1410-0029 Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014 158 PENGARUH

advertisement
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP
C-ORGANIK DAN PERMEABILITAS TANAH DI SUB DAS CISANGKUY
KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG
The Effect of Land Use and Slope on C-Organic and Soil Permeability
in Sub Watershed Cisangkuy, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Oleh
Reza Septianugraha dan Abraham Suriadikusumah
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
Jl. Jatinangor-Ujungberung Km.21, Bandung.
Alamat korespodensi: Reza Septianugraha ([email protected])
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan C-organik dan permeabilitas yang terjadi di
Sub DAS Cisangkuy Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dan juga pengaruh penggunaan lahan dan
kemiringan lereng terhadap C-organik dan permeabilitas tanah di Sub DAS tersebut. Penelitian ini dilakukan
dengan metode survei fisiografik secara bebas, peta satuan lahan di buat untuk keperluan dalam pengambilan
sampel dilapangan. Sebanyak 27 sampel didapatkan dari penggunaan lahan dan kemiringan lereng yang berbeda
di lapangan. Penggunaan lahan yang diamati adalah hutan, perkebunan, dan tegalan sedangkan kemiringan
lereng yang diamati adalah 8% - 15%, 16% - 25%, dan 26% - 40%. Hasil sampel yang sudah terkumpul
dianalisis di laboratorium untuk menentukan nilai kandungan C-organik dan permeabilitas tanah dan akan di
tentukan juga pengaruhnya terhadap penggunaan lahan dan kemiringan lereng menggunakan uji lanjut Duncan
Multiple Range Test.Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan lahan dan kemiringan
lereng terhadap kandungan C-organik dan permeabilitas di Sub DAS Cisangkuy Kecamatan Pangalengan.
Penggunaan lahan hutan dengan kemiringan lereng 16 - 25% memberikan pengaruh terbaik tehadap kandungan
C-organik (4,21%) di bandingkan dengan perlakuan lainnya dan penggunaan lahan hutan dengan kemiringan
lereng 8 - 15% hanya memberikan pengaruh terbaik terhadap permeabilitas (12,87 cm/jam) dibandingkan
dengan perlakuan lainnya.
Kata kunci: C-Organik, permeabilitas tanah, Sub DAS Cisangkuy
ABSTRACT
The objectives of this studi were to know the soil C-organic content and soil permeability in SubWatershed District Cisangkuy, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung as well as the effect of landuse
and slope on soil C-organic and soil permeability in the sub-watershed. The methode used was free
physiographic survey. Map units are made for the purpose of soil sampling in the field. Sample point to a total of
27 samples taken on a combination of land use and slope. The use of primary forest land is observed,
plantations, and farm / moor while the observed slope is 8% - 15%, 16% - 25%, and 26% - 40%. Results of
samples already in the analysis can be tested in the laboratory to determined the value of the C-organic and
permeability and will be specified as well as its effects on land use and slope using advanced Duncan’s test. The
results showed that there is the influence of land use and slope towards the C-organic and permeability in the
Sub-Watershed Cisangkuy of Pangalengan. A landuse of the escarpment forest with the slope 16 - 25% only
gave the best effect in custom content of C-organic(4,21%) and a landuse of the escarpment forest with the
slope 8 - 16% gave the best effect in custom content of permeability (12,87 cm/hour) in area of research
between other treatment.
Key words: C-Organic, soil permeability, Sub Watershed Cisangkuy
PENDAHULUAN
satu DAS terbesar di Jawa Barat mencakup
DAS Citarum Hulu sebagai bagian
mata air sungai Citarum hingga Saguling
dari DAS Citarum yang merupakan salah
dengan luas sekitar 1771 Km2. DAS
158
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
Citarum Hulu terbagi ke dalam lima Sub
pengaruhnya
DAS yaitu: Cikapundung, Citarik, Cirasea,
Penggunaan lahan dan kemiringan lereng
Cisangkuy dan Ciwidey (Perum Otorita
sangat diperhatikan karena pengaruhnya
Jatiluhur, 1990).
terhadap erosi tanah, pembentukan tanah,
Deforestasi
dan
degradasi
DAS
dalam
pengolahan
lahan.
serta sifat-sifat tanah (biologi, fisik, dan
Citarum Hulu saat ini telah menjadi
kimia
perhatian pemerintah Indonesia. Proses
dipengaruhi
oleh
degradasi lingkungan akan meningkatkan
diantaranya
adalah
aliran permukaan dan erosi yang akut di
organik
daerah hulu DAS yang mengakibatkan
tanah.Kemiringan
merosotnya produksi pertanian, selain itu
berpengaruh terhadap proses pelapukan dan
secara musiman akan berdampak pada
perkembangan
menurunya surplus dan defisit suplai air di
pengangkutan tanah. Penggerusan tanah
daerah hilir.
oleh air pada daerah berlereng juga
Pertumbuhan penduduk yang tinggi
mengakibatkan
semakin
kebutuhan
meningkat,
tanah).
Sifat-sifat
dan
dua
tanah
faktor
yang
tersebut
kandungan
nilai
bahan
permeabilitas
lereng
tanah,
sangat
pencucian
dan
mengakibatkan tanah mulai terkikis dan
akan
lahan
terangkut, pada akhirnya meninggalkan
sehingga
dapat
tanah
yang
kurang
subur
sehingga
menjadi suatu ancaman bagi lingkungan
produktivitas tanah dan tanaman menurun.
hidup. Selama ini pemanfaatan sumberdaya
Bermanakusumah (1978), mengungkapkan
lahan
bahwa kecepatan aliran permukaan yang
untuk
pembangunan
kepentingan
telah
kegiatan
mengakibatkan
tinggi
menyebabkan
terganggunya keseimbangan lahan dan
penghancuran
sumberdaya alam lainya. Berkurangnya
sehingga
hutan, hilangnya habitat alami, pencemaran
curam maka akan lebih cepat pula tanah
dan erosi tanah
permasalahan
tersebut megalami penurunan kualitasnya.
yang semakin memperburuk kondisi Sub
Penggunaan lahan mempengaruhi besarnya
DAS Cisangkuy.
kandungan C-organik, nitrogen, fosfor,
menjadi
semakin
kapasitas
apabila
tinggi
kemiringan
pula,
semakin
pada
kapasitas tukar kation (Maranon et al.,
wilayah Kecamatan Pangalengan, yang
2002), permeabilitas, porositas, infiltrasi
dominan merupakan daerah perkebunan,
(Arifin et al., 2003), serta erosi tanah.
peternakan
Pernyataan
Penelitian
dan
ini
difokuskan
pariwisata.
Daerah
tersebut
sejalan
dengan
penelitian ini memiliki penggunaan lahan
penelitian Yusrial et al. (2004), bahwa pada
dan kemiringan lereng yang beragam, dan
lahan tegalan terjadi penurunan bahan
dua faktor tersebut selalu dipertimbangkan
organik, permeabilitas dan porositas tanah.
159
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
Pangalengan mengalami perambahan lahan
Kecamatan
pertanian di lahan-lahan berlereng yang
Sumedang.
tidak sesuai dengan kaidah konservasi.
Jatinangor,
Penelitian
ini
Kabupaten
dilakukan
dengan
Perubahan tata guna lahan yang tidak
metode survai, komparatif dan deskriptif
mengikuti kaidah konservasi serta kondisi
melalui pendekatan fisiografik (fisiography
topografi
oleh
approach) secara bebas, yaitu metode
pegunungan salah satu penyebab DAS
survai berdasarkan penampakan fisiografis
Citarum
lahan
yang
hulu
di
dominasi
khususnya
Sub
DAS
dan
pengambilan
contoh
tanah
Cisangkuy tidak bisa terlepas dari masalah
dilakukan secara transek pada lereng yang
erosi yang memberikan masalah turunan
sama tanpa memperhitungkan jarak antar
mulai dari masalah erosi hingga kualitas
titik pengamatan.
DAS yang memburuk.
Pengamatan dan pengambilan contoh
Berkaitan dengan hal tersebut maka
tanah dilakukan pada satuan lahan yang
dilakukan penelitian guna mendapatkan
telah ditentukan pada peta satuan lahan
informasi
pengaruh
yang merupakan hasil analisis lansekap dari
penggunaan lahan dan kemiringan lereng
peta jenis tanah, penggunaan lahan, kelas
terhadap C-organik dan Permeabilitas tanah
kemiringan lereng dan curah hujan yang
di
sama.
Sub
sejauh
DAS
mana
Cisangkuy
Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung.
Variabel
yang
diamati
berupa
kemiringan lereng dan penggunaan lahan.
Kemiringan lereng yang diamati terdiri dari
tiga kelas lereng seperti yang diungkapkan
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilaksanakan
pada
Christian dan Stewart (1968), yaitu : 8-
bulan Juni 2011 sampai dengan bulan
15%,
Agustus 2011 yang terdiri dari kegiatan
penggunaan lahan yang diamati adalah :
survai lapangan, analisis laboratorium dan
hutan, tegalan, dan perkebunan (Tabel 1).
pengolahan data. Lokasi penelitian berada
Masing
di
diulang 3 (tiga) kali, sehingga jumlah
DAS
Cisangkuy,
Kecamatan
16-25
%dan
masing
taraf
26-40%.
Jenis
dikombinasikan,
Pangalengan KabupatenBandung.Selain itu,
sampel yang
Kegiatan pengolahan dan analisis data
Pengamatan dilakukan pada kemiringan dan
dilaksanakan di laboratorium Fisika Tanah,
jenis
Kesuburan Tanah, dan Komputer Jurusan
dikarenakan pada kemiringan dan posisi
Ilmu
lereng itulah proses erosi lebih berpotensi
Tanah
dan
Sumberdaya
Lahan
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran,
160
terjadi.
diambil sebanyak 27 titik.
penggunaan
lahan
tersebut
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
Tabel 1. Kombinasi pengambilan contoh tanah pada setiap kelas kemiringan lereng dan
penggunaan lahan
Unit
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Penggunaan lahan
Hutan
Hutan
Hutan
Perkebunan
Perkebunan
Perkebunan
Tegalan
Tegalan
Tegalan
Kemiringan lereng (%)
8 – 15
16 – 25
26 – 40
8 – 15
16 – 25
26 – 40
8 – 15
16 – 25
26 – 40
Permasalahan penting yang dicermati dalam
Setiap unit lahan yang telah di ambil
penelitian ini adalah kelas kemiringan dan
sampelnya dan sudah di analisis, hasilnya
pola penggunaan lahan sehingga, dari
dihitung
satuan fisiografis dibentuk satuan peta
permeabilitasnya dan juga dilakukan uji
lahan yang dibedakan oleh penggunaan
statistik untuk mengetahui pengaruh atas
lahan dan kemiringan lereng.
penggunaan lahan dan kemiringan lereng
Survai dimaksudkan untuk mengecek
kelas kemiringan lereng dan penggunaan
terhadap
persen
C-organik
C-organik
dan
dan
permeabilitas
tanah.
lahan di lapangan. Pengamatan penggunaan
lahan dilakukan dengan rujukan peta
HASIL DAN PEMBAHASAN
penggunaan lahan serta data penggunaan
Pengaruh Penggunaan Lahan dan
Kemiringan Lereng Terhadap C-organik
lahan. Adapun pengamatan kemiringan
lereng dilakukan dengan menggunakan alat
klinometer.
Pengambilan data tanah dari beberapa
contoh tanah bertujuan untuk menentukan
beberapa sifat tanah. Pengambilan contoh
tanah langsung dilakukan dengan membuat
minipit. Pengambilan contoh tanah utuh
dilakukan untuk penentuan permeabilitas
tanah dengan menggunakan ring sampler.
Pengambilan
contoh
tanah
komposit
dilakukan untuk penentuan kelas tekstur
dan kandungan bahan organik tanah.
Analisis ragam menunjukkan bahwa
penggunaan lahan dan kemiringan lereng
berpengaruh nyata terhadap kandungan Corganik dan hasil uji lanjut Duncan
menunjukan bahwa nilai kandungan Corganik
kombinasi
berbeda
nyata
penggunaan
pada
lahan
setiap
dan
kemiringan lereng.
Terdapatnya pengaruh nyata pada
berbagai penggunaan lahan dan kemiringan
lereng diduga karena sudah tingginya
tingkat erosi di daerah penelitian, sehingga
161
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
kandungan C-organik pada tanah sudah
lain, pada lahan hutan dengan kemiringan
banyak tergerus, terlebih pada lereng yang
lereng 8%-15% banyak masyarakat sekitar
curam dan pada lahan berkanopi kurang
memanfaatkan ranting dan dahan kayu
rapat. Pengamatan di lokasi pengambilan
hutan sebagai kayu bakar. Selain itu, pada
sampel khusunya pada lahan perkebunan
daerah
dan tegalan menunjukan adanya erosi alur
masyarakat lebih mudah menjangkau lokasi
dengan pembentukan parit-parit sedalam 20
dibandingkan dengan kemiringan hutan 16-
cm dan tidak jarang batuan induk pun sudah
25%.
muncul di permukaan tanah.
Secara
Berdasarkan uji Duncan (Tabel 2)
memperlihatkan
bahwa
kemiringan
kandungan
lereng
umum
8-15%
terlihat
bahwa
penggunaan lahan non hutan menunjukan
C-
kadar C-organik yang relative rendah
organik tertinggi terdapat pada penggunaan
dibandingkan dengan penggunaan lahan
lahan hutan dengan kemiringan lereng
hutan, namun kerapatan vegetasi juga
16%-25%,
mempengaruhi
dibandingkan
dengan
terhadap
kandungan
c-
penggunaan lahan hutan dengan kemiringan
organik, hal ini terlihat pada kondisi pada
lereng 8%-15% yang hanya memiliki
lahan tegalan, rata-rata memiliki kandungan
kandungan C-organik terbesar kedua. Hal
C-organik yang lebih rendah dibandingkan
ini diduga karena pada penggunaan hutan
dengan
dengan
Rendahnya
memiliki
kemiringan
vegetasi
lereng
yang
16-25%
rapat,
lahan
hutan
dan
kandungan
perkebunan.
C-organik
dan
disebabkan pada lahan tegalan memiliki
banyaknya serasah dari sisa-sisa tanaman
jumlah tegakan pohon yang lebih sedikit
yang terdekomposisi sehingga menjadi
dibandingkan dengan unit satuan lahan
asupan C-organik ke dalam tanah. Disisi
yang
lain,
sehingga
kerapatan
Tabel 2. Pengaruh penggunaan lahan dan kemiringan lereng terhadap C-organik tanah (%)
Unit
Variabel
C-organik (%)
A
Hutan (8 - 15%)
B
Hutan (16 - 25%)
C
Hutan (26 - 40%)
D
Perkebunan (8 - 15%)
E
Perkebunan (16 - 15%)
F
Perkebunan (26 - 40%)
G
Tegalan (8 - 15%)
H
Tegalan (16 - 15%)
I
Tegalan (26 - 40%)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
menurut uji Duncan pada taraf nyata 5%.
162
4,18 bc
4,21 c
4,08 abc
4,06 abc
4,01 ab
4,01 ab
4,00 a
3,99 a
3,93 a
tidak berbeda nyata
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
vegetasi penutup tanahnya pun kurang
disebabkan oleh rendahnya sumbangan
mampu untuk menahan energi air hujan
bahan organik yang berasal dari daun,
yang jatuh ke tanah. Energi tersebut akan
ranting, serta akar dari penggunaan lahan
menghancurkan
dan
yang intensif. Pada saat pelapukan bahan
menggerusnya sehingga kandungan C-
organik menurun, persediaan karbon dalam
organik yang banyak pada permukaan tanah
tanah menipis dan jumlah jasad renik juga
terbawa
berkurang. Sehingga dapat disimpulkan C-
struktur
aliran
tanah
permukaan,
selain
itu
terbukanya kondisi tanah karena kurang
organik pada tanah menjadi sangat rendah.
rapatnya vegetasi meningkatkan suhu tanah
C-organik memiliki peran penting
yang berdampak pada laju dekomposisi
dalam menentukan kemampuan tanah untuk
bahan organic yang berlangsung cepat,
mendukung tanaman, sehingga jika kadar
menurut pendapat Monde et al. (2008)
karbon
bahwa lahan hutan memiliki kandungan
menurun,
bahan organic tinggo karena adanya suplai
mendukung produktivitas tanaman juga
bahan organic yang terus-menerus dari
menurun. Menurunnya kadar bahan organik
vegetasi
terjadi
merupakan salah satu bentuk kerusakan
tersebut
tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah
memungkinkan dekomposisi .bahan organic
merupakan masalah penting bagi negara
berlangsung
berkembang karena intensitasnya
hutan
penumpukan,
sehingga
kondisi
secara
stabil
alami,
namun
dalam
bahan
kemampuan
organik
tanah
tanah
dalam
yang
sebaliknya pada lahan pertanian proses
cenderung meningkat sehingga tercipta
dekomposisi berlangsung dengan cepat
tanah-tanah rusak yang jumlah maupun
karena adanya pengelolaan dari petani
intensitasnya meningkat.
selain itu dengan terbukanya lahan, suhu
Berdasarkan
tanah
juga
meningkat
sehingga
laju
kemiringan
hasil
lereng
uji
statistik
juga
sangat
dekomposisi bahan organic berlangsung
mempengaruhi kandungan C-organik tanah.
cepat. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Hasil
yang menunjukan bahwa kandungan bahan
penelitian menunjukkan bahwa kandungan
organik pada lahan sayuran
C-organik
lebih kecil
pengukuran
C-organik
terkecil
pada
penggunaan
itu,
dapat
kemiringan 26-40%. Hal ini dikarenakan
mengurangi asupan bahan organik ke dalam
dengan kemiringan lereng yang curam
tanah. Yusrial et al. (2004) menyatakan
menyebabkan
bahwa pada lahan tegalan terjadi penurunan
permukaan menjadi besar, sehingga energi
bahan
untuk melepaskan dan mengangkut lapisan
pertanian
organik.
intensif
Rendahnya
C-organik
energi
tegalan
area
dibandingkan dengan lahan hutan. Selain
sistem
lahan
terdapat
di
kinetik
dengan
aliran
163
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
atas tanah juga menjadi besar energi
dikarenakan terjadi pemadatan tanah yang
tersebut
syarat
disebabkan oleh pengolahan tanah yang
terjadinya erosi di suatu tempat. Setelah
terus menerus, sehingga mengakibatkan
terjadi pengangkutan lapisan atas tersebut,
berkurangnya porositas tanah. Gaya tekan
kandungan C-organiknya menjadi rendah,
yang diberikan oleh alat pengolahan tanah
karena lapisan atas tanah yang kaya akan
akan memperkecil ukuran pori-pori tanah
bahan organik ikut hanyut oleh aliran
sehingga akan mengurangi kemampuan
permukaan menuju ke daerah yang lebih
tanah tersebut dalam meloloskan air. Hal ini
landai. Hal senada
dibuktikan pada penggunaan lahan tegalan
Monde
merupakan
et
al.
pertanian
salah
diungkapkan oleh
(2008)
yang
satu
bahwa
relative
memungkinkan terjadinya
system
memiliki nilai permeabilitas yang lebih
terbuka
rendah,
erosi
sangat
jika
dibandingkan
dengan
penggunaan lahan lainya.
besar, ketika terjadi aliran permukaan
Pengolahan tanah pada lahan tegalan
sebagian besar c-organik terbawa erosi.
lebih intensif dibandingkan pada lahan
Sebaliknya pada lahan hutan memiliki
perkebunan. Sedangkan pada penggunaan
kandungan C-organik yang lebih tinggi,
lahan hutan memiliki nilai permeabilitas
kondisi ini disebaban penumpikan bahan
paling tinggi diantara penggunaan lahan
organic pada lantai hutan lebih banyak.
lainnya,
Pengaruh Penggunaan
Kemiringan
Lereng
Permeabilitas Tanah
pengolahan
Lahan dan
Terhadap
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan
terlihat bahwa nilai rata-rata permeabilitas
pada setiap kombinasi penggunaan lahan
dan kemiringan lereng
berbeda nyata
(Tabel 3). Hasil uji lanjut menunjukan
bahwa
jenis
penggunaan
lahan
dan
kemiringan lereng memberikan respon yang
berbeda terhadap nilai permeabilitas tanah.
Jenis
memberikan
permeabilitas
penggunaan
lahan
pengaruh
dari
ada
diduga
terhadap
atau
tidaknya
pengolahan tanah pada tiap-tiap jenis
penggunaan
164
lahan
tersebut.
Hal
ini
dikarenakan
tanah.
tidak
adanya
Arifin
(2010)
menyatakan bahwa pengelolaan tanah yang
intensif
secara
terus
mengistirahatkan
penambahan
merusak
menerur
tanah
bahan
strutur
dan
organik
tanah.
tanpa
tanpa
berakibat
Selanjutnya
berakibat pada permeabilitas tanah yang
menjadi menurun.
Selain itu sistem perakaran diduga
mempengaruhi besarnya nilai permeabilitas.
Hal ini dibuktikan pada lahan hutan yang
memiliki sistem fisiologi perakaran yang
dalam dan kokoh. Hutan juga memiliki
sistem penyangga kehidupan. Pohon yang
tajuk-tajuknya
saling
menaungi
akan
mampu menahan jatuhnya titik air hujan
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng terhadap Nilai Permeabilitas
Tanah.
Unit
Variabel
Permeabilitas
(cm/jam)
A
Hutan (8 - 15%)
12,87 d
B
Hutan (16 - 25%)
12,08 cd
C
Hutan (26 - 40%)
9,86 bcd
D
Perkebunan (8 - 15%)
7,28 abc
E
Perkebunan (16 - 15%)
7,53 abc
F
Perkebunan (26 - 40%)
7,31 abc
G
Tegalan (8 - 15%)
6,30 ab
H
Tegalan (16 - 15%)
6,11 ab
I
Tegalan (26 - 40%)
4,22 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji Duncan pada taraf nyata 5%.
atas tanah. Dengan bantuan tumbuhan lantai
humus sehingga pada saat hujan turun
hutan, serasah dan humus memiliki peranan
butiran air hujan akan langsung mengenai
yang sangat penting bahkan lebih penting di
permukaan tanah yang berakibat tanah
banding dengan tegakan pohon itu sendiri.
tersebut terpecah dan lapisan atas dari tanah
Serasah
dalam
tersebut akan terbawa aliran permukaan
meningkatkan pori tanah karena banyak
yang diperparah dengan topografi daerah
disukai oleh organisme tanah sehingga
penelitian yang sangat beragam sehingga
meningkatkan
dan
energi aliran permukaan akan menjadi besar
air
hujan
di daerah lahan berlereng miring selain itu
permukaan
tanah.
sistem perakaran pada daerah ini kurang
akan
mampu melakukan penetrasi sehingga pori-
menghancurkan agregasi tanah sehingga
pori yang dihasilkan kurang baik di
tanah tersebut akan mudah terangkut saat
bandingkan dengan pada penggunaan lahan
adanya aliran permukaan, selain itu secara
hutan.
mencegah
mengenai
dan
humus
berperan
permeabilitas
butiran-butiran
langsung
Butiran-butiran
tersebut
tanah
yang
tidak langsung akar-akar tanaman dengan
selaput koloidalnya akan mengikat butir-
KESIMPULAN
butir tanah, sehingga tanah menjadi remah
1.
dan memiliki pori yang baik.
Lain
halnya
yang
Jenis
penggunaan
kemiringan
terjadi
pada
lahan
lereng
dan
berpengaruh
terhadap kandungan C-organik dan
penggunaan lahan perkebunan dan tegalan,
permeabilitas
tanah
di
Sub
DAS
pada penggunaan tersebut sangat sedikit
Cisangkuy Kecamatan Pangalengan.
sekali di temukan serasah-serasah dan
165
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 18, No. 2, Oktober 2014
2.
Jenis Penggunaan lahan hutan dengan
kemiringan
lereng
16-25%
memberikan pengaruh terbaik tehadap
kandungan
C-organik
(4,21%)
dibandingkan dengan perlakuan lainya
dan jenis penggunaan lahan hutan
dengan
kemiringan
lereng
8-15%
memberikan pengaruh terbaik terhadap
permeabilitas tanah (12,87
cm/jam)
dibanding dengan perlakuan lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin., S, H. Widianto,A G. Wattimena, T.
Djogo dan L. Sundawati. 2003.
Agroforestri di Indonesia. World
Agroforestry Centre, Bogor.
Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah
dan Berbagai Penggunaan Lahan
Dalam
Hubunganya
Dengan
Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal
Pertanian Mapeta XII( 2): 14112817.
Bermanakusumah,
R.
1978.
Erosi,
Penyebab dan Pengendaliannya.
166
Fakultas
Pertanian
Padjadjaran, Bandung.
Universitas
Christian, C.S. and G.A. Stewart. 1968.
Methodology of Integrated Survey.
Process. Proc. Unesco Conf. On
Aerial Survais and Integrated Studies,
Foulouse, France.
Maranon, M., M. Soriano, G. Delgado and
R. Delgado. 2002. Soil Euquality in
Mediteranian
Mountain
Environrnents: Effect of Land Use
Change.
Soil
Science
Society
American Joumal. 66:94t-958.
Monde, A, N. Sinukaban, K. Murtilaksono,
N. Pandjaitan. 2008. Dinamika
Karbon (C) Akibat Alih Guna Lahan
Hutan Menjadi Lahan Petanian.
Jurnal Agroland. 15(1):22-26.
Perum Otorita Jatiluhur. 1990. Water
Balance Analysis in the Upper
Citarum Watershed. Otorita Jatiluhur,
Purwakarta.
Yusrial.,S.,
Notohadisuarno
dan
S.
Wisnubroto. 2004. Infiltrasi, Sifat
Fisik Tanah dan Erosi pada Berbagai
Lereng Tangkapan Mikro Sub Das
Kali Babon Kabupaten Semarang.
Journal
Agrosain.
17
(3).
Download