1 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

advertisement
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM AKTIVITAS
BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA
SMA NEGERI 11 KOTA JAMBI
Astuti WAHYUNI1), GARDJITO1), Bambang HARIYADI1)
1)
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Jambi
Email: [email protected]
Abstrak. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.
Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatakan prestasi
siswa, maka diperlukan pengorganisasian proses belajar yang baik. Untuk mencapai
proses belajar yang baik, hendaknya siswa mampu mengenali kemampuan berpikir
kritis mereka sendiri untuk menciptakan suasana aktivitas belajar yang baik. Penelitian
ini mengkaji tentang kemampuan berpikir kritis siswa dalam aktivitas belajar biologi di
kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa dalam aktivitas belajar biologi pada siswa kelas XI
IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi. Penelitian dilaksanakan pada bulan april-mei 2014.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Sampel pada penelitian
adalah siswa kelas XI IPA Negeri 11 Kota Jambi. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara observasi, angket dan wawancara. Hasil analisis persentase angket per-indikator
secara keseluruhan yaitu watak untuk berpikir kritis sebesar 56,8% (cukup tinggi),
kriteria dalam berpikir kritis sebesar 68,9% (tinggi), argumen sebesar 70,1% (tinggi),
pertimbangan atau pemikiran sebesar 65,2% (tinggi), sudut pandang sebesar 70,5%
(tinggi), dan prosedur penerapan kriteria sebesar 71,6% (tinggi). Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam aktivitas
belajar biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi sudah dikatakan mampu
untuk berpikir kritis dalam belajar.
Kata Kunci : Berpikir, Kritis, Aktivitas, Belajar.
1
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Belajar
merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman terhadap
suatu konsep, sehingga dalam proses pembelajaran siswa merupakan sentral kegiatan,
dari perlakuan utama. Guru hanya menciptakan suasana yang dapat mendorong
timbulnya motivasi belajar siswa. Untuk itu proses pembelajaran harus mengacu pada
beberapa prinsip yaitu, berpusat pada siswa, belajar dengan melakukan,
mengembangkan perlakuan sosial, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
mengembangkan kreativitas siswa, mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu
dan teknologi, belajar sepanjang hayat, perpaduan kompetisi, kerja sama dan solidaritas
(Suryosubroto, 1997 : 3).
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar
dapat didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”.
Perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang
terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk
perubahan dalam pengertian belajar (Daryanto, 2010: 2). Dalam kegiatan belajar,
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar. yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
yang memberikan kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
(Sardiman, 2004: 75).
Proses pengajaran yang baik adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai
suatu tujuan pengajaran. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik,
tetapi juga dari segi kejiwaan (Djamarah, 2010: 38). Kejiwaan juga mempengaruhi
proses belajar anak kalau kejiwaannya terganggu tentu saja proses belajarnya tidak
berjalan dengan baik dan juga bisa mengganggu teman sekelasnya saat proses
pembelajaran, fisik juga misalnya anak yang tuli jelas proses belajar mengajarnya akan
terganggu karena pendengarannya kurang bagus.
Berpikir kritis sebagai sebuah “proses aktif” dan “cara berpikir secara teratur atau
sistematis” untuk memahami informasi secara mendalam, sehingga membentuk sebuah
keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang disampaikan. Proses
aktif menunjukan keinginan atau motivasi untuk menemukan jawaban dan mencapai
pemahaman. Dengan berpikir kritis, maka pemikir kritis menelaah proses berpikir diri
2
sendiri dan proses berpikir orang lain untuk mengetahui apakah proses berpikir yang
digunakan sudah benar (masuk akal atau tidak). Secara tersirat, pemikir kritis
mengevaluasi pemikiran yang tersirat dari apa yang mereka dengar dan baca, dan
meneliti proses berpikir diri sendiri saat menulis, memecahkan masalah, membuat
keputusan, atau mengembangkan sebuah proyek. Pemikir kritis secara sistematis
menganalisis sebuah informasi menggunakan pendekatan yang terorganisir berdasarkan
logika untuk menguji kendala dari sebuah informasi, tidak hanya menerima begitu saja
cara mengajarkan sesuatu hanya karena selama ini begitu cara mengerjakannya dan
tidak menganggap suatu pernyataan benar hanya karena orang lain membenarkanya
(Hendra, 2013: 159).
Menurut Desmita (2009: 158) beberapa karakteristik yang diperlukan dalam
pemikiran kritis atau membuat pertimbangan, yaitu:
1. Kemampuan untuk menarik kesimpulan dari pengamatan,
2. Kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi,
3. Kemampaun untuk berpikir secara deduktif,
4. Kemampuan untuk membuat interparetasi yang logis, dan
5. Kemampuan untuk mengevaluasi argumentasi mana yang lemah dan yang kuat.
Aktivitas atau kegiatan pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegitan dalam
proses pembelajaran. Aktivitas belajar disusun secara sistematis agar pembelajaran
dapat belajar secara efisen dan produktif. Tujuan aktivitas ini secara khusus agar semua
potensi siswa optimal dalam belajar. Aktivias belajar dapat dilaksanakan di dalam atau
di luar kelas sesuai dengan konteks pembelajaran (Sutrisno, 2012: 84).
Dalam proses belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir
maupun berbuat. Penerimaan pembelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu
tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam
bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, menganjurkan pendapat, menimbulkan
diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan
tugas, membuat grafik atau diagram, inti sari dari pelajaran yang di sajikan oleh guru.
Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu
dengan baik (Slameto, 2010: 36).
METODE
Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang bertujuan
mendeskripsikan data secara sistematik dan faktual sebagaimana dikemukakan oleh
Sayuti (2010:49) penelitian deskritif analitik berupaya memberikan gambaran tentang
keadaan dan gejala-gejala sosial tertentu, sedangkan menurut Sukardi (2003:3)
penelitian deskritif analitik bertujuan mendeskripsikan data secara sistematik dan
faktual sehingga dapat menggambarkan keadaan subjek pada saat itu atau
menggambarkan keadaan lapangan . Penelitian ini bertujuan untuk memotivasi siswa
agar dapat berpikir kritis dalam pembelajaran, dan tidak mendengar atau menerima
3
begitu saja apa yang dikatakan gurunya. Siswa tersebut diharapkan mampu berpikir
secara kritis untuk membuat dan mempertahankan argumennya berdasarkan
pengetahuannya.
Menurut Arikunto (2010: 188) subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk
diteliti oleh penelitian. Berdasarkan penelitian ini subjek yang diambil adalah siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi, jumlah subjek penelitian ini sebanyak 123
siswa, yang terdiri dari 3 kelas yaitu, kelas XI IPA1, IPA 2, dan IPA 3, jumlah siswa di
tiap-tiap kelas XI IPA1: 42, IPA 2 : 40, dan IPA 3 : 41.
Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh langsung dari
jawaban angket siswa-siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi mengenai
kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran biologi. Data juga diperoleh
penulis dari wawancara langsung dengan Guru Biologi Kelas XI SMA Negeri 11 Kota
Jambi yang dianggap mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam aktivitas
belajar. Selain itu data juga diproleh dari observasi yang dilakukan secara langsung
untuk lebih menyakinkan dalam pengambilan data.
1. Analisis observasi
Teknik analisis data pada observasi dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan daftar cek (check list), Instrumen observasi bisa dilihat dilampiran 2.
Penelitian ini dilakukan oleh pengamat itu sendiri. Persentase analisis kemampuan
berpikir kritis siswa dalam aktivitas belajar biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 11
Kota Jambi sebagai berikut:
P=
x 100% (Riduwan, 2011: 89)
Dimana:
P = persentase analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam Aktivitas belajar
biologi dikelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi
F = skor jawaban responden
N = skor total maksimum.
Tabel 3.3 Interval dengan mengunakan Skala Guttman
Interval
1
2
Ya
Tidak
2. Anaslisi angket
Keterangan:
P
= Persentase
4
∑F = Skor jawaban responden
∑N = Skor total
Menurut Arikunto (2010: 71) kriteria pengukuran reabilitas instrumen sebagai
berikut:
Tabel 3.4 Kriteria pengukuran reabilitas
NO
1
2
3
4
Persentase (%)
81-100
61-80
41-60
21-40
0-20
Kategori/ Aspek Kualitas
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
3. Analisis wawancara
Pada penelitian ini pengelolaan data hasil wawancara dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Membuat pertanyaan wawancara tentang kemampuan berpikir kritis siswa dalam
aktivitas belajar pada pembelajaran biologi di kelas XI IPA SMA Negeri Kota
Jambi.
2. Semua hasil wawancara yang didapat dalam bentuk tulisan
3. Menganalisis jawaban hasil wawancara
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi hasil validasi instrumen penelitian
Validasi pada instrumen penelitian diperlukan agar angket dapat dikatakan layak
untuk digunakan. Hasil validasi angket yang disajikan oleh tabel berikut:
5
Tabel .Data hasil validasi instrumen penelitian
No
1
2
Indikator
Watak untuk berpikir kritis
Keriteria dalam berpikir
kritis
Argumen
Pertimbangan
atau
pemikiran kritis
Sudut pandang
Prosedur
penerapan
kriteria
Total
3
4
5
6
Sebelum
divalidasi
Jumlah soal
17
13
Setelah
divalidasi
Jumlah soal
17
13
6
2
6
2
2
4
2
4
43
43
Catatan
Diperbaiki
kalimat
yang
kurang
cocok
untuk
tiap-tiap
indikator
2. Deskripsi hasil observasi instrumen penelitian
Observasi yang dilakukan di SMA Negeri 11 Kota Jambi mengenai kemampuan
berpikir kritis siswa dalam aktivitas belajar diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel. Distribusi hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa dalam aktivitas
belajar
No
1
2
3
Kelas
XI
IPA 1
XI
IPA 2
XI
IPA 3
Per Indikator
3
4
5
Frekuensi
1
2
4
2
0
1
3
1
11
Persentas
e
%
55
2
3
1
3
2
1
12
60
Tinggi
0
3
2
3
2
1
11
55
Cukup
6
6
Kategori
Cukup
3. Deskripsi hasil angket instrumen penelitian secara keseluruhan
Tabel. Distribusi hasil persentase angket secara keseluruhan dari indikator kemampuan
berpikir kritis siswa dalam aktivitas belajar biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 11
Kota Jambi
No
Indikator
Frekuensi
Persentase Rentang %
Kategori
1 Watak
untuk
1880
65,86
61-80
Tinggi
berpikir kritis
2 Keriteria
dalam
1506
68,9
61-80
Tinggi
berpikir kritis
3 Argumen
706
70,1
61-80
Tinggi
4 Pertimbangan atau
219
65,2
61-80
Tinggi
pemikiran kritis
5 Sudut pandang
237
70,5
61-80
Tinggi
6 Prosedur penerapan
361
71,6
61-80
Tinggi
kriteria
Pada Tabel diatas dapat dijelaskan dari tabel yang ada, hasil keseluruhan setiap
indikator kemampuan berpikir kritis siswa dalam aktivitas belajar biologi di kelas XI
IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi sebagai berikut: terlihat semua indikator tersebut
termasuk dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hasil observasi dan angket dapat diterangkan bahwa siswa kelas XI
IPA SMA 11 Kota Jambi sudah mampu berpikir kritis dalam aktivitas belajar. Hal
tersebut tersebut ketika siswa melakukan kegitan membaca, menulis, berbicara,
mendengar, berdiskusi, dan sebagainya. Akan tetapi ada juga siswa kelas XI IPA SMA
11 Kota Jambi yang hanya dan menerima begitu saja apa yang dikatakan guru atau
teman-teman di kelas. Menurut Hendra (2013: 169) berpikir kritis itu sangat penting,
karena memungkinkan seseorang untuk menganalisis, menilai, menjelaskan, dan
merestrukturisasi pemikirannya, sehingga mampu berpikir dan bertindak untuk
memcahkan suatu masalah.
Dari hasil angket diperoleh dengan cara distribusi persentase secara keseluruhan
dari semua indikator angket kemampuan berpikir kritis siswa dalam aktivitas belajar
biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi, sebagai berikut:
7
80
prosedur penerapan kriteria
persentase (%)
70
60
sudut pandang
50
pertimbangan atau
pemikiran
argumen
40
30
kriteria dalam berpikir kritis
20
10
65.86
68.9
70.1
65.2
70.5
71.6
0
Gambar. Distribusi persentase secara keseluruhan hasil angket pada indikator
kemampuan berpikir kritis siswa dalam aktivitas belajar biologi di kelas XI IPA
SMA
Negeri 11 Kota Jambi
Berdasarkan distribusi angket dapat dilihat bahwa prosedur penerapan kriteria di
kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi, berada pada kategori tinggi. Pada dasarnya
kemampuan berpikir kritis tersebut harus mampu mengidentifikasi informasi yang
relevan dan mampu memecahkan masalah yang ada. Menurut Hendra (2013: 170)
berpikir kritis akan memudahkan dalam memahami bidang ilmu tertentu secara lebih
mendalam persis ketika seseorang memiliki sikap untuk tidak percaya begitu saja pada
apa yang telah dipaparkan, seseorang berusaha mencari informasi secara lebih
mendalam dan lengkap, mengevaluasi konsistensi logis dari pemikiran-pemikiran yang
disajikan, dan sebagainya.
Didalam aktivitas belajar dibutuhkan siswa yang mampu berpikir kritis dalam
memecahkan masalah yang ada. Menurut Hendra (2013: 162) seseorang yang
mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah
percaya), sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap kejelasan dan
ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap
ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
Ketekunan siswa dalam memahami pelajaran biologi dengan kemampuan
berpikir kritisnya berada pada kategori tinggi, karena sebagian siswa sudah bisa
memecahkan masalah dengan mencari referensi buku lain atau pun dengan menggunkan
internet, serta sudah kelihatan siswa mampu menyelesaikan tugas dengan sendiri,
apabila siswa tidak mengerti dia berusaha bertanya kepada guru dan disini guru juga
berperan penting dalam pemikiran kritis siswa. Menurut Desmita (2009: 157) jika anak
tidak didorong untuk mencari alternatif penjelasan dan interprensi tentang masalah-
8
masalah dan isu-isu, kemukinan kesimpulan-kesimpulan yang mereka ambil lebih
didasarkan pada harapan-harapan mereka sendiri, prasangka, dan pengalamanpengalaman pribadi, yang pada gilirannya dapat mengarah pada kesimpulan-kesimpulan
yang keliru. Perkembangan pemikiran kritis terjadi bersamaan dengan perkembangan
aspek kognitif lainnya.
Berdasarkan analisis wawancara pada guru biologi tentang kemampuan berpikir
kritis siswa dalam aktivitas belajar biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi,
siswa sudah mampu berpikir kritis karena siswa sudah termasuk beberapa karakteristik
yang diperlukan dalam pemikiran kritis seperti kemampuan untuk menarik kesimpulan
dari pengamatan, kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi, kemampuan untuk
berpikir secara deduktif, kemampuan untuk membuat interprensi yang logis dan
kemampuan untuk mengevaluasi argumentasi mana yang lemah dan yang kuat. Menurut
Hendra (2013: 162) berpikir kritis juga melatih kemampuan untuk memahami dan
mengunakan bahasa dengan akurat, jelas, dapat membedakan setiap makna, kemampuan
untuk menafsirkan data, menilai bukti-bukti dan argumentasi serat mengenali ada
tidaknya hubungan yang logis antara dugaan satu dan dugaan lainnya.
Tetapi disetiap kelas itu tidak semua siswa mampu untuk berpikir kritis masih
ada siswa yang belum mampu berpikir kritis itu disebabkan tingkatan-tingkatan
kemampuan berpikir siswa ada yang tinggi dan ada yang rendah, karena siswa malas
untuk belajar dan tingkatan kemauan belajarnya sangat kurang. Sedangkan untuk
mampu berpikir kritis itu harus bersemangat dan gigih untuk mencari informasiinformasi yang lebih banyak sehingga wawasan dalam berpikir bisa berkembang dan
butuh keingin tahuan memecah masalah yang ada. Menurut Hendra (2013: 170)
pemikiran kritis membantu mempelajari bidang ilmu tertentu dengan perspektif yang
lebih terfokus. Berpikir kritis akan memudahkan memahami bidang ilmu tertentu secara
lebih mendalam memiliki sikap untuk tidak percaya begitu saja pada apa yang
dipaparkan, berusaha mencari informasi secara lebih mendalam dan lengkap,
mengevaluasi konsentrasi logika dari pemikiran-pemikiran yang disajikan
PENUTUP
Simpulan. Setelah dilakukan analisis pada penelitian ini mengenai kemampuan berpikir
kritis siswa dalam aktivitas belajar biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara keseluruhan terlihat kemampuan berpikir kritis siswa dalam aktivitas belajar
biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kota Jambi. Dari 6 indikator terlihat siswa
sudah termasuk dalam kategori tinggi. Persentase indikator tersebut adalah sebagai
berikut: watak untuk berpikir kritis sebesar 65,86% (tinggi), kriteria dalam berpikir
kritis sebesar 68,9% (tinggi), argumen dalam berpikir kritis sebesar 70,1%,
9
pertimbangan atau pemikiran sebesar 65,2% (tinggi), sudut pandang sebesar 70,5%
(tinggi) dan prosedur penerapan kriteria sebesar 71,6% (tinggi).
2. Dari hasil wawancara kepada guru biologi mengenai kemampuan berpikir kritis
siswa dalam aktivitas belajar biologi sebagian siswa sudah mampu berpikir kritis,
tetapi ada juga siswa cenderung hanya menerima begitu saja apa yang diberikan oleh
guru atau teman-temannya.
Saran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan:
1. Perlunya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan cara menganti
metode-metode mutu pembelajaran yang membuat siswa termotivasi.
2. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, lembaga pendidikan terkait dapat
mengasah kemampuan berpikir kritis siswa dalam belajar biologi dengan cara
meningkatkan motivasinya untuk belajar dalam memecahkan suatu masalah didalam
aktivitas belajar biologi.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Daryanto. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Yrama Widya
Desmita. 2009. Piskologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Djamarah, B. S.,2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka cipta.
Hendra,S. 2013. Belajar orang Genius. Jakarta: Gramedia.
Riduwan. 2011. Dasar –Dasar statistik. Bandung : Alfabeta
Sardiman, A. M. 2004. Interkasi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Sayuti. 2010. Diakses tanggal 22 Januari 2014. Ahmad Sayuti Unair Bad 4.
http://www. Damandiri.or.id/id/file/ahmad sayuti unair bab4/Pdf
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-fakto yang mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sutrisno.2012 . Kreatif mengembangkan aktivitas pembelajaran berbasis TIK.
Jakarta: Referensi.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suryosubroto,B. 1997. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: Reneka cipta
10
Download