1 Model Pengelolaan dan Penyampaian

advertisement
Model Pengelolaan dan Penyampaian Informasi Melalui Website Pemerintah Daerah
sebagai Media Pengembangan Ruang Publik dan Potensi Sosial Ekonomi Daerah
Studi Kasus www.surabaya.go.id dan www.lumajang.go.id
Oleh :
1. Drs. Sanhari Prawiradireja, MSi
Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo
2. Achmad Choiron, S.Kom, M.T.
Fakultas Teknik – Universitas Dr. Soetomo
Ringkasan
Website pemerintah daerah merupakan sarana e-government untuk meningkatkan
reformasi birokrasi. Keberadaannya berdasarkan Instruksi Presiden No 3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Pada saat ini, dari
471 pemda, ada 226 wilayah yang sudah memiliki website dan tercatat 198 dikelola secara
aktif. Www.lumajang.go.id. yang dikelola Kabupaten Lumajang termasuk salah satu yang
aktif. Dengan tersedianya website pemda berarti tersedia sarana interaksi langsung antara
pemerintah daerah dan masyarakat, baik yang berada dalam wilayah pemerintah daerah
maupun di luar pemerintah daerah.
Masalah tersebut adalah berkaitan dengan pemanfaatan ruang publik yang menjadi
dasar demokrasi partisipatoris. Keberadaan website pemda berkaitan dengan matra
pemberdayaan politik warga dalam arti menyediakan ruang publik untuk diskursus sosial
yang berkualitas, deliberatif dan mempunyai signifikansi nilai kewargaan. Penelitian ini
bertujuan menemukan model pengembangan website pemerintah daerah dalam kerangka
pengembangan content yang berkualifikasi dan aspek teknis web yang menyangkut
estetika, kecepatan dan keamanan akses. Proses organisasional dalam media website pemda
juga akan dikaji mengingat media bagaimanapun juga adalah salah satu bentuk
institutionalized communicator.
Kata Kunci: ruang publik; informasi, diskursus deliberative, web development, web
hosting.
Pendahuluan
Amanat penerapan e-Government dicanangkan pada saat awal bergulirnya era
reformasi. Reformasi di tubuh birokrasi pemerintahan mengharuskan pemerintah daerah
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
1
dan pusat untuk memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dalam menerapkan egovernment sesuai dengan Inpres No.3 tahun 2003 tentang “Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan E-Government”. Pemanfaatan e-government ini merupakan
bagian dari keterbukaan pemerintah dalam menuju tata kepemerintahan yang baik, dan hal
ini sangat bagus untuk membangun good governance (Radot, 2010). Pada saat ini, dari 471
pemda, ada 226 wilayah yang sudah memilikiwebsite dan tercatat 198 dikelola secara
aktif. Www.lumajang.go.id. yang dikelola Kabupaten Lumajang termasuk salah satu yang
aktif, meskipun belum termasuk 9 terbaik dari website pemda yang ada di Jawa Timur
yang terbagi dalam 3 kriteria kategori daerah dengan basis penjenjangan kemampuan
sumberdaya (www.jatimprov.go.id).
Gejala awal yang terjadi pada tata laksana website pemerintah daerah dan lembaga
tinggi lainnya adalah semrawutnya penamaan website (domain name) yang digunakan.
Sampai akhirnya Menkominfo menerbitkan Peraturan Menkominfo Nomor: 28
/PER/M.KOMINFO/9/2006 yang pengaturan penamaan domain name bagi setiap
pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan lembaga tinggi negara.
Masalah yang muncul berikutnya dari pemanfaatan website oleh pemerintah daerah
dan lembaga yang berada dibawahnya adalah belum adanya tinjauan standard website
pemerintah terkait arsitektur website. Standard yang ada saat baru mengacu pada sistem
penilaian website menurut versi Menkoninfo yang meliputi: (i) Kecepatan (Speed), (ii)
Homepage, (iii) Isi (Content), (iv) Konteks, (v) Kemudahan Dibaca (Readibility), (vi)
Mobilitas Data, (vii) Ketepatan (Accuracy), (viii) Layanan Publik, (ix) Ukuran Kualitas
Interaksi (Usability), dan (x) Penggunaan Platform. Sepuluh parameter diatas secara umum
dikelompok menjadi 4 bagian yaitu: Fungsi situs web, Kualitas situs web, Tampilan situs
web, dan Inovasi. Kesepuluh parameter diatas merupakan acuan yang digunakan selama ini
dalam menentukan website terbaik oleh pemerintah pusat.
Namun hal yang belum diatur dalam pembuatan website oleh masing-masing
lembaga dan pemerintah daerah adalah terkait dengan standard baku terkait dengan content
(isi) dan teknologi yang digunakan. Kebutuhan informasi masyarakat yang dinamis
seharusnya juga mengubah fitur apasaja yang harus tersedia dalam sebuah website sehingga
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
2
benar-benar berfungsi sebagai media layanan publik yang menjembatani pemerintah dan
masyarakat. Belum lagi adanya tumpang tindih isi yang tersebar di berbagai website yang
dimiliki oleh dinas atau lembaga dibawah pemerintah daerah.
Penelitian ini mencoba untuk menggali lebih baik lagi model web site layanan
pemerintah daerah yang mempertimbangkan isi dan arsitektur sesuai dengan kebutuhan
masyarakat saat ini ditinjau dari bidang ilmu komunikasi dan teknik informatika. Penelitian
ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Lumajang yang memiliki kesadaran kuat dalam
memperbaiki layanan publik dengan menerapkan e-goverment.
Rasional Dan Perumusan Masalah
a.
Bagaimanakah pengelolaan organisatoris dan manajemen kepemimpinan dalam
pengembangan website pemerintah daerah?
b.
Apa saja inovasi content, forum interaksi dan download resource yang dikembangkan
dalam menerapkan e-goverment?
c.
Bagaimanakah pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dan promosi potensi ekonomi daerah?
d.
Bagaimanakah keterhubungan antar unit atau antar instansi dalam pengelolaan
data/informasi?
Urgensi Penelitian
Urgensi penelitian adalah memaparkan secara fungsional matra pemberdayaan
publik melalui media website pemerintah daerah. Dengan paparan deskriptif ini maka dapat
diproyeksikan suatu model pengelolaan media. Hal ini bersifat mendasar karena
keberadaan media dalam pengertian ini adalah ketersediaan informasi yang meliputi jenis
informasi sesuai dengan kebutuhan warga sebagai stakeholder politik ataupun ekonomi.
Basis partisipasi politik atau ekonomi rasional tentunya adalah tersedianya informasi yang
positif dengan kriteria ketepatan dan kelengkapan informasi. Masalah utamanya adalah
menyangkut tingkat kepuasan warga sebagai pengguna atau pencari informasi. Pola user
friendly dalam penyediaan fasilitas content, kecepatan dan kemudahan akses serta tampilan
estetis adalah tuntutan utama pengguna media. Fasilitas isi yang selalu up to date dan selalu
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
3
diperbarui sesuai dengan perkembangan realitas sosial maupun kebutuhan khalayak sebagai
pengguna adalah mission sacre suatu media dalam matra pemberdayaan publik.
Studi Pustaka
Website Sebagai Ruang Publik
Ruang publik memiliki pemahaman sebagai bertemunya ide-ide kewargaan
berkaitan dengan kepentingan umum berbasis pada kesadaran atau pemahaman individual
karena pengaruh perkembangan media (Habermas, 1989). Dengan demikian, keberadaan
media sebagai penyedia ruang publik adalah forum bagi wacana atau diskursus yang
berkualitas, deliberatif dan memiliki signifikansi nilai kewargaan. Revitalisasi ruang publik
terletak pada upaya pembentukan konsensus rasional bersama, daripada memanipulasi
opini masyarakat umum demi kepentingan kekuasaan ataupun peraihan keuntungan
finansial semata.
Pada satu sisi, website pemerintah daerah tentunya berfungsi menyediakan ruang
untuk agenda yang berkaitan dengan kepentingan pemerintah daerah sebagai pelaksana
mandat kekuasaan rakyat di wilayahnya. Dengan demikian memang pada sisi keberadaan
awal web pemda adalah sebagai saluran penyampaian informasi untuk kepentingan
pemerintah sesuai dengan peristilahan yang ada yaitu e-government. Meskipun demikian,
tuntutannya tentu saja adalah penyediaan saluran tersebut sebagai bagian dari tata kelola
pemerintahan yang baik yaitu dengan menunjukkan transparansi proses yang merupakan
fokus perbincangan reformasi birokrasi. Pada sisi yang lain, warga memerlukan media yang
dapat menangkap aspirasi politik maupun ekonominya. Dengan penyaluran aspirasi
tersebut berarti menunjukkan kepentingan politik warga masuk dalam sistem politik dan
pada gilirannya akan terkonversikan menjadi kebijakan yang menyangkut kepentingan
mereka.
Di sini nampak bahwa dalam kondisi terbaiknya proses pengelolaan informasi
melalui web pemda ini juga mengikuti proses siklus perputaran informasi. Informasi yang
disampaikan oleh pemerintah baik itu berupa informasi berkaitan dengan tugas pokok
fungsi kedinasan, kebijakan ataupun adjudikasi akan mendapatkan respons dari warga yang
dalam proses politik merupakan proses kontrol politik. Pada saatnya, warga akan
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
4
menyampaikan kepentingan politiknya yang berupa aspirasi berupa permintaan, usulan,
bahkan keluhan atau tuntutan. Dengan demikian hak-hak politik dan kekuatan untuk
mempengaruhi keputusan/kebijakan telah diperluas oleh media tersebut. Warga dapat
menjadi kelompok pengendali ataupun kelompok penekan (pressure group). Jika ini terjadi
maka terjadi penyelarasan politik, bentuk elitisme politik terkikis dalam konsensus sosial
dalam ruang terbuka yang bebas dan dialogis. Inilah yang menjadi esensi demokrasi
partisipatoris (Varma, 2001).
Pengelolaan Media Dan Informasi
Dengan misi pemberdayaan publik, media dapat menjadi sarana harmonisasi sosial
yang menyediakan forum bersama yang fokus pada dialog menangani kepentingan
bersama. Hal ini tentu saja bergantung pada cara media itu dikelola. Komunikator pada
media termasuk dalam kategori komunikator terlermbaga (institutionalized communicator).
Pola organisasional yang ada di dalamnya mempengaruhi bagaimana informasi
ditransmisikan pada khalayak. Struktur organisasi yang ada sebagai suatu sistem menjadi
dasar operasional sistem pengolahan informasi. Struktur ini tentu saja tidak bersifat statis,
karena pola kerjanya ditentukan oleh perilaku manusia yang menjalankan organisai tersebut
(organizing behavior) (Pace dan Faules, 2000). Organisasi sebagai sistem pengorganisasian
berarti tindakan manusia yang saling bergantung untuk menyesuaikan dengan lingkungan
yang berubah. Pola regularitas yang ada inilah yang menentukan apakah organisasi tersebut
tanggap terhadap perubahan lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian.
Media sebagai sistem pengelolaan yang dijalankan orang memiliki regularitas atau
keajegan tertentu dalam operasionalnya. Bagaimana wewenang dan fungsi tertuang dalam
SOP (Standard Operasional Procedure) serta bagaimana implementasi atau pelaksanaan
dari manual organisasi tersebut belum tentu berjalan
secara selaras. Organisasi
bagaimanapun juga adalah sistem orang dalam menangani persoalan-persoalan fungsional
organisasi. Persoalan media sebagai organisasi adalah penyerapan, pengolahan dan
pentransmisian informasi. Dalam tradisi teori sosiokultural, media dikatakan menjalankan
banyak fungsi, “Media fulfill a variety of important functions in society, including framing
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
5
information, influencing opinion, providing entertainment, setting an agenda on issues”
(Littlejohn, 2005: 277).
Dalam fungsi framing, pengajuan opini, dan agenda setting media memberikan
bingkai bagaimana suatu persoalan dapat dilihat. Informasi diolah berdasarkan proses
pengolahan unsur-unsur pesan yang ada di dalamnya, nilai apa yang ditonjolkan,
kepentingan siapa yang dikedepankan, dengan tujuan apa informasi ditransmisikan, agenda
atau issue berasal dari siapa yang diangkat. Persoalan media sebagai organisasi berkaitan
dengan bagaimana orang-orang dalam media mengelola informasi. Siapa saja yang
berperan atau terlibat dalam mencari dan memilih informasi, siapa yang menyaring dan
mengolah informasi, siapa yang memutuskan kelayakan transmisi informasi. Persoalan
organisasi juga menyangkut setting dan konteks, bagaimana iklim komunikasinya, apakah
ada suasana dialogis dan keterbukaan. Tipologi relasi organisasional dan keragaman
informasi fungsional sebagai produk organisasional ini yang akan dilihat dalam penelitian
ini.
Website
Konsep dasar dari web atau world wide web (www) adalah adanya sebuah sistem
informasi yang memungkinkan untuk berbagi (sharing) sumber daya secara luas dalam
sebuah sistem jaringan komputer yang disebut internet. Oleh karena itu kemudian internet
menjadi sarana yang efektif saat ini untuk menyebarkan sumber daya berupa informasi
berbagai tujuan (Shklar, 2003). Lembaga Pendidikan dan Laboratorium Riset, merupakan
lembaga yang pertama kali menggunakan internet untuk berbagi dokumen dan informasi
untuk tujuan publikasi hasil penelitian. Lembaga Pemerintah dan Militer, merupakan
bagian yang juga mendorong penelitian besar-besaran akan cara berkomunikasi dengan
memanfaatkan internet. Akhir-akhir ini, web tidak hanya digunakan untuk pertukaran
informasi antar lembaga pemerintahan, tetapi juga sudah banyak diaplikasikan untuk
pelayanan birokrasi seperti lelang, pendaftaran perijinan, dan layanan lainnya. Perusahaan
Swasta, kebutuhan pengembangan dan pemanfaatan web sebagai sarana komunikasi juga
digunakan oleh berbagai perusahaan di dunia dengan memanfaatkannya untuk transaksi
online dan mempromosikan produk yang mereka tawarkan secara luas. Personal, jika pada
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
6
awalnya tidak semua orang bisa memanfaatkan web untuk publikasi dan promosi via
internet, sejak revolusi blog, hampir semua pengakses internet memiliki personal blog
sebagai sebuah sarana untuk berbagi ide atau gagasan, dan sekaligus bisa sebagai etalase
produk yang mereka pasarkan. Saat ini setiap orang bisa mempromosikan apapun via
internet dengan membuat web.
Istilah web merujuk www (World Wide Web) adalah halaman informasi baik
berupa teks, gambar, suara, video, dan animasi yang dapat diakses melalui jaringan
komputer skala luas (internet). Dengan kata lain, Web 2.0 merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan berbagai layanan di web yang memungkinkan pemakai
untuk berkolaborasi dan berbagi informasi secara online. Web 2.0 juga merupakan istilah
yang digunakan untuk menunjukkan suatu aplikasi web yang mempunyai interaktivitas
dengan pemakainya sama seperti halnya dengan aplikasi desktop.
Web Hosting
Sebuah sumberdaya seperti informasi dapat diakses dan dipublikasikan dalam
sebuah web jika informasi disimpan pada sebuah server yang yang disebut Web Server dan
sebuah Database Server yang diformat dalam bentuk dokumen yang mendukung untuk
penggunaan protokol http (hyper text tarnsfer protocol). Alamat dimana informasi tersebut
diletakkan disebut website atau situs seperti http://www.lumajang.go.id. Alamat tersebut
akan diarahkan pada sebuah infrastruktur web server dalam bentuk alamat IP Public.
Server web didefiniskan sebagai sebuah perangkat lunak server yang berfungsi
menerima permintaan HTTP atau HTTPS dari klien yang dikenal dengan browser web dan
mengirimkan kembali hasilnya dalam bentuk halaman-halaman web yang umumnya
berbentuk dokumen HTML. Server web yang terkenal diantaranya adalah Apache dan
Microsoft Internet Information Service (IIS).
Sedangkan pengguna yang akan mengakses informasi pada sebuah website harus
menggunakan aplikasi yang disebut browser seperti IE (internet Explorer), Opera, Firefox,
dan browser lainnya. Melalui browser tersebut, pengguna dapat mengakses informasi yang
ada di web server.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
7
Gambar 2.1. Sistem Komunikasi browser dan web server (Shklar, 2003).
Pada skema diatas, sebuah web server harus memiliki arsitektur yang selain
menjamin kemampuan akses juga harus memiliki tingkat keamanan yang terjamin dari
masalah pelanggaran hak akses. Penggunaan firewall dan perangkat lain sebagai sebuah
sistem pengamanan data, sangat penting untuk menjadi pertimbangan utama dalam
membangun atau memilih sebuah web hosting.
Sehingga sebuah web server yang baik harus dapat memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1.
Update Teknologi, perfomansi sebuah website akan sangat ditentukan oleh komponen
sistem yang digunakan pada web hosting. Sistem operasi dan fitur-fitur aplikasi yang
disediakan harus menunjang penggunaan teknologi terbaru.
2.
Kecepatan Akses, Kecepatan akses oleh pengguna terhadap halaman informasinya
ditentukan oleh bandwidth (lebar jalur) yang terpasang pada server. Ukuran bandwidth
ini dalam bentuk byte semakin besar semakin cepat yang nilainya bisa hingga 20GB
(Giga Byte).
3.
Ukuran Space, Perhitungan space atau tempat penyimpanan data disediakan sesuai
kebutuhan. Sebuah website statis mungkin cukup tidak lebih dari 50MB. Tetapi sebuah
website dinamis yang berisi transaksi atau posting (pengiriman) informasi, maka harus
diperhitungkan kebutuhan spacenya sesuai dengan ukuran database awal dan perkiraan
pertumbuhan data per tahunnya.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
8
4.
Keamanan Data, Seluruh data yang disimpan harus memiliki sistem keamanan yang
baik dengan mempertimbangkan penggunaan backup (cadangan) apabila terjadi
kerusakan data baik karena faktor eksternal seperti kejahatan internet (cyber crime)
maupun karena kegagalan perangkat keras.
Metode Penelitian
Konseptualisasi
Dalam penelitian ini, website pemerintah daerah dilihat sebagai media yang
merupakan organisasi yang berperan menyerap, mengolah dan menyampaikan informasi.
Sebagai sekumpulan orang yang bekerja bersama, anggota organisasi menangani persoalan
fungsional pekerjaan dalam pola-pola regular yang saling bertautan berdasar struktur
organisasi yang ada. Komunikasi menjadi proses yang penting dalam perilaku
pengorganisasian tersebut. Hal ini menyangkut persoalan tata kelola organisasi,
implementasi struktur formal organisasi, kecukupan orang dalam fungsi kerja yang ada,
cara memaknai proses kerja yang ada dalam kaitannya dengan produksi informasi.
Informasi sebagai produk media termasuk websie pemerintah daerah menyangkut
informasi yang fungsional dalam suatu sistem social. Informasi di sini diartikan sebagai
suatu produk dari siklus komunikasi yang input, proses dan produknya bergantung dari
proses internal dan eksternal media. Proses dialogis dan keterbukaan dalam pelibatan warga
dapat terjadi pada proses input dan interaksi dalam klaster informasi publik baik
menyangkut wilayah politik, ekonomi atau pelayanan publik yang lain. Keragaman ruang
publik yang disediakan oleh media tersebut menunjukkan efektifitas fungsional yang
disediakan. Dalam prakteknya, fungsionalisasi ketersediaan ruang ini tentunya ditunjukkan
dengan frekuensi dan intensitas penggunaan media website ini oleh warga wilayah lokal
pemerintahan atau bahkan wilayah yang lebih luas mengingat konsep sharing media ini
bersifat global dan tanpa batas (borderless).
Unit Analisis Dan Pengumpulan Data
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perilaku pengorganisasian yang ada di
dalam media sebagai organisasi yang berupa institulionized communicator. Bagaimana
struktur organisasi bekerja dan diimplementasikan, bagaimana proses pengambilan
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
9
keputusan, kompetensi seperti apa yang dibutuhkan dalam kelayakan pekerjaan menjadi
obyek analisis dalam penelitian. Data dalam aspek ini diperoleh dengan observasi dan
indepth interview.
Unit analisis berikutnya adalah jenis atau tipologi informasi seperti apa yang
disediakan oleh website pemerintah daerah. Ini menunjukkan keragaman isi dan
kelengkapan media dalam melayani tugas dan pokok fungsi transmisi informasi dalam
rangka tata pemerintahan yang baik yang menunjukkan pelayanan terhadap warga secara
komprehensif. Data bidang ini diperoleh dengan analisis isi (content analysis) dengan
prinsip kategorikal dan interpretasi. Sebaliknya, dari sisi khalayak atau warga akan dilihat
kebutuhan apa sebenarnya yang ada pada mereka. Data ini diperoleh dengan penyebaran
questioner dan interview terhadap khalayak yang akrab dan melek media internet.
Sistem teknologi iniformasi merupakan unit analisis berhubungan dengan teknik
operasional website. Spektrum teknologis seperti apa yang digunakan berkaitan dengan
tampilan atau performance teknis media tersebut yang meliputi kecepatan dan mobilitas
data (bandwith server dan shareable), design responsive yang merupakan penyesuaian
terhadap media yang digunakan, keamanan data dan recovery system. Evaluasi terhadap hal
ini menjadi dasar untuk menyusun pemodelan selanjutnya. Data dalam bidang ini diperoleh
dengan observasi teknis.
Rancangan Analisis
Rancangan analisis dalam penelitian ini berbasis interpretasi kualitatif terhadap data
yang dikumpulkan. Pada tahap pertama akan dilakukan analisis kebutuhan berdasarkan
survey lapangan maupun dari informasi yang dikumpulkan melalui kuesioner. Pada tahap
ini, akan diketahui pola kebutuhan informasi khalayak yang mereka harapkan diperoleh dri
website pemerintah daerah. Analisis interpretasi kualitatif juga dilakukan terhadap jenisjenis dan kualifikasi informasi yang disampaikan melalui website. Penilaian dilakukan
terhadap keragaman dan kelegkapannya berdasarkan tugas pokok fungsi kepemerintahan
dalam kerangka demokrasi partisipatoris. Analisis juga dilakukan secara interpretative
terhadap proses organisasional organisasi yang ada dalam organisasi media website pemda.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
10
Analisis teknis web juga dilakukan pada tahap ini untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
teknis standar dari website.
Pada tahap analisis kedua, pemodelan akan dilakukan berdasarkan analisis pada
tahap pertama. Spektrum informasi apa yang diperlukan masyarakat memerlukan karakter
transmisis jenis informasi tertentu yang tentunya tidak boleh mengesampingkan fungsi
kepemerintahan. Begitu juga, model organisasional dapat disusun berdasarkan kawasan
kompetensi, kelayakan dan aspek relasional fungsi kerja untuk melayani kerja operasional
fungsi kerja organisasi website pemerintahan daerah. Sementara itu, pemodelan juga dibuat
untuk memenuhi kebutuhan teknis standar suatu website pemerintah maupun kemungkinan
pengembangannya secara lebih optimal dengan kualifikasi yang lebih advance.
Analisis
Website www.surabaya.go.id.
www.surabaya.go.id menawarkan model paparan yang komprehensif-kompleks sebagai
satu media pemerintah daerah. Ada 11 group konten pusparagam yang ditawarkan setelah
paparan Visi Surabaya: Kota Jasa dan Perdagangan Berwawasan Lingkungan. Dengan
paparan ini website pemda Surabaya tampaknya ingin memaksimalkan ekspose kontennya.
Header
Surabaya.Go.Id., Pelayanan, Hiburan, Informasi
Visi
Dynamic News Reel
News
Kegiatan Kota, Berita Pelayanan Publik, Berita
Pemerintahan
Sapa Warga
Item Opsional Kiriman Warga
Artikel Wisata Dan Niaga
6 View Wisata Bisa Diakses
Tanpa Tittle, Kolom Pelayanan
Surabaya Single Window, Kios Pelayanan Publik,
Pelatihan Gratis
Tanpa Tittle, Kolom Dinas SKPD
18 Item (Humas, Dispenduk, Satpol PP, BKD, , Dll
Instansi
7 Item (Dinas, Kelurahan , Daftar Pejabat)
Profil Kota
7 Item
Organisasi
2 Item (Dharma Wanita, Korpri)
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
11
Dari tampilan fitur layoutnya berita terbaru yang relevan dengan kepentingan warga
berusaha untuk ditampilkan begitu pula dengan produk kerja instansi yang ada. Paparan ini
diawali dengan penyampaian visinya sebagai ’Kota Jasa dan Perdagangan Berwawasan
Lingkugan’. Dengan peletakan visi sebagai ’center point’ (titik tengah) maka akan
dinampakkan bahwa aktifitas pemda Surabaya secara holistik tidak lepas dari ’visi’
tersebut. Tampilan Header menunjukkan fungsi-fungsi utama website ini (surabaya.go.id.)
adalah perkenalannya: about us., kemudian (PELAYANAN), (HIBURAN) dan
(INFORMASI).
Pada dataran ’visi’ itu sendiri terdapat ’newsreel’ yang isinya merupakan beritaberita kontemporer ringan yang dinamis. Seperti misalnya, dalam bulan Agustus ini maka
banyak berita tentang peringatan tujuhbelasan di desa ataupun di instansi/institusi yang
dimuat. Sifatnya yang dinamik <marquee> membuat tampilannya menarik. Dalam hal ini
dapat ditafsirkan sebagai maksud memberikan informasi dan hiburan (infotaiment). Pada
sisi kanan kolom ’visi’ newsreel dinamis ini terdapat kolom ’Sapa Warga’ menggunakan
twitter yang tujuannya memberi kesempatan warga untuk beropini ataupun menyampaikan
apa saja yang diinginkannya.
Gambar : website pemda surabaya (scroll smartphone 1)
Pada baris kolom di dalamnya terdapat group/cluster news yang di dalamnya
terdapat tiga sub group yaitu ’berita kegiatan kota’, ’berita pelayanan publik’ dan ’berita
pemerintahan’. Susunan peletakan demikian bisa ditafsirkan bahwa kegiatan kota dan
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
12
pelayanan publik lebih didahulukan daripada ekspose pemerintahan. Hal ini sesuai dengan
visi Surabaya sebagai kota pelayanan. Khusus untuk berita pemerintahan tampilan sliding
<marquee> sehingga tampak lebih dinamis dan kontennya bisa diakses berdasarkan
tampilan yang muncul di layar. Untuk berita kegiatan kota tersedia tiga kolom, sedangkan
untuk berita pelayanan publik terdapat tiga item berita. Masing-masing item berita diatas
judulnya ditampilkan gambar/foto untuk mendukung berita yang dimuat.
Gambar : website www.surabaya.go.id. (scroll smartpkone 2)
Untuk tampilan 2 website Surabaya terdapat group/cluster dengan judul ’Artikel
Wisata dan Niaga’ yang tampilannya berupa 6 sill picture lokasi wisata dan niaga di
Surabaya. Jika masing-masing gambar itu diakses maka akan muncul penjelasannya dalam
bahasa Inggris. Dibawah kolom itu maka akan nampak satu group yang tidak diberi nama
khusus tetapi kita akan langsung tahu karena tersedia tiga item ’pelayanan’ yang berjudul
’SURABAYA SINGLE WINDOW’, ’KIOS PELAYANAN PUBLIK’ dan ’PELATIHAN
GRATIS DISNAKER SURABAYA’. Sedangkan di sampingnya tersedia suatu kolom
video (web series) untuk menampilkan aktifitas/event yang dianggap relevan. Di bawah
kolom pelayanan dan web series tersebut terdapat satu group institusional yang berisi 18
item kotak institusi yang bisa diakses seperti Humas, Dispenduk, Satpol PP, BKD,
BAPPEKO, Dinkominfo dan sebagainya)
Website www.lumajang.go.id
Website Pemda Lumajang menampilkan model simpel-responsif dengan fitur yang
lebih sederhana dibanding dengan website pemda Surabaya. Setelah disampaikan paparan
slogan “Ayo Kerja” adalah solusi menghadapi MEA 2015 dan 70 tahun maka kemudian
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
13
urutan selanjutnya ditawarkan 6 kolom/group content dengan subgroupnya yang rinciannya
adalah sebagai berikut:
KOLOM
SUB KOLOM
Head
6 Item (Potensi, Fasilitas Umum, E-Map, EDokumentasi, Subdomain, Pengumuman)
Kolom Vertikal
4 Item (Pemerintahan, Pelayanan, Data Link
Kabupaten, Situs Link)
Kolom Agenda
Agenda Kegiatan
Kolom Salam-Salaman
Opsional Kiriman Warga
Pojok Banner
16 Item (Skpd, Dinas Dan Insitusi Terkait)
Dengan fitur seperti ini maka website Kabupaten Lumajang lebih simple dan
ringkas dalam menyusun layout tampilannya. Tetapi karena website ini kurang
menampilkan visual dan gerak pada halaman tampilannya maka yang ditangkap adalah
kesan ’sederhana’ dan ’statis’.
Pengelola selayaknya mengkreasikannya secara lebih
maksimal. Berikut adalah tampilannya dalam smartphone yang membutuhkan dua kali
scroll.
Scroll 1pertama pada smartphone akan menunjukkan tampilan ini:
Gmbar : www.lumajang.co.id (scroll 1 smartphone)
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
14
Gambar : www.lumajang.go.id (scroll 2 smartphone)
Analisis Perfomansi Website
Analisis perfomansi website Kota Surabaya dan Kabupaten Lumajang menggunakan
beberapa peralatan analisis, untuk memetakan kondisi website tersebut berdasarkan
beberapa indikator, di antaranya adalah peringkat keteraksesan, sebaran pengakses, ada
tidaknya bug atau kesalahan program, responsive dan beberapa indikator lainnya.
Saat membuka website surabaya.go.id, maka akses akan diarahkan ke alamat
http://www.surabaya.go.id/ver5/ dengan tambahan nama folder ‘/ver5’. Namun sebenarnya,
isi website tersebut masih merujuk pada website lama. Hanya tampilan awal saja yang
diperbaharui dengan slider gambar dan ukuran halaman utama (home page) yang lebih
lebar (full screen) daripada website lama yang menggunakan ukuran lebar 800px.
Gambar : Tampilan halaman utama website Kota Surabaya, ukuran full screen
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
15
Gambar : Tampilan halaman isi, dengan ukuran lebih kecil
Hasil dari analisis peringkat dan keteraksesan website, Alexa.com – sebuah situs web
analytic yang diakses pada tanggal 2 September 2015, memberikan hasil laporannya
sebagai berikut:
a.
Peringkat Dunia dan Nasional
Website surabaya.go.id berada pada peringkat 89.820 dunia dan mengalami penurunan
peringkat sebesar 27.861 pada bulan agustus. Sedangkan peringkat secara nasional,
berada pada urutan 1.105.
b.
Asal negara pengunjung
Sekitar 98.3%, pengakses website ini besal dari dalam negeri. Sedangkan sisanya
tersebar dari berbagai negara. Hal ini tidak lepas dari tidak ada fitur pilihan bahasa
Inggris atau bahasa asing lainnya. Sedangkan rata-rata lama pengunjung mengakses
sebesar 5 menit 40 detik. 36.2%nya pengunjung kembali mengakses laman situs dan
2.59 halaman per hari per pengunjung.
c.
Informasi yang diakses
Informasi penyumbang terbesar yang diakses pengunjung, didapat dari subdomain
Dinas Pendidikan Kota Surabaya dispendik.surabaya.go.id. Berbagai pengumuman dan
materi seputar sekolah, dana bos dan bopda, try out dan raport online, menjadi materi
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
16
yang diakses pengunjung. 33.1%, pengunjung mendapatkan alamat website dari mesin
pencari seperti google.com dan mengalami peningkatan sebesar 13%.
d.
Responsive
Teknologi model tampilan website surabaya.go.id ternyata masih belum mengadopsi
model responsive. Saat website dibuka dengan smartphone atau tablet, website masih
menampilkan halaman seperti saat diakses pada desktop. Akibatnya, tulisan dan
tombol menjadi sulit dibaca dan diakses.
Daftar Pustaka
Griffin, EM, 2003, “A First Look at Communication Theory”, International Edition,
McGraw-Hill Companies Inc.
Habermas, Jurgen, 1989, “The Structural Transformation of the Public Sphere, An Inquiry
into a Category of Bourgeois Society”, Cambridge, United Kingdom.
Lawrence, Dave., Tavakol, Soheyla., 2007, ”Balanced Website Design”, Springer-Verlag
London Limited.
2005, “Theories of Human Communication”, Wadsworth
Littlejohn, Stephen W.,
Publishing Company, California.
Pace, Wayne dan Don F. Faules, 2000, “Komunikasi Organisasi”, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Shklar, Leon., Rosen, Richard., 2003, “Web Application Architecture: Principles, Protocols
and Practices”, John Wiley & Sons.
Varma, SP, 2001, ”Teori Politik Modern”, RajaGrafindo Perkasa, Jakarta
Anonim,
“Kondisi
2006,
Situs
Web
Pemerintah
Daerah”
http://blogs.depkominfo.go.id/artikel/2006/01/17/kondisi-situs-web-pemerintahdaerah/ diakses 15 April 2010.
Manalu, Radot., 2010, “Pendayagunaan e-Government untuk Mendukung Pemerintah yang
baik
pada
Institusi
Pemerintah
Daerah”,
http://www.pakkatnews.com/pendayagunaan-e-government-untuk-mendukungpemerintahan-yang-baik-good-governance-pada-institusi-pemerintah-daerah.html
diakses 15 April 2010.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
17
Kumorotomo, Wahyudi.,2009, “Kegagalan Penerapan e-Government dan Kegiatan tidak
Produktif
dengan
Internet”,
http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/2009/01/kegagalan-penerapan-egov.pdf diakses 15 April 2010.
----------- 2006, Peraturan Menkominfo Nomor: 28 /PER/M.KOMINFO/9/2006 tentang
Penggunaan Nama Domain go.id untuk Situs Web Resmi Pemerintahan Pusat dan
Daerah.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
18
Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Hasil Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
( Studi Kasus Sentra Industri Aneka Keripik Di Desa Tuwiri Kulon
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban )
Oleh :
Nevrettia Christantyawati, SSos, MSi
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo
Siska Armawati Sufa, S.Sos, MSi
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo
Dra. R. Ayu Erni Jusnita, MSi
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo
Ringkasan
Kegiatan ini adalah kegiatan riset studi kasus mengenai strategi komunikasi
pemasaran yang efektif dalam rangka mengembangkan Program Pembinaan UMKM yang
sasarannya langsung menyentuh peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beberapa kajian
kasus meliputi: factor peningkatan daya saing UMKM Sentra Produksi Aneka Keripik
dengan terwujudnya penerapan strategi komunikasi pemasaran yang efektif melalui transfer
teknologi modern. Sasaran langsung pada peningkatan produktifitas usaha hasil budidaya
potensi daerah sektor perkebunan.
Adapun basis obyek penelitian difokuskan pada sinergitas komunikasi antar
lembaga yang berkaitan dengan pemasaran UMKM, dan penerapan system komunikasi
pemasaran yang dilakukan para pelaku bisnis UMKM ini termasuk penjajagan tatacara
komunikasi pemasaran dan pola distribusi produk melalui sistem online dan delivery order.
Kata kunci : Strategi, Komunikasi Pemasaran, Unit Usaha Kecil Menengah, online system
marketing, delivery order
Pendahuluan
Analisis Situasi
Sektor industri dan jasa seringkali dijadikan ‘payung’ dalam proses pembangunan
daerah. Pengembangan industri mendapatkan tantangan semakin besar dengan semakin
kuatnya gelombang globalisasi dan semenjak kebijakan pemerintah tidak lagi
mengandalkan sektor migas, disinilah salah satu peran penting Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dalam meningkatkan perekonomian nasional karena kemampuannya
menciptakan lapangan kerja secara cukup signifikan, sektor ini memang lebih bersifat padat
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
19
karya. Peran ini tentu saja akan sangat bernilai strategis manakala masalah ini dikonfrontir
dengan persoalan besar yang tak kunjung dapat diatasi oleh pemerintah, yaitu
pengangguran. Dengan kata lain, jika tidak adanya upaya serius untuk mengembangkan
sektor UMKM, maka dapat dipastikan pengangguran tetap akan menjadi masalah paling
serius yang dihadapi oleh Indonesia di masa yang akan datang (Rifa’i, 2013: 130).
Selain itu pula, pertumbuhan jumlah sektor UMKM di Indonesia yang semakin hari
kian melonjak pesat, mau tidak mau mendorong para pelakunya untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam menyusun strategi pemasaran. Seperti kita ketahui bersama, strategi
pemasaran sering kali diibaratkan sebagai ‘jantung’ kehidupan sebuah usaha. Karenanya
saat ini para pelaku UMKM harus bisa jeli dan teliti dalam menciptakan strategi pemasaran
yang ‘tahan banting’ di tengah ketatnya persaingan pasar. Persaingan pasar ini dapat diatasi
apabila masing-masing pelaku UMKM memiliki strategi pemasaran dalam pengembangan
usahanya.
Pada dasarnya pemasaran adalah strategi untuk meningkatkan nilai tambah untuk
suatu produk. Di tengah persaingan usaha yang semakin padat, Usaha Kecil Menengah
harus punya kelebihan dibanding pesaing. Dalam pemasaran produk hasil UMKM harus
diketahui keinginan konsumen sehingga dapat menghadirkan produk yang diinginkan
konsumen. Untuk itu, harus dilakukan evaluasi produk dengan melakukan inovasi untuk
mendapatkan produk terbaik. UKM akan sulit berkembang jika tidak mengetahui cara
memasarkan suatu produk. Salah satu hal penting yang diaplikasikan melalui strategi
pemasaran adalah strategi promosi. Kesuksesan pengembangan suatu UMKM adalah ketika
bisa menciptakan produk yang berkualitas serta memasarkannya dengan baik. Dalam
pemasaran juga ada strategi menganalisis perilaku konsumen. Pelaku UMKM harus
melakukan analisis pesaing (analisa produk, strategi marketing pesaing). Persaingan yang
semakin padat menuntut UMKM untuk pintar dalam berpromosi dan mendistribusikan
produk. Di era internet saat ini, UMKM harus mulai memperhatikan alternatif strategi
dengan menggunakan media sosial untuk mengembangkan ‘sayap’ pemasaran.
(
http://www.ciputraentrepreneurship.com/penjualan-dan-pemasaran/pentingnya-strategi-
pemasaran-bagi-ukm).
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
20
Media jejaring sosial, seperti Twitter, Facebook, Youtube, dan sejenisnya
merupakan media yang dapat dilirik oleh pelaku UMKM untuk berkomunikasi dan
menyebarkan informasi dengan konsumen dan calon konsumen mereka. Memasarkan
bisnis melalui media sosial dapat membantu pelaku UMKM dalam memperluas merk,
memperoleh visibilitas, dan membangun hubungan dengan pelanggan (Arviana, 2013: 1).
Kabupaten Tuban merupakan salah satu daerah dengan kawasan industri di yang
mempunyai potensi besar untuk berkembang, termasuk juga dalam pengembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui berbagai potensi yang dimilikinya. Dengan
melihat potensi tersebut Kabupaten Tuban menyiapkan Tata Ruang Kawasan Industri untuk
mengakomodasi perkembangan industri agar nantinya perkembangan industri menjadi
terarah.dengan luas 183.994.562 Ha yang secara administrasi terbagi menjadi 20 kecamatan
dan 328 desa/kelurahan, ternyata tidak hanya memiliki potensi alam cukup menawan
namun juga menyimpan beragam potensi bisnis daerah yang memiliki nilai ekonomi cukup
tinggi. Sebut saja seperti potensi unggulan di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan
kelautan, industri kerajinan, pertambangan, perindustrian, dan lain sebagainya. Kawasan
industri di Kabupaten Tuban direncanakan seluas 49.210,65 Ha yang tersebar di Kecamatan
Kerek, Jenu Tambakboyo, Bancar, Merakurak, Palang, Semanding, Widang, Plumpang dan
Rengel. Dari kawasan Industri yang direncanakan tersebut terbagi dalam zona-zona
pengembangan industri, yaitu (http://tubankab.go.id/site/potensi/perindustrian/):
Zona I
Dipusatkan di Kecamatan Bancar dengan luas lahan 5.802,01 Ha. Potensi industri yang
dapat dikembangkan meliputi industri keramik, pecah belah, pengolahan hasil perikanan
dan pertanian.
Zona II
Dipusatkan di Kecamatan Jenu, Tambakboyo, Merakurak dan Kerek dengan luas lahan
seluas 34.182,67 Ha. Potensi Industri yang dapat dikembangkan yaitu industri berat seperti
industri genteng, gypsum dan eternit, semen, industri pecah belah, keramik, pengolahan
hasil perikanan dan pertanian.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
21
Zona III
Dipusatkan di Kecamatan Palang, Semanding, Widang, Plumpang dan Rengel dengan luas
lahan seluas 9.225,27 Ha Potensi Industri yang dapat dikembangkan meliputi industri batu
kapur, keramik dan pupuk.
Kabupaten Tuban selain memiliki potensi pertanian, perikanan dan kelautan,
perindustrian, pertambangan, peternakan, pariwisata, dan kerajinan yang beragam, juga
memiliki potensi perkebunan yang tidak kalah menghasilkan. Misalnya saja seperti
Belimbing Tasikmadu (varietas belimbing lokal asli Tuban) yang saat ini sedang gencar
dibudidayakan masyarakat di Kecamatan Palang terutama di Desa Tasikmadu, Kelurahan
Panyuran, dan Desa Sumurgung. Disamping itu ada juga buah Duku Prunggahan (buah
Duku asli Tuban) yang dikembangkan di Kecamatan Singgahan dan Kecamatan Tuban,
Buah Siwalan, Buah Gayam yang diolah menjadi Keripik khas Tuban, potensi agrobisnis
Kelapa, Jambu Mete, Mangga, Nangka, Pisang, Tebu, Semangka, serta Terong
(http://bisnisukm.com/kabupaten-tuban-simpan-potensi-bisnis-yang-beragam.html).
Salah satu kegiatan UMKM sebagai wujud pengembangan potensi dalam bidang
perkebunan adalah Sentra Usaha Aneka Keripik “Laa Tansa” yang telah dipelopori oleh
Bapak Ahmad Zuhri Hasan dari Dusun Krajan, Desa Tuwiri Kulon, Kecamatan Merakurak,
Kabupaten Tuban yang telah mendirikan usahanya sejak Juli 2004 yang mengawali usaha
dengan membuat Keripik Gayam, Singkong, Pisang, Sukun, Bayam dengan produk
andalannya adalah Keripik Gayam. Beberapa kendala usaha Sentra Aneka Keripik “Laa
Tansa” adalah dalam proses produksi: Buah Gayam didapatkan secara musiman hanya tiga
kali dalam setahun sehingga kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Selain itu, kesulitan
lainnya adalah dalam strategi pemasaran produk masih bersifat tradisional, peralatan
produksi juga masih terbatas, termasuk juga dalam hal inovasi bisnis, serta kesulitan dalam
merekrut karyawan.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
22
Sentra Usaha Aneka Keripik yang dijalankan Pak Zuhri termasuk Kelompok Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Berdasarkan Batasan/Karakteristik UKM menurut
beberapa organisasi/Bank Indonesia Usaha Mikro SK Dir. BI No. 31/24/KEP/DIR tanggal
5 Mei 1998), yaitu usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin dan
dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Dengan keadaan
masyarakat yang memperlihatkan perbandingan antara jumlah perusahaan dan tenaga kerja
yang terserap pada Kelompok Industri Besar dan Sedang, dengan jumlah usaha dan tenaga
kerja yang terserap pada Usaha Mikro yang jumlah perusahaannya lebih besar, namun
tenaga kerja yang terserap hanya sedikit, sehingga di dalam melaksanakan kegiatan
usahanya dimungkinkan ada permasalahan atau kendala yang menghambat perkembangan
usahanya yang bisa dicarikan jalan keluarnya.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
23
Menurut tim penulis, ada dua masalah utama yang mendasari lambatnya laju
perkembangan Sentra Usaha Aneka Keripik, yaitu kurangnya kemampuan mereka dalam
hal: (1) Manajemen dan Strategi Pemasaran, yaitu: Kemampuan Menangkap Peluang Pasar
dan Memahami Segmentasi Konsumen, Etika Bisnis, dan Proyeksi Keuangan; (2) Bidang
Produksi, meliputi: Inovasi Bisnis (meliputi strategi promosi dan saluran distribusi),
Standarisasi Kualitas dan Pelayanan, serta Rencana Pengembangan Usaha; (3) Bidang
Komunikasi Sosial, yaitu Pengorganisasian komunitas sebagai program pemberdayaan
ditentukan oleh strategi komunikasi yang diterapkan oleh semua lembaga yang terlibat
termasuk pula dalam halperekrutan karyawan, meliputi: Pembentukan Karakter Pengusaha
Sukses dan Perekrutan Sumber Daya Manusia (SDM) Produktif di Sektor UMKM.
Permasalahan Mitra
Terdapat tiga permasalahan yang dihadapi oleh Sentra Usaha Aneka Keripik “Laa
Tansa”, yaitu:
1) Manajemen dan Strategi Pemasaran
a) Kemitraan antara pelaku Sentra Usaha Aneka Keripik dengan berbagai pelaku usaha
yang mendukung terhadap keberadaan pemasaran dan sistem distribusi produk
Aneka Keripik sebagai salah satu makanan khas hasil budidaya di sektor
perkebunan dirasakan belum terjalin dengan baik, hal ini bisa dilihat dari hasil
penjualan rata-rata perbulan yang relatif kecil dengan hanya dititipkan di beberapa
toko dan warung makan yang alur distribusinya masih sangat sederhana dan
tradisional,
karena
keterbatasan
kemampuan
SDMnya
dalam
melakukan
Manajemen dan Strategi Pemasaran.
b) Kurangnya pemahaman tentang strategi pemasaran dan segmentasi konsumen
sehingga produk belum dapat dipasarkan sesuai kebutuhan pasar dan tepat sasaran,
termasuk pula tatacara promosi dan distribusi produk kepada konsumen melalui
sistem komunikasi pemasaran modern masih sangat kurang.
2) Produksi
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
24
a) Kemitraan antara pelaku Usaha Aneka Keripik dengan pelaku UMKM lain yang
mampu memberikan pasokan bahan baku produk masih minim sehingga proses
produksi terkendala pada ketersediaan bahan baku.
b) Kemitraan dengan beberapa instansi terkait dalam transfer teknologi sangat kurang,
hal ini terlihat proses pengelolaannya masih masih sederhana belum menggunakan
teknologi modern sehingga bersifat tradisional.
c) Proses pembuatan kemasan yang masih sederhana dengan menggunakan alat
tradisional, misalnya alat press mika/plastik, proses produksi yang masih tradisional
dan belum higienis dengan tenaga manusia.
d) Legalitas usaha yang sifatnya masih tradisional hanya dengan ijin domisili usaha
dari aparat desa setempat menjadikan kendala dalam hal pengembangan sistem
pemasaran produk melalui pasar modern, seperti misalnya: Supermarket dan
Hypermarket.
3) Sumber Daya Manusia
Permasalahan yang lain terkait dengan perekrutan karyawan dan pengembangan sumber
daya manusia yang produktif dan memiliki etos kerja sebagai wirausaha mandiri. Masih
minimnya wawasan dan pengetahuan tentang Konsep Wirausaha Mandiri dan
Pentingnya Pengembangan Usaha di Sektor UMKM di masyarakat sekitar Kabupaten
Tuban menjadikan permasalahan tersendiri dalam hal perekrutan karyawan yang
produktif dan memiliki skill mumpuni dalam mengembangkan potensi daerahnya.
Target Dan Luaran
Target
Adapun target dari kegiatan ini adalah pengabdian masyarakat melalui Kegiatan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi Daerah dengan strategi komunikasi
pemasaran yang efektif dalam rangka mengembangkan Program Pembinaan UMKM yang
sasarannya langsung menyentuh peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun manfaat
kegiatan ini adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait, baik pemerintah
maupun swasta dalam mensosialisasikan program pemberdayaan yang efektif, melalui
beberapa kegiatan berikut ini:
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
25
Meningkatkan daya saing UMKM Sentra Produksi Keripik, dengan mengedukasi
melalui Pelatihan Pengembangan Usaha yang meliputi: Bidang Manajemen dan Bidang
Produksi;
1) Mendampingi kelompok UMKM yang sudah ada dan yang akan terbentuk,
dengan Pelatihan Pengembangan Usaha sehingga mendapatkan legalitas usaha
dari instansi terkait;
2) Peserta tidak hanya diberikan materi, tetapi juga akan diberi pelatihan praktis
pembuatan Aneka Keripik dari berbagai jenis hasil potensi perkebunan lainnya,
seperti: Salak, Pepaya, Mangga, Pisang, Nangka, Sukun dan lain sebagainya.
Luaran
1) Meningkatnya produksi Aneka Keripik melalui rencana pengembangan usaha yang
meliputi: Inovasi Bisnis, dan Standarisasi Kualitas & Pelayanan;
2) Mengedukasi pelaku Sentra Usaha Aneka Keripik dengan memberikan materi bidang
manajemen dan strategi pemasaran, meliputi: Pembentukan Karakter Sumber Daya
Manusia (SDM) Mandiri di Sektor UMKM, dan Kemampuan Menangkap Peluang
Pasar & Segmentasi Konsumen.
3) Pelaku Sentra Usaha Aneka Keripik juga harus memahami Etika Bisnis yang masih
berlaku serta tetap menjaga nilai-nilai budaya masyarakat sekitar agar nantinya tidak
menghambat rencana serta proses pengembangan usaha selanjutnya.
4) Pengetahuan dalam bidang manajemen akan lebih lengkap apabila pelaku UMKM
memahami proyeksi keuangan usahanya agar dapat mengetahui perputaran modal serta
dapat menghitung rugi-laba dari usahanya agar nantinya dapat memprediksi waktu
pengembalian modal usaha.
Metode Pelaksanaan
Berikut solusi yang akan ditawarkan dalam kegiatan ini, yang meliputi: Manajamen
dan Strategi Pemasaran, Produksi, dan Sumber Daya Manusia. Pengembangan materi
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Solusi Manajemen dan Komunikasi Pemasaran
a. Strategi Membangun Jaringan Kemitraan
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
26
Kesinambungan komunikasi sangat dibutuhkan, agar bisa memperluas jaringan
kerja dan pada gilirannya akan mempertahankan serta mengembangkan hubungan
yang sudah terjalin sebelumnya. Oleh karena itu, maka Sentra Usaha Aneka Keripik
bisa membangun Jaringan Kemitraan dengan Pelaku UMKM lainnya yang
mendukung terhadap keberadaan produk keripik sebagai makanan ringan khas hasil
budidaya potensi daerah di sector perkebunan dan usaha peningkatan transfer
teknologi dalam upaya pelaksanaan hal tersebut, misalnya dengan menggunakan
peralatan yang lebih modern dan sebagainya.
b. Strategi Pemasaran
Memperkuat posisi tawar Sentra Usaha Aneka Keripik dengan cara menangkap
peluang pasar yang ada melalui segmentasi konsumen dan pola distribusi produk
secara online; membentuk Paguyuban Pengusaha Keripik dan mengintensifkan
informasi dan mendapatkan legalitas usaha untuk dapat memasarkan produk ke
pasar modern.
2.
Proses Produksi
Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu masyarakat pelaku Sentra Usaha Aneka
Keripik untuk meningkatkan produktivitas melalui Inovasi Bisnis yang memiliki
Standart Operating Procedure dalam proses produksi keripik sehingga layak jual di
pasar modern dengan merubah proses pembuatan keripik yang masih sederhana dengan
menggunakan alat tradisional, misalnya pisau untuk memotong berbagai macam hasil
potensi budidaya perkebunan khas Tuban, proses memperoleh pasokan bahan baku
dengan sistem masa panen yang terbatas untuk diganti dengan alat pengolah bahan baku
yang lebih modern yaitu dengan mesin khusus pengolah aneka macam keripik yang
mampu menghasilkan kualitas makanan yang lebih higienis. Dengan pengadaan
alat/mesin hasil bantuan dari kegiatan ini, bisa mengubah proses pengolahan bahan
baku keripik yang berasal dari beberapa jenis hasil budidaya perkebunan, ditambah
dengan berbagai inovasi di bidang produksi aneka macam keripik yang lebih
berkualitas agar lebih layak dipasarkan dengan proses pengemasan yang menarik.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
27
Analisis Dan Temuan Data
1. Terjadi kemunduran atau setback dalam hal produksi dikarenakan Ketidakefisienan
dalam penggunaan tekhnologi tepat guna pengolahan keripik.
Pada kenyataannya tidak ditemukan secara signifikan penggunaan teknologi tepat guna
yang diharapkan dapat membantu peningkatan produktivitas kripik. Tekhnologi tepat
guna yang saat ini digunakan justru menjadikan kualitas produk yang bermutu rendah.
Ini dikarenakan hasil irisan keping keping keripik tidak memenuhi standar kriteria
ketipisan yang diinginkan.
Difusi inovasi teknologi sangat dibutuhkan secara krusial disini. Oleh sebab itu, modal
menjadi faktor penghambat juga dalam investasi mesin yang mampu menjadi faktor alat
produksi terbaik.
2. Mesin ditinggalkan dan kembali pada proses manual yaitu dengan pisau dapur
dengan alasan penyesuaian ketebalan irisan.
Keping keping hasil irisan manual.
Apabila mutu hasil dari mesin slicer yang jauh dari hasil yang sempurna, sedangkan
investasi untuk mesin terbaru juga mengalami kesulitan, maka kemunduran lain yang
terjadi adalah peralihan dari tekhnologi modern kembali ke tekhnologi tradisional yang
manual sekali.
Dalam hal perhitungan biaya produksi ini mendorong laju tren faktor ketidakefisienan
waktu.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
28
Produktivitas tinggi yang seharusnya diasumsikan dengan hasil berbanding waktu akan
terjadi penurunan tren menuju ketidakefisienan dan ketidakefektifan dalam penggunaan
faktor produksi.
3. Media promo yang tradisional.
Jaringan pasar yang semakin luas juga memerlukan kecanggihan atau alat promosi yang
lebih sophisticated. Akan tetapi dari temuan data yang berhasil dihimpun, fakta tentang
media promo juga masih sangat tradisional. Tanpa ada unsur kemenarikan secara
komunikatif dan seni visualisasi yang baik dalam memrpomosikan produk. Media
promo yang masih sederhana ini juga memerlukan perbaikan desain secara tampilan
visual agar komunikatif. Dengan demikian keunikan dari brand produk semakin mudah
ditonjolkan.
4. Design banner lama yang konvensional dan tidak menarik secara visual perlu
diperbaiki.
Banner kebanyakan digunakan untuk menandai atau sebagai markah tempat berjualan.
Kendati tempat berjualan juga masih sekedar toko kelontong biasa, namun ada baiknya
jika mulai membenahi display dari toko yang titik awalnya bisa diinisiasi dari desain
banner toko.
Alasannya, banner toko merupakan titik awal perhatian calon konsumen untuk tertarik
memasuki toko tersebut. Desain dengan warna warna yang serasi dan harmoni
diupayakan dapat memperoleh win attention dari konsumen.
5. Branding pada produk yang jauh dari kelayakan kompetisi pasar.
Untuk proses branding itu sendiri, menuntut keunikan dari produk untuk bisa
menembus pasar dan memiliki daya kompatible dan daya kompetisi yang baik. Salah
satunya dari sisi kemasan dan logo yang sangat sederhana sekali, belum mampu
menjadikan produk ini memiliki brand yang baik. Diharapkan kedepannya riset
mengenai branding dari produk ini agar mampu melaju cepat dalam kompetisi pasar
dibutuhkan dalam waktu dekat.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
29
Brand dan logo pada kemasan dan produk yang masih belum bisa bersaing
6. Jangkauan distribusi pasar yang minim dan belum mampu menembus pasar
modern
Lokalitas dan masih mengandalkan pembeli atau konsumen yang datang dari lokal
menjadikan produk UKM ini tidak bisa berkembang dan maju. Diperlukan upaya baik
secara ekstensif maupun intensif dalam menembus pasar. Penetrasi pasar harus
dilakukan pada pasar yang lebih besar, lebih modern dan lebih luas.
Faktanya, UKM ini cenderung bergerak stagnan dalam upaya penetrasi pasar yang lebih
ekspansif. Perlu dorongan dan stimuli untuk bisa secara intrusif mempromosikan
produk.
7. Inovasi bisnis yang minim dan belum mampu menjadi salah satu bentuk hasil
ekonomi kreatif, kendati peluang bisnis terbuka lebar.
Ketidaksiapan dan kelambatan dalam mengupayakan berbagai cara inovasi dalam bisnis
menjadi vital untuk digarisbawahi. Temuan ini menjadikan dasar kesimpulan bahwa
meskipun peluang untuk ekspansi usaha lebih terbuka tetapi disertai kelemahan atau
weakness yang besar menjadikan jurang untuk meraih peluang itu juga juga semakin
lebar. Karena itu fakta ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketimpangan dan perlu
pembenahan manajemen strategis dan manajemen produksi yang sinergi agar meraih
tujuan. Berbagai inovasi produk dan diversifikasi produk dan usaha juga perlu
mendapat stimuli yang lebih.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
30
8. Keunikan dari hasil produksi dengan quality control dan standar mutu seadanya
menjadikan kekhasan rasa produk keripik Tuban ini kurang dikenal jika
dibandingkan dari daerah lain seperti Sumenep atau Malang.
Pasar jauh lebih mengenal produk olahan keripik yang berasal dari Sumenep atau
Malang. Karena keunikan cita rasa serta teknik pengolahan yang spesifik. Produk
olahan serupa dari berbagai daerah di Jawa Timur juga memiliki kekhasan sendiri
dalam hal cita rasa. Akan tetapi hasil produksi dari malang jauh lebih unggul dalam
bench marking disusul keripik singkong Sumenep.
Tuban merupakan daerah yang dominasi branding kawasannya merupakan daerah
tambang, kapur dan hasil olahan laut. Sehingga produk produk pertanian masih menjadi
bayang bayang yang perlu dipertegas melalui promosi kuliner daerah ini untuk
memperkenalkan cita rasa yang khas pesisir.
9. Masalah perijinan yang masih pada tingkat kelurahan.
Masalah yang menjadi pijakan perlindngan hukum juga menjadikan produk UKM ini
rawan keraguan dan rentan terhadap jaminan mutu. Fakta yang ditemui dilapangan
adalah produk ini hanya memiliki ijin distribusi pada tingkat kelurahan saja.
Padahal untuk distribusi sebuah produk saja diperlukan berbagai ijin dari instansi yang
berwenang. Semisal, Ijin PIRT dari Kementerian Perdagangan dan Industri, ijin Depkes
untuk standar jaminan kesehatan, ijin BPOM untuk eskalasi distribusi yang lebih
massive berdasarkan standar keamanan mengkonsumsi, atau mungkin label halal dari
MUI. Semua standar sertifikasi produk ini yang menjadikan jaminan hukum yang
memperkuat kepercayaan pasar akan mutu atau kualitas sebuah produk. Kendati tidak
bisa semua ijin sertifikasi produk tercapai, paling tidak ada jumlah standar ijin dari
instansi yang mengeluarkan nomer registrasi tersebut. Level dari instansi yang
memberikan sertifikasi tersebut yang memperkuat kredibilitas level jaminan sebuah
produk.
Kesimpulan
1.
Terjadinya disergi antara pasokan bahan baku mentah yang bergantung pada pertanian
tradisional dan tekhnologi tepat guna yang digunakan dalam produksi.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
31
Pasokan bahan baku mentah yang digunakan dalam proses pembuatan kripik tergantung
pada hasil panen. Dimana sistem pertanian di daerah Tuban masih sangat tradisional
dan panen tergantung pada iklim dan cuaca. Akibatnya hasil panen hanya terjadi
musiman. Ini bisa dikategorikan tidak begitu menguntungkan jika bergantung pada
pasokan bahan baku mentah yang tersedia hanya musiman.
Disergi dengan yang kedua adalah, teknologi tepat guna yang tidak banyak menolong
dalam menghasilkan kualitas produk yang memuaskan sesuai dengan standar ketipisan
keping keripik. Karena itu dari temuan data, kemunduran yang terjadi akibat dari faktor
produksi yang bertenaga mesin modern beralih kepada teknologi tradisional yang
manual. Disergi dari dua hal inilah yang menjadikan produksi tidak berjalan maksimal.
2.
Media komunikasi pemasaran dan platform sistem pemasaran.
Dalam menjalankan usaha atau bisnis, usaha untuk menembus pasar memerlukan upaya
komunikasi pemasaran. Pendirian dari platform sistem komunikasi pemasaran yang
relevan perlu untuk dijalankan dengan optimal. Komposisi dari berbagai media baik
yang above the line atau below the line, merupakan strategi komunikasi pemasaran
yang perlu dibangun dengan tepat.
3.
Kemampuan manajerial bisnis dan inovasi inovasinya.
Ketangguhan dari jiwa entrepreneurship memang absolut diperlukan. Tetapi kreatifitas
dan kecangguhan dalam memperbaharui bisnis menjadi sangat penting untuk tetap
survive dalam kondisi apapun. Perubahan perubahan dan dinamika pasar yang cepat
mengharuskan UKM UKM tidak menjadi termarginalkan dengan ekspansi ekspansi
bsinis yang lain. Justru peluang untuk memperbesar ekspansi usaha harus diraih sejalan
dengan meminimalisir kelemahan kelemahan dan memperkuat daya potensi yang
dimiliki. Inovasi bisnis bisa didapatkan melalui diversifikasi produk ataupun
intensifikasi atau juga membuat inovasi produk baru.
4.
Kesadaran lingkungan sosial dalam melirik peluang bisnis yang masih minim.
Lingkungan merupakan salah satu bagian analisis EPISTLE dimana dukungan
lingkungan sosial juga berpengaruh. Ini ditandai juga dengan sulitnya merekrut tenaga
kerja baru atau kader kader baru untuk dilatih dalam bisnis ini. Secara holistik
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
32
lingkungan geografis dan demografis dari kabupaten Tuban adalah nelayan dan buruh
pabrik. Sehingga ketertarikan mereka untuk terjun dalam bisnis ini bisa dikatakan
setengah hati atau bahkan tidak berminat sama sekali.
Dengan interaksi yang pola polanya sederhana dan kurangnya kompleksitas interaksi
antar kultural dan sosial menimbulkan pola pola distribusi informasi dan edukasi yang
serba simplisitik. Ini jika tidak diberi stimulan arus informasi, akan menimbulkan
stagnan di berbagai bidang. Khususnya pemahaman akan lingkungan eksternal atau
supra sistem.
Daftar Pustaka
Arviana, Nerissa. 2013. Pemasaran Produk UKM melalui Sosial Media. Diakses melalui:
http://nerisarvn.blogspot.com/2013/03/pemasaran-produk-ukm-melalui-sosial.html,
pada: Sabtu, 26 April 2014.
http://luisunafotoaldia.blogspot.com/2013/06/10-strategi-pemasaran-untuk-tingkatkan.html,
diakses pada: Senin, 21 April 2014.
http://www.ciputraentrepreneurship.com/penjualan-dan-pemasaran/pentingnya-strategipemasaran-bagi-ukm, diakses pada: Selasa, 29 April 2014.
Pemerintah Kabupaten Tuban. 2013. Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tuban.
http://tubankab.go.id/site/, diakses pada: Rabu, 23 April 2014.
Rifa’i, Bachtiar. 2013. Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UMKM Krupuk Ikan dalam Program Pengembangan Labsite Pemberdayaan
Masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Surabaya:
FISIP Universitas Airlangga.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
33
KONSTRUKSI CALEG PEREMPUAN DALAM PEMULI 2014
DI MEDIA MASSA
(Analisis Terhadap Pemberitaan Caleg Perempuan Dalam Pemilu 2014 di Harian
Republika, Kompas, dan Jawa Pos Edisi Januari – April 2014)
Oleh :
1. Yenny, M.Si,
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo
2. Iwan Joko Prasetyo, MSi
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo
Ringkasan
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kompetensi dan kualitas caleg perempuan yang
menjadi sorotan publik di berbagai media karena tidak banyak melakukan perubahan di
masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemberitaan media
cetak membentuk pendapat umum dan persepsi publik dalam pemilu 2014.
Metode yang dipergunakan berdasarkan studi analisis wacana yang dikembangkan
oleh Sara Mills yang lebih menitikberatkan pada feminisme. Sedangkan obyek penelitian
adalah konstruksi wacana dari berita seputar caleg perempuan dalam Pemilu 2014 di harian
Jawa Pos, Kompas, dan Republika selama kurun waktu 4 bulan ( Januari – April 2014).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa harian Kompas lebih menonjolkan dari
sisi legal formal dari setiap partia politik dalam memenuhi keterwakilan kaum perempuan
dalam lembaga legislatif sesuai Undang Undang PEMILU NO.8. Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa daftar bakal calon legislatif dari unsur kaum perempuan paling sedikit
30%. Sedangkan pemberitaan harian Republika lebih seimbang dalam arti bahwa
Republika juga menonjolkan wacana kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan
dan wacana bias gender yang merendahkan status dan martabat seorang caleg perempuan.
Kata Kunci : konstruksi wacana, berita
Pendahuluan
Pemilihan Umun (Pemilu) merupakan salah satU indikator, cara dan bentuk
penerapan demokrasi, yang secara universal dilakukan banyak negara-bangsa karena
melibatkan mayoritas rakyat yang berhak memilih untuk ikut serta dalam pengambilan
keputusan secara nasional, termasuk Pemilihan Legislatif (Pileg) yang dilaksanakan secara
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
34
serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 9 April 2014. Jatah khusus minimal 30 persen
bagi caleg perempuan pada Pemilu 2014 menjadi sorotan Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KKPPA) seperti yang ditulis di harian Jawa Pos, edisi Selasa 26 November 2013. Sri Danti
Anwar, Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak
mengumpulkan sekitar 50 caleg perempuan dari semua parpol peserta pemilu 2014 untuk
mendapatkan pencerahan singkat. Menurut Sri Danti Anwar bahwa untuk meningkatkan
peran dan kekuataan caleg perempuan di lembaga legislatif adalah dengan kompetisi dan
kualitas. Diharapkan dengan peningkatan kualitas caleg perempuan bisa membawa
perubahan yang lebih baik.
Selama ini politisi perempuan yang menonjol dapat dihitung dengan jari. Demikian
pula halnya dengan politisi perempuan belum banyak yang bisa membuat perubahan dalam
masyarakat. Dampak dari aturan tersebut akhirnya untuk memenuhi keterwakilan
perempuan sebanyak 30%, hampir semua parpol sering asal comot untuk memenuhi kuota
tersebut. Karena parpol merasa kesulitan untuk mendapatkan caleg perempuan yang
berkualitas karena politisi masih belum menjadi pilihan utama bagi para perempuan untuk
dijadikan sebagai karir.
Partai politik sebagai sumber daya manusia yang menyediakan penguasa untuk
mengelola kekuasaan Negara, harus menyediakan calon pemegang kekuasaan legislative
yang mempunyai cita-cita atau ideologi. Peranan parpol sangat strategis dalam menentukan
proses rekrutmen awal sebagai pintu masuk pencalonan termasuk menyiapkan Caleg
perempuannya. Kuota perempuan dalam Undang Undang PEMILU NO.8. Tahun 2012
pasal 55 menyatakan bahwa daftar bakal calon sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
53 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan.
Peran media massa dalam pemilu Legislatif 2014 dan proses demokratis pada
umumnya sangat vital dan strategis sesuai fungsi-fungsi yang diembannya sebagai lembaga
informasi, edukasi dan kotrol sosial. Pemberdayaan media massa cetak adalah menjadi
salah satu pilihan bagi parpol untuk caleg perempuannya dalam menunjukkan kompetensi
dan kualitasnya. Media cetak adalah pembentuk opini dan persepsi publik yang paling
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
35
efektif. Sebarannya luas, pengaruhnya kuat, magnitude nya
hebat. Tidak
ada
lagi
lembaga apapun yang boleh mengontrol , apalagi membredel pers. Satu-satunya pihak
yang “boleh mengontrolnya” adalah konsumen sebagai kelompok yang menggunakan (dan
membayar) produk media.
Ada 3 media cetak yang kami pilih dan dijadikan obyek penelitian, yaitu Harian
Republika, Kompas, dan Jawa Pos karena harian ini sudah berskala nasional, mempunyai
oplah yang cukup besar dan mempunyai ideologi yang berbeda dalam menentukan
kebijakan redaksional.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian seperti yang tersebut di latar belakang masalah, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Peristiwa apa saja yang menjadi sorotan pemberitaan media cetak (Harian republika,
Komas, dan Jawa Pos) terhadap caleg perempuan dalam Pemilu 2014 ?
2.
Bagaimana wacana pemberitaan caleg perempuan di media cetak (harian Republika,
Kompas, dan Jawa Pos) dalam menghadapi Pemilu 2014 ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk memperoleh gambaran peristiwa apa saja yang menjadi sorotan pemberitaan
media cetak (Republika, Kompas, dan Jawa Pos) terhadap caleg perempuan dalam
Pemilu 2014
2.
Untuk mengetahui bagaimana media cetak (Republika, Kompas, dan Jawa Pos)
mengkonstruksi pemberitaan caleg perempuan dalam Pemilu 2014.
Tinjauan Pustaka
Berita Dan Konstruksionis
Konsep mengenai konstruksionis pertama kali diperkenalkan oleh sosiolog
interpretatif, yaitu Peter L. Berger. Bersama rekannya Thomas Luckmann, ia menulis
risalah teoritisnya tentang konstruksionisme dengan judul “Pembentukan Realitas Secara
Sosial” atau The Social Construction of Reality pada tahun 1966 (Poloma;2000:300).
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
36
Sebuah realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tetapi dibentuk dan dikonstruksikan.
Sehingga realitas berwajah ganda atau plural. Artinya bahwa setiap orang akan mempunyai
konstruksi sendiri dalam memahami sebuah realitas. Setiap orang yang mempunyai
pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu
akan menafsirkan suatu realitas berdasarkan konstruksinya masing-masing.
Gagasan Berger tentang konstruksi sosial dapat juga dipakai untuk memahami suatu
konteks berita dalam media massa terutama surat kabar. Penyampaian dan penulisan sebuah
berita ternyata juga menyimpan subjektivitas penulis. Sebuah realitas yang sama mungkin
dikonstruksikan secara berbeda oleh wartawan atau media. Wartawan bisa jadi mempunyai
pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu realitas, dan itu dapat dilihat
dari bagaimana mereka mengkonstruksikan realitas tersebut yang diwujudkan dalam teks
berita.
Menurut pandangan kaum konstruksionis, berita merupakan hasil konstruksi sosial
dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media.
Bagaimana realitas dijadikan berita sangat tergantung pada bagiamana fakta itu dipahami
dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil
berita merupakan pencerminan dari realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa
jadi berbeda dengan orang lain. Perbedaan antara realitas yang sesungguhnya dengan berita
tidak dianggap sebagai suatu kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan mereka
atas realitas. Ketika ada sumber berita yang ditonjolkan, menempatkan wawancara seorang
tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang hanya satu sisi dan merugikan pihak lain,
tidak berimbang dan secara nyata memihak satu kelompok, semuanya itu tidak dianggap
sebagai kekeliruan atau bias tetapi memang itulah praktik yang dijalankan oleh wartawan.
Media Surat Kabar
Surat kabar merupakan salah satu media massa yang berperan penting dalam
pendistribusian informasi kepada khalayak. Selain karena kontennya yang faktual,
penerbitan surat kabar juga terjadi secara periodik sehingga masyarakat akan lebih mudah
untuk mengakses dan mnerima informasi. Seiring perkembangan teknologi, surat kabar
mulai melakukan berbagai perkembangan baik dari sisi konten maupun teknologi.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
37
Yang dimaksud dengan surat kabar adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan
sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran plano, terbit berkala secara teratur,
bisa setiap hari atau seminggu sekali. Sebuah surat kabar isinya merupakan catatan
peristiwa (berita) atau karangan (artikel, feature, dsb) dan iklan karena biasa memuat hal
yang bersifat dagang (promosi) diterbitkan secara berkala (periodik) waktu penerbitannya
akan menggolongkan sebagai sebuah surat kabar atas harian, mingguan, bulanan, atau
mungkin tahunan.
Fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah memberikan informasi kepada
khalayak. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu
keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Sedangkan karakteristik
surat kabar adalah sebagai berikut :
ï‚·
Publisitas : adalah penyebaran pada publik atau khalayak
ï‚·
Periodesitas : menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi
mingguan
ï‚·
Universalitas : menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beranieka ragam dan dari
seluruh dunia.
ï‚·
Aktualitas : menunjuk pada keadaan yang ”kini” dan ”sebenarnya”
ï‚·
Terdokumentasikan : dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk
berita atau artikel, dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu
dianggap penting untuk diarsipkan dan dibuat kliping.
Wacana
Dalam
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia,
kata
wacana
berasal
dari
kata vacana ‘bacaan’ dalam bahasa Sansekerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam
bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru wacana atau vacana atau’ bicara, kata, ucapan’.
Kata wacana dalam bahasa baru itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
wacana ‘ucapan, percakapan, kuliah’ (Poerwadarminta 1976: 1144).
Menurut Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media, pengertian wacana adaah
: Rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
38
disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur
segmental maupun nonsegmental bahasa. (Sobur;2004:11)
Sedangkan J.S Badudu dalam bukunya Eriyanto yang berjudul Analisis Wacana:
Pengantar Analisis Teks Media mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wacana adalah :
1. Rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan preposisi yang satu dengan
preposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang
serasi diantara kalimat-kalimat itu;
2. Kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa
dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu
mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis ( Eriyanto,
2001: 2)
Teori Ketimpangan Jender
Gender merupakan kajian tentang tingkah laku perempuan dan hubungan sosial
antara laki-laki dan perempuan. Gender merupakan konstruksi realita sosial yang
didominasi oleh bias laki-laki dan cenderung menekan atau menindas (opresif) terhadap
perempuan. Bias laki-laki yang dimaksud adalah penekanan budaya patriarki dalam ruang
lingkup masyarakat secara umum. Ketidakseimbangan berdasarkan gender mengacu pada
ketidakseimbangan akses sumber-sumber yang langka dalam masyarakat. Sumber-sumber
yang penting itu meliputi akses untuk mendapatkan kesempatan memperoleh kekuasaan,
kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan, kesempatan berkarier di dunia
usaha, dll.
Istilah gender berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex
lebih banyak berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi
kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis
lainnya. Sementara itu, gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya,
psikologis, dan aspek-aspek non-biologis lainnya. Perbedaan tersebut melahirkan
pemisahan fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki bertugas
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
39
mengurusi urusan luar rumah (ruang publik) dan perempuan bertugas mengurusi urusan
dalam rumah (ruang privat)
Kesimpulan yang dapat diambil dari teori ini adalah bahwa keserasian laki-laki dan
perempuan dalam hal kedudukannya dalam masyarakat dapat tercapai jika ada perubahan
atau rehabilitasi yang signifikan dalam institusi-institusi yang berekaitan langsung dengan
masalah perbedaan jender tersebut seperti lembaga hukum,keluarga dll. Sehingga ada
kemungkinan didalam tori ini bahwa bisa saja terjadi kesamaan antara laki-laki dan
perempuan dan tidak dikenalnya sistem perbedaan jender.
Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan menganalisis seluruh isi
teks berita (judul, isi, foto/grafis) yang kemudian mendiskripsikan, meringkaskan, dan
menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang suatu obyek penelitian.
Pendekatan ini memusatkan diri pada suatu unit tertentu sehingga memungkinkan studi ini
bersifat amat mendalam dan menusuk sasaran penelitian (Bungin;2001:48)
Unit Analisis
Unit analisis adalah sesuatu atau bagian yang berkaitan dengan fokus penelitian
yang akan diteliti. Unit analisis dalam penelitian ini adalah semua unsur berita dari suatu
teks berita, yaitu : Judul berita, Lead berita atau teras berita, tubuh berita, Gambar/foto
Obyek Penelitian
Adapun obyek penelitian ini adalah konstruksi calon legislatif (caleg) perempuan
yang ditulis dan dimuat di harian Republika, Kompas, dan Jawa Pos edisi bulan Januari –
April 2014. Pemberitaan caleg perempuan menjadi daya tarik tersendiri karena minimnya
kaum perempuan yang menjadikan politisi sebagai karier dalam hidupnya.
Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif interpretatif untuk
mengamati dan menganalisis berita seputar caleg perempuan di harian Republika, Kompas,
dan Jawa Pos berdasarkan konsepsi-konsepsi analisis wacana yang dikembangkan oleh
Sara Mills.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
40
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Sara Mills
perempuan karena Sara Mills, yaitu:
TINGKAT
Posisi Subyek – Obyek
Yang ingin dilihat
Bagaimana peritiwa dilihat, dari kacamata siapa
peristiwa itu dilihat. Siapa yang diposisikan sebagai
pencerita (subyek) dan siapa yang menjadi obyek
yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan
kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk
menampilkan dirinya sendiri, gagasannya ataukah
kehadirannya,
gagasannya
ditampilkan
oleh
kelompok/orang lain
Posisi Penulis - Pembaca
Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks.
Bagaimana pembaca memposisikan dirinya dalam
teks yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah
pembaca mengidentifikasidirinya.
Analisa Data
Media Kompas
Berita tanggal 21 Maret 2014 dengan judul :” Upaya PAN untuk Tumbuh”
TINGKAT
Posisi Subyek - Obyek
YANG INGIN DILIHAT
Posisi subyek adalah penulis teks (wartawan Kompas),
sedangkan posisi obyeknya adalah Partai Amanat Nasional
(PAN), hal ini digambarkan dari data statistik tentang
perbandingan komposisi latar belakang caleg PAN untuk DPR
dengan semua partai. Nomor urut satu digambarkan
perbandingan komposisi jenis kelamin dalam pemilu 2009 dan
2014. Angka statistik menunjukkan bahwa dalam pemilu
2009, komposisi laki-laki = 69,8 % dan perempuan = 30,2 %.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
41
Sedangkan dalam pemilu 2014, komposisi laki-laki = 62,6 %
dan perempuan = 37,4 %.
Posisi Penulis - Pembaca
Posisi
pembaca diposisikan
sebagai
laki-laki dan
perempuan. Dan pada akhirnya antara penulis dan pembaca
tidak melestarikan bias gender dalam masyarakat.
Berita tanggal 21 Maret 2014 dalam rubrik :” Suara Partai”
TINGKAT
Posisi Subyek - Obyek
YANG INGIN DILIHAT
Posisi subyek adalah Para caleg, sedangkan posisi obyeknya
adalah aspirasi suara dari partai masing-masing. Para caleg
yang menyuarakan aspirasi partainya sejumlah 12 orang
dengan perbandingan komposisi laki-laki = 8 orang dan
perempuan = 4 orang.
Posisi Penulis - Pembaca
Teks ini memposisikan pembaca sebagai laki-laki ( 8 orang
caleg) dan perempuan (4 orang caleg). Dengan pemosisian
jumlah nara sumber yang berbeda seperti ini penulis dan
pembaca
diperhadapkan
pada
bias
gender
didalam
masyarakat.
Selama periode Januari – April, Kompas lebih menitikberatkan pada legal formal
partai politik dalam memenuhi regulasi keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif.
Regulasi tersebut seperti yang tertuang dalam Undang Undang PEMILU NO.8. Tahun 2012
pasal 55 menyatakan bahwa daftar bakal calon sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
53 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. Kuota 30%
caleg perempuan Pada Pemilu 2014, merupakan kemenangan aliran feminis liberal. Mereka
berpandangan, kesetaraan laki-laki dan perempuan pada tingkat rasionalitas.
Dilihat dari komposisi perbandingan status perempuan dan laki-laki yang menjadi
obyek pemberitaan, masih ada kecenderungan terjadi ketimpangan. Seperti digambarkan
pada data statistik yang ditulis dalam pemberitaan Kompas secara jelas menunjukkan
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
42
perbandingan antara caleg laki-laki (sebesar 62,6%) dan caleg perempuan (sebesar 37,4%).
Hal ini mengisyaratkan bahwa masih cukup besar perbedaan jumlah antara caleg laki-laki
dan caleg perempuan. Partai politik masih lebih percaya pada kualitas dan kemampuan
laki-laki daripada perempuan untuk bersaing memperebutkan kursi lembaga legislatif.
Kaum perempuan masih dianggap kaum yang terpinggirkan atau kaum yang masih kurang
diperhitungkan dalam kancah perpolitikan nasional.
Ketimpangan ini semakin nampak dalam rubrik “Suara Partai”. Diantara 12 suara
orang caleg, 8 orang dipilih dari kaum laki-laki sedangkan kaum perempuan cuma 4 orang.
Jumlah yang tidak seimbang ini juga menunjukkan keberpihakan penulis kepada kaum lakilaki sehingga akan mempengaruhi pembaca dalam mengidentifikasi dan menempatkan
dirinya dalam pemberitaan teks tersebut.
Media Republika
Berita tanggal 15 Maret 2014 dengan judul :” Perempuan Pahami Konstituante”
TINGKAT
Posisi Subjek-Objek
YANG INGIN DILIHAT
Berita
ini
mengenai
bagaimana
perempuan
pahami
konstituante (Republika, Sabtu, 15 Maret 2014), yang
dikemukakan
oleh
aktivis
Lembaga
Pendampingan
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan (Nina Musriyati) dan
Pengurus Pimpinan daerah Muhammadiyah
Kabupaten
Bantul, DIY (Saebani). Yang ditempatkan sebagai subjek
(pencerita) adalah Nina dan Saebani., sementara sebagai
obyek (yang diceritakan) adalah caleg perempuan. Akibatnya
? peristiwa tersebut diceritakan dalam perspektif Nina dan
Saebani maka teks berita menceritakan nilai positif terhadap
caleg perempuan. Caleg perempuan bisa memberi kontribusi
riil
terhadap
masyarakat
dalam
menyerap
dan
memperjuangkan aspirasi rakyat. Selain itu Caleg perempuan
akan menghadapi pertarungan yang luar biasa ketika sudah
duduk di legislative. Dan harus mempersiapkan diri dengan
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
43
visi serta misi yang jelas, seerta menggali wawasan yang
lebih luas. Berita ini
dikisahkan dengan
alur
yang
menguntungkan caleg perempuan sebagai bekal untuk duduk
di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Perempuan mampu
berkiprah dalam dunia politik dan menjadi pemimpin yang
terpercaya. Dengan demikian, calon legislative (caleg)
perempuan harus memiliki komitmen dan pengabdian mulia
dan tegas dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai abdi
negara jika ingin menjadi pemimpin.
Posisi
Penulis
Pembaca
– Posisi
pembaca diposisikan
sebagai
laki-laki dan
perempuan. Dan pada akhirnya antara penulis dan pembaca
tidak melestarikan bias gender dalam masyarakat.
Dalam teks tersebut jelas disebutkan bahwa posisi subyek adalah Nina Musriyati,
seorang aktivis pemberdayaan perempuan. Subyek menyatakan bahwa dalam diri
perempuan sebenarnya mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk bertarung dalam
memperjuangkan
aspirasi
masyarakat
apabila
perempuan
tersebut
benar-benar
mempersiapkan mental, wawasan serta visi-misinya. Hal tersebut tersirat dalam teks yang
menyatakan bahwa ......dengan kesanggupan perempuan maju di kancah politik berarti
telah menyatakan diri mampu dan berdaya untuk berpartisipasi dalam memperjuangkan
aspirasi masyarakat. Ini pandangan kaum perempuan dalam melihat kemampuan dan daya
kekuatan yang dimiliki dalam diri seorang caleg perempuan.
Bahkan pendapat dari kaum laki-laki juga menyatakan bahwa seorang perempuan
juga dapat menjadi seorang pemimpin yang terpercaya. Hal ini dikatakan oleh Saebani,
tokoh Muhammadiyah dari Yogyakarta. Posisi subyek yang menceritakan bagaimana status
dan kedudukan perempuan sebenarnya sama dan seimbang dengan kaum laki-laki.
Perempuan juga dapat seorang pemimpin. Pernyataan ini seperti yang ditulis dalan teks
berita ........perempuan mampu berkiprah dalam dunia politik dan menjadi pemimpin yang
terpercaya.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
44
Wacana yang ingin ditampilkan dalam berita di atas memposisikan caleg
perempuan dengan sebagai sosok yang mempunyai kekuatan dan kesanggupan dalam
memasuki kancah perpolitikan. Optimisme bahwa caleg perempuan mampu bersaing
dengan kaum lelaki ditunjukkan dari posisi subyek yang menceritakan dan dijadikan nara
sumber yaitu Nina Musriyati (seorang aktivis perempuan) dan Saebani (tokoh agama).
Tidak ada bias gender yang merendahkan martabat caleg perempuan.
Berita tanggal 26 Maret 2014 dengan judul :” Pemilu Kaum Hawa”
TINGKAT
Posisi Subyek – Obyek
YANG INGIN DILIHAT
Teks berita Pemilu Kaum Hawa (Republika, Rabu, 26 Maret
2014) menceritakan panggung kampanye caleg perempuan.
Sebagai Subyek dalam teks ini adalah 5 aktivis perempuan
(Sri Nurherwati, Siti Zuhro, Reni Marlinawati, Linda Amalia
Sari Gumelar, Camel Panduwinata). Dan yang diposisikan
sebagai obyek adalah panggung kampanye dan caleg
perempuan. Akibatnya? Peristiwa pemillu kaum hawa
menempatkan perempuan hanya sebagai pemanis di
panggung kampanye, sehingga tidak terlihat kualitas dan
kapabilitasnya. Caleg-cales perempuan cantik kadang hanya
digunakan
untuk
meraih
suara
tanpa
menonjolkan
kemampuannya. Berita ini dikisahkan dengan alur caleg
caleg perempuan mengakui pernah dilecehkan, namun tidak
menggubris, dan tetap berkiprah dipanggung politik.. Caleg
perempuan itu mengakui bahwa caleg caleg cantik itu hanya
untuk mengumpulkan dan meraih suara oleh partainya.
Posisi Penulis – Pembaca
Teks ini memposisikan pembaca sebagai perempuan (5
aktivis perempuan). Dengan pemosisian seperti ini penulis
dan pembaca tidak melestarikan bias gender didalam
masyarakat.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
45
Wacana yang ingin ditonjolkan dalam berita di atas justeru memposisikan caleg
perempuan sebagai “pemanis” dalam meraih perolehan suara dalam pemilu. Konstruksi
pemberitaan media yang bias gender ini tentu saja tidak terlepas dari perspektif jurnalis
dalam melihat bagaimana posisi wanita dalam terjun ke dunia politik. Hal ini terlihat jelas
dalam tulisan yang dijadikan sub judul oleh penulis yaitu “Wanita Cantik”. Tulisan dalam
berita seperti ini, secara tidak sadar sebenarnya dapat semakin memperkuat gambaran
negatif terhadap eksistensi caleg perempuan. Perempuan yang menjadi caleg atau terjun ke
politik, dapat dicitrakan sebagai perempuan yang hanya menjual kecantikannya saja untuk
mencapai kekuasaan politiknya. Perempuan yang menjadi caleg atau terjun ke politik, dapat
dicitrakan sebagai perempuan yang tidak memiliki kapasitas dan kemampuan untuk
bersaing dengan dominasi kekuatan laki-laki.
Bahkan pengakuan bahwa dirinya bodoh, tidak mempunyai kemampuan seperti
politisi lainnya diungkapkan oleh caleg Camel Panduwinata Lubis. Pengakuan ini seperti
yang tertulis dalam teks berita ....”Saya memang bodoh, bukan seperti politisi kebanyakan.
Ungkapan kata “bodoh” mengisyaratkan kita kepada seseorang yang berpendidikan rendah
dan tidak bisa apa-apa. Kalau dalam diri seorang perempuan mengakui hal seperti itu,
justeru akan memperkuat anggapan masyarakat terhadap caleg perempuan yang hanya
dijadikan peran sebagai pengumpul suara karena kepopuleran dan kecantikannya saja. Hal
ini juga semakin memperkuat stereotyping terhadap caleg perempuan dan memberikan
gambaran negatif terhadap eksistensi caleg perempuan.
Media Jawa Pos
Berita tanggal 2 April 2014 dengan judul :”Demokrat Minta Jangan Remehkan
Perempuan”
TINGKAT
YANG INGIN DILIHAT
Posisi Subyek-Obyek
Berita ini mengisahkan tentang permintaan untuk jangan
meremehkan perempuan (Jawa Pos,Rabu, 2 April 2014). Teks
ini menempatkan caleg perempuan (Dini Rijanti) sebagai
subyek, dan peserta kampanye perempuan sebagai obyek.
Akibatnya? Teks ini memberi nilai positif tentang keunggulan
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
46
dan kelebihan yang dimiliki caleg perempuan. Alur teks ini
menunjukkan bahwa caleg perempuan jangan diremehkan,
karena perempuan adalah inspirator. Caleg perempuan sudah
memiliki kemampuan setara. Artinya di dunia politik tidak ada
“gender”.
Posisi Penulis-Pembaca Posisi pembaca dalam teks ini diposisikan sebagai perempuan.
Wacana yang ingin disampaikan dalam berita ini adalah bahwa konstruksi caleg
perempuan memiliki kelebihan sebagai inspirator dalam membangun sebuah negara serta
memiliki kemampuan yang setara dengan laki-laki. Pernyataan ini didukung sekali dengan
judul yang dipilih yaitu :”Demokrat Minta Jangan Remehkan Perempuan” dan
gambar/foto seorang caleg perempuan yang sedang berkampanye dengan mengepalkan
tangan kanannya. Kepalan tangan kanan menunjukkan sebuah kekuatan yang dimiliki oleh
seseorang. Eksistensi calon perempuan ditunjukkan untuk menggambarkan bahwa caleg
perempuan juga mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan kamampuan yang selama ini
dimiliki oleh caleg laki-laki.
Sebagai posisi subyek yang menceritakan kemampuan caleg perempuan, Dini
Rijanti mengatakan bahwa ......perempuan itu inspirator dan terbukti sudah memiliki
kemampuan setara. Artinya, di politik, gender itu sebenarnya sudah tidak ada lagi.
Pernyataan ini jelas mengajak kepada seluruh pembaca untuk memaknai kesetaraan gender
di dunia politik.
Wacana yang ingin ditampilkan dalam berita ini adalah betapa sulit dan tipisnya
caleg perempuan untuk lolos menjadi wakil rakyat melalui sebuah sistem pemilu.
Perbandingan antara caleg laki-laki dan caleg perempuan yang lolos menjadi wakil rakyat
di tunjukkan dalam grafis yaitu 5:1. Artinya bahwa dalam grafis yang ditampilkan
menunjukkan bahwa seorang caleg perempuan secara kuantitas kalah bila bersaing dengan
caleg laki-laki. Caleg perempuan selalu kalah bila dibandingkan dengan dominasi dan
kekuatan yang dimiliki oleh caleg laki-laki.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
47
Berita tanggal 15 April 2014 dengan judul :”Caleg Termuda Rontokkan Incumbent ”
TINGKAT
YANG INGIN DILIHAT
Posisi Subyek-Obyek
Berita ini mengisahkan tentang caleg perempuan termuda
rontokkan caleg incumbent (Jawa Pos, Selasa,15 April 2014).
Teks berita ini menempatkan caleg perempuan (Ita Primaria
Lestari) sebagai subyek sekaligus sebagai obyek (sebagai
caleg perempuan). Akibatnya? Teks ini mengangkat derajat
caleg perempuan meskipun caleg baru, Ita Primaria Lestari,
mampu menyingkirkan sejumlah incumbent yang sudah
cukup dikenal masyarakat. Berita ini mengisahkan dengan
alur yang menguntungkan caleg perempuan. Menceritakan
perjuangannya, sejak mulai dilamar satu partai hingga
bertarung di dapil yang 9 diantaranya caleg incumbent.
Posisi Penulis - Pembaca
Posisi pembaca di dalam teks inidiposisikan sebagai caleg
perempuan yang menjadi wakil rakyat.Antara penulis dan
pembaca tidak ada bias gender.
Wacana yang ingin dikembangkan dalam berita ini adalah bahwa caleg perempuan
tidak kalah dengan caleg laki-laki. Konstruksi yang ingin dibangun menunjukkan bahwa
sekarang ini tidak ada lagi perbedaan yang mendasar antara perempuan dan laki-laki dalam
terjun ke dunia politik. Caleg perempuan dapat mengaktualisasikan dirinya sama dengan
laki-laki. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa .....ada potensi cukup besar di
kepribadian alumnus jurusan hukum di salah satu universitas di Surabaya itu. Pernyataan
ini mengisyarakatkan bahwa kaum perempuan mempunyai kualitas dan potensi yang tidak
kalah dengan kaum laki-laki.
Potensi dan kepribadian menjadi modal yang kuat untuk dapat mengalahkan para
incumbent di dapil neraka. Paragraf terakhir dari teks berita menguatkan posisi caleg
perempuan untuk menjadi pemenang dalam suatu pertarungan politik. Tulisan dalam
paragraf terakhir tersebut juga dapat dijadikan kesimpulan dari keseluruhan teks berita
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
48
yaitu ..... Ita menjadi satu-satunya wajah baru yang mampu merontokkan incumbent.
Berita tanggal 24 April 2014 dengan judul :”Anak Malah Minta Dyah Katarina Jadi
Cawali ”
TINGKAT
YANG INGIN DILIHAT
Posisi Subyek –Obyek
Berita ini mengisahkan tentang wajah baru caleg perempuan
yang lolos sebagai anggota DPRD Periode (2014-2019),
(Jawa Pos, Kamis, 24 April 2014).
memposisikan 3 caleg perempuan
Teks berita ini
sebagai subyek (Siti
Mariyam, Dini Rijanti, dan Dyah Katarina), dan juga
sekaligus memposisikan sebagai obyek. Akibatnya? Teks ini
menceritakan proses bagaimana masing-masing ke-3 caleg
perempuan ini bisa menjadi anggota DPRD Kota Surabaya,
dengan berbekal kiprahnya selama ini. Alur teks ini di mulai
dari Dyah Katarina, yang mengisahkan bahwa dirinya pada
awalnya tidak begitu terpikir untuk menjadi caleg. Tetapi
karena mendapat pinangan salah satu partai dan menerimanya,
Dyah
langsung
menggarap
kantong-kantong
Bunda
Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD). Sehingga denga 863
PAUD di Surabaya yang dibinanya, dia mampu meraih suara
yang cukup signifikan. Siti Maryam, menceritakan seringkali
mengadvokasi
warga yang menolak keberadaan sebuah
perusahaan Beton di tengah perkampungan. Dini Rijanti,
perempuan ini memilih menjadi caleg DPRD Surabaya setelah
lima tahun sebelumnya jadi anggota DPRD Jatim.
Posisi Penulis - Pembaca
Dalam teks ini pembaca diposisikan sebagai pihak perempuan
(Dyah Katarina, Siti Mariyam, dan Dini Rijanti). Dengan
pemosisian seperti ini selaras dengan apa yang diinginkan
penulis. Tidak ada bias gender dalam masyarakat.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
49
Wacana yang ingin ditampilkan dalam berita tersebut adalah bagaimana kaum
perempuan bisa berkarier dan berprestasi di ruang publik, khususnya di lembaga politik.
Ruang publik dalam feminisme merepresentasikan sebuah wilayah kekuasaan yang
dipagari oleh regulasi sepihak dan tidak setiap orang dapat memasukinya. Gerakan feminis
berusaha meraih kekuasaan itu dengan berjuang masuk dalam ruang publik. Prestasi yang
diraih oleh kaum perempuan di ruang publik menunjukkan kapasitas dan kemampuan dari
seorang perempuan untuk bersaing dengan kaum laki-laki untuk berkarya di ruang publik.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan ...Aktivitasnya membina pendidikan anak usia dini
(PAUD). Bayangkan, ada 863 PAUD di Surabaya. Potensi cukup besar. Jangan diumbar...
dan ...Bisa dibilang Mariyam bukan perempuan biasa. Dia adalah sosok ibu-ibu aktivis.
Di sisi lain, kaum perempuan juga tidak bisa melepaskan dirinya dari ruang privat.
Kehidupan kodrati dari seorang perempuan selalu melekat di dalam dirinya. Meskipun dia
sudah berprestasi dan berkarier bagus di ruang publik, ketika dia pulang ke rumah maka
kehidupan kodratinya sebagai perempuan akan nampak. Bagaimana kehidupan ruang
privatnya tampak dalam pernyataan ...Perasaan Dyah sudah tidak keruan. Dia berpikir
anak-anaknya akan protes dengan pilihannya berkarir di bidang politik...Kedekatan
seorang ibu dengan anak ditunjukkan dalam pernyataan tersebut.
Kesimpulan
a. Harian Kompas
Wacana harian Kompas selama periode Januari – April 2014 terkait dengan pemberitaan
caleg perempuan ternyata lebih menonjolkan kepada wacana legal formal dari suatu
partai politik dalam memenuhi kuota perempuan sebesar 30% keterwakilan perempuan
dalam kursi Dewan perwakilan Rakyat seperti yang diamanatkan dalam Undang Undang
PEMILU NO.8. Tahun 2012 pasal 55.
b. Harian Republika
Wacana harian Republika selama periode Januari – April 2014 terkait dengan
pemberitaan caleg perempuan ternyata lebih seimbang dalam arti bahwa Republika juga
menonjolkan wacana kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan dan wacana
bias gender yang merendahkan status dan martabat seorang caleg perempuan.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
50
c. Harian Jawa Pos
Wacana harian jawa Pos selama periode Januari - April 2014 terkait dengan pemberitaan
caleg perempuan ternyata ada wacana kesetaraan gender, wacana bias gender dan
wacana sifat kodrati perempuan meskipun sudah mencapai karier yang tinggi di ruang
publik atau di lembaga publik sehingga mampu mempengaruhi kebiajakn publik tetapi
tidak melupakan tanggung jawabnya di ruang privat atau di lingkungan rumah
tangganya.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur.2004. Analisis Teks Media, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Agus Sudibyo.2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana, LkiS, Yogyakarta
Eriyanto 2005. Analisis Wacana, Pengantar Aanalisis Teks Media, PT LKiS Pelangi
Aksara, Yogyakarta
George Ritzer, Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern Edisi Ke Enam.
Penerbit PT Prenada Media, Jakarta
Ibnu Hamad.2004, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, Granit, Jakarta
Jalaluddin Rakhmat.1994. Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bndung
Ishwari, Luwi. 2005, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, Bukru , Jakarta
Haris Sumadiria. 2005, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, Simbiosa
Rekatama Media, Bandung
Dan Nimmo.2005. Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, Dan Media, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
Syarifudin Yunus. 2010, Jurnalistik Terapan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta
UU Pemilu No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu
Jawa Pos, Selasa, 26 Nopember 2013
Strategi Manajemen Krisis Dan Opini Public PT.Airasia Qz8501
Pada Tanggal 28 Desember 2014”
Oleh :
1. Nur’annafi Farni Syam Maella, M.Ikom
Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo
2. Drs. Hartopo Eko Putro, MSi
Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
51
Ringkasan
Latar belakang dari penelitian adalah krisis perusahaan yang menimpa salah satu
maskapai penerbangan asal Malasyia diakibatkan oleh peristiwa jatuhnya pesawat
AIRASIA QZ8501 di sekitar perairan Tanjung Pandan. Peristiwa ini membuat perusahaan
membuat strategi public relations yang bertugas sebagai penasehat manajemen yang diberi
wewenang untuk mengatasi krisis dan bertanggung jawab terhadap program yang
dijalankan sesuai dengan keahlian yang dimiliki publc relation.
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang mencoba
menjelaskan, menggambarkan dengan jelas sebuah fenomena yang terjadi berdasarkan data
dan fakta yang dikumpulkan. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunkan teori, tetapi
teori hanya digunakan sebagai kisi-kisi, acuan, bukan sebagai alat untuk mengukur atau
menaklukan data. Kerangka teori yang dipakai adalah teori manajemn krisis.
Dari hasil kajian peneliti menunjukkan bahwa perusahaan telah berusaha
membangun strategi manajemen krisis dalam menangani peristiwa jatuhnya pesawat
AIRASIA QZ8501. Strategi manajemen krisis yang digunakan oleh perusahaan adalah
strategi merespon dan bertahan.
Pendahuluan
AIRASIA adalah maskapai penerbangan terdepan yang dibangun berdasar impian
untuk memungkinkan semua orang dapat menikmati layanan penerbangan. Sejak tahun
2011, airasia langsung mengubah norma-norma perjalanan didunia, dan muncul menjadi
yang terbaik. Dengan jaringan rute yang membentang di lebih dari 20 negara, airasia terus
membuka jalan bagi penerbangan berbiaya terjangkau lewat solusi inovatif, proses efisien
dan pendekatan yang baru dalam usaha ini. Dengan simbolnya: sekarang, semuanya dapat
terbang. Sebagai masakapai penerbangan bertarif murah, airasia sedang menjadi sorotan
hangat di Indonesia, bahkan dunia. Musibah yang menima masakapai asal Malaysia ini,
terjadi pada tanggal 28 desember 2014, aisrasia menjadi incaran seluruh awak media baik
nasional maupun internasional. Persawat airasia QZ8501 yang hilang disekitar tanjung
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
52
pandan dengan penumpang pesawat sebanyak 162 orang hingga saat ini masih belum
ditemukan.
Krisis perusahaan kerap kali diidentikan sebagai virus atau wabah penyakit yang
menggerogoti perusahaan. Penyebab terjadinya krisis adalah karena keterbatasan manusia
mengatasi berbagai tuntutan lingkungan atau kegagalan teknologi tinggi. Adanya krisi yang
terjadi pada airasia serta pemberitaan yang terus menerus dilakukan oleh media massa
berpotensi untuk menghasilkan dampak negative bagi institusi yang menjadi objek
pemberitaan. Menurut Rosady Ruslan dalam situasi dan kondisi krisis managemen,
perusahaan akan berhadapan dengan sorotan yang bernada negative dari masyarakat,
ditambah dengan tekanan liputan dari pihak pers atau wartawan yang menampilkan
“pendapat” secara subjectif. Pada kondisi krisis public relation bertugas sebagai penasehat
manajemen yang diberi wewenang untuk mengatasi krisis dan bertanggung jawab terhadap
program yang dijalankan sesuai dengan keahlian yang dimiliki publc relation (Ruslan,
1995;13)
Pihak airasia melalui strategi public relation perlu melakukan kegiatan manajemen
krisis untuk dapat mengelola krisis dengan baik, sehingga opini dimasyarkat menjadi tidak
negative.
Pentingnya strategi humas yang tertuang dalam strategi managemen krisis
maskapai airasia, melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian menangani
beberapa pihak yang dirugikan atas terjadinya peristiwa hilangnya pesawat aisrasia
QZ8501. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan dilatarbelakang masalah, maka
munculah suatu pertanyaan yang dapat digunakan sebagai dasar peneliti untuk melakukan
penelitian “ bagaimanakah strategi manajemen krisis dan opini public PT.Airasia Qz8501
pada tanggal 28 Desember 2014”?
Tinjauan Pustaka
Krisis dapat dilihat sebagai persepsi dari suatu peristiwa yang mengancam harapan
stakeholders dan dapat berdampak pada kinerja organisasi. Krisis merupakan persepsi.
Maka dari itu, dapat dikatakan ketika
stakeholders mempercayai bahwa organisasi
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
53
mengalami krisis, maka organisasi berada dalam situasi krisis. Berikut ini adalah definisi
krisis menurut Fearn-Bank dalam Coombs dan Holladay (2010): Istilah strategic
manajement sering disebut pula rencana strategis atau rencana jangka panjang perusahaan.
Dalam suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis
yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu kedepan.
Rencana inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi public relations untuk
menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan diambil sehari-hari.
Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan public relations harus menyatu dengan visi
atau misi organisasinya, yakni alasan organisasi atau perusahaan untuk tetap hidup, dari
sinilah seorang praktisi public relations dapat menetapkan objektifnya dan bekerja
berdasarkan objective tersebut (Kasali, 1994: 34). Dari pemaparan diatas, penulis
memahami bahwa strategi manajemen sering di sebut juga rencana strategis atau rencana
jangka pangka panjang perusahaan, dan biasanya sebagian besar perusahaan menetapkan
rencana jangka panjang tersebut dalam lima sampai sepuluh tahun, alasan perusahaan
membatasi berapa lamanya sangat masuk akal, karena perubahan yang terjadi belakangan
ini sangat sulit di terka arahnya.
Definisi lain manajemen strategis menurut Ansoff dan Mc Donnell (1990 : XV) ialah :
“Manajemen strategis sebagai pendekatan sistematis terhadap tanggung jawab umum
manajemen yang besar dan terus meningkat, arti pentingnya, untuk memposisikan dan
mengaitkan perusahaan dengan lingkungannya dengan cara yang akan menjamin
keberhasilan perusahaan dan mengamankan perusahaan dari ketidakterdugaan”.
Langkah-langkah dalam menghadapi krisis tersebut antara lain : Mengidentifikasi krisis,
Fact-finding selama masa tidak krisis, Membentuk tim, Fine-tune jaringan komunikasi.
Berikut penjelasan dari kedua pendapat ahli dalam mengelola krisis tersebut : langkahlangkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis, menurut Iriantara (2004: 124)
sebagai berikut :
1.
Identifikasi krisis
Dalam mengidentifikasi krisis, praktisi public relations melakukan penelitian, yang
penelitiannya bisa saja bersifat informal dan kilat, bila krisisnya terjadi sedemikian cepat.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
54
Katakanlah di sini praktisi public relations mendiagnosis krisis tersebut. Diagnosis itu
merupakan langkah awal yang penting untuk mendapatkan data dan informasi yang akan
digunakan untuk melakukan tindakan
pada tahap berikutnya.
2.
Analisis krisis
Data dan informasi yang dikumpulkan tersebut untuk selanjutnya diurai, baik bagian per
bagian, artinya melakukan analisis parsial atau analisis menyeluruh. Analisis ini dilakukan
sebagai dasar untuk menentukan pengambilan tindakan yang tepat.
3.
Isolasi krisis
Krisis adalah penyakit. Kadang bisa juga berarti lebih dari sekadar penyakit biasa, ia
adalah penyakit menular. Untuk mencegah krisis menyebar luas ia harus diisolasi,
dikarantinakan sebelum tindakan serius dilakukan.
4.
Pilihan Strategi
Sebelum langkah berkomunikasi dilakukan, setelah melakukan analisis dan
mengisolasi krisis, penting untuk menentukan strategi mana yang akan dipergunakan.
5.
Program Pengendalian
Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi
generic yang dirumuskan. Umumnya strategi generic dapat dirumuskan jauh-jauh hari
sebelum krisis timbul, yakni sebagai guidance agar para eksekutif bisa mengambil langkah
yang pasti. Berbeda dari strategi generic, program pengendalian biasanya disusun di
lapangan ketika krisis muncul.
Implementasi pengendalian diterapkan pada :
ï‚·
Perusahaan (beserta cabang)
ï‚·
Industri (gabungan usaha sejenis)
ï‚·
Komunitas
ï‚·
Divisi-divisi perusahaan (Iriantara, 2004: 124)
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
55
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian mengenai manajemen krisis
PT.AIRASIA QZ8501 adalah penelitian kualitatif. Instrument pokok penelitian kualitatif
adalah pengumpulan dan analisis data yang lebih menekankan pada suatu proses, bukannya
hasil dari penelitiannya. Peneliti kualitatif bersifat deskriptif dalam arti peneliti tertarik
pada proses, makna, dan pemahaman yang didapat melalui kata atau gambar yang
ditemuinya ketika penelitian berlangsung. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif
dimana peneliti mulai dari suatu realita yang ada, setelah itu baru menentukan konsep akan
suatu fenomena yang akan kita teliti, menentukan rumusan masalah, mencari data dengan
langsung terjun kelapangan, mengumpulkan dan mengolah data dari hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, setelah itu baru menguji keabsahan data tersebut, dan ahirnya akan
mampu menghasilkan sesuatu yang baru bagi pentingnya ilmu pengetahuan.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunkan teori, tetapi teori hanya digunakan
sebagai kisi-kisi, acuan, bukan sebagai alat untuk mengukur atau menaklukan data. Karena
itu penelitian kualitatif lebih menekankan proses dan makna ketimbang kuantitas, frekuensi
atau intensitas (yang secara matematis dapat diukur).
Penelitian kualitatif kesimpulannya bersifat tentative, kesimpulan tersebut dapat
berubah-ubah sejalan dengan bertambahnya data yang diperoleh. Ada tiga cara yang akan
dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini:
1.
Wawancara
Salah satu bentuk wawancara yang paling umum dilakukan dalam studi kasus adalah
wawancara studi kasus bertipe open ended, di mana peneliti dapat bertanya kepada
responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai
peristiwa yang ada. Pada beberapa situasi, peneliti bahkan bisa meminta responden untuk
mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan bisa menggunakan
proposisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya (Yin, 2006: 108-109).
2.
Studi Pustaka
Selain dengan observasi dan wawancara untuk memperoleh informasi yang mendukung
penelitain ini adalah dengan studi pustaka. Studi pustaka ialah pendayagunaan sumber
informasi yang terdapat di perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia. Studi
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
56
kepustakaan dilakukan untuk memperoleh rujukan teoritis yang menjelaskan gejala-gejala
empiris yang didapat dari lapangan berkaitan dengan penelitian.
3.
Studi dokumentasi
Merupakan tinjauan terhadap dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian yang dapat
memberi masukan untuk menggambarkan proses komunikasi politik yang berlangsung.
Penggunaan dokumen ini berguna untuk mendukung dan menambah bukti sumber lain.
Tehnik analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam kebijakan penyusunan anggaran
adalah dimulai dari sejak pengumpulan data pertama dilapangan. Mengumpulkan semua
data-data yang didapatkan dari hasil penelitian, baik secara observasi, wawancara ataupun
daftar pustaka. Setelah semua data terkumpul maka mulailah melakukan analisi data seperti
langkah-langkah dibawah ini:
a.
Deskripsi; peneliti akan mendeskripsikan atau memaparkan fakta-fakta terlebih dahulu
mengenai kasus tersebut, berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi pustaka dan
dokumentasi, sebagaimana yang terekam atau tercatat oleh peneliti.
b.
Analisis tema atau isu; setelah data itu dideskripsikan, maka data itu dicoba untuk
dianalisis, yang merujuk kepada tema atau isu yang spesifik, dilakukan dengan
mengumpulkan informasi dan mengelompokannya menjadi beberapa kategori.
c.
Penonjolan, setelah data itu dianalisis maka dilakukan penonjolan yang meliputi
pemahaman peneliti terhadap data dan bagaimana peneliti menginterpretasikannya
Bagan 1.Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman
Pengumpulan
data
Reduksi
data
.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
Penyajian
Data
57
Penarikan
Kesimpulan
Sumber: Miles dan Huberman
Analisis Dan Pembahasan
Pandangan airasia mengenai krisis (hilangnya pesawat QZ8501)
Menurut audrey head of corporate communication PT.AirAsia , humas sangat aktif
dalam menanggapi isu, yaitu pada saat ada krisis saat itu pula berkoordinasi dengan Top
Managemen dan berbagai bagian yang terkait. Koordinasi pada saat krisis tidak hanya
dipusat tapi di semua cabang pembantu PT.AIRASIA. Manajemen krisis merupakan upaya
atau cara mengelola krisis dari saat mulai kejadian, penanganan, hingga proses Recovery
dalam upaya mempertahankan image perusahaan.
Public relation dalam menangani krisis harus sangat aktif mencari berbagai data,
informasi, opini pubik masyarakat mengenai hilangnya pesawat tersebut, dari berbagai
bagian yang terkait, baik internal maupun eksternal. Data-data menangani hilangnya
pesawat tersebut akan sangat menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
Public relation.
Pada saat peristiwa hilangnya pesawat QZ8501 banyak sekali
pemberitaan-pemberitaan dari bebagai media, hampir semua media live memberitakan
krisis yang terjadi pada PT.Airasia. semua pemberitaan dari media kami kumpulka dan
kami sesuaikan dengan fakta, sehingga dapat disampaikan kembali fakta-fakta yang sesuai
dengan yang terjadi ke masyarakat. Penyampaian informasi kemasyarakat harus masuk akal
sesuai dengan fakta yang ada. Pekerjaan public relation menjadi lebih banyak daripada
biasanya dan harus bergerak sangat cepat dalam menanganinya.
Hilangnya pesawat QZ8501 seperti halnya yang dikatakan Audrey bahwa itu
merupakan suatu krisis. Krisis menciptakan perusahaan dalam posisi menjadi perhatian
masyarakat sehingga mempertanyakan kompetensi manajemen perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan harus berkomunikasi dengan cepat, akurat dan terampil dengan beberapa
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
58
kelompok penting seperti karyawan, media dan pemegang saham. Definisi krisis menurut
Linke (1999: 84) adalah : Merupakan suatu ketidak normalan dari konsekuensi negative
yang mengganggu operasi sehari-hari sebuah organisasi yang mungkin berakibat adanya
kematian, menurunnya kualitas kehidupan, berkurangnya tingkat kesejahteraan dan
menurunnya reputasi perusahaan. Dari definisi tersebut peneliti juga memahami bahwa
krisis itu juga bisa dikatakan sebagai suatu keadaan yang genting, yang datangnya secara
tiba-tiba atau tidak pernah diduga sama sekali. Krisis bisa juga dikatakan sebagai penyakit
menular, yang kalau tidak segera diatasi bisa fatal akibatnya. Untuk itu, krisis perlu
dikarantina sebelum tindakan serius diambil. Ketika krisis muncul, tindakan yang harus
dilakukan praktisi PR adalah harus cepat memberi respon dalam memberikan konfirmasi
yang akurat pada media, serta dalam mengambil keputusan praktisi PR harus bekerja
dengan cepat dalam menanggulangi krisis tersebut.
Ada tiga tipe krisis dikemukakan Claudia Reinhardt, (Morissan, 2006: 154),
berdasarkan kategori waktu, yaitu :
1.
Krisis bersifat segera (immediate crises)
Tipe krisis yang paling ditakuti karena terjadi begitu tiba-tiba, tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tidak ada waktu untuk melakukan riset dan perencanaan. Contoh : pesawat
jatuh, eksekutif penting meninggal, kebakaran, gempa bumi, serangan bom, produk yang
tercemar, penembakan di tempat kerja oleh karyawan yang baru di phk dan sebagainya.
Krisis jenis ini membutuhkan consensus terlebih dahulu pada level manajemen puncak
untuk mempersiapkan rencana umum (general plan) mengenai bagaimana bereaksi jika
terjadi krisis yang bersifat segera agar tidak menimbulkan kebingungan, konflik dan
penundaan dalam menangani krisis yang muncul.
2.
Krisis baru muncul (emerging crises)
Tipe krisis ini masih memungkinkan praktisi humas untuk melakukan penelitian dan
perencanaan terlebih dahulu, namun krisis dapat meledak jika terlalu lama ditangani.
Contoh : munculnya ketidakpuasaan di kalangan karyawan, semangat karyawan yang
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
59
rendah, pelecehan seksual di tempat kerja, penyalahgunaan jabatan dan sebagainya
Tantangan bagi praktisi humas jika terjadi krisis jenis ini adalah meyakinkan manajemen
puncak untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum krisis mencapai tahapan kritis.
3.
Krisis bertahan (sustained crises)
Krisis bertahan adalah krisis yang tetap muncul selama berbulan-bulan bahkan bertahuntahun walaupun telah dilakukan upaya terbaik oleh pihak manajemen perusahaan atau
organisasi untuk mengatasinya. Contoh : rumor atau spekulasi mengenai perusahaan yang
menyebar dari mulut ke mulut dan disebarluaskan oleh media massa yang kesemuanya di
luar kontrol praktisi humas.
Berdasarkan tipe krisis diatas, maka krisis yang dialami oleh AIRASIA juga
merupakan tiba-tiba, tidak terduga dan tidak pernah diharapkan sama sekali, yaitu termasuk
pada krisis akut (immediate crisis). Apabila perusahaan mengalami tipe krisis ini setiap
perusahaan harus dalam keadaan siap, dengan datangnya krisis secara mendadak. Dalam
penanganan krisis sendiri PT.AIRASIA sudah memiliki SOP mengenai penanganan krisis
dan memiliki tim krisis yang disebut emergency renspon plan. Tim emergency respon plan
ini, sudah sering melakukan simulai ketika bencana terjadi menimpa perusaah, karena sifat
perusahaan merupakan jasa penerbangan sehingga krisi ini walaupun sifatnya tiba-tiba
namun sudah disiapkan proses penanganya secara menyeluruh. Emergency Respon Plan
terdiri dari:
1.
Media Information Center (MIC)
2.
Operation Control Center (OCC)
3.
Emergency Control Center (ECC)
4.
Site Control Center (SCC)
5.
Family Assistance Center (FAC)
6.
Passengenger Inquiry Center (PIC)
7.
Emergency Support Management Team (EMST)
8.
Aircraft Recovery Team (ART)
Strategi Humas Dalam Menghadapi Krisis
a.
Mengetahui permasalah (fact finding)
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
60
Tindakan humas untuk mengetahui permasalahan adalah mengumpulkan dulu semua
informasi yang terkait dengan hilangnya pesawat Qz8501. Informasi kami cari dari
bebrbagai bagian yang terkait, bagian penerbangan, bagaian manajemen, bagian lapangan.
Pendekatan yang diterapkan Humas AIRASIA dalam menangani krisis. Pada saat terjadi
krisi tim PR dihubungi bagian Penerbangan yang menyatakan bahwa pesawat Qz8501
hilang, sehingga tim PR langsung berkomunikasi dengan TOP untuk mengkomunikasi
langkah pertama yang dilakukan ketika krisis berlangsung.kami terus mengupdate
informasi tersebut sampai ada keputusan bahwa pesawat tersebut statusnya hilang.
b. Perencanaan
Perusahaan melakukan perencanaan untuk mengelola krisis tersebut. Dalam membuat
perencanaan tim PR harus memerhatikan sasaran-sasaran apa yanga kan dicapai oleh
PT.AIRASIA pasca kris tersebut. Sasaran yang ingin dicapai oleh AIRASIA antara lain :
-
Secara bertahap AIRASIA mampu menciptakan (merubah) situasi “ketidakpastian”
menjadi kondisi yang “pasti”.
-
Membantu media massa untuk senantiasa focus terhadap data dan fakta yang ada,
sesuai perkembangan penanganan accident.
-
Menjaga kepercayaan publik bahwa penerbangan merupakan modal transportasi yang
aman dan mengutamakan aspek “safety”
-
Menciptakan kondisi /gambaran bahwa AIRASIA merupakan penerbangan yang
“safe” dan perusahaan menunjukkan sikap yang “caring” terhadap para korban dan
anggota keluarganya.
Strategi Managemen Krisis Airasia
Dalam kondisi kirisi yang dialami PT.AIRASIA public relation berada pada posisi
liaison/mediator/boundary role antara organisasi dengan publiknya dimana humas
AIRASIA berperan, membantu manajemen untuk peka (memonitor), memenage dan
mengcounter issue-issue yang berkembang. Selain itu PR juga berperan membantu
manajemen dalam membangun opini publik, serta membantu manajemen dalam
memanfaatkan teknik-teknik komunikasi dalam upaya membangun citra perusahaan
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
61
a.
Memberitahu kepada masyarakat melalui akun media resmi AIRASIA mengenai
hilang kontak pesawat.
PT. Airasia dalam menyikapi krisis termasuk AKTIF, yaitu menyadari adanya krisis,
dan tanggap dalam bertindak. Pada saat krisi terjadi public relation
langsng
memberikan informasi terkini melalui website AirAsia, www.airasia.com. Logo
maskapai di semua media sosial juga berubah menjadi abu-abu yang lebih muram dan
hanya putih. Semua tampilan media digitalnya juga berubah menjadi lebih gelap.
Mulai dari website, Facebook, sampai Twitter, semuanya diisi dengan warna abu-abu.
Pihak AIRASIA sengaja menggunakan warna abu-abu (simbol duka), warna gelap di
media sosial juga dinilai ampuh untuk memperkuat pesan-pesan pada konten yang
disebarkan. Salah satu contoh pemberitahuan di media sosial:
b.
Mengirimkan Tony Fernandes CEO airasia sebagai icon dalam mengelola krisis.
Krisis yang menimpa AIRASIA langsung direspon begitu aktif oleh CEO dari
AIRASIA. Beliau langsung datang ke tempat kejadian yaitu bandara juanda Surabaya.
Selain itu, beliau langsung melakukan press conference keberbaai media, beliau juga
langsung bertemu dan meminta maaf keseluruh rakyat Indonesia khusunya keluarga
korban. Tidak hanya itu saja, CEO AIRASIA ini langsung berhadapan dengan presiden
Indonesia dan menteri perhubungan Indonesia. CEO AIRASIA ini juga langsung
menemui keluarga korban yang berada di juanda, bahkan korban yang sudah ketemu
jenazaahnya diantarkan oleh beliau langsung kerumahnya. Adanya Tony fernandes
sebagai icon airasia membuat opini masyarakat menjadi baik terhadap AIRASIA.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
62
Masyarakat tidak ragu dan percaya bahwa AIRASIA akan menangani krisis ini dengan
baik dan cepat.
c.
Menggunakan beberapa buzzer yang menjadi teman dekat CEO airasia yaitu Richard
Branson pemilik maskapai Virgin. Pada timeline twitter Richard branson, beliau
menjelaskan mengena kiprah dn peran sertanya tony fernandes dalam perekonomian
Indonesia. Hal ini menggiring opini masyarakat terhadap AIRASIA semakin baik.
d.
Membuka Emergency Operation Centre AirAsia untuk mempermudah komunikasi
keluarga dan kerabat paska kecelakaan AirAsia
e.
Mengirimkan caregiver untuk mendampingi keluarga korban (setiap keluarga satu
caregiver)
f.
Melakukan media relation
g.
Memebrikan bantuan dan asuransi kepada korban bencana.
Peran PR dalam manajemen krisis sangat berpengaruh sekali, karena PR dapat
membantu perusahaan untuk menciptakan kondisi yang dapat membawa perusahaan yang
sedang menurun kembali seperti semula. Hal yang terpenting pada saat menghadapi krisis
adalah budaya “sense of belonging” dari karyawan AirAsia yang memiliki sebutan “All
Star” dan memiliki filosofi “All for One, One for All. Manajemen AirAsia berhasil
menciptakan suasana kerja yang nyaman, atasan dekat dengan karyawan, menjadikan
kantor sebagai rumah kedua bagi karyawan dan kental dengan rasa kekeluargaan, karena di
saat krisis loyalitas karyawan teruji.
Dalam menangani krisis, humas AIRSIA menggunakan strategi merespon dan
bertahan, antara lain :
a.
Mengaktifkan “communications team” sesuai perincian tugas dan tanggungjawabnya.
b.
Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam penanganan accident, antara lain;
ECC (Emergency Control Center), OCC (Operation Control Center), FAC (Family
Assistance Center), PIC (Passenger Inquiry Center), SCC (Site Control Center),
ESMT (Emergency Support Management Team), Go Team, ART (Aircraft Recovery
Team),
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
63
c.
Menjadi sumber informasi yang cepat, akurat serta menyampaikan informasi yang
penting dan mengurangi situasi”ketidakpastian”.
d.
Bersikap penuh perhatian, jujur, terbuka serta tidak berspekulatif.
e.
Memahami data/informasi tentang aspek “safety” dan prosedur dalam penanganan
Accident
Opini Publik
Adapun penilaian publik terhadap managemen krisis Airasia:
1.
Respon cepat
Beberapa jam setelah AirAsia QZ8051 dinyatakan hilang, CEO Tony Fernandes
menyatakan empatinya melalui akun Twitter pribadinya, “This is my worst nightmare”.
AirAsia juga mengubah latar belakang foto profil akun Twitter-nya menjadi berwarna
abu-abu sebagai simbol duka.
2.
Meminta maaf dan bersikap profesional
Brand yang menyalahkan pihak lain hanya akan menodai kepercayaan dan membuat
konsumen mencemoohnya. Legowo meminta maaf adalah hal yang ingin didengar oleh
konsumen manakala brand berbuat salah meskipun meminta maaf tak serta merta
dapat menyelesaikan masalah. Melalui media konvensional dan media sosial, Tony dan
AirAsia meminta maaf dan menyatakan belasungkawa sedalam-dalamnya.
3.
Sikap profesional juga ditunjukan oleh Tony dan AirAsia dengan fokus bekerjasama
dengan pihak terkait untuk mencari korban dan pesawat, alih-alih berspekulasi tentang
penyebab kecelakaan yang belum dapat dipastikan.
4.
Pembaruan informasi yang kontinyu
Melalui akun media sosialnya dan konferensi pers yang digelar di posko crisis center,
AirAsia terus memberikan informasi tentang pencarian korban dan pesawat yang
hilang. Call center juga siap melayani para keluarga korban.
5.
Bertanggungjawab
AirAsia memberikan beberapa fasilitas bagi keluarga korban yang berasal dari luar
Surabaya, seperti fasilitas penerbangan, hotel, dan antar jemput ke posko crisis center.
Memberikan fasilitas sepenuhnya adalah salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
64
6.
Terjun langsung hadapi keluarga korban
Tidak menunda-nunda, setelah mendengar kabar hilangnya pesawat, Tony Fernandes
langsung terbang menuju posko crisis center di Surabaya untuk menghimpun informasi
dan menemui keluarga korban.
Kesimpulan
a.
Berdasarkan hasil penelitian Tipe krisis yang dihadapi airasia adalah jenis tipe krisis
yang bersifat segera, karena menyangkut kecelakaan pesawat.
b.
Tahapan dari jenis krisis tersebut termasuk kedalam tahap akut, karena krisis yang
dialami ini sudah termasuk besar, karena memakan banyak korban.
c.
Penanganaan yang dilakukan Humas airasia itu, ternyata berdampak baik bagi
perusahaan. Itu terbukti, opini publik dari masyarakat terhadap penanganan krisis
airasia sangat baik, dan masyarakat masih tetap percaya untuk menggunakan airasia.
Dapat terlihat dalam penanganan krisis ini humas Airasia melakukan perannya dengan
sangat baik dan maksimal
Daftar Pustaka
Arifin, Anwar.2008. Opini Publik. Jakarta. Pustaka Indonesia
Cutlip, Scoot M. Allen H. Center, Glen. M Broom. 2007. Effective Public Relations. Edisi
Kesembilan. Jakarta : Kencana.
Frank, Jefkins. 2002. Public Relations. Edisi kelima. Erlangga : Jakarta.
Lattimore, Otis Baskin, Suzette T. Heiman, Elizabeth L. Toth. 2010. Public Relations:
Profesi dan Praktik. Ed 3. Jakarta: Salemba Humanika.
Ruslan, Rosady.1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ruslan, Rosady. 1995. Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan
Pemulihan Citra. Jakarta: Galia Indoneia.
Pola Komunikasi Terapeutik Pecandu Narkoba :
Rehabilitasi di Rumah Terapi Berbasis LSM di Surabaya
Oleh :
1. Drs. Sudono Syueb, M.Si., M.H
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
65
Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo
2. Drs. Sanhari Prawiradiredja, M.Si.
Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo
Ringkasan
Propinsi Jawa Timur dapat dikatakan sebagai daerah yang rawan dalam masalah
narkoba. Sejak BNN (Badan Narkotika Nasional) dibentuk tahun 2009, lembaga ini telah
menangani 7 ribu kasus lebih di Jawa Timur (Antara News.com, 4 Maret 2014). Di Kota
Surabaya, dari beberapa SD yang dikunjungi BNN Kota Surabaya selalu saja ada 2 hingga
3 siswa yang membawa pil di tas. BNN kota Malang juga mencatat pada akhir 2014 ada
sekitar 700 pelajar yang terindikasi akrab dengan narkoba hal ini diketahui dari azia urin
yang rutin dilakukan (Suryaonline, 1 April 2015). Secara nasional, dari 4,9 juta pengguna
narkoba di Indonesia, 400 ribu diantaranya berada di Jawa Timur (suarasurabaya.net, 17
Maret 2015).
Masalah penanggulangan penggunaan narkoba tersebut tentunya berkaitan dengan
poses rehabilitasi bagi pecandu yang ingin terbebas dari kecanduan narkoba. Masalah ini
bersifat kompleks karena menyangkut karakter individual pemakai narkoba. Karakter
individu ini bagaimanapun juga dipengaruhi oleh keluarga darimana dia berasal, afiliasi
kelompok, karakter kepribadian dan sebagainya. Pendekatan yang dibutuhkan dalam dalam
terapi dan rehabilitasi terhadap pecandu harus bersifat personal dan memanfaatkan
kapasitas mental yang dimiliki oleh pecandu. Persoalan yang diangkat adalah bagaimana
pola komunikasi terapeutik terhadap pecandu narkoba?
Proses komunikasi terapeutik dilihat dalam skope komunikasi interpersonal antara
councellor/terapist dengan pecandu/klien. Secara komprehensif akan dilihat bagaimana
unsur/komponen komunikasi berperan dalam proses komunikasi itu, antara lain partisipan
komunikasi (communicator/communicate), pesan terutama motivasional, persuasi, begitu
juga dalam hal alur feedback (umpan balik), noise (hambatan) ataupun unsur konteks
komunikasi. Dngan Tulsan ini dapat digagas pola komunikasi terapeutik yang bisa
diadaptasi secara generik dalam rehabilitasi pecandu narkoba.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
66
Kata Kunci: komunikasi terapeutik,komunikasi interpersonal, unsur komunikasi, motivasi,
rehabilitasi
Pendahuluan
Propinsi Jawa Timur dapat dikatakan sebagai daerah yang rawan dalam masalah
narkoba. Sejak BNN (Badan Narkotika Nasional) dibentuk tahun 2009, lembaga ini telah
menangani 7 ribu kasus lebih di Jawa Timur (Antara News.com, 4 Maret 2014). Di Kota
Surabaya, dari beberapa SD yang dikunjungi BNN Kota Surabaya selalu saja ada 2 hingga
3 siswa yang membawa pil di tas. BNN kota Malang juga mencatat pada akhir 2014 ada
sekitar 700 pelajar yang terindikasi akrab dengan narkoba hal ini diketahui dari azia urin
yang rutin dilakukan (www.Suryaonline, 1 April 2015). Secara nasional, dari 4,9 juta
pengguna narkoba di Indonesia, 400 ribu diantaranya berada di Jawa Timur
(www.suarasurabaya.net, 17 Maret 2015). Irektur Program Yayasan Orbit, Rudhy
Wedhaswara mengatakan bahwa dalam satu tahun ada 50 pengguna napza suntik yang
meninggal. Mayoritas dibarengi dengan menderita penyakit HIV/AIDS. Ada 12 kantong
pengguna napza suntik di kecamatan di Surabaya yang menjadi wilayah kerja Yayasan
Orbit yaitu Krembangan, Semampir, Sukolilo, Rungkut, Tenggilis, Tambaksari, Gubeng,
Gayungan, Wonokromo, Sawahan, Tandes dan Tegalsari (www.beritajatim.net, 27 Pebruari
2011).
Dari data yang dipaparkan nampak bahwa penanganan penanggulangan penggunaan
narkoba/napza Jawa Timur sudah bersifat urgen. Penanganan narkoba tersebut tentunya
bisa bersifat preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dengan dasar ini, peneliti mencoba melihat
proses rehabilitasi pecandu narkoba dari sisi komunikasi terapeutiknya. Pecandu yang
secara ”sadar” ingin keluar dari proses adiktif narkoba sangat memerlukan proses terapi ini.
Hal ini dikarenakan efek ”kecanduan” dari jenis napza yang mereka gunakan mempunyai
konsekuensi tersendiri dalam proses rehabilitasinya. Pengguna napza suntik, misalnya,
dengan gaya komunalny yang khas sering dikaitkan dengan penularan AIDS dan penularan
pasangannya. Untuk Jawa Timur, data pengguna napza suntik ini cukup mencengangkan.
Total pengguna napza suntik Jatim sebanyak 27 ribu orang, terbesar ada di Surabaya (4.359
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
67
orang), Malang (3.249 orang),
Sidoarjo (2.006 orang), Kediri (1.326 orang) dan
Banyuwangi (1.009 orang) data ini tahun 2011 (www.beritajatim.net, 27 Pebruari 2011).
Ketika kita berbicara masalah komunikasi terapeutik maka proses ada pada pada
proses tiga tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba yaitu (1) Tahap rehabilitasi medis
(detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik secara fisik dan
mental oleh dokter terlatih. Dokter ini yang menentukan apakah pecandu perlu diberi
tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau), (2) Tahap rehabilitasi non medis, pada
tahap ini pecandu diikutsertakan dalam program rehabilitasi diantaranya program TC
(Therapeutic Communities) dan sebagainya, (3) Tahap bina lanjut (after care), pecandu
diberi kegiatan sesuai minat bakat, sekolah atau pekerjaan tetapi tetap dalam pengawasan
(www.beritajatim.net, 27 Pebruari 2011).
Dalam tahap rehabilitasi tersebut, komunikasi terapeutik memegang peranan
penting karena kesungguhan motivasional pecandu narkoba selain berdasar niat dan
inisiatif pribadi yang tinggi, juga bergantung pada dukungan motivasional dan persuasi
berdasar relasi councellor/terapis dengan klien/pecandu narkobanya. Hal ini terutama pada
tahap rehabilitasi non medis dan after care. Setelah pecandu terlepas dari dari efek toksik
narkoba -yang menurut Syamsul Arifin (Direktur Program Orbit) dalam wawancara pribadi
dengan peneliti tahun 2013- tidak mungkin 100% sembuh, mungkin dia mengalami
problema individu ataupun sosial yang memungkinkan dia terseret menjadi pecandu
kembali.
Jika pecandu tersebut memiliki relasi positif dengan terapis maka akan lancarlah
proses terapi karena self disclosure (pengungkapan diri) si pecandu berlangsung secara
lancar sehingga alternatif-alternatif penangan atau tindakan preventif bisa dilakukan.
Bahkan, terapi bisa dilakukan dalam konteks komunitas (therapeutic community) jika
problema pecandu narkoba sudah terbaca. Dalam konteks inilah peneliti berusaha menggali
pola-pola komunikasi terapeutik untuk pecandu narkoba. Tentunya dengan harapan bahwa
paparan ini bisa bermanfaat dalam penanggulangan penggunaan narkoba khususnya di
Jawa Timur.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
68
Urgensi penulisan artikel ini adalah memaparkan secara deskriptif kualitatif proses
komunikasi terapeutik bagi pecandu narkoba. Pola komunikasi terapeutik penanganan
rehabilitasi pecandu narkoba dapat dipaparkan untuk menjadi salah satu bantuan panduan
dari langkah/tahap proses komunikasi yang sudah ada.
Dengan paparan deskriptif ini
maka sesungguhnya diharapkan dapat diproyeksikan suatu pola penyembuhan/rehabilitasi
pada ketergantungan (addictive) dengan obyek apa pun. Hal ini bersifat mendasar karena
keberadaan terapis/councellor pada dasarnya dapat dilakukan oleh siapa saja. Setiap relasi
interpersonal yang baik yang ada pada keluarga, pertemanan, kelompok atau afiliasi sosial
apa pun dapat menerapkan komunikasi terapeutik ini dengan syarat partisipan komunikasi
memiliki tahap hubungan personal yang memenuhi kualifikasi keintiman dan kedekatan.
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar partisipan yang bersifat
dyadic (dua orang). Tahap komunikasi interpersonal –dari sisi intensitasnya- tentunya
mengikuti kualitas intimitas hubungan antar partisipan komunikasinya. Sebelum menjadi
intens, proses komunikasinya tentu mengikuti prinsip umum efektifitas komunikasi.
Komunikasi akan disebut efektif apabila memunculkan pemahaman (understanding),
memunculkan emosional positif (kesenangan), mempengaruhi sikap, memperbaiki
hubungan dan memunculkan tindakan (Tubbs dan Moss, 2000: 23 – 26). Pola komunikasi
interspersonal juga akan berlangsung dengan baik manakala partisipan komunikasi merasa
dalam proses tersenbut terdapat ganjaran (reward). Kelancaran prosesnya juga bergantung
pada perasaan kenal baik (familiarity) antar partisipan komunikasi. Begitu juga dengan
kedekatan (proximity) (Rakhmat, 2004: 115) antara terapis dan klien kalau kita lihat dalam
komunikasi terapeutik.
Komunikasi interpersonal yang efektif berlangsung sesuai dengan harapan
partisipan komunikasinya memerlukan suatu bentuk respon peneguhan (reinforcement).
Apalagi jika yang terjadi adalah bentuk komunikasi terapeutik yang diharapkan tingkat
persuasinya tinggi sehingga menghasilkan motivasi kuat dari partisipan komunikasinya
(communicant).
Respon penguatan
tersebut
disebut
respons
konfirmasi
yang
karakteristiknya antara lain (Rakhmat, 2004: 127-128): (1) Pengakuan langsung (direct
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
69
acknowledgement), partisipan memberikan respon segera tanpa menunda, (2) Perasaan
positif (positive feeling), mengungkapkan perasaan positif terhad apa yang diungkapkan
lawan bicara, (3) Respon meminta keterangan (clarifying response), permintaan
menerangkan atau mendeskripsikan yang menunjukkan atensi, (4) Respons setuju
(agreeing respons) yang menunjukkan persetujuan pengungkapan lawan bicara, (5)
Respons dukungan (supportive respons), menunjukkan dukungan, pengertian pada lawan
bicara.
Salah satu unsure yang menunjukkan keberhasilan komunikasi interpersonal adalah
adanya pengungkapan diri (self disclosure) yang terjadi secara dua arah (two way traffic)
dan seimbang. Dua hal yang berkaitan dengan pengungkapan diri ini adalah soal kuantitas
jumlah penungkapan dan valensi (positif dan negative ungkapan). Semakin intim hubungan
interpersonal orang semakin berani mengunkapkan meskipun bersifat content negative
karena menyadari bahwa rekan komunikasinya tidak akan mengevaluasi secara negative
atau menghujat (Fisher, 1990: 261). Oleh karenanya, partisipan komunikasi harus merawat
komunikasi interpersonal karena proses komunikasi interpersonal di dalamnya terdapat
unsur perubahan maupun stabilitas yang oleh Julia T. Wood disebut keseimbangan dinamik
(Dynamic Equilibrium) (Wood: 2004: 166).
Komunikasi Terapeutik Pecandu Narkoba
Komunikasi terapeutik merupakan upaya rehabilitasi pecandu narkoba sehingga
mereka bisa ke masyarakat dan menjalankan fungsi sosialnya. Proses ini tentunya tidak
mudah karena pengalaman individu menggunakan narkoba bersifat variatif dan individual.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif, terapis harus memahami bidang pengalaman
(field of experience) dan kerangka acuan (frame of reference) klien pecandu narkoba.
Kecanduan narkoba merupakan suatu bentuk patologi masyarakat modern penyebabnya
bersifat kompleks. Salah satu kausalitas yang kadang dikaitkan dengan adiksi narkoba
adalah konteks masyarakat yang melahirkan bentuk budaya massa. “Budaya massa”
(Strinati, 2003) dikaitkan dengan munculnya ‘atomisasi’ individu. Diferensiasi fungsional
masyarakat yang berjalan dengan cepat seiring pudarnya masyarakat berbasis pertanian
menuju masyarakat dengan basis industrialisasi menyebabkan fungsi komunitas berbasis
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
70
kewargaan, institusional ataupun yang berbasis relijius menjadi melemah. Hal ini
menyebabkan individu terlepas dari ikatan kelompoknya dan mengalami masalah berkaitan
dengan proses ‘surviving’nya di masyarakat. Gejala inilah yang disebut ‘atomisasi’,
individu yang tercerabut dari akar komunalnya akan kehilangan home base yang kokoh
ketika berhadapan dengan problema social keseharian. Apalagi ditambah dengan fenomena
media yang menyebarkan informasi yang bersifat massif dan mengedepankan keseragaman.
Individu yang menghadapi tekanan persoalan sehari-hari dan dia dalam posisi yang sulit
mungkin akan menggunakan narkoba sebagai jalan keluar. Karena ikatan komunal
melemah dan diikuti dengan pudarnya internalisasi nilai dan moralitas basis komunitas
maka dapat kita prediksikan eskalasi penggunaan narkoba akan semakain meluas.
Fenomena ini sudah terjadi di Indonesia, data tahun 2015 menunjukkan bahwa
pengguna narkoba di Indonesia adalah 4,9 juta orang dan 400 ribu pengguna ada di Jawa
Timur (www.suarasurabaya.net, 2015). Persoalan komunikasi terapeutik muncu ketika
pecandu narkoba memperoleh kesadaran bahwa apa yang mereka lakukan salah dan mereka
ingin menghilangkan adiksi tersebut. Bisa juga terjadi keinginan menghilangkan kecanduan
itu karena keterpaksaan karena mereka tertangkap aparat yang berwajib ketika
menggunakan narkoba sehingga harus direhabilitasi.
Dalam komunikasi terapeutik yang secara umum dalam tahap non medis dan after
care aspek yang penting adalah proses sharing antara terapis dengan kliennya. Ada
beberapa
aspek
yang
bersifat
mendasar
yang
disampaikan
Karen
Kearsley
(www.studentnurseresource.net) dalam komunikasi terapeutik antara lain:
(a) Active listening (mendengarkan secara aktif)
(b) Sharing observation (memaparkan/berbagi pengamatan)
(c) Sharing empathy (berbagi perasaan positif dari perspektif klien)
(d) Sharing hope (berbagi harapan, memandang realitas secara optimis)
(e) Sharing humor (berbagi keceriaan dengan humor)
(f) Sharing feelings (berbagi perasaan)
(g) Using touch (mengguinakan sentuhan terutama untuk klien yang menderita sakit)
(h) Silence (hening sesaat untuk mengobservasi langkah komunikasi selanjutnya)
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
71
(i) Providing information (memberikan informasi yang relevan sehingga tidak
memunculkan rasa khawatir)
(j) Clarifying (mengklarifikasi, apakah informasi yang diterima akurat dan untuk
memahami situasional pengalaman klien)
(k) Focusing (mengutamakan pada aspek yang utama dan relevan dengan komunikasi
terapeutik)
(l) Paraphrasing (paraphrase menyatakan kalimat klien dengan ungkapan sendiri yang
sepadan sehingga mendapat perhatian klien)
(m) Asking relevant question (menanyakan informasi yang relevan dalam proses
komunikasi)
(n) Summarizing (mengumpulkan semua informasi penting untuk pengambilan keputusan
nantinya)
(o) Self Disclosure (pengungkapan diri, menyampaikan pengalaman personal subyektif
berkaitan dengan proses rehabilitasi)
(p) Confrontation (mengkonfrontir, menyebabkan klien menyadari perasaan, sikap,
kepercayaan dan perilakunya yang tidak konsisten)
Kearsly memang tidak secara khusus menyampaikan formula terapeutiknya ini untuk
pecandu narkoba tetapi setiap bentuk rehabilitasi ataupun penyembuhan aspek yang
dilakukannya tampak cukup komprehensif. Hal ini dengan dasar pemikiran bahwa terapi
rehabilitasi personal berbasis motivasi diri untuk sembuh atau keluar dari pengalaman
negative adiksi atau ketergantungan pada obyek tertentu. Dalam perkembangan personal
hal ini berkaitan dengan konsep diri (self concept), konsistensi diri (self consistency) dan
afirmasi diri (self-affirmation) (Griffin, 2003). Jika peningkatan tiga aspek ini berhasil atau
efektif berdasarkan adanya hasrat personal pecandu untuk lepas dari narkoba, maka
komunikasi terapeutik bisa dikatakan berhasil.
Dalam kondisi natural alamiahnya, keberhasilan personal ini harus mendapatkan
dukungan kelompok intim ataupun komunitas terdekat. Tanpa dukungan orang lain yang
berarti secara personal (significant others) dari anggota keluarga, pasangan, sahabat dan
kelompok pertemanan sukses personal bisa menjadi sia-sia karena pecandu kembali ke
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
72
dunia lama napzanya. Begitu juga dukungan komunitas relijius atau pertetanggaan,
kewargaan dapat memperkuat dukungan personal bagi pecandu untuk lepas dari
ketergantungan napzanya. Tentu saja, asumsinya jika kelompok komunitas ini bisa
menerima (acceptance) tanpa kecurigaan berlebihan terlalu banyak tindakan evaluative.
Yang dibutuhkan adalah respon kofirmatif. Posisi komunitas ini penting bagi
perkembangan dan pengembangan individu (Harndt, 2005).
Komunikasi terapeutik merupakan jenis komunikasi interpersonal yang konteks
utamanya bersifat rehabilitative dan bersifat langsung. Terapis dank klien bertemu langsung
secara tatap muka (face to face). Meskipun bisa terjadi dalam kasus khusus, komunikasi
jarang berlangsung dengan media antara (mediated communication). Penggunaan media
perantara seperti smartphone misalnya, bisa saja terjadi dalam relasi komunikasi normal
untuk memperteguh/memperkuat hubungan tetapi bukan dalam proses rehabilitasi an sich.
Bentuk komunikasi yang terjadi bersifat transaksional karena bersifat deliberative
karena posisi salah satu partisipan komunikasi ditentukan oleh partisipan yang lain.
Kesungguhan klien untuk terus mengikuti terus secara kontinyu proses komunikasi
terapeutik rehabilitasi bergantung pada persepsi klien akan kegunaan dan kualitas proses
yang berlangsung. Jika respons afeksi ini tidak terjadi maka bisa saja terjadi pemutusan
kontak oleh klien. Sementara itu, dari perspektif councellor/terapis proses tersebut tentu
saja merupakan bentuk obligasi atau ‘tugas’ yang merupakan bagian dari kewajiban.
Meskipun demikian, tanpa kesadaran dan keseriusan dalam partisipasinya maka prosesnya
juga akan berlangsung secara tidak sempurna.
Dengan dasar proses transaksional itu, maka salah satu aspek yang sangat
berpengaruh dalam keberhasilan komunikasi terapeutik adalah proses berbagi makna antar
partisipan komunikasi. Dengan munculnya saling pemahaman diantara partisipan
komunikasi, komunikasi akan berlangsung secara efektif. Kesadaran peran fungsional
masing-masing pihak akan tumbuh seiring berlangsungnya tahap-tahap komunikasi. Dalam
hal ini, faktor linguistik dalam proses transaksional ini mempunyai peran yang penting.
Relasi antara terapis dan klien dipengaruhi bagaimana bahasa digunakan oleh dua pihak
tersebut dalam kaitannya dengan unsur-unsur komunikasi yang lain.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
73
Dari sisi partisipan komunikasi akan dilihat bagaimana kredibilitas komunikasi
dibangun oleh partisipan komunikasi. Hal ini penting mengingat terapis dapat person yang
merupakan psikolog atau councellor (mantan pecandu yang sudah mendapatkan edukasi
dan memiliki kualifikasi tertentu). Aspek kredibilitas dapat dilihat dari aspek performatif
maupun persiapan proses komunikasinya. Aspek pesan dilihat dari content komunikasi
selama proses komunikasi berlangsung dapat berupa pesan verbal berupa kata-kata atau
non verbal (artefaktual, paralinguistik, proksemik, kinesik, facial expression dan
sebagainya). Kendala komunikasi dilihat ketika komunikasi berlangsung sehingga dapat
divaluasi apakah kendala berupa aspek bahasa, kultural atau pengetahuan ataupun berkaitan
dengan aspek demografis.
Konteks komunikasi dilihat pada beberapa dimensi. Pertama, dimensi waktu pilihan
waktu komunikasi terapeutik apakah berelasi dengan proses komunikasinya. Efektifitas
komunikasi berdasar pilihan waktu konsultasi apakah mempunyai makna tertentu
berdasarkan pilihan waktunya. Proses pilihannya apakah deliberative atau berdasarkan
schedule yang ketat. Efek komunikasi dilihat secara perceptual partisipan komunikasi baik
dari sisi terapis/konselor ataupun klien/mantan pecandu narkoba. Aspek efek komunikasi
dari sisi perceptual tersebut dilihat dari sisi kognitif, afektif ataupun behavioral (perilaku).
Daftar Pustaka
Fiske, John, 2004, “Cultural Communication Studies”, Jalasutra, Yogyakarta
Fisher, Aubrey, 1990, “Teori-Teori Komunikasi” Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Remaja
Rosdakarya, Bandung
Griffin, EM, 2003, “A First Look at Communication Theory”, International Edition,
McGraw-Hill Companies Inc., Boston
Harndt, Hanno, 2005, “Critical Communication Studies”, Jalasutra, Yogyakarta
Hartley, John, 2010, “Communication, Cultural and Media Studies”, Jalasutra, Yogyakarta
Littlejohn, Stephen W.,
2005, “Theories of Human Communication”, Wadsworth
Publishing Company, California.
Rakhmat, Jalaluddin, 2004, “Psikologi Komunikasi”, Remaja Rosdakarya, Bandung
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
74
Strinati, Dominic, 2003, “Popular Culture, Pengantar Menuju Teori Budaya Populer”,
Bentang Budaya, Yogyakarta
Tubbs, Stewart L. & Moss, Sylvia, 2000, “Human Communication, Prinsip-Prinsip Dasar”,
Remaja Rosdakarya, Bandung
Wood, Julia T., 2004, “Communication Theories in Action”, Thomson and Wadsworth,
Belmont
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
75
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DALAM MEMBENTUK
KEPRIBADIAN ANAK DI LOKALISASI DOLLY SURABAYA
( Study Kasus Dalam Keluarga Tentang Orang Tua Yang Sering Meninggalkan
Anaknya Di lingkungan Lokalisasi Dolly )
Oleh :
1. Nanik Darmayanti Agus
Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetomo
2. Drs. R. Hartopo Eko Putro, MSi
Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Dr. Soetom
Ringkasan
Dolly merupakan sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak,
Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur. Keberdaan lokalisasi ini dikwatirkan bagi
para anak-anak yang masih sekolah akan sangat rentan terpengaruh, karena mereka belum
mempunyai mental yang siap untuk membentengi pribadinya. Keluarga merupakan faktor
utama dalam pembentukan pribadi anak serta menyiapkan potensi pertumbuhan dan
pembentukan kepribadian anak.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif
yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi yang timbul di
masyarakat yang menjadi objek penelitian.
Hasil analisis terhadap komunikasi interpersonal orang tua dengan anak di
limgkungan lokalisasi dolly menunjukkan bahwa terdapat tipologi yang berbeda antara
keluarga yang satu dengan yang lainnya dalam mendidik dan mengarahkan kepribadian
putra-putrinya. Beberapa tipe komunikasi yang diterapkan di antaranya komunikasi
persuasif, komunikasi yang serius dan tegang, dan komunikasi yang efektif.
Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Kepribadian
Pendahuluan
Dolly merupakan salah satu lokalisasi yang terletak di jalan Jarak Surabaya, dan
terbesar se Asia Tenggara (Abdi,2007: 23), siapapun pasti tidak akan asing dengan nama
lokalisasi tersebut. Dilokalisasi tersebut masyarakat tinggal selayaknya seperti masyarakat
pada umumnya. Namun, yang sangat membedakan dari masyarakat Surabaya yang lain,
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
76
tempat ini dihuni oleh sebagian orang-orang yang mempunyai bisnis esek-esek melalui
pelayanan wisma.
Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan lokalisasi, banyak warga yang
memanfaatkan keberadaan lokalisasi Dolly untuk mencari nafkah kehidupan bagi
keluarganya. Mereka memanfaatkan halaman rumahnya sebagai akses lahan parkir untuk
para pengunjung lokalisasi Dolly, karena hanya dengan menyewakan lahan, dia bisa
menghidupi keluarganya. Ada juga warga yang memanfaatkan halaman rumahnya sebagai
tempat warung kopi, untuk persinggahan para pengunjung lokalisasi sebelum mereka
melakukan transaksi kepada para mucikari.
Tetapi yang lebih mengkawatirkan adalah menyangkut kehidupan anak-anak di
lingkungan tersebut. Seorang anak sering menemukan hal-hal yang berbau bisnis porstitusi,
mulai dari bagaimana orang-orang bernegosiasi dengan mucikari bahkan berapa tarif
mereka, dan tidak jarang juga diantara mereka mencoba mengajak si gadis untuk ikut
bersamanya, dengan alasan ekonomi, dan tuntutan hidup dikota.
Dari kenyataan tersebut, hal ini merupakan permasalahan yang sangat serius dan
sebuah tugas besar bagi orang tua yang tinggal disekitar lokalisasi untuk terus membina,
mengontrol, menasehati anak-anaknya agar tidak mengikuti aktifitas negatif tersebut.
Melalui komunikasi interpersonal diharapkan interaksi antara orang tua dan anak
akan membawa kebaikan pada keluarga, karena dengan komunikasi interpersonal
kedekatan antara orang tua dan anak akan terasa lebih intim. Dan pesan-pesan yang akan
disampaikan lebih mudah untuk diterima, dan dipahami oleh seorang anak.
Oleh karena itu, penelitian ini mengambil obyek perkembangan kepribadian anak
di sekitar lokalisasi Dolly Surabaya, karena hal tersebut sampai sekarang ini masih
meresahkan masyarakat sekitar yang tinggal di dekat lokalisasi tersebut. Jarak lokalisasi
dengan rumah warga disitu sangat dekat dan masyarakat mengkawatirkan anak-anak
mereka ikut terjerumus didalam dunia seks bebas.
Rumusan Masalah
Yaitu bagaimana komunikasi interpersonal orang tua dalam keluarga untuk
membentuk kepribadian anak yang berada di lingkungan lokalisasi dan Dolly Surabaya?
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
77
Tujuan Penelitian
a.
Untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal orang tua keluarga untuk
membentuk kepribadian anak yang berada di lingkungan lokalisasi dan Dolly
Surabaya.
b.
Untuk mengetahui bagaimana interaksi diantara mereka dalam pergaulan sehari-hari
yang tinggal dilokalisasi Dolly Surabaya.
Landasan Teori
Komunikasi Interpersonal
Teori Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). (Devito, 1997:
259-264).
1.
Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang
yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak
membantu komunikasi. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,
tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang
menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan
kita berhak mengharapkan hal ini.
Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam
pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah
memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan
tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang
pertama tunggal).
2.
Empati (Empathy)
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
78
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata
orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,
perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara
nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan;
-
Keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai.
-
Konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan
kedekatan fisik, serta.
-
Sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3.
Sikap mendukung (Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan
karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap,
diantaranya:
-
Deskriptif, bukan evaluatif,
-
Spontan, bukan strategis, dan
-
Provisional, bukan sangat yakin.
4.
Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara:
-
Menyatakan sikap positif dan
-
Secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif
mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.
5.
Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih
pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
79
pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan
yang pasti ada dari pada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan
tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl
rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.
Teori Pembelajaran Dan Perkembangan Anak
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog
Swiss di tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
(http//www.id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif)
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang
bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan,
saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan
yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini,
Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk
memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin
canggih seiring pertambahan usia: (Wahlross, 2005: 32)
a.
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun) yaitu suatu perkembangan dengan sejumlah
refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya
dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
80
b.
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun), Tahapan ini merupakan tahapan dengan
mengamati urutan permainan, bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori
adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari
tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam
tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran
dan kata-kata.
c.
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun), Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari
empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri
berupa penggunaan logika yang memadai.
d.
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa), Tahap operasional formal
adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai
dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai
dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Pengertian Kepribadian Anak
Pengertian Kepribadian menurut M.A.W. Brower berpendapat, bahwa kepribadian
adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini
dan sikap-sikap seseorang. Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari
seorang individu dengan sistem kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan
serangkaian situasi telah dilaluinya. Sedangkan Cuber mengatakan bahwa kepribadian
adalah gabungan keseluruhan sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat dari seseorang.
(http//.www.Pengertian Kepribadian.com)
Jadi kepribadian merupakan integrasi dari keseluruhan kecenderungan seseorang
untuk berperasaan, berkehendak, berpikir, bersikap, dan berbuat sesuai dengan pola
perilaku tertentu. Kalau kita perhatikan, kepribadian individu sangat beragam.
Hal ini terjadi karena selain pengaruh sosialisasi ada hal lain yang mempengaruhi
pembentukan tersebut yaitu : (http//.www.Pengertian Kepribadian.com)
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
81
1.
Keadaan Fisik, Setiap manusia mempunyai keadaan fisik yang berbeda dari orang lain.
Perbedaan fisik anak menimbulkan perbedaan perlakuan dari orang sekitarnya. Anak
yang fisiknya lemah cenderung dilindungi secara berlebihan sehingga tumbuh menjadi
pribadi yang tidak berani mencoba hal-hal baru. Hal tersebut mempengaruhi anak
dalam membentuk konsep diri dan akhirnya mempengaruhi model kepribadiannya.
2.
Lingkungan fisik (geografis), Lingkungan fisik seperti perbedaan kesuburan tanah dan
kekayaan alam akan mempengaruhi kepribadian penduduknya. Menurut penelitian
mengenai mereka yang tinggal didaerah tandus, panas dan miskin cenderung lebih
keras menghadapi hidup dan tega menghadapi orang lain. Sedangkan lingkungan fisik
yang subur menghasilkan kepribadian yang ramah, lebih santai dan terbuka pada orang
lain.
3.
Kebudayaan, Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat norma sosial budaya yang
berbeda dari masyarakat lain. Norma sosial budaya ini mempengaruhi pembentukan
kepribadian seseorang. Perbedaan nilai dan norma kebudayaan signifikan terhadap
perbedaan kepribadian.
4.
Pengalaman Kelompok, Melalui pergaulan kelompok seseorang akan menilai dirinya
sesuai dengan nilai kelompoknya. Pembentukan kepribadian dipengaruhi nilai
kelompok masyarakatnya. Contohnya individu mendapatkan pengalaman dari temanteman sebaya atau teman sepermainan.
5.
Pengalaman Unik, Perbedaan kepribadian terjadi karena pengalaman yang dialami
seseorang itu unik dan tidak ada yang menyamai. Misalnya seorang anak di waktu
kecil belajar naik sepeda dan jatuh. Sejak itu ibu selalu melarang jika anak ingin
mencoba naik sepeda lagi karena takut anak jatuh. Larangan tersebut mempengaruhi
pembentukan kepribadian, menyebabkan anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak
berani mencoba hal-hal baru karena takut gagal.
Komunikasi Keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai: “jaringan orang-orang yang berbagi kehidupan
mereka dalam jangka waktu yang lama yang terikat oleh perkawinan, darah, atau
komitmen, legal atau tidak; yang menganggap diri mereka sebagai keluarga; dan yang
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
82
berbagi pengharapan-pengharapan masa depan mengenai hubungan yang berkaitan
(Mulyana, 2005:215).
Keluarga sebagai suatu sistem menekankan hubungan-hubungan keluarga
ketimbang anggota-anggota perseorangan. Pemahaman atas keluarga seperti ini,sebagai
suatu keseluruhan ketimbang sebagai sejumlah anggota perseorangan, mengalihkan
perhatian ke pola-pola hubungan dan siklus-siklus perilaku alih-alih sebab dan akibat.
Setiap anggota mempengaruhi orang-orang lainnya tapi pada gilirannya dipengaruhi oleh
mereka” (Mulyana, 2005:215).
Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh berbeda
dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua fungsi komunikasi dalam
keluarga, yaitu fungsi komunikasi sosial dan fungsi komunikasi kultural. Fungsi
komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu
penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Selain
itu, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat-terlebih
dalam keluarga-untuk mencapai tujuan bersama (Mulyana dalam Djamarah, 2004:37).
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia
belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya.
Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina,
sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.
Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang
terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit
berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak.
Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak. Anak-anak mengkomunikasikan segala pesan penting kepada
orang tuanya, sebagian besar melalui perilakunya. (Wahlross, 2002: 14).
METODOLOGI PENELITIAN
Konseptualisasi
-
Komunikasi Interpersonal
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
83
Yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal dalam keluarga yaitu hubungan timbal
balik antara anggota keluarga untuk berbagi berbagai hal dan makna dalam keluarga.
Tujuan dari komunikasi interpersonal dalam keluarga yaitu untuk mengetahui dunia luar,
untuk mengubah sikap dan prilaku. Oleh karena itu dengan melakukan komunikasi
interpersonal yang baik diharapkan perkembangan pemahaman moral akan berjalan baik
pada seorang remaja.
-
Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga merupakan jalinan relasi yang terjadi karena proses komuikasi yang
menghubungkan antara anggota keluarga yang terdiri atas ibu dengan anak, ayah dengan
anak, ayah dengan ibu, anak dengan anak. Jalinan relasi ini akan tetap bertaha selama
komunikasi antar anggota berjalan efektif dengan terciptanya keterpaduan dan adaptasi.
-
Kepribadian Anak
Kepribadian merupakan integrasi dari keseluruhan kecenderungan seseorang untuk
berperasaan, berkehendak, berpikir, bersikap, dan berbuat sesuai dengan pola perilaku
tertentu.
Unit Analisis
Analisis berdasarkan faktor-faktor komunikasi Interpersonal “Devito” melalui:
1.
Keterbukaan, adalah menaruh kepercayaan kepada anak, agar orang tua bisa percaya
terhadap anaknya, begitu pula sebaliknya.
2.
Empati, adalah mencetak mental anak dengan cara memberikan perhatian dan
memposisikan orang tua bagaimana semestinya, sehingga anak merasa bahwa orang
tuanya memahami perasaannya sebagai anak, yang sangat butuh perhatian orang tua.
3.
Dukungan, adalah dorongan moril dalam hal mewujudkan kepribadian anak, seperti
diarahkan untuk belajar dan mengenal lebih dalam tentang agama, untuk membentengi
pribadinya.
4.
Rasa positif, adalah sebagai orang tua harus menunjukkan sikap positif pada anak,
sehingga anak juga bersikap positif pada orangtua, contoh biarkan anak tetap bergaul
dengan lingkungannya, tetapi juga harus ada control yang wajar dari orang tua.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
84
Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Riset kualitatif
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya, dan melalui
pengumpulan data yang sedalamnya pula. (Kriyantono, 2009: 56)
Teknik Pengumpulan Data
-
Observasi
Observasi adalah Penelitian ke lapangan untuk pengumpulan data yang meliputi kegiatan
survey di lokasi penelitian. Pengumpulan data dan informasi dilakukan observasi didukung
oleh wawancara.
-
Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara
langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.
Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.
Key Informan
Adapun yang menjadi subyeknya adalah nama-nama dalam keluarga tersebut, yaitu:
1.
Bunda (nama samaran), sebagai ibu rumah tangga
2.
Dinda (nama samaran), sebagai anak/mahasiswa
3.
Yanda (nama samaran), sebagai bapak
4.
Parno Dan Parni (nama samaran) sebagai tetangga dari Yanda
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang diperoleh dari
lapangan dan wawancara diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang umum,
kemudian disajikan dalam bentuk narasi. (Kriyantono, 2008: 165).
ANALISIS DATA
Hasil Wawancara
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan bahwa anak-anak usia
sekolah yang tinggal di lingkungan lokalisasi banyak yang putus sekolah dan rata-rata
lulusan sekolah menengah pertama. Hal tersebut disebabkan kurangnya dorongan untuk
menempuh pendidikan dari orang tua, dan faktor lingkungan. Anak-anak yang tinggal di
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
85
lingkungan lokalisasi memiliki prestasi yang rendah di kelas. Banyak orangtua yang kurang
peduli dengan prestasi anak-anaknya, orangtua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anakanak mereka pada sekolah. Mereka merasa karena sudah membayar, kemudian
menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya pada sekolah. Kehidupan di
lingkungan lokalisasi yang tak pernah sepi membuat anak-anak tak memiliki banyak waktu
untuk belajar. Kegiatan belajar anak tersebut lebih banyak di sekolah karena dirumah tidak
bisa konsentrasi ketika belajar. Berbeda dengan anak-anak yang tinggal di lingkungan yang
jauh dari lokalisasi, anak-anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang jauh dari
lingkungan lokalisasi memiliki lebih banyak waktu dan lingkungan yang nyaman untuk
belajar pada malam hari.
Suasana di malam hari ketika anak-anak harus belajar dan tidur justru kehidupan
dilokalisasi semakin ramai, dan orangtua yang seharusnya menemani anak saat belajar
justru sibuk bekerja saat malam hari. Kondisi di rumah mereka, yang seharusnya
memerlukan bimbingan orang tua untuk belajar, sangat terganggu oleh bising dan hiruk
pikuk perilaku pekerja seks yang sangat destruktif.
Keadaan ini akan menyebabkan anak-anak merasa malas untuk belajar, anak-anak
yang seharusnya belajar dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah tidak dapat
berkonsentrasi karena lingkungan yang ramai dan berisik. Kondisi ini berpengaruh pada
perkembangan biologis, psikologi, dan prestasi belajar di sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dengan ketiga keluarga tersebut,
diperoleh hasil bahwa:
a.
Dalam keluarga Yanda, komunikasi interpersonal dalam keluarga tersebut berjalan
secara efektif, karena antara kedua orangtua dan anak dalam keluarga selalu melakukan
intensitas komunikasi yang bersifat edukatif, dan sangat tertata dengan baik, sehingga
dalam keluarga tersebut, menghasilkan pembentukan pribadi anak sesuai dengan yang
diinginkan.
b.
Sedangkan dalam keluarga Parno, proses komunikasi interpersonal antara orang tua
dan anak lebih bersifat persuasif, tapi masih memberi sedikit kebebasan didalam
pergaulan dilingkungannya, sehingga dalam ruang-ruang tertentu seorang anak bisa
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
86
lepas dari pengawasan, maka dari proses komunikasi dalam keluarga tersebut akan
menghasilkan pembentukan pribadi anak yang kurang baik, karena masih ada cela-cela
negatif dalam lingkungan pergaulan.
c.
Kemudian dalam keluarga Parni, proses komunikasi interpersonal dalam keluarga
terkesan lebih serius dan tegang karena, cara orang tua berkomunikasi dengan anaknya
lebih bersifat protektif, sehingga seorang anak merasa tertekan didalam berkomunikasi
dengan orang lain. Maka hasil yang diperoleh dari proses komunikasi interpersonal
darlam keluarga sangat tidak baik, karena akan membatasi kualitas berpikir anak.
Dari hasil analisis tiga keluarga tersebut, ketiganya mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, namun yang terpenting dan yang perlu diperhatikan oleh
orangtua, bahwa dalam berkomunikasi untuk membentuk kepribadian anak harus
memahami konteksnya yaitu dengan memperhatikan dan menyesuaikan kondisi anak dan
lingkungan.
KESIMPULAN
Kawasan Pelacuran Prostitusi terbesar se-Asia tenggara yang terletak di Surabaya
ini menawarkan wisata malam kehadapan kita semua. Lokalisasi Dolly telah menjelma
menjadi kekuatan dan sandaran hidup bagi penduduk disana. Disana menyediakan wisma
esek-esek, cafe Dangdut dan panti pijat pelacuran plus-plus yang berjejer rapi dikawasan
jarak tersebut. Pelacur Remaja dibawah umur, Germo, ahli pijat aurat yang selalu siap
menawarkan alat kelaminnya kepada semua pengunjung. Dan terdapat ribuan pedagang
kaki lima, tukang parkir, calo Prostitusi, dll yang menggantungkan hidup di Lokalisasi
Pelacuran jarak Dolly tersebut. Semua saling berkait menjalin sebuah simbiosis
mutualisme.
Kenyataan tersebut memberikan suatu pesan yang mendalam pada orang tua untuk
benar-benar memahami perkembangan anak melalui proses komunikasi interpersonal yang
baik. Konsep perkembangan anak meliputi aspek fisik, emosi, kognitif dan psikososial yang
dialami seorang anak. Hal ini perlu dijaga oleh orangtua untuk mencapai keseimbangan bagi
kepribadian seorang anak. Interaksi antara orangtua dan anak terkadang mengalami hambatan.
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
87
Dalam membentuk kepribadian anak, orang tua harus bisa melakukan komunikasi
secara verbal yang baik seperti cara menasehati (verbal) anak dengan cara komunikasi yang
mudah diterima dan mudah dipahami oleh anak. Dan bisa melakukan komunikasi secara
nonverbal seperti memberikan contoh perilaku (nonverbal) yang mencerminkan pribadi orang
tua yang bisa ditiru oleh anak secara langsung.dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga.
Melalui komunikasi interpersonal dalam keluarga yang dilakukan secara terus-menerus
ternyata sangat berpengaruh nyata pada kepribadian anak. Semakin tinggi komunikasi keluarga
yang dilakukan maka pembentukan pribadi anak semakin baik. Artinya peran komunikasi
dalam keluarga sangat membantu mengarahkan anak terutama anak remaja, agar terhindar dari
hal-hal bersifat negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, 2005, Ilmu Komunikasi, P.T Radjagrafinda Persada, Jakarta
Abdi, 2005, Potret Lokalisasi, Jawa Pos, Surabaya
Bungin, 2008, Sosiologi Komunikasi, Kencana, Jakarta
Djamarah, 2004, Kamus besar bahasa Indonesia
Devito, 1997: Kom
unikasi antar pribadi, Bandung
Effendi, 1990, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Karimah & Wahyudin, 2010: 27) 1988, Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kriyantono, 2006, Teknik Riset Praktis Komunikasi, Kencana, Jakarta.
Mulyana, 2003, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Rahmat, 2005, Psikologi Komunikasi, P.T Rosdja karya, Bandung
Santoso & Setiansyah, 2010, Teori Komunikasi, Graha Ilmu, Jogjakarta
Wahlross, 2005, Komunikasi Keluarga, Gunung Mulia, Jakarta
NONBOOK:
(Depdikbud,1993: 12//. wordpress.com/.../peran-dan-fungsi-orang-tua)
(http//wordpress.com/.../hak-dan-kedudukan-anak)
(http//www.id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif)
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
88
Jurnal Ilmu Komunikasi MESSAGE Vol.5 No.1 Juli 2015
89
Download