ARTIKEL PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP RESPON

advertisement
ARTIKEL
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI
SETELAH IMUNISASI DI PUSKESMAS LEREP
KABUPATEN SEMARANG
Oleh :
DESIANA WREDAYANTI
010112a020
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI
SETELAH IMUNISASI DI PUSKESMAS LEREP
KABUPATEN SEMARANG
*Desiana Wredayanti*
**Ns.Eko Susilo.,S.Kep., M.Kep; Ns.Suwanti,S.Kep.,Ns.,MNS
*Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
**Dosen S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Bayi atau anak berusia dibawah satu tahun memiliki hak khusus untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengeruh kompres dingin terhadap respon nyeri pada bayi sesaat setelah imunisasi di
puskesmas lerep Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, desain penelitian yang
digunakan adalah rancangan eksperimen semu (quasy eksperiment design). Pengambilan
sampling yang digunakan adalah Tehnik sampling dengan jumlah sampel sebanyak 12
responden pada kelompok intervensi dan 12 responden pada kelompok kontrol.
Pengumpulam data menggunakan data primer yaitu tentang variabel tingkat nyeri yang
diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala nyeri FLACC pain scale (face, leg,
activity, cry, consolability) dan data sekunder yaitu jumlah bayi yang melakukan imunisasi
di Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang.
Hasil penelitian pada responden sesaat setelah diberikan imunisasi sebelum
intervensi dengan pemberian kompres dingin sebagian besar mengalami nyeri dalam
kategori sedang yaitu sebanyak 7 responden (58,8 %) dan setelah diberikan imunisasi
setelah intervensi dengan pemberian kompres dingin sebagian besar mengalami nyeri
dalam kategori ringan yaitu sebanyak 6 responden (50,0 %) .Hasil uji statistik
menggunakan shapiro wilk yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah
diberikan terapi kompres dingin pada responden dengan nilai p value 0,000.Ada pengaruh
kompres dingin terhadap penurunan respon nyeri pada bayi saat imunisasi di Puskesmas
Lerep Kabupaten Semarang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelayanan keperawatan terutama
dalam melakukan tindakan keperawatan seperti melakukan imunisasi.
ABSTRACT
Infants or children aged less than one year have a special right to access health
services. The purpose of this study is to find the influence of cold compress toward the
pain response in infants shortly after immunization at Lerep Health Center Semarang
Regency.
This was a quantitative study with the quasi-experimental design. The population in
this study was all infants who receive immunization at Lerep Health Center Semarang
Regency. The data sampling used quota sampling technique with samples as many as 12
respondents in the intervention group and 12 respondents in the control group.
The results of this study indicate that the respondents before the intervention by
administering cold compress are mostly suffered from pain in the medium category as
many as seven respondents (58.8%). And, the respondents after intervention by
administering cold compress are mostly suffered from pain in mild category as many as six
Universitas Ngudi Waluyo [2017
1
respondents (50.0%). There is a significant difference in levels of pain between before and
after treatment by administering cold compress with the p-value of 0.000. There is no
significant difference in levels of pain on the control group without treatment with the pvalue of 0.241. There is an influence of cold compress in decreasing pain response in
infants shortly after given immunization at Lerep Health Center Semarang Regency with
the p-value of 0.001.
The results of this study are expected to be useful for nursing services, especially in
caring for the child in performing nursing actions such as immunization.
PENDAHULUAN
Bayi atau anak berusia dibawah
satu tahun memiliki hak khusus untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan
bayi maka Indonesia yang pernah
melakukan kerjasama dengan UNICEF
(The United Nations Children’s Fund),
WHO (World Health Organization), dan
pihak-pihak
yang
terkait
untuk
menurunkan angka kematian bayi dan
anak
dalam
bentuk
peningkatan
pencapaian imunisasi dasar pada satu
tahun kehidupan pertama anak.
Berdasarkan pada Unicef (2013)
Cakupan
imunisasi
camp-ak
menunjukkan perbaikan dari 41,6%
(2007), menjadi 59,2% (2013), akan
tetapi masih dijumpai 32,1% dengan
status imunisasi campak , serta 8,7%
yang tidak pernah diimunisasi, dengan
alasan takut panas, sering sakit, keluarga
tidak mengizinkan, tempat imunisasi
jauh, tidak tahu tempat imunisaasi serta
sibuk/repot.
Pemberian imunisasi pada bayi
terbagi dua jenis yaitu : Imunisasi aktif
dan pasif. Imunisasi aktif yaitu antigen
yang disuntikan kedalam tubuh sehingga
zat antibodi yang akan bertahan bertahuntahun. Sedangkan Imunisasi pasif yaitu
suatu tindakan pemberian antibodi
dengan tujuan memberikan pencegahan
atau pengobatan terhadap infeksi. Akibat
suntikan inilah yang dapat menimbulkan
nyeri dan berkembang menjadi trauma
baik untuk keluarga, masyarakat secara
luas dan terutama pada anak karena dapat
menyebabkan nyeri akut (Prasetyawati,
2012).
Universitas Ngudi Waluyo [2017
Bayi takut pada nyeri yang
berulang dan sesuatu yang menyakiti
tubuh. (Price, 2008). Prosedur invasif
baik yang menimbulkan nyeri atau tidak,
merupakan ancaman bagi anak yang
konsep integritas tubuhnya
belum
berkembang
baik (Wong, 2009).
Persepsi nyeri pada anak kompleks dan
sering sulit untuk dinilai. Meskipun bayi
dan anak telah mengalami nyeri pada
awal kehidupan, namun ada banyak
faktor yang mempengaruhi persepsi anak
tentang nyeri seperti usia anak, tingkat
perkembangan, keterampilan kognitif,
pengalaman sebelumnya dan keyakinan
yang terkait. Nyeri biasanya awitannnya
tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cidera spesifik, nyeri dapat dijelaskan
sebagai nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan.
Pemberian
kompres
dingin
dipercaya dapat meningkatkan pelepasan
endorfin yang memblok transmisi
stimulus nyeri dan juga menstimulasi
serabut saraf berdiameter besar A-Beta
sehingga menurunkan transmisi impuls
nyeri melalui serabut kecil A-delta dan
serabut saraf C. Tindakan kompres dingin
selain memberikan efek menurunkan
sensasi nyeri, juga memberikan efek
fisiologis seperti menurunkan respon
inflamasi jaringan, menurunkan aliran
darah dan mengurangi edema (Tamsuri,
2007). Teknik ini berkaitan dengan teori
gate control dimana stimulasi kulit
berupa
kompres
dingin
dapat
mengaktivasi transmisi serabut saraf
sensorik A-Beta yang lebih besar dan
lebih cepat. Hal ini menutup “gerbang”
sehingga menurunkan transmisi nyeri
2
melalui serabut C dengan diameter yang
kecil (Potter & Perry, 2010).
Bidan Desa juga menyatakan
bahwa selama ini belum ada standar
operasional prosedur resmi untuk
pelaksanaan autramatic care guna
mengurangi kecemasan, tangisan serta
persepsi nyeri pada bayi
yang
diimunisasi.
Bidan
desa
sering
melakukan teknik distraksi (guide
imagery) pada bayi dengan dengan
mengatakan bahwa ada hewan atau
sesuatu yang menarik disisi yang lain
(membuat bayi menoleh membelakangi
bagian yang diimunisasi), bidan desa juga
menyembunyikan jarum suntik yang akan
digunakan untuk imunisasi . Hal tersebut
sering dilakukan sebelum bidan desa
melakukan imunisasi kepada bayi.
Bebarapa
bayi
yang
mengalami
kecemasan atau menangis histeris
biasanya akak tetap diberikan imunisasi
dan di beri ASI atau susu formula setelah
dilakukan imunisasi.
Berdasarkan uraian dan latar
belakang tersebut, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian pada bayi
yang di imunisasi dengan judul :
Pengaruh Kompres dingin terhadap
penurunan respon Nyeri pada Bayi Saat
Imunisasi
di
Puskesmas
Lerep
Kabupaten Semarang.
METODE PENELITIAN
Desain: Quasi eksprimen untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat
dengan cara melibatkan kelompok
kontrol disamping kelompok eksperiman.
Sampel: sampel pada penelitian
ini adalah 24 responden dipuskesmas
lerep. Pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat nyeri pada kelompok
intervensi sebelum dan sesudah
dilakukan kompres dingin pada bayi
saat imunisasi di Puskesmas Lerep
Kabupaten Semarang
Universitas Ngudi Waluyo [2017
Tabel 1 Distribusi
frekuensi
respon nyeri pada kelompok
intervensi
sebelum
dilakukan
kompres dingin pada bayi saat
imunisasi di Puskesmas Lerep
Kabupaten Semarang
Tingkat
nyeri
Ringan
Sedang
Berat
Total
Frekuensi
1
7
4
12
Persentase
(%)
8,3
58,8
33,3
100,0
Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui bahwa pada responden
sesaat setelah diberikan imunisasi
sebelum intervensi dengan pemberian
kompres dingi sebagian besar
mengalami nyeri dalam kategori
sedang yaitu sebanyak 7 responden
(58,8 %) dan sebagian kecil
mengalami nyeri dalam kategori
ringan yaitu sebanyak 1 orang
responden (8,3 %).
Tabel 2 Perbedaan respon nyeri
pada kelompok intervensi sebelum
dan setelah dilakukan kompres
dingin pada bayi saat imunisasi di
Puskesmas Lerep
Kabupaten
Semarang
Tingkat
nyeri
Tidak nyeri
Ringan
Sedang
Total
Frekuensi Persentase
(%)
1
8,3
6
50,0
5
47,1
12
100,0
Berdasarkan tabel 2 diketahui
bahwa pada responden sesaat setelah
diberikan imunisasi setelah intervensi
dengan pemberian kompres dingin
sebagian besar mengalami nyeri
dalam kategori ringan yaitu sebanyak
6 responden (50,0 %) dan sebagian
kecil mengalami nyeri dalam kategori
tidak nyeri yaitu sebanyak 1 orang
responden (8,3 %).
3
2. Respon nyeri pada kelompok kontrol
tanpa perlakuan pada bayi saat
imunisasi di Puskesmas Lerep
Kabupaten Semarang
Tabel 3 Distribusi
frekuensi
respon nyeri pada kelompok
kontrol tanpa perlakuan pada bayi
saat imunisasi di Puskesmas Lerep
Kabupaten Semarang
Tingkat
nyeri
Berat
Sedang
Total
Frekuensi
4
8
12
Persentase
(%)
33,3
66,7
100,0
Berdasarkan tabel 3 dapat
diketahui bahwa pada responden
sesaat kelompok kontrol setelah
diberikan
imunisasi
sebelum
penelitian sebagian besar mengalami
nyeri dalam kategori sedang yaitu
sebanyak 8 responden (66,7 %) dan
sebagian kecil mengalami nyeri berat
yaitu sebanyak 4 orang responden
(33,3 %).
Tabel 4 Distribusi
frekuensi
respon nyeri pada kelompok
kontrol tanpa perlakuan pada bayi
setelah beberapa menit diberikan
imunisasi di Puskesmas Lerep
Kabupaten Semarang
Tingkat
nyeri
Ringan
Sedang
Berat
Total
Frekuensi
2
6
4
12
Persentase
(%)
33,3
50,0
16,7
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat
diketahui bahwa pada responden
setelah beberapa saat diberikan
imunisasi pada kelompok kontrol
tanpa perlakuan sebagian besar
mengalami nyeri dalam kategori
sedang yaitu sebanyak 6 responden
(50,0 %) dan sebagian kecil
mengalami nyeri dalam kategori berat
Universitas Ngudi Waluyo [2017
yaitu sebanyak 2 orang responden
(16,7 %).
Tabel 5. Perbedaan respon nyeri
pada kelompok intervensi sebelum
dan setelah dilakukan kompres
dingin pada bayi saat imunisasi di
Puskesmas Lerep
Kabupaten
Semarang
Perlakuan n
Pretest
12
Posttest
12
Mean Sd
5,92 1,165
3,50 2,153
T
p value
6,384 0,000
Hasil analisa terhadap 12
responden
kelompok
intervensi
sebelum diberikan kompres dingin
menunjukkan nilai mean tingkat nyeri
sebesar 5,92 kemudian sesudah
diberikan kompres dingin pada
responden
kelompok
intervensi
didapatkan nilai mean sebesar 3,50,
nilai tersebut menunjukkan adanya
perbedaan
respon
nyeri
pada
kelompok intervensi sebelum dan
setelah dilakukan kompres dingin
pada bayi saat imunisasi di
Puskesmas Lerep
Kabupaten
Semarang. Hasil analisis data
didapatkan nilai t = 6,384 dan uji
menggunakan
t-test
dependent
didapatkan bahwa p value = 0,000 (p
value < 0,05), berarti ada perbedaan
penurunan yang signifikan antara
tingkat nyeri sebelum dan sesudah
diberikan terapi kompres dingin pada
responden.
3. Perbedaan
respon
nyeri
pada
kelompok kontrol tanpa perlakuan
pada bayi sebelum dan setelah
beberapa menit diberikan imunisasi di
Puskesmas Lerep
Kabupaten
Semarang
Tabel 4.6 Perbedaan respon nyeri
pada kelompok kontrol tanpa
perlakuan pada bayi sebelum dan
setelah beberapa menit diberikan
imunisasi di Puskesmas Lerep
Kabupaten Semarang
4
Perlakuan
Pretest
Posttest
n
12
12
Mean
5,75
5,33
p
value
1,357 1,239 0,241
1,557
Sd
t
Hasil analisa terhadap 12
responden pada pre kontrol tanpa
perlakuan menunjukkan nilai mean
tingkat nyeri sebesar 5,75 kemudian
didapatkan nilai mean sebesar 3,50
pada post kontrol tanpa perlakuan,
nilai tersebut menunjukkan tidak ada
perbedaan
respon
nyeri
pada
kelompok kontrol tanpa perlakuan
pada bayi sebelum dan setelah
beberapa menit diberikan imunisasi di
Puskesmas Lerep
Kabupaten
Semarang. Hasil analisis data
didapatkan nilai t = 1,239 dan uji
menggunakan
t-test
dependent
didapatkan bahwa p value = 0,241 (p
value < 0,05), berarti tidak ada
perbedaan penurunan yang signifikan
antara tingkat nyeri pre post kontrol
tanpa perlakuan pada responden.
4. Pengaruh kompres dingin terhadap
penurunan respon nyeri pada bayi
saat imunisasi di Puskesmas Lerep
Kabupaten Semarang
Tabel 7 Pengaruh kompres dingin
terhadap penurunan respon nyeri
pada bayi saat imunisasi di
Puskesmas Lerep
Kabupaten
Semarang
Variabel
Kelompok
Nyeri
Intervensi
Kontrol
n
12
12
Mean
2,50
0,92
Sd
1,168
0,793
Mean
Differences
1,583
t
3,886
p value
0,001
Berdasarkan analisis di atas,
nilai mean tingkat nyeri sesudah
diberikan
intervensi
pada
12
responden kelompok intervensi yang
diberikan kompres dingin sebesar
2,52 dan nilai mean tingkat nyeri
pada kelompok kontrol didapatkan
tingkat nyeri sebesar 0,92, nilai
tersebut menunjukkan tingkat nyeri
responden
kelompok
intervensi
sesudah diberikan kompres dingin
Universitas Ngudi Waluyo [2017
mengalami
penurunan
lebih
signifikan dibandingkan dengan 12
responden kelompok control tanpa
perlakuan
dengan
nilai
mean
differences sebesar 1,583. Hasil
analisis data didapatkan nilai t =
3,886
dan
uji
menggunakan
independet t-test didapatkan bahwa p
value = 0,001 (p value < 0,05), berarti
“terdapat pengaruh kompres dingin
terhadap penurunan respon nyeri pada
bayi saat imunisasi di Puskesmas
Lerep Kabupaten Semarang. Bahwa
pada responden sesaat setelah
diberikan imunisasi setelah intervensi
dengan pemberian kompres dingin
sebagian besar mengalami nyeri
dalam kategori ringan yaitu sebanyak
6 responden (50,0 %) dan sebagian
kecil mengalami nyeri dalam kategori
tidak nyeri yaitu sebanyak 1 orang
responden (8,3 %).
Tingkat nyeri dalam kategori
ringan pada sebagian besar responden
tersebut juga dapat dilihat dari hasil
observasi dan pengamatan yang
dilakukan
oleh
peneliti
saat
melakukan penelitian dan mengukur
skala nyeri responden yaitu sebagian
besar responden terlihat lebih
tenang/santai „dapat berbaring dengan
tenang dengan bergerak dengan bebas
dan mudah dan hanya sesekali
menggeliat serta menggeser maju
mundur untuk bergerak. Hal tersebut
menunjukkan
bahwa
setelah
diberikan kompres dingin sebagian
besar responden mengalami tingkat
nyeri dalam kategori ringan setelah
beberapa saat diberikan imunisasi.
Tindakan imunisasi selain
menimbulkan rasa nyeri juga
menimbulkan ketidaknyamanan bagi
anak dalam mencapai tumbuh
kembang yang optimal. Kondisi pada
anak
tersebut
sebaiknya
diminimalkan oleh tenaga kesehatan
agar asuhan pelayanan keperawatan
anak berdampak pada kepuasan anak
dan keluarga terhadap pelayanan
5
yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Selain memberikan kepuasan juga
memberikan masa rawat yang lebih
pendek
bagi
anak
sehingga
meminimalkan beban keluarga.
5. Tindakan invasif berupa penusukan
jarum saat imunisasi menyebabkan
adanya kerusakan jaringan pada
tubuh, sebagai responnya tubuh
mengeluarkan zat neurotransmitter
(prostaglandin, bradikinin, histamin,
serotonin), yang kemudian stimulus
tersebut dibawa oleh serabut aferent
(serabut C dan A Delta) menuju
medulla spinalis kemudian diteruskan
menuju korteks serebri untuk di
interpretasiksan lalu hasilnya dibawa
oleh serabut aferent dan tubuh lalu
mulai berespon terhadap nyeri. Bila
suatu otot mengalami cidera, respon
alamiah otot adalah berkontraksi,
sehingga dapat membebat dan
melindungi daerah yang cidera.
Kontraksi otot yang berkepanjangan
akan terasa nyeri dan menyebabkan
pembengkakan (edema muncul secara
tepat dari lokasi dan ektravaksasi
darah
dalam
jaringan
yang
berdekatan). Respon nyeri pada
kelompok kontrol tanpa perlakuan
pada bayi setelah imunisasi ( pree
test ) (post test ) di Puskesmas
Lerep Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa bahwa pada
responden kelompok kontrol sesaat
setelah diberikan imunisasi sebelum
penelitian sebagian besar mengalami
nyeri dalam kategori sedang yaitu
sebanyak 8 responden (66,7 %).
Nyeri dalam kategori sedang pada
sebagian besar responden tersebut
dapat dilihat dari hasil penelitian
sesaat setelah diberikan imunisasi
dimana sebagian responden tidak
didapatkan perubahan tingkat nyeri
kategori 4 yaitu 4 responden,
sedangkan 2 responden mengalami
nyeri dengan skala 5 dan 5 responden
mengalami nyeri dengan skala 3.
Universitas Ngudi Waluyo [2017
Karena tidak dilakukan komprs
dingin hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
mengalami nyeri dalam kategori
sedang sesaat setelah pemberian
imunisasi pada kelompok kontrol
tanpa perlakuan.
KESIMPULAN
1. Pada responden sesaat setelah
diberikan
imunisasi
sebelum
intervensi dengan pemberian kompres
dingi sebagian besar mengalami nyeri
dalam kategori sedang yaitu sebanyak
7 responden (58,8 %) dan setelah
diberikan imunisasi setelah intervensi
dengan pemberian kompres dingin
sebagian besar mengalami nyeri
dalam kategori ringan yaitu sebanyak
6 responden (50,0 %)
2. Pada responden sesaat kelompok
kontrol setelah diberikan imunisasi
sebelum penelitian sebagian besar
mengalami nyeri dalam kategori
sedang yaitu sebanyak 8 responden
(66,7 %) dan pada responden setelah
beberapa saat diberikan imunisasi
pada kelompok kontrol tanpa
perlakuan sebagian besar mengalami
nyeri dalam kategori sedang yaitu
sebanyak 6 responden (50,0 %)
3. Ada perbedaan penurunan yang
signifikan antara tingkat nyeri
sebelum dan sesudah diberikan terapi
kompres dingin pada responden
dengan nilai p value 0,000
4. Tidak ada perbedaan penurunan yang
signifikan antara tingkat nyeri pre
post kontrol tanpa perlakuan pada
responden dengan nilai p value 0,241
5. Ada pengaruh kompres dingin
terhadap penurunan respon nyeri pada
bayi saat imunisasi di Puskesmas
Lerep Kabupaten Semarang d engan
nilai p value 0,001
6
DAFTAR PUSTAKA
Perry, A.G & Potter, P. A., (2009). Buku
Ajar Fundamentalis Keperawatan
Konsep Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC
Potter & perry. (2010). Fundamental
keperawatan buku 3.Edisi 7,
Jakarta : Salemba Medika
Potter perry (2009). Fundamental for
Nursing ,Buku 1 , Edisi : salemba
medika :Jakarta
Prasetyawati, A.E. (2012). Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) dalam Millenium
Development Goals (MDGs).
Yogyakarta : Nuha Medika.
Prasetyo, S.N. (2010). Konsep dan proses
keperawatan nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Price and Wilson .2009.Konsep Klinis
proses – proses penyakit Edisi
6.vol. 2 Jakarta: EGC
Price and Wilson. 2008. Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Edisi 6.
Vol.2. Jakarta : EGC.
Ranuh, I.G.N., Suyitno, H., Hadinegoro,
S.R.S & Kertasamita, C.B (2010)
Pedoman imunisasi Indonesia.
Ed. Jakarta: Satgas Imunisasi
IDAI
Smeltzer, Suzanne C. Dan Bare, Brenda
G, 2013, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), alih
bahasa
oleh
Agung
Waluyo....(dkk), EGC, Jakarta.
Sugiyono 2010..Statiska untuk penelitian
.Bandung : Alfa beta
Universitas Ngudi Waluyo [2017
Sugiyono.
2008.
Statistika
untuk
Penelitian. Bandung: Alfa beta
Sulistiyani, Ambar T dan Rosidah. 2009.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sulistiyani,
E.
(2009).
Pengaruh
pemberian kompres es terhadap
respon nyeri anak usia pra
sekolah di ruang bedah anak
RSUPN Cipto Mangunkusumo
(Tesis, tidak dipublikasikan).
Fakultas
Ilmu
Keperawatan,
Universitas Indonesia, Depok
Supartini, Y. (2014). Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Tamsuri,
A.
(2007). Konsep
&
penatalaksanaan nyeri. Jakarta:
EGC
Taylor, C R, Lilis, G., LeMone, P., &
Lynn, P(2008). Fundamental of
nursing: The art andscience of
nursing
care
(6th
ed).
Philadelphia: Nazareth Hospitel
Wong, Donna L. (2009). Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik. (Edisi
Terjemahan) Jakarta: penerbit
buku kedokteran EGC
Wong& Hockenberry (2007). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Alih
bahasa, Monica Ester; (6th.ed).
volume 2. Jakarta:EGC.
Zengerle-Levy, K. (2005). Nursing the
child who is alone in the hospital.
Pediatric Nursing, 32 (3), 226–
231.
7
Download