1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data World Healt Organization (WHO), diseluruh dunia
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi
khususnya neonates sebesar 10.000.000 jiwa per tahun ( Manuaba, 2010).
Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu preoritas Kementrian
Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu indikator utama
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah
menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas dalam
pembangunan kesehatan.
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan
masalah besar. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut SDKI (Survey
Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2007, di Indonesia mencapai angka
248 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar
34 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah AKI dan AKB masih jauh dari target
Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 23 per 100.000 kelahiran hidup,
sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk
mencapai target tersebut (Depkes RI,2009).
1
2
Kunjungan K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada
masa kehamilan, Cakupan K1 dibawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun) menunjukkan keterjangkauan
pelayanan antenatal yang rendah yang mungkin disebabkan oleh pelayanan
yang belum cukup akhir (Henry, 2006).
Asuhan Antenatal K1 bertujuan untuk mengumpulkan informasi
mengenai ibu hamil dengan mendeteksi secara dini komplikasi dalam
kehamilan,dan merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu untuk
mendapatkan persalinan menuju kelahiran dan kesehatan ibu yang baik.
(Vivian, dkk, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes pada tahun 2014 di
Kabupaten Pidie sasaran seluruh ibu hamil adalah sebanyak 11.215 jiwa,
yang melakukan kunjungan K1 adalah sebanyak 8.068 jiwa (71,94 %)
(Dinkes Kabupaten Pidie, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Muara Tiga
Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie pada Tahun 2014 jumlah seluruh ibu
hamil 2.093 orang, yang melakukan Kunjungan K1 adalah sebanyak 951
orang, disini terlihat jelas bahwa K1 Puskesmas Muara Tiga masih sangat
jauh dari target cakupan kunjungan K1 secara nasional yaitu sebesar 95%.
Berdasarkan pengambilan data awal yang diperoleh dari Puskesmas
Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga terdapat ibu hamil dari bulan Januari
sampai Maret 2015 berjumlah 73 orang.
3
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan
K1 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan
Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang telah didapatkan oleh peneliti maka, rumusan
masalahnya adalah “faktor-faktor apa saja yang Berhubungan Dengan
Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga
Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan
Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga
Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan Pendidikan dengan
Melakukan
Kunjungan K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan
Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015.
b. Untuk mengetahui hubungan Dukungan Keluarga dengan Melakukan
Kunjungan K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan
Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015.
4
c.
Untuk
mengetahui
hubungan
Pelayanan
Kesehatan
dengan
Melakukan Kunjungan K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga
Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Diperoleh sebagai bahan masukan dan wawasan ilmu pengetahuan.
2. Bagi ibu
Sebagai bahan masukan dan ilmu pengetahuan mengenai Kunjungan K1
3. Bagi tempat Penelitian
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan K1 pada ibu hamil
4. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam membimbing dan menambah
pengetahuan mahasiswa.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini sudah banyak diteliti sebelumnya antara lain :
1. Susi Diana (2011) mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil
untuk melakukan pelayanan K1 di wilayah kerja puskesmas jeulingke
kecamatan syiah kuala kota Banda Aceh Tahun 2011. Adapun variabel
dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu pelayanan K1,
variabel independen yaitu pendidikan, dukungan keluarga, dan pelayanan
kesehatan. Metode yang dipakai pada penelitian ini bersifat Diskriptif
5
dengan pendekatan cross sectional, Hasil dari penelitian menunjukan
bahwa pelayanan K1 ditinjau dari segi Pendidikan 90% berada pada
katagori Tinggi, ditinjau dari Dukungan Keluarga 79% berada pada
katagori Keluarga yang Mendukung dan ditinjau dari Pelayanan Kesehatan
68% berada pada katagori pelayanan kesehatan Baik. Berdasarkan dari
hasil penelitian ini maka pendidikan, dukungan keluarga dan pelayanan
kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk
melakukan pelayanan K1.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terdapat pada metode penelitian, tempat penelitian, dan waktu penelitian.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kehamilan
1. Konsep Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai 6 bulan triwulan ketiga dari
bulan ke tujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis, namun sewaktu-waktu
dapat berubah menjadi patologis tanpa diduga sebelumnya. Selain
melaksanakan asuhan pada ibu hamil normal, bidan juga harus mampu
melakukan deteksi yang mengarah patologis, tindakan antisipasi dapat
segera dilakukan. Dari fakta ini sangat bijaksana kiranya jika tenaga
kesehatan khususnya bidan, sebagai pendamping wanita, meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil
(Ari S, 2011).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,
2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya
pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri
7
oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009). Kehamilan adalah fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa
embrio dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang
matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan
keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat
terjadinya proses konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin.
Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan fisiologis, Setiap
wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami
menstruasi, melakukan hubungan dengan seorang pria yang organ
reproduksinya
sehat
sangat
besar
akan
mengalami
kehamilan
(Mandriwati,2007)
Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa
embrio dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang
matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan
keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat
terjadinya proses konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin.
a. Faktor resiko pada kehamilan
Kehamilan
resiko
tinggi
adalah
keadaan
yang
dapat
mempengaruhi keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi.
Faktor-faktor resiko kehamilan meliputi primipara muda kurang umur 20
8
tahun, primipara tua umur di atas 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145
cm, riwayat kehamilan yang buruk (Manuaba, 2008).
Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang
mempunyai
resiko
atau
bahaya
yang
lebih
besar
pada
kehamilan/persalinannnya dibandingkan dengan ibu hamil dengan
kehamilan/persalinan normal. Faktor resiko pada ibu hamil meliputi
riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik yaitu
riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati; Ibu hamil
yang kurus/berat badan kurang; sudah memiliki 4 anak atau lebih; jarak
antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun; Ibu menderita anemia atau
kurang darah; perdarahan pada kehamilan ini; tekanan darah yang
meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai;
kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal; riwayat
penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi, asma dan lain-lain
(Suririnah, 2007).
b. Tanda bahaya kehamilan
Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan
hanya 10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau
berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak
terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ
tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini
gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik
9
untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan
ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyulit
penyerta sebaiknya diketahui sejak awal sehingga dapat dilakukan
berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik
terhadap
kehamilan
dan
keselamatan
ibu
maupun
bayi
yang
dikandungnya, diantaranya perdarahan, preeklamsi, nyeri hebat di daerah
abdominopelvikum.
Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai yang terkait dengan
gangguan serius selama kehamilan adalah muntah berlebihan, disuria,
menggigil atau demam, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya, uterus
lebih besar atau lebih kecil dari kehamilan yang sesungguhnya. (Sarwono,
2008)
Menurut Rukiyah (2009), Pada ibu hamil ada enam tanda bahaya
dalam kehamilan, meliputi :
1) Perdarahan vagina pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal
adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri.
2) sakit kepala yang hebat. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah
yang serius adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang
dengan beristirahat. Dengan sakit kepala yang hebat, penglihatan ibu
menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala dari preeklampsi.
10
3) perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja).
Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa
adalah perubahan visual yang mendadak.
4) nyeri abdomen yang hebat. Nyeri abdomen yang hebat, menetap, dan
tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini seperti appendicitis, persalinan
preterm, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, gastritis,
penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih dan
infeksi lain.
5) bengkak pada muka atau tangan. Bengkak bisa menunjukkan masalah
serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah
beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.
6) bayi kurang bergerak seperti biasa. Ibu mulai merasakan gerakan bayinya
pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan
bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah.
2. Konsep Antenatal care
a. Pengertian antenatal care
Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Depkes RI,
2010).
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan
memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama
11
kehamilan (Yulifah, dkk, 2009). Perawatan kehamilan merupakan suatu
program berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran dan
nifas yang terdiri atas edukasi, screening, deteksi dini, pencegahan,
pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan
nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan baik.
b. Tujuan Antenatal care
Menurut Mansjoer (2005), tujuan perawatan kehamilan adalah
memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi; meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, mental dan sosial ibu dan bayi; mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan;
mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; mempersiapkan ibu
agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif;
mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Tujuan antenatal care pada ibu hamil meliputi mempromosikan
dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan,
nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi; mendeteksi dan
menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama
kehamilan; mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan
menghadapi komplikasi; membantu menyiapkan ibu untuk menyusui
12
dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik,
psikologis dan sosial (Kusmiyati, 2009)
c. Manfaat antenatal care
Menurut Wiknjosastro (2006), manfaat antenatal care adalah
tersedianya fasilitas rujukan yang baik bagi kasus resiko tinggi ibu hamil
sehingga dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan
dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan
usia, paritas, riwayat obstetrik buruk, dan perdarahan selama kehamilan.
Perawatan antenatal cara berguna.
Untuk
mendeteksi,mengoreksi,menatalaksanakan/mengobati
sedini mungkin kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya.
Dapat juga sebagai penyampaian komunikasi, informasi, dan
edukasi dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu
hamil, agar dapat percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera
dirujuk ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas yang lebih lengkap
(Yani, 2006).
d. Jadwal pelaksanaan antenatal care
Pelaksanaan antenatal care dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali
pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III.
Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi
pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan masing- masing. Ibu hamil
yang melakukan pemeriksaan kehamilan dikatakan teratur jika
melakukan pemeriksaan kehamilan ≥ 4 kali kunjungan, kurang teratur
13
jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu
hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali kunjungan
(WHO, 2006).
Kunjungan ibu hamil atau kontak ibu hamil merupakan
kunjungan dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan
perawatan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan antenatal
care tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke
fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga kesehatan (di posyandu,
polindes/poskesdes, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk
memberikan pelayanan antenatal sesuai standar (Meilani,dkk, 2009).
e. standar antenatal care
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat
badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur
lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan
memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium
(rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling)
termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
serta KB pasca persalinan (Depkes RI, 2010).
Pelayanan antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan ANC, selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi
14
anamneses, pemeriksaan fisik baik umum dan kebaikan, pemeriksaan
laboratorium atas indikasi serta interversi dasar dan khusus sesuai dengan
resiko yang ada, namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar
minim “ 14T” yaitu Depkes RI, 2008);
1) Timbang berat badan (T1)
Ukur berat badan dalam kilogram tiap kali kunjungan, kenaikan berat
badan normal pada waktu hamil 0,5 kg oer minggu mulai trimester
kedua.
2) Ukur tekanan darah (T2)
Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90, bila melebihi dari
140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.
3) Ukur tinggi fundus uteri (T3)
Apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu pengukuran dilakukan
dengan jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24 minggu memakai
pengukuran Mc. Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus uteri
memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan
sesuai rumusnya.
4) Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan (T4)
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah
defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar haemoglobin.
Fe diberikan satu tablet sehari segera setelah rasa mual hialng, diberikan
sebanyak 90 tablet selama kehaamilan.
5) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap (T5)
15
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya
diberikan 2 kali. Imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16
minggu untuk yang kedua di berikan 4 minggu kemudian.
6) Pemeriksaan Hb (T6)
7) Pemeriksaan VDRL (T7)
8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8)
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil (T9)
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ditujukan untuk ibu
hamil dengan masalah kesehatan atau komplikasi yang membutuhkan
rujukan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan konsultasi atau
melakukan kejasama penanganan (Yulifah,dkk, 2009).
11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)
12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)
14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaris (T14)
e.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan
lengkap
yang
bertujuan
untuk
mendeteksi
masalah
fisik
yang
mempengaruhi kehamilan ibu. Pemeriksaan fisik yang meliputi pengkajian
pada tanda-tanda vital, sistem kardiovaskuler, sistem muskuloskletal, sistem
neurologi, sistem integumen, sistem endokrin, sistem gastrointestinal, sistem
urinarius, sistem reproduksi (Mitayani, 2009).
16
Pemeriksaan fisik pada status generalis/pemeriksaan umum :
penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan. Kemungkinan
resiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan < 45 kg atau >
75 kg. Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik
lebih bermakna untuk prediksi sirkulasi plesenta). Mata konjungtiva
pucat/tidak, sklera ikterik/ tidak. Mulut/THT dengan ada tanda radang/tidak,
lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi. Paru/jantung/abdomen. Inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi umum. Ekstremitas diperiksa terhadap edema,
pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat
kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau infeksi lain harus
dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya (Yani,
2006).
1.
Status obstetricus/ pemeriksaan khusus obstetric
Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran
abdomen mungkin belum nyata). Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri
dengan tepi atas simfisis os pubis). Pemeriksaan palpasi leopold
pertama dilakukan untuk menentukan tinggi fundus uteri dengan tujuan
untuk mengetahui usia kehamilan, pemeriksaan leopold kedua
dilakukan untuk menentukan letak punggung janin, menentukan batas
samping rahim kanan dan kiri dan pemeriksaan leopold ketiga
dilakukan untuk menentukan bagian presentase janin serta pemeriksaan
17
leopold keempat untuk menentukan apakah bagian terbawah janin
tersebut telah memasuki atau melewati pintu atas panggul.
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Dopler
yang ditempelkan di daerah punggung janin. Pemeriksaan auskultasi
yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu
menit. Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-140 kali
per menit. Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap
beban/stress pada
janin
(fetal
distress),
sementara
bradikardi
menunjukkan kegagalan kompensasi beban/stress pada janin (fetal
distress/gawat janin).
1. Pemeriksaan luar
Inspeksi luar : keadaan vulva/uretra, ada tidaknya tanda
radang, luka/perdarahan, discharge, kelainan lainnya.
2. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam (vaginal toucher) seringkali tidak
dilakukan pada kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi.
Umunya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk
kepentingan obstetrik (persalinan), pemeriksaan ini dilakukan pada
usia kehamilan di atas 34-46 minggu, untuk memperkirakan
ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan
jalan lahir, serta pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan
persalinan normal pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan
18
kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir
masih minimal, akan sulit dan sakit untuk eksplorasi.
3. Pengkajian awal
a.
Keadaan umum
Bidan dapat memulai pengkajiannya dengan pertama kali
melakukan observasi terhadap ibu ketika pertama bertemu. Keadaan
umum awal yang dapat diamati oleh bidan meliputi adanya kecemasan,
kamarahan atau kepekaan ibu kemungkinan juga mengalami distress
karena kegagalan kontrasepsi, kemarahan yang tidak terselesaikan
dapat menimbulkan perilaku yang tidak responsif. Pengkajian harus
dilakukan secara sensitif, memungkinkan ibu untuk mengekspresikan
kekhawatiran tentang hal ini atau pengalaman sebelumnya tentang
kehamilan atau kelahiran. Observasi karaktristik fisik juga penting
diperhatikan oleh bidan. Postur dan cara berjalan dapat menunjukkan
masalah punggung atau trauma pelvis sebelumnya. Ibu mungkin
mengalami letargik, yang dapat menunjukkan kelelahan ekstren
anemia, malnutrisi atau depresi (Salmah, 2006).
b.
Riwayat sosial
Bidan juga perlu mengkaji respon keluarga terhadap kehamilan.
Kadang ibu ragu dengan kemampuannya merawat anak lain selama
hamil, kelahiran atau setelahnya. Anak remaja kadang sulit menerima
kedatangan bayi baru dalam keluarga. Atau ibu hamil adalah remaja
yang masih dibawah penghasuhan orang tuanya dan mungkin ada
19
masalah seberapa besar dukungan yang diberikan orang tua kepadanya
selama hamil dan setelah kelahiran. Bidan dalam hubungan kemitraan
dengan ibu hamil, melakukan rujukan kepetugas kesehatan lain yang
memiliki peran dalam membantu beberapa kesulitan tersebut atau
kelembaga multi profesional lain tempat bantuan dapat diberikan
(Salmah, 2006).
c.
Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang akurat dapat diketahui untuk
menetapkan
tanggal
perkiraan
kelahiran.
Dengan
demikian
memungkinkan bidan untuk memprediksi tanggal lahir dan selanjutnya
menghitung usia gestasi dari manapun mulainya. Pengkajian abdomen
terhadap ukuran uterusdapat dilakukan dalam kaitannya dengan usia
gestasi selama pemeriksaan antenatal. Bidan memiliki peran dalam
membantu ibu memahami bahwa tanggal perkiraan kehamilan adalah
satu hari dalam lima minggu kerangka waktu selama bayinya aterm,
dan mungkin lahir. Tanggal perkiraan kelahiran dihitung dengan
menambahkan sembilan bulan kalender dan tujuh hari pada tanggal hari
pertama menstruasi terakhir ibu (Salmah, 2006).
d.
Riwayat obstetrik
Pengalaman melahirkan merupakan bagian penting dalam
memperkirakan kemungkinan hasil kehamilan saat ini. Dalam penulisan
riwayat obstetrik ibu, istilah deskriptif yang dipakai adalah gravida dan
para. Gravid berarti hamil, gravida berarti wanita hamil, dan angka
20
yang menyertai menunjukkan frekuensi ia pernah hamil tanpa
memperhatikan hasilnya. Para berarti “pernah melahirkan”, paritas ibu
merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak, hidup atau mati,
tetapi bukan aborsi. Grande multigravida adalah ibu yang pernah hamil
lima kali ataulebih secara berturut-turut. Terminasi kehamilan
sebelumnya biasanya didiskusikan meskipun ini dapat menyebabkan
rasa malu atau distres pada ibu. Pendekatan yang empati dan tidak
menghakimi diperlukan dalam upaya mendapatkan informasi dan
mendorong ibu untuk membicarakannya secara bebas tentang
perasaanya. Dilatasi atau kuretase dapat menyebabkan inkompetensi
serviks. Untuk melengkapi riwayat, tinjauan ulang pada catatan kasus
lama harus dilakukan untuk kasus ibu hamil yang tidak mengingat
informasi relevan. Pengkajian resiko harus dilakukan berdasarkan
riwayat obstetrik dan medis ibu dan kehamilan sekarang. Hal ini
memungkinkan bidan dan ibu membahas kemajuan kehamilan dan
mengidentifikasi profesional kesehatan lain yang mungkin perlu dirujuk
(Salmah, 2006).
e.
Riwayat medis
Selama hamil baik ibu dan janin dipengaruhi oleh kondisi
medis, atau kondisi medis dapat dipengaruhi oleh kehamilan, bila tidak
di atasi dapat terjadi akibat serius bagi kesehatan ibu.
1) Statis dan refluks urin dapat terjadi selama kehamilan. Infeksi
saluran kemih dapat dengan mudah terjadi pada pielonefritis, yang
21
bila tidak diobati akan menimbulkan kerusakan ginjal dan
menyebabkan persalinan prematur.
2) Kehamilan mempredisposisikan pada trombosis vena profunda dan
selanjutnya embolisme paru. Ibu dengan paritas banyak, usia lanjut
dan gemuk dengan riwayat gangguan tromboembolik paling
beresiko.
3) Hipertensi
mempredisposisikan
ibu
pada
hipertensi
akibat
kehamilan, yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi plasenta
keterbatasan pertumbuhan intra uterin, abrupsio plasenta, gangguan
janin atau kematian. Efek pada ibu adalah gagal jantung kongesif,
hemoragie intraserebral, gagal ginjal akut, koagulasi intravastular
diseminata atau kematian akibat semua kejadian yang terjadi di atas.
4) Kondisi lain seperti asma, epilepsi, infeksi dan gangguan psikiatrik
memerlukan pengobatan, yang dapat menimbulkan efek samping
pada perkembangan janin. Komplikasi medis utama seperti diabetes
dan kondisi jantung memerlukan keterlibatan dan dukungan
spesialis medis (Salmah, 2006).
f. Riwayat keluarga
Kondisi tertentu dapat karena genetik, sedangkan yang lainnya
bersifat familial atau berkaitan dengan etnisitas, dan beberapa berkaitan
dengan lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut bertempat
tinggal.
Diabetes
meskipun
bukan
diturunkan
secara
genetik,
menimbulkan predisposisi pada anggota keluarga lain, terutama bila
22
mereka hamil atau gemuk. Hipertensi juga memiliki komponen familial
dan kehamilan kembar memiliki insiden lebih tinggi dalam keluarga
tertentu. Beberapa kondisi seperti anemia selsabit dan talasemia lebih
umum terjadi pada ras tertentu (Salmah, 2006).
B. Konsep Dasar Kunjungan K1
1. Kunjungan K1
Kunjungan K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada
masa kehamilan, Cakupan K1 dibawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun) menunjukkan keterjangkauan
pelayanan antenatal yang rendah yang mungkin disebabkan oleh pelayanan
yang belum cukup akhir (Henry, 2006).
Kunjungan K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan petugas
kesehatan untuk memeriksakan kesehatan selama kehamilan ( Niken
2009). Kunjungan K1 adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu
hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kerja terampil yaitu
Dokter, Bidan dan Perawat (Henry, 2006).
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan
baru ibu hamil (KI) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai
standar paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan
pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga (K4)
untuk melihat kualitas.
C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan K1 Pada Ibu
Hamil
23
1. Faktor Pendidikan
Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa melalui pendidikan
seseorang dapat menngkatkan keputusan yang lebih baik dalam bertindak
dan berpengaruh pada kesiapan seseorang.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain individu, kelompok atau masyarakat.
Sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pendidikan,
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula
tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2005).
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah suatu proses yang unsurnya terdiri dari masukan
(input) yaitu sasaran pendidikan (out put) yaitu suatu bentuk perilaku
masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar atau berubah, karena
manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan (Notoatmodjo, 2009).
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi yang diuraikan sebagai berikut
(Sisdiknas, 2006) :
b. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah
dasar (SD) dan madrasah ibtidayah (MI) atau lain yang sederajat serta
24
sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan
menengah
merupakan
lanjutan
pendidikan
pendidikan menengah terdiri atas pendidikan mengah umum
dasar,
dan
pendidikan menengah kejuruan, pendidikan menenghah berbentuk
sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah
menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau
bentuk lain sederajat.
d. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh pendidikan
tinggi, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institute, atau universitas.
Gangguan terhadap kesehatan juga disebabkan oleh manusia
terutama menyangkut pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang
dalam menjaga kesehatan apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi
maka bias memperbaiki pengetahuan, sikap dan perilaku orang tersebut
sehingga mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan, baik
kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga, pendidikan merupakan
kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang (Notoatmodjo,2009).
Pendidikan berhubungan dengan kunjungan K1 pada ibu hamil,
dengan tingginya pendidikan yang ditempuh oleh ibu akan turut
25
memberikan pemahaman dan kesadaran akan petingnya melakukan
kunjungan K1 (Istiarti, 2005).
Pendidikan seseorang mempengaruhi kunjungan K1 seseorang,
bagi orang yang berpendidikan tinggi, tentunya mempunyai kesadaran
yang tinggi pula untuk melakukan kunjungan K1 (Ramadhan, 2013).
2. Faktor dukungan keluarga
Faktor pendorong dalam kunjungan K1 selain dari petugas
kesehatan adalah dukungan suami dan keluarga. Dukungan suami dan
keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan
perilaku ibu hamil. Contohnya suami atau keluarga perlu memberikan
penjelasan dan mengajarkan pada ibu untuk memeriksa kehamilan
minimal 4 kali selama kehamilan. Dukugan seperti itu memerikan
kontribusi yang besar dalam tercapainya kunjungan K1 dan
meminimalkan resiko yang terjadi selama kehamilan dan persalinan
(Notoatmodjo, 2005).
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah
suaminya. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang
diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan
menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah
melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit resiko
komplikasipersalinan. Ada beberapa jenis dukungan yang diberikan
suami sebagai calon ayah bagi anaknya antara lain dukungan emosi,
26
yaitu suami sepenuhnya memberikan dukungan secara psikologis
kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada
kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan baik kebutuhan, makanan
sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan bahkan tenaga kesehatan,
yakni menganjurkan istri untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin. Dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan
informasi yang diperolehnya dari petugas kesehatan yang didapat ketika
melakukan kunjungan awal kehamilan atau kontak pertama kali ibu
hamil dengan petugas kesehatan (K1) mengenai kehamilannya
(Rukiyah, 2009).
Dukungan
keluarga
merupakan
andil
yang
besar
dalam
menentukan kesehatan ibu, jika seluruh keluarga mengharapkan
kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam
berbagai hal termasuk memeriksakan kehamilannya sejak awal
kehamilan yakni kontak pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan
pertama kali atau K1, maka ibu hamil akan merasa percaya diri, lebih
bahagia dan siap menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas
(Martha, 2005).
Effendi (2008) menjelaskan keluarga adalah dua atau lebih dari
individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga yang
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
27
Ada beberapa dimensi dukungan keluarga yaitu (Suparyanto, 2011)
:
a. Dukungan emosional (emosional support)
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi, meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap
anggota
keluarga
(misalnya:
umpan
balik,
penegasan).
b. Dukungan penghargaan (appraisal assistance)
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai
sumber validator identitas keluarga. Terjadi lewat ungkapan
hormat (penghargaan), persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu dan perbandingan positif, seperti orang-orang
yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah
harga diri).
c. Dukungan materi (tangible assistance)
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis
dan kongkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk
uang, perawatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun
menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stress.
d. Dukungan informasi (informasion support)
28
Keluarga
berfungsi
sebagai
sebuah kolektor dan
disseminator (penyebar) informasi tentang dunia, mencakup
pemberi nasehat, pemberi petunjuk-pentunjuk, saran atau
umpan balik. Bentuk dukungan keluarga yang diberikan oleh
keluarga adalah dorongan semangat, pemberian nasehat atau
mengawasi tentang pola makan sehari-hari dan pengobatan.
Dukungan keluarga juga merupakan perasaan indivudu yang
mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk bagian
dari masyarakat.
Dukungan keluarga dibutuhkan oleh wanita yang sedang
menjalani masa kehamilan. Seorang wanita yang sedang
menjalani masa kehamilan dituntut untuk banyak belajar agar
dapat melalui masa kehamilannya dengan baik. Kemauan untuk
belajar dapat dilihat dari usaha ibu hamil untuk mendapatkan
informasi tentang khamilan melalui usaha sendiri, bantuan
orang-orang terdekat maupun tenaga ahli. Disamping itu ibu
hamil juga dapat belajar dari pengalaman yang diceritakan
orang lain atau yang ia amati secara langsung (Suekarno dan
Wasthonny, 2006).
Dukungan keluarga atau suami berhubungan dengan
kunjungan K1.suami dan keluarga yang peduli terhadap
kehamilan istri atau keluarganya tentunya akan menyarankan
29
dan mendampingi untuk melakukan kunjungan K1 (Ramadhan,
2013).
Dukungan tersebut salah satunya dapat diwujudkan
dengan adanya perhatian anggota keluarga yang terdiri atas
suami. Ibu kandung dan ibu mertua. Wujud perhatian yang
paling sederhana misalnya dengan memberikan informasi
tentang
pentingnya
menjag
dan
memeriksa
kesehatan
kehamilan. Informasi tersebut diharapkan dapat memotivasi ibu
hamil untuk lebih sering mengunjungi antenatal care. Perhatian
selanjutnya dapat ditingkatkan dengan kesetiaan anggota
keluarga untuk menemani ibu hamil saat mengunjungi
antenatal clinic untuk melakukan antenatal care (Soekarno dan
Wasthony, 2006).
3. Faktor pelayanan kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan mempunyai peran sangat besar dalam
kehamilan, Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak
yang mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan kontak pertama ibu hamil dengan petugas
kesehatan (K1).
Faktor penghambat pelayanan kesehatan meliputi :
a. Kurangnya kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
hamil.
b. Asuhan medik yang kurang baik.
30
c. Kurangnya tenaga kesehatan yang terlatih (Prawirohardjo, 2007).
Menurut WHO (2005) Rumah sakit sebagai sarana pelayanan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna, penyembuhan
penyakit, dan pencegah penyakit, masyarakat mengharapkan mampu
membeli pelayanan kesehatan yang ditawarkan atau yang dibutuhkan.
Masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman
sehingga memberi kepuasan. Rumah sakit perlu mengembangkan suatu
sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik
biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang
tepat (Syafrudin, 2009).
Pelayanan kesehatan ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat khususnya ibu hamil
misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan
tinja, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Ibu hamil yang
mau memeriksa kehamilannya tidak hanya karena ia tahu dan sadar
manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus
dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksaannya. Fasilitas ini pada
hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
D. Kerangka Teoritis
31
Notoadmodjo, (2005)
Faktor Predisposisi
a. Pendidikan
b. Pengetahuan
Faktor Pendorong
a. Sikap
b. Persepsi
Kunjungan K1
Rukiyah, (2009)
a. Dukungan Keluarga
Prawirohardjo (2007)
a. Pelayan Kesehatan
Gambar, 2.1 Kerangka Teoritis
E. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2005) Pendidikan akan mempengaruhi prilaku
dalam pelayanan kesehatan, Menurut Rukiyah (2009) suami dan keluarga
merupakan faktor penting selama kehamilan dalam menganjurkan istri
32
memeriksakan kehamilannya secara rutin, Menurut Prawiroharjo (2007)
faktor pelayanan kesehatan mempunyai peran sangat besar dalam kehamilan.
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah variable
independen dan variabel dependen .
Variabel independen
Variabel dependen
Pendidikan
Dukungan
Kunjungan K1
keluarga
Pelayanan
Kesehatan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Hipotesa
1. Ha : Ada Hubungan Pendidikan dengan Melakukan Kunjungan K1 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten
Pidie Tahun 2015.
33
2. Ha : Ada hubungan Dukungan Keluarga dengan Melakukan Kunjungan
K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga
Kabupaten Pidie Tahun 2015.
3. Ha : Ada hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Melakukan Kunjungan
K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga
Kabupaten Pidie Tahun 2015.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat survey analitik yaitu suatu metode
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi, Dengan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo,
2005). Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015.
B. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Pukesmas Muara Tiga
Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 28 Mei s/d 09 Juni 2015
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten
Pidie dari bulan Januari sampai dengan Maret berjumlah 73 orang.
35
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini mengambil total sampling yaitu
keseluruhan yang diambil dari objek yang di teliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi yang berjumlah 73 orang .
D. Tehnik Pengumpulan data
1. Data Primer
Data yang langsung diperoleh dari lapangan dengan proses awal
mengantar surat izin penelitian ke puskesmas Muara Tiga dan
menyerahkan kepada kepala puskesmas selanjutnya turun ke lapangan dan
disetiap Desa meminta bantuan kepada Bidan Desa untuk mendapatkan
data ibu hamil, setelah itu peneliti menyebarkan kuesioner dengan
kunjungan rumah ke rumah responden yang berisi pertanyaan yang telah
disediakan dan selanjutnya di isi oleh responden sesuai dengan petunjuk,
dan ada sedikit kendala pada saat penelitian, ada beberapa responden yang
tidak bisa baca tulis sehingga sulit untuk memahami, dari itu saya
menjelaskan dan mengajarkan nya cara mengchek list, saya membacakan
isi kuesioner dan menterjemahkan dalam bahasa daerah, lalu responden
yang menjawab dan mengchek list jawaban untuk mendapatkan data
mengenai variabel penelitian.
2. Data Sekunder
Data yang didapat dari tempat penelitian serta referensi buku-buku
perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian serta pendukung
lainnya.
36
E. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner yang berbentuk pilihan chek list. Yang terdiri dari 1
pertanyaan tentang Kunjungan K1, 1 pertanyaan tentang pendidikan, 10
pertanyaan tentang dukungan keluarga, 10 pertanyaan tentang pelayanan
kesehatan.
37
F. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Operasional
Alat
ukur
Cara ukur
Hasil Ukur
Skala
ukur
Variabel dependen
1
Kunjungan
K1
Kontak Pertama
ibu hamil
dengan petugas
kesehatan (K1)
Variabel independen
1 Pendidikan
Tingkat
pendidikan
formal yang
ditempuh oleh
ibu.
2
Dukungan
3
Dukungan
Keluarga
Pelayanan
Kesehatan
Dukungan
anggota
keluarga lainnya
yang
mempengaruhi
ibu melakukan
kunjungan K1
Tempat yang
memiliki sarana
dan prasarana
yang memadai
sehingga
mempengaruhi
ibu melakukan
kunjungan K1
Penyebaran
Kuesioner dengan
criteria,
-Ada, jika ibu
memeriksa
kehamilan sebelum
12 minggu
-Tidak, jika ibu
tidak memeriksa
kehamilan sebelum
12 minggu
Kuesioner
Nominal
Tidak
Penyebaran Kuesioner Kuesioner
dengan criteria,
-Tinggi, bila
PT,Diploma, S1
- Menengah
SMA,SMK,MAN
Sederajat
-dasar,SD,SLTP
Penyebaran Kuesioner Kuesioner
dengan criteria,
-Mendukung bila x ≥
6,77
-Tidak mendukung bila
x ≤ 6,77
Penyebaran
Kuesioner, dengan
criteria,
-Baik bila x ≥ 6,8
-Kurang baik,
bila x ≤ 6,8
Ada
Tinggi
Menengah
Dasar
ordinal
Mendukung
Nominal
Tidak
Mendukung
Kuesioner
Baik
Kurang baik
Nominal
38
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan memakai tehnik manual,
pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) :
a. Editing yaitu tahap untuk memeriksa kelengkapan pertanyaan telah diisi
oleh responden.
b. Coding yaitu pengolahan data dengan cara member kode pada setiap
jawaban dari responden.
c. Transfering yaitu tahap untuk memindahkan data ke dalam table
pengolahan data.
d. Tabulating yaitu memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam table.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi
dari tiap variabel (Notoatmodjo,2010).
Selanjutnya data dimasukkan dalam table data frekuensi,
analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P = Presentase
fi = Frekuensi yang diamati
n = Jumlah responden ( Notoatmodjo, 2010 ).
39
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel
bebs yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terkait.analisa
data yang digunakan adalah table silang Untuk menguji hipotesa
dilakukan analisa statistic dengan menggunakan uji Khi Kuadrat ( chisquare ) pada tingkat kemaknaan 95 % ( p < 0,05 ) sehingga dapat
diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistic
menggunakan program SPSS for windows versy 16.00. Melalui
perhitungan Khi Kuadrat ( Chi-square ) tes selanjutnya ditarik
kesimpulan bila p lebilkecil dari alpha ( p < 0,05 ), maka Ho ditolak dan
Ha diterima, yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
variabel dependen dan independen dan jika p lebih besar dari alpha ( p
> 0,005 ) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak
adanya hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen.
Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat ( Chi-square ) ,
untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut :
1) Bila pada table Contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang
dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
2) Bila pada table Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity
Correction.
3) Bila table Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan
lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.
40
4) Bila pada table Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan Meger sehingga
menjadi table Contingency 2x ( Notoatmodjo, 2010 ).
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Puskesmas Muara Tiga merupakan salah satu wilayah kerja yang
berada di Kabupaten Pidie. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas
Muara Tiga adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara bebatasan dengan Wisata Gua 7
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Lampanah
3. Sebelah Barat berbatasan dengan lautan
4. Sebelah timur berbatasan dengan padang tiji
Wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga mempunyai jumlah penduduk
sebanyak 19,425. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah sebagai
petani. Wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga terdiri dari 18 desa.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga
pada tanggal
28 Mei sampai dengan 09 Juni 2015, pengumpulan data
dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang
Kunjungan K1, Pendidikan, Dukungan keluarga dan Pelayanan kesehatan,
sebelum memberikan kuesioner peneliti memberikan penjelasan mengenai
tujuan penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut :
42
1.
Analisa Univariat
a. Kunjungan K1
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kunjungan K-1 Di Puskesmas Muara Tiga
Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015
No
Kunjungan K-1
f
%
Ada
49
67,1
Tidak Ada
24
32,9
Total
73
100
Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015)
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas responden
yang melakukan kunjungan K1, sebanyak 49 responden (67,1%).
b. Pendidikan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Di Tinjau Dari Tingkat
Pendidikan Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga
Kabupaten Pidie Tahun 2015
No Pendidikan
f
%
1
Tinggi
16
21,9
2
Menengah
33
45,2
3
Dasar
24
32,9
Total
73
100
Sumber : Data Primer (di olah tan 2015)
Berdasakan hasil penelitian terlihat bahwa mayortas responden
yang berpendidikan menengah, sebanyak 33 responden (45,2%).
43
c. Dukungan Keluarga
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Di Tinjau Dari Tingkat Dukungan
Keluarga Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga
Kabupaten Pidie Tahun 2015
No
Dukungan Keluarga
F
%
Mendukung
42
57,5
Tidak Mendukung
31
42,5
Total
73
100
Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015)
Berdasarkan hasil penelitianterlihat bahwa mayoritas responden
yang mendapatkan dukungan keluarga yang mendukung, sebanyak 42
responden (57,5%).
d. Pelayanan Kesehatan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Di Tinjau Dari Tingkat Pelayanan
Kesehatan Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga
Kabupaten Pidie Tahun 2015
No
Pelayanan Kesehatan
f
%
Baik
41
56,2
Kurang Baik
32
43,8
44
Total
73
100
Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015)
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas responden
yang mendapatkan pelayanan kesehatan baik, sebanyak 41 responden
(56,2%).
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan tingkat Pendidikan dengan Melakukan Kunjungan K1
Tabel 4.5
Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kunjungan K1 Di
Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
Tahun 2015
Kunjungan K1
PValue
Totaal
No
Pendidikan Ada
Tidak
f
%
F
%
f
%
1
Tinggi
13
81,2
3
18,8 16
100
2
Menengah
25
75,8
8
24,2 33
100 0,024
3
Dasar
11
45,8
13
54,2 24
100
Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015)
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih
banyak dijumpai pada responden yang berpendidikan tinggi, nyakni
(81,2%), dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah
yang mencapai (75,8%), dan hanya (45,8%) pada responden yang
berpendidikan dasar.
45
Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,024.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara
Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie.
b. Hubungan Dukungan Keluraga dengan Melakukan Kunjungan K1
Tabel 4.6
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan K1 Di
Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
Tahun 2015
Kunjungan K1
No
Dukungan
Keluarga
PValue
Totaal
Ada
f
Tidak
%
f
%
f
%
1
Mendukung 35
83,3
7
16,7 42
100
2
Tidak
14
Mendukung
45,2
17
54,8 31
100 0,001
Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015)
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih
banyak dijumpai pada responden yang mendapatkan dukungan keluarga
mendukung, nyakni (83,3%), dibandingkan dengan responden yang
46
mendapatkan dukungan keluarga tidak mendukung hanya (45,2%) yang
ada melakukan kunjungan K1.
Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,001.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie.
c. Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Melakukan Kunjungan K1
Tabel 4.7
Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan Kunjungan K1 Di
Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
Tahun 2015
Kunjungan K1
No
Pelayanan
Kesehatan
PValue
Totaal
Ada
Tidak
f
%
F
%
f
%
41
100
1
Baik
32
78
9
22
2
Kurang
Baik
17
53,3
15
46,9 32
Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015)
100 0,046
47
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih
banyak dijumpai pada responden yang mendapatkan pelayanan kesehatan
baik, nyakni (78%), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan
pelayanan kesehatan kurang baik hanya (53,3%) yang ada melakukan
kunjungan K1.
Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,046.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pelayanan kesehatan dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie.
C. Pembahasan
1. Hubungan Pendidikan dengan Melakukan Kunjungan K1
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih banyak
dijumpai pada responden yang berpendidikan tinggi, nyakni (81,2%),
dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah yang
mencapai (75,8%), dan hanya (45,8%) pada responden yang berpendidikan
dasar.
Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,024. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan
dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan
Muara Tiga Kabupaten Pidie.
48
Hasil peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susi
Diana (2011), hasil penelitian ada hubungan pendidikan dengan Kunjungan
K1 menunjukan bahwa pelayanan K1 ditinjau dari segi Pendidikan 90%
berada pada katagori Tinggi,
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa melalui pendidikan seseorang dapat
meningkatkan keputusan yang lebih baik dalam bertindak dan berpengaruh
pada kesiapan seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa tingkat
pendidikan sangat besar hubungannya terhadap kunjungan K1, karena yang
berpendidikan tinggi lebih baik dalam melakukan tindakan dan mampu
meningkatkan keputusan yang lebih baik, sehingga timbul kesadaran yang
tinggi untuk melakukan kunjungan K1. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa responden yang berpendidikan tinggi memiliki kesadaran yang tinggi
pula untuk melakukan kunjungan K1, hal ini karena para ibu hamil merasa
penting dalam kehamilannya untuk menuju kehamilan yang sehat.
2. Hubungan Dukungan Keluraga dengan Melakukan Kunjungan K1
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih banyak
dijumpai pada responden yang mendapatkan dukungan keluarga mendukung,
nyakni (83,3%), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan
dukungan keluarga tidak mendukung hanya (45,2%) yang ada melakukan
kunjungan K1.
49
Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,001. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan
Muara Tiga Kabupaten Pidie.
Hasil peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susi
Diana (2011), ada hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan K1
ditinjau dari Dukungan Keluarga 79% berada pada katagori Keluarga yang
Mendukung
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Martha (2005) yang
menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan andil yang besar dalam
menentukan kesehatan ibu, jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan,
mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal
termasuk memeriksakan kehamilannya sejak awal kehamilan yakni kontak
pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan pertama kali atau K1, maka ibu
hamil akan merasa percaya diri, lebih bahagia dan siap menjalani kehamilan,
persalinan dan masa nifas.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa dukungan
keluarga sangat besar hubungannya terhadap kunjungan K1, karena keluarga
orang yang paling dekat dengan kehidupan dan keseharian ibu hamil, semakin
besar dukungan keluarga terhadap ibu hamil sehingga ibu hamil secara
emosional akan merasa senang dan adanya kepercayaan yang diwujudkan
dengan tindakan sehingga tindakan positif dapat meningkatkan ibu hamil
50
untuk melakukan kontak pertama kehamilan atau kunjungan K1. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mendapatkan dukungan
keluarga maka dapat meningkatkan motivasi ibu hamil untuk melakukan
kunjungan K1. Hal ini karena ibu hamil merasa nyaman dengan adanya
dukungan keluarga sehingga ibu hamil mewujudkan kesadaran yang sehat
untuk melakukan kunjungan K1.
3. Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Melakukan Kunjungan K1
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih
banyak dijumpai pada responden yang mendapatkan pelayanan kesehatan
baik, nyakni (78%), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan
pelayanan kesehatan kurang baik hanya (53,3%) yang ada melakukan
kunjungan K1.
Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan
hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,046. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pelayanan kesehatan
dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan
Muara Tiga Kabupaten Pidie.
Hasil peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susi
Diana (2011), ada hubungan pelayanan kesehatan dengan kunjungan K1
ditinjau dari Pelayanan Kesehatan 68% berada pada katagori pelayanan
kesehatan Baik
Menurut teori Notoatmodjo (2005). Pelayanan kesehatan ini
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
51
masyarakat khususnya ibu hamil misalnya air bersih, tempat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi dan
sebagainya termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
praktek swasta. Ibu hamil yang mau memeriksa kehamilannya tidak hanya
karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut
dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksaannya.
Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pelayanan
kesehatan ini sangat berhubungan dengan kunjungan K1 pada ibu hamil
sebagai mana pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan sesuai dengan
harapan responden sehingga responden dapat memperoleh kepuasan.
Pelayanan kesehatan sangat penting dalam pemeriksaan kehamilan pada
kunjungan K1 ibu hamil, maka semakin baik pelayanan yang diberikan oleh
petugas kesehatan kepada ibu hamil, maka ibu hamil mampu mewujudkan
kehamilan yang sehat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik maka dapat mewujudkan
kesadaran untuk melakukan kunjungan K1, hal ini karena ibu hamil sudah
mengerti pentingnya pemeriksaan kehamilan.
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Faktor-Faktor Yag Berhubungan
Dengan Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara
53
Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015” dengan sampel
yang berjumlah 73 responden dapat dilihat kesimpuan bahwa :
1. Adanya hubungan antara pendidikan dengan kunjungan K1 di wilayah
kerja puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
dengan P value = (< 0,05 ) 0,024.
2. Adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan K1 di
wilayah kerja puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga
Kabupaten Pidie dengan P value = (< 0,05 ) 0,001.
3. Adanya hubungan antara pelayanan kesehatan dengan kunjungan K1
di wilayah kerja puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga
Kabupaten Pidie dengan P value = (< 0,05 ) 0,046.
B. Saran
1. Pendidikan bagi ibu hamil
Diharapkan ibu hamil memperbanyak baca buku,dan membuka
google dan media lainnya tentang kehamilan untuk pengetahuan tentang
kehamilan sehingga meningkatkan kesadaran bahwa pemeriksaan dalam
kehamilan itu sangat penting sehingga yakin untuk melakukan
49
pemeriksaan kehamilan khususnya pada Kunjungan K1.
2. Bagi keluarga
Diharapkan dapat memberikan dukungan penuh terhadap ibu
hamil, agar ibu hamil merasa terlindungi dan semangat dalam kehamilan
nya, keluarga juga harus memperhatikan ibu hamil seperti memberi
54
support, menyarankan dan mengantar ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan khususnya pada kunjungan K1.
3. Pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan ibu hamil, serta dapat memenuhi sarana dan prasarana yang
memadai sehingga dapat memotivasi ibu hamil untuk melakukan
kunjungan K1.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ari Sulistyawati. 2001. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Depkes RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan
Anak,
Dewi, dkk. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.
Dinkes Kabupaten Pidie. 2014. Laporan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Dinkes
Pidie.
Depkes RI. ( Diakses tanggal 18 Februari 2015).
. 2010. Panduan Pelayanan Atenatal, Depkes RI, Jakarta
. 2008. Pedoman Neonatal Care, Depkes RI, Jakarta.
Effendy. 2008. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta.
Henry. 2006. Cakupan K1 dikutip dari: http://www.pdfqeen//.com. ( diakses pada
tanggal 17 Februari 2015).
Istiarti, T. 2005. Menanti Buah Hati, Kaitan Antara Kemiskinan Dan Kesehatan.
Media Pressindo, Yogyakarta.
Kusmiati, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil ( Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Hamil), Yogyakarta: Fitramaya.
Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri
Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan, Jakarta: EGC.
Mandriwati, G, A. 2007. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta:
EGC.
Meilani, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Perawatan Pada Kehamilan, Yogyakarta:
Fitramaya.
Martha. http://situs.kespro.info/kesehatan Ibu Dan Anak / 2005. ( Diakses 17
Februari 2015 ).
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
56
Prawirohardjo,S. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakata: Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo,S. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakata: Yayasan Bina Pustaka.
Ramadhan, Danzel. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan K1.
Dari Http:www.media.pembelajaran.go.id, ( Diakses tanggal 19 Maret
2015 ).
Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ), Jakarta: TIM.
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal, Jakarta: EGC.
Suparyanto, Konsep ANC ( Antenatal Care )
http://drsuparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-anc-ante-care,html,
(Diakses tanggal 10 Februari 2015 ).
Soekarno dan Wasthonny. 2006. Dukungan Keluarga Terhadap Antenatal Care
Pada Wanita Kehamilan Pertama, Artikel Penelitian, Bappeda
Magelang.
Syafrudin. 2009. Sosial Budaya Dasar. Jakarta: TIM.
57
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGA DENGAN KUNJUNGAN K1
PADA IBU HAML DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA TIGA
KECAMATAN MUARA TIGA KABUPATEN PIDIE TAHUN 2015
Identitas Responden
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Anak ke:
A. Kunjungan K1
Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar
1. Apakah ibu memeriksa kehamilan saat usia kandungan kurang dari 12
minggu ?
a. Ya
b. Tidak
B. Pendidikan
Berilah tanda cek list pada salah satu jawaban yang menurut anda benar !
1.
Pendidikan ibu yang terakhir ?
SD
SMP
SMA
PT
58
C. Dukungan Keluarga
Berilah tanda cek list ( )pada salah satu jawaban yang menurut anda benar !
NO
PERTANYAAN
1.
Apakah keluarga merasa bahagia dengan kehamilan
ibu ?
2.
Apakah suami mendampingi ibu untuk memeriksa
kehamilan ?
3.
Apakah suami memberi biaya kepada ibu untuk
kepentingan dalam pemeriksaan kehamilan ?
4.
Apakah keluarga member dukungan pada kehamilan
ibu ?
5.
Apakah suami memberi perhatian pada pada
kehamilan ibu ?
6.
Apakah suami menganjurkan ibu untuk memeriksa
kehamilan secara rutin ke petugas kesehatan ?
7.
Apakah keluarga memberi semangat pada kehamilan
ibu ?
8.
Apakah suami memberi kasih saying yang cukup
selama kehamilan ibu ?
9.
Apakah ibu merasa nyaman selama kehamilan
dengan adanya dukungan suami maupun keluarga ?
10.
Apakah keluarga ikut menjaga kehamilan ibu ?
Ya
Tidak
59
D. Pelayanan Kesehatan
Berilah tanda cek list ( ) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar !
NO
PERTANYAAN
1.
Disekitar tempat tinggal ibu apakah ada tempat
pelayanan kesehatan ?
2.
Apakah ibu mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai dari petugas kesehatan ?
3.
Apakah tempat tinggal ibu mudah terjangkau dari
tempat pelayanan kesehatan ?
4.
Apakah petugas kesehatan memberikan pelayanan
yang baik kepada ibu ?
5.
Menurut ibu apakah pelayanan kesehatan memberikan
kepuasan dalam melayani ibu ?
6.
Apakah fasilitas tempat pelayanan kesehatan yang ibu
kunjungi sudah cukup memadai dari segi sarana dan
prasarananya ?
7.
Apakah petugas kesehatan memberikan tanggapan
yang baik dengan keluhan ibu ?
8.
Apakah pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan ibu ?
Apakah petugas kesehatan memberikan konseling
tentang kehamilan ibu ?
Apakah ibu merasa nyaman dengan pelayanan yang
diberikan oleh petugas kesehatan terhadap kehamilan
ibu ?
9.
10.
Ya
Tidak
60
Download