bab 10 penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk

advertisement
BAB 10
PENGHAPUSAN DISKRIMINASI
DALAM BERBAGAI BENTUK
Diskriminasi merupakan bentuk ketidakadilan. Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menjelaskan bahwa pengertian diskriminasi adalah
setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung maupun tak langsung
didasarkan pada perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan,
status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengangguran, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan
hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif
dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya.
Perlakuan diskriminasi sangat bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 beserta
amandemennya. Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas mengutamakan kesetaraan dan
keadilan dalam kehidupan bermasyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum
dan bidang kemasyarakatan lainnya. Untuk itu Undang-Undang Dasar 1945 beserta
amendemennya sangat penting untuk menjadi acuan universal para penyelenggara negara dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Penguatan komitmen Pemerintah Indonesia dalam melakukan penolakan terhadap berbagai
bentuk diskriminasi antara lain tertuang dalam Konvensi Internasional tentang Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (International Convention on the Elimination of All
Forms of Discrimination Against Women/ CEDAW) yang telah diratifikasi melalui Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1984 dan diperkuat dengan Undang-undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, 1965
(International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination, 1965). Adanya
ratifikasi CEDAW ini, Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan penyesuaian berbagai
peraturan perundang-undangan nasional yang terkait dengan Konvensi internasional tersebut dan
mempunyai komitmen untuk melaksanakan kewajiban melaporkan pelaksanaan dalam rangka
menghapuskan segala bentuk diskriminasi terutama yang terkait dengan diskriminasi terhadap
perempuan.
A. PERMASALAHAN
Diskriminasi dalam praktik dapat terjadi secara eksplisit ataupun secara terselubung.
Peraturan perundang-undangan yang membeda-bedakan warga negara merupakan bentuk
diskriminasi yang terbuka. Namun yang terbanyak adalah diskriminasi terselubung dalam bentuk
pemberlakuan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berbeda-beda terhadap warga
negara yang pada akhirnya melahirkan ketidakadilan.
Dominannya kepentingan sektor dalam penyusunan peraturan perundangundangan. Upaya untuk menghapus diskriminasi dihadapkan pada kendala pelaksanaan nya
dalam melakukan penyesuaian dan harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional. Dalam
pelaksanaannya benturan kepentingan, tumpang tindih pengaturan dan kepentingan sektoral lebih
Bagian III.10 – 1
mendominasi upaya penyesuaian berbagai peraturan perundang-undangan nasional yang terkait
dengan berbagai bentuk diskriminasi, sehingga menghambat upaya untuk mengurangi perlakuan
diskriminasi terhadap warga negara pada berbagai bidang kehidupan.
Rendahnya kualitas hukum dan kepastian hukum dalam rangka mengurangi
perlakuan diskriminasi. Sampai saat ini hukum tertulis (peraturan perundang-undangan)
merupakan satu-satunya landasan hukum bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan
kehidupan bernegara dan berbangsa. Dari sisi kuantitas, peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan setiap tahunnya cukup banyak, namun dari sisi kualitas masih banyak ditemui peraturan
yang mengandung perlakuan diskriminasi antara lain yang terkait dengan peraturan di bidang
kewarganegaraan, keimigrasian, usaha kecil, kesehatan dan perkawinan.
Masih rendahnya kewibawaan lembaga dan sistem peradilan. Peran lembaga peradilan
sangat penting untuk mengurangi terjadinya perlakuan diskriminasi terhadap setiap warga negara.
Kewibawaan lembaga dan sistem peradilan di Indonesia saat ini menjadi sorotan masyarakat,
karena keberhasilan pembangunan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera ditentukan oleh
seberapa jauh sistem hukum yang berlaku ditegakkan dengan konsisten dan adil. Upaya
menggerakkan perekonomian, penciptaan lapangan pekerjaan, maupun penghapusan kemiskinan
tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan apabila diskriminasi masih terjadi dan keadilan
masih berpihak kepada siapa kuat, bukan berpihak pada kebenaran.
Rendahnya pemahaman aparat dan sistem pelayanan publik terhadap pentingnya
peraturan perundang-undangan yang tidak diskriminatif. Sesuai dengan fungsinya setiap
penyelenggara negara harus mempunyai kesadaran dan komitmen bahwa dalam menjalankan
penyelenggaraan negara tidak boleh ada perlakuan diskriminasi pada setiap warga negaranya
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28. Hal ini
juga berarti bahwa di Indonesia tidak boleh ada perlakuan diskriminasi di berbagai bidang
kehidupan. Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi utama penyelenggara negara dalam lingkup
Eksekutif harus benar-benar menjunjung tinggi asas kedudukan yang sama bagi setiap warga
negara di hadapan hukum, menegakkan hukum dengan adil dalam arti tidak ada pembedaan baik
dari warna kulit, golongan, suku, etnis, agama dan jenis kelamin, selanjutnya apabila dalam
pelaksanaannya terhadap peraturan perundang-undangan yang bersifat diskriminatif dan
melanggar prinsip keadilan harus berani ditindaklanjuti dengan langkah menghapus dan/atau
melakukan berbagai perubahan.
Walaupun peraturan perundang-undangan yang dibuat telah dipersiapkan dengan baik,
namun manusia yang berada di belakang peraturan tersebut sangat menentukan yaitu mereka yang
menerapkan dan menegakkan hukum serta yang memberikan pelayanan hukum. Dalam praktik,
perlakuan diskriminasi dialami oleh warga negara, lembaga/ instansi pemerintah, lembaga
swasta/dunia usaha oleh aparat yang melakukan pelayanan publik. Perlakuan diskriminasi
tersebut pada akhirnya berujung pada praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal tersebut terjadi
karena pelaksana hukum (aparat) cenderung dipandang lebih tinggi dari masyarakat yang
membutuhkan pelayanan publik. Kondisi tersebut sampai saat ini masih terus terjadi karena
masih terdapatnya kesenjangan antara pihak yang memerlukan dengan pihak yang memberikan
pelayanan publik.
Bagian III.10 – 2
B. SASARAN
Untuk mendukung upaya penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk, sasaran yang
akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun kedepan adalah:
1. Terlaksananya peraturan perundang-undangan yang tidak mengandung perlakuan
diskriminasi baik kepada setiap warga negara, lembaga/instansi pemerintah, maupun lembaga
swasta/dunia usaha secara konsisten dan transparan;
2. Terkoordinasikannya dan terharmonisasikannya pelaksanaan peraturan perundang-undangan
yang tidak menonjolkan kepentingan tertentu sehingga dapat mengurangi perlakuan
diskriminatif terhadap warga negara;
3. Terciptanya aparat dan sistem pelayanan publik yang adil dan dapat diterima oleh setiap
warga negara.
C. ARAH KEBIJAKAN
Upaya penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk dalam kurun waktu lima tahun ke
depan diarahkan pada kebijakan untuk menciptakan penegakan dan kepastian hukum yang
konsiten, adil dan tidak diskriminatif dengan langkah-langkah:
1. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk ketidakadilan gender
bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum tanpa
terkecuali;
2. Menerapkan hukum dengan adil, melalui perbaikan sistem hukum yang profesional, bersih
dan berwibawa.
D. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN
Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk menghapus diskriminasi dalam berbagai bentuk
dijabarkan ke dalam program-program pembangunan sebagai berikut:
PROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN DAN BANTUAN HUKUM
Program Peningkatan Pelayanan dan Bantuan Hukum ditujukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan pemerintah dibidang hukum serta memberikan bantuan kepada setiap warga
negara tanpa membeda-bedakan baik dari warna kulit, golongan, jenis kelamin, suku, etnis,
agama, dan golongan yang kurang mampu sehingga rasa keadilan masyarakat benar-benar
diperoleh sebagaimana adanya. Program ini diharapkan dapat mewujudkan pelayanan publik di
bidang hukum yang merata, dalam arti mampu menjangkau segenap lapisan masyarakat, dan
terciptanya kesempatan yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk memperoleh keadilan.
1.
Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilakukan meliputi:
Peningkatan kualitas pelayanan umum di bidang hukum, pada bidang antara lain pemberian
grasi, naturalisasi, pemberian/penerbitan perizinan yang dibutuhkan oleh berbagai bidang
pembangunan; pemberian status badan hukum; pendaftaran hak atas kekayaan intelektual,
pembuatan akte kelahiran gratis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
pencatatan sipil yang adil bagi setiap warga negara dan lain sebagainya;
Bagian III.10 – 3
2.
3.
Peningkatan pemberian bantuan hukum bagi golongan masyarakat yang kurang mampu baik
laki-laki dan perempuan dalam proses berperkara di pengadilan maupun upaya-upaya untuk
meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban hukumnya;
Penyederhanaan syarat-syarat pelayanan jasa hukum pada semua lingkup lembaga/instansi
yang dapat dimengerti, informasi yang terbuka, transparan dengan dengan biaya yang dapat
dijangkau oleh seluruh golongan masyarakat luas.
Bagian III.10 – 4
Download