BAB II

advertisement
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Jantung
1. Anatomi Jantung
Jantung manusia adalah suatu organ tubuh sebesar kepalan tangan,
yang berada pada rongga dada, dibelakang tulang dada bagian bawah dan
melebar ke kiri sampai dekat pada putting susu laki-laki, pada batas paling
kiri dan paling kanan bawah, terdapat apa yang dinamakan ujung jantung
dimana dapat diraba denyut jantung selama masih bekerja.
Jaringan yang tersusun menjadi jantung, terutama terdiri dari
jaringan otot yang dinamakan miokard atau otot jantung, yang
mendindingi empat rongga jantung yakni serambi kanan atau atrium kanan
dan kiri, serta bilik jantung atau ventrikel kanan dan kiri ke dalam
menghadap rongga jantung. Miokard dilapisi oleh selaput lain lagi yang
dinamakan epikard yang merupakan bagian dari perikor yang merupakan
suatu kantung pembungkus jantung. (Kartohoesodo)
2. Fungsi Jantung
Jantung merupakan organ pemompa darah yang besar untuk
memelihara peredaran darah ke seluruh tubuh, pada keadaan normal,
jumlah darah yang dipompa oleh jantung sesuai dengan jumlah darah yang
masuk kembali ke jantung. Peredaran darah ini penting untuk pengambilan
oksigen dan perluasan karbondioksida yang merupakan taksoid bagi tubuh
(Evelyn, 1997)
Otot jantung memompa darah yang masuk sewaktu diastol, keluar
dari ruang. Ruangannya melalui atau dengan cara berkontraksi dan
kontraksi diantarakan melalui setiap serabut otot jantung secara halus
sekali yang sangat jelas dalam berkas his. Otot jantung memiliki juga
kekuatan untuk berkontraksi ritmik secara otomatik dengan tidak
tergantung pada rangsangan saraf (Evelyn, 1997)
4
2
Kontraksi otot ventrikel lain yang memompakan darah kedalam
pangkal aorta menghasilkan gelombang pulsa tekanan (pressure pulsa
vulve) yang disalurkan kedalam sistem arteri
Tekanan darah banyak bergantung pada :
1. Curah jantung yang merupakan cermin jantung
2. Rewestensi vaskourperifer
3. Tonus dan elastisitas arteri
4. Volume darah dalam arteri
5. Viskositas darah (Soeparman, 1987)
3. Macam Penyakit Jantung
Berbagai macam penyakit jantung (kardiovaskuler) yang ada
diantaranya atherosklerosis miokardiad ini akut, congestive heart foiluve,
decompensasi cardis, penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung
bawaan (Kartohoesodo, 1982)
Dari beberapa daerah penyakit jantung tersebut ada 3 penyakit
yang menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi, penyakit tersebut
adalah
1.
Penyakit jantung koroner
2.
Penyakit jantung hipertensi
3.
Penyakit jantung rematik
(Soehardo, 1982)
Atherosklerosis merupakan tipe penyakit jantung koroner yang
telah lama merupakan masalah kesehatan yang menjadi prioritas utama di
negara maju, juga merupakan penyebab kematian kedua setelah hipertensi
dalam kelompok penyakit kardiovaskuler. (Soeparman, 2987)
Akibat langsung hipertensi terhadap jantung berupa pembesaran
jantung yang kemudian pangkal penyakit jantung koroner dari akibat
langsung hipertensi terhadap jantung (Soeparman, 1987)
3
4. Faktor Resiko
Faktor resiko utama kardiovaskuler yang dikenal dapat di
golongkan secara logis sebagai sifat pribadi aterogenik, kebiasaan hidup
atau faktor lingkungan, meningkatkan faktor hospes, tanda penyakit
praklinik dan kerentangan hospes terhadap semua pengaruh yang berbeda
(Handall)
B.
Jantung Koroner
1.
Definisi
Penyakit jantung koroner : Suatu
keadaan
dimana
terjadinya
penyempitan penyumbatan atau kelainan
pembuluh nadi koroner (Krisnatuti dan
Yenrina, 1999)
2.
Etiologi
Penyakit jantung koroner adalah ketidakseimbangan antara
Demand dan supply atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung
dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun,
atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah
berbagai faktor
Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang
meninggi, tegangan dinding ventrikel yang meningkat, merupakan
beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan akan oksigen dari
otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen
antara lain, tekanan pembuluh darah koroner meningkat, yang salah
satunya disebabkan oleh atherosklerosis yang mempersempit saluran
sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi
jantung dan lain sebagainya.
Manifestasi klinis dari penyakit jantung koroner ada berbagai
macam, yaitu iskemia myocard yang tersamar, angina pectoris, infark
myocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan
mati mendadak (Margaton, 1996)
4
3.
Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang
mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan, dan terbentuknya
kalsium pada intima, atau permukaan bagian dalam pembuluh darah. Plak
ini membuat intima menjadi kasar, dan trombosit tertarik ke daerah yang
kasar, jaringan akan kekurangan oksigen dan zat gizi sehingga
menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukan gajala gizi
terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina
pektori.
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang
diklasifikasikan menurut densitasnya, lipoprotein dalam urutan densitas
yang
meningkat
adalah
kilomikron,
VLDL (Very low Density
Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density
Lipoprotein) membawa hampir semua kolesterol dan merupakan yang
paling aterogenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati,
tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat
di klasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan
jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore,1997)
4.
Penyebab Jantung Koroner
Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh
nadi koroner ini di sebut penyakit jantung koroner. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang
sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan
jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak sistem
golongan irama jantung dan berakhir dengan kematian (krisnatuti dan
Yenrina, 1999)
Salah satu penyebab jantung koroner adalah kebiasaan makan
makanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah
masuk dalam peredaran darah dan diserap tubuh maka lemak harus diubah
oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan
dihati dan di metabolisme menjadi kolesterol pembetuk asam empedu
5
yang berfungsi sebagai pencerna lemak, berarti semakin meningkat pula
kadar kolesterol dalam darah. Penumpukan tersebut dapat menyebabkan
(arteriosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi koroner (arteri
koroneria). Kondisi ini mengakibatkan kelenturan pembuluh nadi menjadi
berkurang, serangan jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika
pembuluh nadi karena mengalami penyumbatan ketika itu pula darah yang
membawa oksigen ke jaringan dinding jantungpun terhenti (Sulistijani,
1998)
5.
Gejala Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak
nyaman atau sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh
sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada dibagian tengah, lalu
menyebar ke leher, dagu, dan tangan, rasa tersebut akan hilang beberapa
menit kemudian.
Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan suplay
oksigen. Hampir semua organ pernah merasakan hal semacam ini sehingga
terkadang orang sulit membedakan apakah ini merupakan tanda dan
serangan penyakit jantung atau bukan. Umumnya orang akan merasakan
hal tersebut sebagai rasa tidak enak badan saja.
Gejala lain menyertai jantung koroner akibat penyempitan
pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik (angina pektoris), kondisi ini
timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja
keras, misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan
emosional.
Antara jantung dan paru-paru terjalin hubungan yang erat, pada
keadaan normal kedua organ ini saling menunjang. Jantung memiliki
beberapa ruangan, bagian kanan organ jantung akan mendorong darah
melalui paru-paru guna mengikat oksigen dan melepaskan karbondioksida.
Sedangkan bagian kiri organ jantung mendapatkan darah dari paru-paru
dan mengalirkannya keseluruh tubuh, menurunnya kemampuan jantung
memompa darah dapat menyebabkan bendungan (oedem) dan paru-paru,
6
kaki, dan liver, jika oedem terjadi pada paru-paru dapat menimbulkan rasa
sesak nafas di dada. Akibat lebih parah dari gejala penyakit jantung adalah
pingsan. Hal ini terjadi karena aliran darah dan oksigen ke otak mengalami
gangguan secara tiba-tiba.
Pada usia lanjut, gejala serangan jantung sering tidak disertai
keluhan apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit
jantung koroner pada umumnya memang tidak spesifik untuk diagnosis
angina pektoris (masa tercekik). Biasanya diperoleh riwayat penyakit
orang bersangkutan, sedangkan pemeriksaan fisik kurang menunjukkan
data yang akurat. Pada keadaan tenang elektro diagram pada orang yang
mengidap angina pektoris akan terlihat normal pada keadaan istirahat,
sebaliknya menjadi normal pada saat melakukan kerja fisik. Riwayat
angina pektoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena terjadi secara
tidak terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri
sangat hebat di dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat
tidak sehat.
Berbeda dengan kasus infark miokardia pada kelainan jantung
yang satu ini dapat diketahui melalui penyimpanan irama jantung saat
pemeriksaan melalui elektro kadiografi dan dikaitkan dengan peningkatan
kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam perkembangan penyakit
jantung koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak dan trombosit
darah penderita yang diikuti oleh kerusakan endoterium dinding pembuluh
nadi (Krisnatuti dan Yensina, 1999)
6.
Faktor resiko penyakit jantung koroner
Dapat disimpulkan bahwa penyakit jantung koroner tidak
ditimbulkan oleh penyebab tunggal, namun ada beberapa faktor resiko
yang dituding sebagai biang penyakit ini (Krisnawati dan Yenria, 1999)
Faktor resiko adalah semua faktor yang mendorong peningkatan
terbentuknya atherosklerosis atau disebut juga atherogenik faktor (Siepoe,
1993).
7
Faktor resiko diartikan sebagai karakteristik dengan kejadian atau
penyakit diatas rata-rata. Faktor resiko mempunyai pengaruh sangat kuat
dan lemah.
Lebih jauh Linder (1992) dan Hernan (1991) mengelompokan
faktor resiko penyakit jantung koroner dalam dua kelompok, yaitu faktor
kelompok
primer
dan
sekunder.
Beberapa
faktor
terbentuknya
Atherosklerosis
a.
Faktor resiko primer
1.
Merokok (1 pak / lebih dari sehari)
2.
Hipertensi (diastolik lebih dari 90 mmHg : sistolik
lebih dari 150 mmHg)
3.
b.
Peningkatan kolesterol plasma (lebih dari 240-250)
Faktor resiko sekunder
1.
Peningkatan trigliserida plasma
2.
Obesitas
3.
Diabetes Mellitus
4.
Stress klonis
5.
Pil KB
6.
Vasiktomi
7.
Kurang aktivitas fisik
8.
Keturunan (genetik, umur, jenis kelamin pria)
c.
Hubungan kejadian dengan konsumsi makanan tertentu
Korelasi positif
1.
Protein hewani
2.
Kolesterol
3.
Daging
4.
Lemak total
5.
Telur
6.
Gula
7.
Kolori total
8.
Lemak hewani
8
Korelasi negatif
1. Serat
2. Protein nabati
Resiko resiko tersebut saling menguatkan, orang yang memiliki
tiga faktor resiko memiliki peluang terserang penyakit jantung enam
kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang hanya memiliki satu
faktor resiko. Sedangkan faktor resiko seperti genetik, umur dan jenis
kelamin susah dikendalikan.
Factor resiko penyakit jantung berkaitan dengan diit, bagaimana
pengaturan gizi sangat berperan dalam menekan beberapa faktor
primer maupun sekunder penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
bersifat multifaktorial. Atherosklerosis diyakini sebagai rangkaian
penyebab penyakit jantung. (Krisnatuti dan Yenrina, 1999)
C.
Penatalaksanaan Nutrisi
a.
Manajemen Nutrisi
Penatalaksanaan Nutrisi Penderita Jantung Koroner Menurut Persagi
(1996),bertujuan untuk (1) memberikan makanan seckupnya tanpa
memberatkan kerja jantung (2) menurunkan berat badan bila terjadi
penderita terlalu gemuk (3) mencegah dan menghilangkan penimbunan
garam air.
Sedangkan menurut panduan Diit yang direkomendasikan oleh AHA dan
NCEP adalah:
1.
Diit tingkat 1
Batasan Diit tingkat 1 rata rata setiap hari Menurut AHA dan NCEP
adalah:
a.
Tidak merokok
b.
Tingkat masukan kalori dan aktifitas fisik yang sesuai
untuk mencegah kegemukan dan mengurangi berat badan bagi
mereka yang obesitas.
9
c.
Konsumsi lemak sebesar 30 % atau kurang dari kalori
setiap harinya.
d.
Konsumsi maksimal 8 – 10 %kalori dari Asam lemak
jenuh.
e.
Konsumsi maksimal 10 % dari total kalori berasal dari
asam lemak tidak jenuh majemuk.
f.
Konsumsi maksimal 300 mg perhari kolestarol.
g.
Konsumsi tidak lebih dari 2 – 4 gram sodium (gram).
h.
Konsumsi 55 – 60 % dari kalori yang berbentuk
karbohidrat komleks.
i.
Protein berjumlah 15 – 20 % dari total kalori.
j.
Serat yang larut 20 – 30 gram perhari.
2.
Diit tingkat II
Pada dasarnya sama dengan penatalaksanaan Diit tingkat I.Diit
tingkat II dilakukan apabila Diit tingkat I belum berhasil mencapai
sasaran yaitu bila penirunan kadar total kolesterol kurang dari 10 %.
Diit tingkat II ditekankan pada mereka yang positif memiliki tanda –
tanda penyumbatan pada arteri yaitu:
D.
a.
Konsumsi maksimal 7 % dari asam lemak jenuh.
b.
Konsumsi maksimal 200 Mg perhari kolesterol.
Asupan Serat,Sumber Kolesterol Dan Status Gizi
1.
Serat Makanan
Sepanjang abad ini, peranan serat banyak diperdebatkan, sekarang
banyak dokter dan ahli gizi menganjurkan supaya serat selalu terdapat
dalam makanan utama untuk mencegah konstipasi, kemudian karena
beberapa alasan penelitian ini merupakan hal yang rumit dan melibatkan
“perilaku sais” perubahan cara makan (Diet) karena kehidupan kota
(urban) meningkat dan reaksi medis masih terhadap peranan serat yang
dibesar-besarkan oleh vegetarian, selain itu perhatian para ahli banyak
terserap pada masalah-masalah menarik dalam bidang gizi dengan adanya
10
penemuan asam amino esensial, lemak, vitamin, dan unsur-unsur makro.
Sehingga perhatian terhadap masalah serat yang nampaknya tidak ada
hubungannya dengan gizi berkurang (Robert E Olson, 1987)
Dalam dasawarsa ini serat makanan mendapat perhatian orang.
Sumber utama serat ini adalah hasil tanaman. Khususnya dinding sel
tanaman dari sayur dan buah-buahan. Serat makanan pada umumnya
terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, gum dan musilase.
Meskipun dari dulu tidak pernah dianggap sebagai zat gzi, kini serat telah
diakui sebagai bahan penting di bidang gizi (Winarno, 1993)
1.
Definisi dan Jenis Serat
Serat adalah komponen dari tumbuhan yang dikonsumsi dan tidak
dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia (Saptorini, 2002
Jenis serat digolongkan :
1.
Serat tidak larut dalam air
c.
Selulosa
Selulosa merupakan serat-serat panjang yang terbentuk dari
homopolimer glukosa rantai linier. Rantai molekul pembentuk
selulosa akan semakin panjang seiring dengan meningkatnya
umur tanaman. Didalam tanaman, fungsi selulosa adalah
memperkuat
dinding
sel
tanaman.
Sedangkan
didalam
pencernaan, berperan sebagai pengikat air, namun jenis serat
ini tidak larut dalam air. Didalam kolon, selulosa akan
mempengaruhi masa feces. Sayur-sayuran dan buah-buahan
paling banyak mengandung selulosa dan akan mengalami
perubahan tekstur pada proses penyimpanan dan pengolahan.
d.
Hemiselulosa
Hemiselulosa memiliki rantai molekul lebih pendek di banding
selulosa. Unit monomer pembentuk hemiselulosa tidak sama
dengan unit penyusun heteromer. Unit ini terdiri dari heksosa
dan pentosa. Hemiselulosa berfungsi memperkuat makanan
dinding sel tanaman dan sebagai cadangan makanan bagi
11
tanaman. Sifatnya sama dengan selulosa, yaitu mampu
berikatan dengan air. Jenis ini banyak ditemukan pada
makanan serealia, sayur-sayuran, buah-buahan. Selama proses
penyimpanan dan pengolahan, kandungan hemiselulosa yang
terdapat dalam bahan makanan mudah mengalami perubahan
tekstur.
e.
Lignin
Lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun dari polimer
fenil propan. Lignin bersama-sama holoselulosa (merupakan
gabungan antara selulosa) berfungsi membentuk jaringan
tanaman, terutama memperkuat sel-sel kayu. Ikatan dengan
jenis serat lain menyebabkan lignin agak sukar difermentasi
oleh bakteri kolon. Kandungan lignin yang terdapat pada
tanaman tidak sama, tergantung jenis dan umur tanaman.
Serelia dan kacang-kacangan merupakan bahan makanan
sumber serat lignin.
2.
Serat yang larut dalam air
a.
Pektin
Pektin terdapat dalam dinding sel primer tanaman dan
berfungsi sebagai perekat antara dinding sel tanaman. Pektin
merupakan polimer dari glukosa dan asam galakturonat
(turunan dari galaktosa) dengan jumlah asam galakturonat lebih
banyak. Sifatnya yang membentuk gel dapat mempengaruhi
metabolisme zat gizi. Kandungan pektin pada buah, selain
memberikan ketebalan pada kulit juga dapat mempertahankan
kadar buah air. Semakin matang buah maka kandungan pektin
dan kemampuan membentuk gel semakin berkurang
12
b.
Musilase
Musilase ditemukan dalam lapisan endosperma biji tanaman.
Strukturnya menyerupai hemiselulosa, tetapi tidak termasuk
dalam golongan tersebut karena letak dan fungsinya berbeda.
Musilase mampu mengikat air sehingga kadar air dalam biji
tanaman tetap bertahan. Selain itu, musilase juga mampu
membentuk gel yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuh.
Serat jenis ini banyak ditemukan pada serealia dan kacangkacangan.
c.
Gum
Gum terdapat pada bagian lamela tengah atau diantara dinding
sel tanaman. Komposisinya lebih sedikit dibandingkan dengan
jenis serat yang lain. Namun, kegunaannya amat penting, yaitu
sebagai penutup dan pelindung bagian tanaman yang terluka.
Oleh karena memliki molekul hidrofik yang berkombinasi
dengan air, menyebabkan gum mempu membentuk gel.
Gum juga ada yang terbentuk dari turunan pati dan selulosa.
Jenis gum semacam ini banyak ditemukan pada kacangkacangan, sayuran, dan buah-buahan. Gum dapat pula
ditemukan pada batang akasia. Gum pada tanaman akasia
dikenal sebagai gum yang mengandung molekul arabinosa,
rhamnosa, galaktosa, dan asam glukoronat. Gum jenis ini
biasanya tidak digunakan untuk diit, tetapi sebagai bahan
tambahan dalam pembuatan makanan, yaitu sebagai stabiliser
(pengikat) (Sulistijani, 1998)
2.
Sumber Serat
Sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan serealia merupakan
makanan sumber serat yang baik, sedangkan jenis makanan hewani
seperti daging, susu, telur dan mentega serta minyak merupakan
makanan yang sama sekali tiak mengandung serat karena besarnya
peranan serat dalam sistem pencernaan. Maka di AS mulai
13
dilkembalikan produksi roti tinggi serat untuk mempertinggi konsumsi
serat mereka. Roti tinggi serat mengandung 70 % bubuk selulosa yang
dicampur dalam pembuatan roti (Nursanyoto, 1992)
3.
Manfaat Serat
Menurut Burkitt, Walker, Painter bahwa selulosa, lignin, dan pektin
sebagai serat telah lama dikenal dan diketahui sangat berperan di
dalam membantu pencernaan makanan di usus halus. Beberapa
ilmuwan di Inggris mengungkapkan suatu teori bahwa konsumsi serat
yang tinggi mampu mencegah penyakit dan infeksi pada saluran
pencernaan. Hal ini didasari oleh pengamatan atas penduduk didaerah
pedalaman, mereka masih mengkonsumsi serta dalam jumlah yang
cukup banyak pada saat mereka berurbanisasi ke kota-kota besar atau
ke daerah yang ramai mereka umumnya mengalami kelainan
metabolik dan menderita kanker pada usus bersarnya. Setelah di
pelajari sebabnya maka dapat disimpulkan bahwa perubahan tipe-tipe
makanan dari tinggi serat ketika tinggal di daerah pendalaman menjadi
rendah serat ketika tinggal di kota-kota besar, itulah yang
menyebabkan timbulnya insiden diatas (Hertag N, 1992)
Efek yang bisa dibagi menjadi efek yang berhubungan dengan rasa
kenyang.
Efek
pada saluran
pencernaan
dan
pada
sirkulasi
enterohepatik
a.
Rasa kenyang, bagi Heaton, fungsi utama
serat dalam kedudukannya sebagai komponen makanan adalah
meningkatkan kebutuhan tubuh untuk mengunyah dan karena serat
tidak bisa dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia, maka serat
akan masuk kedalam kolom dalam kedaan utuh. Dalam keadaan
utuh, serat membutuhkan tempat yang lebih luas, sehingga
memberikan perasaan kenyang tanpa menambah kalor,i serat
merupakan penghalang alami terhadap pemasukan energi yang
berlebihan.
14
b.
Makanan berserat dan penyakit jantung.
Penyelidikan pada Vegetarian, menunjukkan konsentrasi kolesterol
pada serumnya lebih renah, menunjukkan konsentrasi kolesterol
pada serumnya lebih rendah dan tingkat terjadinya penyakit jantung
koroner pada kelompok ini lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok lain yang mengkonsumsi daging sehingga semakin tinggi
kolesterol jika tidak diimbangi dengan asupan serat yang cukup
maka akan terjadi atherosklerosis, dimana terjadi penyumbatan pada
pembuluh koroner karena kolesterol plasma yang menumpuk.
Menurut Reily dan Kirsner bahwa ada hubungan yang erat antara
makanan yang rendah serat dengan terjadinya penyakit non infeksi
pada saluran pencernaan juga dibuktikan di Rumah Sakit pada
penyelidikan tentang kelainan yang biasanya terjadi di usus besar
(diverticulasis). Penyakit ini digambarkan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya luka atau lumbung kecil pada usus besar tersebut
(Nursanyoto, 1992)
Serat merupakan suatu subtansi yang berperan dalam proses
pengerasan feses. Kandungan serat yang tinggi dalam makanan
membuat feses lebih lancar keluar. Maka secara teoritis dikatakan
bahwa makanan yang tinggi serat akan memperpendek aktifitas bakteri
yang terdapat pada usus karena makanan yang mengandung tinggi
serat akan memperlancar dan mempercepat pengeluaran feses. Pada
makanan yang mengandung serat sedikit, maka feses akan lebih lama
terhadap di usus, oleh karenanya akan merangsang metabolisme
bakteri usus. Produk aktif metabolisme bakteri akan melukai dinding
saluran pencernaan. (F.G Winarno, 1993)
4.
Konsumsi Serat
Konsumsi serat makanan di Inggris hanya sekitar 32-40 gram sehari
perorang, untuk penduduk Asia dan Afrika rata-rata 55-125 gram
perorang perhari (F.G. Winarno). Dan di Amerika disarankan untuk
mengkonsumsi serat antara 40-51 gram perhari, serta di Indonesia
15
dianjurkan untuk mengkonsumsi serat antara 20-35 gram perhari.
Penambahan konsumsi harus bertahap karena penambahan yang
mendadak dapat menyebabkan flatus, kram yang mungkin biasa,
pengaruh ini biasanya hanya beberapa hari sampai terjadi adaptasi.
Perlu diingat bila konsumsi banyak serat harus cukup minum (Sutarjo,
1993)
Dari hasilpenelitian Dr.Arifin Ahmad, 1998 di Jakarta
ditemukan 94% subyek penelitian penderita PJK hanya mengkonsumsi
7,5 gram serat perhari. Angka ini lebih rendah dan rata-rata nasional
konsumsi serat penduduk Indonesia yaitu sebanyak 10,5 gram.
(Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001) berarti hal ini sangat kurang
jika dibandingkan dengan anjuran para pakar gizi dan lembaga
kesehatan dunia yang, menganjurkan konsumsi serat 25 - 35 gram
perhari.
Anjuran penggunaan serat
Menurut Mayer dan Goldberg (1990), orang dewasa sehat dianjurkan
mengkonsumsi serat makanan yang dianjurklan sedikit 10-13 g/1.000
galon. Konsumsi serat makanan yang dianjurkan untuk pria dewasa
sebanvak 27-35 g/hari (dengan rata-rata konsumsi energi 2.700
kal/hari) dan untuk wanita dewasa sebanyak 21-27 g/hari (dengan ratarata konsumsi energi 2.100 kal/hari). Data lain juga diberikan oleh
"National Cancer Institute", Amerika Serikat yang menganjurkan
konsumsi serat makanan untuk orang dewasa adalah sebanyak
20-30 g/hari. Sedangkan "Amerika Diet Association" (ADA)
merekomendasikan konsumsi serat makanan untuk orang dewasa
sebanyak 25-35 g/hari."
Serat yang direkomendasikan untuk penderita jantung koroner,
dikhususkan pada jenis serat larut,yang harus di konsumsi sehingga
mencapai 35 gr per hari.Karena untuk mengikat kolesterol yang
dihasilkan oleh tubuh sendiri dalam bentuk garam empedu sehingga
kolesterol ini tidak diserap kembali oleh usus.
16
2.
Kolesterol
a.
Definisi
Kolesterol
: Lemak berwarna kekuningan dan berupa lilin yang
diproduksi oleh tubuh kita, teutama di dalam liver (hati)
(Adiwiyoto, 1997)
b.
Kolesterol sebagai faktor resiko
Kenaikan kadar kolesterol dalam darah tidak dapat disanggah
lagi merupakan factor resiko dalam pembentukan penyakit jantung
koroner. Hal ini dibuktikan oleh para ahli dengan penurunan kadar
kolesterol dalam darah, menurunkan pula resiko pembenntukan
aterosklerosis penyebab penyakit jantung koroner. Kolesterol sendiri
tidak dapat dipisahkan dari lipoprotein dan lipida. Lainnya sebagai
factor aterogenik, sebab dalam sirkulsi kolesterol berkaitan dengan
lipoprotein.
1.
Pada pria pertengahan manula (Middle-age)
Kenaikan kadar kolesterol dalam darah mempunyai resiko yang
tinggi
khususnya
aterosklerosis atau
LDL
kolesterol
untuk
pembentukan
penyakit jantung koroner sedang pada usia
lanjut, yang memegang peranan adalah kenaikan total kolesterol
dalam darah. Hal ini diketahui dari penurunan kejadian penyakit
jantung koroner.
2.
Pada wanita
Wanita sebelum menopause, resiko menderita penyakit jantung
koroner agak kurang. Hal ini terutama LDL kolesetrol agak rendah
kadarnya dalam darah. Apabila wanita telah menjalani menopouse,
kadar LDL kolesterolnya akan meningkat, sebab kehilangan
estrogen stimulasi LDL. Pada wanita maupun pria yang lanjut usia,
pengobatan pencegahan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam
darah akan mempengaruhi kasus penyakit jantung koroner.
17
3.
Pada orang dewasa dan anak-anak
Kenaikan-kenaikan kadar kolesterol dalam darah pada orang
dewasa dan anak-anak, menstimulasikan penyakit jantung koroner
pada masa usia lanjut atau pertengahan usia.
Trigliserida
Keterkaitan trigliserida dengan penyakit jantung koroner adalah
peningkatan terhadap LDL kolesterol dan penurunan LDL kolesterol
apabila terjadi hipertrigliseridemia.
Trigliserida bersirkulasi dalam darah bersama-sama dengan VLDL
yang bersifat aterogenik. Disamping itu hipertrigliseridemia membantu
trombosis arteri koroner, mendorong penyakit jantung koroner. Juga
hipertrigliseridemia mempengaruhi peningkatan insulin dalam darah,
menambah faktor resiko pembentukan aterosklerosis.
Lippo Protein
Lippo protein yang bersifat aterogenik terutama LDL (Low Density
Lippoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lippoprotein) serta kilomikron (butir lemak yang bersirkulasi dalam darah). Oleh pengaruh
beberapa jenis enzim akan menjadi LDL yang bersifat aterogenik.
Kenaikan
kadar
LDL
dalam
darah
yang
berarti
terjadi
hiperkolerteremia, merupakan prematur dari arterosklerosis ataupun
proses dini dari kadar penyakit jantung koroner (Sitepoe, 1993).
Kadar Kolesterol Yang Sehat
Lemak Jenuh
Lemak ini dikenal karena bentuknya selalu padat dalam suhu ruangan,
lemak hewani margarin keras termasuk lemak jenuh.
Semakin banyak lemak yang kita makan, semakin tinggi pula kadar
kolesterol darah kita, dan semakin besar resiko kita terkena penyakit
jantung.
Kalau kita mengurangi kadr lemak jenuh dalam susunan menu kita,
kadar kolesterol kita akan menurun dengan relatif cepat, kerapkali
18
dalam waktu tiga sampai empat minggu. Karena alasan itulah, dalam
merencanakan diet yang dimaksudkan untuk mengurangi resiko
arterosklerosis, kita harus menyingkirkan makanan yang mengandung
kadar lemak jenuh secara berlebihan.
Untunglah banyak sekali makanan alternatif yang lezat yang bisa kita
peroleh, kadar lemak dalam setiap susunan menu tidak boleh lebih dari
30 % energi total yang kita masukkan. Inilah satu-satunya cara untuk
menurunkan kadar kolesterol darah dan lemak darah.
Lemak Tidak Jenuh
Lemak tidak jenuh dikenali dari bentuknya yang selalu cair atau paling
tidak lunak, dalam suhu ruangan berlawanan dengan lemak jenuh, jenis
ini biasanya lemak nabati. Satu-satunya perkecualian adalah minyak
ikan, contoh lemak tidak jenuh adalah minyak biji bunga matahari,
minyak jagung, minyak zaitun, dan beberapa jenis margarine lunak.
Yang paling penting diketahui adalah bahan lemak tidak jenuh ganda
lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan
lemak tidak jenuh tunggal. Sedangkan lemak jenuh meningkatkan
kadar kolesterol.
Maka jika kita menggantikan lemak jenuh dalam susunan menu kita
dengan minyak dan lemak tidak jenuh, kadar kolesterol dalam darah
akan turun.
Kadar lemak tidak jenuh ganda juga memberikan pengaruh, jenis
lemak ini mempengaruhi kemampuan darah untuk membentuk, yang
berlawanan dengan pengaruh yang diberikan oleh lemak jenuh ini akan
mengurangi resiko pengumpulan darah. Kemampuan minyak tidak
jenuh ganda lainnya adalah kemampuannya melarutkan lemak jenuh
dalam tubuh, yang berarti bahwa lemak ini “meleleh” dan bukannya
terkumpul dalam arteri yang akhirnya menyumbat aliran darah.
Ikan mengandung lemak tidak jenuh ganda dan ini menghalangi
kecenderungan darah untuk menggumpal dan dengan demikian
19
mengurangi resiko terjadinya trombosit, karena itulah maka baik bagi
kita kalau makan minyak ikan, seperti minyak hati, atau paling sedikit
makan ikan sekali atau dua kali dalam seminggu.
Kadar kolesterol darah tidak turun sampai batas yang sama seperti
yang dikatakan yang disebabkan oleh lemak tidak jenuh tunggal,
seperti minyak zaitun atau minyak kacang, kalau dibandingkan dengan
dampak jenis lemak tidak jenuh ganda. Maka minyak zaitun harus
digunakan seperlunya dalam diet untuk menurunkan kadar kolesterol.
Sebagai pedoman bisa dikatakan bahwa :
1.
Lemak jenuh menaikkan kadar kolesterol dalam darah (ini
adalah lemak yang jahat)
2.
Lemak tidak jenuh tunggal tidak punya pengaruh baik atau
buruk
3.
Lemak tidak jenuh ganda menurunkan kadar kolesterol
dalam darah (ini adalah lemak yang baik) (Adiwiyoto, 1977)
Konsumsi kolesterol
Konsumsi kolesterol yang tinggi akan meningkatkan kadar kolesterol
dan lipo protein darah “American Heart Associaton”. Menganjurkan
konsumsi kolesterol tidak melebihi 300 mg/hari, bahan makanan kaya
kolesterol adalah otak, hati, kuning telur dan jeroaan
3.
Status Gizi
Menurut Robinson dan Wregley (1984) status gizi di definisikan
sebagai berikut adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan
penggunaan makanan oleh tubuh. Sedangkan Habicht (1979, elt,
Reksodikusumo et.al, 1988) Memberi Definisi sebagai berikut : status gizi
adalah tanda-tnada atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan
keseimbangan antara gizi di satu pihak dan pengeluaran oleh organisme di
pihak lain, yang terlihat melalui variable tertentu :
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain :
20
1. Faktor langsung
Pada umumnya para ahli sependapat, bahwa status gizi secara
langsung di tentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya
penyakit infeksi.
2. Faktor tidak langsung
Meliputi :
a.
Faktor ekonomi
Penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua
faktor yang berperan langsung terhadap status gizi
b.
Faktor pertanian
Peranan pertanian dianggap penting karena kemampuannya
menghasilkan produksi pangan
c.
Faktor budaya
Masih ada kepercayaan untuk mematangkan makanan tertentu
yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi
yang baik
d.
Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan bukan satu-satunya faktor yang menentukan
kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan hidangan
yang bergizi
e.
Faktor kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan yang jelek akan memudahkan anak
menderita penyakit tertentu
f.
Faktor fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status
kesehatan dan gizi anak yang baik
Penilaian status gizi
Dari berbagai cara menilai status gizi yang sering digunakan
adalah peni1aian status gizi yang menggunakan indeks masa tubuh (IMT) /
21
body masse index (BMI) IMT dihitung dengan pembagian berat badan
(dalam kg) oleh tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Korelasi berat
badan dengan jumlah total lemak tubuh cukup erat, walaupun sebagian
orang dengan lean body mass yang tinggi bisa |rnemberikan IMT yang
tinggi walaupun orang tersebut tidak gemuk (Hartono, 1999).
Perhitungan berat badan ideal dengan cara IMT menggunakan
rumus sebagai berikut:
Berat badan (kg)
Indeks Masa Tubuh (IMT) = ——————————
Tinggi badan - (m) 2
Depkes RI 1994 memberikan ambang batas untuk Indonesia (tanpa
membedakan jenis keiamin) seperti dalam tabel
Status
Kurus
Normal
Gemuk
Kategori
Kekurangan BB tingkat berat.
Kekurangan BB tingkat ringan
Kelebihan BB tingkat ringan
Kelebihan BB tingkat berat
Sumber : Depkes RI, 1994
Nilai ambang batas
< 17,0-18,5
17,0- 18,5
> 18,15-25,0
> 25,0 - 27,0
> 27,0
22
E.
Kerangka Teori
Faktor resiko primer
- Merokok
- Hipertensi
- Peningkatan kolesterol
Atheroklerosis
Faktor resiko sekunder
- Obesitas
- Diabetes Mellitus
- Stress
- Keturunan
(genetic,
umur, jenis kelamin)
- Kurang aktifitas fisik
PJK
23
F.
Kerangka Konsep
Asupan serat
Asupan kolesterol
Status gizi
Keterangan
: Tidak diteliti
: Diteliti
Atherosklerosis
PJK
Download