Laporan Pertanggungjawaban SBN

advertisement
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA
TAHUN 2009
DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN
SURAT BERHARGA NEGARA TA 2009
I.
PENDAHULUAN
Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi
amanat pasal 16 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara dan pasal 27
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Selain itu, laporan ini
juga disusun agar seluruh pihak yang berkepentingan dapat mengetahui secara jelas dan transparan
informasi terkait dengan pengelolaan Surat Berharga Negara. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah
untuk mengelola keuangan negara secara transparan, profesional dan bertanggung jawab. Seluruh angka
dan data yang digunakan dalam laporan ini meliputi realisasi selama satu tahun anggaran yang dimulai 1
Januari 2009 dan berakhir 31 Desember 2009, kecuali secara jelas dinyatakan lain.
Surat Berharga Negara (SBN) terdiri atas Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN). Secara umum, SUN dapat dibedakan atas Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang
berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dan Obligasi Negara (ON) yang berjangka waktu lebih dari 12
bulan. Menurut denominasi mata uangnya, ON yang telah diterbitkan Pemerintah dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok, yaitu ON berdenominasi Rupiah dan ON berdenominasi valuta asing. Menurut jenis
tingkat bunganya, ON dapat dikelompokkan ke dalam ON dengan tingkat bunga tetap dan ON dengan
tingkat bunga mengambang. Selain itu, Pemerintah juga telah menerbitkan ON tanpa bunga yaitu Zero
Coupon (ZC). Sementara itu, Surat Berharga Syariah Negara mulai diterbitkan pada tahun 2008 dengan
denominasi Rupiah dan tingkat imbalan tetap (Fixed Rate).
Berikut ini adalah gambaran struktur utang pemerintah secara umum pada tahun 2009:
Surat Berharga Negara (SBN)
Note:
FR – Reguler : semi anually coupon
VR – Reguler : quarterly coupon
ORI
: monthly coupon
Surat Berharga Negara (SBN)
(dapat diperdagangkan)
Surat Utang Negara (SUN)
Obligasi Negara (ON)
ON – Valas
Variable Rate - Rp
Variable Rate Reguler
SBN tidak dapat
dipedagangkan
Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN)
Surat Perbendaharaan Negara
(SPN)
ON – Rupiah
Fixed Rate - Rp
Fixed Rate - Reguler
Zero Coupon Reguler
Gambar 1. Struktur Utang Pemerintah
ORI
II. PENGELOLAAN PORTOFOLIO SUN TAHUN 2009
Sebelum dilakukan penyesuaian melalui APBN-Perubahan tahun 2009, target pembiayaan dari
SBN Neto ditetapkan sebesar Rp 54,71 triliun. Dalam perkembangannya, target tersebut kemudian direvisi
menjadi Rp 99,25 triliun. Jumlah nominal tersebut merupakan target neto, yaitu jumlah penerbitan SUN
baru setelah dikurangi dengan jumlah SUN yang jatuh tempo maupun dibeli kembali oleh Pemerintah
sebelum jatuh tempo (buyback). Untuk melaksanakan hal tersebut, dalam rangka pengelolaan portofolio
SUN dilakukan kegiatan :
A. Penerbitan Obligasi Negara dalam Rupiah
Obligasi Negara (ON) dalam denominasi Rupiah yang diterbitkan pada tahun 2009 dilelang
sebanyak 23 kali, yang dilakukan sejak bulan Januari sampai November 2009, dengan rincian sebagai
berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Seri
FR0023 (reopen)
FR0030 (reopen)
FR0031 (reopen)
FR0036 (reopen)
FR0040 (reopen)
FR0043 (reopen)
FR0044 (reopen)
FR0047 (reopen)
FR0050 (reopen)
FR0051 (reopen)
FR0052 (reopen)
ORI006
VR0018 (reopen)
VR0019 (reopen)
Tanggal Penerbitan
15 Januari 2009
3 September 2009
19 November 2009
5 November 2009
19 November 2009
30 Juli 2009
5 November 2009
30 Juli 2009
3 September 2009
26 Februari 2009
19 November 2009
12 Agustus 2009
26 Februari 2009
19 Februari 2009
JUMLAH
Jatuh Tempo
15 Desember 20012
15 Mei 2016
15 November 2020
15 September 2019
15 September 2025
15 Juli 2022
15 September 2024
15 Februari 2028
15 Juli 1938
15 Mei 2014
15 Agustus 2030
15 September 2012
25 Oktober 2012
25 Desember 2014
Kupon
11,00%
10,75%
11,00%
11,50%
11,00%
10,25%
10,00%
10,00%
10,50%
11,25%
10,50%
9,35%
6,59%
6,58%
Face Value
15.172.500.000.000
11.560.000.000.000
13.169.000.000.000
10.860.000.000.000
17.224.000.000.000
14.417.000.000.000
18.054.000.000.000
17.590.000.000.000
5.911.000.000.000
2.525.000.000.000
8.054.000.000.000
8.536.730.000.000
4.386.483.000.000
13.856.226.000.000
161.315.939.000.000
Penerbitan Obligasi Negara secara reguler dilakukan dengan cara lelang di pasar perdana. Pada
setiap penerbitan, jumlah penawaran yang dimenangkan lebih rendah dari jumlah penawaran yang masuk
dengan bid to cover ratio berkisar dari 1,00 kali sampai 11,87 kali
Total nilai nominal ON dalam denominasi Rupiah yang diterbitkan pada tahun 2009 dengan tingkat
bunga tetap (Fixed Rate) adalah sebesar Rp. 134,54 triliun, ON dengan tingkat bunga mengambang
(Variable Rate) sebesar Rp 18,24 triliun sedangkan ON dengan pembayaran bunga secara diskonto (Zero
Coupon) tidak diterbitkan pada tahun 2009, serta ORI diterbitkan sebesar Rp 8,54 triliun. Penerbitan ON
dalam denominasi Rupiah mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain: (i) struktur jatuh tempo utang
yang sudah ada, (ii) pengembangan pasar sekunder SUN, dan (iii) cost of borrowing.
2
Penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) yang dilakukan sebanyak 1 kali penerbitan merupakan
salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memperluas basis investor SUN dan ditujukan
untuk investor cara bookbuilding melalui Agen Penjual yang diseleksi oleh Panitia Seleksi. Penerbitan
ORI006 tersebut mendapat sambutan yang cukup positif dari masyarakat, terbukti dengan jumlah
penawaran yang masuk mencapai Rp 8,54 triliun.
Mengantisipasi minat investor yang cenderung bergeser dari instrumen jangka panjang ke
instrumen jangka pendek sehubungan dengan kondisi ketidakpastian pasar karena adanya krisis
keuangan global, pemerintah mengambil inisiatif untuk tidak hanya menerbitkan instrumen ON jangka
panjang dan menengah, tetapi juga ON jangka pendek. Instrumen jangka pendek yang diterbitkan oleh
Pemerintah adalah ON dengan tingkat bunga mengambang (Variable Rate), yaitu Obligasi Negara yang
memberikan bunga sesuai dengan Sertifikat Bank Indonesia tenor 3 bulan, dan ON jenis Zero Coupon.
B. Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
SPN adalah Surat Utang Negara yang jangka waktu jatuh temponya sampai dengan 12 bulan.
Pada tahun 2009, Pemerintah menerbitkan 9 seri SPN, yaitu SPN 20100114, SPN 20100218, SPN
20100311, SPN 20100415, SPN 20100513, SPN 20100610, SPN 20100715, SPN 20100902 dan SPN
20101007 dengan total penerbitan SPN mencapai Rp 24,7 triliun, dengan rincian sebagai berikut:
No
Seri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SPN20100114
SPN20100218
SPN20100311
SPN20100415
SPN20100513
SPN20100610
SPN20100715
SPN20100902
SPN20101007
Tanggal
Penerbitan
15 Januari 2009
19 Februari 2009
12 Maret 2009
16 April 2009
14 Mei 2009
11 Juni 2009
16 Juli 2009
03 September 2009
08 Oktober 2009
JUMLAH
Jatuh Tempo
Kupon
Face Value
14 Januari 2010
18 Februari 2010
11 Maret 2010
15 April 2010
13 Mei 2010
10 Juni 2010
15 Juli 2010
02 September 2009
07 Oktober 2009
-
5.500.000.000.000
3.100.000.000.000
2.900.000.000.000
3.950.000.000.000
2.600.000.000.000
2.000.000.000.000
2.000.000.000.000
1.450.000.000.000
1.200.000.000.000
24.700.000.000.000
Untuk meningkatkan minat investor atas instrumen SPN dan mendorong perkembangan pasar
SPN, Pemerintah telah melakukan perubahan terhadap PP nomor 11 tahun 2006 dengan menerbitkan PP
Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas diskonto SPN, dimana pemungutan pajak atas
diskonto SPN dilakukan di pasar sekunder dan pada saat jatuh tempo dengan tarif sebesar 20% final.
C. Penerbitan Obligasi Negara dalam Valuta Asing (International Bonds)
Total penerbitan International Bonds dalam tahun 2009 mencapai US$ 3,0 miliar atau setara
dengan Rp 28,2 triliun. Mempertimbangkan daya serap pasar SBN domestik, pada tahun 2009
3
dilaksanakan 1 kali penerbitan International Bonds yaitu pada bulan Maret 2009 yaitu seri RI 140504
dengan tingkat yield 10,375% dan seri RI 190304 dengan tingkat yield 11,625%.
Penerbitan Obligasi Negara di pasar internasional pada tahun 2009 ini adalah untuk kedelapan
kalinya sejak penerbitan pertama pada tahun 2004 lalu. Sebagaimana penerbitan sebelumnya, penerbitan
pada tahun 2009 ini juga mendapatkan sambutan yang baik di pasar internasional. Adapun distribusi
investor berdasarkan regional, untuk RI 140504 yaitu Asia (55%), Eropa (18%), dan Amerika (27%).
Sedangkan untuk RI 190304, distribusi investor berdasarkan regional adalah Asia (30%), Eropa (20%) dan
Amerika (50%). Hasil penerbitan ini menunjukkan kepercayaan investor internasional terhadap manajemen
fiskal dan prospek ekonomi Indonesia jangka panjang.
Sehubungan dengan kinerja penerbitan International Bonds pada tahun 2008, telah diperoleh
penghargaan internasional, yaitu The Assets Triple A Deal of The Year 2008 untuk kategori sebagai
berikut:
1. Best Issuer;
2. Best Sovereign Bond untuk penerbitan Obligasi Negara dalam valuta asing seri INDO-18 dan INDO38;
3. Best Deal in Indonesia untuk penerbitan Obligasi Negara dalam valuta asing seri
INDO-18 dan INDO-38.
Tahun 2009 Pemerintah Indonesia menerbitkan obligasi dengan denominasi Yen Jepang yang
disebut Samurai Bond dengan seri RIJPY0719 sebesar JP¥ 35.000.000.000 setara Rp 3,5 T dengan
tingkat kupon 2,73% dan jatuh tempo tahun 2019.
The Asset sebagai salah satu media keuangan internasional memberikan penghargaan tersebut
karena menilai Indonesia telah berhasil dalam menerbitkan Obligasi Negara dalam valuta asing dengan
tenor 10 dan 30 tahun di tengah-tengah krisis keuangan global yang penuh tantangan.
D. Pelaksanaan Debt Switching/Buyback
Total pelaksanaan debt switching pada tahun 2009 adalah sebanyak 6 kali dengan jumlah nominal
SUN yang ditukar sebesar Rp.2,93 triliun. Selain itu juga telah dilakukan cash buyback sebanyak 2 kali.
Buyback pertama dilakukan secara lelang dengan jumlah nominal sebesar Rp8,52 triliun. Buyback kedua
dilakukan secara langsung sebesar 10 milyar.
Pada akhir tahun 2008, profil jatuh tempo SUN terkonsentrasi dengan jumlah cukup besar pada
kurun waktu 2009-2010. Dalam rangka mengurangi risiko pelunasan pokok SUN pada kurun tahun 20102011 tersebut, Pemerintah berupaya untuk menata ulang struktur jatuh tempo SUN melalui debt switching,
yaitu dengan membeli seri-seri Obligasi Negara jangka pendek dan menukarkannya dengan Obligasi
Negara yang mempunyai jatuh tempo jangka menengah dan panjang. Jumlah SUN yang jatuh tempo pada
4
kurun tahun 2009-2010, yang berada pada kisaran di atas Rp 32,79 triliun, digeser ke jangka waktu jatuh
tempo yang lebih panjang. Kondisi ini juga memberikan keleluasaan bagi Pemerintah untuk menerbitkan
instrumen SUN jangka pendek, baik berupa Obligasi Negara Ritel maupun Surat Perbendaharaan Negara.
Upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurangi refinancing risk adalah dengan memberikan
prioritas penerbitan Obligasi Negara jangka menengah dan panjang.
Disamping debt switch, Pemerintah juga melakukan kegiatan cash buyback yang merupakan salah
satu strategi pengelolaan portofolio SUN dengan cara melaksanakan pembelian Obligasi Negara yang
belum jatuh tempo di pasar sekunder. Dalam tahun 2009, cash buyback sebanyak 2 kali. Buyback pertama
dilakukan secara lelang dengan jumlah nominal sebesar Rp8,52 triliun. Buyback kedua dilakukan secara
langsung. Obligasi Negara yang telah dibeli tersebut kemudian dinyatakan lunas atau jatuh tempo,
sehingga mengurangi total outstanding SUN. Pada saat pasar mengalami bearish, dimana harga SUN
cenderung diskon, penerapan strategi cash buyback ini akan lebih menguntungkan Pemerintah, dibanding
jika harus membayar pelunasan pokok pada saat jatuh tempo nantinya. Disamping itu pelaksanaan cash
buyback oleh Pemerintah pada saat kondisi pasar bearish ini juga dapat menahan penurunan harga yang
makin dalam dan melakukan stabilisasi pasar SUN.
III. PENGELOLAAN PORTOFOLIO SBSN TAHUN 2009
Dalam rangka perluasan basis investor, diversifikasi sumber pembiayaan, dan pengembangan
pasar keuangan dalam negeri, Pemerintah telah menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah,
atau dikenal secara internasional dengan istilah sukuk. Instrumen keuangan ini pada prinsipnya sama
seperti surat berharga konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep
imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying
transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, serta adanya aqad atau
penjanjian antara para pihak berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Untuk keperluan penerbitan surat berharga berdasarkan prinsip syariah, perlu adanya pengaturan
secara khusus, baik yang menyangkut instrumen maupun perangkat yang diperlukan. Hal tersebut, juga
dengan mempertimbangkan adanya kendala-kendala yang dihadapi dari sisi legal dalam hal Pemerintah
akan menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan basis hukum yang
ada di Indonesia pada saat ini. Oleh karena itu, pada 7 Mei 2008 telah disahkan Undang-Undang (UU)
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang diajukan oleh pemerintah
oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Secara garis besar UU tersebut mengatur hal-hal sebagai berikut:
5
a. Transparansi pengelolaan Surat Berharga Syariah Negara dalam kerangka kebijakan fiskal dan
kebijakan pengembangan pasar Surat Berharga Syariah Negara dengan mengatur lebih lanjut tujuan
penerbitannya dan jenis-jenis akad atau perjanjian yang digunakan.
b. Kewenangan Pemerintah untuk menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara, baik dilakukan secara
langsung oleh Pemerintah yang didelegasikan kepada Menteri, ataupun dilaksanakan melalui
Perusahaan Penerbit yang dibentuk oleh Menteri.
c. Kewenangan Pemerintah untuk menggunakan Barang Milik Negara sebagai dasar penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara (underlying asset).
d. Kewenangan Wali Amanat untuk bertindak mewakili kepentingan Pemegang Surat Berharga Syariah
Negara;
e. Kewenangan Pemerintah untuk membayar semua kewajiban yang timbul dari penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah maupun melalui
Perusahaan Penerbit, secara penuh dan tepat waktu sampai berakhirnya kewajiban tersebut.
f.
Landasan hukum bagi pengaturan lebih lanjut atas tata cara dan mekanisme penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara di pasar perdana maupun perdagangan Surat Berharga Syariah Negara di
pasar sekunder agar pemodal memperoleh kepastian untuk memiliki dan memperdagangkan Surat
Berharga Syariah Negara secara mudah dan aman.
Pemerintah untuk pertama kalinya menerbitkan SBSN pada Agustus 2008 melalui metode
bookbuilding di pasar perdana dalam negeri. Pada tahun anggaran 2009 pemerintah Indonesia
menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara sebanyak 7 kali seri yaitu
No
Seri
Tanggal Penerbitan
Tanggal Jatuh Tempo
Kupon
Nilai Outstanding
1
SDHI 2010A
07 Mei 2009
07 Mei 2010
8,52%
1.500.000.000.000
2
SDHI 2010B
24 Juni 2009
07 Mei 2010
7,83%
850.000.000.000
3
SDHI 2010C
24 Juni 2009
24 Juli 2010
7,89%
336.000.000.000
4
IFR 003
29 Oktober 2009
15 September 2015
9,25%
727.000.000.000
5
IFR 004
12 November 2009
15 Oktober 2013
9,00%
550.000.000.000
6
Sukuk Ritel
25 Februari 2009
25 Februari 2012
12,00%
5.556.290.000.000
23 April 2009
23 April 2014
8,80%
US$ 650.000.000
SR 001
7
SBSN Valas
SNI 14
IV. STRUKTUR PORTOFOLIO SURAT BERHARGA NEGARA SELAMA TAHUN 2009
A. Surat Berharga Negara Berdenominasi Rupiah
Surat Berharga Negara berdenominasi Rupiah dapat dipisahkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
6
a. Obligasi berbunga tetap (fixed rate bonds – FR)
Obligasi jenis ini memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan dan dibayarkan
secara periodik. Kupon obligasi berbunga tetap seri FR (Fixed Rate) dibayarkan setiap enam
bulan sekali (semi-annually). Berdasarkan posisi akhir tahun 2009, terdapat 41 seri FR dengan
tingkat kupon berkisar antara 9% sampai dengan 15,575% dengan masa jatuh tempo berkisar
antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2038. Obligasi jenis FR dapat diperdagangkan dan
dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
Grafik 1: Struktur Outstanding ON Rupiah seri FR
Grafik 2: Struktur Jatuh Tempo ON Rupiah Seri FR
b. Obligasi Negara Ritel (ORI)
ORI adalah Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara
Indonesia melalui Agen Penjual di pasar perdana. ORI memiliki tingkat kupon yang ditetapkan
7
pada saat penerbitan dan dibayarkan secara periodik. Kupon ORI dibayarkan sebulan sekali
(monthly). ORI dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
Penerbitan ORI merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan Strategi Pengelolaan Utang
Negara tahun 2005 – 2009 yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan melalui Keputusan
Menteri Keuangan nomor 447/KMK.06/2005. Di dalam dokumen strategi dimaksud ditetapkan
bahwa pengembangan pasar sekunder SUN dilakukan antara lain dengan melakukan diversifikasi
instrumen SUN melalui SUN Ritel yang mana hal ini sejalan pula dengan upaya memperluas basis
investor. Penerbitan ORI merupakan langkah nyata Pemerintah dalam melaksanakan strategi
dimaksud. Selain itu, ORI diterbitkan juga dalam rangka memberikan alternatif investasi yang
cukup menguntungkan dan aman bagi investor individu, serta memberikan unsur pendidikan bagi
investor individu untuk berinvestasi pada instrumen pasar modal seperti ORI. Selama ini investor
individu umumnya menyimpan dananya pada instrumen investasi berupa tabungan atau deposito
yang notabene instrumen pasar uang. Terlebih dengan belum pulihnya kepercayaan masyarakat
umum pada industri reksadana. Selain itu, keberadaan ORI dapat menjadi alternatif lahan investasi
yang menjanjikan seperti instrumen investasi lainnya yang sudah ada seperti saham, reksadana
dan deposito.
Grafik 3: Struktur Outstanding ORI
8
Grafik 4: Struktur Jatuh Tempo ORI
c. Obligasi tanpa bunga (zero coupon – ZC)
Zero coupon adalah obligasi negara tanpa bunga yang dijual secara diskonto. Berdasarkan posisi
akhir tahun 2009, terdapat 3 seri ZC dengan outstanding berkisar dari Rp 1,3 T sampai dengan Rp
5,8 T dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Zero
coupon dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
Grafik 5: Struktur Outstanding Zero Coupon (ZC)
9
Grafik 6: Struktur Jatuh Tempo Zero Coupon (ZC)
d. Obligasi berbunga mengambang (variable rate bonds – VR)
Obligasi berbunga mengambang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan secara periodik
berdasarkan tingkat bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) berjangka 3 bulan. Kupon dibayarkan
secara periodik setiap 3 (tiga) bulan. Sampai akhir tahun 2008, terdapat 16 seri VR dengan
outstanding berkisar dari Rp 1,5 T sampai dengan Rp 25 T dengan masa jatuh temponya berkisar
antara tahun 2011 sampai dengan 2020. Obligasi jenis VR dapat diperdagangkan dan
dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
Grafik 7: Struktur Outstanding VR
10
Grafik 8: Struktur Jatuh Tempo VR
e. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
SPN merupakan instrumen utang jangka pendek dengan penerbitan secara diskonto. Sampai akhir
tahun 2009, terdapat 9 seri SPN dengan outstanding berkisar Rp 1,2 T dan Rp 5,5 T yang akan
jatuh tempo pada tahun 2010. SPN dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya
di pasar sekunder.
Grafik 9: Struktur Outstanding SPN
11
f. Surat Utang Pemerintah (SUP) kepada BI
Surat Utang Pemerintah kepada Bank Indonesia terdiri dari lima seri yaitu SU002, SU004, SU007,
dan Special Rate Bank Indonesia (SRBI01). Kupon SUP dibayarkan secara periodik setiap 6
(enam) bulan sekali. Pembayaran cicilan pokok dilakukan bersamaan dengan pembayaran bunga.
Grafik 10: Struktur Outstanding SUP
Grafik 11: Struktur Jatuh Tempo SUP
12
g. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Pada akhir tahun 2009, terdapat 5 seri fixed rate SBSN yaitu IFR0001, IFR0002, IFR0003,
IFR0004 dan SR-001 dengan masa jatuh tempo masing-masing tahun 2012 dan 2018 dengan
tingkat imbalan antara 9,00% sampai dengan 12,00%.
Grafik 12: Struktur Outstanding SBSN
B. Surat Berharga Negara Berdenominasi Valas
Surat Berharga Negara (SBN) saat ini telah menjadi sumber utama dalam pemenuhan target
pembiayaan dalam APBN karena mempunyai pengaruh yang signifikan. Dalam rangka pemenuhan
target tersebut pemerintah semaksimal mungkin berusaha terus menggali potensi sumber pembiayaan
dari dalam negeri, yaitu dengan menerbitkan SBN berdenominasi Rupiah di pasar domestik. Namun,
dengan pertimbangan beberapa hal seperti daya serap pasar obligasi dalam negeri yang masih
terbatas dan kebutuhan untuk pemenuhan benchmark atas obligasi Indonesia dalam denominasi USD,
maka Pemerintah memutuskan untuk melakukan penerbitan obligasi negara dalam valuta asing di
pasar internasional mengacu pada Undang-Undang nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang
Negara.
Sampai dengan akhir tahun 2009, terdapat 11 seri SUN Valas dengan 10 seri memiliki denominasi
USD dan 1 seri dengan denominasi JP¥ yaitu seri RIJPY0719. SUN valas tersebut memiliki tingkat
kupon mulai dari 2,730% sampai dengan 11,625% dengan masa jatuh tempo mulai dari tahun 2014
sampai dengan 2038. Selain itu terdapat 1 seri SBSN Valas yaitu seri SNI14 sebesar USD
650.000.000 setara Rp. 6,1 T
13
Grafik 13: Struktur Outstanding SUN Valas
Grafik 14: Struktur Jatuh Tempo SUN Valas
Secara umum, struktur Surat Berharga Negara pada akhir tahun 2009 dapat digambarkan sebagai berikut:
14
Grafik 15: Struktur Outstanding SUN dan SBSN Rupiah
Grafik 16: Struktur Outstanding SBN
V. MUTASI SURAT BERHARGA NEGARA SELAMA TAHUN 2009
Surat Berharga Negara dapat berubah saldonya akibat adanya penerbitan baru, pelunasan, pembelian
kembali atau oleh sebab lainnya. Adapun ringkasan perubahan posisi SBN tahun 2009 adalah sebagai
berikut:
15
Tabel 1: Mutasi Principle Outstanding SBN Tahun 2009
Jenis SBN
(1)
31-Des-09
(2)
31-Des-08
(3)
Mutasi
(4=2-3)
A. SBN Rupiah
FR
353.393.549.000.000
318.925.042.000.000
34.468.507.000.000
ORI
40.149.265.000.000
34.633.185.000.000
5.516.080.000.000
VR
143.286.082.000.000
145.933.799.000.000
(2.647.717.000.000)
ZC
8.686.000.000.000
11.491.000.000.000
(2.805.000.000.000)
SPN
24.700.000.000.000
10.012.000.000.000
14.688.000.000.000
SBSN
11.868.990.000.000
4.699.700.000.000
7.169.290.000.000
SUP
251.875.025.331.844
258.160.372.437.845
(6.285.347.106.001)
SDHI
2.350.000.000.000
0
2.350.000.000.000
836.308.911.331.844
783.855.098.437.845
52.453.812.893.999
141.032.479.019.000
122.640.000.000.000
18.392.479.019.000
SBSN Valas
6.110.000.000.000
0
6.110.000.000.000
RIJPY
3.570.000.000.000
0
3.570.000.000.000
Total SUN Valas (Rp)
150.712.479.019.000
122.640.000.000.000
28.072.479.019.000
Grand Total SBN (A+B)
987.021.390.350.844
906.495.098.437.845
80.526.291.912.999
Total SBN Rupiah
B. SUN Valas
INDO
Memperhatikan tabel di atas, dapat dilihat adanya perubahan yang cukup signifikan berupa
meningkatnya porsi SBN berbunga tetap (FR) dan menurunnya porsi SBN berbunga mengambang
(VR) serta menurunnya porsi Surat Utang Pemerintah kepada Bank Indonesia. Hal ini sejalan dengan
upaya Pemerintah untuk menurunkan risiko tingkat bunga dengan meningkatkan porsi fixed rate bonds
dalam portofolio SBN.
VI. PENCAPAIAN TARGET APBN TA 2009
Target APBN atas pengelolaan SUN ditetapkan dalam dua pos yaitu pos Bunga Utang SBN (SUN +
SBSN) dan Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri yang menjadi fungsi Bagian Anggaran Bendahara
Umum Negara Pengelolaan Utang (999.01)
A. Bunga Utang Surat Berharga Negara
Berdasarkan APBN TA 2009, total pagu Bunga dan Biaya Utang SBN Dalam Negeri ditetapkan
sebesar Rp 68,24 T sementara realisasi pembayaran bunga dan biaya SBN Dalam Negeri
mencapai Rp 62,70 T, sehingga terdapat sisa pagu anggaran sebesar Rp 5,54 T.
16
Pagu Bunga Utang SUN Valas ditetapkan sebesar Rp 11,87 T sementara realisasi pembayaran
bunga dan biaya SUN valas mencapai Rp 11,58 T, sehingga terdapat sisa pagu anggaran sebesar
Rp 0,29 T.
B. Surat Berharga Negara Neto
Surat Berharga Neto adalah selisih antara SBN yang diterbitkan dengan SBN yang jatuh tempo
dan yang dibeli kembali. Mengingat target pembiayaan SBN dalam APBN ditetapkan dalam bentuk
penerbitan SBN Neto, maka Pemerintah memiliki fleksibilitas untuk menentukan jumlah penerbitan
SBN dan jumlah pembelian kembali, asalkan jumlah SBN Neto tidak melebihi yang telah
ditetapkan dalam APBN.
Untuk tahun 2009, SBN Neto ditetapkan sebesar Rp 99,26 T, sedangkan realisasi SBN Neto
mencapai Rp 99,47 T, sehingga terdapat selisih kurang sebesar Rp 0,21 T dengan rincian sebagai
terlampir di bawah ini.
SBN NETTO PER DESEMBER 2009
Penerbitan SBN
Penerbitan SPN ( 711411)
Penerbitan SUN Dalam Negeri (711421)
Penerimaan Utang Bunga (Accrued Interest) Dalam Negeri (711422)
25,200,000,000,000
65,974,730,000,000
1,027,625,034,000
7,169,290,000,000
2,350,000,000,000
13,866,390,000
39,770,426,000,000
7,031,748,227,903
0
Penerimaan Penerbitan SBSN-Jk Pjg(711441)
Penerimaan Penerbitan SBSN-Jk Pdk(711431)
Penerimaan Imbalan Berjangka Jk Pjg (SBSN)- (711442)
Penerbitan SUN - Valas (711611)
Penerbitan SBSN - Valas (712341)
Penerimaan Utang Bunga (Accrued Interest) - Valas (712312)
Total Penerbitan SBN
148,537,685,651,903.00
Pembiayaan SBN
Pelunasan SPN (721311)
Pelunasan SUN - Dalam Negeri (721321)
Pembelian Kembali SUN Dalam Negeri (721322)
Pembayaran Utang Bunga (Accrued Interest) - Dalam Negeri (721324)
10,512,000,000,000.00
26,262,207,106,001.00
11,466,000,000,000.00
809,915,735,000.00
16,665,166,900.00
-
Pembayaran Utang Bunga (Accrued Interest) - Valas (722313)
Pelunasan SBSN-Jk Pj (721341)
Pemby imbalan dibayar dimuka SBSN Dalam Negeri-Jk Pjg (721343)
Pelunasan SUN -Valas (722311)
Pembelian kembali Sun Valas (722312)
Pembayaran imbalan dibayar dimuka SBSN Valas-Jk Pjg (722343)
Total Pelunasan SBN
49,066,788,007,901.00
SBN Neto
Target APBN-P 2009
Selisih
99,470,897,644,002.00
99,256,600,000,000.00
214,297,644,002.00
17
Download