BAB II URAIAN TEORETIS 2.1 Komunikasi Pemasaran 2.1.1

advertisement
BAB II
URAIAN TEORETIS
2.1
Komunikasi Pemasaran
2.1.1 Sejarah Komunikasi Pemasaran
Harsono Suwardi menyatakan bahwa dasar dari pemasaran adalah
komunikasi dan pemasaran bisa akan begitu powerful jika dipadukan dengan
komunikasi yang efektif dan efisien. Bagaimana menarik konsumen atau khalayak
menjadi aware, kenal dan mau membeli suatu produk atau jasa lewat saluran
komunikasi adalah bukan sesuatu yang mudah (Prisgunanto, 2006: vii).
Sejarah menunjukkan, bahwa Butler dari University of Chicago adalah
orang yang pertama mengadopsi konsep pemasaran dari riset-riset penjualan pada
tahun 1906. Beliau mengambil istilah-istilah tersebut dari kajian ilmu ekonomi
dari pemikiran teoritik Ricardo dan Adam Smith. Pada perkembangannya
semenjak tahun 1949, pemasaran (marketing) dianggap lebih luas, tidak hanya
menyangkut unsur-unsur penjualan saja, maka kemudian mulailah masuk
berbagai unsur didalamnya. Kemudian Borden pada tahun 1964 memperkenalkan
konsep barunya tentang marketing mix. Setelah itu, kajian komunikasi pemasaran
sudah dipastikan dikenal banyak orang, setelah terdapat pengembangan dan
penemuan-penemuan, baru diketahui bahwa komunikasi pemasaran itu bersifat
multidisipliner (Prisgunanto, 2006:28).
Pada pertengahan abad ke-18, seorang pelaku pasar (marketer) bernama
Josiah Wedgwood membangun program perluasan promosi penjualan dengan
mengirimkan semacam hadiah-hadiah pada acara makan malam ala Cina kepada
27
Universitas Sumatera Utara
raja-raja Eropa. Kegiatan ini akhirnya menjadi kegiatan rutin dan gaya sajian
tradisi istana yang diikuti oleh kalangan bangsawan dan kerabat istana waktu itu
(Prisgunanto, 2006:29).
Promosi penjualan gaya tersebut sebenarnya menyadur atau mengadopsi
dari gaya program promosi penjualan pedagang Cina abad 600 SM, di mana para
pengecor dan pengrajin logam di sana berlomba-lomba memberikan hasil
terbaiknya kepada kaisar Zhou yang berkuasa waaktu itu. Tercatat bahwa banyak
karya terbaik yang disimpan oleh kaisar Zhou, seperti lonceng, pernik-pernikk
perunggu untuk acara keagamaan, hiasan dan cetakan untuk prototype ‘cap’
legalitas kerajaan, dan lain sebagainya. Kegiatan itu dilakukan bertepatan dengan
sajian santap malam raja dan kerabat ketika beliau sedang bersantai dengan
kerabat istana.
2.1.2 Pengertian Komunikasi Pemasaran.
Kebanyakan orang mungkin menempatkan komunikasi pemasaran berada
di bawah periklanan dan promosi, namun pada perkembangannya saat ini,
komunikasi pemasaaran muncul sebagai suatu bentuk komunikasi yang lebih
kompleks dan berbeda. Pada akhirnya, banyak akademisi dan praktisi
mendefinisikan komunikasi pemasaran yaitu semua elemen-elemen promosi dari
marketing mix yang melibatkan komunikasi antarorganisasi dan target audience
pada
segala
bentuknya
yang
ditujukan
untuk
performance
pemasaran
(Prisgunanto, 2006:8).
Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk, dan mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan
28
Universitas Sumatera Utara
loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono,
1995:219).
William G. Nickels dalam bukunya Marketing Communication and
Promotion (1984) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai berikut: proses
pertukaran informasi yang dilakukan secara persuasif sehingga proses pemasaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien (Purba, dkk, 2006: 126).
Kegiatan komunikasi pemasaran merupakan rangkaian kegiatan untuk
mewujudkan suatu produk, jasa, ide, dengan menggunakan bauran pemasaran
(promotion mix) yaitu : iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal
selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan
publisitas (public relation and publicity) serta pemasaran langsung (direct
marketing) (Purba, dkk, 2006: 126 – 127).
Banyak ahli yang sepakat bahwa konsep inti komunikasi pemasaran
adalah pertukaran (exchange). Alasan yang mendasari bahwa konsep inti
pemasaran adalah pertukaran yaitu bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan satu
individu dengan individu yang lainnya merupakan pertukaran. Tidak ada individu
yang mendapatkan sesuatu tanpa memberikan sesuatu baik langsung ataupun
tidak langsung. Alasan terjadinya pertukaran adalah untuk memuaskan kebutuhan.
Pertukaran yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung memerlukan
komunikasi yang membawa peran. Dengan demikian komunikasi memegang
peranan penting dalam proses pertukaran. Pada tingkat dasar komunikasi dapat
menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari akan produk
yang ditawarkan. Komunikasi dapat berusaha membujuk konsumen agar berhasrat
masuk dalam hubungan pertukaran (exchange relationship) pada pemasaran.
29
Universitas Sumatera Utara
Peran lain dari komunikasi adalah untuk membedakan (differenting) produk yang
ditawarkan oleh satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Upaya ini dilakukan
dengan mengkomunikasikan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan
berbeda dengan produk lainnya yang sejenisnya.
2.1.3 Tujuan Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama, yaitu untuk
menyebarkan informasi (komunikasi informatif), mempengaruhi untuk melakukan
pembelian atau menarik konsumen (komunikasi persuasif), dan mengingatkan
khalayak untuk melakukan pembelian ulang (komunikasi mengingatkan kembali).
Respon atau tanggapan konsumen sebagai komunikan meliputi (Tjiptono,
1997: 220):
a) Efek kognitif, yaitu membentu kesadaran informasi tertentu.
b) Efek afektif, yakni memberikan pengaruh untuk melakukan sesuatu. Yang
diharapkan adalah reaksi pembelian.
c) Efek konatif atau perilaku yaitu membentuk pola khalayak menjadi
perilaku selanjutnya. Perilaku yang diharapkan adalah pembelian ulang.
Secara umum ada tiga tingkatan dasar untuk hirarki efek dalam praktik
komunikasi pemasaran (Prisgunanto, 2006: 69). Hal ini dapat dianggap sebagai
tahapan dan posisi di mana pelanggan atau khalayak merespon dan memahami
suatu produk dari hasil interaksi mereka lewat komunikasi pemasaran. Tahapan
tersebut terbagi dalam beberapa tingkatan berikut:
1) Tahap knowings (mengetahui / kenal)
2) Tahap feelings (merasakan / hasrat)
3) Tahap actions (tindakan terpengaruh)
30
Universitas Sumatera Utara
Guna
keperluan
persamaan
dalam
pengukuran
efek
komunikasi
pemasaran, digunakan standarisasi tingkat efek-efek model dari keterlibatan
respon pelanggan dari komunikasi pemasaran. Ada banyak versi yang ditawarkan
para ahli komunikasi pemasaran dalam mengetahui tingkat pemahaman dan
pengetahuan pelanggan dalam konsep tingkatan efek (Hierarchy of effects
concept). Namun yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini adalah konsep
AIDDA; Attention (mendapatkan perhatian), Interest (mempertahankan minat),
Desire (menimbulkan keinginan), Decision (membuat keputusan) Action
(memperoleh perlakuan).
Adapun keterkaitan antara tujuan komunikasi dan respon khalayak
berkaitan dengan tahap-tahap dalam proses penerimaan pesan dapat dilihat pada
gambar berikut:
Tujuan Komunikasi
Respon Khalayak
Informing
Efek kognitif
Persuading
Efek afektif
Proses Pembelian
Attention
Interest
Desire
Reminding
Efek konatif
Decision
Action
Gambar 2.1 Tujuan Komunikasi, Respon Khalayak, dan Proses Pembelian
Komunikasi pemasaran dalam konteks ini juga harus lebih diartikan
sebagai kemampuan manusia dalam menyatukan pemikiran antara komunikator
31
Universitas Sumatera Utara
dengan komunikan atau orang yang ditujukan dalam menerima pesan. Hasil akhir
dari komunikasi adalah adanya perubahan sikap lawan bicara atau komunikasi
yang diartikan sebagai sikap menerima komunikan akan pesan yang dibawa oleh
komunikator dalam pertukaran dimaksud. Diharapkan, komunikan akan menerima
pesan, terpengaruh, bahkan mengikuti apa yang diajukan oleh si komunikator
yakni membeli atau mendapatkan barang tersebut dalam keperluan memuaskan
keingintahuan dan rasa penasaran mereka (Prisgunanto, 2006:10).
2.1.4 Bauran Pemasaran Dan Bauran Komunikasi Pemasaran
a) Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran atau strategi pemasaran merupakan kombinasi dari
berbagai tahapan atau elemen yang diperlukan mulai dari tahap perencanaan
sampai dengan eksekusi atau pelaksanaan keseluruhan operasi pemasaran
(Jefkins, 1997:8).
Konsep dasar 4P dalam bauran pemasaran untuk pertama kalinya
diperkenalkan E.Jerome Mc.Carthy, yang kemudian dikembangkan oleh Philip
Kotler. Prinsip 4P ini pada dasarnya membagi bauran pemasaran menjadi empat
bagian utama yakni product (produk), place (tempat), price (harga), promotion
(promosi).
1. Produk (Product)
Menurut Rewoldt & Scott sebuah produk yaitu sesuatu hal (baik yang
disukai maupun yang tidak disukai) yang diterima orang pada sesuatu pertukaran;
ia merupakan suatu kompleks sifat-sifat yang berwujud atau tidak berwujud dan
di dalamnya termasuk manfaat fungsional, sosial dan psikologikal (Winardi,
32
Universitas Sumatera Utara
1989:346). Sebuah produk dapat berupa: ide, service, barang, kombinasi ketiga
macam hal yang dikemukakan.
Di dalam definisi tersebut tercakup: servis bantuan yang berkaitan dengan
barang-barang, seperti misalnya: Instalasi, Jaminan-jaminan, Informasi tentang
produk, Janji untuk menyelenggarakan perbaikan-perbaikan atau pemeliharaan
(Winardi, 1989:346).
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan (Tjiptono,
1997:95).
Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik yang dapat diraba maupun
tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan
pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk
memuaskan keinginan atau kebutuhannya (Swastha, 1997:165).
Produk mengandung unsur-unsur meliputi merek, kemasan, jaminan
(garansi), pelayanan, dan sebagainya. Merek merupakan nama, istilah, tanda,
simbol/barang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk
lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap
produk asing (Tjiptono, 1997:106).
Dalam kegiatan pemasaran, keberadaan produk juga harus didukung oleh
kemasan (packaging). Unsur lain dalam sebuah produk adalah label dan layanan
pelengkap (supplementary services) yang
dapat berupa informasi, konsultasi,
order taking (meliputi aplikasi keanggotaan pada program tertentu,jasa
langganan),
hospitality
(di
antaranya
sambutan,
fasilitas
menunggu,
33
Universitas Sumatera Utara
transportasi,dll ), caretaking (terdiri dari perhatian dan perlindungan atas barang
milik pelanggan yang mereka bawa misalnya penanganana bagasi, penitipan
tas,dll), exceptions (meliputi permintaan khusus sebelumnya penyampaian
produk), billing (laporan verbal mengenai jumlah rekening rekening mesin yang
memperlihatkan jumlah rekening, self billing), pembayaran (pengurangan
otomatis atas rekening nasabah, kontrol,dll).
Unsur berikutnya adalah jaminan yakni janji yang merupakan kewajiban
produsen atas produknya kepada konsumen, di mana para konsumen akan diberi
ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapakan
atau dijanjikan.
2. Harga (Price)
a. Definisi harga
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin)
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya (Swastha, 1997:241).
Secara sederhana, istilah harga dapat diartikan sebagai jumlah uang
(satuan moneter) dan/atau aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas /
kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk (Tjiptono,
2008:465).
b. Dimensi Harga
Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk. Nilai adalah rasio
atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan produk. Produk tertentu yang memiliki tipe dan
34
Universitas Sumatera Utara
jumlah manfaat potensial (seperti kualitas, citra dan kenyamanan berbelanja) yang
diharapkan konsumen pada tingkat harga tertentu.
Harga merupakan aspek yang tampak jelas bagi para pembeli. Bagi
konsumen yang tidak terlalu paham hal-hal teknis pada pembelian produk
otomotif dan elektronik, kerap kali harga menjadi satu-satunya faktor yang dapat
mereka mengerti.
Harga adalah determinan utama permintaan. Sesuai dengan hukum
permintaan, semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah permintaan atas
produk. Meskipun demikian, itu tidak berlaku pada semua situasi.
Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satusatunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan
yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang
diperoleh. Harga bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan cepat. Harga
adalah elemen yang paling mudah diubah dan diadaptasikan dengan dinamika
pasar. Harga juga mempengaruhi citra dan strategi positioning. Konsumen
senderung mengasosiasikan harga dengan tingkat kualitas produk. Harga yang
mahal dipersepsikan mencerminkan kualitas yang tinggi dan sebaliknya.
3. Promosi (Promotion)
1) Definisi Promosi
Promosi yakni arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran (Swastha, 1996:237).
Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk
mendorong permintaan (Swastha, 1997:349).
35
Universitas Sumatera Utara
Kedua definisi tersebut pada pokoknya sama meskipun titik beratnya
berbeda. Definisi pertama lebih menitikberatkan pada penciptaan pertukaran,
sedangkan definisi kedua lebih menitikberatkan pada dorongan permintaan. Kita
telah mengetahui bahwa pertukaran itu akan terjadi karena adanya permintaan
(dan juga penawaran); dan dari segi lain, permintaan itu akan mendorong
terjadinya pertukaran.
2) Tujuan promosi
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
•
Menginformasikan (informing), dapat berupa:
- Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru
- Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk
- Menyampaikan perubahan harga kepada pasar
- Menjelaskan cara kerja suatu produk
- Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan
- Meluruskan kesan yang keliru
- Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli
- Membangun citra perusahaan
•
Membujuk pelanggan sasaran untuk:
- Membentuk pilihan merek
- Mengalihkan pilihan ke merek tertentu,
- Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk,
36
Universitas Sumatera Utara
- Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga
- Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga
•
Mengingatkan dapat terdiri atas:
- Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan
dalam waktu dekat
- Mengingatkan pembeli akan tempat-temapt yang menjual produk
perusahaan
- Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak adanya kampanye iklan
- Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan.
4. Distribusi/Tempat (Place)
a. Definisi Saluran Distribusi
Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh
produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen
atau pemakai industri (Swastha, 1996: 190).
Adapun lembaga-lembaga yang ikut ambil bagian dalam penyaluran
barang adalah: produsen, perantara (pedagang dan agen), dan konsumen akhir
atau pemakai industri.
Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai dengan
yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Dengan kata
lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu:
• Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang
dapat meralisasikan kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikian.
37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Fungsi Pemasaran dan Penciptaan Kegunaan
Fungsi
Perakitan
Pembelian
Penyimpanan
Negosiasi
Pemasaran
Pemilihan
Penjualan
Pemajangan
Pemindahan
Pengemasan
Pengiriman
Bentuk
Tempat
Waktu
Kepemilikan
Kegunaan
(Sumber: Tjiptono, 1997: 185)
•
Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara
fisik dan non fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran
kegiatan yang terjadi di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
di dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang
fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negoisasi, arus
pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan risiko, dan arus
pemesanan. (Tjiptono, 1997:185).
b. Fungsi Saluran Distribusi
Saluran distribusi menggerakkan barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen, mereka memecahkan kesenjangan utama seperti waktu, tempat,
pemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari mereka yang ingin
menggunakannya. Anggota saluran distribusi melakukan beberapa fungsi kunci:
•
Informasi: mengumpulkan dan mendistribusikan riset pemasaran dan
informasi intelijen tentang faktor-faktor dan kekuatan-kekuatan dalam
lingkungan pemasaran yang dibutuhkan untuk merencanakan dan
membantu terjadinya pertukaran.
38
Universitas Sumatera Utara
•
Promosi: mengembangkan dan menyebarluaskan komunikasi persuasif
berkenaan dengan suatu penawaran.
•
Kontak: menemukan dan berkomunikasi dengan pembeli perspektif.
•
Mencocokkan: membentuk dan menyesuaikan penawaran terhadap
kebutuhan pembeli, termasuk kegiatan seperti manufaktur, memilah,
merakit, dan mengemas.
b) Bauran Komunikasi Pemasaran
Sarana
untuk
melakukan
komunikasi
pemasaran
adalah
bauran
komunikasi pemasaran (marketing communication mix) total sebuah perusahaan
disebut juga bauran promosinya (promotion mix) merupakan perpaduan khusus
antara iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat
yang digunakan perusahaan untuk meraih tujuan iklan dan pemasarannya
(Sunarto, 2004:261).
Pada dasarnya, marketing communication mix terdiri atas empat elemen
dasar, kata De Loizer, yang dilanjutkan oleh Kotler, yang kemudian bentuknya
dimodifikasi oleh Crosier dan Shimp. Kemudian, konsepsi tersebut dirumuskan
oleh Belch tahun 1995 menjadi marketing communication mix, yang terdiri atas
empat kegiatan dasar, yaitu:
1. Iklan
Iklan atau periklanan (advertising) adalah media komunikasi pemasaran
yang sudah menjadi bagian integral dari masyarakat dan sistem ekonomi
manusia. Dalam kehidupan masyarakat yang sudah maju dan kompleks,
iklan berevolusi ke dalam sistem komunikasi vital masyarakat, terutama
dunia bisnis. Beriklan perlu metode promosi yang seakurat mungkin
39
Universitas Sumatera Utara
karena imbasnya sedemikian dahsyat kepada khalayak, baik dalam hal isi
pesan maupun penyampaian (Prisgunanto, 2006:73).
2. Personal Selling
Sarana personal selling memiliki efek langsung pada proses penjualan
berdasarkan sales forces. Memang keandalan personal selling yang paling
utama adalah mampu mendekatkan pelanggan dengan penjualan lewat
penggunaan jalur-jalur distribusi barang dan produk yang ada. Lewat
personal selling ini pelanggan akan tanpa sungkan-sungkan menanyakan
dan mencari tahu kemampuan produk tersebut dengan leluasa. Mereka
juga akan bisa mendapatkan informasi akurat, sisi kebaikan dan keburukan
dari produk secara langsung dari konsumen (Prisgunanto, 2006:74).
3. Sales Promotion dan Pameran
Pada sarana komunikasi pemasaran, sales promotion dan pameran adalah
memiliki efek yang singkat sebagai upaya menstimulasi tekanan pada
sikap pembelian. Asumsi ini berangkat dari kebiasaan orang yang akan
membeli sesuatu barang tidak akan merencanakan sesuatu itu secara
mendadak, hal inilah yang akan terjadi pada penjualan lewat sarana ini.
Mungkin saja penjualan pada saat promosi atau pameran akaan sangat
tinggi karena faktor-faktor lain, bukan pada kesadaran pelanggan atau
konsumen akan produk tersebut, seperti kebanyakan pengunjung pameran
memerlukan barang yang ada demi satu kegunaan, tetapi bukan pada
merek yang ditawarkan dalam komunikasi pemasaran (Prisgunanto,
2006:75).
4. Public Relations
40
Universitas Sumatera Utara
Sarana komunikasi pemasaran ini bisa dikatakan bersifat konstan. Sarana
ini akan membangun efek pemasaran yang sangat lambat sebagai
pendukung fungsi-fungsi komunikasi yang lain kepada pelanggan sebagai
reinforce kredibilitas produk. Misalnya, perusahaan memberikan bantuan
kepada masyarakat sekitar lingkungan perusahaan dengan ikut membantu
kesejahteraan mereka dengan kegiatan kemanusiaan dan lain-laiin.
Membina hubungan baik dengan menciptakan pengembangan komunitas
(community development) adalah strategi yang sangat jitu dan baik karena
sifatnya yang berkelanjutan bagi perusahaan. Walau efeknya lambat,
namun proses kenaikan kepercayaan dan penyaluran pesan akan semakin
meningkat secara ajek dan konstan. Keandalannya adalah promosi ini
tidak keropos, tidak seperti penciptaan kepercayaan lewat iklan, promosi
langsung dan pameran.
2.2
Integrated Marketing Communication (IMC)
2.2.1 Sejarah Integrated Marketing Communication.
Don Schultz salah seorang profesor dari Northwestern University yang
juga merupakan salah satu tokoh dalam sejarah pemikiran IMC. Menurut Schultz,
IMC telah menjadi salah satu topik penting dalam bidang pemasaran.Mengapa
IMC menjadi topik yang paling penting? Jika dilihat dari kacamata komunikasi
pemasaran yang sering hanya dipahami secara teknis sebagai promotion mix.
Secara sederhana, promotion mix memiliiki empat elemen dasar. Dari keempat
elemen tersebut, program sales promotion dan personal selling sering dikenal
dengan hard sell approach atau below the line dapat digunakan sebagai teknik
komunikasi pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Keempat elemen ini dalam
41
Universitas Sumatera Utara
prakteknya sering sekali tumpang tindih fungsinya dan masih terjadi perbedaan
atas kelas-kelas kelebihan dan kekurangan keempat elemen ini dalam praktik
bisnis. Oleh karena itu, timbul kritik dari berbagai ahli komunikasi pemasaran
terhadap promotion mix.
Perubahan lingkungan bisnis yang sarat dengan ketidakpastian dan
perkembangan teknologi di zaman modern saat ini dan pemasaran telah dipandang
dan didudukkan secara strategis dalam proses bisnis, dengat mengingat bahwa
komunikasi merupakan factor determinan dari pemasaran, bahkan, menurut
pandangan Shimp (2003) dengan mengutip pemikiran Schultz, Tannebaum, dan
Lauterborn (1996: 46), telah mengklaim bahwa pemasaran di era reformasi ini
adalah komunikasi dan komunikasi adalah pemasaran, di mana keduanya tidak
pernah bisa dipisahkan. Dengan demikian, sudah seharusnyalah komunikasi
pemasaran juga dipandang sebagai “proses bisnis strategis”. Dari titik inilah
konsep IMC mulai berkembang, yang melakukan revisi kritis terhadap
keseluruhan pemikiran dan pendekatan komunikasi dalam konteks bisnis dan
pemasaran modern (Estaswara, 2008: 11).
Pada awal tahun 1983, perkembangan pemikiran IMC mulai menunjukkan
kemajuan. Hal ini ditandai dengan munculnya pemikiran Thomas – Coulson
tentang integrasi dalam disiplin komunikasi pemasaran, Thomas Coulson
sebenarnya telah menjelaskan tentang luasnya spectrum alat komunikasi
pemasaran yang didasarkan atas makna dan teknik yang digunakan untuk
mengomunikasikan pesan serta cara mengevaluasinya yang ditekankan pada
hubungan saling ketergantungan antar berbagai elemen komunikasi.
42
Universitas Sumatera Utara
Kemudian pada awal dekade tahun 1990-an, respons terhadap pendekatan
integrasi dalam disiplin dan praktik komunikasi pemasaran mulai menunjukkan
tren yang positif yang ditandai dengan munculnya banyak dukungan. Pada dekade
ini juga berbagai studi tentang IMC banyak dilakukan atau diteliti di Amerika
Serikat.
2.2.2 Definisi Integrated Marketing Communication
Dengan meningkatnya penekanan pada hubungan pelanggan dan
stakeholder, baik akademisi dan profesional telah berusaha memberikan berbagai
nama untuk proses yang dirancang untuk membantu organisasi lebih berpusat
pada pelanggan. Selain Komunikasi Pemasaran terpadu (IMC), ada manajemen
hubungan pelanggan (customer relationship management-CRM), pemasaran satuke-satu (one-to-one marketing), pemasaran terpadu (intregrated marketing).
Meskipun masing-masing memiliki titik perbedaan, semua dirancang untuk
melakukan satu hal-dasar meningkatkan nilai perusahaan atau merek dengan
memungkinkan
mengembangkan
organisasi
hubungan
untuk
memperoleh,
dengan
pelanggan
mempertahankan,
dengan
dan
biaya-efektif.
"Mengembangkan" pelanggan berarti memotivasi mereka untuk memberikan
bagian yang lebih besar dari pengeluaran mereka untuk membeli merek tertentu
IMC adalah salah satu proses yang pertama yang dibentuk untuk
mengelola hubungan pelanggan. Hal ini juga yang paling banyak digunakan. Hal
yang membedakan IMC dari proses penciptaan bisnis berbasis pelanggan lainnya
adalah bahwa dasar IMC adalah komunikasi, yang merupakan jantung dari semua
hubungan, dan itu adalah proses yang saling berputar, bukan proses yang linear.
43
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada permulaan dan akhir berkaitan dengan usaha memperoleh,
mempertahankan, dan mengembangkan pelanggan (Duncan, 2002: 8).
Sederhananya, IMC adalah proses untuk mengelola hubungan dengan
pelanggan yang meningkatkan nilai merek. Secara lebih spesifik, IMC adalah
sebuah
proses
fungsional
silang
untuk
menciptakan
hubungan
yang
menguntungkan dengan pelanggan dan stakeholder lainnya melalui pengendalian
yang strategis atau mempengaruhi semua pesan yang dikirim ke kelompokkelompok ini dan mendorong pergerakan data, berdialog dengan tujuan tertentu
bersama mereka (Duncan, 2002: 8).
Seperti pemasaran itu sendiri, komunikasi pemasaran terpadu merupakan
sebuah konsep dan proses. Konsep IMC adalah menciptakan pelanggan dan
ekuitas merek; prosesnya dalam mengelola hubungan jangka panjang yang
menguntungkan dengan pelanggan. Secara tradisional, perusahaan telah
menggunakan komunikasi pemasaran untuk berbicara, bukan melakukan dialog
dengan pelanggan potensial. Dengan kata lain, sebagian besar komunikasi
pemasaran di masa lalu lebih merupakan sebuah kontak satu arah. IMC masih
menggunakan komunikasi satu arah tetapi juga membuat lebih banyak
menggunakan cara komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah yang difasilitasi
melalui penggunaan event, sponsor, dan pameran dagang serta situs web secara
lebih besar. Juga perdagangan online dan customer service, masing-masing
memperbolehkan pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya untuk memulai
atau memimpin komunikasi (Duncan, 2002: 17).
Beberapa orang secara keliru percaya bahwa jika sebuah perusahaan
menggunakan bauran fungsi komunikasi pemasaran, maka perusahaan tersebut
44
Universitas Sumatera Utara
juga mempraktekkan IMC. Ini adalah pemikiran yang naif. Perusahaan telah lama
menggunakan bauran fungsi komunikasi pemasaran. Apa yang berbeda sekarang
adalah strategi di balik penggunaan dan cara pengkoordinasian bauran tersebut.
Karena setiap fungsi komunikasi pemasaran berbeda dalam menciptakan dan
menyampaikan pesan merek, maka perusahaan harus mengembangkan sebuah
sistem yang secara strategis menentukan bauran komunikasi pemasaran mana
yang akan digunakan dan sampai sejauh mana, dalam mengelola hubungan merek.
Juga karena kondisi pasar serta kategori produk dan perusahaan itu sendiri yang
terus berubah, orang-orang yang bertanggung jawab atas komunikasi merek perlu
bereaksi dan secara periodik menyesuaikan bauran komunikasi pemasaran untuk
efisiensi yang lebih maksimum (Duncan, 2002: 17).
Menurut Estaswara, IMC merupakan proses dan konsep manajemen pesan
untuk menyelaraskan persepsi tentang nilai merek melalui interaksi dengan semua
significant
audience
perusahaan
dalam
jangka
panjang
dengan
mengkoordinasikan secara sinergis semua elemen komunikasi guna mendukung
efisiensi dan efektivitas kinerja bisnis dan pemasaran dalam mencapai tujuannya
(Estaswara, 2008 : 224-225 ).
Tokoh pertama yang mencetuskan istilah ini adalah Levitt pada tahun
1962, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Shultz pada tahun 1993.
Belakangan, konsep IMC diperbaharui serta dikaitkan dengan yaitu orientasi
pelanggan dan aktivitas pembelian perusahaan oleh Tannebaum dan Lauterborn.
Secara jelas, akan dijabarkan konsepsi mereka akan prinsip IMC. Secara garis
besar, IMC dapat dideskripsikan sebagai berikut (Prisgunanto, 2006: 76-77):
45
Universitas Sumatera Utara
1. IMC dimulai dan bertolak dari persepsi dan aktivitas pelanggan
pada produk.
2. IMC adalah terintegrasi antara bisnis dengan kebutuhan
pelanggan.
3. IMC harus terorganisasi pada semua komunikasi bisnis dalam
IMC mix.
4. IMC berupaya menciptakan dialog dengan pelanggan.
5. IMC akan berupaya mencapai perilaku pelanggan ke arah
kebutuhan individu.
Pemikiran sederhana IMC adalah menyamakan persepsi pelanggan dengan
produsen, dalam hal ini adalah pemahaman-pemahaman terhadap produk atau
jasa. Konvergensi penyamaan persepsi ini akan menghasilkan dialog sehingga
memungkinkan produsen mengetahui apa keinginan konsumen, demikian juga
sebaliknya. Konsep IMC telah diperluas dari sekedar untuk kepentingan
pemasaran, menjadi lebih komprehensif dan menyentuh berbagai aspek terkait
perusahaan (Sulaksana, 2003: 31-32).
Bila dikupas satu persatu, IMC mencakup empat jenjang; pertama, aspek
filosofis, mulai dari visi yang dijabarkan menjadi misi, hingga dirumuskan
menjadi sasaran korporat yang jadi pedoman semua fungsi dalam perusahaan.
Kedua, menyangkut keterkaitan kerja antar fungsi, yakni operasi, sumber daya
manusia, pemasaran, distribusi, penjualan. Ketiga, menjaga keterpaduan atau
integrasi berbagai fungsi tersebut untuk mewujudkan tiga hal: konsistensi
positioning untuk meraih reputasi yang diharapkan, memelihara interaksi
sehingga terjalin ikatan hubungan yang kokoh, dan menerapkan pemasaran
46
Universitas Sumatera Utara
berbasis misi untuk mendongkrak nilai tambah di mata stakeholder. Keempat,
hubungan untuk membina loyalitas dan memperkuat ekuitas merek (produk dan
korporat) terhadap stakeholder.
Pada perkembangan yang ada, konsep IMC ini adalah pengakuan akan
perlu adanya kesesuaian antara persepsi pelanggan, yang ditujukan dalam
aktivitas pelanggan dengan communication mix yang dirancang. Biasanya konsep
IMC dalam komunikasi pemasaran ini harus konvergen (menyatu) dalam strategi
komunikasi bisnis perusahaan. Pola integrasi inilah yang diharapkan menjadikan
IMC sebagai suatu bentuk hubungan kesesuaian antara penafsiran pelanggan dan
produsen terhadap produk (Prisgunanto, 2006: 78).
Orientasi segala program marketing communication perusahaan kepada
pelanggan dan juga penyelarasan elemen perusahaan membuat peneliti
menggunakan teori ini. Dengan pembentukan program event marketing RCC,
peneliti melihat Citra dapat mengetahui kebutuhan pelanggannya sekaligus
menciptakan kesamaan persepsi antara perusahaan dan pelanggan. Banyak pakar
marketing communication mengatakan bahwa IMC adalah pembaharuan teori
komunikasi pemasaran tetapi peneliti merasa kedua teori ini dapat saling
melengkapi dalam penelitian ini.
2.3
Event Marketing
2.3.1 Definisi Event Marketing
Salah satu cara yang ampuh dalam menyampaikan pesan sebuah brand adalah
dengan mengajak customer dan potential customer untuk terlibat dalam sebuah event
yang diselenggarakan perusahaan. Hal ini dijelaskan oleh Tom Duncan dalam bukunya
“IMC: Using Advertising & Promotion to Build Brands”, “event marketing is a
significant situation or promotional happening that has a central focus and chapters the
47
Universitas Sumatera Utara
attention and involvement of the target audience.” Event marketing yang diselenggarakan
harus memiliki pengaruh (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap
orang yang hadir sehingga customer maupun potential customer bisa cukup lama
mengingat pengalaman yang menyenangkan tersebut.
Dalam buku Experience Economy, Joseph Pine dan James Joseph
mengatakan bahwa merek dapat membedakan dirinya dengan menciptakan suatu
pengalaman terkait dengan produknya. Dengan kata lain, sebagai ganti penjualan
penampilan produk, perusahaan harus menjual pengalaman merek (Duncan, 2002:
635).
Menurut Gilmore dan Pine, agar sukses, pengalaman merek itu harus
menawarkan kenikmatan, pengetahuan, pengalihan dan / atau kecantikan.
Pengalaman tersebut dapat bersifat pasif atau aktif. Pengalaman pasif adalah
sesuatu yang menghibur atau memberikan kenikmatan estetika, misalnya
kunjungan ke museum atau demonstrasi suatu produk. Pengalaman aktif adalah
yang meminta pelanggan turut berpartisipasi, kuncinya adalah "interaksi alat
indera," seperti "mencicipi" selama suatu tur makanan atau minuman.
Komunikasi yang melibatkan pengalaman adalah komunikasi yang
persuasif karena meningkatkan tingkat perhatian, minat, dan ingatan pelanggan
terhadap merek dan perusahaan. Sebagai fungsi komunikasi pemasaran, kontak
dengan
pengalaman
memungkinkan
perusahaan
untuk
mengembangkan
pengalaman merek yang positif dan sangat melibatkan konsumen. Selain itu,
komunikasi yang berkaitan dengan pengalaman memberikan kesempatan untuk
dapat ‘mengikat’ erat khalayak. Dengan menggabungkan tingkat persuasi
hubungan pribadi dan keterlibatan komunikasi yang fokus pada pengalaman,
fungki komunikasi pemasaran berbasis pengalaman tersebut dapat digunakan
48
Universitas Sumatera Utara
untuk mempertahankan dan yang lebih penting, menumbuhkan suatu hubungan
yang efektif (Duncan, 2002: 653).
Event dan sponsorhip dirancang untuk menciptakan keterlibatan dan
mengintensifkan dimensi pengalaman pada komunikasi pemasaran. Karena
perusahaan telah menyadari betapa suksesnya suatu pengalaman dalam mengikat
pelanggan pada suatu merek, terjadilah ‘ledakan’ jumlah event marketing yang
dilakukan oleh perusahaan. Meskipun event berbeda dari sponsorship, keduanya
tumpang tindih karena banyak event yang juga disponsori. Tidak mengherankan,
banyak pedoman yang sama untuk setiap fungsi komunikasi pemasaran ini.
Sebuah pemasaran event, adalah situasi yang signifikan atau kejadian yang
bersifat untuk promosi yang memiliki fokus utama untuk menangkap perhatian
dan keterlibatan kelompok sasaran (Duncan, 2002: 635-640).
Perusahaan dan organisasi nirlaba menggunakan event untuk beberapa
tujuan yakni: untuk melibatkan khalayak sasaran; untuk mengasosiasikan sebuah
brand dengan aktivitas, gaya hidup, atau orang tertentu; untuk mencapai sasaran
yang sulit dicapai, untuk meningkatkan kesadaran merek dan untuk menyediakan
program untuk publisitas merek.
Event dapat memiliki dampak yang lebih besar daripada fungsi
komunikasi pemasaran yang lain (kecuali personal selling). Hal ini karena event
bersifat melibatkan. Sebuah event lebih berkesan dan memotivasi dari pesan
merek yang pasif, seperti iklan, karena orang-orang yang hadir turut
berpartisispasi dalam bagian event tersebut. Acara juga dapat digunakan untuk
membantu posisi atau reposisi merek dengan menghubungkan dengan aktivitas
tertentu, seperti Olimpiade.
49
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga cara utama perusahaan menggunakan event: dengan menciptakan
event, berpartisipasi di dalamnya, dan mensponsori event.
1) Event yang dirancang
Event yang dirancang digunakan untuk meningkatkan aspek promosi dari
hal-hal seperti bukaan besar, ulang tahun merek atau perusahaan, pengenalan
produk baru, dan pertemuan tahunan.
Sementara acara menarik dan melibatkan pelanggan dan stakeholders
lainnya, mereka yang berpartisipasi sering hanya merupakan persentase kecil dari
kelompok khalayak sasaran merek. Untuk membuat sebuah event terbayar,
perusahaan harus memasukkan unsur-unsur yang akan menarik perhatian media,
sehingga menciptakan publisitas merek juga. Semakin kreatif, menyenangkan,
dan menarik sebuah peristiwa, dan semakin banyak orang yang terlibat, semakin
besar kemungkinan bahwa peristiwa tersebut akan menghasilkan publisitas merek.
Pengaturan event pengorganisasian kegiatan dan logistik, kepegawaian,
dan pemasaran ke peserta, sponsor, khalayak. Dan kemudian para manajer acara
harus benar-benar membuat dan menjalankan acara tersebut secara efisien dan
aman. Dengan kata lain, mengelola sebuah event melibatkan penggunaan hampir
setiap bentuk komunikasi pemasaran seperti-iklan, promosi penjualan, hubungan
masyarakat, dan penjualan langsung.
2) Mengikuti suatu event
Daripada membuat suatu event, perusahaan dapat memilih untuk
berpartisipasi dalam acara yang dibuat oleh pihak lain. Contohnya pameran
dagang, Perusahaan memilih untuk berpartisipasi dalam acara yang sesuai dengan
kelompok orang yang tertarik pada acara tersebut. Semakin mirip pengunjung
50
Universitas Sumatera Utara
suatu event dengan target khalayak suatu merek, akan semakin banyak
manfaatnya untuk perusahaan yang berpartisipasi. Perusahaan menyewa ruang
pameran pada berbagai jenis event. Semakin besar ruangannya dan semakin besar
jumlah pengunjung yang diperkirakan akan datang, maka biaya pameran akan
semakin besar.
3) Sponsorships
Sponsorship adalah dukungan keuangan terhadap sebuah organisasi,
orang, atau kegiatan dengan imbalan publisitas merek dan asosiasi. Sponsorship
memberikan pembedaan sekaligus menambah nilai merek. Nike, misalnya,
mensponsori juara pegolf Tiger Woods karena Woods karena sangat disukai dan
dihormati oleh para anggota target sasaran merek. Asosiasi dengan Woods
membantu membedakan Nike dari pemasar barang olahraga lainnya dan juga
membantu meningkatkan status merek Nike.
Sebagaimana diketahui, salah satu elemen merek adalah asosiasi.
Sponsorship adalah salah satu cara utama dalam mengembangkan asosiasi merek.
Tantangannya adalah untuk menemukan asosiasi yang memperkuat citra merek
yang diinginkan. Berarti untuk membuat pelanggan tidak bingung tentang apa dan
siapa yang sebenarnya suatu merek, asosiasi harus konsisten dengan citra merek
dan pesan lainnya. Perusahaan dapat mensponsori berbagai hal: program acara di
media, kegiatan-kegiatan, individu, tim, kategori olahraga, organisasi kebudayaan,
dan lain-lain.
2.3.2 Kekuatan & Keterbatasan Event dan Sponsorship
Event dan sponsorship ‘memperbesar’ perusahaan atau tingkat ‘ketenaran’
suatu brand melalui upaya menghubungkannya dengan sesuatu yang positif.
51
Universitas Sumatera Utara
Karena faktor keterlibatan, event dan sponsorship juga merupakan aktivitas
pembangun hubungan baik yang secara emosional mengikat pelanggan ke
perusahaan atau merek, dan mereka dapat digunakan untuk melibatkan berbagai
pemangku kepentingan (Duncan, 2002: 646).
Keterbatasan terbesar dari event dan sponsorship adalah bahwa, sesuai
dengan ruang lingkup acara tersebut, yang cenderung terlibat langsung hanya
sebagian kecil dari target sasaran sebuah merek. Inilah sebabnya sebabnya laba
atas investasi dari event dan sponsorship ditentukan bukan dari event itu saja,
melainkan oleh seberapa baik fungsi komunikasi pemasaran lainnya mampu
mempengaruhi sponshorship tersebut.
Menurut Tom Duncan, ada empat kategori fungsi komunikasi pemasaran
utama; pertama, yang secara mendasar menggunakan media massa (iklan dan
public relations); kedua, yang menggunakan situasi dan tempat (promosi
penjualan, pengemasan, titik pembelian lansung); ketiga, yang menggunakan
komunikasi pribadi (penjualan langsung dan penjualan pribadi); dan keempat,
yang menggunakan pengalaman (event, sponsorship, dan pameran perdagangan).
Dengan mengetahui perbedaan-kekuatan dan keterbatasan-antara masing-masing
fungsi utama komunikasi pemasaran, pemasar lebih mampu untuk memilih dan
mengintegrasikan fungsi komunikasi pemasaran yang paling sesuai untuk setiap
kegiatan membangun merek (Duncan, 2002: 499).
2.4
Teori AIDDA
Teori AIDDA atau biasa dikenal dengan sebutan A-A Procedure adalah
akronim dari kata-kata attention (perhatian), interest (minat), desire (hasrat),
decision (keputusan), action (tindakan). Proses pentahapan komunikasi ini
52
Universitas Sumatera Utara
mengandung
maksud
bahwa
komunikasi
hendaknya
dimulai
dengan
membangkitkan perhatian. Teori AIDDA ini merupakan bentuk efek yang
menjelaskan bagaimana khalayak mampu mencerna sebuah pesan komunikasi
pemasaran hingga membuatnya mengambil sikap dan berperilaku seperti apa yang
diharapkan komunikator.
Dalam hubungan ini, komunikator harus menimbulkan daya tarik. Apakah
perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya
menumbuhkan minat atau interest. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang
merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat atau desire untuk melakukan suatu
kegiatan yang diharapkan komunikator. Hasrat ada pada diri komunikan harus
dilanjutkan dengan datangnya keputusan atau decision, yakni untuk melakukan
kegiatan atau action sebagaimana diharapkan komunikator (Effendy, 1992:304305).
Dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa event marketing Rumah
Cantik Citra sebagai komunikator yang menyampaikan pesan-pesannya kepada
pria dengan tujuan untuk menarik perhatian agar pesan yang disampaikan tersebut
dapat diterima. Berkaitan dengan menumbuhkan tindakan membeli atau
mengkonsumsi merek Citra, tahapan selektivitas masyarakat sebagai sikap
penentuan pilihan mereka dapat dilihat melalui tahapan-tahapan konsep AIDDA,
yang digambarkan sebagai berikut:
•
Attention; dalam tahap ini, kegiatan mulai dilakukan dengan maksud untuk
menumbuhkan perhatian khalayak terhadap event Rumah Cantik Citra
(RCC).
53
Universitas Sumatera Utara
•
Interest; ini adalah tahap kedua di mana khalayak tidak hanya menaruh
perhatian terhadap event RCC tetapi juga mulai tertarik atau berminat dan
mencari informasi yang lebih banyak lagi tentang RCC dan juga merek
Citra.
•
Desire; dalam tahap ini khalayak telah mempunyai motivasi untuk
mendatangi RCC dan mencoba perawatan kecantikan yang ditawarkan di
event tersebut.
•
Decision; pada tahap ini sikap sesungguhnya khalayak terhadap event
mulai terlihat. Di tahap ini juga konsumen mengambil keputusan untuk
menyukai event RCC (perawatannya serta produknya) atau tidak.
•
Action; ini merupakan tahap akhir dari formula ini. Pada tahap ini
tercermin action atau tindakan khalayak untuk menggunakan merek yang
telah dicobanya melalui event RCC (Kurniawati, 2006: 19).
1. Perhatian (attention)
Pada tahap ini, khalayak diterpa oleh pesan-pesan komunikasi tentang
RCC yang bisa hadir melalui berbagai media yang ada misalnya televisi, radio,
media cetak, flyer serta melalui komunikasi dari mulut ke mulut (pribadi),
kemudian khalayak melihat dan memperhatikan pesan tersebut. Perhatian ini
muncul karena pesan komunikasi pemasaran tersebut dikemas sedemikian rupa
hingga kelihatan menarik.
2. Tertarik (interest)
Setelah perhatian khalayak terfokus kepada informasi yang mereka terima
tentang RCC, maka perhatian tersebut dapat berubah menjadi minat karena
dibarengi dengan sebuah ketertarikan. Jika menggunakan kata-kata/kalimat yang
54
Universitas Sumatera Utara
menarik maka menimbulkan rasa ingin tahu lebih banyak mengenai produk yang
mereka baca / dengar atau dengan kata lainnya khalayak menjadi penasaran dan
mulai mencari informasi sehubungan dengan RCC.
3. Minat (desire)
Tahap berikutnya yakni timbulnya keinginan seseorang/khalayak untuk
mencoba melakukan /memilih sesuatu yang diawali dari proses ada rasa
kepentingan atau ketertarikan terhadap pesan komunikasi pemasaran lalu timbul
keinginan-keinginan untuk mencoba melakukan ataupun memilih sesuatu yang
mereka dengar. Berkaitan dengan RCC, pada tahap ini khalayak sudah
mempunyai minat untuk mencoba melakukan perawatan kecantikan yang ada di
RCC seperti yang mereka baca / lihat / dengar dari media massa ataupun dari
pembicaraan dengan sesamanya. Minat merupakan suatu situasi seseorang
sebelum melakukan suatu tindakan tertentu, yang dapat dijadikan dasar untuk
memprediksi sikap, perilaku ataupun tindakan. Minat juga sering dianggap
sebagai perangkap atau perantara antara faktor–faktor motivasional yang
mempengaruhi sikap dan perilaku. Keberadaan minat pada seseorang juga bisa
mengindikasikan seberapa jauh dirinya mempunyai kemampuan untuk mencoba.
4. Keputusan (decision)
Dilihat dari proses pengambilan keputusan, proses keputusan pembelian
sangat bervariasi. Ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks. Pengambilan
keputusan sebagai proses penting yang mempengaruhi keputusan pembelian
sangat penting untuk dipahami oleh pemasar. Dalam proses pengambilan
keputusan ada tahapan proses yang dilakukan yakni tahap pengakuan adanya
kebutuhan (konsumen merasakan adanya kebutuhan), usaha pencarian informasi
55
Universitas Sumatera Utara
sebelum membeli, dan penilaian terhadap alternatif. Dimana proses tersebut
dipengaruhi oleh usaha-usaha dari pemasaran perusahaan dan lingkungan
sosiokultural serta kondisi psikologis konsumen.
5. Tindakan (Action)
Tahap ini merupakan wujud dari keseluruhan tahapan teori yang
menghasilkan suatu aksi atau tindakan nyata dan konkret yakni melakukan
transaksi dengan penjual guna memenuhi kebutuhannya. Berkaitan dengan RCC,
pada tahap ini konsumen sudah mempunyai tindakan nyata, yakni memutuskan
untuk datang ke RCC dan mencoba produknya guna memenuhi kebutuhannya
atau sebaliknya.
2.5
Brand dan Brand Equity
2.5.1 Sekilas tentang Brand
Praktik branding telah berlangsung berabad-abad. Kata “brand” dalam
bahasa Inggris berasal dari kata “brandr” dalam bahasa Old Norse, yang berarti
“to turn”, mengacu pada pengidentifikasian ternak (Tjiptono, 2005:23). Pada
waktu itu, pemilik peternakan menggunakan “cap” khusus untuk menandai ternak
miliknya dan membedakan dari ternak milik orang lain. Melalui cap seperti ini
konsumen menjadi lebih mudah mengidentifikasikan ternak-ternak berkualitas
yang ditawarkan oleh para peternak bereputasi bagus. Manfaat merek sebagai
pedoman yang memudahkan konsumen memilih produk tetap berlaku hingga saat
ini.
Sejumlah bukti historis mengungkap bahwa merek dalam bentuk tanda
identitas (identity marks) telah digunakan sejak ribuan sejak ribuan tahun yang
lalu. Sebagai contoh, tulisan dan gambar di dinding-dinding kuburan Mesir kuno
56
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa ternak pada zaman itu telah diberi merek/tanda sejak tahun
2000 SM. Di zaman Romawi kuno toko-toko memakai gambar (seperti sepatu,
sapi, atau daging) untuk mengidentifikasi produknya. Contoh-contoh lainnya
meliputi tanda identitas pada proselin Tiongkok kuno dan
guci Yunani dan
Romawi kuno.
Pada abad pertengahan, sejumlah bisnis (seperti pembuat roti dan
pengrajin perak) dikendalikan oleh serikat pekerja yang memberikan semacam
tanda sertifikasi kualitas. Tanda semacam ini kemudian menjadi entitas hukum di
beberapa negara (seperti Inggris dan Jerman) pada abad 14 dan 15. Memasuki
abad 20, hukum merek dagang (trademark law) telah mapan. Peranan merek
dagang adalah untuk mengidentifisikan perancang dan atau pemanufaktur
spesifik. Baru pada akhir abad 19 dan awal abad 20 para pemanufaktur
menggunakan merek untuk mengidentifikasikan produk spesifik.
Merek adalah nama dan / atau symbol yang bersifat membedakan (seperti
sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau
jasa dari seorang penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barangbarang dan jasa yang dihasilkan oleh kompetitor (Kotler,1997: 9). Menurut Kotler
merek dipandang sebagai bagian dari produk sehingga branding dianggap sebagai
aktivitas yang memberi nilai tambah bagi produk (Tjiptono, 2005: 10).
Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek (brand)
adalah “tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”. Defenisi
ini memiliki kesamaan dengan definisi versi American Marketing Association
57
Universitas Sumatera Utara
yang menekankan peranan merek sebagai identifier dan differentiatior.
Berdasarkan kedua definisi ini, secara teknis apabila seorang pemasar membuat
nama,logo atau simbol baru untuk sebuah produk, maka ia telah menciptakan
sebuah merek (Tjiptono, 2005: 2).
Menurut Bilson Simamora (2002) dalam Purba dkk (2006), merek
memiliki lima fungsi yaitu:
1) Merek menciptakan pilihan akan berbagai produk yang muncul di pasar.
2) Merek
menyederhanakan
keputusan,
agar
tidak
membingungkan
konsumen menentukan pilihan.
3) Merek menawarkan jaminan mutu dan mengurangi resiko penipuan.
4) Merek membantu mengekspresikan diri, dengan produk bermerek akan
menaikkan gaya hidup dan status seseorang.
5) Merek menawarkan persahabatan dan kesenangan.
2.5.2 Definisi Brand Equity
Brand equity (ekuitas merek) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek
yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan
atau para pelanggan perusahaan. (Aaker, 1997:22).
Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya mesti
berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek. Aset dan liabilitas yang
menjadi dasar ekuitas merek akan berbeda antara suatu konteks dengan konteks
lainnya. Walau begitu, keduanya bisa dikelompokkan ke dalam empat kategori:
 Kesadaran merek
 Kesan kualitas
58
Universitas Sumatera Utara
 Asosiasi-asosiasi merek sebagai tambahan terhadap kesan kualitas
 Loyalitas merek (brand loyalty)
2.5.3 Manfaat Brand Equtiy
1. Memberikan Nilai Kepada Konsumen
Aset ekuitas merek pada umumnya menambahkan atau mengurangi nilai
bagi para konsumen. Aset-aset ini bisa membantu mereka menafsirkan, berproses
dan menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek.
Ekuitas merek juga bisa mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian (baik itu karena pengalaman masa lalu dalam
menggunakannya maupun kedekatan dengan merek dan aneka karakteristiknya).
Yang lebih penting nantinya adalah kenyataannya bahwa kesan kualitas dan
asosiasi merek bisa menguatkan kepuasan konsumen dengan pengalaman
menggunakannya.
2. Memberikan Nilai Kepada Produsen
Ekuitas merek berpotensi untuk menambah nilai bagi perusahaan dengan
cara: Pertama, ekuitas merek bisa menguatkan program memikat para konsumen
baru atau merangkul kembali konsumen lama. Kedua, tiga dimensi ekuitas merek
yang pertama bisa menguatkan loyalitas merek. Kesan kualitas, asosiasi, dan
nama yang terkenal bisa memberikan alasan untuk membeli dan bisa
mempengaruhi kepuasan penggunaan. Loyalitas merek yang telah dikuatkan
terutama penting untuk merespons para pesaing yang melakukan inovasi dan
memperoleh keuntungan produk.
Ketiga, ekuitas merek biasanya akan memungkinkan margin yang lebih
tinggi dengan memungkinkan harga optimum (premium pricing) dan mengurangi
59
Universitas Sumatera Utara
ketergantungan pada promosi. Dalam banyak konteks, elemen-elemen ekuitas
merek menunjang harga optimum. Sebuah merek yang memiliki kelemahan
ekuitas merek harus menginvestasikan lebih banyak untuk aktivitas promosi.
Keempat, ekuitas merek bisa memberikan landasan untuk pertumbuhan
lewat perluasan merek. Kelima, ekuitas merek bisa memberikan dorongan dalam
saluran distribusi. Merek yang kuat akan mendapatkan keuntungan dalam urusan
penempatan barang di toko-toko swalayan dan kerjasama dalam menetapkan
program-program pemasaran. Terakhir, aset-aset ekuitas merek memberikan
keuntungan yang sering kali menghadirkan rintangan nyata terhadap para
kompetitor.
1) Kesadaran Merek
Kesadaran merek adalah kesanggupan seseorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari
kategori produk tertentu (Aaker, 1997:90). Peran dari kesadaran merek atas
ekuitas merek bergantung pada konteks dan pada tingkat mana kesadaran itu
dicapai. Tingkat paling rendah, pengakuan merek, didasarkan suatu tes
pengingatan kembali lewat bantuan (an aided recall test). Pada responden diberi
sekelompok merek dari kelas produk tertentu dan diminta untuk mengidentifikasi
produk-produk yang pernah mereka dengar sebelumnya.
Pada tingkatan berikutnya adalah pengingatan kembali merek (brand
recall). Pengingatan kembali merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk
menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk; ini diistilahkan dengan
“pengingatan kembali tanpa bantuan” (unaided recall). Pengingatan kembali
merek tanpa bantuan adalah tugas yang jauh lebih sulit dibandingkan pengenalan,
60
Universitas Sumatera Utara
dan ini mempunyai assosiasi yang berkaitan dengan suatu posisi merek yang lebih
kuat (Aaker, 1997: 91).
Merek yang disebutkan pertama dalam suatu tugas pengingatan kembali
tanpa bantuan berarti telah meraih kesadaran puncak pikiran (top-of-mind
awareness), suatu posisi istimewa. Dalam pengertian sederhana, merek tersebut
menjadi “pimpinan” dari berbagai merek yang ada dalam pikiran seseorang
(Aaker, 1997:92).
a) Cara Kerja Kesadaran Dalam Membantu Sebuah Merek
Jangkar
tempat
cantelan
asosiasi-asosiasi merek
Familiaritas
Kesadaran Merek
rasa suka
Tanda mengenai substansi /
komitmen
Bahan pertimbangan merek
Gambar 2.3 Nilai Kesadaran Merek
Kesadaran merek menciptakan nilai sedikitnya dalam empat cara (Aaker,
1997: 93-94) yaitu:
a) Jangkar tempat cantelan asosiasi-asosiasi lain. Pengakuan merek
merupakan langkah dasar pertama dalam tugas komunikasi. Biasanya siasia untuk berusaha mengkomunikasikan atribut-atribut merek sebelum
sebuah merek mantap dengan atribut-atribut yang diasosiasikan. Dengan
tingkat pengenalan yang mapan, tugas selanjutnya tinggal mencantelkan
suatu asosiasi baru, seperti suatu atribut produk.
61
Universitas Sumatera Utara
b) Familiaritas / keakraban. Pengakuan memberi merek suatu kesan akrab
dan orang-orang meyukai sesuatu yang akrab.
c) Tanda mengenai substansi/komitmen. Kesadaran merek menjadi suatu
signal dari kehadiran, komitmen, dan substansi. Logikanya jika sebuah
merek dikenali, pasti ada sebabnya seperti perusahaan telah mengiklankan
secara luas, telah menggeluti bisnis tersebut dalam waktu yang lama,
mempunyai jangkauan distribusi yang luas, dan merek tersebut telah
berhasil.
d) Bahan pertimbangan merek. Dalam proses pembelian langkah pertamanya
biasanya adalah menyeleksi sekumpulan merek untuk dipertimbangkan.
Pada umumnya, jika sebuah merek tidak mencapai pengingatan kembali
maka tidak akan termasuk dalam proses pertimbangan.
Selanjutnya David A. Aaker (1997: 106-111) mengemukakan bahwa
untuk meraih kesadaran terhadap suatu merek, baik untuk dipelihara maupun
untuk ditingkatkan terdapat beberapa pendekatan atau pedoman, yaitu:
a) Menjadi berbeda dan dikenang
Alasan untuk diperhatikan dan seharusnya bisa terus dikenang adalah
menjadi berbeda dan istimewa. Hal ini memang memerlukan strategi
kreatif.
b) Melibatkan sebuah slogan atau jingle
Sebuah slogan atau jingle bisa menjadi alat yang jitu dalam menciptakan
kesadaran dan menimbulkan pengaruh yang besar. Kaitan pada slogan
tersebut bisa menjadi lebih kuat jika melibatkan suatu karakteristik produk
62
Universitas Sumatera Utara
yang divisualisasikan. Karena itu, sudah sewajarnya menciptakan dan
memantapkan sebuah slogan dengan kaitan yang kuat terhadap merek dan
kelas produk.
c) Penampakan simbol
Sebuah simbol mengandung pencitraan visual yang jauh lebih mudah
diketahui dan diingat kembali daripada sebuah kata atau frase. Selain itu,
banyak sekali cara yang kreatif untuk mendapatkan penampakan symbol
selain menggunakan iklan, misalnya dengan memunculkan aneka ragam
buah apel dalam pameran computer. Apel tersebut mengarah pada suatu
simbol computer bermerek Apple.
d) Publisitas
Publisitas adakalanya bisa ‘menggiring bola’. Publisitas bisa jauh lebih
murah ketimbang iklan di media namun dengan hasil yang sama bahkan
juga bisa lebih efektif. Khalayak cenderung tertarik mempelajari suatu
kisah baru daripada membaca iklan.
e) Sponsor kegiatan
Sponsor atau pensponsoran adalah dukungan pihak tertentu pada suatu
kegiatan berupa dukungan dana ataupun bentuk fasilitas lainnya. Peran
utama dari sebagian besar sponsor kegiatan adalah menciptakan atau
memelihara kesadaran. Publikasi pensponsoran biasanya menampilkan
logo, merek dan nama perusahaan yang langsung bisa terlihat oleh
khalayak.
f) Pertimbangan perluasan merek
63
Universitas Sumatera Utara
Salah satu cara untuk mendapatkan pengingatan kembali merek-dengan
kata lain untuk membuat merek lebih menonjol- adalah meletakkan merek
tersebut pada produk lain.
g) Menggunakan tanda-tanda (cues)
Suatu kampanye kesadaran kerapkali bisa dibantu tanda-tanda dari kelas
produk tertentu, merek atau keduanya. Kemasan bisa menjadi tanda yang
penting bagi merek karena kemasan merupakan stimulus aktual terhadap
pembeli.
2) Kesan Kualitas
Kesan kualitas bisa didefenisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan
dengan maksud yang diharapkan (Aaker, 1997:124).
Kesan kualitas tidak bisa ditetapkan secara objektif, karena kesan kualitas
ini merupakan persepsi dan juga karena melibatkan apa yang penting buat para
pelanggan.
a. Nilai dari Kesan Kualitas
Alasan untuk membeli
Diferensiasi/posisi
Kesan kualitas
Harga optimum
Minat saluran distribusi
Perluasan merek
Gambar 2.4 Nilai dari Kesan Kualitas
64
Universitas Sumatera Utara
Dalam banyak konteks, kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan
yang penting untuk membeli, mempengaruhi merek-merek mana yang mesti
dipertimbangkan, dan pada gilirannya mempengaruhi merek apa yang bakal
dipilih.
Suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi
kesan kualitas. Apakah merek itu merupakan super optimum, optimum, bernilai
atau ekonomis?. Keuntungan kesan kualitas memberikan pilihan-pilihan dalam
menetapkan harga optimum (optimum price). Harga optimum bisa meningkatkan
laba, dan memberikan sumber daya unuk reinvestasi pada merek tersebut. Sebagai
gantinya, pelanggan mungkin bisa ditawari nilai keunggulan atas harga yang
kompetitif.
Kesan kualitas juga punya arti penting bagi para pengecer, distributor dan
berbagai pos saluran lainnya. Dalam kasus-kasus tertentu, berbagai pos saluran
dimotivasi untuk menyalurkan merek-merek yang sangat diminati para pelanggan.
Kesan kualitas bisa dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai
perluasan merek. Sebuah merek yang kuat dalam hal kesan kualitas akan sanggup
untuk meluaskan diri lebih jauh, dan akan mempunyai kemungkinan sukses yang
lebih besar dibandingkan dengan merek yang lebih lemah (Aaker, 1997:129).
3) Asosiasi Merek
a) Definisi Asosiasi Merek
Suatu asosiasi merek adalah segala hal yang “berkaitan” dengan ingatan
mengenai sebuah merek. Asosiasi dan pencitraan keduanya mewakili berbagai
persepsi yang mungkin mencerminkan (atau mungkin tidak mencerminkan)
realitas objektif. Suatu merek yang telah mapan akan mempunyai posisi yang
65
Universitas Sumatera Utara
menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh berbagai asosiasi yang
kuat (Aaker, 1997: 160-161).
b) Nilai Asosiasi Merek
Membantu proses/penyusunan informasi
Diferensiasi/posisi
Asosiasi Merek
Alasan untuk membeli
Menciptakan sikap/perasaan positif
Basis perluasan
Gambar 2.5 Nilai dari Asosiasi Merek
Asosiasi-asosiasi bisa membantu mengikhtisisarkan sekumpulan fakta dan
spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan, dan bisa jadi
mahal bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya.
Asosiasi-asosiasi pembeda bisa menjadi keuntungan kompetitif yang
penting. Jika sebuah merek sudah dalam posisi yang mapan (dalam kaitan dengan
para kompetitor) untuk suatu atribut utama dalam kelas produk tertentu para
kompetitor akan mendapat kesulitan untuk menyerang (Aaker, 1997:164).
Banyak asosiasi merek membutuhkan berbagai atribut produk atau
manfaat pelanggan (customer benefits) yang bisa menyodorkan suatu alasan
spesifik untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini
merupakan landasan dari keputusan pembelian dan loyalitas merek.
Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada
gilirannya merembet ke merek yang bersangkutan. Beberapa asosiasi menciptakan
perasaan positif selama pengalaman menggunakan, mengubah pengalaman
tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain.
66
Universitas Sumatera Utara
Suatu asosiasi bisa menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan
menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk baru,
atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut.
c) Tipe-tipe Asosiasi
Aaker mengemukakan adanya 11 tipe asosiasi merek, yaitu (Aaker,
1997:167):
1. Atribut produk
Atribut
produk
yang
paling
banyak
digunakan
adalah
mengasosiasikan auatu obyek dengan salah satu atau beberapa atribut atau
karakteristik produk yang bermakana dan saling mendukung, sehingga
asosiasi bisa secara langsung diterjemahkan dalam alasan untuk pembelian
suatu produk.
2. Barang-barang tak berwujud
Penggunaan atribut tak berwujud seperti kualitas keseluruhan,
kepemimpinan, teknologi, inovasi, atau kesehatan adakalanya bisa lebih
bertahan. Tetapi pengembangan asosiasi ini bisa berbahaya dan
memungkinkan mendapatkan suatu tingkat asosiasi produk yang berada di
luar kontrol perusahaan.
3. Manfaat bagi pelanggan
Biasanya terdapat hubungan antara atribut produk dan manfaat
bagi pelanggan. Terdapat dua manfaat bagi pelanggan, yaitu (a) manfaat
rasional adalah manfaat yang berkaitan erat dengan suatu atribut dan bisa
menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional; (b)
manfaat psikologis seringkali merupakan konsekuensi ekstrimdalam
67
Universitas Sumatera Utara
pembentukan sikap adalah manfaat yang berkaitan dengan perasaan yang
timbul ketika pembeli atau menggunakan merek tersebut.
4. Harga relatif
Pada umumnya merek hanya perlu berada di suatu harga tertentu
agar dapat memposisikan diri dengan jelas dan berjauhan dengan merekmerek lain pada tingkat harga yang sama. Untuk menjadi bagian dari
segmen utama, sebuah merek harus menawarkan suatu aspek yang
dipercaya
unggul
dalam
kualitas,
atau
sungguh-sungguh
dapat
memberikan jaminan harga optimum.
5. Penggunaan/Aplikasi
Produk dapat mempunyai beberapa strategi positioning, walaupun
hal ini mengundang sejumlah kesulitan. Suatu strategi positioning lewat
penggunaan mewakili posisi keduaatau ketiga untuk merek tersebut, suatu
posisi yang dengan sengaja berusaha meluaskan pasar untuk merek
tersebut.
6. Pengguna/pelanggan
Strategi positioning pengguna, yaitu mengasosiasikan sebuah
merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan, sangat efektif karena
bisa memadukan antara strategi positioning dan strategi segmentasi.
Mengidentifikasi sebuah merek dengan segmen yang ditargetkan
seringkali menjadi cara yang tepat untuk memikat segmen tersebut.
Problem dari asosiasi yang kuat terutama asosiasi penggunaan dapat
membatasi kesanggupan sebuah merek untuk memperluas pasarnya.
7. Orang terkenal/biasa
68
Universitas Sumatera Utara
Mengaitkan seseorang yang terkenal dengan sebuah merek bisa
mentransferkan asosiasi-asosiasi ini ke merek tersebut. Salah satu
karakteristik penting bagi sebuah merek untuk bisa dikembangkan adalah
kompetensi teknologi, kesanggupan mendesain, dan proses manufaktur
sebuah produk. Dengan mengaitkan antara merek produk dan orang
terkenal yang sesuai dengan produk tersebut akan memudahkan merek
tersebut mendapat kepercayaan dari pelanggan.
8. Gaya hidup/kepribadian
Sebuah merek dapat diilhami dari pelanggan dengan aneka
kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.
9. Kelas produk
Beberapa produk perlu membuat keputusan positioning yang
menentukan dan melibatkan asosiasi-asosiasi kelas produk.
10. Kompetitor
Kompetitor
bisa
menjadi
aspek
dominan
dalam
strategi
positioning, karena (a) kompetitor mungkin mempunyai suatu pencitraan
yang jelas, sangat mengkristal dan telah dikembangkan selama bertahuntahun sehingga dapat digunakan sebagai jembatan untuk membantu
mengkomunikasikan pencitraan dalam bentuk lain berdasarkan acuan
tersebut; (b) terkadang tidak penting seberapa bagus pelanggan
beranggapan atau berpikir tentang anda, yang lebih penting adalah mereka
percaya bahwa anda lebih baik atau sama dengan seorang kompetitor.
Positioning dengan mengaitkan para kompetitor bisa menjadi cara jitu
untuk menciptakan suatu posisi yang terkait pada karakteristik produk
69
Universitas Sumatera Utara
tertentu, terutama harga dan kualitas (price quality). Produk-produk yang
sulit dievaluasi cenderung menggunakan kompetitor yang sudah mapan
untuk membantu menjalankan tugas positioning. Positioning dengan
mengaitkan kompetitor bisa dilakukan melalui iklan komparatif,
dimanakompetitor
dengan
eksplisit
disebutkan
dan
dibandingkan
berkenaan karakteristik produk atau lebih.
11. Negara/wilayah geografis
Sebuah negara bisa menjadi simbol yang kuat, asalkan negara itu
mempunyai hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan.
Asosiasi negara bisa menjadi kompleks dan penting apabila negara
berusaha mengembangkan strategi global.
Mengembangkan asosiasi-asosiasi yang mengendalikan posisi-posisi ini
merupakan tantangan manajemen. Berbagai atribut produk atau manfaat
pelanggan merupakan suatu kelas asosiasi yang penting, namun terdapat hal-hal
lain yang juga penting dalam beberapa konteks. Sebagian akan menunjukkan
fakta di mana produk-produk bisa digunakan untuk mengekspresikan gaya hidup,
kelas sosial, dan peran profesional. Sementara yang lain akan merefleksikan
asosiasi-asosiasi yang memerlukan aplikasi produk dan tipe-tipe orang yang
menggunkan produk tersebut, toko yang menjual produk tersebut, atau wiraniaga
yang menjualnya.
4) Loyalitas Merek
Loyalitas merek dari kelompok pelanggan seringkali merupakan inti dari
ekuitas merek. Apabila para pelanggan tidak tertarik pada merek dan membeli
karena karakteristuk produknya, harga dan kenyamanan dengan sedikit
70
Universitas Sumatera Utara
mempedulikan merek, maka berarti kemungkinan ekuitas mereknya kecil.
Sebaliknya, apabila para pelanggan melanjutkan untuk membeli merek tersebut
kendati dihadapkan pada para kompetitor yang menawarkan karakteristik produk
yang lebih unggul dari segi harga dan kepraktisannya, berarti ada nilai yang amat
besar dalam merek tersebut dan barangkali juga dalam simbol dan slogannya.
Loyalitas merek merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan
pada sebuah merek. Ini mencerminkan bagaimana seorang pelanggan mungkin
akan beralih ke merek lain, terutama jika merek tersebut membuat suatu
perubahan, baik dalam harga atau dalam unsur-unsur produk. Bila loyalitas merek
meningkat, kerentanan kelompok pelanggan dari serangan kompetitif bisa
dikurangi. Ini merupakan indikator dari ekuitas merek yang secara nyata terkait
dengan laba masa depan, karena loyalitas merek secara langsung ditafsirkan
sebagai penjualan masa depan.
a. Tingkatan-tingkatan dalam loyalitas merek
Terdapat beberapa tingkat loyalitas sebagaimana ditunjukkan oleh gambar
di bawah ini. Setiap tingkat mewakili tantangan pemasaran yang berbeda, dan
mewakili juga tipe aset yang berbeda dalam mengelola dan mengeksploitasinya.
Pembeli
komit
Menyukai merek
Menganggap
merek sebagai
sahabat
Pembeli yang puas
dengan biaya peralihan
71
Pembeli yang puas/bersifat Universitas Sumatera Utara
kebiasaan tidak ada masalah untuk
beralih
Sumber: Aaker (1997: 57)
Gambar 2.6 Piramida Loyalitas
Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal sama sekali
tidak tertarik pada merek tersebut, merek apapun dianggap memadai. Pembeli tipe
ini mungkin bisa diistilahkan sebagai pembeli harga atau pengalih. Tingkat kedua
adalah para pembeli yang puas dengan produk, atau setidaknya tidak mengalami
ketidakpuasan. Para pembeli tipe ini mungkin bisa disebut para pembeli
kebiasaan. Akan tetapi, para pembeli ini mungkin juga sulit dirangkul karena
tidak ada alasan bagi mereka untuk memperhitungkan berbagai alternatif.
Tingkat ketiga juga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul
biaya peralihan (switching cost) yakni biaya dalam waktu, uang atau risiko kinerja
berkenaan dengan tindakan beralih merek. Untuk menarik minat para pembeli ini,
para kompetitor perlu mengatasi biaya peralihan dengan menawarkan bujukan
untuk beralih atau dengan tawaran suatu manfaat yang cukup besar sebagai
kompensasi. Kelompok ini mungkin bisa disebut pelanggan yang loyal terhadap
biaya peralihan.
72
Universitas Sumatera Utara
Pada tingkat keempat, terdapat pelanggan yang sungguh-sungguh
menyukai merek tersebut. Preferensi mereka mungkin dilandaskan pada suatu
asosiasi; seperti suatu simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan, atau
kesan kualitas (perceived quality) yang tingi. Namun, rasa suka seringkali
merupakan suatu perasaan yang umum yang tidak bisa ditelusuri dengan cermat
untuk dikategorikan dalam sesuatu yang spesifik. Adakalanya hanya sekedar
karena adanya hubungan dalam waktu lama yang bisa menciptakan suatu
pengaruh yang kuat.
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka mempunyai
kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna dari suatu merek.rasa
percaya diri mereka termanifestasi pada tindakan semacam merekomendasi merek
tersebut pada orang lain. Nilai dari konsumen yang berkomitmen tersebut tidaklah
begitu besar pada perusahaan, tapi lebih pada dampak terhadap orang lain dan
terhadap pasar itu sendiri. Suatu merek yang mempunyai kelompok besar para
pelanggan yang komit bisa diistilahkan sebagi sebuah merek yang karismatik.
Kelima tingkatan ini dibuat dengan melakukan penyederhanaan. Dengan kata lain,
kelimanya tidak selalu muncul dalam bentuk yang murni, dan tidak tertutup
kemungkinan mengkonseptualisasi bentuk-bentuk yang lain (Aaker, 1997:60).
b. Nilai Strategis Dari Loyalitas Merek
Loyalitas merek dari para pelanggan yang ada mewakili suatu aset
strategis (strategic asset) yang, jika dikelola dan dieksploitasi dengan benar,
mempunyai potensi untuk memberikan nilai dalam beberapa bentuk seperti yang
diperlihatkan gambar 2.8.
Pengurangan biaya pemasaran
73
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan perdagangan
Loyalitas merek
Memikat para pelanggan baru:

Menciptakan
kesadaran merek

Meyakinkan kembali
Waktu merespons ancaman
kompetitif.
Sumber: Aaker, 1997: 69
Gambar 2.7 Nilai Loyalitas Merek
Suatu basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek bisa mengurangi
biaya pemasaran perusahaan. Akan lebih murah biayanya untuk mempertahankan
para pelanggan dibandingkan berusaha mendapatkan pelanggan baru. Karena
calon pelanggan baru biasanya kurang motivasi untuk beralih dari merek yang
sedang mereka gunakan, maka mereka menjadi mahal untuk didekati (Aaker,
1997:68). Loyalitas merek menghasilkan peningkatan perdagangan. Loyalitas
merek yang kuat akan meyakinkan pihak pertokoan untuk memajang di rakraknya karena mereka mengetahui para pelangggan akan mencantumkan merekmerek tersebut dalam daftar belanjanya.
Suatu basis pelanggan yang puas dan suka pada merek tertentu bisa
menimbulkan keyakinan bagi calon pelanggan, khususnya bila pembelian itu agak
mengandung risiko. Kelompok besar pelanggan yang relatif puas akan
memberikan suatu pencitraan bahwa merek tersebut merupakan produk yang
diterima luas, berhasil, beredar di pasaran, dan sanggup untuk mengusahakan
dukungan layanan dan peningkatan mutu produk (Aaker, 1997:71).
74
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulannya, adalah mudah untuk menjaga para pelanggan, yaitu
sekedar mematuhi beberapa aturan dasar, sebagaimana ditujukan pada gambar di
bawah ini.
Memperlakukan pelanggan dengan layak
Menjalin kedekatan dengan pelanggan
Mengukur/mengelola kepuasan pelanggan
Loyalitas merek
Menciptakan biaya peralihan
Memberikan ekstra
Gambar 2.8 Menciptakan dan Memelihara Loyalitas Merek
75
Universitas Sumatera Utara
Download