Kajian Pemulihan Pasca 10 Tahun Tsunami

advertisement
PIDATO SAMBUTAN REKTOR
PADA KAJIAN
PEMULIHAN PASCA 10 TAHUN TSUNAMI
di Aula Balai Kota
Banda Aceh
Sabtu, 20 Desember 2014
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin …
Yang kami hormati Prof. Yasuo Tanaka dari Kobe University, Jepang.
Yang kami hormati Ibu Walikota Banda Aceh, Ibu Illiza Sa’aduddin
Jamal,
Yang kami hormati Kepala BPBA, Drs. Said Rasul.
Serta Bapak dan Ibu, hadirin yang kami muliakan,
Alhamdulillah, tidak terasa, telah 10 tahun lamanya kita meninggalkan
jejak-jejak musibah gempa besar dan Tsunami yang melanda daerah ini.
Semoga ini merupakan indikasi bahwa kita semua telah berhasil keluar
dari rasa duka cita yang dalam, untuk kembali bangkit dan “move on”
demi masa depan yang Insya Allah akan selalu lebih cemerlang.
Bencana alam gempa bumi dan tsunami 10 tahun lalu telah
memporak porandakan negeri syariat ini. Namun, Alhamdulillah,
program tanggap darurat, dan program Rehabilitasi dan Rekonstruksi
yang dilakukan untuk mengatasi dampak bencara gempa dan tsunami,
telah berhasil memberi landasan awal untuk mengembalikan kondisi
Aceh seperti semula, atau bahkan lebih baik dari sebelumnya.
Keberhasilan program tanggap darurat, dan program rehabilitasi
dan rekonstruksi Aceh dalam waktu yang relatif singkat, di samping telah
membuat kehidupan masyarakat Aceh pulih kembali, juga telah
membuat decak kagum masyarakat internasional. Karena di Aceh, masa
yang dibutuhkan untuk merehabilitasi dan merekonstruksi Aceh ternyata
lebih singkat dari yang diperkirakan sebelumnya. Padahal, sebelumnya
Indonesia tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk menanggulangi
mega bencana seperti di Aceh ini. Indonesia saat itu bahkan belum
memiliki otoritas tertentu yang berwenang untuk bekerja di bidang itu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) baru lahir
pada tahun 2008 melalui Peraturan Presiden Nomor 8. Dan itupun
dilandasi oleh bencana Gempa dan Tsunami Aceh tahun 2004. Fakta ini
membuktikan bahwa ada sesuatu yang terdapat di dalam budaya, dan
nilai-nilai kehidupan masyarakat Aceh, yang mampu mempercepat
proses rehab rekon tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan kajian yang
berkesinambungan untuk memahami kondisi ini lebih dalam.
Jepang yang telah sejak lama terbiasa dengan pengalaman
bencana besar seperti gempa dan tsunami, ternyata juga masih terus
mengkaji dan melakukan penelitian intensif tentang kebencanaan ini,
demi mendapatkan formulasi tepat untuk memitigasi bencana di masa
depan. Dan karena kemiripan geografis antara Indonesia dan Jepang,
jika
ditinjau
dari
kerentanan
terjadinya
bencana,
maka
kami
menganggap sangat penting untuk kedua negara ini, untuk menjalin dan
menjaga sinergi yang telah terbentuk agar secara bersama-sama
meneliti, dan mencoba memahami lebih baik potensi serta mitigasi
bencana di kedua negara ini.
Kami sebagai institusi ingin memberikan apresiasi yang tinggi
kepada Tsunami Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), salah
satu pusat studi kebencanaan yang bernaung di bawah Universitas
Syiah Kuala, yang telah berkonstribusi banyak untuk terus ikut
membenahi sistem manajemen kebencanaan di level lokal, nasional,
dan bahkan internasional. Saya mengajak semua pihak untuk ikut
mengapresiasi dan terus mendukung upaya siapapun juga, baik
pemerintah, pusat kajian, lembaga swadaya masyarakat, dan pihak
manapun
yang
secara
terus
menerus
berkontribusi
dalam
pengembangan sistem manajemen kebencanaan di Indonesia.
Mari berdoa, semoga Allah SWT memberi kita pemahaman yang
baik untuk mengenal alam ciptaannya dengan lebih baik, serta memberi
kita kekuatan dan kecerdasan untuk mampu hidup dan bersahabat
dengan alam.
Wabillahitaufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.
Darussalam, 20 Desember 2014
Rektor Universitas Syiah Kuala,
Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M. Eng.
NIP. 19620808 1988031003
Download