Peningkatan Hasil Belajar Matematika Kelas 5 Menggunakan Model

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
Tujuan utama dari kegiatan belajar adalah hasil belajar. Kegiatan belajar dan
hasil belajar mempunyai hubungan yang erat yang tak terpisahkan. Hasil belajar
diperoleh setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Beberapa ahli mempunyai
pandangan yang berbeda mengenai pengertian hasil belajar tetapi mempunyai inti
yang sama. Menurut Purwanto (2009:46) “hasil belajar adalah pencapaian tujuan
pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar”. Hasil belajar
merupakan komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan,
karena hasil belajar di ukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui
proses belajar mengajar.
Menurut Sudjana (Iskandar, 2012:128) “hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun
secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan”. Sedangkan
menurut iskandar (2012: 128) “hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti suatu materi tertentu dari data kuantitatif maupun kualitatif”. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (Setyaningsih, 2011:19) “hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan
pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari dari sisi guru hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (Setyaningsih, 2011:19)
secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni: (a) Ranah kognitif,
berkenaan dengan hasil belajar intelektual. (b) Ranah afektif, berkenaan
dengan sikap. (c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.
7
8
Hasil belajar banyak di pengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Abu Ahmadi
(Saminanto 2010:101) faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a. Faktor-faktor stimulasi belajar.
Segala sesuatu di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan
reaksi atau perbuatan belajar, antara lain: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan
bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringanya tugas, suasana
lingkungan eksternal.
b. Faktor-faktor metode belajar
Metode belajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar.
Faktor-faktor metode belajar antara lain: kegiatan berlatih atau praktek, over
learning dan driil, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan alat
indra, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif.
c. Faktor-faktor individual
Faktor-faktor individual meliputi: kematangan, fakor usia kronologis, perbedaan
jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi jasmaniah
jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi.
Dari berbagai pandapat ahli di atas tentang hasil belajar dapat disimpulkan hasil
belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar di kelas yang telah diikuti siswa
dalam menerima materi pelajaran matematika dalam kompetensi yang berupa aspek
kognitif yang dinyatakan dengan skor.
2.1.2
Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di Sekolah
Dasar. Seorang guru apabila ingin mengajarkan matematika terlebih dahulu harus
memahami konsep-konsep yang akan diajarkan. Matematika lebih menekankan pada
dunia penalaran karena terbentuk dari pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran. Belajar matematika di Sekolah Dasar merupakan
awal peserta didik untuk belajar, maka dari itu diperlukan penguasaan matematika
yang kuat sejak dini untuk menjadi dasar serta pengembangan kemampuan berpikir
9
sistematis, kritis, analitis, logis, dan kreatif serta menumbuhkan kemampuan bekerja
sama. Selain itu
memperoleh,
serta
diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk mengelola,
memanfaatkan
informasi
untuk
dapat
bertahan
dan
mengembangkan dinamika kehidupan yang kompetitif untuk semua bidang.
“Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi,
alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan
intuisi, analisis dan kontruksi, generalisasi dan individualitas, serta mempunyai
cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis” (Kusumah
Wijaya, Dwitagama Dedi. 2012:214).
Menurut H.W. Fowler (Saminanto,2010:96) “Matematika adalah ilmu yang
mempelajari bilangan dan ruang yang bersifat abstrak". Sumardyono (2004:28)
secara umum mendefinisikan matematika sebagai berikut:
1) Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu
bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas
beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif,
dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan
corolly/sifat).
2) Matematika sebagai alat (tool).
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3) Matematika sebagai pola pikir deduktif.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya
suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya
apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena
beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih
10
(valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika
yang sistematis.
5) Matematika sebagai bahasa artifisial.
Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa
matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti
bila dikenakan pada suatu konteks.
6) Matematika
sebagai
seni
yang
kreatif.
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang
kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni,
khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Dari berbagai pendapat para ahli tentang pengertian matematika di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaran di Sekolah
Dasar yang berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari, dimana siswa diharapkan
dapat berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2.1.3 Pembelajaran Matematika di SD
Menurut Suyitno dalam Saminanto (2010:91) ”pembelajaran matematika adalah
upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat,
bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal
antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa”. ”Agar tujuan pengajaran
dapat tercapai guru harus dapat mengorganisir semua komponen sedemikian rupa
sehingga antara komponen satu dengan yang lainya dapat berinteraksi secara
harmonis” (Suhito, 2000:11). Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah
pemanfaatan berbagai macam setrategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan
fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran, sehingga dituntut
kemampuan guru untuk memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan
materi atau bahan ajar.
11
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (Saminanto, 2010:92) menyatakan:
Potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dan dan di dalam proses
belajar matematika siswa dituntut untuk mampu:
a. Melakukan penelusuran pola dan hubungan.
b. Mengembangkan kreatifitas dan imajinasi, intuisi dan penemuanya.
c. Melakukan kegiatan pemecahan masalah.
d. Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain.
Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkanya proses belajar
matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun
pengetahuan dari apa yang diketahui oleh siswa, menciptakan suasana kelas yang
mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan
kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa.
Selain itu dalam mempelajari matematika siswa memerlukan konteks dan
situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru untuk:
a. Menyediakan atau menggunakan alat peraga atau media pembelajaran yang
menarik perhatian siswa.
b. Memberikakan kesempatan belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan
c. Memberikan kesempatan mengunakan matematika untuk bebrbagai keperluan
d. Mengembangkan
sikap
menggunakan
matematika
untuk
memecahkan
matematika baik di sekolah maupun di rumah.
e. Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam mengembangkan
matematika.
f. Membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model Numberd Heads Together
(NHT) dan media pembelajaran, karena dengan menggunakan model NHT dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan saat KBM berlangsung, sehingga akan
menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan media dalam
pembelajaran matematika juga akan menunjang KBM, karena dengan menggunakan
12
media pembelajaran siswa lebih mudah memahami materi matematika yang sedang
dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
merupakan suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan
siswa untuk membangun pengetahuan matematika dengan caranya sendiri yang
membutuhkan suasana yang medukung saat belajar. Dalam kegiatan tersebut guru
berperan sebagai fasilitator dan mediator. Sebagai fasilitator guru menyediakan
berbagai sarana pembelajaran yang memudahkan siswa membangun pengetahuan
matematikanya sendiri. Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam interaksi
antar siswa atau antara siswa dengan ide matematika dan menghindari pemberian
pendapatnya sendiri ketika siswa lain sedang mengemukakan pendapat. Penggunaan
media dan model pembelajaran yang sesuai akan mendukung keberhasilan dalam
KBM matematika.
2.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika
Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran kemampuan minimal yang
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan
mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang
diajarkan. Kompetensi Dasar (KD) merupakan penjabaran SK yang cakupan
materinya lebih sempit dibanding dengan SK. Secara rinci SK dan KD mata pelajaran
matematika kelas 5 disajikan dalam tabel 2.1 .
13
Tabel 2.1
SK dan KD mata pelajaran matematika kelas 5 semester II
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
5. Menggunakan
5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan
pecahan dalam
desimal serta sebaliknya
pemecahan masalah 5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai
bentuk pecahan
5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk
pecahan
5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala
6. Memahami sifatsifat bangun dan
hubungan antar
bangun
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun
ruang sederhana
6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan
simetri
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan bangun datar dan bangun ruang
sederhana
2.1.5 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan
siswa dapat belajar bersama dengan bertanggung jawab pada diri sendiri maupun
pada kelompk dengan berinteraksi secara langsung serta mempunyai peluang sukses
bersama.
Menurut Saminanto (2012:30) ”model pembelajaran memiliki ragam yang
banyak, namun tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan pada setiap materi,
sehingga diperlukan cara untuk memilihnya agar sesuai dengan
tujuan
14
pembelajaran”. Pemilihan model pembelajaran yang diterapkan perlu disesuaikan
dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi dan kondisi tempat
pembelajaran berlangsung, oleh karena itu diperlukan kreatifitas guru dalam memilih
model pembelajaran atau menggabungkan model pembelajaran yang ada, sehingga
pembelajaran dapat berjalan menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Beberapa faktor yang mempengaruhi model pembelajaran ialah:
1. Tujuan pembelajaran
2. Peserta didik
3. Guru
4. Fasilitas
5. Situasi
Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor merupakan salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan mengajar di kelas agar tujuan
pembelajaran tercapai. Menurut Anita Lie (2002:14) “kepala bernomor pertama kali
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992”. Model pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat. Model ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama dan melatih siswa berbicara di depan orang.
2.1.6 Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads
Together
2.1.6.1 Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala
Bernomor) menurut Hamdani (2010:85) adalah sebagai berikut:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sunguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
2.1.6.2 Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala
Bernomor) menurut Hamdani (2010:85) adalah sebagai berikut:
1. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.
15
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
2.1.7 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT menurut Spencer Kagan dalam
Saminanto (2010:35-36):
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakanya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabanya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomer yang lain.
6) Kesimpulan.
2.1.8 Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upayaupaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.
Diharapkan para guru mampu menggunakan media pembelajaran yang dapat
mendukung PBM. Menurut Suyitno (Saminanto, 2010:96) “untuk menunjang
pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu
media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa”.
Menurut Darhim (Saminanto, 2010:96) nilai dan fungsi khusus media pembelajaran
matematika antara lain:
1) Untuk menghindari atau mengurangi terjadi salah komunikasi.
2) Untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa.
3) Untuk membuat konsep matematika yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk
konkret sehingga lebih dapat dipahami, dimengerti dan disajikan sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.
16
Menurut Hamdani (2008:244-245) secara garis besar media pembelajaran
terbagi atas:
1) Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar atau yang memiliki unsur
suara, seperti radio dan rekaman suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dan tidak mengandung unsur
suara, seperti gambar, lukisan, foto dan sebagainya.
3) Media audio visual, yaitu media yang mengandung unsur suara dan juga gambar
yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film, dan sebagainya.
4) Orang (people) yaitu orang yang menyimpan informasi. Pada dasarnya setiap
orang berperan sebagai sumber belajar. Pada umumnya dapat dibagai 2 yaitu
orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar dan orang yang memiliki
profesi.
5) Bahan (materials) yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan
pembelajaran, seperti buku paket, alat peraga, transparansi, film, slide dan
sebagainya.
6) Alat (device), yaitu benda-benda yang berbentuk fisik yang sering dengan
perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan bahan pembelajaran, misalnya
computer, radio, televisi, VCD,DVD dan sebagainya
7) Teknik (technic), yaitu cara atau prosedur yang digunakan orang dalam
memberikan pembelajaran untuk mencai tujuan pembelajaran, seperti ceramah,
diskusi, stimulasi, permainan dan sejenisnya.
8) Latar (setting), yaitu lingkungan yang berasal dari sekolah maupun di luar
sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak, seperti ruangkelas,
studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, took, museum, kantor dan
sebagainya.
Agar penggunaan media dapat efektif ada beberapa kreteria yang perlu
diperhatikan (Arsyad azhar, 2007):
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
17
2) Tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip dan
generalisasi.
3) Praktis, luwes dan bertahan.
4) Guru terampil menggunakanya.
5) Pengelompokan sasaran.
6) Mutu teknis.
Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah alat peraga bangun datar dan
bangun ruang.
2.2
Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Berti Muryan Susanto tahun 2011 Universitas
Kristen Satya Wacana yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Dengan
Pembelajaran Kooperatif NHT Dan Pemanfaatan Media Gambar Pada siswa kelas V
Semester II SDN Sumogawe 3 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun
pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan NHT dan
pemanfaatan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu nilai
sebelum tindakan menunjukan dari 27 siswa hanya 10 siswa yang tuntas (37%) dan
17 siswa belum tuntas (63%). Setelah tindakan yang dilakukan dapat dilihat hasil
belajar pada siklus I meningkat, dari 27 siswa hanya 17 siswa tuntas (63%) dan 10
siswa belum tuntas (27%). Hasil belajar pada siklus II pun meningkat, dari 27 siswa
24 siswa yang tuntas (89%) dan 3 siswa yang belum tuntas (11%).
Penelitian yang dilakukan oleh Farida Yeni tahun 2011 Universitas Negeri
Malang yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model NHT
(Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SDN I Wajakkidul Kabupaten
Tulunggung. Berdasarkan hasil penelitian, persentase nilai kemampuan guru dalam
menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) pada siklus I adalah 83,35%,
sedangkan pada siklus II 90,75%. Pada siklus I nilai rata-rata kegiatan siswa adalah
75,9 dan pada siklus II adalah 88. Hasil belajar siswa dari tahap pra tindakan hingga
pelaksanaan siklus II telah meningkat. Pada tahap pra tindakan ketuntasan hasil
18
belajar siswa adalah 35,3%. Untuk pembelajaran siklus I hasil belajar siswa dalam
pembelajaran siklus I yang dilakukan peneliti, ketuntasan belajar siswa adalah 70,6%.
Pada pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dari pra tindakan. Pada
pembelajaran siklus II, ketuntasan belajar siswa adalah 94,1%. Pada pembelajaran
siklus II mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 23,5%. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah penerapan model NHT (Numberred Heads Together) pada
pembelajaran matematika materi bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SDN I Wajakkidul Kabupaten Tulungagung. Untuk itu guru hendaknya
menerapkan model yang tepat untuk pembelajaran matematika seperti model NHT
(Numberred Heads Together) untuk materi lainnya agar hasil belajar siswa bisa terus
meningkat dengan baik.
2.3
Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Salah satu hal yang harus diperhatikan guru untuk meningkatkan hasil
belajar siswa matematika adalah dari faktor model pembelajaran dengan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru juga harus melihat
kondisi siswa, karena setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru di kelas,
ada siswa yang mempunyai daya tangap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai
daya tanggap yang lama.
Penelitian ini mengarah pada pembelajaran matematika. Pada awalnya guru
hanya mengajar dengan cara konvesional (ceramah) dan tidak memanfaatkan media
yang ada, maka akibat yang terjadi adalah hasil belajar siswa masih rendah.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan media pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan
menggunakan
model pembelajaran NHT dan media pembelajaran, yaitu membagi siswa dalam
beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai
19
tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pandai, sedang, dan ada pula yang
tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok diberikan
tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya
menggunakan media yang sudah disediakan dan diberikan kebebasan mengeluarkan
pendapat tanpa merasa takut salah.
Dalam pembelajaran menggunakan model NHT dan media pembelajaran tidak
akan tampak lagi siswa yang unggul dan tidak unggul karena semuanya berbaur
dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompoknya
tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas
5 SDN Tukang 02 guru perlu menerapkan model pembelajaran NHT dan media
pembelajaran dalam mengajarkan pokok bahasan matematika. Diharapkan dengan
model pembelajaran NHT dan media pembelajaran setiap siswa akan mempunyai
tingkat kemampuan yang relatif sama sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa
akan lebih baik. Skema kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.
20
Pembelajaran Matematika
KD: 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Pembelajaran Konvensional
Terpusat pada Guru dan menggunakan
metode ceramah
Siswa menjadi jenuh, tidak memperhatikan
guru dan bosan mengikuti pembelajaran
Tes Formatif
Hasil Belajar < KKM
Pembelajaran Matematika
KD: 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
Model Pembelajaran NHT dan media bangun datar dan ruang dari kertas karton.
Rubrik pembentukan kelompok
Membentuk kelompok
Penomoran
Rubrik penomoran
Mendiskusikan sifat-sifat yang dimiliki bangun datar
dan bangun ruang menggunakan media bangun datar
dan ruang dari kertas karton.
Rubrik penilaian
diskusi
Mempresentasikan sifat-sifat bangun datar dan ruang di
depan kelas.
Rubrik presentasi sifat-sifat bangun datar
dan ruang.
Memberikan tanggapan presentasi sifat-sifat bangun
datar dan ruang
Rubrik tanggapan presentasi sifatsifat bangun datar dan ruang.
Membuat kesimpulan sifat-sifat bangun datar dan ruang
Tes Formatif
Rubrik penilaian kesimpulan
sifat-sifat bangun datar dan
ruang
Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Proses Belajar
Hasil Belajar ≥ KKM
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pikir Pembelajaran Matematika Model Pembelajaran NHT
dan Media Pembelajaran
21
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut : penggunaan model pembelajaran Numbered Heads
Together dan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas 5 SDN Tukang 02 kabupaten Semarang.
Download