Dian Saraswati Pengajar Universitas Negeri Gorontalo

advertisement
Pengaruh Lama Perendaman Ikan Tuna (Thunus albacares) dengan Air
Rebusan Daun Sirih (Piper betle) Terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri
Dian Saraswati
Pengajar Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variasi lama perendaman ikan
Tuna (Thunus albacares) dengan air rebusan daun sirih dapat mempengaruhi
pertumbuhan koloni bakteri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak Lengkap (RAL)
dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan dengan variasi waktu rendaman 10 menit, 20
menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit, dan tanpa direndam dengan air rebusan
daun sirih. Analisis data menggunakan analisis varian rancangan acak kelompok
untuk menguji hipotesis digunakan uji F dan dilanjutkan dengan uji beda nyata
terkecil. Hasil penelitian menunjukan bahwa lama perendaman Ikan Tuna
dengan air rebusan daun sirih mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan
koloni bakteri hipotesis diterima. Hasil uji BNT menunjukan bahwa pertumbuhan
koloni bakteri terkecil yang berbeda nyata terdapat pada perlakuan D dengan
demikian hipotesi kedua diterima.
Kata kunci : lama perendaman, ikan tuna, daun sirih, bakteri
ABSTRACT
This research aim to know the effet of various duration of tuna fish (Thunus
albacares) submersion by piper leaf stew to the amount of bacteria colonies. It
have been done as an experimental and completely randomize design research
with 6 treatments and 4 replications. Various of time submersion are 10, 20, 30,
40 and 50 minutes with one group without submersion treatment as a control
group. F test is allowed as a data analyzes and continuing with least significant
different (LSD) test. The result show that there is the effect of various time of
submersion of tuna fish by piper leaf stew to the amount of bacteria colonies, first
hypothetic is accepted. Furthermore, the result of LSD test show that the
treatment by 30 minute submersion give the significantly difference and lowest
number of bacteria colony, second hypothetic is accepted .
Key words: duration, tuna fish, piper leaf, bactery
PENDAHULUAN
Sirih merupakan tanaman yang sudah dikenal secara luas di masyarakat
dan sering digunakan untuk berbagai keperluan, baik untuk upacara adat,
kesehatan maupun kecantikan. Secara tradisional sirih banyak digunakan untuk
obat-obatan, misalnya untuk obat batuk, obat sakit gigi dan obat untuk
mengeringkan luka. Dari berbagai penggunaan tersebut, terdapat gambaran
bahwa sirih mempunyai sifat sebagai antimikroba. Sirih merupakan tumbuhan
obat yang sangat besar manfaatnya. Sirih mengandung zat anti septik pada
seluruh bagiannya. Khasiat daun sirih sudah banyak dikenal dan telah teruji.
Sampai saat ini, penelitian tentang tanaman ini masih terus dikembangkan.
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 2 September 2015
Menurut Moeljanto dkk (2003) bahwa “Pada tanaman sirih terdapat
kandungan minyak yang disebut minyak atsiri”. Kandungan minyak atsiri terdiri
atas kavikol dan betlephenol, juga terdapat kandungan tanin yang bermanfaat
untuk mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati dan
mencegah diare. Daun sirih memiliki kemampuan antiseptik, antioksidasi dan
fungsida. Minyak atsiri dan ekstraknya mampu melawan beberapa bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif. Salah satu jenis bakteri gram negatif adalah
bakteri Pseudomonas. Bakteri ini sering mengkontaminasi ikan sehingga
menyebabkan kerusakan atau pembusukan pada ikan.
Ikan merupakan bahan makanan yang dibutuhkan sebagai sumber
energi, juga mengandung protein yang tinggi. Ikan tuna merupakan salah satu
jenis ikan yang kandungan proteinnya tinggi, selain kandungan protein yang
tinggi ikan tuna memiliki kandungan lemak, vitamin dan mineral. Ikan tuna
memiliki kandungan asam amino bebas histidin yang tinggi, jika tidak ditangani
dengan tepat maka histidin dalam daging tuna akan diubah oleh bakteri menjadi
senyawa toksik yang disebut histamin. Dalam jumlah tertentu, senyawa histamin
dalam daging tuna akan mengakibatkan keracunan scombroid yang pada
manusia menyebabkan semacam alergi ditandai dengan pusing-pusing, mual,
muntah-muntah dan bibir bengkak.
Berdasarkan kandungan gizinya yang tinggi maka ikan tuna mempunyai
potensi untuk mengalami pembusukan. Menurut Junianto (2003) bahwa
”Perubahan atau pembusukan pada ikan tuna, karena adanya aktivitas bakteri”.
Ikan tuna yang telah terkontaminasi oleh bakteri akan mengalami penguraian
menjadi busuk bahkan menjadi beracun. Dari segi mikrobiologi pengetahuan
tentang jumlah dan jenis bakteri tertentu dalam bahan makanan sangat penting
dalam usaha menghindari keracunan yang berasal dari bahan makanan.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tahun 1992 untuk batas cemaran
mikroba pada ikan segar adalah 5 X 105 koloni/gram (Direktorat Jenderal
Pendidikan: 1992).
Sehubungan dengan akibat yang merugikan dari bakteri ini maka
diperlukan
adanya
suatu
bentuk
pengendalian
pertumbuhan
bakteri.
Pengendalian adalah segala kegiatan yang dapat menghambat pertumbuhan,
membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme.. Salah satu cara untuk
menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan adalah dengan menggunakan
bahan yang sifatnya menghambat seperti daun sirih. Hal ini tak terlepas dari
1207
Pengaruh Lama Perendaman Ikan Tuna (Thunus albacares) dengan Air Rebusan Daun
Sirih (Piper betle) Terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri Dian Saraswati
kandungan kimia yang terdapat pada daun sirih. Menurut Moeljanto (2003)
bahwa ”pada daun sirih mengandung minyak atsiri diantaranya terbesar adalah
kavikol dan betlephenol yang memiliki daya antibakteri yang kuat”.Kandungan
kavikol dan betlephenol inilah yang mampu menghambat bakteri pada ikan tuna,
bakteri yang terdapat pada ikan tuna adalah Pseudomonas, Bacillus, Vibrio,
Alcaligenes, Serratia, Moraxella, Micrococcus, Acetobacter, dan Flavobacterium.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 kelompok.
Jumlah kelompok ini diperoleh dari rumus sebagai berikut :
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
(Hanafiah, 2003 : 15)
Dimana
t = Jumlah Perlakuan
r = Jumlah Kelompok
Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : Perlakuan A: Ikan tuna yang tanpa
direndam dengan air rebusan daun sirih. Perlakuan B: Ikan tuna yang direndam
dengan air rebusan daun sirih selama 10 menit. Perlakuan C: Ikan tuna yang
direndam dengan air rebusan daun sirih selama 20 menit. Perlakuan D: Ikan
tuna yang direndam dengan air rebusan daun sirih selama 30 menit. Perlakuan
E: Ikan tuna yang direndam dengan air rebusan daun sirih selama 40 menit.
Perlakuan F: Ikan tuna yang direndam dengan air rebusan daun sirih selama 50
menit.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu lamanya waktu
perendaman ikan dan variabel terikat adalah pertumbuhan bakteri. Alat-alat yg
digunakan adalah autloclave, beaker gelas, cawan petri, erlenmeyer, tabung
reaksi, timbangan digital, pinset, oven, dispo, pisau, inkubator, masker, mortir,
hot plate, kompor gas, pipet, colony counter, laminar air flow, vortex, batang
pengaduk, spatula. Sedangkan bahannya adalah daun sirih, ikan tuna, aquades,
alkohol 70%, NA (Nutrient Agar), larutan garam, fisiologis (NaCL 0,9%).
ANALISIS DATA
Untuk menganalisis data, penulis menggunakan model analisis varian
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan rumus :
Setelah
harga-harga
diperoleh,
kemudian
menganalisis
pengaruh
perlakuan untuk RAL yang dilakukan menurut uji F. Untuk pengujian hipotesis
1208
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 2 September 2015
pertama digunakan teknik
statistik uji F. Harga Fhitung tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan nilai teoritis dalam tabel berdistribusi F dengan dk
pembilang V1 (K-1) dk penyebut V2 = ∑(n1-1) dengan taraf signifikan α = 0,05.
Jika harga F di atas lebih besar dari Fa (V1.V2) dengan α merupakan taraf
signifikan, maka hipotesis H0 akan ditolak.
Selanjutnya untuk melihat efek setiap perlakuan digunakan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk keperluan analisis, data yang dianalisis adalah rata-rata jumlah
koloni bakteri pada ikan tuna yang direndam dengan air rebusan daun sirih
dengan waktu rendaman yang berbeda yaitu tanpa perendaman, 10 menit, 20
menit, 30 menit, 40 menit dan 50 menit.
Pertumbuhan bakteri pada ikan tuna yang direndam dengan air rebusan
daun sirih pada waktu rendaman yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Rata-rata jumlah koloni bakteri pada ikan tuna ang
menggunakan Air rebusan daun sirih (x 104 CFU / gram)
Kelompok/
Ulangan
1
2
3
4
Jumlah
Rata-Rata
A
0,78
1,7
1,4
0,58
4,46
1,115
B
1,2
0,78
9,5
1,8
13,28
3,32
Perlakuan
C
D
0,82
1,7
1,4
0,06
0,062
0,048
0,5
0,059
2,782
1,867
0,6955
0,46675
E
0,048
0,047
0,038
0,042
0,175
0,04375
F
0,035
0,036
0,030
0,034
0,135
0,03375
Berdasarkan Tabel 1 di atas diperoleh rata-rata jumlah bakteri dari 6
perlakuan yang dilakukan terhadap ikan tuna. Pada perlakuan (A) yang tanpa
direndam dengan air rebusan daun sirih dari ulangan pertama sampai ulangan ke
empat rata-rata jumlah koloni bakterinya adalah 1,115 x 104 CFU / gram. Pada
perlakuan (B) yang direndam selama 10 menit rata-rata jumlah bakterinya adalah
3,32 x 104 CFU / gram, pada perlakuan (C) yang direndam selama 20 menit ratarata jumlah bakterinya adalah 6,955 x 103 CFU / gram, pada perlakuan (D) yang
direndam selama 30 menit rata-rata jumlah bakterinya adalah 4,6675 x 103 CFU /
gram. Pada perlakuan (E) yang direndam selama 40 menit rata-rata jumlah
bakterinya 4,375 x 102 CFU / gram, pada perlakuan (F) yang direndam selama
50 menit rata-rata jumlah bakterinya 3,375 x 102 CFU / gram. Berdasarkan ratarata keadaan jumlah bakteri pada ikan tuna selama pengamatan ternyata lama
1209
Pengaruh Lama Perendaman Ikan Tuna (Thunus albacares) dengan Air Rebusan Daun
Sirih (Piper betle) Terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri Dian Saraswati
perendaman air rebusan daun sirih dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri pada ikan tuna.
Berdasarkan analisis Anava maka diperoleh nilai Fhitung = 5,74726234.
harga Fhitung ini lebih besar bila dibandingkan dengan Ftabel pada taraf signifikan 
= 0.05 dengan derajat bebas pembilang (V1) = 5 dan derajat luas penyebut (V2) =
15 atau Fo = 0,05 (5,15) = 2,90, dengan demikian terbukti bahwa Fhitung > Ftabel.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lama perendaman Ikan Tuna
dengan air rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan koloni bakteri.
Untuk
menjawab
hipotesis
kedua
yang
berbunyi
terdapat
lama
perendaman Ikan Tuna dengan air rebusan daun sirih yang paling menghambat
pertumbuhan koloni bakteri, maka dilihat efek dari setiap perlakuan dengan uji
beda nyata terkecil (BNT).
Nilai BNT yang diperoleh dibandingkan dengan selisih dari rata-rata
jumlah bakteri setiap perlakuan. Apabila selisih setiap perlakuan lebih besar dari
nilai BNT berarti terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Untuk jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis Uji BNT
Perlakuan
Rata-Rata
BNT 0,05 = 2,02445
A
B
C
D
E
F
4,46
13,28
2,782
1,867
0,175
0,135
a
b
a
c
c
c
Dengan melihat Tabel 3, maka perbandingan antara perlakuan dapat
diketahui berbeda atau tidak. Untuk notasi yang hurufnya sama berarti tidak
terdapat perbedaan yang nyata. Perlakuan A, B dan C berbeda nyata dengan
perlakuan D, E, F untuk perlakuan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan E
dan F, untuk perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan A dan C, untuk
perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan C.
Berdasarkan data hasil penelitian yang diuji secara statistik ternyata lama
perendaman air rebusan daun sirih berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri
pada (B) yang direndam selama 10 menit jumlah bakterinya terlihat lebih tinggi
jika dibandingkan dengan jumlah bakteri pada perlakuan A, C, D, E dan F.
1210
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 2 September 2015
Jumlah bakteri pada perlakuan A (tanpa direndam dengan air rebusan
daun sirih) adalah 4,46 x 10
4
CFU/gr, untuk perlakuan B (direndam dengan air
rebusan daun sirih selama 10 menit) adalah 13,28 x 10
4
CFU/gr, untuk
perlakuan C (direndam dengan air rebusan daun sirih selama 20 menit) adalah
2,782 x 10
4
CFU/gr, untuk perlakuan D (direndam dengan air rebusan daun
sirih selama 30 menit) adalah 1,867 x 10 4 CFU/gr, untuk perlakuan E (direndam
dengan air rebusan daun sirih selama 40 menit) adalah 0,175 x 103 CFU/gr,
untuk perlakuan F (direndam dengan air rebusan daun sirih selama 50 menit)
adalah 0,135 x 103 CFU/gr.
Setelah dianalisis secara statistik untuk analisis varians (ANAVA)
diperoleh harga Fhitung = 5,747, nilai ini lebih besar dibandingkan dengan Ftabel
pada taraf nyata atau kepercayaan  = 0,05 dengan derajat bebas pembilang
(V1) = 5 dan derajat bebas penyebut (V2) – 15 atau Fo0,05 (5,15) = 2,90. Maka
Fhitung > Ftabel atau 5,747 > 2,90 sehingga hipotesis diterima. Sedangkan hasil uji
BNT menunjukkan bahwa perbedaan lama perendaman Ikan Tuna dengan air
rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan koloni bakteri, pada perlakuan A, B
dan C berbeda nyata dengan perlakuan D, E dan F, untuk perlakuan D tidak
berbeda nyata dengan perlakuan E dan F, untuk perlakuan B berbeda nyata
dengan perlakuan A dan C, untuk perlakuan A tidak berbeda nyata dengan
perlakuan C karena pada perlakuan A tidak direndam dengan air rebusan daun
sirih.
Pada perlakuan (A) tanpa direndam dengan air rebusan daun sirih,
pertumbuhan bakteri sudah mulai terlihat hal ini disebabkan oleh adanya
penanganan ikan yang kurang baik dan benar pada saat penangkapan maupun
setelah penangkapan ikan, seperti yang dikemukakan oleh Junianto (2003)
bahwa ”Ikan tuna dalam keadaan segar mudah sekali rusak atau busuk apabila
tidak di tangani dengan baik pada saat penangkapan”.
Pada perlakuan (B) direndam dengan air rebusan daun sirih selama 10
menit jumlah bakterinya semakin tinggi bila dibandingkan dengan jumlah bakteri
pada perlakuan A, karena bakteri masih mempunyai peluang untuk tumbuh
dengan mengikuti fase pertumbuhan bakteri yakni fase log atau fase
eksponensial, pada fase ini sel berada dalam keadaan pertumbuhan yang
seimbang dan sel membelah dengan kecepatan konstan yang ditentukan oleh
sifat intrinsik bakteri dan kondisi lingkungan. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Waluyo (2004) bahwa ”Fase log (eksperimen) dipengaruhi oleh adanya
1211
Pengaruh Lama Perendaman Ikan Tuna (Thunus albacares) dengan Air Rebusan Daun
Sirih (Piper betle) Terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri Dian Saraswati
kandungan nutrien dalam median dan energi yang dibutuhkan oleh bakteri masih
dalam jumlah yang banyak, sehingga dapat mempercepat pembelahan sel”.
Untuk
perlakuan (C) menunjukan bahwa lama perendaman 20 menit
menyebabkan jumlah koloni bakterinya menurun bahkan pada perlakuan D,E
dan F jumlah bakterinya semakin sedikit ini dikarenakan pertumbuhan bakteri
tersebut sedang mengalami fase statis dan kematian, pada fase statis sel tetap
membelah meskipun zak nutrisi sudah mulai habis, dan fase kematian
disebabkan nutrien didalam medium serta energi cadangan didalam sel sudah
habis.
Daun sirih mempunyai sifat antibakteri, yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada ikan tuna, hal ini disebabkan adanya senyawasenyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Moeljanto (2003) bahwa ”Sepertiga dari minyak atsiri terdiri dari phenol”. Phenol
dapat menyebabkan lisis pada sel, seperti yang dikemukakan oleh Yanti (2000)
bahwa ”Adanya senyawa Phenol dalam suatu bahan dapat menyebabkan lisis
pada sel sehingga mengakibatkan kebocoran metabolit esensial yang dibutuhkan
oleh mikroba, sehingga phenol di dalam sel akan merusak sistem kerja sel”.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pada waktu perendaman 50 menit
menunjukan pertumbuhan bakteri menurun, jadi lama perendaman Ikan Tuna
dengan air rebusan daun sirih dapat mempengaruhi pertumbuhan koloni bakteri,
hal ini bisa terlihat pada jumlah bakteri yang diperoleh masih di bawah batas
ambang cemaran bakteri pada ikan, sebagaimana yang tercantum dalam (SNI
No : 01-276-1992) bahwa ”Batas maksimum cemaran mikroba
pada
ikan
5
yang masih diperbolehkan untuk dikonsumsi adalah 5 x 10 CFU/gr”.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian penulis dapat menyimpukan yaitu dari analisis
statistik menunjukkan lama perendaman Ikan Tuna dengan air rebusan daun
sirih berpengaruh terhadap pertumbuhan koloni bakteri, dengan demikian
hipotesis diterima, dimana diperoleh Fhitung = 5,747. nilai ini lebih besar dari Ftabel
dengan dengan derajat bebas pembilang (V1) = 5 dan derajat bebas penyebut
(V2) = 15 atau Fo0,05 (5,15) = 2,90. Hasil uji BNT menunjukan bahwa
pertumbuhan koloni bakteri terkecil yang berbeda nyata terdapat pada perlakuan
D dengan demikian hipotesi kedua diterima.
1212
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 2 September 2015
Dengan adanya kandungan kimia dari daun sirih maka disarankan pada
masyarakat untuk menggunakan air rebusan daun sirih pada pengawetan ikan
dan perlu dilakukan penelitian yang sama dengan memberi perlakuan dengan
cara penyimpanan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Sirih Online. http/www.mahkotadewa.com. (1 Maret 2007)
Afriyanto, Liviawaty. 2006. Pengawetan dan Pengolaan Ikan Yogyakarta:
Kanisus.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Kandungan Gizi Ikan Tuna. Online.
http: www.Sportsfish.Com
Direktorat Jendral Pendidikan. 1992. Standar Nasional Indonesia. Jakarta: Balai
Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan.
Junianto. 2003. Teknik Penangan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Comman Text Book (edisi revisi). Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Moeljanto dan Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih. Bandung:
Agromedia Pustaka.
2002. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito
Triarsari, D. 2005. Daun Sirih Mengobati Mimisan Sampai Keputihan.
http/www.Depkes.com
Wikipedia. 2005. Sirih. Online.http/www.mahkotadewa.com
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Pres
Yanti, Rini. 2000. Indentifikasi Komponen Ekstarak Sirih (Piper Betle 2)Dari
Beberapa Pelarut dan Pemanfaatan untuk Pengawetan Ikan.
Yogyakarta: Agrosains
1213
Download