Boks 1. MENATA DAN MEMPERKUAT

advertisement
Boks 1.
MENATA DAN MEMPERKUAT PERBANKAN INDONESIA,
MENYONGSONG PEMULIHAN EKONOMI DUNIA
Bankers’ Dinner merupakan tradisi tahunan sebagai momen refleksi dan
wahana komunikasi di antara kalangan perbankan. Di Provinsi Jambi, Bankers’ Dinner
telah dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2010 bertempat di Kantor Bank Indonesia
Jambi dengan jumlah undangan berkisar 80 orang, dan dihadiri antara lain oleh Staf
Ahli Ekonomi dan Keuangan, para Bupati di seluruh Provinsi Jambi, Muspida, instansi
pemerintah daerah serta kalangan perbankan se-Provinsi Jambi. Agenda pertemuan
tersebut adalah memberikan informasi mengenai arahan Gubernur Bank Indonesia
pada tahun 2010 sera perkembangan ekonomi di Jambi yang disampaikan oleh
Pemimpin Bank Indonesai Jambi.
Pertemuan perbankan tahun ini mengangkat tema “Menata dan Memperkuat
Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Dunia”. Arahan diawali
dengan gambaran indikator ekonomi Indonesia tahun 2009 lalu. Selanjutnya,
disampaikan
perekonomian
pula
pandangan-pandangan
tentang
prospek
dan
tantangan
ke depan, dan arahan diakhiri dengan bagaimana arah kebijakan
moneter dan perbankan di Indonesia di tahun 2010.
PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2009
Tahun 2009 yang diperkirakan akan menjadi tahun yang penuh tantangan dan
ujian dimana sedang di puncak gelombang krisis ekonomi global ternyata dapat dilalui
dengan baik oleh Negara Indonesia. Pertumbuhan ekonomi 2009 mencapai 4,3%, dan
termasuk dalam kelompok sedikit negara yang masih bisa tumbuh positif. Di sisi harga,
inflasi tahun 2009 tercatat hanya sebesar 2,78%, yang merupakan angka terendah
selama 10 tahun terakhir. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencapai
surplus sekitar USD 12 miliar. Cadangan devisa akhir tahun 2009 tercatat sebesar USD
66,1 miliar, atau setara kemampuan mengimpor selama 6,6 bulan ditambah
kemampuan membayar seluruh hutang luar negeri pemerintah. Perkembangan sektor
eksternal yang positif ini secara fundamental mendorong penguatan nilai tukar rupiah.
PROSPEK PEREKONOMIAN TAHUN 2010
Pada tahun 2010, prospek ekonomi domestik diperkirakan akan semakin
membaik. Ekonomi diperkirakan akan tumbuh sekitar 5,2% di 2010 dan selanjutnya
meningkat menjadi sekitar 6,0% pada 2011. Prospek pertumbuhan ini diperkirakan
disebabkan oleh kondisi eksternal yang lebih kondusif dengan pulihnya ekonomi
dunia. Namun, pemulihan global ini bergantung pada kesuksesan exit policy di negaranegara maju dan mitra dagang Indonesia. Sedangkan terkait prospek stabilitas harga,
i
tekanan inflasi di 2010 diperkirakan masih akan bersumber dari persoalan struktur
pasar sejumlah komoditas makanan, distribusi, serta pengaruh harga internasional.
TANTANGAN PEREKONOMIAN TAHUN 2010
Beberapa tantangan perekonomian Indonesia di tahun 2010 adalah:
a. Mendorong peningkatan investasi.
Upaya ini membutuhkan ketersediaan infastruktur yang memadai, perbaikan
iklim investasi. Selain itu karakteristik industri pengolahan yang sangat
tergantung bahan baku impor dan berdaya saing rendah berpotensi menjadi
hambatan peningkatan produksi dalam memenuhi kenaikan permintaan
domestik maupun eksternal.
b. Keterbatasan transmisi kebijakan moneter.
Efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui perbankan, baik untuk
penurunan suku bunga maupun peningkatan kredit, masih perlu ditingkatkan.
ARAH KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter ke depan diarahkan untuk menjaga agar inflasi rendah dan
stabil. Untuk tahun 2010, sasaran inflasi Bank Indonesia berada pada kisaran 5%±1%.
Dalam jangka menengah, Bank Indonesia mengarahkan agar inflasi terus dalam tren
yang menurun sehingga berada pada tingkat yang rendah sebanding dengan tingkat
inflasi di negara kawasan, yang sudah berada pada kisaran 3%. Tingkat inflasi yang
rendah dalam jangka menengah ini sangat relevan untuk menjaga daya saing
perekonomian domestik, terutama dalam menghadapi ASEAN Economic Community
pada tahun 2015.
Untuk mencapai target inflasi tersebut, Bank Indonesia berkomitmen untuk:
a. Mengarahkan BI rate dalam takaran yang tepat secara konsisten, sehingga
inflasi dan ekspektasi inflasi tergiring ke target inflasi jangka menengah yang
diinginkan sebagai jangkar.
b. Mengkombinasikan penggunaan respon suku bunga dan manajemen volatilitas
nilai tukar untuk memitigasi shock yang dapat terjadi di perekonomian
Indonesia.
c. Menjaga volatilitas nilai tukar yang terjadi di pasar dengan mengoptimalkan
penggunaan instrumen moneter yang ada, disertai dengan aturan kehatihatian untuk menghindari munculnya ketidakstabilan sistem keuangan.
d. Menjaga koridor suku bunga pasar uang dan lebih mengoptimalkan
penggunaan berbagai instrumen moneter yang ada.
e. Mengintensifkan
upaya-upaya
pengendalian
inflasi
di
daerah
dengan
memberdayakan Kantor Bank Indonesia untuk bekerja lebih aktif lagi sebagai
penggerak Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mendorong
peningkatan produksi dan kelancaran distribusi yang berperan menahan inflasi.
ii
ARAH KEBIJAKAN PERBANKAN
a. Peningkatan ketahanan sistem perbankan yang akan ditempuh melalui
penguatan pengaturan, pemantapan sistem pengawasan bank, penataan
kembali tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia, serta pendalaman
pasar keuangan.
b. Peningkatan intermediasi perbankan melalui penyempurnaan peraturan dan
penyediaan infrastruktur pendukung. Peraturan yang akan disempurnakan
diantaranya meliputi Giro Wajib Minimum (GWM), optimalisasi dan efisiensi
kegiatan operasional bank, kemudahan persyaratan kegiatan devisa yang dapat
mendorong pemberian kredit. BI juga akan mendorong terbentuknya institusi
yang memiliki fungsi menyediakan basis data kredit per sektor dan per daerah,
guna memudahkan bank dalam mengukur risiko.
c. Peningkatan peran perbankan syariah terhadap perekonomian nasional dan
penguatan ketahanannya. Kebijakan untuk perbankan syariah ini akan
ditempuh diantaranya dengan meningkatkan insentif untuk mendorong
peningkatan modal, memfasilitasi pengembangan unit usaha syariah dan anak
perusahaannya, serta memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM perbankan
syariah yang kompeten.
d. Peningkatan peran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam pembiayaan keuangan
mikro dan penguatan ketahanannya. Kebijakan ini akan ditempuh diantaranya
dengan, memberikan insentif untuk mendorong peningkatan modal, dan
memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM BPR yang kompeten, serta
mempertegas posisi BPR sebagai community bank.
Kesehatan, efisiensi dan intermediasi optimal dari sektor perbankan merupakan
kata-kata kunci. Kesehatan perbankan dengan berbagai sistem pengawasan,
sementara efisiensi yang menghasilkan intermediasi yang optimal dicapai dengan
mengadopsi berbagai skema insentif dan disinsentif yang digulirkan.
Untuk memaksimumkan efisiensi perbankan, Bank Indonesia akan melakukan
benchmarking terhadap biaya dana untuk kredit, biaya overhead, premi risiko dan
margin keuntungan. Dengan demikian bank dapat mencari area-area yang dapat
ditingkatkan efisiensinya guna mendorong penetapan suku bunga kredit yang lebih
wajar. Ini semua dilakukan dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip kewajaran
pasar.
Di lain pihak, efisiensi industri perbankan juga akan ditingkatkan dengan
melakukan pendalaman pasar keuangan. Misalnya dengan bekerja sama dengan
sejumlah instansi lain untuk mengkaji dan mendorong instrumen pasar uang jangka
pendek yang dapat menjadi kompetitor dari kredit jangka pendek perbankan. Dengan
demikian diharapkan pasar keuangan (perbankan maupun non-perbankan) akan lebih
iii
adil
dan
efisien,
sehingga
secara
keseluruhan
akan
lebih
menguntungkan
perekonomian.
PERAN BANK SENTRAL SEBAGAI REGULATOR SISTEMIK
Pasca krisis global, kebutuhan akan adanya regulator sistemik yang mengawasi
kesehatan dan stabilitas keseluruhan sistem keuangan semakin mengemuka. Peran
institusi ini mencakup pengumpulan, analisis dan pelaporan informasi terkait interaksi
signifikan di pasar dan risiko yang ada di antara lembaga keuangan; meneliti apakah
ada lembaga keuangan yang menyebabkan sistem keuangan terekspos risiko sistemik;
merancang dan mengimplementasikan aturan; serta melakukan koordinasi dengan
lembaga regulator lainnya, termasuk otoritas fiskal, dalam mengelola krisis-krisis
sistemik yang mungkin timbul.
Ada tiga alasan mengapa bank sentral dapat berperan sebagai regulator
sistemik:
a. Bank sentral memiliki hubungan jual-beli sehari-hari dengan pelaku pasar
sebagai bagian dari fungsi utamanya mengimplementasikan kebijakan
moneter, sehingga tidak ada lembaga lain yang memiliki pengetahuan dan
akses sejenis ke aliran utama sistem keuangan.
b. Tanggung jawab untuk mempertahankan stabilitas ekonomi makro sangat
sejalan dengan peran untuk menjamin stabilitas sistem keuangan. Sejarah
menunjukkan, berbagai krisis ekonomi di dunia selalu berhubungan dengan
krisis keuangan, sehingga bank sentral secara alami memang harus
mempertimbangkan interaksi antara sektor keuangan dan kebijakan moneter
dalam melaksanakan tugasnya.
c. Fungsi lender of last resort memang ada di bank sentral. Dengan fungsi itu,
bank sentral dapat menggunakan neracanya untuk menyediakan pendanaan
darurat jangka pendek di masa krisis. Sebagai regulator sistemik, bank sentral
akan mampu memperoleh informasi lapangan langsung dari lembaga-lembaga
keuangan yang diawasi. Informasi ini dibutuhkan untuk membuat keputusan
yang tepat apakah suatu lembaga keuangan perlu diselamatkan.
iv
Download