07%
32.17%
32.64%
17.33%
21.57%
40.25%
32.87%
17.33%
22.43%
62.93%
125
Pembagian Deviden Pemegang Saham
126 Lanjutan Lampiran 7.
13
14
15
16
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
1,191,684,317.00
1,850,158,433.00
975,618,096.00
1,628,766,647.00
1,510,407,025.68
2,170,760,993.02
1,369,122,994.13
2,176,260,044.36
318,722,708.68
320,602,560.02
393,504,898.13
547,493,397.36
26.75%
17.33%
40.33%
33.61%
C
Pemerintah Propinsi Banten
21,320,147,490.00
29,234,500,935.80
7,914,353,445.80
37.12%
D
Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten
31,449,486,410.00
40,167,926,004.64
8,718,439,594.64
27.72%
1
2
Pemerintah Kota se-Banten
Kota Tanggerang
Kota Cilegon
7,172,028,303.00
5,554,696,284.00
1,617,332,019.00
9,169,780,063.02
6,517,235,504.19
2,652,544,558.83
1,997,751,760.02
962,539,220.19
1,035,212,539.83
27.85%
17.33%
64.01%
24,277,458,107.00
5,803,852,573.00
11,250,345,301.00
1,733,805,375.00
5,489,454,858.00
30,998,145,941.62
8,323,557,360.64
14,036,420,398.56
2,197,479,360.21
6,440,688,822.21
6,720,687,834.62
2,519,704,787.64
2,786,075,097.56
463,673,985.21
951,233,964.21
27.68%
43.41%
24.76%
26.74%
17.33%
282,181,817,666.00
370,485,343,963.95
88,303,526,297.95
Pemerintah Kabupaten se-Banten
Kabupaten Serang
Kabupaten Tanggerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
JUMLAH
126
127 Lanjutan Lampiran 7.
•
No.
A
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PEMEGANG SAHAM
Pemerintah propinsi Jawa Barat
Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa
Barat
Pemerintah Kota se - Jawa Barat
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Kota Bekasi
Kota Bogor
Kota Cimahi
Kota Depok
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
Pemerintah Kab. se - Jawa Barat
Kabupaten Bandung
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Karawang
Kabupaten Ciamis
Kabupaten Tasikmalaya
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Subang
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Bekasi
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bogor
Kabupaten Cianjur
JULI
LEMBAR SAHAM
2010
Juli-2010
KEPEMILIKAN
SETELAH IPO
(%)
38,26%
927.498.683.250,00
3.709.994.733,00
KEPEMILIKAN
SEBELUM IPO
(%)
51,02%
572.348.920.250,00
2.289.395.681,00
31,48%
23,61%
142.719.239.000,00
29.000.001.500,00
4.259.907.250,00
9.205.130.000,00
14.924.256.000,00
11.684.452.250,00
26.000.000.000,00
22.395.492.000,00
15.000.000.000,00
10.250.000.000,00
570.876.956,00
116.000.006,00
17.039.629,00
36.820.520,00
59.697.024,00
46.737.809,00
104.000.000,00
89.581.968,00
60.000.000,00
41.000.000,00
7,85%
1,60%
0,23%
0,51%
0,82%
0,64%
1,43%
1,23%
0,83%
0,56%
5,89%
1,20%
0,18%
0,38%
0,62%
0,48%
1,07%
0,92%
0,62%
0,42%
429.629.681.250,00
170.226.741.750,00
13.402.270.000,00
13.579.661.000,00
8.180.274.250,00
32.738.450.000,00
20.750.000.000,00
10.731.639.500,00
21.011.976.750,00
18.387.626.000,00
11.513.171.000,00
48.364.516.500,00
25.604.190.000,00
1.718.518.725,00
680.906.967,00
53.609.080,00
54.318.644,00
32.721.097,00
130.953.800,00
83.000.000,00
42.926.558,00
84.047.907,00
73.550.504,00
46.052.684,00
193.458.066,00
102.416.760,00
23,63%
9,36%
0,74%
0,75%
0,45%
1,80%
1,14%
0,59%
1,16%
1,01%
0,63%
2.66%
1,41%
17,72%
7,02%
0,55%
0,56%
0,34%
1,35%
0,86%
0,44%
0,87%
0,76%
0,47%
2,00%
1,06%
127
Posisi Saham Bank BJB setelah IPO
128 Lanjutan Lampiran 7.
13
14
15
16
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Garut
Kabupaten Purwakarta
C
Pemerintah Propinsi Banten
D
1
2
Pemerintah Kota dan Kabupaten seBanten
Pemerintah Kota se-Banten
Kota Tanggerang
Kota Cilegon
Pemerintah Kabupaten se-Banten
Kabupaten Serang
Kabupaten Tanggerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
TOTAL PEMDA
MASYARAKAT (IPO 07 JULI
2010)
TOTAL
6.877.030.000,00
8.865.667.250,00
6.591.674.500,00
12.804.792.750,00
27.508.120,00
35.462.669,00
26.366.698,00
51.219.171,00
0,38%
0,49%
0,36%
0,70%
0,28%
0,37%
0,27%
0.53%
130.147.464.000,00
520.589.856,00
7,16%
5.37%
188.059.599.000,00
752.238.396,00
10,34%
7,76%
44.375.848.500,00
29.875.848.500,00
14.500.000.000,00
177.503.394,00
119.503.394,00
58.000.000,00
2,44%
1,64%
0,80%
1,83%
1,23%
0,60%
143.683.750.500,00
36.077.812.750,00
72.326.547.250,00
8.974.788.500,00
26.304.602.000,00
1.818.054.666.500,00
574.735.002,00
144.311.251,00
289.306.189,00
35.899.154,00
105.218.408,00
7.272.218.666,00
7,90%
1,98%
3,98%
0,49%
1,45%
100,00%
5,93%
1,49%
2,98%
0,37%
1,09%
75,00%
606.018.125.000,00
2.424.072.500,00
-
25,00%
2.424.072.791.500,00
9.696.291.166,00
100,00%
100,00%
128
129 Lampiran 8. Perkembangan Harga Saham Seri B Bank BJB
Date
Open
High
Low
Close
Volume
Adj Close*
Dec 17, 2010
1,510.00
1,560.00
1,480.00
1,530.00
23,350,000
1,530.00
Dec 16, 2010
1,590.00
1,590.00
1,510.00
1,510.00
11,837,500
1,510.00
Dec 15, 2010
1,590.00
1,610.00
1,570.00
1,590.00
7,699,000
1,590.00
Dec 14, 2010
1,590.00
1,620.00
1,580.00
1,590.00
8,090,500
1,590.00
Dec 13, 2010
1,630.00
1,630.00
1,580.00
1,590.00
10,614,000
1,590.00
Dec 10, 2010
1,650.00
1,650.00
1,600.00
1,620.00
19,629,000
1,620.00
Dec 9, 2010
1,580.00
1,660.00
1,580.00
1,650.00
49,742,000
1,650.00
Dec 8, 2010
1,580.00
1,610.00
1,570.00
1,600.00
17,232,000
1,600.00
Dec 6, 2010
1,570.00
1,600.00
1,570.00
1,580.00
16,703,000
1,580.00
Dec 3, 2010
1,590.00
1,620.00
1,560.00
1,560.00
27,482,000
1,560.00
Dec 2, 2010
1,520.00
1,590.00
1,510.00
1,580.00
58,537,500
1,580.00
Dec 1, 2010
1,450.00
1,500.00
1,440.00
1,500.00
40,111,000
1,500.00
Nov 30, 2010
1,520.00
1,520.00
1,410.00
1,450.00
59,943,000
1,450.00
Nov 29, 2010
1,540.00
1,550.00
1,510.00
1,520.00
9,736,000
1,520.00
Nov 26, 2010
1,560.00
1,560.00
1,530.00
1,560.00
9,558,500
1,560.00
Nov 25, 2010
1,540.00
1,560.00
1,540.00
1,560.00
17,030,000
1,560.00
Nov 24, 2010
1,540.00
1,560.00
1,520.00
1,530.00
16,121,000
1,530.00
Nov 23, 2010
1,600.00
1,600.00
1,540.00
1,540.00
30,943,500
1,540.00
Nov 22, 2010
1,590.00
1,610.00
1,580.00
1,600.00
28,830,000
1,600.00
Nov 19, 2010
1,590.00
1,600.00
1,570.00
1,590.00
34,382,000
1,590.00
Nov 18, 2010
1,620.00
1,620.00
1,560.00
1,580.00
19,232,500
1,580.00
Nov 16, 2010
1,630.00
1,650.00
1,580.00
1,590.00
25,881,000
1,590.00
Nov 15, 2010
1,630.00
1,640.00
1,610.00
1,630.00
17,297,000
1,630.00
Nov 12, 2010
1,680.00
1,680.00
1,610.00
1,630.00
30,374,500
1,630.00
Nov 11, 2010
1,700.00
1,710.00
1,670.00
1,680.00
20,207,000
1,680.00
Nov 10, 2010
1,680.00
1,720.00
1,660.00
1,700.00
51,219,500
1,700.00
Nov 9, 2010
1,660.00
1,680.00
1,640.00
1,680.00
23,594,000
1,680.00
Nov 8, 2010
1,670.00
1,680.00
1,660.00
1,660.00
7,655,500
1,660.00
Nov 5, 2010
1,670.00
1,680.00
1,640.00
1,670.00
28,753,000
1,670.00
Nov 4, 2010
1,700.00
1,720.00
1,640.00
1,650.00
36,206,500
1,650.00
Nov 3, 2010
1,710.00
1,740.00
1,680.00
1,700.00
11,244,500
1,700.00
Nov 2, 2010
1,720.00
1,740.00
1,710.00
1,720.00
9,329,500
1,720.00
Nov 1, 2010
1,750.00
1,750.00
1,730.00
1,730.00
7,675,000
1,730.00
Oct 29, 2010
1,720.00
1,740.00
1,720.00
1,740.00
4,383,500
1,740.00
Oct 28, 2010
1,740.00
1,740.00
1,720.00
1,720.00
7,471,500
1,720.00
130 Lanjutan Lampiran 8.
Oct 27, 2010
1,750.00
1,750.00
1,710.00
1,730.00
13,428,500
1,730.00
Oct 26, 2010
1,770.00
1,780.00
1,730.00
1,740.00
29,256,500
1,740.00
Oct 25, 2010
1,740.00
1,770.00
1,740.00
1,770.00
50,050,000
1,770.00
Oct 22, 2010
1,740.00
1,750.00
1,720.00
1,720.00
19,027,500
1,720.00
Oct 21, 2010
1,710.00
1,740.00
1,700.00
1,740.00
31,524,000
1,740.00
Oct 20, 2010
1,730.00
1,730.00
1,680.00
1,700.00
49,534,500
1,700.00
Oct 19, 2010
1,690.00
1,760.00
1,690.00
1,730.00
32,271,000
1,730.00
Oct 18, 2010
1,690.00
1,710.00
1,680.00
1,690.00
9,250,500
1,690.00
Oct 15, 2010
1,690.00
1,700.00
1,670.00
1,690.00
6,535,500
1,690.00
Oct 14, 2010
1,710.00
1,730.00
1,670.00
1,690.00
44,108,000
1,690.00
Oct 13, 2010
1,610.00
1,730.00
1,610.00
1,700.00
84,924,000
1,700.00
Oct 12, 2010
1,590.00
1,640.00
1,560.00
1,610.00
47,173,000
1,610.00
Oct 11, 2010
1,580.00
1,600.00
1,580.00
1,590.00
4,082,000
1,590.00
Oct 8, 2010
1,580.00
1,600.00
1,570.00
1,580.00
15,872,000
1,580.00
Oct 7, 2010
1,610.00
1,630.00
1,560.00
1,570.00
30,931,500
1,570.00
Oct 6, 2010
1,640.00
1,660.00
1,600.00
1,610.00
32,566,500
1,610.00
Oct 5, 2010
1,610.00
1,630.00
1,600.00
1,630.00
29,709,000
1,630.00
Oct 4, 2010
1,610.00
1,670.00
1,600.00
1,610.00
44,288,000
1,610.00
Oct 1, 2010
1,560.00
1,610.00
1,560.00
1,600.00
15,547,000
1,600.00
Sep 30, 2010
1,600.00
1,600.00
1,540.00
1,560.00
16,069,500
1,560.00
Sep 29, 2010
1,580.00
1,610.00
1,580.00
1,590.00
20,314,000
1,590.00
Sep 28, 2010
1,580.00
1,640.00
1,560.00
1,570.00
44,453,500
1,570.00
Sep 27, 2010
1,530.00
1,590.00
1,520.00
1,570.00
45,865,500
1,570.00
Sep 24, 2010
1,450.00
1,530.00
1,450.00
1,510.00
73,355,500
1,510.00
Sep 23, 2010
1,410.00
1,470.00
1,410.00
1,450.00
57,109,500
1,450.00
Sep 22, 2010
1,410.00
1,440.00
1,400.00
1,420.00
38,732,000
1,420.00
Sep 21, 2010
1,440.00
1,460.00
1,390.00
1,420.00
29,565,500
1,420.00
Sep 20, 2010
1,460.00
1,480.00
1,430.00
1,440.00
24,810,000
1,440.00
Sep 17, 2010
1,430.00
1,460.00
1,410.00
1,450.00
37,298,500
1,450.00
Sep 16, 2010
1,410.00
1,440.00
1,400.00
1,420.00
23,349,500
1,420.00
Sep 15, 2010
1,280.00
1,420.00
1,280.00
1,410.00
64,090,000
1,410.00
131 Lanjutan Lampiran 8.
Sep 7, 2010
1,360.00
1,360.00
1,340.00
1,350.00
22,104,000
1,350.00
Sep 6, 2010
1,350.00
1,380.00
1,350.00
1,360.00
39,332,500
1,360.00
Sep 3, 2010
1,320.00
1,370.00
1,310.00
1,340.00
92,825,500
1,340.00
Sep 2, 2010
1,310.00
1,320.00
1,290.00
1,320.00
19,333,500
1,320.00
Sep 1, 2010
1,290.00
1,320.00
1,280.00
1,290.00
35,902,500
1,290.00
Aug 31, 2010
1,280.00
1,300.00
1,260.00
1,280.00
41,955,000
1,280.00
Aug 30, 2010
1,310.00
1,330.00
1,280.00
1,280.00
11,818,500
1,280.00
Aug 27, 2010
1,320.00
1,350.00
1,300.00
1,300.00
33,943,500
1,300.00
Aug 26, 2010
1,310.00
1,340.00
1,310.00
1,320.00
30,484,000
1,320.00
Aug 25, 2010
1,310.00
1,340.00
1,300.00
1,310.00
26,259,000
1,310.00
Aug 24, 2010
1,340.00
1,380.00
1,300.00
1,320.00
71,293,000
1,320.00
Aug 23, 2010
1,270.00
1,340.00
1,270.00
1,340.00
76,355,000
1,340.00
Aug 20, 2010
1,280.00
1,300.00
1,260.00
1,290.00
22,218,000
1,290.00
Aug 19, 2010
1,230.00
1,290.00
1,230.00
1,280.00
68,215,000
1,280.00
Aug 18, 2010
1,270.00
1,270.00
1,230.00
1,230.00
35,962,000
1,230.00
Aug 16, 2010
1,300.00
1,300.00
1,250.00
1,250.00
60,703,000
1,250.00
Aug 13, 2010
1,280.00
1,300.00
1,270.00
1,300.00
48,151,000
1,300.00
Aug 12, 2010
1,260.00
1,290.00
1,230.00
1,270.00
48,937,500
1,270.00
Aug 11, 2010
1,280.00
1,300.00
1,250.00
1,260.00
28,300,000
1,260.00
Aug 10, 2010
1,300.00
1,310.00
1,270.00
1,290.00
32,108,000
1,290.00
Aug 9, 2010
1,280.00
1,320.00
1,270.00
1,300.00
52,162,500
1,300.00
Aug 6, 2010
1,300.00
1,320.00
1,260.00
1,280.00
67,534,500
1,280.00
Aug 5, 2010
1,220.00
1,300.00
1,210.00
1,300.00
126,175,500
1,300.00
Aug 4, 2010
1,180.00
1,230.00
1,170.00
1,210.00
77,464,000
1,210.00
Aug 3, 2010
1,240.00
1,240.00
1,170.00
1,180.00
59,995,000
1,180.00
Aug 2, 2010
1,260.00
1,270.00
1,220.00
1,230.00
33,387,000
1,230.00
Jul 30, 2010
1,240.00
1,260.00
1,230.00
1,260.00
33,705,500
1,260.00
132 Lanjutan Lampiran 8.
Jul 29, 2010
1,250.00
1,270.00
1,230.00
1,240.00
63,644,500
1,240.00
Jul 28, 2010
1,220.00
1,260.00
1,210.00
1,250.00
53,406,000
1,250.00
Jul 27, 2010
1,260.00
1,270.00
1,200.00
1,220.00
71,543,000
1,220.00
Jul 26, 2010
1,230.00
1,280.00
1,210.00
1,250.00
113,447,500
1,250.00
Jul 23, 2010
1,150.00
1,240.00
1,150.00
1,200.00
204,177,000
1,200.00
Jul 22, 2010
1,060.00
1,140.00
1,060.00
1,140.00
202,152,500
1,140.00
Jul 21, 2010
1,030.00
1,070.00
1,030.00
1,070.00
114,354,000
1,070.00
Jul 20, 2010
1,000.00
1,040.00
990.00
1,030.00
98,706,500
1,030.00
Jul 19, 2010
980.00
1,010.00
950.00
990.00
92,687,500
990.00
Jul 16, 2010
990.00
990.00
970.00
980.00
34,684,000
980.00
Jul 15, 2010
1,020.00
1,020.00
980.00
1,000.00
53,100,500
1,000.00
Jul 14, 2010
1,050.00
1,050.00
1,000.00
1,020.00
51,835,500
1,020.00
Jul 13, 2010
1,040.00
1,060.00
980.00
1,010.00
134,506,000
1,010.00
Jul 12, 2010
1,130.00
1,130.00
1,030.00
1,040.00
90,789,000
1,040.00
Jul 9, 2010
1,050.00
1,120.00
980.00
1,120.00
702,960,500
1,120.00
Jul 8, 2010
830.00
900.00
800.00
900.00
194,855,000
900.00
* Close price adjusted for dividends and splits.
Lampiran 9. Tabel Analisis Kelembagaan, SWOT, dan Finansial untuk Keempat
Perbandingan
Analisis
Bank Jawa Barat dan
Banten (Bank BJB)
Bank BUMN (BNI
dan BRI)
Kelembag •
aan
a. Aturan
yang
Mendukun
g
•
56/PERMEN DAGRI/No • 56/PERMEN
13 tahun 2006
DAGRI/No
tahun 2006
No
1.
115/PP RI/No 58 tahun • 115/PP RI/No 58
2005
tahun 2005
•
1/PP RI/No 58 tahun 2005 • 1/PP RI/No
tahun 2005
•
118/PP RI/No 58 tahun • 118/PP RI/No 58
2005 (penjelasan pasal tahun
2005
118 ayat 1)
(penjelasan pasal
118 ayat 1)
•
118/PP RI/No 58 tahun • 118/PP RI/No 58
2005 (penjelasan pasal tahun
2005
118 ayat 2)
(penjelasan pasal
118 ayat 2)
•
19/PP/No 105 tahun 2000 • 19/PP/No
tahun 2000
•
119/PP RI/No 58 tahun
2005
a. Aturan
yang tidak
mendukung
2
13
Tidak ada
Lingkungan Kekuatan
-
-
-
Bank Terbaik Kategori
Pembangunan Daerah
Pertumbuhan
penghimpunan dana masyarakat
yang baik dan pertumbuhan laba yang meningkat
Memiliki nama dan citra
perusahaan yang berkinerja baik
Keberpihakan
kepada
pengusaha
kecil
dan
mikro cukup besar.
Simpanan yang berhasil
dihimpun oleh Bank BJB
Unit merupakan modal
untuk melakukan ekspansi
Potensi pasar yang masih
besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah
baru.
58
105
119/PP RI/No 58
tahun 2005
Tidak
dianalisis
karena
tidak
didukung
dengan
peraturan di atas.
Bank Swasta
(BCA, Bank
Danamon,
Bank Panin,
dan Bank
Permata)
133 Produk
Perbankan
(Tabungan,
Deposito)
dan
obligasi
pemerintah
• 56/PERMEN • 56/PERME
DAGRI/No
N
13
tahun DAGRI/No
2006
13
tahun
200
• 115/PP RI/No • 115/PP
58
tahun RI/No
58
2005
tahun 2005
• 1/PP RI/No • 1/PP RI/No
58
tahun 58
tahun
2005
2005
• 118/PP RI/No • 118/PP
58
tahun RI/No
58
2005
tahun 2005
(penjelasan
(penjelasan
pasal
118 pasal
118
ayat 1)
ayat 1)
• 118/PP RI/No
58
tahun
2005
(penjelasan
pasal
118
ayat 2)
• 19/PP/No 105 • 19/PP/No
105 tahun
tahun 2000
2000
• 119/PP
RI/No
58
tahun 2005
119/PP RI/No 118/PP
58 tahun 2005 RI/No
58
tahun 2005
(penjelasan
pasal
118
ayat 2)
Tidak
dianalisis
karena tidak
didukung
dengan
peraturan di
atas.
Terlampir
pada tabel
di bawah ini
134 Lanjutan Lampiran 9.
2
- Kelemaha • Promosi
yang
masih
n
minim terhadap sektor
publik
• Kurangnya tenaga khusus
promosi
• Cakupan
operasional
bisnis perbankan belum
berskala nasional
• Skala permodalan yang
masih lingkup pemerintah
• Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam
pelayanan
• Kurangnya
Kantor
Cabang Pembantu (KCP)
dan jaringan ATM yang
memadai
• Kualitas SDM yang masih
berkategori rata-rata
• Produk yang ditawarkan
masih terbatas
• Belum adanya program
komputerisasi tersentral
dan penggunaan jaringan
komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan
List Line Fiber Optic).
- Peluang •
•
•
•
•
•
•
•
Penggunaan
teknologi
dalam pelayanan
Meningkatnya konsumsi
masyarakat akan perbankan
Perzinan yang mendukung
dalam aspek hukum untuk
perkembangan
perusahaan.
Potensi dana masyarakat
yang sangat besar di Jawa
Barat
Kebijakan Pemerintah dan
Bank Indonesia yang
mendukung
Memiliki dukungan modal
dan komitmen pemegang
saham yang kuat
Kondisi ekonomi nasional
mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan
oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif
pada beberapa tahun
terakhir.
Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar
dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik
berupa dana maupun
manajemen.
135 Lanjutan Lampiran 9.
- Peluang •
•
- Ancaman -
-
-
-
-
-
-
3
Finansial
:
EPS
ROE
Potensi pasar terhadap
pengusaha di tingkat
kecamatan masih banyak
yang dapat digali.
Kepercayaan
terhadap
nama atau citra Bank BJB
di masyarakat masih
cukup besar
Adanya revisi terhadap
UU penanaman modal
Pemda sehingga dapat
bergulir ke bank swasta
Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi bank pesaing
lebih
canggih
dan
mutakhir
Pendekatan dari bank
pesaing yang memberikan
keunggulan produk atau
layanan prima
Krisi keuangan global dan
nasional
yang
dapat
mempengaruhi
sektor
perbankan
Arus globalisasi akan
mempengaruhi timbulnya
bank-bank asing yang
membiayai usaha mikro.
Banyaknya bank pesaing
yang mulai melakukan
pembiayaan mikro seperti
Bank
BNI,
Bank
Danamon, BRI, Koperasi
dan BPR.
Menurunkan daya beli
masyarakat akibat krisis
moneter dan kenaikan
harga BBM pada periode
yang lalu dan saat ini
masih terasa dan untuk
menaikkannya
sangat
tergantung pada perbaikan
perekonomian kita.
EPS Bank BJB : 76.18
Bank BJB Deposito :
6.75%
Rata-rata ROE bjb :
25.12%
EPS
BNI : 125.17
BRI : 429.23
Rata-Rata ROE
BNI : 35.63%
BRI : 34.40%
EPS
Rata-rata
BCA : 239.50
rate
Danamon
:
Obligasi :
308.68
- Obligasi
Permata
:
Negara
55.09
Republik
Indonesia :
Muamalat
:
142.69
Kupon 9.53
Panin : 38.96
- Sukuk
Rata-Rata
Negara
Ritel
:
ROE
BCA : 29.60%
Kupon
Danamon
:
10.35
19.85%
*Untuk suku
Permata
:
bunga
16.84%
deposito
dan
Muamalat
:
19.34%
tabungan
terlampir
Panin : 13.07%
136 Lampiran 10. Suku Bunga Tabungan
Jenis Tabungan
1. Bank Panin
• Tabungan Bisnis Reguler
• Tabungan Bisnis Promo
• Tabungan Bisnis Combo
• Tabungan Panin
2. Bank Permata
• TabunganPermata Bebas
• Tabungan Optima
Perusahaan
3. Bank Central Asia
• Tahapan
• Tapres
4. Bank Danamon
• Danamon Lebih
5. Bank Nasional Indonesia
• Tabungan Plus (TAPLUS)
• BNI Taplus Bisnis
6. Bank Rakyat Indonesia
• Tabungan BritAma
• Simpedes
Nominal
Suku Bunga
Rp. 1-5 juta
Rp. 5-25 juta
Rp. 25-100 juta
Rp. 100-500 juta
Rp. 500 juta- 1 Milyar
> Rp. 1 Milyar
Rp. 5-25 juta
Rp. 25-500 juta
> Rp. 500 juta
> Rp.100 juta
Rp. 250 ribu-5 juta
Rp. 5-25 juta
Rp. 25-100 juta
Rp. 100-500 juta
Rp. 500 juta- 1 Milyar
> Rp. 1 Milyar
2.25%
3.25%
3.50%
3.75%
4.25%
5.25%
2.00%
5.50%
6.50%
1.00%
2.00%
3.00%
3.25%
3.50%
3.75%
4.25%
< Rp. 1 juta
≥ Rp.1-50 juta
≥ Rp. 50 juta
Rp. 0 - < 100 juta
Rp. 100 - < 1 Milyar
≥ Rp. 1 Milyar
0.00%
1.00%
2.00%
1.00%
5.50%
6.00%
< Rp. 1 juta
≥ Rp. 1-10 juta
≥ Rp. 10-100 juta
≥ Rp. 100 juta – 1 Milyar
≥ Rp. 1 Milyar
< Rp. 1 juta
≥ Rp. 1-10 juta
≥ Rp. 10-100 juta
≥ Rp. 100 juta – 1 Milyar
≥ Rp. 1 Milyar
0.00%
1.75%
2.00%
2.25%
3.00%
0.00%
1.75%
2.25%
2.75%
3.75%
≥ Rp. 1-10 juta
1.00%
≥ Rp. 1 juta
≥ Rp. 5 juta
2.50%
3.50%
> Rp. 500 ribu- 5 juta
> Rp. 5-100 juta
> Rp. 100 juta – 1 Milyar
> Rp. 1 Milyar
> Rp. 500 ribu- 5 juta
> Rp. 5-100 juta
> Rp. 100 juta – 1 Milyar
> Rp. 1 Milyar
0.00%
2.00%
3.25%
4.00%
0.00%
2.00%
3.25%
4.00%
Sumber : Kuesioner dari Bank Swasta dan BUMN (diolah)
137 Lampiran 11. Suku Bunga Deposito untuk Nominal ≥ Rp. 10 Milyar
Jangka Waktu (Bulan)
Nama Bank
1
PT Bank Central Asia
Tbk
PT Bank Danamon
Indonesia Tbk
PT Bank Permata Tbk
PT ANZ Panin Bank
PT Bank JB Tbk*
PT BNI Tbk
PT BRI Tbk*
6
12
5.75%
5.75%
7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1%
7%+1%
7%+1%
7%+1%
7.00%
6.50%
7.00%
5.50%
7%+1.2%
7.00%
6.75%
7.00%
6.75%
7%+1.2%
7.00%
6.75%
7.00%
6.75%
5.50%
2
-
7%+1%
6.50%
5.50%
3
5.75%
7%+1%
7.00%
6.50%
7.00%
5.50%
4
-
7%+1.2%
6.75%
-
Sumber : Kuesioner dari masing-masing bank (diolah)
Keterangan:
Special rate yang diberikan oleh Bank PT Bank Danamon Indonesia Tbk
dan PT Bank Permata Tbk dapat berubah-ubah, karena akan tergantung
oleh kebijakan masing-masing cabang dan selama masa promosi belum
berakhir dan tanda bintang (*) menunjukkan bunga yang diberikan adalah
counter rate.
138 Lampiran 12. Produk Simpanan (Tabungan dan Deposito) dari Pesaing PT
Bank BJB Tbk.
1. BANK PANIN
a. Deposito Panin
Deposito Panin adalah simpanan berjangka waktu tertentu dalam
mata uang Rupiah dan/atau valuta asing, dengan tingkat suku bunga yang
bervariasi dan kompetitif, sesuai kebutuhan investasi Nasabah. Keuntungan
Deposito Panin sebagai berikut:
• Tingkat suku bunga bervariasi dan kompetitif
• Pilihan berbagai mata uang Rupiah dan Asing
• Kurs mata uang asing yang kompetitif
• Jangka waktu simpanan yang bervariasi sesuai kebutuhan(7 hari, 14
hari atau 1, 3, 6, 12 hingga 24 bulan)
• Pencairan atau perpanjangan deposito secara mudah
• Jaringan kantor yang luas
b. Tabungan Bisnis Panin
Keuntungan dari Tabungan Bisnis Panin:
•
Detail transaksi yang lengkap pada buku tabungan
•
Fasilitas account sweeping
•
Fasilitas appointee
2. Bank Central Asia
a. Deposito BCA
Deposito Berjangka BCA memberikan keuntungan dan memiliki
keleluasaan tinggi. Jangka waktu deposito mulai 1, 3, 6, 12 bulan.
Keuntungan Deposito Berjangka BCA:
• Ada 8 pilihan mata uang: Rupiah, USD, SGD, HKD, AUD, JPY, GBP,
dan EUR.
• Dapat mentransfer bunga deposito nasabah secara otomatis ke rekening
Giro/Tapres/Tahapan BCA/BCA Dollar atau rekening di bank lain.
• ARO (Automatic Roll Over): Perpanjangan nominal deposito secara
otomatis.
139 • ARO+: Perpanjangan nominal deposito plus bunga secara otomatis
pada saat jatuh tempo dengan jangka waktu yang sama.
• Non ARO: Bila tidak ada permintaan dari deposan, maka deposito yang
sudah jatuh tempo tidak akan diperpanjang secara otomatis.
• Suku bunga yang kompetitif.
• Bisa digunakan sebagai jaminan kredit.
b. Tahapan Gold
Tahapan Gold yang disediakan khusus bagi nasabah bisnis dalam
membantu kelancaran usahanya. Selain berbagai keunggulan Tahapan Gold
di atas, nasabah masih tetap dapat menikmati berbagai manfaat lain sama
seperti fasilitas Tahapan BCA.
Keunggulan Tahapan Gold:
1. Ukuran buku tabungan yang lebih Kecil
2. Informasi mutasi rekening lebih lengkap
3. Layanan Autoprint
4. Layanan Appointee
5. Automatic Transfer System (ATS) online
c. TAPRES
• Dapatkan Kartu TAPRES yang berfungsi sebagai kartu identitas, kartu
ATM BCA Gold yang dan sekaligus juga berfungsi sebagai kartu Debit
BCA dan Tunai BCA.
• Nikmati
berbagai
kemudahan
layanan
yang
ditawarkan
oleh
jaringan ATM BCA dan kantor cabang yang terhubung secara online di
seluruh Indonesia, mulai dari penarikan tunai, transfer sampai pembelian
pulsa isi ulang dari sejumlah operator telepon seluler.
• Gunakan Kartu Tapres untuk berbelanja di ribuan outlet toko yang
memasang
logo Debit
BCA,
dan
pengambilan
uang
tunai
di
merchant/toko Tunai BCA.
• Kemudahan
mengecek
layanan BCA by Phone*)
posisi
terakhir
saldo
tabungan
melalui
140 • Nasabah dapat memilih pengiriman laporan rekening bulanan dikirim
melalui surat, atau diambil sendiri di kantor cabang BCA yang Nasabah
inginkan.
3. Bank Danamon
a. Deposito Danamon Simpan Pinjam
Deposito DSP adalah produk simpanan berjangka Danamon Simpan
Pinjam yang memberikan keuntungan bunga lebih besar dari tabungan
dengan minimum penempatan Rp 1 juta. Deposito yang telah jatuh tempo
dapat diperpanjang kembali sampai dengan periode tertentu. Sebagai bukti
penempatan dana pada Deposito DSP, Nasabah akan mendapat bilyet
deposito.
b. Danamon Lebih
Ada lima kelebihan dari tabungan Danamon Lebih antara lain:
• Bebas biaya bulanan
• Cash back dimana-mana, 5%
• Gratis asuransi jiwa
• Gratis biaya transfer di atm danamon dan gratis tarik tunai di 18.000 atm
bersama
• Banyak kejutan hadiahnya
c. Produk dan Layanan PrimaGold
¾ RETAIL BONDS
Untuk mengantisipasi kebutuhan nasabah akan produk-produk
investasi, kami persembahkan produk ekslusif Retail Bonds yang
merupakan layanan pembelian dan penjualan obligasi pemerintah
melalui Bank Danamon. Potensi keuntungan Nasabah akan semakin
maksimal dengan fitur produk dan service prima dari officer kami.
Fitur Produk:
• Obligasi yang Ditawarkan : Obligasi Pemerintah dan Surat Utang
Negara (SUN)
• Jangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi : Lebih dari 1 Tahun
• Jenis Bonds : Variable dan Fix Coupon Rate
• Harga : Kompetitif
141 • Minimal Investasi : IDR 500.000.000
Service:
• Layanan Bank Danamon Custodial Services untuk penyimpanan,
coupon collection & penilaian portfolio obligasi
• Daily Market Commentary
• Daily Market Quote
• Monthly Valuation Statement
Resiko Investasi Minimal
Dengan melakukan investasi dalam Obligasi Pemerintah
investor akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dari Deposito
dengan resiko yang minimal.
Proteksi Keuntungan Investasi Nasabah untuk Jangka Panjang
Tingkat pengembalian atas Investasi Nasabah akan terproteksi untuk
jangka panjang dengan adanya coupon obligasi dengan jenis Fixed
maupun Variable Rate.
¾ Dua Jenis Deposito Bank Danamon
Deposito On Call
• Kemudahan dan keleluasaan mengatur dana sesuai kebutuhan aliran
kas dengan keuntungan maksimal.
• Jangka waktu penempatan dana antara 7 sampai 17 hari
• Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah, USD, AUS, SGD
• Minimum Deposito Rp 100 juta atau USD 25.000 untuk perorangan
Deposito Berjangka
• Deposito bulanan dengan jangka waktu penempatan dana yang
paling fleksibel
• Pilihan jangka waktu penempatan dana 1, 2, 3, 6, dan 12 bulan
• Tersedia dalam mata uang Rupiah, Dollar Amerika, Dollar
Singapura dan Dollar Australia dengan setoran awal untuk
perorangan
sebesar
Rp
8.000.000,-
Perusahaan/yayasan/koperasi sebesar Rp 10.000.000,-
dan
untuk
142 • Manfaatkan
pula
fasilitas
tambahan
berupa Automatic
Roll
Over dengan bunga deposito yang dapat ditempatkan pada rekening
tabungan.
4. Bank Rakyat Indonesia
a. Deposito BRI
Produk Deposito BRI yang memberikan kenyamanan dan keamanan
dalam investasi dana Nasabah.
Keunggulan
• Keleluasaan dalam memilih jangka waktu Deposito BRI, mulai dari
1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan
• Bebas biaya administrasi
• Pencairan sebagian nominal Deposito BRI tanpa merubah nomor
rekening
• Pencairan Deposito BRI di unit kerja lainnya.
• Suku bunga kompetitif
• Suku bunga negosiasi (apabila memenuhi kriteria tertentu)
Fasilitas
• Perpanjangan Deposito BRI dapat dilakukan secara otomatis (automatic
roll-over)
• Pencairan Deposito BRI pada saat jatuh tempo dapat dilakukan secara:
1. Tunai
2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI
3. Ditransfer / kliring ke rekening Bank lain
• Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara:
1. Tunai
2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI
3. Dikliringkan ke rekening Bank lain
4. Menambah pokok Deposito BRI pada saat perpanjangan (add-on)
5. Kombinasi dari beberapa pilihan tersebut di atas
b. Deposit On Call (DOC)
Produk Deposit on Call (DOC) Bank BRI merupakan produk
deposito yang menawarkan hasil investasi yang tinggi.
143 Keunggulan:
1. Suku bunga kompetitif
2. Bebas biaya administrasi
3. Jangka waktu 7 hari s/d 1 bulan kurang 1 hari
Fasilitas:
1. Pilihan mata uang: Rupiah, USD dan EUR
2. Pencairan Deposit on Call (DOC) pada saat jatuh tempo dapat dilakukan
secara:
a. Tunai
b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI
c. Ditransfer/kliring ke rekening Bank lain
3. Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara:
a. Tunai
b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI
c. Ditransfer/kliring ke rekening pada Bank lain
d. Tabungan BritAma
Fasilitas Tabungan BritAma:
1. Fasilitas Transfer Otomatis Antar Rekening.
2. Automatic Fund Transfer (AFT), yaitu fasilitas untuk mentransfer dana
dari rekening BritAma ke rekening simpanan di BRI, baik di Kanca
sendiri ataupun di Kanca lain, setiap tanggal tertentu dengan nominal
transfer tertentu yang bersifat tetap (secara rutin).
3. Account Sweep, adalah fasilitas untuk mentransfer dana dari satu
rekening ke rekening lainnya di Kanca sendiri ataupun di Kanca lain
secara otomatis yang sebelumnya di set up saldo minimal atau saldo
maksimalnya. Transfer otomatis terjadi apabila batas saldo minimal atau
maksimal tersebut terlampaui. Fasilitas ini dapat digunakan untuk
keperluan BritAma mem-back up giro secara otomatis.
4. Automatic Grab Fund (AGF), yaitu fasilitas transfer otomatis untuk
menarik (mendebet) dana secara otomatis oleh satu rekening dari
rekening lainnya, baik di Kanca sendiri maupun kanca lain. Inisiatif
pendebetan berasal dari rekening yang akan mendebet, dengan nominal
144 transaksi yang bersifat tetap. Fasilitas ini dapat digunakan untuk
pembayaran angsuran pinjaman secara otomatis, dimana rekening
pinjaman akan secara otomatis mendebet rekening BritAma untuk
membayar angsurannya.
5. Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident). Setiap nasabah BritAma
dengan saldo minimal Rp 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah), berhak atas
jaminan asuransi kecelakaan diri (Personal Accident) dengan nilai
pertanggungan sebesar 250 % dari saldo dan maksimal pertanggungan
Rp. 100.000.000,-. Selain itu asuransi BritAma juga mengcover rawat
inap dan cacat tetap.
6. Aksesibilitas BRI Card
7. Jaringan BRI Card
8. Undian Berhadiah Miliaran Rupiah
5. Bank Nasional Indonesia
a. BNI Deposito
BNI Deposito merupakan simpanan berjangka yang menjadikan
simpanan Nasabah aman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif.
Keuntungan
• Tingkat suku bunga kompetitif.
• Dapat dijadikan sebagai jaminan kredit.
• Dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan *)
Kemudahan
• Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah dengan nilai nominal Rp.
8.000.000,00 atau asing (USD, JPY, GBP, SGD, HKD, EURO).
• Bunga dapat ditransfer ke rekening Tabungan, Giro atau menambah
pokok simpanan.
• Pada saat jatuh tempo dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic
Roll Over/ARO) atau tidak otomatis (non ARO)
• Tersedia pilihan jangka waktu :1, 6, 12, 24, 36 bulan
145 b. Tabungan Plus (TAPLUS)
Keunggulan
• Bunga BNI TAPLUS dihitung atas dasar saldo harian.
Penarikan tunai melalui teller tidak dibatasi jumlahnya, sedangkan
melalui ATM BNI sebesar Rp. 5 juta per hari.
• Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan di semua cabang/capem
BNI.
• Dapat dipakai sebagai agunan kredit (Cash Collateral Credit).
• TAPLUS dapat digunakan untuk pembayaran listrik, telepon, pajak dan
KPR melalui BNI.
• Dapat dipakai sebagai alat pembayaran di toko-toko (merchant) yang
memasang logo Master Card.
• Dapat diikutkan dalam program hadiah, apabila BNI akan memberikan
hadiah kepada penabung TAPLUS.
6. Bank Permata
a. Permata Deposito
Permata Deposito adalah produk simpanan berjangka yang
memberikan keuntungan bunga lebih besar dari tabungan dan memiliki
jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 12 bulan sesuai
rencana Nasabah. Permata Deposito juga memberikan pilihan mata uang
Rupiah atau asing (USD, JPY, SGD, HKD). Jika nominal deposito lebih
atau sama dengan Rp. 500 juta, maka suku bunganya adalah sebesar 7%.
b. Permata Deposito Syariah
Permata Deposito Syariah merupakan produk khusus bagi Nasabah
yang menginginkan investasi dengan pola bagi hasil (nisbah) yang optimal.
PermataDeposito Syariah menggunakan prinsip Mudharabah Muthlaqah
dimana Nasabah memberi kebebasan penuh kepada PermataBank Syariah
untuk mengelola dana secara produktif, menguntungkan dan memenuhi
prinsip syariah. Keuntungan dari pengelolaan dana tersebut akan
dibagihasilkan
sebelumnya.
sesuai
dengan
nisbah/porsi
yang
telah
disepakati
146 Manfaat dan Kelebihan
• Investasi berjangka dengan berbagai pilihan jangka waktu dalam mata
uang rupiah (IDR) maupun US Dollar (USD).
• Bagi hasil keuntungan atas pengelolaan dana nasabah, sesuai dengan
nisbah yang disepakati saat pembukaan rekening.
• Jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan sesuai rencana nasabah. Pokok deposito tidak dapat dicairkan
sampai dengan jatuh tempo.
• Masing-masing jangka waktu memiliki nilai nisbah yang berbeda-beda,
dengan bagi hasil dilakukan pada setiap bulannya.
• Pokok deposito dapat di roll-over secara otomatis (ARO/Automatic Roll
Over).
• Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.
• Hasil Investasi dapat diambil secara tunai, otomatis dikreditkan ke
rekening tabungan/giro di PermataBank Syariah, atau ditambahkan ke
pokok deposito, sesuai dengan keinginan Nasabah.
Download