Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi
kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan.
Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja ataupun untuk pembelian aktiva
tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu
mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya yang
paling murah. Kedua hal tersebut harus bisa diupayakan oleh manajer keuangan
agar perusahaan dapat berjalan dengan baik.
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Keuangan memiliki ruang lingkup yang luas dan dinamis. Keuangan dapat
berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan manusia dan organisasi. Untuk
dapat memperoleh laba dalam melakukan suatu usaha diperlukan keuangan yang
optimal untuk dapat berjalan dengan baik sehingga untuk dapat mengoptimalkan
keuangan perusahaan maka diperlukan manajemen yang baik. Oleh karena itu,
keuangan mempunyai hubungan yang erat terhadap ilmu manajerial.
Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap
kehidupan setiap orang dan perusahaan. Seiring dengan perkembangannya,
manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan
posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajemen
keuangan juga mengatur penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang
optimal, serta mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian deviden). Untuk
memperkuat pengertian manajemen keuangan, maka menurut beberapa ahli,
manajemen keuangan adalah:
12
13
Menurut Darsono (2006:1) menerangkan bahwa :
“Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen
perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurahmurahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif
mungkin untuk memperoleh laba”.
Sedangkan menurut Keown, et. Al. (2005:4) pengertian manajemen keuangan
adalah sebagai berikut :
”Financial management is concerned with the maintenance and
creation of economic value or wealth”.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari Manajemen Keuangan adalah adalah usaha-usaha yang dilakukan
oleh perusahaan untuk mendapatkan dana dan mengalokasikan dana tersebut
secara efektif dan efisien dengan keuntungan yang optimal.
Manajemen keuangan juga menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan
pengendalian kegiatan keuangan. Manajemen keuangan lebih menitikberatkan
pada pengelolaan investasi,
pembiayaan dan manajemen aktiva untuk
menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham melalui maksimalisasi nilai
perusahaan.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi utama dalam manajemen keuangan menurut Irawati (2006:3)
terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan,
yaitu :
1. Keputusan investasi
Keputusan investasi adalah keputusan yang diambil oleh manajer
keuangan dalam allocation of fund atau pengalokasian dana kedalam
bentuk investasi yang dapat mengahasilkan laba dimasa yang akan datang.
14
Keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan yang
mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan antara
current assets dengan fixed assets.
2. Keputusan pendanaan
Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan
dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antar sumbersumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai
kebutuhan- kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya.
Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan,
dengan melihat jangka pendekk dan jangka panjang, sedangkan
perbandingannya disebut dengan struktur modal. Dalam keputusan
pendanaan mempengaruhi baik struktur modal maupun struktur financial.
3. Keputusan dividen
Keputusan dividen bagian dari keuntungan suatu perusahaan
dibayarkan kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan
manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang
akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dan yang akan
disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan
perusahaan.
.
2.2
Investasi
Definisi investasi menurut Dr. Sumantoro (2009) dalam bukunya
Pengantar Pasar Modal Indonesia adalah sebagai berikut:
Investasi adalah kegiatan mendapatkan modal, baik langsung maupun tidak
langsung,
dengan
harapan
pada
waktunya
nanti
pemilik
modal
mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut.
15
Sedangkan menurut Khamarudin Ahmad yang mengutip pernyataan
Donald E. Fisher dan Ronald J. Jordan (1995) dalam bukunya “Security Analysis
and Portofolio Management” mengenai definisi investasi, yaitu :
An investment is a commitment of funds made in expectation of some positive
rate of return.
Setiap investor memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai melalui
berbagai keputusan investasi yang diambil. Secara umum, motif utama yang
menjadi dasar kuat dalam melakukan investasi adalah keinginan memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya dengan risiko tertentu atau memperoleh keuntungan
tertentu dengan risiko seminimal mungkin.
Investasi juga merupakan sebuah komitmen atas dana yang ditanamkan,
karena dalam jangka waktu tertentu dana tersebut tidak dapat dipakai untuk
keperluan lain sebelum batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh
karena itu dalam menginvestasikan dananya setiap investor seharusnya
mengetahui seberapa besar risiko yang diambil untuk mendapatkan hasil dari
investasi yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berpendapat sebagai berikut:
Investasi adalah kegiatan yang mempunyai komitmen dalam menempatkan dana
dengan risiko yang menyertainya dan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
tertentu dari dana tersebut.
2.2.1 Klasifikasi investasi
Pada umumnya, bentuk investasi dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Real assets, yaitu bentuk investasi yang ditanamkan investor ke dalam
bentuk kekayaan riil atau bersifat berwujud, seperti gedung, kendaraan,
mesin dan sebagainya.
16
2. Financial assets, adalah investasi yang ditanamkan oleh investor ke dalam
bentuk tabungan dan surat berharga atau dokumen (surat-surat) klaim tidak
langsung pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang menerbitkan
sekuritas tersebut.
Salah satu perbedaan antara aktiva riil dengan aktiva keuangan adalah
likuiditasnya. Likuiditas disini diartikan tingkat kemudahan mengkonversi suatu
aset menjadi uang tunai dan biaya transaksinya cukup rendah. Real assets secara
umum kurang likuid dan return asetnya sulit diukur secara akurat.
Sedangkan klasifikasi investasi berdasarkan jenis asetnya menurut Frank
J. Fabozzi (2000) dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tangible assets, yaitu aset yang nilainya tergantung pada bentuk fisik yang
dimilikinya. Seperti gedung, tanah atau mesin. Tangible assets ini
diklasifikasikan lagi menjadi:
-
Reproducible assets, contohnya mesin
-
Non reproducible assets, contohnya tanah
2. Intangible assets, yaitu assets mewakili klaim resmi untuk beberapa
keuntungan dimasa datang. Nilainya tidak berhubungan dengan bentuk,
fisik, dan sebagainya. Financial aset yang disebut juga instrumen
keuangan atau sekuritas termasuk dalam intagible assets. Untuk instrument
ini, jenis keuntungan di masa depan berupa klaim pendapatan dimasa
depan. Contoh bentuk investasi ini adalah saham dan obligasi.
2.2.2 Investasi di Pasar Modal
Pengertian pasar modal sebagaimana pengertian pasar pada umumnya
adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Namun dalam hal ini yang
menjadi produk atau barang yang diperjual belikan adalah merupakan modal atau
ana yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan.
17
Penjual modal atau yang lazim disebut investor adalah orang/badan usaha
yang dapat menyisihkan kelebihan dananya untuk sebuah investasi yang sifatnya
produktif, dalam hal ini membeli saham yang diperjual belikan di pasar modal.
Sedangkan pembeli modal atau dana adalah perusahaan yang memerlukan dana
atau tambahan modal untuk keperluan usahanya (ekspansi usaha), memperbaiki
struktur modalnya ataupun pengalihan pemilikan perusahaan.
Pada kenyataanya pasar modal itu lebih dikenal sebagai bursa efek atau
disebut juga sebagai securities exchange atau stock market. Terlepas dari
banyaknya istilah mengenai pasar modal tersebut, pada dasarnya pasar modal
merupakan tempat bertemunya penjual dana (investor) dan pembeli dana
(perusahaan go public) dan dalam mengadakan transaksi yang diperantarai oleh
para anggota bursa selaku pedagang perantara di bursa efek.
Salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun tergolong berisiko
tinggi adalah investasi saham. Definisi yang diberikan oleh Adler H. Manurung
(1992:13) adalah sebagai berikut:
Saham adalah sebuah surat berharga yang di dalamnya tertulis besarnya
kepemilikan terhadap sebuah perusahaan dari sebesar modal perusahaan.
Kepada pemilik saham diberikan hak-hak sebagai berikut:
a. Mendapatkan dividen, yaitu bagian keuntungan usaha yang dibagikan
kepada para pemegang saham.
b. Mengeluarkan surat/pendapat dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Hak-hak lain seperti bonus, klaim dan lain-lain yang dikeluarkan oleh
perusahaan esuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar Perusahaan.
d. Peningkatan nilai modal atau selisih nilai yang mungkin ada apabila saham
tersebut dijual oleh pemiliknya dengan harga yang lebih tinggi.
Seorang investor yang ingin melakukan investasi di pasar modal, selain
memiliki sejumlah dana, juga diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman
dan naluri bisnis untuk menganalisa efek atau surat-surat berharga.
18
Dalam melakukan investasi tersebut, seorang investor dapat memilih
melalui dua cara, yaitu:
1. Melakukan pembelian saham di pasar perdana
Pasar perdana adalah pasar di dalam masa penawaran efek dari
perusahaan yang menjual saham (biasanya disebut emiten) kepada
masyarakat untuk pertama kalinya. Untuk pelaksanaan penjualan
sahamnya, emiten dibantu oleh agen penjual. Mengenai pasar perdana,
Richard A. Breadley, Stewardt C. Myers dan Allan J. Marcus
(2000:10) memberikan pengertian sebagai berikut:
Primary market is market, for the sale of new securities by
coorporation
2. Melakukan pembelian saham di pasar sekunder
Mengenai pengertian pasar sekunder, Richard A. Breadley,
Stewardt C. Myers dan Allan J. Marcus (2000:10) memberikan batasan
sebagai berikut:
Secondary market is market in which already issued securities are
traded among investor
Harga efek (saham) di pasar sekunder, selain ditentukan oleh kondisi
perusahaan emiten, juga dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran
saham tersebut di bursa (pasar sekunder).
Karena itu untuk melakukan pembelian di pasar sekunder, yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Laporan keuangan perusahaan dan laporan tahunan perusahaan. Dari
laporan dapat dilihat dan dinilai keadaan perusahaan tersebut yang telah go
public.
2. Saran atau nasehat dari para perantara perdagangan efek. Seorang investor
yang ingin membeli atau menjual saham perlu minta saran atau nasehat
19
dari lembaga ini karena lembaga ini secara terus menerus mengikuti
perkembangan harga saham-saham perusahaan tersebut.
Investasi di dalam saham merupakan investasi yang mengandung risiko,
karena pemodal menghadapi ketidakpastian. Saham perusahaan go public
merupakan komoditi investasi yang tergolong berisiko tinggi, karena sifat
komoditinya yang sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik
perubahan di dalam negeri maupun di luar negeri, perubahan di bidang politik,
ekonomi, moneter, peraturan maupun perubahan yang terjadi dalam industri
perusahaan tersebut.
Investasi di saham adalah investasi yang terbuka bagi perorangan
Indonesia atau asing, maupun Badan Hukum Indonesia atau asing. Namun untuk
membeli dan menjual saham harus melaui Pialang atau Broker (Anggota bursa),
perusahaan pialang akan bertindak sebagai pembeli atau penjual.
Pembagian pasar di Bursa Efek Jakarta berdasarkan pembentukan harga
efek yang terjadi dibagi menjadi:
a. Pasar reguler, yaitu pasar di mana pembentukan harga dilakukan dengan
cara tawar menawar (continuous action market) secara terus menerus
berdasarkan kekuatan pasar
b. Pasar negosiasi, yaitu pasar di mana pembentukan harga efek dilakukan
dengan car negosiasi (negotiated market) antara pihak penjual dan pihak
pembeli.
Pasar negosiasi terdiri dari:
1. Block trading, yaitu perdagangan dalam jumlah besar untuk jumlah
saham minimal dua ratus ribu saham.
2. Odd Lot, yaitu perdagangan di bawah standar lot untuk jumlah
saham kurang dari 500 lembar saham.
3. Crossing, yaitu perdagangan tutup sendiri untuk transaksi jual beli
yang dilakukan oleh satu Anggota Bursa.
20
4. Foreign Board, yaitu perdagangan saham untuk investor asing.
2.2.3 Risiko
Dalam pengertian investasi, risiko selalu dikaitkan dengan tingkat return
yang dapat diperoleh dari surat berharga.
Definisi risiko menurut Gitman (2000:333) adalah
Risk can be defined as the chance of financial loss.
Sedangkan menurut Bodie, Kane dan Marcus (1996) dalam buku
didefinisikan sebagai berikut:
Risk mean uncertainty about future rates of return.
Menurut Suad Husnan (2005) risiko juga dapat didefinisikan sebagai
penyimpangan tingkat keuntungan yang sesungguhnya (actual return) dan tingkat
keuntungan yang diharapkan (expected return).
Risiko dan investasi saham merupakan besarnya tingkat penyebaran atau
tingkat keragaman dari sutau nilai harapan pengembalian tertentu. Semakin besar
tingkat penyebaran, maka investasi semakin berisiko.
Beberapa jenis risiko investasi yang mungkin terjadi dan harus
diperhitungkan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi yaitu:
a. Risiko kegagalan
Merupakan bagian dai risiko total yang terjadi akibat perubahan kondisi
dari perusahaan emiten.
b. Risiko Tingkat Bunga
Risiko ini muncul dari perubahan dalam tingkat bunga yang berlaku di
pasar. Risiko ini merupakan risiko utama yang tidak dapat dihindarkan
sebab mempunyai pengaruh yang sama terhadap seluruh surat berharga
yang ada.
21
c. Risiko Pasar
Risiko pasar muncul dari dalam return pasar yang diisebabkan oleh
kekuatan surat berharga secara sistematis. Sebab utama terjadinya adalah
kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dan dipengaruhi oleh
resesi perekonomian lain.
d. Risiko Manajemen
Risiko ini merupakan bagian dari risiko total yang disebabkan oleh
keputusan bisnis yang kurang baik.
e. Risiko Kemampuan membeli
Risiko ini muncul oleh pengaruh perubahan tingkat inflasi yang dialami
suatu negara yang menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang
diinvestasikan ataupun bunga yang diperoleh dari investasi.
f. Risiko Kollabilitas (Collability Risk)
Yaitu risiko dimana emiten dapat menarik surat berharganya di pasar
modal dengan cara melakukan pembelian kembali.
g. Risiko Konversi
Risiko kemungkinan adanya penukaran surat berharga yang satu dengan
surat berharga yang lain.
Dalam melakukan investasi pada surat berharga, maka risiko dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Risiko sistematis (Systematis Risk)
adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasikan dan disebut pula risiko
pasar. Risiko ini berkaitan dengan perekonomian secara makro, misalnya
risiko kemampuan daya beli, risiko politik, risiko nilai tukar dan risiko
lainnya.
22
b. Risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk)
adalah risiko khusus yang terdapat pada masing-masing perusahaan,
seperti kebangkrutan, risiko manajemen dan risiko induatri khusus. Risiko
ini dikurangi dengan cara diversifikasi.
2.2.4 Sikap Investor Menghadapi Risiko Investasi
Sikap investor terhadap risiko suatu jenis investasi tergantung pada sifat
investor yang bersangkutan. Sikap investor dalam menghadapi risiko sangat
bervariasi. Sikap investor menurut Horne and Wachowicz (2005) dapat
dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:
1. Prefference risk investor, adalah investor yang menyukai risiko dan dapat
menerima kenaikan return yang lebih rendah daripada kenaikan risikonya.
2. Indeffence risk investor, adalah investor yang bersikap netral terhadap
risiko menerima kenaikan return sama dengan kenaikan risiko.
3. Averse risk investor, adalah investor yang tidak menyukai risiko dan
meminta kenaikan return lebih tinggi dari kenaikan risikonya.
2.2.5 Analisa Fundamental
Dari analisa fundamental untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu
saham, terdapat dua cara pendekatan yaitu pendekatan nilai sekarang (present
value) dan pendekatan model diskonto dividen. Pendekatan nilai sekarang biasa
disebut dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method), karena
melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi
nilai sekarang dengan rumusan sebagai berikut:
n
NP0 =

t 1
ArusKas
(1  k )t
23
Dimana:
NP0
= nilai sekarang dari perusahaan (value of the firm)
t
= periode waktu
k
= tingkat suku bunga
Sedangkan pedekatan model diskonto deviden dilakukan dengan cara
mendiskontokan arus dividen masa depan kenilai sekarang seperti sebagai berikut
ini:
n
P0 =

t 1
Dt
(1  k ) t
Dimana:
Dt
= deviden yang dibayarkan untuk periode t
Pada model ini arus dividen dapat diasumsikan sebagai arus kas yang
diterima investor, model diskonto dividen dapat digunakan sebagai pengganti
model diskonto arus kas untuk menghitung nilai saham.
2.2.6 Analisa Teknikal
Analisa teknikal digunakan untuk memperkirakan harga saham dengan
jalan mengamati perubahan harga saham tersebut diwaktu yang lalu. Pemikiran
yang mendasari analisa ini adalah:
a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu.
c. Perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut
akan berulang dimasa datang.
24
2.3
Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Membahas manajemen keuangan tidak bisa lepas dari laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua
laporan utama, yaitu : (1) neraca dan (2) laporan rugi-laba. Laporan keuangan
disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan.
Pengertian laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2001)
adalah sebagai berikut :
“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangkan waktu tertentu.”
Sedangkan Sutrisno (2007: 9) menyatakan bahwa :
”Laporan keuangan itu disusun untuk menyediakan informasi keuangan
suatu perusahaan kepada pihak- pihak yang berkepentingan (manajemen,
pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah).”
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh
manajemen dan diproses melalui siklus akuntansi yang akan digunakan oleh
pemilik perusahaan, calon investor, kreditur, pemerintah dan pihak-pihak lainnya
yang berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan.
Para investor maupun para kreditur memerlukan laporan keuangan
perusahaan dimana mereka menanamkan modalnya. Mereka ini berkepentingan
terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan
selanjutnya untuk mengetahui jaminan investasinya, kondisi kerja dan kondisi
keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.
25
2.3.2 Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan tidak dapat menyediakan seluruh informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
Penyusunan laporan keuangan juga bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang berbeda bagi pemakai laporan keuangan. Berdasarkan
SAK (2002:2), para pemakai laporan keuangan adalah:
a. Investor (baik investor sekarang dan potensial)
Para investor berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil
pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah hasil membeli, menahan atau
menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga terkait pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar denda.
b. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik
dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa.
c. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka dalam memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo.
26
e. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan terutama bila mereka terlibat perjanjian jangka panjang atau
tergantung pada perusahaan.
f.
Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas
perusahaan.
g. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi masyarakat dalam berbagai cara misalnya:
perusahaan dapat mempekerjakan sejumlah orang dan perlindungan kepada
penanam modal domestik.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan
demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai.
Berhubung para investor merupakan penanam modal beresiko ke perusahaan,
maka kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi
sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
2.3.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan disajikan manajemen untuk semua pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan
ini dapat langsung digunakan oleh pemakai, namun ada juga yang harus dianalisis
lebih lanjut misalnya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi
keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi
mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan
keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan.
27
Jenis-jenis laporan keuangan menurut Gitman (2006:46) adalah:
"The four key financial statements required by the SEC for reporting to
shareholders are (1) the income statement, (2) the balance sheet, (3) the
statement of stockholders’ equity, and (4) the statement of cash flows.”
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis
laporan keuangan yang utama, yaitu income statement (laporan laba rugi), balance
sheet (neraca), dan statement of cash flow (laporan arus kas). Sedangkan laporan
lainnya yang juga tercantum dalam kutipan di atas merupakan bagian integral dari
laporan keuangan yang merupakan daftar pendukung (supporting statement) dari
laporan keuangan utama, dan bukan laporan keuangan yang berdiri sendiri.
Jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Income statement (laporan rugi laba)
Income statement (laporan rugi laba) mencerminkan hasil-hasil yang
dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.
Dimana tertulis secara lengkap semua pendapatan dan beban yang harus
dibayar
Laporan rugi laba menurut James C, Van Horne & John M.
Wachowicz, JR (2005:153) adalah sebagai berikut:
"Laporan rugi laba adalah ringkasan dari pendapatan dan
biaya perusahaan selama periode waktu tertentu diakhiri
dengan laba bersih atau rugi bersih untuk periode tersebut.”
Dengan demikian dari kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
laporan laba rugi menggambarkan jumlah pendapatan, biaya, dan laba atau
rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
2. Balance sheet (neraca)
Balance sheet (neraca) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal
sendiri pada suatu saat tertentu. Neraca digunakan untuk menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan. Menurut James C, Van Horne & John M.
Wachowicz (2005:193) mengatakan bahwa:
28
"Neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu yang menunjukan total aktiva sama dengan total
kewajiban ditambah ekuitas pemilik.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan
laporan pada saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva),
hutang-hutang, dan ekuitas pemilik.
3. Statement of cash flows (laporan arus kas)
Kemudian jenis laporan keuangan utama yang terakhir adalah laporan arus
kas. Laporan aliran kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan
untuk jangka waktu tertentu.
2.3.4
Tujuan Laporan Keuangan
Mengenai tujuan pelaporan keuangan dapat kita lihat melalui beberapa
pendapat seperti yang ada di bawah ini:
Menurut
Sofyan Safri Harahap dalam buku “Analisa Kritis Atas
Laporan Keuangan” (2004:132):
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban)
suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka
memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai
laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai aktiva pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
29
pemakai laporan, seperti informasi kebijakan akuntansi yang dianut
perusahaan”.
2.3.5
Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk
membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing
unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang
baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Menurut Leopold A. Bernstein
yang dikutip oleh Dwi Prastowo da Rifka Juliaty (2005:56) mendefinisikan
analisis laporan keuangan sebagai berikut :
”Financial statement analysis is the judgementalprocess that aims to evaluate
the current and past financial positions and results of operation of an
enterprise, with primary objective of determining the best possible estimates and
predictions about future conditions and performance”.
Definisi di atas menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan merupakan
suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi
posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu
dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling
mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Menurut Mamduh Hanafi (2004:35), pada waktu menganalisis laporan
keuangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Manajer keuangan perlu melihat trend atau perkembangan dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan lima atau enam tahun kebelakang barangkali
bisa digunakan untuk melihat adanya trend-trend tersebut.
2. Angka-angka yang berdiri sendiri akan sulit ditentukan baik-tidaknya.
Angka pembanding (rata-rata industri) diperlukan untuk melihat apakah
angka tertentu itu baik atau tidak.
3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan
dengan hati-hati adalah penting. Diperlukan diskusi seperti diskusi strategi
perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi merupakan
bagian-bagian internal yang harus dimasukan ke dalam analisis.
30
4. Manajer keuangan barangkali memerlukan informasi tambahan yang tidak
tersedia di laporan keuangan.
2.4
Pentingnya Informasi Rasio Keuangan
2.4.1 Analisis Rasio Keuangan
Laporan keuangan berisi informasi penting untuk masyarakat, pemerintah,
pemasok, dan kreditur, pemilik perusahaan/pemegang saham, manajemen
perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan, yang diperlukan secara tetap
untuk mengukur kondisi dan efisiensi perusahaan. Analisis dari laporan keuangan
bersifat relatif karena didasarkan pengetahuan dan menggunakan rasio atau nilai
relatif.
Pengertian rasio keuangan menurut Abdullah (2004:41) adalah :
”Rasio keuangan adalah teknik analisis keuangan untuk mengetahui
hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan”.
Menurut Sartono (2001:113) menjelaskan analisis rasio keuangan adalah:
”Dasar untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan,
dismping itu analisis rasio keuangan juga dapat digunakan sebagai
kerangka kerja perencanaan dan pengendalian perusahaan”.
Dari penjelasan di atas analisis rasio keuangan merupakan perbandingan
dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data lainnya. Analisis
rasio juga memungkinkan manajer keuangan untuk memperkirakan reaksi para
kreditor, investor dan pandangan ke dalam tentang bagaiman kira-kira dana dapat
diperoleh.
31
2.4.2 Penggunaan Rasio Dalam Analisa Keuangan
Perusahaan memberikan informasi keuangan berkaitan dengan adanya
Stake holder perusahaan. Perusahaan publik mempunyai berbagai macam
stakeholder (pihak yang berkepentingan), seperti: pemegang saham, pemegang
obligasi, banker, pemberi pinjaman, pemasok, karyawan, dan manajemen. Semua
stakeholder perlu memonitor agar kepentingannya dapat dilayani. Mereka
mendapatkan laporan keuangan secara periodik sebagai informasi dasar
profitabilitas perusahaan.
Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu
perusahaan perlu bagi kita mengadakan interpretasi atau analisa terhadap data
keuangan yang bersangkutan, dan data keuangan itu akan tercermin didalam
laporan keuangannya. Laporan keuangan (Financial statement) memberikan
ikhtisar mengenai keadaan finansiil suatu perusahaan, contohnya neraca (balance
sheet) mencerminnkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada waktu tertentu,
dan laporan rugi laba (Income statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai
selama periode tertentu.
Mengadakan interpretasi atau analisa terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan sangat bermanfaat bagi penganalisis untuk dapat mengetahui keadaan
dan perkembangan keuangan yang bersangkutan. Manajer sangat berkepentingan
terhadap laporan keuangan perusahaan yang dipimpinnya. Dengan mengadakan
analisa laporan keuangan dari perusahaannya, manajer akan dapat mengetahui
keadaan dan perkembangan keuangan perusahaannya, manajer akan dapat
mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai diwaktu yang lalu dan sedang berjalan.
Dengan mengadakan analisa data keuangan dari tahun-tahun lalu, dapat diketahui
kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil-hasil yang dianggap sudah cukup
baik. Hasil analisa historis tersebut sangat penting artinya bagi perbaikan
penyusunan rencana atau kebijakan selanjutnya. Dengan mengetahui kelemahankelemahan yang dimiliki diusahakan agar dalam penyusunan rencana di tahun-
32
tahun yang akan datang kelemahan tersebut dapat diperbaiki dan hasil-hasil yang
dianggap sudah cukup baik harus tetap dipertahankan.
Selain manajer, para krediturpun berkepentingan terhadap laporan
keuangan perusahaan yang telah atau akan menjadi debiturnya. Para kreditur
berkepentingan untuk ”keamanan” mereka sendiri. Sebelum mengambil suatu
keputusan untuk memberi atau menolak kredit, kreditur perlu mengadakan analisa
laporan keuangan perusahaan yang mengajukan kredit, untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan tersebut membayar kembali hutangnya plus beban
bunganya. Para kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui apakah
kredit yang diberikan itu cukup mendapat jaminan dari aktiva, terutama aktiva
tetap perusahaan yang bersangkutan. Para kreditur jangka pendek berkepentingan
terhadap kemampuan nasabahnya untuk memenuhi kewajiban keuangan yang
segera harus dipenuhi dengan dana yang berasal dari aktiva lancar.
Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan
dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya. Bagi investor yang
penting adalah rate of return dari dana yang diinvestasikan dalam surat-surat
berharga yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Dalam mengadakan interpretasi
dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis keuangan
memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa
keuangan adalah ”Rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanya alat yang
dinyatakan dalam arithmatical terms yang dapat digunakan menjelaskan
hubungan antara dua macam data keuangan. Jenis rasio banyak sekali, karena
rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis.
Penganalisis keuangan dalam mengadakan analisa pada dasarnya dapat
melakukannya dengan dua macam pembandingan, yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu-waktu yang lalu (ratio historis). Dengan cara perbandingan tersebut
akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke
tahun.
33
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio
serupa dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio
standar) untuk waktu yang sama. Denagn membandingkan rasio
perusahaan dan rasio industri dapat diketahui apakah perusahaan
bersangkutan itu dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata
industri (above average), berada pada rata-rata (average) atau terletak di
bawah rata-rata (below average).
2.4.3
Rasio Likuiditas
Suatu perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan
usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban
finansialnya yang harus segera dilunasi, dengan demikian likuiditas merupakan
indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajibankewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar
yang tersedia.
Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar belum tentu
dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau
dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kekuatan
membayar, semuanya bergantung pada manajemennya masing-masing.
Gambaran mengenai masalah likuiditas dapat dilihat dari pendapat para
ahli yang mengemukakan tentang definisi dari likuiditas, yaitu :
Menurut Bambang Riyanto (2001:25), dikemukakan bahwa:
”Likuiditas
berhubungan
dengan
masalah
kemampuan
suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus
segera dipenuhi”.
Sedangkan menurut Sartono (2001:116), mengemukakan bahwa:
34
”Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar
kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya”.
Menurut Lukman Syamsuddin (2002), likuiditas adalah:
”Suatu
indikator
mengenai
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh
tempo denagn menggunakan aktiva lancar yang tersedia”.
Salah satu cara di dalam melakukan pengukuran terhadap tingkat likuiditas
perusahaan adalah dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas, dimana rasio-rasio
ini berguna untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan tentang cara menilai dan
meningkatkan posisi
keuangan perusahaan tersebut.
Sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Mamduh Hanafi (2004:37), salah satu rasio yang dapat
dijadikan sebagai indikator tingkat likuiditas adalah dengan menggunakan rasio
lancar (current ratio) dan rasio quick (acid-test ratio)
Rasio Lancar (Current Ratio) mengukur kemampuan perusahaan meliputi
hutang jangka pendeknya (jatuh tempo dari satu tahun) dengan menggunakan
aktiva lancar. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar
(likuiditas tinggi dan risiko rendah), tetapi mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan
return atau tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan aktiva tetap.
Dengan demikian maka rumus untuk menghitung current ratio adalah
sebagai berikut:
Current ratio =
Current.assets
x 100%
Current.Liabilitie s
Rasio quick (acid-test ratio) mengeluarkan persedian dari komponen
aktiva lancar. Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas, piutang dagang, dan
persediaan), persediaan biasanya dianggap sebagai aset yang paling tidak likuid.
35
Untuk menjual persediaan (mengubah persediaan menjadi kas), waktu yang
diperlukan lebih lama (dibandingkan piutang dagang). Di samping itu tingkat
ketidakpastiannya termasuk kemungkinan nilai persediaaan turun karena produk
rusak atau kualitas yang menurun, juga lebih tinggi. Dengan alasan semacam itu,
persediaan dikeluarkan dari perhitungan rasio lancar. Rasio yang diperoleh
disebut rasio quick, yang dihitung sebagi berikut :
Quick Ratio =
2.4.4
Current.assets  Inventory
x100%
Current.Liabilitie s
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas,
pengelolaan aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi.
Profitabilitas juga dapat dikatakan merupakan informasi mengenai efektivitas
operasional perusahaan. Jumlah keuntungan yang didapat perusahaan dapat kita
lihat pada laporan laba rugi tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan setiap
perusahaan akan selalu memaksimalkan laba yang diperolehnya.
Rasio Profitabilitas menurut Van Horne (2005:140) adalah:
”Ratios that relate profits to sales and investment”.
Menurut Gitman (2006:65) rasio profitabilitas adalah:
”Profitability ratio enable the analysis to evaluate the firm profits with
respect to a given level of sales, a certain level of assets, or the owner
investment”.
Sedangkan menurut Sofyan S. Harahap (2004:304) menjelaskan rasio
profitabilitas adalah:
36
”Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
adalah suatu keuntungan yang diperoleh perusahaan yang berasal dari penjualan
atau investasi perusahaan. Keuntungan perusahaan ini dapat diukur sebagai salah
satu indikator yang berpengaruh terhadap pemegang saham (investor). Menurut
Gitman (2006:67) rasio profitabilitas dapat dikelompokkan menjadi:
1. Gross profit margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase
pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Gross Profit Margin =
Net Sales - COGS
x100%
Net Sales
2. Operating profit margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase dari
penjualan sebelum bunga dan pajak.
Operating profit margin =
EBIT
x100%
Net Sales
3. Net profit margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase dari
penjualan setelah bungadan pajak (penjualan bersih).
Net profit margin =
EAT
x100%
Net Sales
4. Earning Per Share (EPS), rasio ini megukur tingkat profitabilitas atau
keuntungan dari tiap satuan lembar saham.
37
Earning Per Share =
EAT
x100%
Outstanding Share
5. ROI (return on investment), rasio ini untuk mengukur efektivitas
keseluruhan kinerja manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan.
Return on investment =
EAT
x100%
Total Assets
6. ROE (return on equity), rasio ini mengukur tingkat pengambalian dari
modal sendiri atau investasi para pemegang saham biasa.
Return on equity =
2.5
EAT
x100%
Total Equity
Keterbatasan Analisis Rasio
Rasio keuangan dapat digunakan untuk memahami posisi keuangan
perusahaan, namun siapa pun yang bekerja dengan rasio ini akan menyadari
keterbatasan dalam penggunaannya. Menurut Keown et al (2001:105) kelemahan
penting yang dapat ditemukan dalam menginterpretasikan rasio keuangan:
1. Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri dimana perusahaan
berada jika perusahaan beroperasi dengan beberapa bidang usaha.
2. Rata-rata yang diterbitkan industri adalah hanya perkiraan-perkiraan dan
menyediakan kepada para pengguna beberapa petunjuk dibanding
menentukan rata-rata dari rasio-rasio secara ilmiah bahkan satu sampel
yang mewakili perusahaan di dalam suatu industri.
3. Praktek-praktek akuntansi yang berbeda secara luas antar perusahaan dan
dapat
mendorong ke arah perbedaan-perbedaan rasio-rasio
yang
38
dimasukan. Sebagai contoh, perusahaan boleh memilih metode-metode
yang berbeda dalam menghitung penyusutan aktiva tetap.
4. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Contohnya, rasio lancar yang melebihi norma industrinya menyiratkan
adanya kelebihan likuiditas yang menghasilakn penurunan laba perusahaan
secara keseluruhan jika dikaitkan dengan investasi perusahaan dalam
aktiva.
5. Rata-rata industri mungkin memberikan target rasio atau norma yang
diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat memberikan panduan atau
posisi keuangan perusahaan rata-rata suatu industri.
6. Banyak perusahaan mengalami
situasi
musiman dalam
kegiatan
operasinya, jadi pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun
saat laporan disiapkan, maka dari itu untuk menghindarinya metode saldo
rata-rata haruslah digunakan (untuk beberapa bulan, kurtal, atau sepanjang
tahun) dan bukan saldo total pada akhir tahun.
Di luar keterbatasannya rasio keuangan dapat menjadi alat yang sangat
berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Manfaat sesungguhnya yang
dihasilkan dari menganalisis rasio keuangan adalah bahwa angka-angka tersebut
memberitahukan kita pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan.
2.6
Keputusan Investasi
Dalam jurnalnya Tendi H. (2008), dikatakan bahwa keputusan investasi
mencakup pengalokasian dana, baik dana yang berasal dari dalam perusahaan
maupun dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Gitman (2000) dan
Brealy & Myers (2000) menyatakan bahwa keputusan investasi sangat penting
karena akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan dan
merupakan inti dari seluruh analisis keuangan. Sedangkan menurut Jensen dan
39
Meckling (1976) menyatakan bahwa keputusan investasi dapat berperan sebagai
mekanisme transmisi antara kepemilikan dan nilai perusahaan.
Keputusan Investasi sendiri tercermin dari pertumbuhan Total Asset
perusahaan yang bersangkutan dari tahun ke tahun. Implementasi keputusan
investasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dalam perusahaan yang
berasal dari sumber pendanaan internal (internal financing) dan sumber
pendanaan eksternal (external financing). Dengan memperhatikan sumber-sumber
pembiayaan, perusahaan memiliki beberapa alternatif pembiayaan untuk
menentukan struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Jadi, inti dari fungsi
pendanaan ini adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang
optimal
untuk
mendanai
berbagai
alternatif
investasi,
sehingga
dapat
memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya.
Perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa
hal sebagai berikut :
a. Dana yang dikeluarkan untuk investasi sangat besar, dan jumlah dana yang
besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau
diperoleh sekaligus.
b. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga
perusahaan harus menunggu selama jangka waktu cukup lama untuk bisa
memperoleh kembali dana tersebut.
c. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di
masa yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan
dapat mengakibatkan terjadinya over atau under investment, yang akhirnya
akan merugikan perusahaan.
Proses dalam melakukan keputusan investasi dapat diperinci ke dalam tahap
sebagai berikut :
a. Perencanaan
b. Analisis investasi
40
c. Pemilihan proyek
d. Pelaksanaan proyek
e. Pengawasan proyek
Jika proyek-proyek investasi sudah tersedia atau dapat diperoleh, maka
perusahaan perlu melakukan analisis awal. Dalam analisis awal perusahaan harus
mengumpulkan informasi yang lebih akurat tentang proyek-proyek yang tersedia.
Informasi tentang proyek-proyek yang akan diambil umumnya meliputi :
a. Jenis atau macam proyek
b. Lama berakhirnya proyek
c. Pola produksi atau output selama masa proyek
d. Total produksi dan saat mulai berproduksi
e. Teknologi yang akan digunakan
f. Jumlah dan pola penerimaan dan pengeluaran cash flow
g. Informasi lain yang sangat bervariasi antara satu proyek dengan proyek
lain
Pengaturan investasi modal yang efektif perlu memperhatikan faktor-faktor
berikut ini (Suad Husnan & Enny Pudjiastuti, 2004:181) :
a. Adanya asal-usul investasi
b. Estimasi arus kas dari asal-usul investasi tersebut
c. Evaluasi arus kas tersebut
d. Memilih proyek-proyek yang sesuai dengan kriteria tertentu
e. Monitoring dan penilaian terus menerus terhadap proyek investasi setelah
investasi dilaksanakan.
Asal-usul investasi tidak mesti berasal dari bagian keuangan. Mungkin
saja usul tersebut berasal dari pemasaran, bagian produksi, dan melibatkan
berbagai bagian. Demikian juga arus kas akan memerlukan kerja sama antara
bagian yang mengusulkan dengan bagian keuangan. Evaluasi arus kas mungkin
lebih banyak dilakukan oleh bagian keuangan, demikian juga pemilihan proyek.
Akhirnya monitoring memerlukan kerja sama dengan seluruh bagian yang terlibat.
41
Untuk maksud-maksud analisis, suatu proyek rencana investasi bisa dimasukkan
ke dalam salah satu klasifikasi berikut ini :
a. Pengenalan proyek baru atau pembuatan produk baru
b. Penggantian peralatan atau pabrik
c. Penelitian dan pengembangan
d. Eksplorasi
2.6.1 Metode Penilaian Investasi
Suatu investasi dikatakan menguntungkan kalau investasi tersebut bisa
membuat pemodal menjadi lebih kaya. Pengertian ini konsisten dengan tujuan
memaksimumkan nilai perusahaan. Ada beberapa alat analisa atau metode dalam
menilai keputusan investasi. Metode-metode penilaian investasi tersebut antara
lain adalah :
a. Payback period
Payback period adalah untuk mengukur lamanya dana investasi yang
ditanamkan kembali seperti semula. Karena itu hasil perhitungannya dinyatakan
dalam satuan waktu (yaitu tahun atau bulan). Untuk mengetahui kelayakan
investasi dengan membandingkan masa payback period dengan target lamanya
kembalinya investasi. Bila payback period lebih kecil dibanding dengan target
kembalinya investasi, maka proyek investasi layak, sedangkan bila lebih besar
proyek tidak layak. Dan untuk menghitung besarnya payback period bila cash
flownya sama tiap tahun adalah :
Kelemahan lain dari metode payback adalah :
1. Tidak memperhatikan nilai waktu uang, dan
2. Mengabaikan arus kas setelah periode payback.
42
Untuk mengatasi kelemahan karena mengabaikan nilai waktu uang, metode
perhitungan payback period dicoba diperbaiki dengan mem-present value-kan
arus kas, dan dihitung periode payback-nya. Cara ini disebut sebagai discounted
payback period.
b. Accounting rate of return
Metode accounting rate of return adalah metode penilaian investasi yang
mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari investasi.
Apabila angka accounting rate of return lebih besar dibandingkan dengan
keuntungan yang disyaratkan, maka proyek investasi ini menguntungkan, apabila
lebih kecil daripada tingkat keuntungan yang disyaratkan proyek ini tidak layak.
Kebaikan metode ini adalah sederhana dan mudah, perhitungan metode ini
menggunakan data accounting yang tersedia, sehingga tak memerlukan
penghitungan tambahan. Sedangkan kelemahan metode ini mengabaikan nilai
waktu uang dan tidak memperhitungkan aliran kas, metode ini dianggap kurang
memuaskan atau kurang baik untuk digunakan dalam menilai proyek-proyek
investasi.
c. Net Present Value
Pada metode di depan keduanya mengabaikan adanya nilai waktu uang,
padahal cash flow yang digunakan untuk menutup investasi tersebut diterima di
masa yang akan datang, sementara dana untuk investasi dikeluarkan pada saat
sekarang. Oleh karena itu perlu metode yang memperhatikan konsep time value of
money. Salah satu metode untuk menilai investasi yang memperhatikan time value
of money adalah net present value (NPV). NPV adalah merupakan selisih antara
nilai sekarang dari cash flow dengan nilai sekarang dari investasi. Bila selisih
antara present value dari cash flow lebih besar berarti terdapat NPV positif,
artinya proyek investasi layak, sebaliknya bila present value dari cash flow lebih
kecil dibanding present value investasi maka NPV negatif dan investasi dipandang
43
tidak layak. Dengan demikian dalam perhitungan NPV memerlukan dua kegiatan
penting yaitu :
1. Menaksir arus kas
2. Menentukan tingkat bunga yang dipandang relevan
d. Internal Rate of Return
Bila pada metode net present value mencari nilai sekarang bersih dengan
tingkat discount rate tertentu, maka metode internal rate of return mencari
discount rate
menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present
value dari investasi. Dengan demikian internal rate of return (IRR) adalah tingkat
discount rate yang dapat menyamakan present value of cash flow dengan present
value of investment.
Kelemahan metode IRR antara lain :
1. Bahwa i yang dihitung akan merupakan angka yang sama untuk setiap tahun
usia ekonomis. Metode IRR tidak memungkinkan menghitung IRR yang
berbeda setiap tahunnya. Padahal secara teoritis dimungkinkan terjadi tingkat
bunga yang berbeda-beda.
2. Bisa diperoleh i yang lebih dari satu angka (multiple IRR). Bila demikian,
maka akan timbul masalah, yakni i mana yang akan kita pergunakan.
Untuk mencari besarnya IRR diperlukan data NPV yang mempunyai dua
kutub, positif dan negative. Setelah didapatkan NPV tersebut, selanjutnya
dibuat interpolasi atau dihitung dengan rumus sebagai berikut :
44
Dimana :
: tingkat discount rate (r) lebih rendah
: tingkat discount rate (r) lebih tinggi
: Total Present Value
: Net Present Value
Bila IRR lebih besar dibanding keuntungan yang disyaratkan berarti layak,
demikian sebaliknya bila IRR lebih kecil dibanding keuntungan yang disyaratkan
berarti proyek investasi kurang layak.
e. Profitability Index
Metode profitability index (PI) ini menghitung perbandingan antara
present value dari penerimaan dengan present value dari investasi. Bila PI ini
lebih besar dari 1, maka proyek investasi dianggap layak untuk dijalankan. Rumus
yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut :
2.7
Hubungan Antara Rasio Keuangan Dengan Keputusan Investasi
(dilihat dari sudut investor)
Laporan keuangan yang diterbitkan setelah dianalisis akan bisa diperoleh
rasio keuangan yang berguna untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan
relatif suatu perusahaan serta untuk menunjukkan apakah posisi keuangan
membaik atau memburuk selama suatu waktu. Hal ini akan membantu bagi
investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.
45
Dengan analisa data keuangan dari waktu yang lalu dan diperoleh rasio
keuangan akan dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan diwaktu yang lalu.
Hasil analisa tersebut akan sangat penting bagi seorang investor artinya untuk
keputusan yang akan diambil oleh seorang investor.
Bagi seorang investor atau calon investor, analisa rasio keuangan
diperlukan dalam rangka penentuan penanaman modalnya. Bagi investor yang
penting adalah tingkat imbalan hasil dari modal yang telah atau akan ditanam
dalam suatu perusahaan. Apakah investor akan menanamkan modalnya dalam
bentuk obligasi, saham biasa, atau saham prioritas tergantung hasil analisanya.
Menurut Suad Husnan (1994:54)
Sebelum pemodal melakukan investasi pada sekuritas, perlu
dirumuskan terlebih dulu kebijakan investasinya, menganalisa
laporan keuangan dan mengevaluasi kinerja perusahaan tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan seorang investor dapat melakukan analisa
terhadap variabel yang mempengaruhi keputusan investasi. Disamping itu juga
bisa dievaluasi hasil yang telah dicapai suatu perusahaan dalam jangka waktu
tertentu dan bagaimana kinerja perusahaan itu. Ini sangat penting bagi seorang
investor untuk mempertimbangkan pada saham yang mana ia akan melakukan
investasi.
Menurut Suad Husnan (1994;285)
Berdasarkan laporan keuangan dapat diidentifikasi faktor-faktor
fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, hutang, laba,
kebijakan dividen, price earning ratio yang diperkirakan mempengaruhi
return saham.
Berdasarkan nilai rasio keuangan yang diperoleh, maka manajemen
perusahaan yang bersangkutan maupun para investor akan dapat melakukan
tindakan, setelah menilai kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio keuangan
tersebut melakukan penilaian terhadap nilai saham perusahaan. Sebagai contoh
46
adalah rasio ROI (return on investmen), jika diperoleh hasil return on investment
yang besar dari suatu perusahaan maka semakin bagus kinerja daripada
perusahaan, yang pada akhirnya bisa memberikan return yang lebih besar kepada
investor, maka investor akan mempertimbangkan return on investment sebagai
alat untuk menilai suatu saham. Hal ini merupakan daya tarik bagi investor yang
mengharapkan tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan di
perusahaan yang bersangkutan.
Download