isolasi dan seleksi bakteri penghasil fitohormon sitokinin

advertisement
ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI
PENGHASIL FITOHORMON SITOKININ
LAPORAN PENELITIAN
Oleh :
Ir. Darti Nurani, MSi
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG
2008
1
2
ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI PENGHASIL FITOHORMON
SITOKININ
Darti Nurani 1), Bambang Sukmadi2), Intan Thresiawati3)
1)
Dosen Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Institut Teknologi Indonesia,
Serpong
2)
Peneliti Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT
3)
Alumni Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Institut Teknologi Indonesia, Serpong
Abstrak
Fitohormon sitokinin sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan
meningkatkan produktivitas tanaman. Namun, harganya cukup mahal. Hormon
sitokinin selain dapat diproduksi secara sintetik juga dapat dihasilkan dari
mikroba yang diharapkan harganya lebih murah sehingga dapat terjangkau oleh
para petani. Mikroba penghasil sitokinin ini pada umumnya tumbuh di daerah
rizosfer dan endofit tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri
dari daerah rizosfer dan endofit tanaman perkebunan, palawija dan tanaman
obat, kemudian isolat yang diperoleh dianalisis aktivitasnya untuk menghasilkan
hormon sitokinin. Isolasi bakteri rizosfer dan endofit tanaman dilakukan dengan
menginokulasikan sampel tanah yang menempel pada bulu akar tanaman (bakteri
rizosfer) atau potongan batang dan akar (bakteri endofit), di permukaan media
Nutrien Agar. Isolat yang tumbuh setelah inkubasi pada suhu kamar selama 48
jam, kemudian dipurifikasi sampai diperoleh isolat murni. Seleksi bakteri
penghasil fitohormon sitokinin dilakukan melalui tahapan aktivasi, fermentasi dan
ekstraksi sitokinin. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis aktivitasnya melalui
analisis kualitatif sitokinin dengan metode TLC dan analisis kuantitatif dengan
metode HPLC. Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 56 isolat bakteri rizosfer
dan endofit tanaman perkebunan, palawija dan obat-obatan, 16 isolat
menghasilkan sitokinin; konsentrasi adenin hemisulfat tertinggi dihasilkan oleh
bakteri endofit umbi ubi sebesar 12,481 ppm, konsentrasi 6-Benzil Amino Purin
tertinggi dihasilkan oleh bakteri rizosfer jagung sebesar 35 ppm, konsentrasi
zeatin dihasilkan oleh bakteri endofit umbi ubi sebesar 186 ppmdan konsentrasi
kinetin tertinggi dihasilkan oleh bakteri rizosfer jagung sebesar 94 ppm.
Kata kunci: rizosfer, endofit, sitokinin
PENDAHULUAN
Tanaman membutuhkan hormon untuk pertumbuhannya yang dapat
diperoleh melalui sintesis sendiri oleh tanaman yang bersangkutan atau dihasilkan
3
oleh mikroba rizosfer dan endofit. Selama ini kebutuhan hormon dipenuhi dari
pemakaian hormon sintetis, namun kendalanya penggunaan hormon sintetis
harganya mahal. Oleh karena itu penerapan teknologi mikroba unggul penghasil
fitohormon perlu dikembangkan.
Tanah di kawasan Serpong termasuk tanah gersang, tetapi tanaman yang
tumbuh di kawasan tersebut cukup subur. Hal ini diduga akibat tidak suburnya
tanah, mikroba tanah di kawasan Serpong terpacu untuk menghasilkan hormon
yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Permasalahannya, sampai saat ini
belum pernah dilakukan eksplorasi bakteri rizosfer dan endofit untuk tanaman
perkebunan, palawija dan tanaman obat di sekitar Serpong dalam kemampuannya
menghasilkan fitohormonsitokinin.
Oleh karena itu isolasi dan seleksi bakteri penghasil hormon sitokinin yang
berasal dari tanah dan tanaman di kawasan Serpong akan dilakukan dalam
penelitian ini. Seleksi bakteri penghasil hormon sitokinin di laboratorium
dilakukan dengan menggunakan medium minimal, yaitu medium yang bebas
nitrogen atau keberadaan nitrogen seminimal mungkin (lebih kecil dari 1%) untuk
merangsang mikroba memproduksi hormon sitokinin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menseleksi bakteri rizosfer
dan endofit beberapa jenis tanaman perkebunan (coklat, jarak, dan jati), palawija
(singkong, ubi jalar, jagung dan padi) dan tanaman obat-obatan (mahkota dewa
dan kunyit) di kawasan Serpong.
4
BAHAN DAN METODA
Bahan dan alat
Sampel yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas tanah rizosfer,
batang dan akar dari berbagai jenis tanaman perkebunan (coklat, jarak dan jati),
tanaman palawija(singkong, ubi jalar, jagung,padi) dan tanaman obat (mahkota
dewa dan kunyit). Media yang digunakan terdiri atas media Nutrien agar (NA)
dan medium minimal (MM).Pelarut untuk ekstraksi sitokinin menggunakan etil
asetat teknis,bahan untuk analisis TLC dan HPLC menggunakan konsentrat hasil
evaporasiyang dilarutkan dalam 300 mikroliter metanol glacial/HPLC grade.
Sitokinin standar yang digunakan yaitu 6-Benzil AminoPurin (BAP), Kinetin,
Zeatin dan Adenin Hemisulfat. Eluen yang digunakan untuk TLC adalah nButanol : asam asetat: akuabides (12: 3: 5 v/v). Eluen yang digunakan untuk
HPLC adalah metanol dan akuabides (70 : 30, v/v)
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: pisau, pacul, dan
plastik untuk keperluan sampling. Disamping itu peralatan untuk isolasi dan
seleksi mikroba penghasil fitohormon sitokinin meliputi autoklaf, oven, cawan
petri, inkubator, laminar air flow,jarum ose, shaker, sentrifus, rotavorator,
sonikator, instrumen HPLCdan kolom shimpak CLC – ODS C-18
Metoda
Penelitian ini bersifat deskriptif. Pengambilan sampel tanah rizosfer dan
endofit berbagai dilakukan secara acak yang berasal dari daerah sekitar kecamatan
Cisauk kabupaten Tangerang dan kecamatan Ciseeng kabupaten Bogor.
5
Isolasi
bakteri rizosfer
dan
endofit
tanaman
dilakukan
dengan
menginokulasikan sampel tanah yang menempel pada bulu akar tanaman (bakteri
rizosfer) atau potongan batang dan akar (bakteri endofit), di permukaan media
Nutrien Agar. Isolat yang tumbuh setelah inkubasi pada suhu kamar selama 48
jam, kemudian dipurifikasi sampai diperoleh isolat murni. Seleksi bakteri
penghasil fitohormon sitokinin dilakukan melalui tahapan aktivasi, fermentasi dan
ekstraksi sitokinin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Fitohotmon Sitokinin
Hasil isolasi bakteri dari sampel rizosfer dan endofit tanaman perkebunan
(coklat, jarak, dan jati), palawija (singkong, ubi jalar, jagung dan padi) dan
tanaman obat-obatan (mahkota dewa dan kunyit) diperoleh 56 isolat murni bakteri
(Lampiran 1).
Hasil seleksi 56 isolat murni bakteri dalam kemampuannya menghasilkan
fitohormon sitokinin secara kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat pada Lampiran
2 sampai dengan 5. Terlihat bahwa dari 56 isolat, 16 isolat mampu menghasilkan
fitohormon sitokinin; 12 isolat diantaranya berasal dari sampel rizosfer, 2 isolat
dari endofit akar, satu isolat dari endofit umbi dan satu isolat dari endofit batang.
Penyebab banyaknya bakteri rizosfer dalam kemampuannya menghasilkan
fitohormon sitokinin dapat dijelaskan oleh Haberer dan Kieber (2002), bahwa
prinsipnya terjadi interaksi antara tanaman dan mikroba rizosfer. Eksudat yang
yang dikeluarkan oleh sel tanaman dari badan golgi mengandung dimethylallyldiphosphate (DMAPP).
DMAPP dari eksudat
tanaman dan Adenosin-
6
monophosphate (AMP) dari bakteri menjadi substrat bagi enzim isopentenyltransferase untuk menghasilkan isopentenyladenosine-5’-monophosphate (iPMP)
yang merupakan sitokinin aktif. Enzim isopentenyl-transferase diekspresikanoleh
gen ipt yang hanya terdapat pada bakteri penghasil fitohormon sitokinin. Bakteri
yang
mempunyai
gen
ipt
tersebut
tidak
dapat
menghasilkan
enzim
pemecahlapisan kutikula (lilin) dan epidermis tanaman sehingga tidakdapat
melakukan penetrasi ke dalam jaringan tanaman untuk menjadi bakteri endofit.
KESIMPULAN
Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 56 isolat bakteri rizosfer dan endofit
tanaman perkebunan, palawija dan obat-obatan, 16 isolat menghasilkan sitokinin;
konsentrasi adenin hemisulfat tertinggi dihasilkan oleh bakteri endofit umbi ubi
sebesar 12,481 ppm, konsentrasi 6-Benzil Amino Purin tertinggi dihasilkan oleh
bakteri rizosfer jagung sebesar 35 ppm, konsentrasi zeatin dihasilkan oleh bakteri
endofit umbi ubi sebesar 186 ppmdan konsentrasi kinetin tertinggi dihasilkan oleh
bakteri rizosfer jagung sebesar 94 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Curl, E.A. and B.Truelove, 1986. The Rhizosphere. Springer Verlag. Berlin.
Germany
Haberer, G. And J.J. Kieber, 2002. Cytokinins. New Insightinto a Classic
Phytohormone. Department of Biology, University of North Carolina,
Chapel Hill, north Carolina 27599-3280.
7
Lampiran 1. Isolat bakteri rizosfer dan endofit hasil isolasi dari tanaman perkebunan,
palawija dan tanaman obat
8
Lampiran 1. Isolat bakteri rizosfer dan endofit hasil isolasi dari tanaman perkebunan,
palawija dan tanaman obat (lanjutan
9
Lampiran 2. Hasil analisis TLCdan HPLC bakteri penghasil fitohormon sitokinin dari
tanaman perkebunan
10
Lampiran 3. Hasil analisis TLCdan HPLC bakteri penghasil fitohormon sitokinin dari
tanaman palawija
11
Lampiran 3. Hasil analisis TLCdan HPLC bakteri penghasil fitohormon sitokinin dari
tanaman palawija (lanjutan)
12
Lampiran 4. Hasil analisis TLCdan HPLC bakteri penghasil fitohormon sitokinin dari
tanaman obat
13
Download