PTA (Post Traumatic Amnesia) adalah salah satu gangguan memori

advertisement
PTA (Post Traumatic Amnesia) adalah salah satu gangguan memori yang biasanya
disebabkan oleh pasca trauma kapitis. Kebanyakan pasien yang mengalami trauma
kapitis ringan atau sedang pulih setelah beberapa minggu sampai dengan bulan tanpa
terapi spesifik. Akan tetapi, sekelompok pasien akan terus mengalami gejala
kecacatan setelah periode ini, yang mengganggu pekerjaan atau aktifitas sosial.
Posttraumatic amnesia dipertimbangkan sebagai suatu marker yang sensitif untuk
tingkat keparahan trauma kapitis, dan sebagai suatu prediktor outcome yang berguna.
Russel dan Smith telah membuat suatu taksonomi keparahan trauma kapitis
berdasarkan PTA sebagai berikut: trauma kapitis ringan jika PTA kurang dari 1 jam;
trauma kapitis sedang jika PTA antara 1 dan 24 jam; trauma kapitis berat jika PTA 1
dan 7 hari; dan trauma kapitis sangat berat jika PTA lebih dari 7 hari. Levin dkk telah
menemukan bahwa PTA yang berlangsung kurang dari 14 hari adalah prediktif dari
good recovery, sedangkan PTA yang berlangsung lebih dari 14 hari adalah prediktif
untuk disabilitas sedang sampai berat.
Masyarakat sendiri belum sadar akan hal ini dan karena itu merupakan tugas para
medis untuk melakukan pemberian materi kepada masyarakat agar masyarakat dapat
mengerti tentang PTA.
Tiga unsur tingkah laku manusia terhadap alam sekelilingnya ialah pengamatan,
pikiran dan tindakan. Dalam bidang neurologi tiga unsur tersebut tertuang dalam
fungsi sensorik, luhur, dan motorik. Dalam keadaan sakit, unsur-unsur tadi dapat
terganggu. Gangguan tersebut dapat berupa gejala neurologik elementer, misalnya
hemiparesis, hemihipestesia, koma, kejang dan sebagainya tetapi dapat pula berupa
gejala neurologik luhur, yang merupakan kelainan integratif yang kompleks dari ke
tiga fungsi di atas. Yang dimaksud dengan fungsi luhur atau fungsi kortikal luhur
adalah fungsi-fungsi :
1.
Bahasa
2.
Persepsi
3.
Memori
4.
Emosi
5.
Kognitif
Dalam neurologi, gejala elementer dan luhur dipergunakan untuk menetapkan adanya
kerusakan di otak, baik tentang lokalisasi maupun luas lesinya. Ke dua fungsi tersebut
sama pentingnya dalam penetapan diagnosis. Juga keduanya menuruti prinsip
organisasi lateral dan longitudinal serebral yang akan diuraikan kemudian. Karena
gejala fungsi luhur ini kerap dilupakan atau diabaikan, maka penulis ingin
menguraikan secara singkat peranan fungsi ini, terutama fungsi bahasa, persepsi dan
memori pada kelainan otak. Kelainan otak disini dibatasi pada penyakit-penyakit
yang frekuen, yaitu gangguan peredaran darah di otak (Cerebro-Vascular Disorder)
dan trauma kapitis.
Pada keadaan akut trauma kapitis, maka gangguan memori mempunyai peranan
penting. Amnesia post- trauma kapitis dapat meliputi kejadian sebelum trauma
(retrograd amnesia) atausetelah trauma (anterograd amnesia). Lamanya amnesia
tersebut dapat dipakai sebagai patokan akan luas lesi yang terjadi di otak. Umumnya
amnesia ini meliputi gangguan short-term memory saja. Apabila ternyata long-term
memory juga terkena maka ini menandakan adanya kelainan otak yang difus, berat
dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Juga disini perlu dicatat bahwa pasien
umumnya hanya terganggu memorinya tanpa kehilangan fungsi-fungsi lain.
1. TRAUMA KAPITIS
Definisi
Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun
tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu gangguan fisik,
kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.
Klasifikasi Trauma Kapitis
Berdasarkan ATLS (Advanced Trauma Life Support) (2004) cedera kepala
diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi,
yaitu berdasarkan; mekanisme, beratnya cedera, dan morfologi.
1.
Mekanisme Cedera Kepala
Cedera otak dibagi atas cedera tumpul dan cedera tembus. Cedera tumpul biasanya
berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau pukulan benda tumpul.
Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan.
2.
Beratnya Cedera Kepala
Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam deskripsi beratnya
penderita cedera otak. Penderita yang mampu membuka kedua matanya secara
spontan, mematuhi perintah, dan berorientasi mempunyai nilai GCS total sebesar 15,
sementara pada penderita yang keseluruhan otot ekstrimitasnya flaksid dan tidak
membuka mata ataupun tidak bersuara maka nilai GCS-nya minimal atau sama
dengan 3. Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefinisikan sebagai koma atau cedera
otak berat. Berdasarkan nilai GCS, maka penderita cedera otak dengan nilai GCS 913 dikategorikan sebagai cedera otak sedang, dan penderita dengan nilai GCS 14-15
dikategorikan sebagai cedera otak ringan
Menurut Brain Injury Association of Michigan (2005), klasifikasi keparahan dari
Traumatic Brain Injury yaitu :
Klasifikasi Keparahan Traumatic Brain Injury
Ringan
Kehilangan kesadaran < 20 menit
Amnesia post traumatik < 24 jam
GCS = 13 – 15
Sedang
Kehilangan kesadaran ≥ 20 menit dan ≤
36 jam
Amnesia post traumatik ≥ 24 jam dan ≤ 7
hari
GCS = 9 – 12
Berat
Kehilangan kesadaran > 36 jam
Amnesia post traumatik > 7 hari
GCS = 3 – 8
2. AMNESIA
Memori adalah proses pengelolaan informasi, meliputi perekaman,penyimpanan, dan
pemanggilan kembali. Gangguan immediate memory mudah dikenali dengan
menyuruh pasien mengulangi 6 digit yang kita sebutkan. Gangguanshort-term
memory dapat dikenali karena pasien tidak dapat mengingat apa yang telah terjadi
beberapa saat yang lalu. Ia tidak dapat menceritakan kejadian pada hari itu.
Sedangkan
long-term memory terganggu
bila
pasien
tidak
lagi
mengenali
riwayathidupnya.
Umumnya amnesia yang terjadi adalah gangguan short-term memory. Pada kelainan
lobus temporalis kiri menyebabkan gangguan memori verbal (tidak ingat apa yang
disebutkan) sedangkan lobus temporalis kanan menyebabkan memori visual (apa
yang diperlihatkan). Gangguan memori ini merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Terdapat beberapa jenis gangguan memori/daya ingat,yaitu:
1.
Amnesia
Ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh pengalaman masa lalu.
Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik di otak, misalnya; pada kontusio
serebri. Namun dapat juga disebabkan faktor psikologis misalnya pada gangguan
stres pasca trauma individu dapat kehilangan memori dari peristiwa yang sangat
traumatis.
Berdasarkan waktu kejadian, amnesia dibedakan menjadi:
a.
Amnesia
anterograd,
yaitu
apabila
hilangnya
memori
terhadappengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian. Misalnya; seorang
pengendara motor yang mengalami kecelakaan, tidak mampu mengingat peristiwa
yang terjadi setelah kecelakaan.
b.
Amnesia retrograd, yaitu hilangnya memori terhadappengalaman/informasi
sebelum titik waktu kejadian. Misalnya, seorang gadis yang terjatuh dari atap dan
mengalami trauma kepala, tidak mampu mengingat berbagai peristiwa yang terjadi
sebelum kecelakaan tersebut.
POST TRAUMATIC AMNESIA
1.
Definisi dan Deskripsi
Dalam istilah neuropsikologi kognitif, PTA adalah suatu gangguan pada memori
episodik yang digambarkan sebagai ketidakmampuan pasien untuk menyimpan
informasi kejadian yang terjadi dalam konteks temporospatial yang spesifik. Akan
tetapi, fase penyembuhan dini setelah gangguan kesadaran juga dikarakteristikkan
oleh gangguan atensi dan perubahan behavioral yang bervariasi dari mulai letargi
sampai dengan agitasi.
Posttraumatic Amnesia adalah suatu gangguan mental yangdikarakteristikkan oleh
disorientasi, gangguan atensi, kegagalan memori kejadian dari hari ke hari, ilusi, dan
salah dalam mengenali keluarga, teman dan staf medis.
2.
Patofisiologi
Dasar patologi dari PTA masih tidak jelas, meskipun korelasinya terhadap MRI
terlihat mengindikasikan sesuatu yang berasal dari hemisfer dibanding dengan
diencephalic.
Memori dan new learning dipercaya melibatkan korteks serebral, proyeksi
subkortikal,
hippocampal
formation
(gyrus
dentatus,
hipokampus,
gyrus
parahippocampal), dan diensefalon, terutama bagian medial dari dorsomedial dan
adjacent midline nuclei of thalamus. Sebagai tambahan, lesi pada lobus frontalis juga
dapat menyebabkan perubahan pada behavior, termasuk iritabilitas, aggresiveness,
dan hilangnya inhibisi dan judgment. Sekarang ini, telah didapati bukti adanya
keterlibatan lobus frontalis kanan pada atensi.
Trauma kapitis dapat bersifat primer maupun sekunder. Cedera primer dihasilkan
oleh tekanan akselerasi dan deselerasi yang merusak kandungan intrakranial oleh
karena pergerakan yang tidak seimbang dari tengkorak dan otak. Akan tetapi, faktor
yang paling penting pada cedera otak traumatik adalah shearing yang berupa tekanan
rotasi yang cepat dan berulang terhadap otak segera setelah trauma kapitis.
Concussion mengakibatkan tekanan shearing yang singkat dan penyembuhan
komplet. Jika tekanan shearing lebih banyak dan berulang, kerusakan akson pun
menjadi lebih banyak, durasi hilangnya kesadaran lebih panjang dan penyembuhan
melambat. Dalam praktek, gambaran klinisnya adalah koma yang diikuti dengan
PTA. Oleh karena itu tingkat keparahan trauma kapitis tertutup dapat dinilai dengan
durasi koma dan PTA. Sedangkan suatu contusion adalah suatu trauma yang lebih
luas terhadap otak dimana robekan jaringan yang memperlihatkan tekanan shearing
dengan gangguan akson yang disebabkan oleh axonal shearing dan injury terhadap
otak dengan dampak ke permukaan tulang : bagian medial, ujung dan dasar lobus
frontalis dan bagian anterior dari lobus temporalis paling sering terlibat. Area yang
rusak adalah berbentuk kerucut dengan dasar pada permukaan otak, terutama
mengenai lapisan pertama dari korteks.
3.
Klasifikasi
Posttraumatic amnesia dapat dibagi dalam 2 tipe. Tipe yang pertama adalah
retrograde, yang didefinisikan oleh Cartlidge dan Shaw, sebagai hilangnya
kemampuan secara total atau parsial untuk mengingat kejadian yang telah terjadi
dalam jangka waktu sesaat sebelum trauma kapitis. Lamanya amnesia retrograde
biasanya akan menurun secara progresif. Tipe yang kedua dari PTA adalah amnesia
anterograde, suatu defisit dalam membentuk memori baru setelah kecelakaan, yang
menyebabkan penurunan atensi dan persepsi yang tidak akurat. Memori anterograde
merupakan fungsi terakhir yang paling sering kembali setelah sembuh dari hilangnya
kesadaran.
4.
·
Intrumen Pemeriksaan
Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG)
Di antara beberapa penilaian PTA yang tersedia sekarang, TOAG adalah yang paling
banyak digunakan. Penilaian ini pendek dan mudah digunakan. Penilaiannya terdiri
dari sejumlah poin yang ditambahkan ketika menjawab dengan benar atau jumlah
kesalahan. Skor yang mendekati angka 100, berarti fungsi masih terjaga. Tes ini dapat
diberikan beberapa kali dalam sehari, meskipun pada hari yang berturut-turut.
Sehingga dapat dibuat grafik untuk menggambarkan perjalanan kapasitas dari mulai
waktu tertentu sampai orientasi total tercapai. Pengarang dari test ini percaya bahwa
tes ini sesuai bagiseorang pasien untuk memulai pemeriksaan kognitif ketika skor 75
atau lebih dicapai pada tes ini yang mengindikasikan pasien tidak konfusion dan
disorientasi lagi. Akan tetapi validitas dan reabilitas TOAG dan statusnya sebagai
”gold standard” dalam penilaian PTA masih suatu subjek yang diperdebatkan.
5.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PTA (Post-Traumatik Amnesia) dengan menggunakan motode
berikut yang telah kami kutip dari salah satu jurnal yang bertujuan untuk
memunculkan kembali ingatan yang hilang.

·
Picture Recall (PRL) and Picture Recognition Task (PRT)
Pasien di minta untuk melihat tiga gambar yang berbeda lalu pasien diminta untuk
menggambarkan ketiga gambar itu. Berikut ini intruksinya :
...The examiner'sinstructions were, "I will show you some pictures and I want you to
please remember them. I will ask you tomorrow to recall them."...
Jika pasien tidak bisa mengingat maka pasien diminta untuk mengulang sebanyak
tiga kali dengan bantuan pemeriksa untuk sedikit menggambarkannya. Dengan di
berikan perintah sebagai berikut :
...The subject was then instructed to, "Please remember the pictures because you will
be asked to remember them tomorrow."

·
Word Recall Task (WRT)
Pasien diminta untuk mengingat dan menghapalkan tiga kata setelah diberikan
pengarahan. Berikut ini instruksinya :
..Instructions were, "I will say three words and would like you to remember them."
The subject was then asked to repeat the words...
Jika pasien tidak dapat mengulangnnya maka pemeriksaan kan membantu
mengingatnya sampai bisa.
Download