OTOT - WordPress.com

advertisement
OTOT
Definisi otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai struktur
dan mempunyai fungsi utama sebagai penggerak. Ciri
suatu otot mempunyai hubungan yang erat dengan
fungsinya. Otot hewan berubah menjadi daging
setelah pemotongan karena fungsi fisiologisnya telah
berhenti. Otot merupakan komponen utama penyusun
daging.
Sistem otot
Meliputi alat-alat tubuh, dengan jalan kontraksi
(memendek) dan relaksasi (kembali seperti keadaan
semula) akan menimbulkan pergerakan tubuh secara
keseluruhan atau sebagian
Fungsi Otot
• Fungsi volunter : merupakan akibat kerja dari otot
rangka
1. Mempertahankan sikap tubuh : duduk, berdiri, dan
tidur
2. Melaksanakan bermacam-macam gerakan :
1. Anggota tubuh : Pergerakan
2. Jari-jari
: untuk merenggang
3. Diafragma
: respirasi (pernafasan)
4. Pharying
: menelan makanan
5. Lidah dan bibir : menggerakan makanan dan
vokalisasi
• Fungsi involunter (tidak dipengaruhi kehendak) :
akibat kerja otot polos dan otot jantung
1. Propulsi
(dorongan)
substansi
dalam
bermacam-macam saluran, misalnya: makanan
yang berjalan sepanjang saluran pencernaan;
darah yang berjalan di sepanjang pembuluh
darah; sel telur yang berjalan di sepanjang
saluran telur (oviduct); sperma yang berjalan di
sepanjang saluran mani
2. Ekspulsi (pengeluaran) substansi yang tersimpan
dalam kantung (vesica) : empedu, urine, dan feses.
3. Regulasi (pengaturan) diameter lubang : mengatur
besar kecilnya pupil mata, pylorus lambung, dan
rektum (anus).
4. Regulasi (pengaturan) diameter saluran : mengatur
besar kecilnya pembuluh darah (sel-sel darah sangat
fleksibel sehingga sel-sel darah dapat merubah
bentuk dengan segera pada saat sel darah tersebut
masuk ke dalam pembuluh darah yang berbeda
(Arteri, arteriol, kapiler, venula, vena); dan mengatur
besar kecilnya bronkiolus pulmo.
Sifat-sifat otot (global)
1. KONTRAKTILITAS  kemampuan otot untuk
mengadakan respon (memendek) bila dirangsang (otot
polos 1/6 kali; otot rangka 1/10 kali)
2. EKSTENSIBILITAS = DISTENSIBILITAS  kemampuan
otot untuk memanjang bila otot ditarik atau ada gaya
yang bekerja pada otot tersebut  bila otot rangka
diberi beban; uterus berisi fetus
3. ELASTISITAS  kemampuan otot untuk kembali ke
bentuk & ukuran semula setelah mengalami
ekstensibilitas/distensibilitas (memanjang) atau
kontraktilitas (memendek)
4. IRRITABILITAS = EKSITABILITAS  kemampuan otot
untuk mengadakan respon bila di rangsang dari luar, ex.
Perubahan-perubahan selama kontraksi otot
1.
2.
3.
4.
PERUBAHAN BENTUK
PERUBAHAN KIMIA
PERUBAHAN PANAS
PERUBAHAN LISTRIK
1. Perubahan bentuk
• Pada saat terjadi kontraksi, otot menjadi pendek dan
gemuk, tetapi tidak mengalami perubahan volume
• Terjadi perubahan bentuk dari protein
• Menurut Szent-Gyorgy  perubahan ini karena adanya
protein dalam otot  aktomiosin  terurai menjadi
aktin & miosin  aktin mengalami torsi (perputaran)
2. Perubahan kimia
• Pada saat istirahat komposisi otot sebagai berikut:
Air
75 % Protein
20 %
Glikogen
1 %
Fosfokreatin (an)
0,3 %
Asam laktat 0,5 %
Heksosa phosfat (or) 0,05 %
• Pada saat kontraksi: Fosfat an & asam laktat meningkat
jumlahnya; fosfat or & glikogen menurun jumlahnya;
oksigen banyak digunakan; H2O & CO2 banyak dihasilkan
• Untuk proses di atas sangat dibutuhkan energi, maka
untuk kontraksi otot ada 4 (empat) macam, yaitu:
Lanjutan perubahan kimia
1. ATP (adenosin triphosfat) ADP (adenosin diphosfat)
energi yang dihasilkan untuk kontraksi
2. Fosfokreatin  asam phosfat + kreatin
energi yang dihasilkan untuk resintesis ATP
3. Glikogen  asam laktat
energi yang dihasilkan untuk resintesis fosfokreatin
4. 1/5 (seperlima) asamlaktat +O2  H2O + CO2
energi yang dihasilkan untuk mengubah 4/5 { EMPAT
PERLIMA) ASAM LAKTAT MENJADI GLIKOGEN
3. Perubahan panas
• Dari seluruh energi yang digunakan untuk kontraksi
hanya 20 %, untuk kerja dan selebihyahilang dalam
bentuk panas.
• Panas yang timbul dapat digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh,sehingga pada suhu
yang dingin  produksi panas dapat ditingkatkan
melalui pergerakkan otot
4. Perubahan listrik
• Bila otot berkontraksi terjadi perubahan listrik
sehingga timbul arus aksi yang mengalir dari daerah
positif ke daerah negatif
• Daerah aktif relatif lebih negatif di bandingkan
dengan daerah non aktif (positif)
• Bila mengalami istirahat maka tidak akan timbul arus
aksi
• Istilah tersebut dapat dikatakan sebagai polarisasi,
depolarisasi dan repolarisasi
Beberapa istilah
• Treppe  Rangsang yang berulang dengan intensitas (kuat)
rangsang yang sama sehingga lambat laun kuat kontraksi meningkat
• Hipertropi  Bila otot melakukan kerja secara terus menerus maka
otot akan membesar  setiap diameter serabut syaraf juga akan
membesar, tetapi jumlah serabut serabut di dalamnya tetap atau
tidak bertambah
• Atropi  Bila otot tidak digunakan (misalnya sakit shg tidak
berjalan karena sakit) maka otot akan mengecil
• Hiperplasia  Membesarnya otot, karena jumlah serabut yang
bertambah
Struktur Fibrus Otot
Gambar 1. Arsitektur dari suatu otot rangka serta serabut-serabutnya.
(Reproduksi atas ijin dari Torrey, Morphogenesis of the
Vertebrates, atas kebaikan John Willey dan Sons.)
Gambar 2. Penampang lintang melalui suatu serabut otot pada perhubungan ban A – ban I
(Forrest et al., 1975)
Gambar 3. Otot skeletal atau otot kerangka sampai dengan struktur miofibril (Bloom dan Fawsett, 1969;
Forrest et al., 1975).
Perototan pada Ternak
Gambar 11. Otot-otot dan tensor utama ternak ayam, (1) Pectoralis superficialis; (2) Biceps brachii; (3) Extensor
dan Flexor carpi radialis; (4) Biceps femoris; (5) Gastrocnemius; (6) Tibialis cranialis; (7) tendotendo flexor; (9) otot-otot Cervical; (10) Obliqus abdominis externus, dan (11) Gluteus
superficialis (Abbott Laboratories, International Veterinary Division, 1968)
Gambar 4. Otot-otot superfisialis pada kuda, (Ellenberger, Baum dan Dittrich, Atlas of Animal Anatomy for
Artists, dicetak ulang dengan ijin dari Dover Publications, Inc).
Gambar 5. Otot-otot dalam pada kuda. (Ellenberger, Baum dan Dittrich, Atlas of Animal Anatomy
for Artists, dicetak ulang dengan ijin dari Dover Publications, Inc).
Gambar 6. Otot-otot superfisial sapi setelah otot kutaneus diambil. (Ellenberger, Baum dan
Dittrich, Atlas of Animal Anatomy for Artists, dicetak ulang dengan ijin dari Dover
Publications, Inc.)
Gambar 7: Diagram potongan primal karkas veal, hubungannya dengan skeleton atau kerangka (National Live Stock and Meat Board, 1973).
Gambar 8 : Diagram potongan primal sapi (beef), hubungannya dengan skeleton atau kerangka
(National Live Stock and Meat Board, 1973)
Gambar 9. Perototan pada kambing
Gambar 10 : Diagram potongan primal karkas domba, hubungannya dengan skeleton atau
kerangka (National Live Stock and Meat Board, 1973).
Download