analisis dan evaluasi kekuatan struktur atas gedung fakultas

advertisement
ANALISIS DAN EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR ATAS
GEDUNG FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN IPB
TERHADAP FAKTOR GEMPA BERDASARKAN
SNI 1727:2013
FAKHRIL HAMDI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis dan Evaluasi
Kekuatan Struktur Atas Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Terhadap
Faktor Gempa Berdasarkan SNI 1727:2013 adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Fakhril Hamdi
NIM F44120066
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ii
ABSTRAK
FAKHRIL HAMDI. Analisis dan Evaluasi Kekuatan Struktur Atas Gedung
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Terhadap Faktor Gempa Berdasarkan SNI
1727:2013. Dibimbing oleh ERIZAL.
Evaluasi struktur sesuai dengan peraturan terbaru perlu dilakukan karena
struktur harus memikul beban rancang secara aman sesuai dengan standar yang
berlaku. Gedung yang tidak memiliki ketahanan yang kuat terhadap beban gempa
dapat bergoyang bahkan runtuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mengevaluasi ketahanan gedung terhadap gempa. Komponen utama struktur atas
sebuah gedung yaitu balok, kolom, dan pelat lantai, dimodelkan menggunakan
program ETABS 2015 sesuai dengan as built drawing. Pemodelan diawali dengan
menggambarkan elemen struktur dan dilanjutkan dengan menginput material
struktur, yaitu beton dengan mutu K-300 untuk komponen struktur. Hasil analisis
dengan menggunakan metode statik ekuivalen menunjukkan bahwa semua
komponen struktur kolom dan balok yang terpasang pada kondisi eksisting telah
memenuhi kebutuhan jumlah tulangan hasil evaluasi. Jumlah dan diameter tulangan
kolom pada kondisi eksisting sama dengan hasil evaluasi. Dapat dikatakan bahwa
secara keseluruhan Gedung Dekanat FEM IPB aman terhadap beban gempa.
Kata kunci: beton, ETABS 2015, gempa , kekuatan struktur, pemodelan
ABSTRACT
FAKHRIL HAMDI. Strength analysis and evaluation of building upper structure
of Economics and Management Faculty IPB againts earthquake based on the SNI
1727:2013. Supervised by ERIZAL.
The evaluation of structure in accordance with the latest regulations need to be done
because the structure had to bear the burden of design safely in compliance with the
applicable standards. If the buildings are not strong enough towards earthquake
load, it can be swayed even collapsed. This research aimed to analyze and evaluate
building strength against earthquake. The main components of structure such as
beams, columns, and floor plate, had been modeled on the program ETABS 2015
in accordance with the as built drawing. The modeling was started with drawing
the element of structure and proceed with defining material structures, wich was
concrete K-300 for structure components. The analysis result using a static
equivalent method showed that all structures components of the columns and beams
on existing conditions were in accordance with evaluation result of reinforecement
number. Number and diameter of column reinforcement on the existing conditions
were the same with the evaluation result. It could be concluded that in overall the
building of Economic and Management Faculty IPB was safe against earthquake
load.
Key words: concrete, earthquake, ETABS 2015, modeling, structure strength
iii
ANALISIS DAN EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR ATAS
GEDUNG FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN IPB
TERHADAP FAKTOR GEMPA BERDASARKAN
SNI 1727:2013
FAKHRIL HAMDI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
iv
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan
karunia dan rahmat-Nya, karya ilmiah yang berjudul “Analisis dan Evaluasi
Kekuatan Struktur Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Terhadap
Faktor Gempa Berdasarkan SNI 1727:2013” ini dapat diselesaikan. Penyusunan
karya ilmiah ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
Terimakasih diucapkan kepada Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku pembimbing atas
dukungan dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian penelitian ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada:
1. Dr. Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr, serta Dr.Ir Meiske Widyarti, M.Eng.,
selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan dalam
perbaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yaitu Bapak Adrizal dan Ibu Yenfi yang telah
memberikan kasih sayang dan dukungannya, serta kepada adik-adik yaitu
Robi Maulana Ihsan dan Muhammad Nafis
3. Kepada Indri Anggraini, Almira Pamela Qifta, Asty Damayanti Saparina,
dan Muhammad Nofal serta rekan – rekan SIL 49 angkatan 2012 yang
telah memberikan semangat serta motivasi.
4. Kepada rekan – rekan satu bimbingan yaitu Mardianto Effendi, Melia
Hergiana, Devika Zulfia, dan Angga Wariso atas dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Fakhril Hamdi
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
DAFTAR NOTASI ................................................................................................. x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
Pembebanan Struktur ..................................................................................... 4
Analisis Struktur ............................................................................................ 7
Aplikasi ETABS ............................................................................................ 9
Aplikasi SAP2000 ....................................................................................... 10
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 11
Waktu dan Tempat ....................................................................................... 11
Alat dan Bahan ............................................................................................ 11
Prosedur Pelaksanaan .................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 14
Pemodelan Struktur ..................................................................................... 14
Desain spektrum gempa ............................................................................... 17
Evaluasi struktur kolom ............................................................................... 19
Evauasi struktur balok ................................................................................. 19
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 23
Simpulan ...................................................................................................... 23
Saran ............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
LAMPIRAN...........................................................................................................26
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 34
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Informasi pemodelan struktur gedung ..................................................... 14
Pembebanan pada rangka atap................................................................. 15
Jenis dan besar beban hidup berdasarkan SNI-1726-2012 ...................... 16
Nilai distribusi vertikal tiap lantai ........................................................... 16
Perbandingan jumlah dan diameter tulangan lentur dan geser kolom ..... 19
Perbandingan jumlah dan diameter tulangan lentur dan geser balok ...... 20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Lokasi pengambilan data ..................................................................... 11
Diagram alir penelitian ........................................................................ 12
Pemodelan 3D di software Etabs ......................................................... 14
Pemodelan rangka atap pada SAP2000 ............................................... 15
Peta Gempa wilayah Bogor untuk T= 0.2 detik................................... 17
Peta Gempa wilayah Bogor untuk T= 1 detik...................................... 18
Spektrum gempa rencana ..................................................................... 18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Klasifikasi kelas situs tanah .............................................................. 26
Koefisien situs Fa ............................................................................. 26
Koefisien situs Fv.............................................................................. 26
Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada periode pendek ..................................................... 26
Lampiran 5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada periode 1 detik ...................................................... 27
Lampiran 6 Koefisien situs FPGA .......................................................................... 27
Lampiran 7 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa .................. 27
Lampiran 8 Data Hasil Pengujian Tanah .............................................................. 29
Lampiran 9 Potongan dan pemodelan beban atap ................................................ 29
Lampiran 10 Lampiran pemodelan beban atap ..................................................... 30
Lampiran 11 Gambar tampak dan potongan struktur atap dan gedung ................. 31
Lampiran 12 Pemodelan dan beban pada join struktur ......................................... 32
Lampiran 13 Hasil check design pada balok BL1 pada lantai 2 dan 3 ................. 33
viii
DAFTAR NOTASI
Acp
Al
At
a
b
DL
D
d’
Ec
EL
Fa
Fi
Fv
Fc’
h
hi
I
k
LL
Mn
Mu
n
Pcp
Ph
Pu
Pw
R
Rn
Sa
S1
Ss
SD1
SDS
SM1
SMS
s
T
Ta
Tc
Tn
Ts
Tu
V
Vc
Vn
= luas penampang keseluruhan pada perencanaan tulangan torsi
= luas total minimum tulangan puntir longitudinal
= luas tulangan longitudinal torsi
= tinggi blok tegangan
= lebar dari muka tekan suatu elemen lentur
= beban mati (Dead Load)
= tinggi efektif balok
= selimut beton
= modulus elasitas beton
= beban gempa (Earthquake Load)
= amplifikasi faktor pada periode pendek
= beban gempa nominal statik ekivalen tingkat ke-i
= amplifikasi faktor pada periode 1 detik
= kuat tekan beton pada saat umur 28 hari
= tinggi dari muka tekan suatu elemen lentur
= ketinggian lantai tingkat ke-i
= faktor keutamaan.
= faktor mode tinggi
= beban hidup (LifeLoad)
= momen nominal
= momen ultimit
= jumlah tulangan yang dibutuhkan struktur
= keliling luas penampang keseluruhan perencanaan tulangan torsi
= keliling dari pusat garis tulangan sengkang puntir terluar
= beban aksial ultimit
= tekanan angin pada permukaan bangunan (kg/m2)
= faktor reduksi gempa
= koefisien ketahanan
= koefisien dasar gempa
= percepatan batuan dasar periode 1 detik
= percepatan batuan dasar periode pendek
= desain parameter akselerasi respon spektral gempa pada periode 1 detik
= desain parameter akselerasi respon spektral gempa pada periode pendek
= akselerasi respon spektral puncak pada periode 1 detik
= akselerasi respon spektral puncak pada periode pendek
= spasi antar tulangan struktur
= periode utama pada struktur
= periode getar alami struktur
= kuat puntir nominal yang disediakan oleh beton
= kuat puntir nominal
= kuat puntir nominal yang disediakan oleh tulangan
= kuat puntir ultimet
= gaya geser dasar horizontal akibat gempa
= kuat geser nominal yang disediakan oleh beton
= kuat geser nominal
ix
Vs
Vu
ΙΈ
β
ρ
ρb
x
= kuat geser nominal yang disediakan oleh tulangan
= kuat geser perlu
= faktor reduksi kekuatan
= konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton
= rasio tulangan nonprategang dalam suatu penampang
= rasio tulangan tarik yang menghasilkan kondisi regangan seimbang
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu rekayasa struktur di bidang teknik sipil yang begitu
pesat dalam beberapa tahun ini telah memunculkan beberapa standar perencanaan
dengan berbagai revisinya terhadap peraturan-peraturan yang telah ada
sebelumnya. Evaluasi struktur sesuai dengan peraturan terbaru perlu dilakukan
mengingat dalam perencanaan, struktur harus memikul beban rancang secara
aman tanpa kelebihan tegangan pada material dan mempunyai batas deformasi
yang masih dalam daerah yang diizinkan. Kemampuan suatu struktur untuk
memikul beban tanpa mengalami kelebihan tegangan ini diperoleh dengan
menggunakan faktor keamanan dalam mendesain elemen struktur. Selain harus
kuat dalam memikul beban rancang, struktur harus dirancang secara efisien agar
desain struktur yang dirancang relatif lebih ekonomis (Surya 2012).
Indonesia merupakan daerah kategori rawan gempa, karena adanya
pertemuan lempengan bumi di kawasan indonesia, lempeng Indo-Australia dan
Eurasia merupakan lempengan yang melewati Indonesia. Lempeng IndoAustralia bergerak relative terhadap Lempeng Eurasia dengan kecepatan 65
mm/tahun pada arah sekitar N10°E (Sieh dan Natawidjaja 2000). Terjadinya
gempa menghasilkan energi yang kuat yang menjalar di permukaan bumi dengan
gelombang vertikal dan horizontal. Energi gempa tersebut dapat merobohkan
bangunan struktural seperti gedung. Gedung yang tidak memiliki ketahanan
yang kuat terhadap beban gempa dapat bergoyang bahkan sampai roboh atau
runtuh dan membahayakan nyawa para penggunanya. Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Bangunan Gedung di Indonesia mengacu pada peraturan SNI 031726-2012 (BSN 2012) tentang “Tata Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung dan Non Gedung” sebagai salah satu penerapan dari adanya
Peta Gempa Indonesia 2010.
Gedung ini dibangun berdasarkan adanya kebutuhan ruangan perkuliahan
sehingga program dalam meningkatan mutu pendidikan di Institut Pertanian
Bogor dapat terlaksana dengan baik. Konstruksi gedung ini menggunakan
konstruksi beton bertulang. Penggunaan beton bertulang sebagai bahan
konstruksi bangunan dilakukan mengingat fungsi bangunan yang didesain harus
memiliki kekuatan dan ketahanan yang tinggi terhadap berbagai pengaruh beban
luar yang mungkin terjadi. Pengamatan pada penelitian ini difokuskan pada wing
dekanat, karena pembangunan gedung ini bersifat typical building, yaitu antara
bangunan tengah dan bangunan wing memiliki desain yang sama, begitu pula
dengan node antara bangunan.
Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja (performance-based seismic
design) sebagai pengembangan dari konsep PBD merupakan proses yang dapat
digunakan untuk perencanaan bangunan baru maupun perkuatan (retrofit)
bangunan yang sudah ada, dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko
keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda
(economic loss) yang mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang (Pranata
2006). Penelitian ini menggunakan program Extended Three Dimensional
Analysis of Building System (ETABS) versi 9.7.2 dalam menganalisis gaya-gaya
dalam ultimit akibat efek pembebanan yang bekerja pada elemen struktur.
2
Program ETABS versi 9.7.2 merupakan program analisis struktur yang
dikembangkan oleh perusahaan software Computers and Structures,
Incorporated (CSI) yang berlokasi di Barkeley, California, Amerika Serikat.
Berawal dari penelitian dan pengembangan riset oleh Edward L.Wilson pada
tahun 1970 di University of California, Berkeley, Amerika Serikat, maka pada
tahun 1975 didirikan perusahaan CSI oleh Ashraf Habibullah. Program ETABS
digunakan secara spesialis untuk analisis struktur high rise building seperti
bangunan perkantoran, bangunan apartemen, dan rumah sakit. Program ETABS
versi 9.7.2 secara khusus difungsikan untuk menganalisis lima perencanaan
struktur, yaitu analisis struktur baja, analisis struktur beton, analisis balok
komposit, analisis baja rangka batang (cremona), dan analisis dinding geser.
Penggunaan program ini untuk menganalisis struktur, terutama untuk bangunan.
Program ini sangat tepat bagi perencana struktur karena ketepatan dari output
yang dihasilkan dan efektifitas waktu untuk menganalisisnya (Pamungkas 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi ketahanan
gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Dramaga Bogor terhadap
gempa dengan menggunakan peta gempa 2010.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas permasalahan pokok
yang ada antara lain sebagai berikut :
1. Beban apa saja yang bekerja pada struktur bangunan dan bagaimana
pengaruh beban terhadap struktur bangunan?
2. Bagaimana ketahanan gedung ini terhadap beban gempa berdasarkan
peta gempa 2010?
3. Apakah jumlah tulangan hasil analisis statik ekivalen dengan
mendesain sebagai bangunan tahan gempa berdasarkan peta hazard
gempa 2010 sama dengan kondisi eksisting?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung beban yang bekerja terhadap struktur bangunan
2. Menganalisis kekuatan struktur atas gedung Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB terhadap beban gempa berdasarkan Peta Gempa
Indonesia 2010.
3. Mengetahui penyimpangan yang kemungkinan terjadi dilihat dari jumlah
tulangan struktur.
4. Mengetahui ketahanan struktur gedung Fakultas Ekonomi Manajemen
IPB terhadap beban gempa berdasarkan Peta Gempa Indonesia 2010
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah diketahui ketahanan struktur atas Gedung
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB terhadap beban gempa menggunakan
metode statik ekivalen.
3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Struktur gedung yang dianalisis hanya bangunan utamanya saja
yang merupakan struktur atas.
2. Analisis dan perhitungan struktur dilakukan dengan menggunakan
variasi beban berupa beban mati, beban hidup, beban hujan, beban gempa
dan beban angin
3. Gaya dalam dianalisa dengan menggunakan bantuan program komputer
yaitu ETABS.
4. Analisis beban gempa dilakukan dengan menggunakan metode analisis
gempa statik ekivalen.
5. Perencanaan beban gempa memakai Peta Gempa Indonesia 2010
dengan berpedoman pada perencanaan gempa pada SNI-1727-2013.
6. Dimensi struktur dan jenis penulangan disesuaikan dengan desain
perencana.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pembebanan Struktur
Besar dan macam beban yang bekerja pada struktur sangat tergantung dari
jenis struktur. Jenis-jenis beban, data beban serta faktor- faktor dan kombinasi
pembebanan menjadi dasar dalam perhitungan struktur, beban-beban tersebut
berdasarkan pada SNI 03-1727-2013 pasal 7.4 yang diantaranya adalah beban
mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa.
Beban mati (Dead Load)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin-mesin, dan peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari gedung itu menurut SKBI-1.3.53.1983 (DepPU 1983a). Menurut Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (DepPU 1983a) beban mati
pada struktur terbagi menjadi 2, yaitu beban mati akibat material konstruksi
dan beban mati akibat komponen gedung. Beban mati akibat material
konstruksi yang digunakan adalah beton bertulang dengan berat material
2400 kg/m3 sedangkan beban mati akibat komponen gedung yang
digunakan meliputi dinding pasangan bata ringan setengah batu dengan berat
150 kg/m2, berat langit-langit penggantung sebesar 11 kg/m2, berat keramik
sebesar 24 kg/m2, dan berat spesi 2 cm sebesar 42 kg/m2.
Beban hidup (Live load)
Beban hidup merupakan beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung dan barang-barang yang dapat berpindah, mesin dan
peralatan lain yang dapat digantikan selama umur gedung. Beban hidup
yang bekerja pada pelat lantai untuk penggunaan suatu gedung merupakan
beban merata.
Beban Angin
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung (DepPU
1983a), beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan
tekanan negatif yang bekerja tegak lurus terhadap bangunan. Besar tekanan angin
ditentukan sebagai berikut:
1. Tekanan angin minimum 25 kg/m2.
2. Tekanan angin untuk daerah tepi pantai sampai sejauh 5 km dari
pantai nilai minimumnya 40 kg/m2.
Beban Hujan
Beban hujan diperhitungkan dalam perencanaan suatu atap dan setiap
bagian atap harus mampu menahan beban dari semua air hujan yang terkumpul
apabila sistem drainase primer tertutup. Selain itu ditambah pula dengan beban
merata yang disebabkan oleh kenaikan air di atas lubang masuk sistem drainase
sekunder (BSN 2013). Beban hujan (R) tersebut dapat dihitung melalui persamaan
(1).
5
𝑅 = 0.0098(𝑑𝑠 + π‘‘β„Ž ) (N/mm2)...................................................................... (1)
Keterangan:
ds = Kedalaman air pada atap di sistem drainase sekunder apabila sistem drainase
primer tertutup (mm).
dh = Tambahan kedalaman air pada atap di atas lubang masuk sistem
drainase sekunder (mm).
Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang meneruskan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa itu. Gerakan yang terjadi yaitu gerakan vertikal dan horizontal akibat
adanya gaya vertikal dan horizontal. Gaya gempa, baik itu dalam arah
vertikal maupun horizontal akan timbul di nod-nod pada massa struktur. Kedua
gaya ini menyebabkan gaya dalam arah vertikal hanya sedikit mengubah gaya
gravitasi yang bekerja pada struktur, sedangkan struktur biasanya dirancang
terhadap gaya vertikal dengan faktor keamanan yang mencukupi. Kondisi tersebut
mengakibatkan struktur umumnya jarang sekali runtuh karena gaya gempa
vertikal (Agus 2002). Gaya gempa horizontal bekerja pada nod-nod lemah
pada struktur yang kekuatannya tidak mencukupi dan akan menyebabkan
keruntuhan (failure). Disebabkan keadaan ini, prinsip utama dalam
perancangan tahan gempa (earthquake resistant design) adalah dengan
meningkatkan kekuatan struktur terhadap gaya horizontal yang umumnya tidak
mencukupi (Wells dan Coppersmith 1994).
Berdasarkan SNI 03-1727-2013 pasal 7.4 (BSN 2013), faktor-faktor dan
kombinasi beban untuk beban mati nominal, beban hidup nominal, dan beban
gempa nominal adalah:
1. 1.4 DL
2. 1.2 DL + 1.6 LL
3. 1.2 DL + 1 LL + 0.3 (ρ QE + 0.2SDS DL) + 1 (ρ QE + 0.2 SDS DL)
4. 1.2 DL + 1 LL - 1 (ρ QE + 0.2SDS DL) - 0.3 (ρ QE + 0.2 SDS DL)
5. 1.2 DL + 1 LL + 0.3 (ρ QE + 0.2SDS DL) - 1 (ρ QE + 0.2 SDS DL)
6. 1.2 DL + 1 LL + 1 (ρ QE + 0.2 SDS DL) -0.3 (ρ QE + 0.2 SDS DL)
7. 0.9 DL + 0.3 (ρ QE – 0.2 SDS DL) + 1 (ρ QE – 0.2 SDS DL)
8. 0.9 DL - 1 (ρ QE – 0.2 SDS DL) - 0.3 (ρ QE – 0.2 SDS DL)
9. 0.9 DL + 0.3 (ρ QE – 0.2 SDS DL) - 1 (ρ QE – 0.2 SDS DL)
10. 0.9 DL +1 (ρ QE – 0.2 SDS DL) - 0.3 (ρ QE – 0.2 SDS DL)
Keterangan:
DL
= beban mati. ( N)
LL
= beban hidup, (N)
E
= beban gempa. (N)
ρ
= faktor redudansi
SDS = parameter percepatan respon spektrum desain pada periode pendek (g)
QE
= pengaruh gaya seismik horizontal dari V, yaitu gaya geser desain total di
dasar struktur dalam arah yang ditinjau.
6
Analisis resiko gempa dapat diperhitungkan berdasarkan besarnya percepatan
maksimum tanah, yang dapat diperkirakan dengan persamaan fungsi attenuasi.
Hubungan antara besar magnitude (skala Ritcher), percepatan getaran tanah dan
jarak hiposentrum (jarak fokus gempa ke fokus bangunan) disebut fungsi
attenuasi (Fauzan 2016).
Kanamori menyatakan salah satu fungsi persamaan attenuasi yang digunakan
untuk menghitung nilai besaran percepatan percepatan tanah yang disimbolkan (g)
atau cm/detik2 dirumuskan melalui persamaan (2) satuan besaran percepatan tanah
setara dengan gaya gravitasi bumi, yaitu 1 g = 981 cm/detik2 (Joyner dan Boore
1981).
πΏπ‘œπ‘” 𝑃𝐺𝐴 = 1.02 + 0.249𝑀 − πΏπ‘œπ‘” √𝑑 2 + 7.32 − 0.0025 √𝑑 2 + 7.32 ..........(2)
keterangan :
PGA (Peak Ground Acceleration) = percepatan gempa maksimum. (g)
M
= magnitude gempa skala Ritcher
d
= jarak hiposentrum . (km)
Febrianti (2014) dalam penelitiannya tentang analisis PGA di Sumatra Barat
akibat gempa bumi tektonik, menyimpulkan bahwa semakin tinggi nilai PGA,
maka semakin tinggi pula intesintas gempa bumi yang dihasilkan. Korelasi antara
PGA dengan jarak episenter gempa, disimpulkan bahwa semakin dekat jarak
episenter gempa, maka semakin besar nilai PGA yang ditemukan. Besar kecil
nilai PGA bergantung pada jarak episenter gempa terhadap lokasi dan kondisi
atau struktur pemukaan tanah dari lokasi yang ditinjau. Semakin tinggi magnitudo
suatu gempa, maka semakin tinggi pula PGA yang dihasilkan.
Berdasarkan SNI-1727-2013 pasal 7.6 (BSN 2013), prosedur analisis yang
dapat di gunakan terkait dengan berbagai parameter struktur bangunan yang akan
ditinjau yaitu:
1. Parameter keutamaan bangunan (pasal 4.2.1)
2. Parameter faktor keutamaan gempa (pasal 4.2)
3. Kategori desain seismik berdasarkan parameter percepatan respon spectra
pada periode 1 detik (S1) dan parameter percepatan respon spectra pada
periode pendek (SDS) (pasal 6.3)
Terdapat tiga metode analisis beban gempa yang tercantum dalam SNI untuk
dipilih berdasarkan syarat parameter yang terlibat. Berikut metode yang
dimaksud:
1. Metode analisis gaya lateral ekivalen
2. Metode analisis ragam spectrum respon. Metode analisis ini
mendifinisikan bahwa simpangan struktur yang terjadi merupakan
penjumlahan dari simpangan masing-masing ragam getarnya. Spektrum
respon gempa rencana harus dibuat terlebih dahulu berdasarkan data dan
parameter yang ada dalam SNI-1727-2013. Perhitungan respons dinamik
struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal
akibat pengaruh gempa rencana, dapat dilakukan dengan metode analisis
dinamik respon spektra.
3. Metode analisis respon riwayat waktu gempa suatu cara analisis untuk
menentukan riwayat waktu respon dinamik struktur bangunan gedung
7
yang berperilaku non-linier terhadap gerakan tanah akibat gempa rencana
sebagai data masukan, di mana respon dinamik dalam setiap interval
waktu dihitung dengan metode integrasi bertahap. (Pranata dan Wijaya
2008).
Konsep Perencanaan Struktur tahan gempa
Struktur bangunan harus mampu menerima gaya gempa pada level tertentu
tanpa terjadi kerusakan yang signifikan pada struktur atau apabila bangunan
mengalami keruntuhan (disebabkan beban gempa melebihi beban gempa rencana),
masih mampu memberikan prilaku nonlinier pada kondisi pasca-elastik sehingga
tingkat keamanan bangunan terhadap gempa dan keselamatan jiwa penghuninya
lebih terjamin (Pratama et al. 2014). Dalam perencanaan struktur bangunan tahan
gempa, diperlukan standar dan peraturan perencanaan bangunan untuk menjamin
keselamatan penghuni terhadap gempa besar yang mungkin terjadi serta
menghindari dan meminimalisasi kerusakan struktur bangunan dan korban jiwa
terhadap gempa bumi yang sering terjadi (Budiono dan Supriatna 2011). Oleh
karena itu struktur bangunan tahan gempa harus memiliki kekuatan, kekakuan,
dan stabilitas yang cukup untuk mencegah terjadinya keruntuhan bangunan.
Tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah terjadinya
kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa pada saat dilanda gempa dan
memastikan kerusakan yang terjadi berada pada batas yang masih dapat
diperbaiki kembali dengan standar kriteria sebagai berikut:
1. Ketika terjadi gempa kecil, struktur bangunan dan fungsi bangunan
harus dapat menahan beban dan tidak terjadi kerusakan sama sekali.
2. Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural
tetapi bukan kerusakan struktural.
3. Ketika terjadi gempa kuat, diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural
dan nonstruktural, namun kerusakan yang terjadi tidak sampai
menyebabkan runtuhnya bangunan. Perencanaan bangunan struktur tahan
gempa harus dapat memperhitungkan dampak gaya lateral yang sifat
siklis (bolak-balik) yang dialami oleh struktur selama terjadinya gempa
bumi untuk mencapai kriteria tersebut.
Analisis Struktur
Struktur Pelat
Pelat lantai selain berfungsi sebagai struktur sekunder juga dapat berfungsi
sebagai diafragma yang membantu menyalurkan gaya-gaya lateral akibat
gempa ke rangka struktur utama (Budiono dan Supriatna 2011). Analisis pelat
sama seperti analisis pada balok. Pembebanan disesuaikan dengan beban
persatuan panjang dari lajur pelat sehingga gaya momen yang timbul adalah
gaya per lebar satuan pelat berdasarkan pola lendutan dan momen tipikal dengan
sistim balok. Pemasangan tulangan lentur akan membentang dari kedua
tumpuannya. Pemasangan tulangan yang tegak lurus terhadap tulangan lentur
diperuntukkan guna mencakup efek struktur beton.
Beban-beban yang umum terjadi biasanya tidak menyebabkan pelat
membutuhkan penulangan geser. Penulangan melintang atau tulangan sekunder
8
(tulangan yang berarah tegak lurus terhadap arah lentur atau tegak lurus tulangan
utama) harus diberikan untuk menahan tegangan susut (shrinkage stress)
dan tegangan-tegangan akibat perubahan temperatur (Fauzan dan Riswan 2002).
Struktur Balok
Balok didefinisikan sebagai salah satu dari elemen struktur portal yang
arahnya horizontal, sedangkan portal merupakan kerangka utama dari struktur
bangunan, khususnya bangunan gedung (Asroni 2010). Balok
merupakan
komponen pemikul momen yang akan menyalurkan beban ke kolom. Balok
dimodelkan sebagai frame yang memiliki joint yang kaku sehingga momenmomen maksimum terjadi di ujung balok. Struktur balok yang diberi beban lentur
akan mengakibatkan terjadinya momen lentur pada balok tersebut, sehingga
akan terjadi deformasi (regangan) lentur dalam balok tersebut. Reganganregangan yang terjadi tersebut akan menimbulkan tegangan pada balok
(Setiawan 2014). Sifat utama beton yang kurang mampu menahan tarik,
mengakibatkan perlunya penahan tegangan tarik pada beton dengan cara
memasang baja tulangan pada daerah tarik sehingga terbentuk struktur beton
bertulang yang dapat menahan lenturan. Apabila gaya geser yang bekerja sangat
besar maka perlu dipasang baja tulangan tambahan untuk menahan geser tersebut.
Pada struktur bangunan tingkat tinggi atau struktur dengan bentuk atau
konfigurasi yang tidak teratur. Analisis dinamik dapat dilakukan dengan cara
elastis maupun inelastis. Pada cara inelastics digunakan metode ststik nonlinier
pushover. Pushover analisis adalah suatu analis static nonlinier dimana pengaruh
gempa rancana terhadap struktur bangunan gedung dianggap sebagai bebanbeban statik yang menagkap pada pusat massa masing-masing lantai yang
nilainya ditingkatkan berangsur angsur sampai melampaui pembebanan yang
menyebabkan pelelehan (sendi plastis )pertama di dalam struktur gedung (Pranata
dan Wijaya 2008).
Jenis tulangan geser yang umum digunakan adalah sengkang vertikal
(vertical stirrup), yang dapat berupa baja berdiameter kecil ataupun kawat baja
las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial penampang, dan
sengkang miring. Sengkang miring dapat juga berasal dari tulangan longitudinal
yang dibengkokkan. Apabila komponen struktur memerlukan penulangan
torsi maka harus dipasang tulangan baja yang merupakan tambahan terhadap
penulangan yang sudah ada yakni penulangan untuk menahan gaya geser, lentur
maupun aksial.
Penulangan balok dilakukan dari perhitungan gaya-gaya dalam yang bekerja
pada balok. Penulangan yang dianalisis meliputi penulangan lentur, penulangan
geser, dan penulangan torsi balok. Besarnya kebutuhan tulangan lentur balok
ditentukan dengan besarnya momen yang menimpa pada suatu struktur. Semakin
besar momen yang menimpa struktur maka kebutuhan tulangan lentur semakin
besar. Tulangan lentur didesain dengan dua kondisi, yaitu kondisi lapangan dan
kondisi tumpuan (Surya 2012).
Struktur Kolom
Definisi kolom menurut SNI–03–2847–2002 (BSN 2002) adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal
dengan tinggi minimum tiga kali dimensi lateral terkecil. Apabila rasio bagian
9
tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga maka disebut pedestal
(Nasution 2009). Perencanaan kolom harus memperhitungkan semua beban
vertikal yang bekerja pada kolom. Pada suatu struktur, kolom menyalurkan
beban yang berasal dari berat struktur sendiri, beban hidup, dan beban SIDL yang
berasal dari gedung baik itu yang berada di atas pelat lantai maupun pada balok
dan kolom ke kolom di bawahnya, kemudian ke pondasi sehingga beban total
yang diterima oleh suatu kolom merupakan beban kumulatif dari beban kolom
diatasnya. Batang beton bertulang yang menerima gaya torsi besar akan runtuh
secara mendadak jika tidak diberikan tulangan torsi. Tulangan torsi yang
digunakan tidak mengubah besar torsi yang akan menyebabkan retak tarik
diagonal, melainkan mencegah batang tersebut terpisah (McCormac 2004).
Pengaruh retak beton akibat beban gempa dapat diperhitungkan dengan
mereduksi momen inersia penampang kolom sehingga momen inersia efektif
yang digunakan hanya 75% dari momen inersia penampang utuh.
SNI 03-2847-2002 (BSN 2002) menyatakan bahwa suatu kolom dapat
dievaluasi berdasarkan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1. Kekuatan unsur-unsur harus didasarkan pada perhitungan yang memenuhi
syarat keseimbangan dan kompatibilitas regangan.
2. Regangan di dalam beton dan baja tulangan dimisalkan berbanding lurus
dengan jarak terhadap garis netral.
3. Regangan maksimum yang dapat dipakai pada serat tekan ekstrim beton
adalah 0.003.
4. Kekuatan tarik beton diabaikan dalam perhitungan.
Tulangan geser suatu kolom yang ditentukan adalah sebagai berikut (BSN
2002):
1. Untuk tulangan longitudinal yang lebih kecil dari D-32, maka diikat
dengan sengkang paling sedikit dengan ukuran D-10.
2. Spasi vertikal sengkang harus ≤ 16 kali diameter tulangan longitudinal
(Wulandari 2013).
Menurut Zaidir et al. (2012), analisis struktur pada kolom akibat
pembebanan akan menghasilkan gaya dalam yang digunakan untuk melihat
kemampuan penampang beton bertulang dalam menahan kombinasi gaya aksial
dan momen lentur yang digambarkan dalam suatu bentuk kurva interaksi antara
kedua gaya tersebut, disebut dengan diagram interaksi P-M kolom. Diagram
interaksi ini dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah yang ditentukan dari
keruntuhan tarik dan dari keruntuhan tekan, dengan pembatasnya adalah titik
seimbang. Berdasarkan output gaya-gaya dalam kolom yang diperoleh dari hasil
analisis struktur, kemudian diplot dalam diagram interaksi aksial-momen (P-M).
Setiap kombinasi beban P-M kolom yang diperoleh dari hasil analisis sruktur
diplotkan pada diagram interkasi kolom.
Aplikasi ETABS
Program ETABS secara khusus difungsikan untuk menganalisis lima
perencanaan struktur, yaitu analisis frame baja, analisis frame beton, analisis
balok komposit, analisis baja rangka batang, analisis dinding geser. Penggunaan
program ini untuk menganalisis struktur, terutama untuk bangunan tinggi sangat
10
tepat bagi perencana struktur karena ketepatan dari output yang dihasilkan dan
efektif waktu dalam menganalisisnya. Program ETABS sendiri telah teruji
aplikasinya di lapangan. Konsultan-konsultan perencana struktur ternama di
Indonesia telah menggunakan program ini untuk analisis struktur dan banyak
gedung yang telah dibangun dari hasil perencanaan tersebut.
Nilai distribusi vertikal gaya gempa tersebut
tersebut dimasukkan
pada program ETABS sebagai pembebanan gempa statik ekivalen Untuk
mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarangan terhadap
struktur gedung, pengaruh pembebananan gempa dalam arah utama yang
ditentukan harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan
dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama
pembebanan tadi, tetapi dengan efektivitas 30% (Satyarno et al. 2012).
Aplikasi SAP2000
SAP2000 merupakan salah satu program analisis struktur yang lengkap
namun sangat mudah untuk dioperasikan. Prinsip utama penggunaan program ini
adalah pemodelan struktur, eksekusi analisis, dan pemeriksaan atau optimasi
desain yang dilakukan dalam satu langkah atau satu tampilan. Tampilan berupa
model secara aktual sehingga memudahkan pengguna untuk melakukan
pemodelan secara menyeluruh dalam waktu singkat namun dengan hasil yang
tepat. Output yang dihasilkan juga dapat ditampilkan sesuai dengan kebutuhan
baik berupa model struktur, grafik, maupun spreadsheet. Semuanya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan untuk penyusunan laporan analisis dan desain.
SAP2000 tidak membatasi kapasitas analisis sehingga dapat diaplikasikan
untuk bentuk yang paling kompleks sekalipun. Juga dilengkapi dengan analisis
struktur jembatan dengan pembebanan bergerak, dan pilihan analisis dengan time
history yang dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah tertentu. Efek gerakan
tanah dasar juga dapat mempengaruhi struktur yang dimodelkan. SAP2000
dilengkapi dengan fitur yang lengkap baik untuk perencanaan struktur baja
maupun beton. Desain struktur baja dilengkapi dengan input dimensi dan bentuk
yang disesuaikan dengan data yang berlaku untuk beberapa peraturan
perencanaan. Begitupula dengan desain struktur beton yang dilengkapi dengan
perhitungan penulangan yang dibutuhkan. Elemen-elemen tertentu dapat digabung
menjadi satu grup yang memudahkan dalam perencanaan (Dewobroto 2013).
11
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dengan judul “Analisis dan Evaluasi Struktur Atas Gedung
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB terhadap Faktor Gempa berdasarkan SNI
1727:2013” dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Juni 2016. Lokasi
penelitian ini berada di Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga (Gambar 1).
Perhitungan serta analisis data dilakukan di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Gambar 1 Lokasi pengambilan data
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu data sekunder
berupa as built drawing Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Peta
Gempa Indonesia 2010, SNI 03-1726-2012 tentang “Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”, SNI 032847-2002 tentang “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang untuk
Bangunan Gedung”, dan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian antara lain notebook yang
dilengkapi dengan Microsoft Office Excel, program extended three dimensional
analysis of building system (ETABS).
Prosedur Pelaksanaan
Secara umum tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengumpulan
data, pemodelan struktur, analisa pembebanan, analisa struktur, dan evaluasi
struktur. Detail tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
12
Mulai
Pengumpulan Data
Peraturan SNI
dan peta gempa
As Built Drawing
Pembuatan spektrum gempa
Pemodelan struktur
Analisis pembebanan
Analisis struktur
Evaluasi struktur
Tidak
Aman
Ya
Perencanaan struktur
Selesai
Gambar 2 Diagram alir penelitian
1.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dari perencana meliputi gambar shop drawing. Selain
itujuga pengumpulan peraturan yaitu SNI 03-2847-2002, SNI 03-1726-2012,
SNI 03-1727-2013, Peraturan Pembebanan Indonesia dan Peta Gempa Indonesia
2010.
2.
Pembuatan spektrum gempa
Pembuatan spektrum gempa bertujuan untuk mencari besarnya koefisien
dasar gempa (Sa) sebagai langkah awal dalam menganalisis beban gempa. Beban
gempa dapat diketahui dari peta spektrum gempa yang selanjutnya digunakan
dalam analisis pembebanan
13
3. Pemodelan struktur
Pemodelan struktur dibuat dengan menggunakan program ETABS
dengan data utama yang digunakan yaitu shop drawing. Hasil pemodelan yang
didapatkan yaitu bentuk model struktur secara tiga dimensi. Permodelan struktur
dikondisikan dengan keadaan struktur sebenarnya.
4.
Analisis pembebanan
Model tiga dimensi yang telah siap di ETABS tersebut kemudian dianalisis
pembebanannya dengan program ETABS. Analisa pembebanan dilakukan
dengan memberikan beban berupa gaya-gaya yang bekerja pada struktur.
Gaya-gaya yang dijadikan beban bagi struktur tersebut diantaranya beban
mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dari pembuatan spektrum
gempa. Untuk beban gempa, akan dilakukan analisa statik ekivalen sesuai dengan
SNI 03-1726-2012 (BSN2012). Setelah data beban-beban pada struktur
dimasukan dalam analisis pembebanan ketahanan struktur sudah bisa dilihat
namun belum secara rinci, untuk mengetahui kekuatan dan ketahanan struktur
secara rinci dilanjutkan ke tahapan analisis struktur dan evaluasi.
5.
Analisis struktur
Hasil running dari pemodelan struktur oleh program ETABS yang berupa
gaya-gaya dalam dianalisis untuk merencanakan tulangan struktur pada balok,
kolom, pelat. Analisis struktur akan memberikan output berupa kekuatan dan
ketahanan struktur gedung Fakutas Ekonomi dan Manajemen IPB terhadap beban
gempa berdasarkan peta gempa Indonesia 2010. Analisis struktur juga akan
mengetahui penyimpangan yang mungkin terjadi pada struktur dengan jumlah
tulangan eksisting setelah dimasukan beban gempa.
6. Evaluasi struktur
Hasil dari perhitungan struktur yang berupa jumlah tulangan dibandingkan
dengan jumlah tulangan struktur yang terpasang di lapangan (kondisi eksisting)
kemudian dievaluasi. Evaluasi dapat memberikan informasi sejauh mana
gempa akan mempengaruhi struktur bangunan gedung. Hal ini penting untuk
evaluasi perilaku seismik struktur gedung pasca leleh. (Pranata, 2008).
7.
Perencanaan struktur
Hasil dari program ETABS berupa gaya dalam selanjutnya digunakan untuk
menghitung kebutuhan jumlah tulangan pada balok, kolom, dan pelat.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemodelan Struktur
Perencanaan sebuah bangunan tahan gempa dapat dilakukan dengan
bermacam metode salah satunya yaitu dengan analisis statik. Analisis statik yang
dikenal dengan nama statik ekivalen digunakan pada gedung yang beraturan.
Perhitungan beban gempa statik ekuivalen mengacu pada SNI 1726-2012 (BSN
2012) tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung.
Pembebanan yang diberikan meliputi beban mati, beban hidup, beban mati
tambahan, serta beban angin yang terdapat pada SNI 1727-2013 (BSN 2013)
tentang beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain
dan beban gempa statik ekuivalen. Data pemodelan yang digunakan dijelaskan
pada Tabel 1
Tabel 1 Informasi pemodelan struktur gedung
Spesifikasi
Keterangan
Jenis struktur
Beton (Concrete)
Fungsi bangunan
Fasilitas pendidikan (Kategori resiko IV)
Jumlah lantai
4
Tinggi tiap lantai
4,5 m (4 m khusus lantai 2)
Material
Beton dan mutu baja ASTM A36
Situs tanah
SD/Tanah sedang (berdasarkan SNI 1726-2012)
Komponen utama struktur atas sebuah gedung terdiri balok, kolom, dan pelat
lantai. Ketiga komponen tersebut dimodelkan pada program ETABS 2015 sesuai
dengan data as built drawing yang telah ada. Pemodelan diawali dengan
menggambarkan elemen struktur pada grid-grid arah tiga dimensi, sumbu x y, dan
z. Pemodelan dilanjutkan dengan menginput material struktur. Material yang
diinput kedalam program ETABS adalah beton dengan mutu K-300 untuk
komponen struktur balok, pelat lantai, dan struktur kolom, untuk kontruksi atap
merupakan rangka baja yang didesain dengan menggunakan aplikator. Setelah
struktur gedung dimodelkan dalam program ETABS, model struktur tersebut
diberikan beban yang mengacu pada SNI-1727-1013 (BSN 2013).
Gambar 3. Pemodelan 3D di software Etabs
15
Struktur gedung secara umum menggunakan material struktur beton, namun
untuk struktur atap dibangun menggunakan sistem atap rangka baja ringan,
sehingga bentuk pemodelan lebih mudah dilakukan menggunakan program SAP
2000. Pemodelan dibuat secara terpisah untuk mendekati karakteristik bangunan
model sebenarnya. Hasil analisis struktur atap menggunakan program SAP 2000
diperoleh bahwa besarnya nilai beban rangka atap baja ringan. Nilai tersebut
kemudian diinput berupa beban titik pada ujung kolom lantai paling atas dalam
progam ETABS. Hasil pemodelan struktur atap rangka baja pada program SAP
2000 dan penempataan beban atap rangka baja ringan pada program ETABS dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pemodelan rangka atap pada SAP2000
Pemodelan pada rangka atap dengan bahan baja ringan dilakukan pada
program SAP2000, pemodelan dilakukan pada bidang 2D dengan memodelkan
rangka kuda-kuda atap, profil dari baja ringan yang dimodelkan adala profil H,
dengan type ST-37 (ASTM A-36), angkur baut ST-41, dan bahan las yaitu AWS
E-70XX. Setelah pemodelan rangka atap, dilakukan analisis pebebanan dengan
menghitung beban yang bekerja pada rangka atap meliputi beban mati, beban
hidup, angin, dan hujan. Pembebanan Rincian pembebanan pada rangka atap
dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Pembebanan pada rangka atap
Spesifikasi
Rangka
Gording C
Jarak gording
Jarak kuda-kuda utama
Penutup (Genteng Metal Berpasir)
Terkstang
Sudut
Beban
21,3
5,5
1,25
4,5
5,00
φ12
30
Keterangan
kg/m
kg/m
m
m
kg/m
derajat
Pada analisis pembebanan pada rangka kuda-kuda atap terdiri atass beban
mati beban hidup, beban angin yang dihitung secara otomatis oleh ETABS, dan
beban hujan. Beban mati yang bekerja pada rangka atap adalah gording sebesar
24,75 kg, dan penutup atap dengan beban 23 kg, sehingga total beban mati yang
bekerja adalah 47,25 kg. Beban hidup mengacu pada Peraturan Pembebanan
16
Indonesia untuk Gedung (DepPU 1983) yaitu sebesar 100 kg untuk beban hidup.
Beban angin dihitung berdasarkan SNI 1727-2013 (BSN 2013) didapatkan
sebesar 28,125 kg, dan beban hujan sebesar 0,98 kN/m2. Setelah beban yang
bekerja diinput pada setiap joint maka analisis pembebanan dapat dikerjakan, dan
menghasilkan beban pada 2 titik rangka kuda-kuda yaitu sebesar 24,69 kN dan
25,55 kN. Beban pada 2 titik ini akan dimasukkan pada perhitungan ETABS
sebagi beban terhadap struktur. Beban beban yang bekerja pada elemen struktur
gedung adalah beban mati, beban hidup, beban gempa, beban angin, dan beban
superdead, beban angin dan beban hujan. Beban mati yang bekerja pada balok
dihitung secara manual dan disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang digunakan,
beban mati bekerja pada elemen struktur adalah sebesar 2,05 kN/m2. Beban hidup
yang bekerja mengacu pada SNI yang disesuaikan dengan peruntukan dan
penggunaan gedung seperti yang terlampir pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis dan berat beban hidup berdasarkan SNI-1726-2012
Jenis Beban
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor dan asrama
Ruang kelas
koridor sekolah diatas lantai 1
Jalur akses pemeliharaan
Kantor
Tangga dan jalan keluar
Ruang komputer
Berat (kN/m2)
2.5
1.92
3.83
1.92
2.4
4.79
4.79
Pembebanan gempa statik ekuivalen merupakan suatu representasi dari beban
gempa setelah disederhanakan dan dimodifikasi, gaya inersia yang bekerja
pada suatu massa akibat gempa disederhanakan menjadi gaya horizontal (Budiono
dan Supriatna 2011). Hasil yang didapat pada perhitungan beban statik ekuivalen
berupa nilai berat gedung total sebesar 13756,803 kN. Nilai gaya geser tersebut
dikalikan dengan rasio antara beban gedung tiap lantai dan beban gedung total dan
kemudian didapatkan nilai distribusi vertikal gaya gempa yang terdapat pada tiap
lantai yang ditinjau pada sumbu x dan sumbu y yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai distribusi vertikal tiap lantai
Lantai
keatap
3
2
1
Total
Keting
gian
(m)
17,5
13,5
9
4,5
17,5
k
Wx (kN)
hx
1378,541
3180,352
4615,841
4582,069
13756,80
19,52
15,05
10,04
5,020
49,64
Wx.hx
k
26910,83
47893,71
46340,73
23000,84
144146,1
Cvx
Fx
0,18
0,33
0,32
0,16
187,114
333,010
322,212
159,927
30%Fx
(arah
fy)
56,134
99,903
96,664
47,978
Fy
187,11
333,01
322,21
159,92
Pada analisis dengan menggunakan metode statik ekivalen, terlebih dahulu
ditentukan nilai periode struktur. Nilai periode struktur diperoleh dari
hasil analisis program ETABS. Nilai periode struktur ini ditinjau dari dua arah
yaitu arah Y dan arah X. Perioda struktur yang didapat dipengaruhi oleh
17
ketinggian dan jenis rangka bahan pada struktur bangunan. Struktur Gedung
dekanat Fakulkas Ekomomi dan Manajemen IPB dengan tinggi 17,5 m dan
berjenis konstruksi penahan beton memiliki perioda utama struktur yang
diizinkan berdasarkan SNI 1727-2013 (BSN 2013). Nilai periode minimum yang
dihasilkan yaitu sebesar 0.40 detik dan periode maksimum sebesar 0.56 detik.
Gaya geser dasar horizontal akibat gempa (V) dapat dihitung dengan
ketentuan: nilai parameter respon spektra percepatan desain pada periode pendek
(SDS) sebesar 0.659. Struktur Gedung Dekanat Fakulkas Ekonomi dan
Manajemen IPB termasuk ke dalam kategori gedung fasilitas pendidikan dengan
kategori resiko IV (I = 1.5), dirancang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah Beton (R = 5). Gaya geser disebar per masing-masing lantai bangunan
yang disesuaikan dengan berat struktur dan ketinggian lantai. Adapun besarnya
nilai distribusi vertikal gaya gempa pada tinjauan arah x (Fx), dan arah y (Fy)
yang disebar tiap lantai dapat dilihat pada Tabel 4.
Desain Spektrum Gempa
Pembuatan spektrum gempa disesuaikan dengan letak geografis dan kelas
tanah dari bangunan yang akan dibangun. Kota Bogor terletak pada koordinat 6o
35’ 20.01 “ LU dan 106o 47’ 33.55” BT. Dari koordinat tersebut dapat
ditentukan nilai percepatan batuan dasar pada peta. Pembuatan spektrum gempa
mengacu pada peta percepatan batuan dasar sebesar 1.0 detik (S1) dan 0.2 detik
(Ss). Peta respon spektra percepatan 1.0 detik untuk wilayah Bogor terlihat pada
Gambar 6 dan peta respon spektra percepatan 0.2 detik terlihat pada Gambar 5.
Data yang diperoleh dari peta gempa adalah nilai S1 dan nilai Ss. Nilai S1 dan
Ss dijadikan acuan dalam menentukan nilai faktor amplifikasi terkait spektra
percepatan berdasarkan jenis tanah, semakin lunak jenis tanah, semakin
tinggi nilai faktor amplifikasi terkait spektra percepatan. Pada jenis tanah
yang sama, semakin tinggi nilai S 1 dan Ss, nilai faktor amplifikasi terkait
spektra percepatan semakin kecil (Sari 2013). Nilai S 1 dijadikan acuan dalam
menentukan faktor amplifikasi terkait spektra percepatan untuk periode 1.0 detik
(Fv) dan nilai Ss dijadikan acuan untuk menentukan nilai periode pendek (Fa).
Nilai-nilai tersebut dijadikan penentuan parameter respon spektra percepatan di
permukaan tanah.
U
Bogor
Peta Skala 1 : 1000000
Gambar 5 Peta Gempa wilayah Bogor untuk T= 0.2 detik
18
U
Bogor
Peta Skala 1 : 1000000
Gambar 6 Peta Gempa wilayah Bogor untuk T= 1 detik
Kondisi tanah sedang :
Kondisi T < T0
S1 = 0.35 g
SS = 0.86 g
Fa = 1.15
Fv = 1.69
SMS = Fa . SS = 0.989 g
T
Sa = SDS (0.4 + 0.6 T0)
Sa = 0.26 g
Kondisi T0 < T < Ts
2
SDS = 3. SMS = 0.667
Sa = SDS
Sa = 0.66 g
SM1 = Fv . S1 = 0.591 g
2
SD1 = 3. SM1 = 0.399
T0 = 0.12
Ts = 0.56
Kondisi Ts < T < TL
Sa=
SD1
T
Hasil dari spektrum gempa pada lokasi gedung dekanat Fakultas Ekonomi
dan Manajemen dengan kelas situs tanah sedang dapat dilihat pada Gambar 7.
0.8
Sa
0.6
0.4
0.2
0
1
2
3
Periode, T (detik)
4
Gambar 7 Spektrum gempa rencana
5
19
Dari hasil pembuatan spektrum gempa tersebut didapatkan nilai parameter respon
spektra percepatan desain pada periode pendek (S DS) sebesar 0.667g. Nilai
parameter respon spektra percepatan desain pada periode 1 detik (SD1) sebesar
0.399 g.
Evaluasi Struktur Kolom
Kolom merupakan elemen struktur yang berfungsi menopang struktur secara
vertikal dan menerima gaya-gaya berupa beban lateral dan gaya dari elemen
balok, kemudian gaya tersebut didistribusikan kepada pondasi untuk diteruskan
kepada lapisan tanah keras. Kolom yang digunakan pada struktur Gedung
Dekanat Fakultas Ekonomi dan Manajemen berbentuk lingkaran. Hasil analisis
program ETABS dapat diketahui bahwa semua frame kolom hasil evaluasi pada
struktur gedung ini adalah aman berdasarkan pada hasil output program ETABS
yang tidak menunjukan warna merah pada elemen struktur gedung baik atap,
lantai, balok, dan kolom. Pada Tabel 5 juga ditunjukan kondisi aman berdasarkan
jumlah dan diameter penulangan yang digunakan pada struktur kolom. Jumlah
tulangan dari hasil evaluasi dapat dilihat berdasarkan luas tulangan yang
dihasilkan dari analisis pada ETABS. Jumlah dan diameter tulangan-tulangan
pada kolom tersebut jika dibandingkan dengan kondisi eksisting adalah sama,
artinya tulangan pada kondisi eksisting telah memenuhi kebutuhan jumlah
tulangan hasil evaluasi. Adapun perbandingan tulangan lentur dan tulangan geser
hasil evaluasi menggunakan program ETABS dengan kondisi eksisting dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Perbandingan jumlah dan diameter tulangan lentur dan geser pada kolom
Kolom
Ukuran
K1W2
D60
K2W2
D60
K1N2
D60
K2N2
D60
K1W2E
D60
Kondisi
Tulangan
Lentur
Tulangan Geser
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
20D25
20D25
16D25
16D25
20D25
20D25
16D25
16D25
16D19
16D19
D10-10/15
D10-10/15
D10-10/20
D10-10/20
D10-10/15
D10-10/15
D10-15/20
D10-15/20
D10-10/15
D10-10/15
Ket
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Evaluasi Struktur Balok
Balok merupakan elemen struktur melintang secara horizontal yang berfungsi
menerima gaya-gaya berupa beban lateral, beban searah sumbu gravitasi dan
beban dari elemen pelat, kemudian gaya tersebut didistribusikan kepada elemen
kolom. Kombinasi kekuatan yang diberikan beton dan tulangan besi, diharapkan
dapat memperkuat elemen struktur balok. Penulangan balok dilakukan dari
20
perhitungan gaya-gaya dalam yang bekerja pada balok. Penulangan yang
dianalisis meliputi penulangan lentur dan penulangan geser. Tulangan lentur
didesain dengan dua kondisi, yaitu kondisi lapangan dan kondisi tumpuan (Surya
2012). Analisis pada ETABS bisa
mengamati kemungkinan terjadinya
Overstress pada elemen balok yang terpasang pada struktur. Overstress ini
disebabkan oleh gaya geser dan torsi yang melebihi nilai maksimum yang
diizinkan. Jika tulangan lentur pada kondisi eksisting lebih besar dari tulangan
lentur hasil evaluasi, yang artinya balok yang dipakai pada kondisi eksisting
bersifat boros disebabkan oleh gaya geser dan torsi yang melebihi nilai
maksimum yang diizinkan. Jika tulangan lentur pada kondisi eksisting lebih besar
dari tulangan lentur hasil evaluasi, yang artinya balok yang dipakai pada kondisi
eksisting bersifat boros.
Hasil analisis program ETABS menunjukkan bahwa semua tipe balok dapat
dikatakan aman atau tidak mengalami overstress. Hasil analisis program ETABS
menunjukkan bahwa jumlah dan jarak tulangan geser yang digunakan pada
kondisi eksisting dengan hasil evaluasi adalah sama, artinya tulangan pada kondisi
eksisting telah memenuhi kebutuhan jumlah tulangan hasil perencanaan.
Perbandingan tulangan lentur dan tulangan geser hasil evaluasi menggunakan
program ETABS dengan kondisi eksisting dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Perbandingan jumlah dan diameter tulangan lentur dan geser pada kolom
Balok
Dimensi
(mm)
B1
400X750
B2
350X550
B3
250X650
B4
300X450
B5
350X650
B6
350X400
B1K
400X750
B2K
350X750
BL1
250X550
Lentur
Kondisi
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Evaluasi
Eksisting
Tumpuan
Atas
5D25
5D25
4D19
4D19
3D19
3D19
3D19
3D19
3D25
3D25
3D19
3D19
5D25
5D25
5D19
5D19
3D19
3D19
Bawah
5D25
5D25
2D19
2D19
3D19
3D19
3D19
3D19
2D25
2D25
3D19
3D19
3D25
3D25
3D19
3D19
3D19
3D19
Lapangan
Atas Bawah
3D25 5D25
3D25 5D25
2D19 2D19
2D19 2D19
3D19 3D19
3D19 3D19
3D19 3D19
3D19 3D19
2D25 3D25
2D25 3D25
3D19 3D19
3D19 3D19
5D25 3D25
5D25 3D25
5D19 3D19
5D19 3D19
3D19 3D19
3D19 3D19
Geser
Tumpuan
D10-100
D10-100
D10-150
D10-150
D10-150
D10-150
D10-100
D10-100
D10-100
D10-100
D10-150
D10-150
D10-150
D10-150
D10-100
D10-100
D10-150
D10-150
Ket
Lapang
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
D10-200
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Balok pada struktur Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
dimodelkan pada ETABS dengan menggunakan dimensi eksisting, pemodelan
balok tidak mendetail pada tulangan namun hanya pada tinggi balok, lebar balok,
21
dan tebal selimut balok (cover). Hasil analisis pada ETABS menunjukan elemen
struktur balok secara keseluruhan aman dan tidak terjadi overstress. Elemen balok
dengan type BL1 walaupun secara umum aman namun pada lantai 2 dan lantai 3
type balok ini berada dalam kategori kritis dalam artian aman namun tidak tahan
untuk umur penggunaan gedung dalam jangka waktu panjang terhadap beban
gempa nominal (berkala)
Beban gempa nominal merupakan beban gempa yang nilainya ditentukan
oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas beban itu dilampaui dalam kurun
waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur yang mengalaminya dan oleh
kekuatan lebih yang terkandung di dalam struktur tersebut. Menurut Standar ini,
peluang dilampauinya beban tersebut dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun
adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya disebut Gempa Rencana (dengan
perioda ulang 500 tahun), tingkat daktilitas struktur gedung dapat ditetapkan
sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, beban gempa nominal adalah beban
akibat pengaruh Gempa Rencana yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama
di dalam struktur gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat lebih.
Struktur gedung termasuk elemen kolom dan balok mampu menahan atau
menerima beban gempa, begitu pula dengan elemen balok BL1 secara khusus
mampu menahan beban gempa rencana yang dimasukan dalam pemodelan pada
ETABS, namun untuk jangka waktu panjang elemen balok BL1 perlu diberikan
treatment atau perawatan tersendiri karena untuk mendesain ulang balok sudah
tidak memungkinkan karena keadaan balok yang sudah eksisting. Kondisi balok
yang mengalami overstress atau tidak mampu menahan beban yang bekerja pada
struktur bangunan dapat ditanggulangi dengan beberapa cara diantaranya dengan
mengubah dimensi, mengatur ulang beban yang diberikan sesuai dengan
peruntukan, memberikan lapisan untuk menambah dimensi, dan mengatur ulang
penulangan.
Balok BL1 dapat ditambah perkuatannya dengan mengatur jumlah tulangan
yaitu dengan menambah jumlah tulangan. Pada pemodelan dalam aplikasi ETABS
awalnya balok BL1 memiliki 3 buah tulangan dengan dimensi 19 mm (3D19),
dengan jumlah demikian dapat diketahui jumlah luas tulangan untuk balok adalah
sebesar 850,19 mm2 penambahan dilakukan berdasarkan hasil analisis pada
program ETABS yang menunjukan luasan tulangan (rebar) yang dibutuhkan
adalah sebesar 1375 mm2.
Luas tiap tulangan adalah sebesar 283,38 mm2 sehingga dapat diberikan
penambahan 2 buah tulangan pada desain balok BL1 dengan jumlahan luas
tulangan baru adalah sebesar 1416,77 mm2 sehingga memenuhi jumlah luasan
tulangan yang dibutuhkan agar balok BL1 dapat menahan beban yang bekerja
pada struktur. Cara lain adalah dengan menganti diameter tulangan yang
digunakan menjadi tulangan yang lebih besar, kolom BL1 menggunakan tulangan
awal sebesar 19 mm sehingga luasan untuk 1 buah tulangan adalah 283,38 mm2,
jika tetap menggunakan 3 buah tulangan makadiperlukan tulangan dengan
diameter 25 mm, tulangan 25 mm memiliki luas tulangan 490,62 mm2 sehingga
dengan tulangan 3D25 (3 buah tulangan dengan diameter 25 mm) luas tulangan
keseluruhan adalah sebesar 1471,87 mm dan telah memenuhi rebar area yang
dibutuhkan agar kekuatan balok dapat menahan beban pada struktur.
Rekomendasi ini dapat digunakan apabila dilakukan renovasi pada bagian balok
22
BL1 dan pada saat mendesain bangunan dengan jenis yang sama dan model
bangunan berupa typical building.
Hasil output program ETABS 2015 menampilkan informasi detail hasil
evaluasi pada pemodelan. Informasi yang ditampilkan merupakan nilai standar
aman yang seharusnya diterapkan pada kondisi eksisting struktur. Hasil output
yang ditampilkan ETABS 2015 pada pemodelan gedung FEM IPB adalah nilai
modulus elestisitas (Ec) sebesar 24855,58 MPa, nilai kuat tekan beton (fc’)
sebesar 27,58 MPa, dan nilai tegangan leleh (fy) sebesar 413,69 MPa.
Berdasarkan nilai tersebut maka ETABS 2015 mengeluarkan nilai standar untuk
penulangan pada elemen struktur (longitudinal reinforcement) sebesar 1375 mm2,
yang berarti luasan tulangan (rebar area) minimal pada elemen struktur adalah
1375 mm2. Kondisi standar yang keluarkan ETABS dapat diterapkan pada balok
yang akan dipasang agar kekuatan struktur sanggup menanggung beban yang
bekerja.
23
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Perhitungan pembebanan terhadap struktur gedung meliputi beban mati,
beban hidup, beban gempa, beban angin dan beban hujan, kombinasi
pembebanan yang digunakan mengacu pada SNI-1726-2012.
2. Struktur gedung yang mengacu pada peta gempa 2010 menunjukan bahwa
perencaan gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB memiliki kekuatan
yang cukup untuk menahan beban yang bekerja termasuk beban gempa itu
sendiri.
3. Hasil analisis menunjukan tidak terjadinya penyimpangan terhadap struktur
gedung karena komponen elemen penyusun gedung sudah memenuhi desain
yang aman terhadap beban gempa. menggunakan metode statik ekuivalen
menunjukkan bahwa semua komponen struktur balok pada kondisi eksisting
telah memenuhi kebutuhan jumlah tulangan hasil evaluasi
4. Ketahanan struktur gedung memenuhi persyaratan SNI-1727-2013 dan
SNI1727-2012. Keseluruhan elemen pada struktur gedung sanggup menahan
beban yang bekerja. Penambahan penulangan dilakukan pada balok BL1 agar
menambah kekuatan pada balok tersebut.
Saran
Evaluasi dapat juga dilakukan dengan berbagai metode yang berbeda
berdasarkan peraturan-peraturan terbaru untuk mendapatkan perbandingan nilai
kinerja struktur gedung terhadap beban gempa.
24
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2002. Rekayasa Gempa Untuk Teknik Sipil. Padang (ID): Institut Teknologi
Padang Pr.
Asroni A. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002. Jakarta (ID):
BSN
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 03-1726-2012.
Jakarta(ID):BSN
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013a. Beban Minimum Untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. SNI 1727-2013. Jakarta
(ID): BSN
Boore DM, Joyner WB. 1982. The empirical prediction of ground motion. Bull.
Seism. Soc. Am. 72:269–268.
Budiono B, Supriatna L. 2011. Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan
Gempa dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 031726-201X. Bandung (ID): ITB Press.
[DepPU]. 1983a. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
(SKBI–1.3.53.1983), Yayasan Badan Penerbit PU
[DepPU]. 1983b. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan Gedung
1983 (PPIUG 1983). Bandung:Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan
Dewobroto W. 2013. Komputer Rekayasa Struktur dengan SAP2000. Jakarta (ID):
LUMINA Press
Fauzan M, Riswan D. 2002. Analisa dan Perhitungan Konstruksi Gedung
Perkantoran Bidakara Pancoran [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas.
Fauzan SA. 2016. Evaluasi Struktur Gedung X di Jakarta Berdasarkan SNI 031726-2012 Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Febrianti NIC. 2014. Analisis Peak Ground Acceleration (PGA) di Sumatra Barat
akibat gempa bumi Tektonik tahun 2000-2012 dengan maagnitudo lebih
dari 7.0 SR. Jurnal Fisika. 3(2):80-83.
Kanamori H. 1993. Locating Earthquakes with Amplitudes. Buletin of
Seismological Society of America. 83(1):264-268.
McCormac JC. 2004. Desain Beton Bertulang. Jilid ke-1. Sumargo, penerjemah;
Simarmata L, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Design of Reinforced Concrete Fifth Edition.
Nasution A. 2009. Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang. Bandung: ITB.
Pamungkas A. 2009. Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya (ID):
ITS Press
Pranata YA . 2006. “Evaluasi Kinerja Beton Bertulang Tahan Gempa dengan
Pushover Analysis (Sesuai ATC-40, FEMA 356 dan FEMA 440). Jurnal
Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha.13(15):12-18
25
Pranata YA, Wijaya PK. 2008. Kajian Daktilitas Struktur Gedung Beton
Bertulang dengan Analisis Riwayat Waktu dan Analisis Beban Dorong.
Jurnal Teknik Sipil. 8(3):250 – 263.
Pratama F, Agus SB, Wibowo. 2014. Evaluasi Kinerja Struktur Gedung 10 Lantai
Dengan Analisis Time History Pada Tinjauan Drift dan Displacement
Menggunakan Software Etabs. Matriks Teknik Sipil. 2014.; 4(1):377-384
Sari I. 2013. Analisis Struktur Portal 3D Simetris dan Tidak Simetris terhadap
Beban Gempa Kuat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Satyarno I, Nawangalam P, Pratomo I. 2012. Belajar SAP2000. Jilid ke 2.
Yogyakarta (ID): Zamil Publishing
Setiawan I. 2014. Analisis Dan Evaluasi Struktur Atas Gedung Pusat Informasi
Kehutanan IPB Terhadap Ketahanan Gempa Berdasarkan Peta Gempa
2010. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Sieh K, Natawidjaja D. 2000. Notectonic of the Sumatran Fault, Indonesia,
Journal of Geophysical Research, Vol. 105, No. B12, pp.28295-28326.
Surya M. 2012. Analisis dan Evaluasi Struktur Wing Fahutan IPB,Bogor
Terhadap Ketahanan Gempa Berdasarkan Peta Gempa 2010 [skripsi].Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
Wells DL, Coppersmith KJ. 1994. New Empirical Relationships among
Magnitude, Rupture Length, Rupture Width, Rupture Area, and Surface
Displacement, Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 84,
No.4, pp. 974-1002.
Wulandari S. 2013. Analisis dan Evaluasi Struktur Atas Tower C Grand Center
Point Apartement Terhadap Beban Gempa Berdasarkan Peta Gempa
2010[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Zaidir, Nofitra M, Putir LM. 2012. Evalusi kelayakan bangunan bertingkat pasca
gempa 30 september 2009 Sumatra Barat. Studi Kasus: Kantor Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan informatika provinsi Sumatra Barat. Jurnal
Rekayasa Sipil. 8(1):61-73.
26
Lampiran 1 Klasifikasi kelas situs tanah
Sumber : SNI-1726:2012
Lampiran 2 Koefisien situs Fa
Sumber : SNI-1726:2012
Lampiran 3 Koefisien situs Fv
Sumber : SNI-1726:2012
Lampiran 4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
pada periode pendek
Sumber : SNI-1726:2012
27
Lampiran 5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
pada periode 1 detik
Sumber : SNI-1726:2012
Lampiran 6 Koefisien situs FPGA
Sumber : SNI-1726:2012
Lampiran 7 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa
Sumber : SNI-1726:2012
28
Lampiran 8 Data Hasil Pengujian Tanah
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
PEMERIKSAAN KONSOLIDASI
(Consolidation Test)
Project
Location
Coordinates
Ground Elevasi
Groung Water Elev.
: Pembangunan Gedung
FEM IPB
: IPB Dramaga –
Kabupaten Bogor
X: - Y: :-m
: 7.50 m
Tested by
: Lab. UIKA
Date
: 29 – 03 – 2015
Point
Checked by
: HB
: Syaiful.,S.T,.M.T
Kadar Air dan Berat Isi
Sebelum
Sesudah
A
Berat Ring (gr)
14,2
14,2
B
Berat Tanah Basah + Ring (gr)
55,5
55,5
C
Berat Contoh Tanah (gr)
40,9
40,9
D
Berat Cawan (gr)
12
11,75
E
Berat Contoh Kering+Cawan+Cincin (gr)
49,9
49,9
F
Berat Contoh Kering (gr)
23,7
23,95
G
Berat Air (C - F)
17,2
16,95
H
Kadar Air (G/F)x100% (%)
0,73
0,71
I
Volume Contoh Basah/Cincin (cm3)
1,38
1,38
J
Berat Isi Basah = (C/I) (gr/cm3)
29,59
29,59
K
Berat Isi Kering = J/(100 - H) x 100% (gr/cm3)
0,30
0,30
Beban (kg)
Tekanan (kg/cm2)
0.5
0.25
1
0.5
2
1
4
2
0 detik
30 detik
1 menit
15 menit
1 jam
8 jam
24 jam
0
2
2
14.1
16.6
18
18
18.5
20
21.5
25.5
26
27.5
27.8
28
29
29.2
30
31.5
32.5
33
35
40
40.3
50
55
57
57.2
29
Lampiran 9 Potongan dan pemodelan beban atap
30
Lampiran 10 Lampiran pemodelan beban atap
31
Lampiran 11 Gambar tampak dan potongan struktur atap dan gedung
32
Lampiran 12 Pemodelan dan beban pada join struktur
33
Lampiran 14 Hasil check design pada balok BL1 pada lantai 2 dan 3
34
RIWAYAT HIDUP
Fakhril Hamdi lahir di Kabupaten Solok, pada tanggal 02 Oktober
1994. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Adrizal dan Ibu Yenfi Idris. Penulis memulai
pendidikan dasar di SDN 39 Perumnas Koto Baru Solok (2006),
kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah pertama di
MTsN Padang Panjang dan lulus pada Tahun 2009. Selanjutnya
penulis memasuki jenjang pendidikan menengah atas di SMAN 1
Padang Panjang dan menyelesaikan kegiatan belajar pada Tahun 2012. Pada tahun
yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tertulis.
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis tercatat sebagai staf
pengembangan sumberdaya dan kesejahteraan mahasiswa Himpunan Mahasiswa
Teknik Sipil dan Lingkungan IPB periode 2013-2014 dan 2014-2015. Tahun 2014
penulis berada dalam kepanitiaan Indonesian Civil and Environmental Festival
(ICEF 2014) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan
Lingkungan IPB sebagai staf hubungan masyarakat. Tahun 2015 penulis menjadi
staf panitia dalam pelatihan ISO 14001:2004 tentang Sistem Manajemen
Lingkungan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan
Lingkungan IPB. Tahun 2015 penulis mengikuti pelatihan pelaksana lapangan
pekerjaan bangunan irigasi yang diselenggarakan oleh Balai Peningkatan
Penyelenggaraan Konstruksi – Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tahun 2015 penulis melaksanakan
Praktik Lapangan (PL) di PT Hutama Karya (persero) pada proyek pembangunan
Jalan TOL Cinere-Jagorawi, Depok dengan judul “Mempelajari Metode
Pengerjaan Rigid Pavement Pada Proyek Pembangunan jalan tol Ruas Cinere –
Jagorawi Seksi II A Depok, Jawa Barat”.
Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis dan Evaluasi Kekuatan
Struktur Atas Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Terhadap Faktor
Gempa Berdasarkan SNI 1727:2013” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik IPB, dibawah bimbingan Dr. Ir. Erizal, M.Agr.
Download