JURNAL ILMU KESEHATAN IMMANUEL

advertisement
JURNAL ILMU KESEHATAN IMMANUEL
Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
Penasehat:
Ketua STIK Immanuel
Pimpinan Redaksi:
Blacius Dedi, SKM., M.Kep
Mitra Bestari (Editorial Boards):
F. Sri Susilaningsih, MN
Prof. Elly Nurachman, MAppSc, Dn Sc, RN
Dr. Budi Anna Keliat, M.App., Sc
Wintari Hariningsih. SKp., SH., M.Hkes
Anna Susana Salim, S.Kp., M.Kes
Prof. Dr. Dewi Laelatul Badriah, M.Kes
Dewan Redaksi:
Antonius Ngadiran, S.Kep., Ners., M.Kep
Gurdani Yogisutanti, SKM., MSc
Reynaldi Tresnajaya. ST., MM
Thema Zebua. SKM., M.MPd
Dr. Dadang Arif Primana, MSc., SpKO., SpGK
Redaktur Pelaksana:
Stephanie Melia, S.Kep., Ners
Yunus A.P., S.Kep., Ners
Herwinda, S.Kep., Ners
Periklanan dan Promosi:
Dian Ekawati, Spd
Sirkulasi:
Robi Iskanda, S.Sos
Hedie Kristiawan, S.Kom
Sekretariat:
Yuli Yulianti
Keuangan:
Yuliani, SE
Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel
Jl. KH. Wahid Hasyim 161 Bandung
Telp/Fax : 022-5212326 ; Email : [email protected]
i
KATA SAMBUTAN
Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tinggi berkewajiban untuk mengembangka dan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya mewujudkan kualitas Perguruan Tinggi yang
bermutu di antaranya adalah dengan melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satu
unsur dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah penelitian, dan hasil penelitian tersebut
dipublikasikan dalam bentuk suatu Jumal Penelitian.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan lmmanuel Bandung sebagai salah satu perguruan Tinggi di Indonesia,
dalam perkembangannya bertanggung jawab untuk mewujudkan mutu pendidikan yang dapat
memenuhi kebutuhan nasional maupun global. Pedoman dasar dan tujuan STIKes Immanuel adalah
menjadi lembaga tinggi professional kesehatan yang berkompetensi komprehensif dengan fokus di
bidang Sosial Ekonomi Kesehatan oleh karena itu STIKes Immanuel menerbitkan “Jurnal Ilmu
Kesehatan Immanuel” yang terbit pertama kali pada bulan Desember 2006 dengan nomor ISSN 1410234X. Selanjutnya akan diterbitkan dua kali dalam setahun.
Semoga dengan diterbitkannya “Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel” ini dapat berguna bagi semua
civitas akademika. Selamat berpartisipasi dan selamat membaca.
Bandung, Juni 2013
Ketua STIKes Immanuel
iii
PENGANTAR REDAKSI
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa hingga akhirnya Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel
Volume 7, Nomor 1 ini dapat diterbitkan dengan lancar. Jumal Ilmu Kesehatan Immanuel adalah
wadah untuk mengembangkan pengetahuan melalui penelitian maupun artikel ilmiah yang diterbitkan
secara berkala oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung.
Peneliti yang menulis dalam Jumal ini tidak hanya berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Immanuel, tetapi juga berasal dari Politeknik Ilmu Kesehatan Bandung dan Sekolah Ilmu Tinggi
Kesehatan lain.
Semoga Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel Volume 7, Nomor 1 yang terbit pada bulan
Juni 2013 ini dapat bermanfaat dan terbit secara reguler untuk kepentingan kita semua.
Bandung, Juni 2013
Redaksi
v
DAFTAR ISI
Redaksi……………………………………………………………………………....
i
Kata Sambutan.……………………………………………………………………....
iii
Kata Pengantar……………………………………………………………………....
v
Daftar Isi……………………………………………………………………………....
vii
1. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam Melaksanakan Kemoterapi Pada
Pasien Kanker Payudara di Ruang Kemoterapi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (Atin
Karjatin, Kusrina)…………………………………………………………………
1
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani
Hemodialisa di Rumah Sakit Immanuel Bandung (Riry Santha Melsy, Nur Intan Hayati H.
K., Srihesty Manan)…………………………………………………………………
3. Hubungan Motivasi Instrinsik Dengan Kesiapan Peserta Pelatihan
8
Menjadi Motivator
Kesehatan Masyarakat (Elizabeth Ari).…………………………………………….
19
4. Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan di Ruang High Care Unit
(HCU) Rumah Sakit Immanuel Bandung 2012 (Yuni Asty Harahap, Nur Intan Hayati H.K.,
Srihesty Manan)……………………………………………………………………
32
5. Respon Stres Mahasiswa Si Keperawatan 2011 Dalam Mengikuti Metode Pembelajaran
Tutorial di STIK Immanuel Bandung (Eni Rista Girsang, Yuliana Elias, Linda
Hotmaida)……………………………………………………………………………
41
6. Pengalaman Ibu Dalam Merawat Anak Yang Mengalami Down Syndrome di Rumah
(Gryanita, Antonius Ngadiran, Liliek Fauziah)………………………………….
51
7. Pengalaman Keluarga Dalam Mendampingi Anaknya Penderita Penyalahgunaan Napza di
Rumah Palma Unit Napza Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Bandung. Analisis
Fenomologi. (Meriati Natalia Simandalahi, Thema Zebua, Anni Sinaga)……...
62
8. Mekanisme Koping Pada Pasien Dengan Coronary Arteri Disease Di Ruang High Care Unit
(HCU) Rumah Sakit Immanuel Bandung (Nur Intan Hayati H.K.)………………
9. Pengetahuan Kader Kesehatan Tentang Penyakit Menular di
71
Kelurahan Babakan Ciparay
(Monika Ginting)……………………………………………………………………..
84
10. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Ruang
Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Ira Ocktavia)…………………….
vii
93
11. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Dampak Hospitalisasi Pada Anak Usia
Pra Sekolah Yang Akan Dilakukan Pengambilan Sampel Darah di Ruang Abednego Rumah
Sakit Immanuel Bandung (Nancy Riana S., Rika Harini, Ria Angelina)…………
101
12. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita di RW 06 Kelurahan
Babakan Ciparay Wilayah Kerja Puskesmas Caringin Kota Bandung (Rita Andrayani,
Gurdani Y., Berlyna D.)……………………………………………………………..
117
13. Pengaruh Edukasi Perawatan Metode Kanguru Terhadap Pengetahuan dan Sikap Orang Tua
Yang Memiliki Bayi Berat Lahir Rendah di Ruang Perinatologi RSUD Cibabat Kota Cimahi
(Weni Lestari, Rika Harini, Sari Sarce)…………………………………………….
127
14. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Retardasi Mental Di Slb Bc YPLAB Banjaran
(Tresiani Herawan, Antonius Ngadiran, Saurmian Sinaga)……………………….
146
15. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu Dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu di Desa
Jati Endah Kecamatan Cilengkrang Bandung (Lidia Natalia, Roselina Tambunan, Tri
Ardayani)……………………………………………………………………………….
viii
156
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
ISSN 1410-234X
PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH
PERAWAT TERHADAP PASIEN GANGGUAN JIWA DI
RUANG TENANG RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA
BARAT
Ira Ocktavia)*
Abstrak
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oelh seorang perawat
dan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan
pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh Gambaran Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik oleh PerawatPada Pasien Ganguan Jiwa di Ruang Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif,
yaitu suatu metode penelitian untuk mengetahui gambaran tentang suatu keadaan atau fenomena.
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang berjumlah 28 orang, yang masih bekerja di
ruang perawatan (ruang tenang) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Alat bantu yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa 28 responden sebagian besar yaitu 17 orang (60,7%) memiliki pelaksanaan yang
tinggi dalam melakukan komunikasi terapeutik, sisanya 11 orang (39,3%) memiliki pelaksanaan
yang rendah dalam melakukan komunikasi terapeutik. Secara keseluruhan hasil penelitian tentang
pelaksanaan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik sebagian besar adalah rendah.
Kata kunci: komunikasi, komunikasi terapeutik, perawat
pelayanan yang berkualitas agar citra
perawat senantiasa baik di mata
masyarakat (sujana, 2008).
Saat ini perkembangan keperawatan
di Indonesia telah mengalamai
perubahan yang sangat pesat menuju
perkembangan keperawatan sebagai
profesi. Proses ini merupakan proses
perubahan yang sangat mendasar dan
konsepsional, yangmencakup seluruh
aspek keperawatan baik aspek
pendidikan, pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi,
serta
kehidupan
keprofesian dalam keperawatan.
Oleh sebab itu jaminan pelayanan
keperawatan yang berkualitas hanya
dapat
diperoleh
dari
tenaga
keperawatan yang professional.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia kesehatan yang
semakin pesat kian membuka
pengetahuan masyarakat mengenai
dunia kesehatan dan keperawatan.
Hal ini ditandai dengan banyaknya
masyarakat yang mulai menyoroti
kinerja tenaga-tenaga kesehatan dan
mengkritisi berbagai aspek yang
terdapat dalam pelayanan kesehatan.
Pengetahuan
masyarakat
yang
semakin meningkat, berpengaruh
terhadapat meningkatanya tuntutan
masyarakat akan mutu pelayanan
kesehatan,
termasuk
pelayanan
keperawatan. Hal ini tentu saja
merupakan tantangan bagi profesi
keperawatan dalam mengembangkan
profesionalisme selama memberikan
98
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
ISSN 1410-234X
Dalam konsep profesi terkait erat
tifanilai sosial yaitu: pengetahuan
yang mendalam dan sistematis,
keterampilan teknis dan kiat yang
diperoleh melalui latihan yang lama
dan teliti, dan pelayanan atau
angsuran kepada yang memerlukan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan teknistersebut dengan
berpedoman pada filsafat moral yang
diyakini, yaitu etika profesi serta
konsep-konsep dalam berkomunikasi
(Andyca, 2008).
Peran perawat merupakan tingkah
laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukan
dalam
sistem,
dimanadapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari profesi maupun di luar profesi
keperawatan yang bersifat konstan
(Prasko,
2011).
Keterampilan
berkomunikasi merupakan critical
skill yang harus dimiliki oleh seorang
perawat dan merupakan bagian
integral dari asuhan keperawatan.
Komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi interpersonal dengan
titik tolak saling memberikan
pengertian antar perawat dengan
pasien. Komunikasi terapeutik bukan
pekerjaan yang bisa dikesampingkan,
namun
harus
direncanakan,
disengaja, dan merupakan tindakan
profesional. Akan tetapi, jangan
sampai karena terlalu asyik bekerja,
kemudian melupakan pasien sebagai
manusia dengan beragam latar
belakang
dan
masalahnya
(Hernimusti,
2012).
Sudah
seharusnya
seorang
perawat
profesional
memiliki kualitas
komunikasi
yang
baik
saat
berhadapan dengan klien, keluarga
maupun dengan siapa saja yang
membutuhkan informasi mengenai
masalah
keperawatan
terkait
kesehatan klien. Peran perawat
sebagai komunikator juga sangat
berpengaruh terhadap citra perawat
di mata masyarakat. Klien juga
manusia
yang
membutuhkan
interaksi pada saat ia menjalani
asuhan keperawatan. Interaksi verbal
antar komunitas terapeutik dengan
pasien
sedikit
banyak
akan
berpengaruh terhadap peningkatan
kesehatan
klien.
Keperawatan
mencakup komunikasi dengan klien
dan keluarga, antar sesame perawat
dan profesi kesehatan lainnya, serta
sumber informasi dan komunitas.
Kualitas komunikasi yang dimiliki
oleh seorang perawat merupakan
faktor yang menentukan dalam
memenuhi
kebutuhan
individu,
keluarga, dan komunitas (Sujana,
2008).
Hubungan perawat dan klien adalah
hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada
prinsip ‘humanity of nurse and
clients’. Hubungan ini tidak hanya
sekedar hubungan seorang penolong
(helper/perawat) dengan kliennya,
tetapi hubungan antara manusia yang
bermartabat (Dult-battey, 2004).
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat merupakan suatu wadah
komunitas terapeutik yang mampu
memberi8kan
pelayanan
keperawatansejak pasien dirawat
sampai pasien mampu mandiri dan
kembali ke keluarganya. Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang
99
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
ISSN 1410-234X
di dalamnya terdapat komunitas
terapeutik memiliki visi dan misi
yakni:
Visi: “ menjadi Rumah Sakit Jiwa
Unggulan dan Pusat Rujukan
Pelayanan Kesehatan Jiwa di
Indonesia Tahun 2015”.
Misi:
1. Melaksanakan
dan
mengembangkan
pelayanan
kesehatan jiwa quartener dengan
unggulan Pelayanan Kesehatan
Jiwa Anak Remaja, Rehabilitasi
Mental dan Rehabilitasi Napza.
2. Meningkatan
dan
mengembangkan
kualitas
pelayanan
kesehatan
jiwa
berstandar international.
3. Melaksanakan pendidikan tenaga
kesehatan sebagai rumah sakit
pendidikan kesehatan jiwa.
4. Meningkatan
profesionalisme
dan kesejahteraan SDM.
Keterampilan
perawat
dalam
melakukan komunikasi terapeutik
dapat dilihat dari proses pelaksanaan
komunikasi terapeutik yang sampai
saat ini belum berjalan secara
optimaldan masih bersifat rutinitas.
Ada beberapa kemungkinan kuirang
berhasilnya komunikasi terapeutik
pada pasien diantaranya jika ditinjau
dari sefi pengetahuan, sikap perawat,
tingkat pendidik, lingkungan dan
jumlah tenaga kesehatan yang dirasa
masih kurang. Untuk mempunyai
sikap positif dalam komunikasi
terapeutik
maka
diperlukan
pengetahuan yang baik, demikian
sebaliknya bila pengetahuan kurang
maka sikap dalam pengetahuan
komunikasi terapeutik juga akan
berkurang. Hal ini akan menjadi
dampak pada psikologis pasien
misalnya kecemasan, ketakutan dan
perubahan sikap yang maladaptive.
Untuk mengatasi masalah tersebut
salah satunya adalah menggunakan
komunikasi terapeutik yang efektif,
yang akan dan sedang dilakukan
tindakan
keperawatan
seperti
menggali
perasaan,
pikiran,
perubahan perilaku sehingga akan
meningkatkan
keterbukaan
perawatdan klien serta membantu
memecahkan masalah psikologis
klien.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat, terlihat 5
perawat
yang
menggunakan
komunikasi terapeutik sesuai tahapan
yang ada, sementara 7 perawat lainya
sudah
menerapkan
komunikasi
terapeutik tetapi hanyapada fase
orientasi dan persiapan belum
diterapkan secara optimal. Hal ini
dapat dilihat bahwa pasien merasa
lebih tenang dan dekat dengan
perawat
yang
menggunakan
komunikasi dengan baik, efektif dan
ramah. Berdasarkan data hasil studi
pendahuluan yang telah dipaparkan,
maka
penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
tentang
“Pelaksanaan
Komunikasi
Terapeutik Oleh Perawat Terhadap
Pasien Gangguan Jiwa di Ruang
Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat”.
100
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
ISSN 1410-234X
Kerangka Konsep Penelitian
Peran Perawat:
a. Peran perawat sebagai
pemberi asuhan
keperawatan.
b. Peran perawat sebagai
advokatklien.
c. Peran perawat
sebagaiedukator
d. Peran perawat
sebagaikoordinator
e. Peran perawat sebagai
kolaborator
f. Peran perawat sebagai
konsultan
g. Peran perawat sebagai
pembaharu.
Sumber:
Modifikasi Konsorsium
Pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh
perawat di ruang tenang rumah sakit jiwa
provinsi jawa barat dengan tahapan
komunikasi terapeutik yang meliputi:
a. Pelaksanaan perawat pada tahap preinteraksi
b. Pelaksanaan perawat pada tahap
oreintasi
c. Pelaksanaanperawatpada ahap kerja
d. Pelaksanaan perawat pada tahap
terminasi
Karakterristik Komunikasi Terapeutik:
a. Ikhlas (Genuiness)
b. Empati (Emphaty)
c. Hangat (warmth)


Ilmu Kesehatan, 1989,
Suryani, 2005 dan Arwani, 2003
d. Mengidentifikasi
pelaksanaan
perawat pada tahap terminasi
Populasi adalah keseluruhan subjek
populasi dalam penelitian ini adalah
perawat yang berjumlah 28 orang
yang masih bekerja di ruang
perawatan (ruang tenang) Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Sampel adalah sebagian atau wakil
dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Dalam penelitian ini yang
ingin dilihat adalah pelaksanaan
perawat yang berkerja di ruang
perawatan (ruang tenang). Tenil
sampling yang digunakan adalah
total sampling. Pemilihan teknik
sampling tersebut karena jumlah
populasi kurang dari 100 (Sugiono,
2003).
Criteria sampel yang diambil dalam
penelitian ini antara lain:
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif yaitu suatu metode
penelitian
untuk
mengetahui
gambaran
tentang
fenomena
(Arikunto, 2002). Penelitian ini
bertujuan
untuk
memperoleh
gambaran mengenai Pelaksanaan
Komunikasi Oleh Perawat. Variabel
adalah objek penekitian, atau apa
yang menjadi titik perhatian dari
suatu penelitian (Arikunto, 2006).
Variabel dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan komunikasi terapeutik
oleh perawat dengan sub variabel:
a. Mengidentifikasi
pelaksanaan
perawat pada tahap pre-interaksi
b. Mengidentifikasi
pelaksanaan
perawat pada tahap Orientasi
c. Mengidentifikasi
pelaksanaan
perawat pada tahap kerja
101
Tinggi
rendah
a. Perawat yang bekerja di ruang
Perawatan (ruang tenang) Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
b. Perawat yang bersedia menjadi
responden
Alat bantu yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau halhal yang diketahui (Arikunto, 2006).
orientasi secara umum disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Pelaksanaan Perawat Pada Tahap
Orientasi (perkenalan) di Ruang
Tenang
Kriteria
Tinggi
Rendah
Total
P(%)
50
50
100
Dilihat dari tabel distribusi hasil
penelitian
tentang
pelaksanaan
komunikasi terapeutik oleh perawat
pada tahap perkenalan adalah sama.
Pelaksanaan Perawat Pada Tahap
Kerja
Berdasarkan hasil penelitian pada
sub variabel pelaksanaan komunikasi
terapeutik oleh perawat pada tahap
kerja secara umum disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan perawat pada tahap
pre-interaksi
Berdasarkan hasil penelitian pada
sub variabel pelaksanaan komunikasi
terapeutikoleh perawat pada tahap
pre-interaksi secara umum disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Pelaksanaan Perawat Pada Tahap
Pre-Interaksi (persiapan) di Ruang
Tenang
Kriteria Frekuensi
Tinggi
8
Rendah
20
Total
28
Frekuensi
14
14
28
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Pelaksanaan Perawat Pada Tahap
Kerja di Ruang Tenang
Kriteria
Tinggi
Rendah
Total
P(%)
71,4
28,6
100
Frekuensi
16
12
28
P(%)
57,1
42,9
100
Dilihat dari tabel distribusi hasil
penelitian
tentang
pelaksanaan
komunikasi terapeutik oleh perawat
pada tahap kerja sebagian besar
adalah tinggi.
Pelaksanaan Perawat pada Tahap
Terminasi
Berdasarkan hasil penelitian pada
sub variabel pelaksanaan komunikasi
terapeutik oleh perawat pada tahap
terminasi secara umum disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Dilihat dari tabel distribusi hasil
penelitian
tentang
pelaksanaan
komunikasi
terapeutik
oleh
perawatpada
tahap
persiapan
sebagian besar adalah rendah.
Pelaksanaan Perawat Pada Tahap
Orientasi
Berdasarkan hasil penelitian pada
sub variabel pelaksanaan komunikasi
terapeutik oleh perawat pada tahap
102
Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Pelaksanaan Perawat Pada Tahap
Terminasi di Ruang Tenang
Kriteria
Tinggi
Rendah
Total
Frekuensi
11
17
28
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Oleh Perawat Terhadap Pasien
Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa sebagian
besar responden yang bekerja di
ruang tenang memilikipelaksanaan
yang rendah yaitu 60,7% dan sisanya
tergolong tinggi yaitu 39,3%.
P(%)
39,3
60,7
100
Dillihat dari tabel distribusi hasil
penelitian
tentang
pelaksanaan
komunikasi terapeutik oleh perawat
pada tahap terminasi sebagian besar
adalah tinggi.
Pelaksanaan
Komunikasi
Terapeutik Oleh Perawat terhadap
Pasien Gangguan Jiwa di Ruang
Tenang Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan hasil penelitian tentang
komunikasi terapeutik oleh perawat
dilihat dari 4 sub variabel secara
umum disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Oleh Perawat Terhadap Pasien
Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat, maka penulis
mengusulkan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat
Dengan adanya hasil penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadimasukan bagi Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
untuk dapat membuat aturan atau
prosedur tetap dan melakukan
evaluasi
khususnya
tentang
komunikasiterapeutik
perawatkepada pasien, sehingga
dapat menjadi acuan bagi
perawat dalam meningkatkan
kualitaskomunikasi yang baik
antara Perawat dengan pasien.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Oleh Perawat Terhadap Pasien
Gangguan Jiwa di Ruang Tenang
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat
Kriteria
Tinggi
Rendah
Total
Frekuensi
25
3
28
P(%)
89,3
10,7
100
Dilihat dari tabel distribusi hasil
penelitian
tentang
pelaksanaan
komunikasi terapeutik oleh perawat
sebagian besar adalah rendah.
2. Bagi Perawat Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat
Semoga dapat menjadi masukan
bagi perawat untuk dapat
menerapkan
komunikasi
103
terapeutik dengan baik yang
sesuai
dengan
tahapan
komunikasi terapeutik diawali
tahap persiapan, perkenalan,
kerja dan terminasi.
terapeutik/ (diperoleh tanggal
07 Juni 2012)
Arikunto, S. (2002). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
3. Bagi
Mahasiswa
STIK
Immanuek Bandung
Dapat menjadi masukan bagi
seluruh civitas akademika STIK
Immanuel
Bandung
bahwa
pentingnya komunikasi baik yang
dapat dijadikan budaya di STIK
Immanuel
Bandung dengan
menerapkan cinta kasih, peduli
dan hormat karena dengan
adanya komunikasi yang baik
akan menghasilkan hubungan
yang baik antara mahasiswa
dengan mahasiwa, deosen dengan
dosen
dan
desen
dengan
mahasiswa dan seluruh staff
dosen STIK Immanuel Bandung.
4. Bagi Peneliti Lain
kiranya hasil penelitian ini dapat
lebih dikembangkan oleh peneliti
lain yang memiliki minat untuk
meneliti faktor-faktor lain yang
berkontribusi dalam komunikasi
terapeutik perawat, misalnya:
Hubungan
Pelaksanaan
Komunikasi Terapeutik dan
tingkat kepuasan Klien dengan
metode penelitian yang berbeda.
________. S. (2006). Prosedur
Penelitian Edisi Revisi VI.
Jakarta: Rineka Cipta.
________. S. (2010). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik Edisi Revisi V.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arwani. (2003). Komunikasi Dalam
Keperawatan.
Jakarta:
EGC.
Azwar.
(2003).
Metodelogi
Penelitian dan Kedokteran
dan Kesehatan Masyarakat.
Batam Bina Rupa Aksara.
______ (2007). Reliabilitas dan
validitas.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Damaiyanti,
M.
(2008).
komunikasiTerapeutik dalam
praktek
Keperawatan.
Bandung:
Refika
Aditama.
http://docs.google.com/www.depkes.
go.id/downloads/psikososial
(diperoleh tanggal 07 Juni
2012).
DAFTAR PUSTAKA
Andyca.
(2008).
Komunikasi
Terapeutik.
http://andyca.wordpress.com/
2008/05/06/komunikasi-
http://hernimusti.blogspot.com/2012/
02/komunikasiterapeutik.html
(diperoleh
tanggal 07 Juni
2012.
104
http://www.prasko.com/2011/05/pera
n-dan-fungsi-perawat.html
(diperoleh tanggal 05 Juli
2012).
________. (2011). MetodePenelitian
Kuantitatif
dan
R&D
EdisiXIII. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk
Keperawatan cetakan 1.
Jakarta: EGC.
http://robbybee.wordpress.com/2009/
10/06/komunikasi-terapeutik/
(diperoleh tanggal 25 Juli
2012).
Suryani.
(2005).
Komunikasi
Terapeutik Teori dan Praktik.
Jakarta: EGC.
http://perawattegal.wordpress.com/2
009/08/29/konsep-dasarkeperawatan-perkembangankonsep-dan-trenkeperawatan/
(diperoleh
tanggal 25 Juli 2012).
_______.
(2006).
Komunikasi
Terapeutik Teori dan Praktik.
Jakarta:EGC.
Ira Ocktavia, S.Kep., Ners)* Staff
Dosen
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan Immanuel
Nursalam. (2008). Konsep san
Penerapan
Metodelogi
penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Perry
dan
Potter.
(2005).
Fundamental Keperawatan
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Rani Setiani Sujana. (2008). Peran
Perawat Profesional dalam
Membangun Citra Perawat
Ideal di Mata Masyarakat.
http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.s
etiani/2009/05/
(diperolehtanggal 5 Juni
2012).
Riyanto, A. (2010). Pengolahan dan
Analisis Data Kesehatan.
Bandung: Nuha Medika.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
Administrasi.
Bandung:
Alfabeta.
105
Download