1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan alam yang biasa disingkat IPA atau sering disebut juga
dengan sains merupakan salah satu pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia termasuk pada jenjang sekolah dasar. Susanto (2012:170) menyatakan
“pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip”.
Proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep
IPA. Pembelajaran IPA di sekolah dasar dengan menggali pengetahuan sendiri
melalui pengalaman langsung, pengamatan, diskusi dan penyelidikan sederhana.
Pembelajaran yang demikian akan menumbuhkan sikap ilmiah siswa sehingga
mampu berpikir kritis mulai dari perumusan masalah hingga penarikan kesimpulan
melalui pembelajaran IPA.
Whiterington dalam Marno (2008:37), kegiatan mengajar pada hakikatnya
adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kegiatan belajar
siswa. Proses pembelajaran oleh guru menghadirkan proses belajar siswa yang
berwujud pada perubahan tingkah laku, adapun perubahan keterampilan, kebiasaan,
sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi sehingga peran guru bukan hanya
sebagai pengajar melainkan sebagai pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Guru
harus mempunyai cara atau strategi dalam memilih model pembelajaran yang tepat,
karena dengan penggunaan model yang tepat akan memaksimalkan proses dan hasil
belajar.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri 2
Pucungkerep Wonosobo tahun ajaran 2015/2016, diketahui jumlah siswa di kelas 5
ada 22 siswa dengan hasil nilai ulangan pada awal semester II mata pelajaran IPA
sebanyak 10 siswa atau 45,45% yang memenuhi KKM dan sisanya 12 siswa atau
1
2
54,55% masih di bawah KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Siswa masih
menganggap materi sulit dan proses pembelajaran yang monoton disamping itu dalam
mengajar guru masih menggunakan metode konvensional sehingga siswa menjadi
pasif, jarang ada interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa. Selesai
pembelajaran guru bertanya sebagian siswa menjawab paham akan tetapi pada hasil
akhir evaluasi yang diperoleh banyak sebagian diantara mereka mendapat nilai yang
masih dibawah KKM.
Berdasarkan penjelasan tersebut untuk merubah proses pembelajaran yang
menarik bagi siswa dengan harapan siswa akan lebih aktif dan dapat memahami
konsep materi pembelajaran yang disampaikan bisa dilakukan dengan menerapkan
kegiatan belajar kelompok. Kegiatan belajar kelompok yang dilakukan dalam
prosesnya tidak hanya sekedar untuk menyelesaikan tugas saja sedangkan aktivitas,
kerjasama dan tanggung jawab setiap anggotanya tidak tercapai secara optimal oleh
karena itu, dibutuhkan variasi model pembelajaran yang menarik atau menyenangkan
dengan membuat kelompok-kelompok kecil yang diharapkan berdiskusi, bertanya
dan bekerjasama dengan siswa lainnya mengenai suatu persoalan materi
pembelajaran yaitu Numbered Heads Together (NHT) atau Kepala Bernomor
Struktur.
Kurniasih dan Sani (2015:29) mengemukakan “model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat dijadikan alternatif variasi
model pembelajaran dengan membentuk kelompok heterogen, setiap kelompok
beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor”, guru mengajukan
pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok dengan menunjuk salah satu
nomor untuk mewakili kelompok. Ciri khas model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dimana guru menunjuk seorang siswa untuk
mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya tersebut, cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini juga
merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual
dalam diskusi kelompok, membuat siswa berpikir bersama untuk menemukan
3
jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua
anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. Adapun model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) mempunyai
kelebihan dapat meningkatkan tanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan kritis.
Membandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggita Rizki Amalia
(2015) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Pembelajaran
Number Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas V SD N Ngajaran 02 kecamatan
Tuntang kabupaten Semarang semester II tahun ajar 2014/2015 yang menunjukan
adanya respon positif dari siswa. Hal ini ditunjukan hasil belajar yang diperoleh siswa
jauh lebih baik, siswa lebih aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Respon positif ini merupakan salah satu potensi untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti mencoba melakukan
penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas 5
SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti temukan penyebab
rendahnya nilai hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo,
dikarenakan:
a. Penyampaian materi pembelajaran masih menggunakan metode konvensional
sehingga proses pembelajaran menjadi monoton dan siswa menjadi pasif.
b. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang berani dalam menyatakan
pendapatnya.
c. Kegiatan belajar kelompok dalam proses pembelajaran belum optimal.
d. Nilai hasil ulangan harian siswa kelas 5 yang mendapat nilai di bawah KKM ada
12 siswa atau 54,55% dari 22 dengan nilai KKM di SD Negeri 2 Pucungkerep
Wonosobo yaitu 70.
4
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu: “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
5 di SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo Semester II tahun ajaran 2015/2016?”.
Tujuan Penelitian
1.4
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep
Wonosobo Semester II tahun ajaran 2015/2016.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang diharapkan
dapat memberikan manfaat teoritis serta praktis pada masyarakat, khususnya dibidang
pendidikan:
1.5.1
Manfaat Teoritis
Penelitian
diharapkan
memberi
sumbangan
bagi
perbaikan
praktik
pembelajaran IPA untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang peningkatan hasil
belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) sehingga dapat menambah wawasan yang dijadikan dasar bertindak bagi
pendidik.
1.5.2
Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
a. Melatih siswa lebih aktif dan tidak takut lagi untuk mengungkapkan pendapat
atau pertanyaan di kelas sesuai dengan pemahaman siswa.
5
b. Pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa mampu mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang didapatkannya di kelas.
c. Siswa menjadi tertarik dan tidak bosan dengan pembelajaran IPA, sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Bagi Guru
a. Memotivasi guru untuk menggunakan model pembelajaran yang manarik
dalam proses pembelajaran di kelas.
b. Membantu guru untuk menemukan model belajar baru yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Memberikan referensi tentang model pembelajaran yang bervariasi dalam
rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat
meningkat.
Download