BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pakar Sistem pakar adalah

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem Pakar
Sistem pakar adalah sistem informasi berbasis komputer yang
menggunakan pengetahuan pakar untuk mencapai performa keputusan tingkat
tinggi dalam domain persoalan yang sempit. Konsep dasar sistem pakar
mencangkup beberapa persoalan mendasar, antara lain apa yang dimaksud
dengan keahlian, siapa
yang disebut pakar, bagaimana keahlian dapat
ditransfer, dan bagaimana sistem bekerja (Turban, 2005).
1. Pakar
Menurut Turban (2005), pakar (expert) adalah orang yang memiliki
pengetahuan, penilaian, pengalaman dan metode khusus, serta kemampuan
untuk menerapkan bakat ini dalam memberikan nasihat dan memecahkan
persoalan. Tugas seorang pakar untuk menyediakan pengetahuan tentang
bagaimana melaksanakaan suatu tugas yang akan dijalankan oleh sistem
berbasis pengetahuan. Pakar mengetahui fakta mana yang penting dan
memahami arti hubungan diantaranya. Misalnya, dalam mendiagnosis
persoalan sistem listrik mobil, pakar mekanik mengetahi bahwa pengikat
kipas dapat dan menyebabkan baterai discharge.
Menurut Kusrini (2006), seorang pakar/ahli (human expert) adalah
seorang individu yang memiliki kemampuan pemahaman yang superior
atas suatu masalah. Misalnya: seorang dokter, penasihat keuangan, pakar
mesin mobil, dll. Seorang pakar memiliki kemampuan:
a. Dapat mengenali dan merumuskan masalah.
b. Menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.
c. Menjelaskan solusi.
d. Belajar dari pengalaman.
e. Restrukturisasi pengetahuan.
f. Menentukan relevansi/hubungan.
g. Memahami batas kemampuan.
4
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
2. Keahlian
Keahlian adalah pengetahuan ekstensif yang spesifik terhadap tugas
yang dimiliki pakar. Tingkat keahlian menentukan performa keputusan
keahlian sering dicapai dari pelatihan, membaca dan mempraktikkan.
Keahlian mencangkup pengetahuan eksplisit, misalnya teori yang
dipelajari dari buku teks atau kelas, dan pengetahuan implisit yang
diperoleh dari pengalaman (Turban, 2005).
Menurut Kusrini (2006), kepakaran/keahlian merupakan pemahaman
yang luas dari tugas atau pengetahuan spesifik yang diperoleh dari
pelatihan, membaca, dan pengalaman. Jenis-jenis pengetahuan yang
dimiliki dalam kepakaran:
a. Teori-teori dari permasalahan.
b. Aturan dan prosedur yang mengacu pada area permasalahan.
c. Aturan yang harus dikerjakan pada situasi yang terjadi.
d. Strategi global untuk menyelesaikan berbagai jenis masalah.
e. Pengetahuan tentang pengetahuan.
f. Fakta-fakta.
3. Struktur Sistem Pakar
Menurut Turban (2005), sistem pakar dapat ditampilkan oleh dua
lingkungan: lingkungan pengembang dan lingkungan konsultasi (runtime).
Lingkungan pengembang digunakan oleh pembangun sistem pakar untuk
membangun komponen dan memasukan pengetahuan ke dalam basis
pengetahuan. Lingkungan konsultasi digunakan oleh nonpakar untuk
memperoleh pengetahuan dan nasihat pakar. Lingkungan ini dapat
dipisahkan setelah sistem lengkap. Gambaran struktur sistem pakar dapat
dilihat seperti pada Gambar 1, berikut ini:
5
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Lingkungan Pengembang
Lingkungan Konsultasi
Pengguna
Basis pengetahuan
Fakta: Apa yang diketahui tentang area domain
Aturan: Referensi logika (misalnya, antaragejala dan
penyebab)
Fakta tentang
kejadian khusus
Antarmuka
Pengguna
Knowledge engneer
Fasilitas
Penjelasan
Pengetahuan
terdokumentasi
Tindakan yang
ditrekomendasikan
Penerjemah
Pembuat jadwal
Penguat
konsistensi
Mesin inferensi
menarik kesimpulan
Blackboard (tempat kerja)
Rencana
Agenda
Solusi
Deskripsi masalah
Akuisisi
Pengetahuan
Pengetahuan pakar
Perbaikan
pengetahuan
Gambar 1. Struktur Sistem Pakar
4. Metode Inferensi Dalam Sistem Pakar
Menurut Turban, dkk. (2005), metode inferensi merupakan suatu
cara penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh mesin inferensi untuk
menyelesaikan masalah. Ada dua metode inferensi yang umum dalam
sistem pakar, yaitu:
a. Forward Chaining (Runut Maju)
Forward chaining mencari JIKA terlebih dahulu. Setelah semua
kondisi JIKA dipenuhi, aturan dipilih untuk mendapatkan kesimpulankesimpulan yang diambil dari yang terakhir, maka ia akan digunakan
sebagai fakta untuk disesuaikan dengan kondisi JIKA aturan yang lain
untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih baik. Proses ini berlanjut
hingga mendapat kesimpulan akhir.
b. Backward Chaining (Runut Mundur)
Backward
chaining
adalah
kebalikan
forward
chaining.
Pendekatan mulai dari kesimpulan dan hipotesis bahwa kesimpulan
adalah benar. Mesin inferensi kemudian mengidentifikasi kondisi JIKA
yang diperlukan untuk membuat kesimpulan benar dan mencari fakta
untuk menguji apakah kondisi JIKA adalah benar. Jika kondisi JIKA
adalah benar, maka aturan di pilih dan kesimpulan dicapai.
6
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Menurut Kusrini (2006), cara kerja metode inferensi runut maju dan
runut balik di jelaskan seperti Gambar 2 dan Gambar 3, berikut ini:
Gambar 2. Runut Maju
Gambar 3. Runut Balik
B. Penyakit Kulit
Penyakit kulit merupakan suatu kelainan atau kondisi abnormal yang
terjadi pada kulit permukaan tubuh, berbagai faktor penyebab penyakit kulit
ialah:
1.
Infeksi bakteri dan virus
2.
Infeksi jamur
3.
Infeksi parasit dan insekta
4.
Penyakit kulit karena reaksi alergi
5.
Kebersihan diri yang buruk
6.
Lemahnya daya tahan tubuh
Menurut Harahap (2000), penyakit jamur kulit atau dermatomikosis
adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan oleh
infeksi jamur. Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan di Indonesia, yang
merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga
kurang sempurna. Di Jakarta golongan penyakit ini sepanjang masa selalu
7
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
menempati urutan kedua setelah dermatitis. Di daerah yang lain seperti
Padang, Bandung, Semarang, Surabaya dan Menado, keadaannya kurang
lebih sama, yakni menempati urutan ke-2 sampai ke-4 terbanyak
dibandingkan golongan penyakit lainnya.
Jenis-jenis penyakit kulit infeksi jamur:
1.
Tinea Versikolor (Panu)
Menurut
Siregar (2004), tinea versikolor dijelaskan sebagai
berikut:
a. Definisi: Tinea versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang
ditandai oleh adanya makula di kulit, skuama halus disertai rasa gatal.
b. Penyebab dan epidemiologi:
1) Penyebab: Malassezia furfur/ Pityrosporum orbiculare.
2) Umur: dapat menyerang hampir semua umur
3) Jenis kelamin: menyerang pria dan wanita
4) Bangsa/ras: semua bangsa.
5) Daerah: hampir seluruh dunia.
6) Kebersihan/
higiene:
kurangnya
kebersihan
memudahkan
penyebaran tinea versikolor.
7) Lingkungan: keadaan basah atau berkeringat banyak, menyebabkan
stratum korneum melunak sehingga mudah dimasuki Malassezia
furfur.
c. Gejala singkat penyakit: Biasanya timbul makula dalam berbagai
warna dan ukuran, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal, atau tanpa
keluhan dan hanya gangguan kosmetik saja.
d. Pemeriksaan kulit:
1) Lokalisasi: dapat terjadi dimana saja di permukaan kulit, lipat paha,
ketiak, leher, punggung, dada, lengan, wajah dan tempat-tempat tak
tertutup pakaian.
8
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
2) Efloresensi/
sifat-sifatnya:
berupa
makula
yang
dapat
hipopigmentasi, kecoklatan, keabuan, atau kehitam-hitaman dalam
berbagai ukuran, dengan skuama halus di atasnya.
e. Penatalaksanaan:
1) Umum
: menjaga higiene perseorangan.
2) Khusus (topical) :
Bentuk macular: salep Whitfield atau larutan natrium tiosulfit
20% dioleskan setiap hari.
Bentuk folikular: dapat dipakai tiosulfas natrikus 20-30%.
Obat-obat anti jamur golongan imidazole (ekonazol, mikonazol,
klotrimazol, dan tolsiklat) dalam krim atau salep 1-2% juga
berkhasiat.
Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari.
Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu.
Menurut Harahap (2000), pitiriasis versikolor adalah infeksi super
fisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur
atau Pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan
biasa tanpa peradangan. Pitiriasis versikolor mengenai muka, leher,
badan, lengan atas, ketiak, pada dan lipat paha.
Menurut Morris-Jones (2014), pitriasis versikolor mempengaruhi
punggung bagian atas, leher, dada dan lengan. Biasanya lesi menjadi
jelas saat terkena sinar matahari. Jenis lesi versikolor dibagi menjadi dua
yaitu dari lesi berwarna coklat gelap sampai lesi berwarna coklat pucat
atau coklat halus. Organisme penyebabnya adalah M. Furfur.
Pengobatannya menggunakan krim topikal selenium sulfida (Selsun) dan
krim topikal ketokonazol 2%, digunakan 2 kali sehari selama 2 minggu,
dilaporkan tingkat kesembuhannya antara 70 dan 80% dari pasien, tetapi
sepertiganya kambuh. Pengobatan sistematik menggunakan ketokonazole
(200mg sekali sehari selama 2 minggu), flukonazol (300mg sekali
9
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
seminggu selama 2 minggu) atau itrakonazol (200mg sehari sekali
selama 7 hari) memberikan hasil yang sebanding.
2.
Tinea Nigra Palmaris
Menurut Siregar (2004), tinea Nigra Palmaris dijelaskan sebagai
berikut:
a. Definisi: Tinea nigra palmaris adalah penyakit infeksi jamur
superfisial yang menyerang telapak kaki dan tangan, menimbulkan
gambaran khas berupa warna coklat-kehitaman pada kulit.
b. Penyebab dan epidemiologi:
a. Penyebab: Cladosporium werneckii.
b. Umur: biasanya menyerang anak-anak.
c. Jenis kelamin: pria sama dengan wanita
d. Bangsa/ras: semua bangsa dapat dikenai penyakit ini.
e. Daerah: lebih mudah berkembang pada daerah tropis beriklim
panas dengan kelembaban tinggi.
f. Kebersihan/higiene: lebih mudah menyerang orang dengan
kebersihan yang kurang dan higiene yang rendah.
g. Lingkungan: yang kotor dengan udara lembab dan panas
mempermudah penyebaran penyakit.
c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama
dan tambahan: Mulai dengan bintik-bintik hitam kecoklatan pada
telapak kaki atau tangan, yang makin lama makin besar hingga
mencapai ukuran uang logam. Kadang-kadang terasa nyeri atau
sedikit gatal.
d. Pemeriksaan kulit:
a. Lokalisasi: telapak kaki dan tangan.
b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: makula hiperpigmentasi miliar sampai
nummular dengan gambaran polisiklis.
10
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
e. Penatalaksanaan: Salep yang mengandung asam salisilat 3-5% dan
asam benzoat 5-10% banyak menolong. Preparat imidazol 1-2%
dalam krim atau salep berkhasiat baik.
3.
Tinea Kapitis
Menurut Siregar (2004), tinea kapitis dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi: Tinea kapitis adalah infeksi jamur superfisial yang
menyerang kulit kapala dan rambut.
b. Penyebab dan epidemiologi:
a. Penyebab:
golongan
dermatofita,
terutama
T.
rubrum,
T.
mentagrophytes dan M. gypseum.
b. Umur: umumnya anak-anak sekolah dasar
c. Jenis kelamin: anak pria lebih banyak dari anak wanita.
d. Bangsa/ras: semua bangsa dapat terkena penyakit ini.
e. Daerah: lebih banyak pada daerah beriklim panas.
f. Kebersihan/higiene: kebersihan yang buruk dan kontak dengan
binatang peliharaan seperti anjing atau kucing berperan dalam
penularan.
g. Lingkungan: lingkungan kotor dan panas, serta udara yang lembab
ikut berperan dalam penularan.
c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama
dan keluhan tambahan: Jamur dapat masuk ke dalam kulit kepala atau
rambut, dan selanjutnya berkembang membentuk kelainan di kepala
tergantung dari bentuknya. Biasanya memberi keluhan gatal atau
nyeri.
d. Pemeriksaan kulit:
a. Lokalisasi: daerah kulit kepala dan rambut
b. Efloresensi/ sifat-sifatnya:
Tergantung dari jenisnya:
11
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Gray patch ring worm: papel-papel miliar sekitar muara
rambut, rambut mudah putus, meninggalkan alopesia yang
berwarna coklat.
Black dot ring worm: Infeksi jamur dalam rambut (endotriks)
atau di luar rambut (ektotriks), rambut putus tepat pada
permukaan kulit, meninggalkan makula coklat berbintik-hitam,
dan warna rambut sekitarnya menjadi suram.
Kerion: pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil dengan
skuamasi akibat radang local, rambut putus dan mudah dicabut.
Tinea favosa: bintik-bintik berwarna merah kuning ditutupi
oleh krusta yang berbentuk cawan (skutula). Berbau busuk
(mousy odor), rambut di atasnya putus-putus dan mudah
dicabut.
e. Penatalaksanaan
a. Sistematik: griseofulvin 10-25 mg/kg BB; dewasa 500 mg/hari.
Ketokonazol 5-10 mg/kg BB; dewasa 200 mg/hari selama 7-14
hari.
b. Topikal : Mencuci kepala dan rambut dengan shampoo desinfektan
antimikotik seperti larutan asam salisilat, asam benzoate, dan sulfur
presipitatum. Obat-obat derivate imidazole 1-2% dalam krim atau
larutan dapat menyembuhkan, demikian pula ketokonazol krim
atau larutan 2%.
Menurut Harahap (2000), tinea kapitis adalah kelainan kulit pada
daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita. Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genera
Trichophyton dan Microsporum. Penyakit ini sering terjadi pada anakanak yang dapat ditularkan dari binatang peliharaan seperti kucing dan
anjing. Keluhan penderita berupa bercak pada kepala, gatal, dan sering
disertai rontoknya rambut ditempat lesi tersebut.
12
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Menurut
Morris-Jones
(2014),
tinea
kapitis
lebih
banyak
menyerang pra-remaja atau anak-anak. Patogen jamur utama dalam tinea
kapitis adalah Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Jamur
yang paling umum terisolasi di daerah perkotaan adalah T. Tonsurans;
menembus batang rambut dan ditandai oleh satu atau beberapa bercak
alopesia (kebotakan), sering terdapat kerak dan kadang-kadang terjadi
peradangan. T. Tonsurans harus diobati dengan terapi anti jamur
sistematik untuk membersihkan infeksi endothrix. Secara klinis, tinea
kapitis dibagi menjadi beberapa variasi: difuse scaling, grey patches,
black dots (broken-off hairs), multiple pustules, patchy alopecia.
Alopesia dengan perdangan membentuk kerion dan limfadenopati
oksipital. Sebuah kerion tampak meradang, berawa, pustular lesi pada
kulit kepala yang terjadi ketika ada respon inflamasi cepat.
4.
Tinea Barbae dan Sikosis Barbae
Menurut Siregar (2004), tinea barbae dan sikosis barbae dijelaskan
sebagai berikut:
a. Definisi: Tinea Barbae dan Sikosis Barbae adalah bentuk infeksi
jamur dermatofita pada daerah dagu/jenggot yang menyerang kulit
dan folikel rambut.
b. Penyebab dan epidemiologi:
1) Penyebab: biasanya oleh golongan Trichophyton dan Microsporum.
2) Umur: selalu pada orang dewasa, tak pernah pada anak-anak.
3) Jenis kelamin: biasanya pada pria dewasa.Bangsa/ras:
4) Daerah: daerah tropis dengan kelembaban tinggi
5) Kebersihan/higiene: banyak pada orang-orang dengan higiene
kurang baik.
6) Lingkungan: yang kotor merupakan faktor yang mempermudah
infeksi.
c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama
dan keluhan tambahan: Penderita biasanya mengeluh gatal dan pedih
13
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
pada daerah yang terkena, disertai bintik-bintik kemerahan yang
terkadang bernanah.
d. Pemeriksaan kulit:
1) Lokalisasi: Biasanya pada daerah dagu/jenggot, tapi dapat
menyebar ke wajah dan leher.
2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Rambut daerah yang terkena menjadi
rapuh dan tidak mengkilat, tampak reaksi radang pada folikel
berupa kemerahan, edema, kadang-kadang ada pustula.
e. Penatalaksanaan:
Umum
: - Rambut daerah jenggot dicukur bersih.
- Jaga kebersihan umum.
Khusus
Dapat diberikan griscovulfin 500 mg – 1
: Sistematik :
gram/hari selama 2-4 minggu.
Topikal :
Kompres
sol.
Kaliumpermanganas
1:4.000 atau sol. Asam asetat 0,025%,
2-3 kali sehari.
antifungi sol. Tinactin
epilasi rambut yang terinfeksi
antibiotik bila ada infeksi sekunder.
5.
Tinea Korporis
Menurut Siregar (2004), tinea korporis dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi: Penyakit kulit yang disebabkan jamur superfisial golongan
dermatofita, menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah, badan,
lengan dan tungkai.
b. Penyebab dan epidemiologi:
a. Penyebab: Golongan jamur dermatofita, yang tersering adalah
Epidermophyton floccosum atau T. rubrum.
b. Jenis kelamin: menyerang pria dan wanita.
c. Umur: Semua umur, tetapi lebih sering menyerang orang dewasa.
14
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
d. Bangsa/ras: Penyakit ini tersebar di seluruh dunia.
e. Daerah: Terutama pada daerah tropis
f. Kebersihan/higiene:
Sangat
besar
pengaruhnya
terhadap
perkembangan penyakit ini.
g. Lingkungan: Yang kotor/kebersihan lingkungan mempengaruhi
kebersihan perorangan dalam perkembangan penyakit pada kulit
manusia.
c. Gejala singkat penyakit:
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan
tambahan:
Gejala subjektif
: Keluhan gatal, terutama bila berkeringat.
Gejala objektif
: Makula hiperpigmentasi dengan tepi yang
lebih aktif.
Oleh karena gatal dan digaruk, lesi akan makin meluas, terutama
pada daerah kulit yang lembab.
d. Pemeriksaan kulit
a. Lokalisasi: Wajah, anggota gerak atas dan bawah dada, punggung.
b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: Lesi berbentuk makula/plak yang merah/
hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan penyembuhan sentral. Pada
tepi lesi dijumpai papel-papel eritematosa atau vesikel. Pada
perjalanan penyakit yang kronik dapat dijumpai likenifikasi.
Gambaran lesi dapat polisklinis, anular atau geografis.
e. Penatalaksanaan:
Umum : -meningkatkan kebersihan badan
-menghindari pakaian yang tak menyerap keringat
Khusus : Sistematik :
- antihistamin
- griseofulvin: - anak-anak : 15-20 mg/kg
BB/hari.
- dewasa : 500-1.000 mg/hari
15
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Topikal
: - salep Whitfield
- campuran asam salisilat 5%, asam benzoate
10% dan resorsinol 5% dalam spiritus
- castellani’s paint
- asam undesllenat
- Tolnaftat
- Imidazole
- Ketokonazol
- piroksolamin siklik
Menurut Morris-Jones (2014), tinea korporis juga menyebabkan
pruritus (gatal-gatal). Lesi cenderung eritematosa dengan sisik tepi.
Pengobatan paling efektif untuk tinea korporis yaitu menggunakan
pengobatan topikal dengan krim terbinafine 1%; bahan lainnya termasuk
miconazole, clotrimazole, ketoconazole dan ekonazole digunahan selama
2-4 minggu. Jika terapi sistematik diperlukan, itraconazole (100mg setiap
hari) atau terbinafine (250mg setiap hari) selama 2 minggu biasanya
efektif. Jika anti jamur sistematik tidak tersedia, maka langkah-langkah
sederhana seperti antiseptik Neutral Red atau Castellan dapat digunakan.
Obat salep Whitfield (salep asam benzoat) merupakan salep yang mudah
disipkan dan cukup efektif untuk infeksi jamur superfisial.
6.
Tinea Imbrikata
Menurut
Siregar (2004), tinea imbrikata dijelaskan sebagai
berikut:
a. Definisi: Infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit dengan
gambaran khas berupa skuama kasar yang tersusun konsentris,
sehingga tampak seperti atap genting.
b. Penyebab dan epidemiologi:
1) Penyebab: Trichophyton concentricum.Umur:
2) Jenis kelamin: semua umur
3) Bangsa/ras: dapat menyerang semua ras
16
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
4) Daerah: banyak di daerah tropis
5) Musim/iklim: iklim panas mempermudah perkembangan
6) Kebersihan/higiene:
kebersihan
mempengaruhi
infeksi
T.
concentricum.
7) Lingkungan: lembab dan panas mempengaruhi penyebaran.
c. Gejala singkat penyakit:
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan
tambahan: Tinea imbrikata biasanya menyerang seluruh permukaan
kulit berupa lingkaran-lingkaran yang bersisik kasar dan tampak
menyerupai lingkaran-lingkaran bermata satu (polisiklis). Sisik-sisik
melingkar yang satu menutup yang lain seperti lapisan genting, dapat
disertai perasaan yang sangat gatal.
d. Pemeriksaan kulit:
1) Lokalisasi: Biasanya seluruh tubuh
2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Makula berwarna sperti kulit normal,
berbentuk lingkaran dan ditutupi sisik-sisik kasar, atau beberapa
lingkaran dapat menyatu (polisiklis); skuama saling mendidih
seperti susunan atap genting.
e. Penatalaksanaan:
Sistemik : Griseofulvin 0,5 g selama 1-2 bulan
Topikal : -Keratolitik kuat yang bersifat fungisid antara lain:
krisarobin 5%, sulfur 5% atau asam salisilat 5%.
- Castellari’s paint
- Salep Whitfield 2 kali sehari
- Antimikotik golongan imidazol mempunyai khasiat baik.
Menurut Harahap (2000), tinea imbrikata adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi jamur dematofita yang memberikan gambaran
khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang melingkar-lingkar dan terasa
gatal. Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus,
sehingga sering digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai
17
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
makula eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama yang agak tebal
dan terletak konsentris dengan susunan seperti genting.
7.
Tinea Pedis (Athletes Foot)
Menurut Siregar (2004), tinea pedis dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi: Adalah infeksi jamur superfisial pada pergelangan kaki,
telapak dan sela-sela jari kaki.
b. Penyebab dan epidemiologi:
a. Penyebab: Epidermophyta, Trichophyton, Microsporum dan C.
alibcans, yang ditularkan secara kontak langsung atau tak langsung
b. Umur: Semua umur
c. Jenis kelamin: Dapat menyerang pria dan wanita
d. Bangsa/ras: Bangsa yang hidup di daerah tropis
e. Daerah: lebih banyak di daerah tropis
f. Kebersihan/higiene: Iklim panas memperburuk penyakit
g. Lingkungan: Panas dan udara lembab, serta sepatu yang sempit
sering mempermudah infeksi.
c. Gejala singkat penyakit:
Bentuk klinik:
1) Tipe papulo-skuamosa hiperkeratotok kronik:
Jarang didapati vesikel dan pustule, sering pada tumit dan
tepi kaki dan kadang-kadang sampai ke punggung kaki. Eritema
dan plak hiperkeratotik di atas daerah lesi yang mengalami
likenifikasi. Biasanya simetris, jarang dikeluhkan dan kadangkadang tak begitu dihiraukan oleh penderita.
2) Tipe intertriginosa kronik:
Manifestasi klinis berupa fisura pada jari-jari, tersering pada
sela jari kaki ke-4 dan 5, basah dan maserasi disertai bau yang tak
enak.
3) Tipe subakui:
18
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Lesi intertriginosa berupa vesikel atau pustule. Dapat sampai
ke punggung kaki dan tumit dengan eksudat yang jernih, kecuali
bila mengalami infeksi sekunder. Proses ubakut dapat diikuti
selulitis, limfangitis, limfadenitis dan erysipelas.
4) Tipe akut:
Gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau. Lebih sering
menyerang pria. Kondisi hiperhirdosis dan maserasi pada kaki,
statis vascular, dan bentuk sepatu yang kurang baik terutama
merupakan predisposisi untuk mengalami infeksi.
d. Pemeriksaan kulit:
1) Lokalisasi: Interdigitalis, antara jari-jari ke-3, 4 dan 5; serta telapak
kaki.
2) Efloresensi/ sifat-sifatnya:
- Fisura pada sisi kaki, beberapa millimeter sampai 0,5 cm.
- Sisik halus putih kecoklatan.
- Vesikula miliar dan dalam.
- Vesikopustula miliar sampai lenticular pada telapak kaki dan
sela-sela jari.
- Hiperkeratotok biasanya pada telapak kaki.
e. Penatalaksanaan:
- Profilaksis sangat penting, mengeringkan kaki dengan baik setiap
habis mandi, kaus kaki yang selalu bersih dan bentuk sepatu yang
baik.
- Griseofulvin 500 mg sehari selama 1-2 bulan
- Salep Whitfield I atau II, tolnaftat dan toksiklat berkhasiat baik.
Menurut Morris-Jones (2014), tinea pedis atau kaki atlet adalah
penyakit yang umum terutama menyerang orang dewasa. Mereka yang
sering berada di kolam renang atau mandi, dan para pekerja industri
tampaknya cenderung untuk terinfeksi tinea pedis. Tinea pedis sangat
gatal dan dapat mempengarui setiap bagian dari kaki tetapi sering terjadi
19
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
di antara jari kaki (terutama jari ke empat) dimana kulit menjadi maserasi
(pelunakan melalui perendaman dalam cairan dan mengalami infeksi).
Pengobatan menggunakan krim terbinafine 1% dua kali sehari selama 2-4
minggu, biasanya efektif tetapi infeksi dapat terjadi berulang.
8.
Tinea Manus
Menurut Siregar (2004), tinea manus dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi: Adalah infeksi dermatofita pada tangan
b. Penyebab dan epidemiologi:
a. Penyebab: T. mentagrophytes dan T. rubrum.
b. Umur: Dapat menyerang semua umur
c. Jenis kelamin: Pria dan wanita
d. Bangsa/ras: Semua bangsa
e. Daerah: Daerah tropis mempertinggi infeksi
f. Kebersihan/higiene: Panas dan lembab mempermudah jamur
masuk ke kulit
g. Lingkungan:
Lingkungan
rawa-rawa
yang
selalu
basah
mempermudah infeksi jamur
c. Gejala singkat penyakit:
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan.
Ada 2 tipe : vesikular meradang dan skuamosa tak meradang;
gambaran penyakit dapat berupa vesikel-vesikel atau skuama dengan
eritema yang terbatas tegas disertai rasa gatal.
d. Pemeriksaan kulit:
a. Lokalisasi: Mulai pergelangan tangan sampai ke ujung jari.
b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: Makula eritematosa dengan tepi aktif,
berbatas tegas. Terdapat vesikel atau skuama di atasnya.
e. Penatalaksanaan
Dapat diberikan preparat haloprogin, tolnaftat, asam salisilat,
dan derivat imidazole.
20
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Menurut Harahap (2000), tine manus et pedis merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kulit telapak
kaki dan tangan, jari-jari kaki dan tangan, serta daerah interdigital.
Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus
memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat
yang basah, mencuci, disawah, dan sebagainya
9.
Tinea Unguium (Onikomikosis)
Menurut Siregar (2004), tinea unguium dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi: Infeksi jamur dermatofita pada kuku
b. Penyebab dan epidemiologi:
a. Penyebab: Golongan dermatofita yang sama dengan penyebab tinea
pedis dan manus, misalnya T. mentagrophytes dan T. rubrum.
b. Umur: Lebih sering pada orang dewasa, bersama dengan
c. Jenis kelamin: Menyerang pria dan wanita.
d. Bangsa/ras: Semua ras terutama yang bermukim di daerah tropis.
e. Daerah: Daerah tropis.
f. Kebersihan/higiene: Pada orang yang banyak bekerja dengan air
kotor
g. Lingkungan: Yang lembab atau basah, yang sering kontak pada air
kotor
c. Gejala singkat penyakit:
Pekerjaan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan
tambahan keluhan utama berupaa kerusakan kuku. Kuku menjadi
suram, lapuk dan rapuh dapat dimulai dari arah distal (perimarginal)
atau proksimal. Bagian yang bebas tampak menebal.
d. Pemeriksaan kulit:
a. Lokalisasi: Semua kuku jari tangan dan kaki.
b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: Kuku menjadi rusak dan rapuh serta
suram warnanya, permukaan kuku menebal, di bawah kuku tampak
detritus yang mengandung elemen-elemen jamur. Pada infeksi
21
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
ringan hanya dijumpai bercak-bercak putih dan kasar di permukaan
kuku (leukonikia).
e. Penatalaksanaan:
Umum : Meningkatkan kebersihan/higiene penderita
Khusus : Sistemik :
Griseofulvin; dosis anak 15-20 mg/kg
BB/hari, dosis dewasa 500-1.000 mg/hari
selama 2-4 minggu
- Salep Whitfield I, II
Topikal :
- Kompres asam salisilat 5%, asam benzoate
10% dan resorsinol 5% dalam spritus.
- Casstellant’s paint
- Asam undesilenat dalam bentuk cairan
- Tolnaftat dalam bentuk cairan
- Imidazole dalam bentuk cairan
- Siklopiroksolamin dalam bentuk cairan.
Menurut Harahap (2000), tinea unguium adalah kelainan kuku
yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Penyakit ini sering disebabkan
oleh T. mentagrophytes dan T. rubrum.penyakit ini biasanya menyertai
tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita kuku menjadi rusak dan
warnanya menjadi suram.
Menurut Morris-Jones (2014), onikomikosis mempengaruhi kuku
kaki terutama oranag dewasa dan biasanya disebabkan oleh jamur
dermatofita. Piring kuku menjadi menebal, rapuh dan putih menjadi
kuning/ coklat. Onikomikosis dapat disebabkan oleh infeksi jamur seperti
Candida albacans. Pengobatan topikal harus dipertimbangkan untuk
kuku tunggal atau sangat ringan distal kuku-lempeng onikomikosis.
Bahan tersedia termasuk Amorolfine dan Ciclopirox Olamine 8% solusi
pernis kuku, natrium pyrithione, bifonazole/ urea, imidazol dan
allylamines. Piring kuku yang sakit dapat 'terlarut' menggunakan 40%
urea (Canespro) diterapkan secara hati-hati dengan lempeng kuku,
22
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
tersumbat dengan clingfilm kiri pada malam dan kemudian dihapus
sebelum mengulangi setiap malam selama sekitar 2 minggu. Hal ini
membantu untuk secara fisik menghapus kuku yang terinfeksi tanpa perlu
obat atau operasi. Sebagai piring kuku tumbuh kembali, antijamur topikal
seperti Amorolfine harus digunakan dua kali seminggu untuk mencegah
infeksi ulang. Terapi sistemik dengan terbinafine 250mg setiap hari
untuk 16 minggu (kuku kaki) atau 8 minggu (kuku) biasanya dianggap
cara utama. Terbinafine terus menjadi efektif selama berbulan-bulan
setelah menghentikan obat, dan kuku yang abnormal harus dilihat untuk
'tumbuh‟. Penggunaan itrakonazol (200mg dua kali sehari selama 1
minggu per bulan, untuk total 4 bulan) juga sangat efektif.
10. Tinea Kruris (=eczema marginatum)
Menurut Siregar (2004), tinea kruris dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi: Adalah infeksi jamur dermatofita pada daerah kruris dan
sekitarnya.
b. Penyebab dan epidemiologi:
a. Penyebab: Seringkali oleh E. floccosum, namun dapat pula oleh T.
rubrum dan T. mentagrophytes, yang ditularkan secara langsung
atau tak langsung.
b. Umur: Kebanyakan pada dewasa
c. Jenis kelamin: Pria lebih sering daripada wanita
d. Bangsa/ras: Terdapat di seluruh dunia
e. Daerah: paling banyak di daerah tropis
f. Kebersihan/higiene: Kebersihan yang kurang diperhatikan
g. Lingkungan: yang kotor dan lembab
c. Gejala singkat penyakit:
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan
tambahan:
23
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Rasa gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum,
bokong dan dapat sampai ke genitalia; ruam kulit berbatas tegas,
eritematosa dan bersisik, semakin hebat bila banyak keringat.
d. Pemeriksaan kulit:
1) Lokalisasi: Regio inguinalis bilateral, simetris. Meluas ke
perineum, sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula
meluas ke suprapubis dan abdomen bagian bawah.
2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Makula eritematosa nummular sampai
geografis, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula
atau pustula. Bila kronik macula menjadi hiperpigmentasi dengan
skuama di atasnya.
e. Penatalaksanaan:
Topikal: Salep atau krim antimikotik. Lokasi ini sangat peka
nyeriu, jadi konsentrasi obat harus lebih rendah dibandingkan
lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoate, sulfur dan
sebagainya.
Sistemik: diberikan bila lesi luas dan kronik; griseofulvin 5001.000 mg selama 2-3 minggu atau ketokonazol.
Menurut Harahap (2000), tinea kruris adalah penyakit kulit infeksi
jamur dermatofita dilipat paha, genetalia, dan sekitar anus, yang dapat
meluas kesekitar bokong dan perut bagian bawah. Keluhan penderita
adalah rasa gatal didaerah lipat paha sekitar anogenital. Gambaran klinik
biasanya lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri.
Menurut Morris-Jones (2014), tinea cruris terletak dibagian
selangkangan, biasanya berbentuk kerak kering yang simetris dan bisa
menyebar ke paha dalam bagian atas. Sebaliknya, intens eritema dan
satelit lesi menunjukkan infeksi jamur Candida. Diagnosis banding
meliputi erythrasma karena Corynebacterium minutissimum (yang
mungkin memerlukan eritromisin sistemik / tetrasiklin), psoriasis,
mikosis fungoides dan eksim. Pengobatan paling efektif untuk tinea
24
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
kruris yaitu menggunakan pengobatan topikal dengan krim terbinafine
1%; bahan lainnya termasuk miconazole, clotrimazole, ketoconazole dan
ekonazole digunahan selama 2-4 minggu. Jika terapi sistematik
diperlukan, itraconazole (100mg setiap hari) atau terbinafine (250mg
setiap hari) selama 2 minggu biasanya efektif. Jika anti jamur sistematik
tidak tersedia, maka langkah-langkah sederhana seperti antiseptik Neutral
Red atau Castellan dapat digunakan. Obat salep Whitfield (salep asam
benzoat) merupakan salep yang mudah disipkan dan cukup efektif untuk
infeksi jamur superfisial.
11. Kandidiasis
Menurut Siregar (2004), kandidiasis dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi: Suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur
intermediate yang menyerang kulit, subkutan, kuku, selaput lendir dan
alat-alat dalam.
b. Penyebab dan epidemiologi:
a. Dapat ditularkan secara langsung atau tak langsung
b. Penyebab: Candida albicans.
c. Umur: Dapat menyerang pada segala umur
d. Jenis kelamin: Menyerang pria dan wanita
e. Bangsa/ras: Tak jelas hubungan ras dengan penyakit ini, tetapi
insiden diduga lebih tinggi di negara berkembang.
f. Daerah: Lebih banyak pada daerah tropis dengan kelembaban udara
yang tinggi
g. Kebersihan/higiene: Terutama menyerang pekerja kebun, tukan
cuci, petani.
h. Musim/iklim: Lebih banyak pada musim hujan, sehubungan
dengan daerah-daerah yang tergenang air.
i. Faktor-faktor predisposisi lain seperti pemakaian antibiotic yang
lama, obseitas, alcohol, gangguan vaskularisasi, hyperhidrosis dan
lain-lain.
25
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
c. Gejala singkat penyakit:
Kulit : Gatal hebat disertai panas seperti terbakar, terkadang nyeri
bila ada infeksi sekunder.
Kuku : Sedikit gatal dan nyeri bila ada infeksi sekunder, kuku akan
berwarna hitam coklat, menebal, tak bercahaya, biasanya dari
pangkal kuku ke distal. Di sekitar pangkal kuku didapatkan vesikelvesikel dan daerah erosive dengan skuama.
Mukosa : Terutama mulut, ditemukan ulkus-ulkus ringan putih
keabuan tertutup suatu membran.
d. Pemeriksaan kulit:
a. Lokalisasi: Kulit:
Bokong sekitar anus, lipat ketiak, lipat paha,
bawah payudara, sekitar pusat, garis-garis kaki dan tangan; kuku.
b. Efloresensi/ sifat-sifatnya:
Kulit: Daerah eritematosa, erosi, kadang-kadang dengan papula
dan bersisik. Pada keadaan kronik, daerah-daerah likenifikasi,
hiperpig mentasi, hyperkeratosis dan terkadang berfisura.
Kuku: Kuku tak bercahaya, berwarna hitam coklat, menebal,
kadang-kadang bersisik. Sekitar kuku eritematosa, erosive
dengan vesikel.
e. Penatalaksanaan
Perbaiki keadaan umum, dan atasi faktor-faktor predisposisi.
- Pemakaian antibiotic secara berhati-hati
- Hindari obseitas
- Hindari bekerja pada tempat-tempat yang lembab/banyak air.
Sistematik
: - Amfoterisin B 0,5-1 mg/kg BB intravena
- Tablet nistatin 3 x 100.000 U selama 1-4 minggu
Topikal
: - Larutan gentian violet 1-2%
- Nistatin 100.000 U/ml terutama pada kandidiasis
mukosa
26
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
- Ekonazol 1-2% (krim atau larutan)
- Mikonazol 1-2% 9krim, solusio atau bedak);
toksiklat 1-2% (bedak, larutan atau krim).
Menurut Harahap (2000), kandidasi suatu penyakit akut atau sub
akut, disebabkan jamur intermediat yang menyerang kulit, kuku, selput
lendir, dan alat-alat dalam.
Menurut Morris-Jones (2014), infeksi kandida dapat terjadi di
lipatan bayi, pasien usia lanjut atau yang banyak bergerak, terutama di
bawah payudara dan lipatan kulit perut. Kandida harus dibedakan dari
psoriasis, yang biasanya tidak gatal; dermatitis seboroik, penyebab umum
dari ruam lentur pada bayi; dan dermatitis kontak / eksim diskoid.
Candida intertrigo simetris dan 'satelit' pustula atau papula luar tepi luar
dari ruam yang khas. Jamur, termasuk C. albicans, dapat ditemukan di
dalam mulut dan vagina dari orang yang sehat. Lesi klinis di mulut - plak
putih atau eritema dapat berkembang. Faktor predisposisi mencakup
kelemahan umum, kekebalan gangguan (termasuk HIV), diabetes
mellitus, gangguan endokrin dan pengobatan kortikosteroid. Vaginal
candidiasis atau sariawan adalah umum (kadang-kadang berulang)
infeksi wanita muda yang sehat, yang mengarah ke gatal, nyeri dan
keluarnya cairan ringan. Sebagian besar infeksi Kandida serius bisa
diobati
menggunakan
antijamur
topikal
termasuk
clotrimazole,
miconazole dan nistatin dalam berbagai formulasi termasuk pastiles,
lozenges, gel lisan, obat kumur, pessaries, krim dan lotion. Banyak
pasien menemukan perawatan sistemik lebih nyaman seperti 150mg
flukonazol sebagai dosis tunggal atau 200 mg itraconazole dua kali untuk
1 hari. Beberapa obat berinteraksi dengan obat azole, yang utama yang
terfenadine, astemizol, digoxin, midazolam, siklosporin, tacrolimus dan
antikoagulan.
12. Sporotrikosis
Menurut Siregar (2004), sporotrikosis dijelaskan sebagai berikut:
27
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
a. Definisi: Adalah infeksi kronik Sporotrichum schenkii yang ditandai
oleh nodula-nodula pada kulit atau jaringan subkutan akibat
pembengkakan kelenjar limfe, yang kemudian melunak, memecah dan
menjadi ulkus indolen.
b. Penyebab dan epidemiologi:
1) Penyebab: Sporotrichum schenkii
2) Umur: Tak tentu, terutama dewasa
3) Jenis kelamin: Pria lebih sering daripada wanita
4) Distribusi: Daerah pertanian, kelembaban yang tinggi
5) Kebersihan/higiene: Kebersihan kurang
c. Gejala singkat penyakit:
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:
Spora masuk melalui luka, mula-mula timbul papel atau nodula
subkutan, disusul pembengkakan proksimal dari lesi (sesuai aliran
getah bening) papel atau nodula tersebut kemudian pecah membentuk
ulkus granulomatosa disertai peradangan pembuluh limfe yang
menyebar mengikuti aliran pembuluh limfe.
d. Pemeriksaan kulit:
1) Lokalisasi: Bagian tubuh yang terbuka, terutama ekstremitas
2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Mula-mula berbentuk papel/nodula
eritematosa. Kemudian papel/nodula pecah membentuk ulkus,
dinding meninggi, indurasi, dasar terdiri dari jaringan granulsai.
Penyebaran khas limfogen proksimal.
e. Penatalaksanaan:
1) Umum :
Memelihara Kebersihan
Hindari kontak dengan kotoran (tanah)
2) Khusus:
Sistemik:
- Kalium yodida jenuh per oral; dimulai 5 tetes/hari dan
dinaikkan perlahan hingga 30-40 tetes/hari.
28
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
- Amfoterisin B
- Ketokonazol 100-200 mg/hari selama 1 bulan berhasil baik
Topikal: Ulkus. Kompres terbuka dengan kalium yodida 2% dan
yodium 2%.
Menurut Harahap (2000), sporotrikosis adalah infeksi jamur kronis
pada kutis atau sub kutis dengan ciri khas lesi berupa nodus yang
supuratif sepanjang aliran getah bening.
13. Aktinomikosis
Menurut Siregar (2004), aktinomikosis dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi: Adalah penyakit infeksi jamur dalam kronik dengan nodulanodula
supuratif,
granulomatosa
disertai
sinus-sinus
yang
mengeluarkan eksudat purulent.
b. Penyebab dan epidemiologi:
1) Penyebab: Actinomyces israelii
2) Umur: Semua umur
3) Jenis kelamin: Pria: Wanita = 2 : 1
4) Distribusi: Kosmopolit
5) Faktor lain: Higiene yang kurang
c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama
dan keluhan tambahan: Mula-mula terjadi pembengkakan setempat
berwarna merah kehitaman, selanjutnya menjadi benjolan yang keras,
kemudian mengalami perlunakan dan timbul fistel-fistel yang
mengeluarkan eksudat keputihan-keputihan.
d. Pemeriksaan kulit:
1) Lokalisasi: Leher sampai wajah, dinding perut dan dinding dada
2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Nodula-nodula keras berwarna merah
kehitaman disertai sinus-sinus dengan eksudat porulen.
e. Penatalaksanaan:
 Umu
: Menjaga kebersihan terutama kebersihan mulut
 Khusus
:
29
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Sistemik : Penisilin 1-6 juta unit/hari selama 2 bulan
Topikal : Bila belum ada fistel, sebaiknya dieksisi.
Menurut Harahap (2000), aktinomikosis adalah penyakit infeksi
jamur
dalam
dan
kronik
dengan
nodulus-nodulus
supuratif,
granulomatosa disertai sinus-sinus yang mengeluarkan eksudat purulen.
Gambaran klinik berupa pembengkakan setempat berwarna merah
kehitaman yang lanjutannya menjadi benjolan keras dan kemudian
mengalami perlunakan dan timbul fistel-fistel yang mengeluarkan
eksudat keputih-putihan. Penyakit ini terutama menyerang leher sampai
wajah, dinding perut dan dinding dada
14. Kromomikosis
Menurut Siregar (2004), kromomikosis dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi: Adalah mikosis profunda yang biasanya menyerang kulit
dengan gembaran nodular dan verukosa.
b. Penyebab dan epidemiologi:
1) Penyebab: Salah satu dari ke-4 jamur: Phialophora pedroso, P.
verrucosa, P. compacta dan Cladosporium carionii.
2) Umur: Biasanya menyerang orang dewasa.
3) Jenis kelamin: Frekuensinya sama pada pria dan wanita.
4) Bangsa/ras: Semua bangsa
5) Daerah: Lebih banyak pada daerah tropis dan subtropics dengan
iklim panas
6) Kebersihan/higiene: Higiene yang kurang mempermudah infeksi
7) Lingkungan:
Pertanian
dan
peternakan
mempermudah
perkembangan penyakit
c. Gejala singkat penyakit: Jamur masuk dari tanah melalui abrasi kulit,
berkembang membentuk nodula-nodula yang selanjutnya menjadi lesi
verukosa menyerupai kembang kol.
d. Pemeriksaan kulit:
30
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
1) Lokalisasi: Tungkai bawah terutama telapak kaki, punggung kaki
dan bokong
2) Efloresensi/
sifat-sifatnya:
Nodula-nodula
lenticular
sampai
nummular dengan permukaan kasar menyerupai kembang kol dan
berbatas tegas.
e. Penatalaksanaan:
Larutan kalium yodida jenuh 30-50 tetes sehari selama 1-2 bulan
Suntikan amfoterisin B interalesi
Tindakan operatif dengan eksisi luas dan pencangkokan merupakan
alternatif lain.
15. Fikomikosis Subkutis
Menurut Siregar (2004), fikomikosis subkutis dijelaskan sebagai
berikut:
a. Definisi: Adalah infeksi jamur profunda dengan gejala pembengkakan
di bawah kulit. Kenyal pada perabaan, berbatas tegas, dan nyeri.
b. Penyebab dan epidemiologi:
1) Penyebab: Jamur golongan Mucor dan Basidiobolous
2) Umur: Semua umur, terutama anak-anak
3) Jenis kelamin: Frekuensinya sama pada pria dan wanita
4) Daerah: Lebih banyak pada daerah tropis dengan iklim panas
5) Kebersihan/higiene: Sering pada higiene yang kurang.
6) Keturunan: Penderita diabetes mellitus dengan faktor keturunan
lebih mudah terkena penyakit ini.
7) Lingkungan: Lebih mudah berkembang dalam lingkungan petani
dan peternak
c. Gejala singkat penyakit:
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan:
Jamur masuk ke dalam kulit melalui luka-luka kecil atau gigitan
serangga, selanjutnya menimbulkan benjolan-benjolan subkutis,
terkadang timbul fistula yang mengeluarkan cairan serosanguineus.
31
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
d. Pemeriksaan kulit:
1) Lokalisasi: Kaki, leher, tangan dan dada
2) Efloresensi/
sifat-sifatnya:
Nodula-nodula
berbatas
tegas,
permukaan rata; terkadang ada fistula yang mengeluarkan caira
serosanguineus.
e. Penatalaksanaan: Larutan kalium yodida jenuh 3-50 tetes/hari selama
10-14 hari memberi hasil yang baik. Eksisi tumor juga dapat berhasil
baik. Amfoterisi B 1,2 mm/kg BB efektif pula.
16. Misetoma
Menurut Siregar (2004), fikomikosis subkutis dijelaskan sebagai
berikut:
a. Definisi: Adalah infeksi jamur profunda dengan gejala pembengkakan
di bawah kulit. Kenyal pada perabaan, berbatas tegas, dan nyeri.
b. Penyebab dan epidemiologi:
1) Penyebab: Jamur golongan Mucor dan Basidiobolous
2) Umur: Semua umur, terutama anak-anak
3) Jenis kelamin: Frekuensinya sama pada pria dan wanita
4) Daerah: Lebih banyak pada daerah tropis dengan iklim panas
5) Kebersihan/higiene: Sering pada higiene yang kurang.
6) Keturunan: Penderita diabetes mellitus dengan faktor keturunan
lebih mudah terkena penyakit ini.
7) Lingkungan: Lebih mudah berkembang dalam lingkungan petani
dan peternak
c. Gejala singkat penyakit:
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan:
Jamur masuk ke dalam kulit melalui luka-luka kecil atau gigitan
serangga, selanjutnya menimbulkan benjolan-benjolan subkutis,
terkadang timbul fistula yang mengeluarkan cairan serosanguineus.
d. Pemeriksaan kulit:
1) Lokalisasi: Kaki, leher, tangan dan dada
32
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
2) Efloresensi/
sifat-sifatnya:
Nodula-nodula
berbatas
tegas,
permukaan rata; terkadang ada fistula yang mengeluarkan caira
serosanguineus.
e. Penatalaksanaan: Larutan kalium yodida jenuh 3-50 tetes/hari
selama 10-14 hari memberi hasil yang baik. Eksisi tumor juga
dapat berhasil baik. Amfoterisi B 1,2 mm/kg BB efektif pula.
C. PHP
Menurut Nugroho (2013), PHP
merupakan bahasa pemprograman
berbasis web. Jadi, PHP adalah program yang digunakan untuk membuat
aplikasi berbasis web (website, blog, atau aplikasi web). PHP termasuk
bahasa pemprograman yang hanya bisa berjalan di sisi server, atau sering
disebut Side Server Language. Jadi program yang dibuat dengan kode PHP
tidak bisa berjalan kecuali dia dijalankan pada server web, tanpa adanya
server web yang terus berjalan dia tidak bisa dijalankan.
Menurut Raharjo et al. (2014), PHP adalah salah satu bahasa
pemrograman skrip yang dirancang untuk membangun aplikasi web. Ketika
dipanggil dari web browser, program yang ditulis dengan PHP akan diparsing di dalam web server oleh interpreter PHP dan diterjemahkan ke
dalam dokumen HTML, yang selanjutnya akan ditampilkan kembali ke web
browser. Karena pemrosesan program PHP dilakukan di lingkungan web
server, PHP dikatakan sebagai bahasa sisi server (server-side). Oleh sebab
itu, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, kode PHP tidak akan terlihat
pada saat user memilih perintah “View Source” pada web browser yang
mereka gunakan. Selain menggunakan PHP, aplikasi web juga dapat
dibangun dengan Java (JSP – JavaServer Pages dan Servlet), Perl, Python,
Ruby, maupun ASP (Active Server Pages).
D. My SQL
Menurut Kadir (2013), MySQL adalah nama database server. Database
server adalah server yang berfungsi untuk menangani database. Database
33
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
adalah suatu pengorganisasian data dengan tujuan memudahkan penyimpanan
dan pengaksesan data. MySQL tergolong sebagai database relasional. Pada
model ini, data dinyatakan dalam bentuk dua dimensi yang secara khusus
dinamakan tabel. Tabel tersusun atas baris dan kolom. Pengaksesan database
MySQL dapat dilakukan dengan menggunakan program mysql (yang berbasis
DOS) atau melalui phpMyAdmin (yang berupa aplikasi web).
E. Xampp
Menurut Nugroho (2013), Xampp adalah paket program web lengkap
yang dapat dipakai untuk belajar pemprograman web, khususnya PHP dan
MySQL, paket ini dapat di unduh secara gratis dan legal. Di dalam folder
utama xampp, terdapat beberapa folder penting yang perlu diketahui. Untuk
lebih memahami setiap fungsi sebagai berikut:
apache
: folder utama dari Apache Webserver.
htdocs
: folder utama untuk menyimpan data-data latihan web,
baik PHP maupun HTML biasa. Pada folder ini, anda dapat membuat
subfolder sendiri untuk mengelompokkan file latihannya. Semua folder
dan file program di htdocs bisa diakses dengan mengetik alamat
http://localhost/ di browser.
manual
: berisi subfolder yang didalamnya terdapat manual
program dan database , termasuk manual PHP dan MySQL.
mysql
: folder utama database MySQL server. Di dalamya
terdapat subfolder data (lengkapnya; C:\xampp\mysql\data) untuk
merekam semua nama database, serta subfolder bin yang berisi tools
klien dan server MySQL.
php
: folder utama untuk program PHP.
F. Adobe Dreamweaver
Menurut Enterprise (2016), Adobe Dreamweaver merupakan salah satu
software yang bisa dipilih untuk merancang sebuah website. Program ini
memungkinkan untuk menciptakan sebuah website dari yang sederhana
34
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
hingga paling rumit sekalipun. Adobe Dreamweaver ini mampu berkolaborasi
dengan Active Server Pages, PHP, JavaScript, VBScript, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, software ini dapat digunakan untuk melakukan pemrograman
berbasis website.
G. Bootstrap
Bootstrap merupakan framework ataupun tools untuk membuat aplikasi
web ataupun situs web responsive secara tepat, mudah dan gratis. Bootstrap
terdiri dari CSS dan HTML untuk menghasilkan Grid, Layout, Typography,
Table, Form, Navigation, dan lain-lain. Di dalam Bootstrap juga sudah
terdapat jQuery plugins untuk menghasilkan komponen UI yang cantik
seperti Transitions, Modal, Dropdown, Scrollspy, Tooltip, Tab, Popover,
Alert, Button, Carousel dan lain-lain (Husein, 2013).
Dengan bantuan bootstrap, kita bisa membuat responsive website
dengan cepat mudah dan dapat berjalan sempurna pada browser-browser
populer seperti Chrome, Firefox, Safari, Opera dan Internet Explorer.
H. Hasil Penelitian Sejenis
1. Fadhilah dkk. (2012) telah merancang sistem pakar penyakit kulit pada
anak. Sistem ini menggunakan bahasa pemprograman Borland Delphi
versi 10 dan database Microsoft Access 2003. Input yang dibutuhkan
sistem ini berupa gejala-gejala penyakit. Metode yang digunakan sistem
ini yaitu metode Expert System Development Life Cycle (ESDLC). Output
yang dihasilkan dari sistem ini adalah diagnosa dari gejala-gejala penyakit
dan menemukan pengobatan atas permasalahan yang dihadapi.
2. Satyareni (2011) telah mengembangkan sistem pakar diagnosis penyakit
infeksi tropis. Sistem ini menggunakan bahasa pemprograman Borland
Delphi 7.0 dan Microsoft SQL Server 2000. Input yang dibutuhkan sistem
ini berupa gejala-gejala penyakit. Metode yang digunakan sistem ini
adalah metode inferensi forward dan backward chaining. Dari penelitian
35
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
yang telah dibuat, sistem ini menghasilkan keluaran analisa berupa
diagnosis penyakit yang diderita.
3. Putra (2011) telah mengembangkan sistem pakar identifikasi paru-paru.
Sistem ini menggunakan bahasa pemprograman PHP dan berbasis web.
Input yang dibutuhkan sistem ini berupa gejala-gejala penyakit paru-paru.
Metode yang digunakan sistem ini adalah metode inferensi
forward
chaining. Dari penelitian yang telah dibuat, sistem ini menghasilkan
keluaran analisa hasil akhir berupa penyakit yang diderita.
36
Sistem Pakar Diagnosa..., Dini Agustina, Fakultas Teknik UMP, 2016
Download