BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sosial Ekonomi 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Konsep Sosial Ekonomi
Pengertian Sosial Ekonomi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti berkenaan
dengan masyarakat (KBBI, 2002:1454). Menurut Departemen Sosial, kata sosial
adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar
manusia dalam konteks masyarakat atau komunitas, sebagai acuan berarti sosial
bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap
lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang yang
dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga
dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang
terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti
terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi
saru dengan lainya (http://www.depsos.go.id/ diakses pada tanggal 10 Maret 2015
pukul 21.15 WIB).
Santrock (2007:282), status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orangorang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi.
Status sosial ekonomi menunjukan ketidaksetaraan tertentu. Secara umum
anggota masyarakat memiliki (1) pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan
beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus
lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada
Universitas Sumatera Utara
beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang
lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4)
tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbedaan dalam
kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran
masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara.
Menurut Soekanto, sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam
masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan,
prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber
daya. Menurut Abdulsyani sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam
organisasi.
Untuk mengukur kondisi rill sosial ekonomi seseorang atau sekelompok
rumah tangga, dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh.
Dalam laporan PBB I berjudul Report on International Definition and
Measurement of Standart and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 12
jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan
kebutuhan manusia, meliputi:
1. Kesehatan
2. Makanan dan gizi
3. Kondisi pekerjaan
4. Situasi kesempatan kerja
5. Konsumsi dan tata hubungan aggregative
6. Pengangkutan
Universitas Sumatera Utara
7. Perumahan, termasuk fasilitas-fasilitas perumahan
8. Sandang
9. Rekreasi dan hiburan
10. Jaminan sosial
11. Kebebasan manusia (siagian, 2012:74)
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian status sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kondisi suatu
keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan.
2.1.2
Faktor-Faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial
ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan, dan
partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya
dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan,
dan kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan.
1.
Tingkat Pendidikan
Sejak masa kolonialisme, pendidikan dianggap sebagai faktor penting
untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Masyarakat Indonesia yang biasa
dikenal dengan penduduk pribumi pada masa kolonial mendapat kesempatan
untuk menyekolahkan anak-anaknya, meskipun masih banyak keterbatasan karena
adanya pembedaan perlakuan dalam masyarakat, adanya perbedaan jenjang
pendidikan pada masa kolonial pada umumnya membuat peluang masyarakat
Universitas Sumatera Utara
untuk memperoleh pekerjaan lebih sedikit sehingga berdampak pada pendapatan
yang mempengaruhi kesejahteraan (http://id.m.wikipedia.org/wiki/sosial_ekonomi
diakses pada tanggal 13 April 2015 pukul 19.36 WIB).
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pendidikan diupayakan untuk
mewujudkan individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan bekal
memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk
meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya,
yaitu rohani (fikiran, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan
keterampilan-keterampilan).
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3, pendidikan bertujuan untuk
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur
pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah
(pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan
sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang
pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua anak. Selain itu,
pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena
tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan tentunya juga
pendapatan yang diperoleh.
2.
Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang yang diterima
oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam
bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007) mengemukakan
bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang ditempuh. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat
memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang
berpendidikan rendah akan menadapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pendapatan usaha tani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha tani ditambah dengan pendapatan
yang berasal dari kegiatan diluar usaha tani. Pendapatan usaha tani adalah selisih
antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam
per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usaha tani adalah
pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usaha tani
seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan dari pendapatan keluarga, maka dapat di golongkan didalam
kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi :
a.
Golongan Ekonomi Rendah
Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang
menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat
hidup yang minimal.
b.
Golongan Ekonomi Sedang
Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu masyarakat yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup namun hanya pas-pasan. Menjadikan
pendidikan sebagai acuan kehidupan.
c.
Golongan Ekonomi Tinggi
Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu masyarakat yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangaka pendek maupun
jangka panjang tanpa ada rasa khawatir. Menjadikan pendidikan bukan
sebagai acuan kehidupan, menjadikan budaya dalam keluarga untuk
menjaga marwah.
Siagian (2012:69-72), Pendapatan sosial ekonomi orang tua dapat
merumuskan indikator kemiskinan yang representatif. Keyakinan tersebut muncul
karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi
apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapak hidup secara layak sebagai manusia
yang memiliki harkat dan martabat. Bank Dunia sendiri menetapkan indikator
kemiskinan sebesar US$ 2 perhari perorang dan untuk yang benar-benar miskin
sebesar US$ 1.
Universitas Sumatera Utara
Melihat kondisi pasar, mahalnya suatu barang yang akan dikonsumsi maka
peneliti menetapkan acuan besaran pendapatan dan pengeluaran dalam suatu
rumah tangga perbulannya adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan:
b.
1.
Pendapatan ekonomi bawah
: < Rp. 5.000.000
2.
Pendapatan ekonomi menengah : Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000
3.
Pendapatan ekonomi tinggi
: > Rp. 10.000.000
Pengeluaran:
1. Pengeluaran rendah
: < Rp. 1.000.000
2. Pengeluaran menengah
: Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000
3. Pengeluaran tinggi
: > Rp. 5.000.000
(http://media.unpab.ac.id/ diakses pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 16.15 Wib).
3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga
yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga. Kepemilikan kekayaan atau
fasilitas tersebut diantaranya:
a.
Barang-barang berharga
Kepemilikan kekeyaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan
ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan
adanya pelapisan dalam masyarakat.
b.
Jenis-jenis kendaraan pribadi
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya
tingkat sosial ekonomi keluarga. Misalnya, orang yang mempunyai mobil
Universitas Sumatera Utara
akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya dari pada orang yang
mempunyai sepeda motor.
Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu yang mencakup harta
benda yang dimiliki oleh orang tua anak berupa harta yang tidak bergerak berupa
mobil, kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak sepeerti tanah, sawah,
rumah, dan lain-lain yang digunakan untuk membiayai pendidikan anak.
4. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja
segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai
ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan
imbalan atau upah, ber upa barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya,
untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam
bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan
hidup. (http://digilib.unimed.ac.id/publik/UNIMED-Undergraduate-22748 diakses
pada tanggal 14 April 2015 pukul 08.46 WIB).
Menurut Manginsihi (2013:15), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh orang tua anak untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh setiap
orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat
penghasilan dari yang rendah sampai pada tingkat yang tinggi, tergantung pada
pekerjaan yang ditekuninya. Contoh pekerjaan berstatus sosial ekonomi rendah
adalah buruh pabrik, penerima dana kesejahteraan, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification
of Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Profesional ahli teknik dan ahli jenis
b.
Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
c.
Administrasi tata usaha dan sejenisnya
d.
Jasa
e.
Petani
f.
Produksi dan operator alat angkut
Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih
pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya.
Dalam masyarakat tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih
terhormat di mata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi.
Jadi, untuk menentukan status sosial ekonomi dalam keluarga yang dilihat
dari jenjang pekerjaan, maka jenis pekerjaan tersebut dapat diberi batasan sebagai
berikut:
a.
Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis,
pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun
swasta, tenaga administrasi tata usaha.
b.
Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan
jasa.
c.
Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat
angkut/bengkel.
Universitas Sumatera Utara
5.
Kesehatan
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) kesehatan ialah suatu keadaan
sejahtera dari bada jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya kesehatan juga merupakan
suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan
penyakit kelemahan. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi tiga aspek, antara lain :
1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh
sakit
2. Tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit
3. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami tampak sakit
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan atau
perawatan. Adapun yang menjadi indicator dalam pemenuhan kesehatan yaitu:
a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan
b. Kemampuan untuk berobat ke dokter
c. Kemampuan pemenuhan kebutuhan spiritual
2.1.3
Faktor Penghambat Sosial Ekonomi Keluarga
a. Sumber penghasilan
Penghasilan keluarga dapat diperoleh dari beberapa sumber untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga, diantaranya sumber penghasilan
tetap sebagai imbalan jasa dari pekerjaan tetap dan sumber penghasilan
tambahan yang merupakan hasil usaha sampingan. Jadi, apabila
penghasilan pekerjaan tetap tidak mencukupi dan penghasilan tambahan
Universitas Sumatera Utara
tidak ada akan membuat sebuah keluarga kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya.
b. Besarnya Penghasilan
Yang dimaksud adalah besarnya pemasukan uang, barang-barang atau
harta kekayaan yang dapat dipakai oleh seluruh keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu teori
bahwa unsur-unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi
keluarga adalah sumber penghasilan.
c. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah orang-orang yang menjadi tanggung jawab suatu keluarga atau
rumah tangga dipenuhi kebutuhan hidupnya, semakin banyak jumlah
anggota keluarga berarti semakin banyak pula kebutuhan yang harus
dicukupi atau nilai kebutuhan bertambah besar. Oleh sebab itu,
penghasilan keluarga dituntut mampu mencukupi kebutuhan anggota
keluarga.
d. Penggunaan Penghasilann Keluarga
Mengatur ekonomi keluarga agar kebutuhan dari masing-masing anggota
keluarga terpenuhi, maka harus teliti memilih antara kebutuhan primer dan
kebutuhan sekunder serta kebutuhan pelengkap lainnya. Semua itu harus
disesuaikan dengan kemampuan penghasilan keluarga yang diperoleh,
sehingga tidak terjadi pemborosan. Untuk itu, gunakanlah prinsip seperti
dahululukan kebutuhan mana yang penting, kebutuhan mana yang
mendesak, dan kebutuhan mana yang memiliki sifat lebih penting dan
mendesak untuk dipenuhi.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Konsep Keluarga
2.2.1
Pengertian Keluarga
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Modern secara harfiah keluarga
berarti sanak saudara: kaum kerabat, orang seisi rumah, anak bini. Dalam kamus
Oxford Learner’s Pocket Dictionary, keluarga berasal dari kata famiy yang
berarti:
a.
Group consisting of one or two parents and their children (kelompok yang
terdiri dari satu atau dua orang tua dan anak-anak mereka);
b.
Group consisting of one or two parents, their children, and close relations
(kelompok yang terdiri dari satu atau dua orang tua, anak-anak mereka,
dan kerabat-kerabat dekat);
c.
All the people descendend from the same ancestor (semua keturunan dari
nenek moyang yang sama).
Konsep keluarga ideal tentu diawali dari sebuah pernikahan atau
perkawinan yang sah dan diakui. Dalam membentuk sebuah keluarga yang diikat
dalam perkawinan yang sah dan diakui hendaknya sesuai dengan syarat-syarat
yang berlaku, baik syarat dalam agama maupun dalam hukum negara. Keluarga
adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai
pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing
anggotanya. Keluarga adalah tempat pertama dan yang paling utama dimana anakanak belajar. Dari kelurga, mereka mempelajari sifat-keyakinan, sifat-sifat mulia,
komunikasi dan interaksi sosial, serta keterampilan hidup.
Keluarga dengan sistem konjungal, menekankan pada pentingnya
hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri
Universitas Sumatera Utara
cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orangtua (Sunarto,
2004:63). Keluarga juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orangorang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi,
merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan
ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara
kebudayaan bersama.
Definisi lain mengatakan bahwa, keluarga adalah sekelompok orang yang
diikat oleh perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau
anak-anak. Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa bentuk atau
tipe keluarga, yaitu:
1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah,
Ibu, dan Anak-anak.
2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi, dan sebagainya.
3. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
4. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
Universitas Sumatera Utara
6. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.
2.2.2
Ciri-Ciri Keluarga
Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari
suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan
dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri dari sebuah
keluarga di dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
1.
Unit terkecil dari masyarakat.
2.
Terdiri atas 2 orang atau lebih.
3.
Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah.
4.
Hidup dalam satu rumah tangga .
5.
Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
6.
Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
7.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
8.
Diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.
Bugges dan Locke juga mengemukakan terdapatnya 4 karakteristik
keluarga yang terdapat pada semua keluarga, yaitu:
1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan
perkawinan, darah, atau adopsi. Pertalian antara suami dan isteri adalah
perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah
karah, dan kadangkala adopsi.
2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu
atap dan merupakan susunan satu rumah tangga atau jika mereka
bertempat tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.
Universitas Sumatera Utara
3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami
dan isteri, ayah dan ibu, putra-putri, saudara laki-laki dan saudara
perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi
masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimensentimen, yang sebahagian merupakan tradisi dan sebahagian lagi
emosional, yang menghasilkan pengalaman.
4. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama, yang diperoleh
pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat
yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang
berlainan dengan keluarga lainnya (Suhendi, 2001:32)
2.2.3
Fungsi Keluarga
Ahmad Tafsir dkk. (2004) melihat bahwa fungsi pendidik dalam keluarga
harus dilakukan untuk menciptakan keharmonisan baik di dalam maupun di luar
keluarga itu. Apabila terjadi disfungsi peran keluarga, maka akan terjadi krisis di
dalam keluarga. Oleh karena itu, para orang tua harus menjalankan fungsi sebagai
pendidik dalam keluarga dengan baik, khususnya ayah sebagai pemimpin dalam
keluarga. Fungsi pendidik di keluarga di antaranya: 1) fungsi biologis, 2) fungsi
ekonomi, 3) fungsi kasih sayang, 4) fungsi pendidikan, 5) fungsi perlindungan, 6)
fungsi sosialisasi anak, 7) fungsi rekreasi, 8) fungsi status keluarga, dan 9) fungsi
agama.
Sementara
Samsul
Nizar
(2002)
menyatakan
bahwa
dalam
memberdayakan pendidikan keluarga sangat relevan untuk dibahas beberapa
Universitas Sumatera Utara
fungsi keluarga. Selanjutnya ia membagi fungsi keluarga menjadi delapan fungsi,
yaitu: 1) fungsi keagamaan, 2) funsi cinta kasih, 3) fungsi reproduksi, 4) fungsi
ekonomi, 5) funsi pembudayaan, 6) fungsi perlindungan, 7) fungsi penidikan dan
sosial, serta 8) fungsi pelestarian lingkungan.
1.
Fungsi Agama
Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman milai-nilai keyakinan
berpa iman dan takwa. Penanaman keimanan dan takwa mengajarkan
kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan perintah Tuhan Yang
Maha Esa dan menjauhi larangan-Nya. Pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan metode pembiasaan dan peneladanan. Fungsi religius ini sangat
erat kaitannya dengan fungsi edukatif, sosialisasi, dan protektif.
2.
Fungsi Biologis
Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan
hidupnya tetap terjaga termasuk secara fisik. Maksudnya pemenuhan
kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani manusia. Kebutuhan dasar
manusia untuk terpenuhinya kecukupan makanan, pakaian, tempat tinggal.
Kebutuhan biologis lainnya yaitu berupa kebutuhan seksual yang berfungsi
untuk menghasilkan keturunan (regenerasi).
3.
Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi berhubungan dengan bagaimana pengaturan penghasilan
yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga. Seorang
istri harus mampu mengelola keuangan yang diserahkan suaminya dengan
baik. Utamakan pemenuhan kebutuhan yang bersifat prioritas dalam
keluarga sehingga penghasilan yang diperoleh suami akan dapat
Universitas Sumatera Utara
mencukupi kebutuhan keluarga termasuk memfasilitasi kebutuhan anak
dalam bersekolah.
4.
Fungsi Kasih Sayang
Fungsi kasih sayang menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga harus
menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya mencurahkan kasih
5.
Fungsi Pendidikan
Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak
untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak
dewasa.
6.
Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini
adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.
7.
Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi
anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga
merasa terlindung dan merasa aman.
8.
Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain
dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
9.
Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan
dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan
beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa
Universitas Sumatera Utara
ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain
setelah di dunia ini.
10. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang
lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur
penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhankebutuhan keluarga.
11. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus
selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat
dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang
pengalaman masing-masing, dan sebagainya.
Dari berbagai fungsi di atas terdapat 3 fungsi pokok keluarga terhadap
keluarga lainnya, yaitu :
1.
Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan,
pada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2.
Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anakanak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
3.
Asah
adalah
memenuhi
kebutuhan
pendidikan
anak,
mengasah
kemampuan dan potensi yang dimiliki, sehingga anak siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
Universitas Sumatera Utara
2.3
2.3.1
Konsep Belajar
Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para
ahli tentang definisi belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sadirman
A.M (2005:20) sebagai berikut :
1.
Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
“belajarnya adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai
hasil dari pengalaman”.
2.
Harold Spears memberikan batasan :
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves,
to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca,
berinisiasi,mencoba
sesuatu
sendiri,
mendengarkan,
mengikuti
petunjuk/arahan.
3.
Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar
adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil belajar.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek melakukannya.
Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan
individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya
Universitas Sumatera Utara
kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan
rumus antara individu dan lingkungan.
Selaras dengan pendapat diatas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam
bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam
berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan
suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut
sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalmi
kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Untuk eningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi
internal dan eksternal. Kondisi interenal adalah kondisi atau situasi yang ada
dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya.
Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, missalnya
ruang belajar yang bersihk, sara dan prasarana belajar yang memadai.
Belajar merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di sekolah. Menurut Slameto
(Hadis, 2006:60) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
Universitas Sumatera Utara
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan
lingkungannya.
Moeslichatoen mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai
proses yang membuat terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri
dihasilkan dari usaha dalam proses belajar. Cronbach menyatakan bahwa belajar
adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Geoch juga
mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan dalam performansi sebagai hasil
dari praktek (Hadis, 2006:60).
Hasibuan (2007:49-51) belajar dapat didefinisikan , “Suatu usaha atau
kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya”. Dari pengertian tersebut dapat diambil
kesimpulan:
1.
Belajar adalah suatu usaha, perbuatan yang dilakukan secara sunguhsungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki,
baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya,
demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, bakat, motivasi,
minat, dan sebagainya.
2.
Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antar lain tingkah
lakuh, misalnya seorang anak kecil yang tadinya sebelum memasuki
sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya, tetapi
setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar, tingkah lakunya berubah
Universitas Sumatera Utara
menjadi anak yang baik, tidak lagi cengeng dan sudah mau bergaul dengan
teman-teman.
3.
Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik,
seperti merokok, minum-minuman keras, keluyuran, tidur siang, bangun
lambat, bermalas-malasan dan sebagainya. Kebiasan buruk diatas harus
diubah menjadi yang baik. Hal seperti ini sangat merughikan diri seseoang.
Kebiasan yang buruk adalah penghambat atau perintang jalan menuju
kebahagian tetapi sebaliknya adalah sebagai pelicin jalan menuju
kemelaratan, dan itu jangan diteruskan karena bisa menjadi darah daging.
Cara menghillangkannya ialah belajar melatih diri menjauhkan kebiasaan
buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat harus berhasil.
4.
Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi positif, tidak
hormat mejadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. Misalnya
seorang remaja yang tadinya selalu bersikap menentang orang tuanya,
tetapi setelah sering mendengar, mengikuti pengajian dan ceramahceramah agama, sikapnya berubah menjadi anak yang patuh, cinta dan
hormat kepada orang tuanya.
5.
Dengan belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olahraga,
kesenian, jasa, teknik, pertanian, perikanan, pelayaran, dan sebagainya.
Seseorang yang terampil main bulu tangkis, bola, tinju, maupun cabang
olahraga lainnya adalah berkat belajar dan latihan yang sunguh sungguh.
Demikian pula halnya dengan keterampilan bermain gitar, piano, menari,
melukis, bertukang, membuat barang-barang kerajinan dan sebagainya,
semuanya perlu usaha dengan belajar yang serius, rajin, dan tekun.
Universitas Sumatera Utara
6.
Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu,
misalnya tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahasa inggris
menjadi bisa semuanya, dari tidak mengetahui keadaan di bulan jadi
mengetahui dan sebagainya. Ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa
mengenal batas. Karena itu setiap orang, besar, kecil, tua-muda,
diharuskan untuk belajar terus agar dapat mengikuti perkembangan
teknologi yang semakin maju dan canggih.
Jadi pengertian belajar menurut para ahli psikologi, khusunya ahli
psikologi pendidikan, yaitu ciri-ciri suatu perubahan perilaku berupa: (1)
perubahan yang terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifar
kontinyu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4)
peribahan dalam belajar bukan bersifar sementara, (5) perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek perilaku.
2.3.2
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasi belajar tersebut
menurut Slameto dan Suryabrata (Hadis, 2006:63) dibagi atas dua faktor utama,
yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik dan faktor yang
bersumber dari luar peserta didik. Faktor yang bersumber dari diri individu
tersebut faktor intern dan yang bersumber dari luar diri individu disebut faktor
ekstern. Yang termasuk ke dalam faktor internal, misalnya faktor jasmaniah,
faktor kelelahan dan faktor psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor jasmaniah,
misalnya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan yang termasuk faktor
Universitas Sumatera Utara
psikologis, misalnya faktor intelegensi, minat, perhatian, bakat, motivasi,
kematangan, dan kesiapan.
Menurut Smith dalam (Khodijah, 2014:58), ada tiga faktor yang
mempengaruhi proses belajar, yaitu: (1) aktivitas individu pada saat berinteraksi
dengan lingkungan; (2) faktor fisiologis individu; dan (3) faktor lingkungan yang
terdiri dari semua perubahan yang terjadi di sekitar individu tersebut. Masrun dan
Martaniah berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar di
antranya adalah: (1) kemampuan bawaan anak; (2) kondisi fisik dan fsikis anak;
(3) kemauan belajar anak; (4) sikap murid terhadap guru dan mata pelajaran serta
pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri; dan (5) bimbingan.
Secara
garis
besar,
Suryabrata
menyatakan
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi: (a)
faktor-faktor fisiologis, dan (b) faktor-faktor psikologis.
2.
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pembelajar, yang meliputi: (a)
faktor-faktor sosial, dan (b) faktor-faktor non sosial.
Menurut Hemawati (2014: 199-205), faktor yang mempengaruhi belajar
setidaknya dibagi dalam tiga bagian, yaitu: faktor internal yang terdiri dari faktor
fisiologis dan psikologis (intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi); faktor
eksternal terdiri dari faktor lingkungan sosial (kondisi rumah) dan non sosial; dan
faktor pendekatan belajar yang efektif, efisien (pendekatan tinggi/psekulatif dan
achieving, pendekatan sedang/analitical dan deep, pendekatan rendah/reproduktif
dan surface).
Universitas Sumatera Utara
Secara jelas, faktor yang mempengaruhi belajar menurut Hemawati dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
Faktor Internal
a.
Faktor Fisiologis
Faktor
fisiologis adalah kondisi umum jasmani yang
menandakan tingkat kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan yang
baik dapat mempengaruhi semangat dan intensitas seseorang dalam
mengikuti proses pembelajaran. Kondisi organ tubuh seseorang yang
lemah dapat menurunkan kualitas kecerdasan atau intelegensinya
sehingga penguasaan materi yang dipelajarinya kurang bahkan
mungkin tidak optimal.
Kondisi organ-organ khusus seseorang pun, seperti indra
penglihatan dan indra pendengaran sangat memengaruhi kemampuan
orang tersebut dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Anak atau
peserta didik yang memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam
kesehatan kondisi fisik terutama dalam hal penglihatan dan
pendengaran, tentu saja harus mendapat perlakuan yang lebih intesitas
dan pendidik hendaknya memiliki kesabaran yang lebih. Pemahaman
yang komprehensif terhadap faktor fisik anak akan membantu
pendidik mengembangkan anak sesuai dengan
potensi yang
dimilikinya.
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Peserta didik yang mengalami gangguan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan akan tidak dapat belajar dengan maksimal dan optimal.
Sebagai contoh, peserta didik yang sedang menjalani ujian dalam
kondisi tidak sehat akan berbeda kondisi belajarnya dan hasil
belajarnya dengan peserta didik yang menjalani ujian dalam kondisi
kesehatan yang prima.
b.
Faktor Psikologis
1) Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang
bersifat umum yang dapat digunakan untuk membuat atau
mengadakan analisis, memecahkan masalah, menyesuaikan diri,
dan menarik kesimpulan, serta merupakan kemampuan berpikir
seseorang. Orang yang memmiliki inteligensi tinggi akan cedpat
dan menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhadap suatu
stimulus.
Sebaliknya jika intelegensi seseorang rendah, orang
tersebut tidak akan cepat dalam menganalisis, memecahkan
masalah, mengambil keseimpulan, kesulitan dalam menyesuaikan
diri, bertindak atau bereaksi terhaap suatu stimulus. Tentu saja
cepat atau lambatnya intelensi atau daya pikir seseorang sangat
besar pengaruhnya terhadap proses belajarnya. Untuk mengetahui
seseorang cepat atau lambat dalam intelegensi dapat diukur
dengan alat-alat tes intelegensi.
Universitas Sumatera Utara
Seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi)
umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.
Sebaliknya
orang
yang
inteligensinya
rendah
cenderung
mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga
prestasi belajarnya pun rendah. Dengan demikian, sangatlah bijak
jika para pendidik dapat mendeteksi kelebihan apakah yang
dimiliki anak atau peserta didik sehingga dalam proses
pembelajaran pendidik dapat benar-benar membantu anak atau
peserta didik tersebut agar berkembang seluruh potensi yang
dimilikinya.
2) Sikap
Sikap secara etimologi dalam bahasa Inggris disebut
attitude, memiliki pengertian perilaku. Secara terminologi sikap
adalah
gejala
internal
yang
berdimensi
afektif
berupa
kecendrungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek (orang, barang, dan sebagainya) baik
secara positif maupun negatif. Sikap anak atau peserta didik yang
menyukai pelajaran tentu akan berdampak positif terhadap
peningkatan kemampuannya. Sebaliknya sikap tidak menyukai
suatu pelajaran akan berdampak negatif yaitu berupa kurang
optimalnya atau minimnya kemampuan anak atau peserta didik
dalam pelajaran tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3) Bakat
Secara
umum
bakat
memiliki
pengertian
sebagai
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber,
1988). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap
anak memiliki potensi atau kemampuan yang mungkin tidak
dimiliki oleh anak yang lainnya. Oleh karena itu, setiap pendidik
harus cermat melihat potensi atau bakat apa yang dimiliki
sehingga
bakat itu
dapat
dikembangkan
secara
optimal.
Pengembangan bakat secara optimal tentu akan menjadi aset atau
kunci bagi keberhasilan anak di masa mendatang karena ia dapat
menggunakan kemampuan atau bakatnya untuk dapat bertahan
dalam kehidupannya (survive). Dengan kata lain, bakat dapat
dijadikan sebagai modal untuk penghidupan.
4) Minat
Memiliki arti ketertarikan atau kecenderungan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seseorang
banyak dipengaruhi oleh faktor internal seperti pemusatan
perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan. Sampai saat ini,
dalam proses pembelajaran minat dapat memengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar anak atau peserta didik dalam bidang
studi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara
lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau
memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan
bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan
menghasilkan prestasi yang rendah.
5) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal
organisme
yang
mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi juga dapat dikatakan
sebagai pemasok gaya untuk bertingkah laku secara terarah
(Gleitman, 1986; Reber, 1988). Motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri anak yang dapat mendorongnya melakukan suatu
tindakan. Salah satu bentuknya bagi pelajar yaitu menyenangi
untuk mempelajari suatu materi (kebutuhan untuk belajar).
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
diri anak yang mendorong untuk melakukan suatu kegiatan. Salah
satunya yaitu pendidik yang mendorong anak untuk selalu rajin
belajar. Selain itu, pujian, hadiah, tata tertib, hukuman juga
termasuk dalam contoh motivasi ekstrinsik.
Universitas Sumatera Utara
2.
Faktor Eksternal
a.
Lingkungan Sosial
1) Keluarga
Keluarga yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan
saudara merupakan tempat pembelajaran yang pertama dan utama
bagi anak. Dari orang tua (ayah dan ibu) anak belajar tentang
nilai-nilai keyakinan, etika norma-norma ataupun keterampilan
hidup. Dengan saudara anak dapat belajar berbagi, bertenggang
rasa, saling menghormati, dan menghargai.
Dalam keluarga anak dapat belajar berbagai macam hal,
seperti ilmu pengetahuan. Gotong royong, nilai-nilai kehidupan,
keterampilan dan masih banyak lagi. Untuk itu, orang tua
hendaknya memiliki ilmu pengetahuan yang cukup sehingga anak
dapat dibimbing dalam keluarga baik dari segi jasmani, rohani,
maupun wawasan pengetahuannya (akal). Selanjutnya, orang tua
yang memberikan teladan dan arahan yang baik akan berdampak
positif terhadap perkembangan kepribadian anak. Kelalaian orang
tua dalam membentuk anak menjadi manusia seutuhnya akan
berdampak buruk pada diri anak itu sendiri.
2) Sekolah
Hasibuan
(Keadaan
sekolah
tempat
belajar
turut
mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru,
metode pengajarannya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan
anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan,
Universitas Sumatera Utara
jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan
sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar
anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib
(disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para
guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di
sekolah maupun di rumah.
Dalam lingkungan sekolah anak akan sering berinteraksi
dengan guru-guru dan teman-temannya. Dari merekalah anak
belajar banyak hal. Jika anak berinteraksi dengan para guru dan
teman-teman yang baik, maka anak akan belajar banyak hal yang
positif. Namun jika lingkungan di sekolah tidak memberikan
dampak belajar yang positif, anak akan memiliki perilaku yang
cenderung menyimpang. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar
anak menjadi rendah. Demikian pula jika jumlah murid per kelas
terlalu banyak (50-60 orang), dapat mengakibatkan kelas kurang
tenang, hubungan guru denga murid kurang akrab, kontrol guru
menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya,
sehingga motivasi belajar menjadi lemah.
3) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan
kesehatan, dal lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar
seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis,
Universitas Sumatera Utara
buku bacaan, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat
terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan
pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak
terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain
anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa kurang
percaya diri dengan teman lainnya, hal ini pasti akan mengganggu
belajar anak. Bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah
untuk membantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum
saatnya untuk bekerja, hal itu juga akan mengganggu belajar
anak.
Walaupun
tidak
dapat
dipungkiri
tentang
adanya
kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita
akibat ekonomi keluarga yang lemah justru menjadi cambuk
baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya menjadi sukses.
4) Lingkungan Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar.
Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata
bersekolah tinggi dan moralnya baik, tentu akan mendorong anak
unntuk mengikuti dan menjadikan anak lebih giat belajar. Tetapi
sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang
nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan
mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak
menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.
Universitas Sumatera Utara
b.
Lingkungan Non-sosial
1) Lingkungan Tempat Tinggal/Belajar
Lingkungan tempat tinggal seperti tempat tinggal keluarga
(rumah), dan tempat belajar di sekolah (ruang kelas, sekolah)
berpengaruh pada proses belajar anak. Kondisi rumah yang
nyama (ruang yang luas, bersih, ventilasi cukup) berpengaruh
pada belajar anak. Sedangkan rumah dengan ruangan yang
sempit, kotor, gelap akan membuat anak kurang optimal dalam
belajar. Begitu juga dengan ruang sekolah yang sudah hampir
roboh misalnya, kondisi tersebut akan membuat anak khawatir
ketika berada di ruang kelas. Kekhawatiran anak pada saat belajar
tentu akan berdampak pada kurang optimalnya pencapaian
kualitas belajar.
2) Alat-Alat Belajar
Alat-alat belajar merupakan instrumen-instrumen yang
dapat membantu mengoptimalkan proses belajar anak. Anak yang
dilengkapi dengan alat-alat belajar yang cukup dibandingkan
dengan anak-anak yang tidak atau kurang dilengkapi alat-alat
belajar yang cukup, hasilnya tentu akan berbeda. Terlebih proses
pembelajaran yang perlu diiringi dengan praktik, ketiadaan alatalat belajr itu akan menghambat anak menjadi tidak terampil.
3) Keadaan Cuaca (Alam)
Cuaca yang cerah dan bersahabat tentu akan menambah
anak semangat untuk belajar. Kondisi cuaca pada saat turun hujan
Universitas Sumatera Utara
besar di pagi hari, adanya badai, banjir, atau terjadinya musibah
gunung meletus tentu akan menghambat anak untuk melakukan
aktivitas belajarnya. Meskipun tekat kuat seseorang untuk belajar
dapat menghalau keadaan apapun, tetapi jika kondisi cuaca dan
mengganti waktu belajar yang hilang di waktu yang lain.
4) Waktu
Ada waktu-waktu yang tepat untuk anak dapat belajar
maksimal. Mungkin semua waktu dapat dijadikan momen-momen
untuk belajar. Namun ada waktu-waktu yang paling tepat
sehingga
hasil belajar akan optimal. Pemilihan waktu belajar
dapat dipertimbangkan sesuai dengan faktor psikologi. Misalnya,
waktu yang tepat untuk belajar anak adalah pada pagi hari karena
kondisi fisik dan pikiran anak masih segar dan bersih.
Selanjutnya, sore hari pada saat anak telah istirahat dari rutinitas
sekolah juga dapat dijadikan sebagai waktu belajar yang tepat.
Ada juga yang merasa waktu yang tepat untuk belajar selain
waktu belajar di sekolah adalah pada waktu malam atau dini hari
karena pada waktu-waktu tersebut suasana tidak terlalu ramai
(hening). Setiap anak tentu akan memiliki perbedaan kebiasaan
mengenai waktu yang tepat untuk belajar.
3.
Faktor Pendekatan Dalam Belajar
Pendekatan dalam belajar merupakan keefektifan segala cara atau
bagian dari strategi yang digunakan dalam menunjang efektivitas dan
Universitas Sumatera Utara
efisiensi dalam proses pembelajaran. Faktor pendekatan dalam belajar
hendaknya diperhatikan oleh para pendidik dan peserta didik itu sendiri.
Faktor pendekatan belajar juga diyakini sebagai salah satu cara yang
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan belajar atau prestasi, baik yang
dicapai oleh pendidik maupun peserta didik itu sendiri.
Pendekatan dalam belajar yang dicontohkan oleh para pendidik
terdahulu yaitu mendahulukan pelajaran dasar sebelum masuk pada materi
yang lebih berat. Pendekatan belajar lain yang juga dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar peserta didik yaitu semakin sering belajar
semakin bisa sehingga strategi 5x3 lebih baik dari 3x5. Artinya: lima kali
belajar (satu kali belajar selama tiga jam) dalam satu minggu lebih baik
darpada tiga kali belajar (satu kali belajar selama lima jam) dalam satu
minggu. Seringnya waktu belajar meskipun tidak terlalu lama akan lebih
baik daripada anak belajar satu kali (meskipun waktunya lama). Seringnya
anak bertemu dengan suatu materi akan membuat memorinya kembali
terpanggil sehingga ingatan anak akan kuat pada materi tersebut.
Sedangkan anak yang hanya satu kali mempelajari suatu materi kemudian
jarang atau tidak pernah diulang lagi tentu tidak akan berbekas lama dalam
memorinya. Inilah yang membuat anak lupa akan materi tersebut.
2.3.3
Prinsip-Prinsip Dalam Belajar
Belajar harus berdasarkan pada beberapa prinsip utama, menurut Dalyono
(2007: 51-55) yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Kematangan Jasmani dan Rohani
Kematangan jasami yaitu telah sampai pada batas minimal umur
serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar.
Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis
untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya kemampuan berpikir, ingatan,
fantasi dan sebagainya. Seorang anak yang akan masuk ke SD harus umur
6 tahun dan fisik serta mentalnya sudah cukup mampu mengikuti pelajaran
di kelas 1 SD.
Ini salah satu prinsip (dasar) untuk dapat mengikuti pelajaran
dengan baik di SD. Bila seorang anak belum memiliki kematangan
jasmani dan rohani sudah dimasukkan ke SD, akibatnya anak itu banyak
mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan belajarnya. Otaknya tidak
mampu mengikuti pelajaran, atau fisiknya (badannya) terlalu kecil duduk
di bangku kelas, atau mungkin juga anak itu belum mampu bergaul dengan
teman-teman sekelas. Contoh lain tentang pentingya prinsip kematangan
dalam belajar ialah mempelajari bilangan negatif, ilmu ukur ruang dan
bahasa Inggris sebaiknya dimulai di SMP, bukan di SD, karena anak SD
belum cukup matang untuk dapat mengikuti pelajaran itu dengan baik.
Begitu pula belajar Filsafat dan Logika tidak cocok diberikan di SMP dan
SMA tetapi harus di Perguruan Tinggi.
2. Memiliki kesiapan
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus
memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik,
mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki
Universitas Sumatera Utara
tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental,
memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan
belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan
banyak mengalamai kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar
yang baik.
Misalnya seorang siswa yang memasuki SMA, harus memiliki
kesehatan yang baik, kemampuan inteligensi, minat dan motivasi serta
didukung oleh dana /perlengkapan secukupny. Bila salah satu diantaranya
tidak ada, misalya tidak sehat jasmanidan roahni atau tidak ada
kemampuan inteligensi, minat dan motivasi atau dana/perlengkapan
belajar, berarti anak tersebut belum memiliki kesiapan untuk memasuki
SMA.
3. Memahami Tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuanya. Kemana
arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting
dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat
selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan
kebingungan pada orangnya hilang kegairahan, tidak sistematis, atau asal
ada saja. Orang yang belajar tanpa tujuan ibarat kapal berlayar tanpa
tujuan terombang-ambing tak tentu arah yang dituju sehingga akhirnya
bisa terlanggar batu karang atau terdampar ke suatu pulau.
Universitas Sumatera Utara
4. Memiliki Kesungguhan
Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang
memuaskan. Selain itu akan banyak waktu da tenaga terbuang dengan
percuma. Sebalikny, belajar dengan sungguh-sungguh serta tekun akan
memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih
efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang itu
sudah memiliki kematangan, kesiapan serta mempunyai tujuan yang
konkret dalam melakukan kegiatan belajarnya, tetapi kalau tidak
bersungguh-sungguh, belajar asal ada saja, bermalas-malasan, akibatnya
tidak memperoleh hasil yang memuaskan.
5. Ulangan dan Latihan
Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan.
Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga
dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa
diulang hasilnya akan kurang memuaskan. Bagaimanapun pintarnya
seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri di rumah
agar bahan-bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga
tahan lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara
untuk membantu berfungsinya ingatan.
2.3.4
Prestasi Belajar
Menurut Helmawati (2014: 205) prestasi belajar adalah hadil dari
pembelajaran. Semua itu diperolah dari evaluasi atau penilaian. Setiap orang akan
memiliki hasi belajar atau prestasi yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Prestasi yang diperoleh dari hasil pembelajaran setelah dinilai dan dievaluasi
dapat saja rendah, sedang, ataupun tinggi.
Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap orang
memiliki potensi yang berbeda antara satu dengan yang lain, maka prestasi yang
dicapai orangpun akan berbeda-beda pula. Walaupun seseorang memiliki potensi
yang sama dengan orang lain, tetapi kemampuan pendalaman dan pencapaian
dapat saja berbeda. Semua tergantung pada usaha (kesungguhan) dan doa, karena
bagaimanapun
manusia
berusaha
keras jika
Allah
belum
mengizinkan
keberhasilan baginya, ia belum akan mencapai prestasi yang diharapkan.
Jika anak memiliki potensi yang menonjol dalam suatu kecerdasan,
kemungkinan besar ia akan mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut.
Sebaliknya, andaikan anak kurang memiliki prestasi yang kurang memuaskan.
Jika anak memiliki kemampuan dalam beberapa bidang (multitalenta), tentunya
anak akan memiliki banyak prestasi yang memuaskan.
Prestasi belajar dapat dikategorikan kedalam tiga definisi: (1) prestasi dari
segi nilai yang diperoleh berdasarkan hasil ranah kognitif (akal). Prestasi dalam
bidang ini adalah prestasi yang biasanya ditunjukkan dengan angka-angka yaitu
nilai raport. Dalam hal ini anggapan anak berprestasi adalah anak yang dapat
mencapai nilai yang tinggi, sedangkan anak yang memiliki nilai rendah dikatakan
anak
yang
tidak
berprestasi.
(2)
Prestasi
dalam
ranah
afektif
(rasa/sikap/perilaku/akhlak). Prestasi dalam bidang ini adalah prestasi yang
mengarah pada perilaku belajar anak. Jika seorang anak memiliki nilai tugas
rendah namun ia mengerjakannya sendiri dan bukan dari hasil menyontek inilah
Universitas Sumatera Utara
yang disebut berprestasi dalam ranah afektif. Artinya nilai sikap kejujuran sang
anaklah yang dikatan prestasi. (3) prestasi dalam ranah psikomotorik
(keterampilan). Prestasi dalam bidang ini adalah prestasi yang bukan merupakan
hasil dari nilai akademik keseluruhan. Bila sang anak memiliki satu bidang
keahlian seperti menari, menyanyi, padai bermain musi, berhitung dan lain
sebagainya itulah yang dinamakan prestasi dalam hal keterampilan.
2.4
Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Belajar Anak
Menurut Pandeirot dan Surna (2014:184) Proses berpikir dan berprilaku
peserta didik dapat diamati dari kehidupan keluarga. Perbedaan individu secara
empiris ternyata juga dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi keluarga.
Status sosial dan ekonomi orang tua anak didik akan mempengaruhi perilaku
anak.
Anak yang berasal dari golongan keluarga yang memiliki status sosial
tertentu dalam pranata sosial masyarakat akan berbeda perilakuya dengan anak
didik yang berasal dari keluarga yang tidak memiliki status sosial, misalnya anak
yang orang tuanya memiliki jabatan tertentu dalam birokrasi pemerintah, anak
didik yang orang tuanya berstatus ningrat dalam tatanan masyarakat, anak yang
berasal dari kalangan yang orang tuanya berpendidikan, atau anak didik yang
orang tuanya pengusaha akan menunjukkan perilaku yang berbeda dengan anak
didik yang orang tuanya berpendidikan tinggi.
Status ekonomi orang tua juga berpengaruh terhadap perbedaan perilaku
peserta didik. Anak didik yang berasal dari keluarga yang memiliki harta yang
Universitas Sumatera Utara
berlimpah akan berbeda perilakunya dengan anak didik yang berasal dari keluarga
yang tergolong miskin. Anak didik yang berasal dari keluarga yang tergolong
mampu pasti memiliki fasilitas belajar yang lengkap dan sebaliknya, anak didik
yang berasal dari keluarga yang tergolong ekonomi lemah kurang mampu
memiliki fasilitas belajar yang lengkap. Namun perlu dipahami, bahwa fasilitas
belajar yang lengkap hanya merupakan salah satu faktor penunjang bagi anak
didik melakukan proses pembelajaran dan tidak menentukan pencapaian prestasi
belajar.
Senada dengan itu, siswa yang orang tuanya berpendidikan tinggi lebih
mungkin melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi daripada siswa yang
orang tuanya tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Siswa yang orang
tuanya berizajah sekolah lanjutan tingkat atas lebih mungkin melanjutkan
studinya di perguruan tinggi daripada siswa yang orangtuanya tidak seperti itu.
Tetapi perlu diingat bahwa tetap saja ada pengecualian, yaitu tidak semua siswa
yang berasal dari keluarga berada menunjukkan prestasi belajar yang tinggi, jika
dibandingkan dengan siswa yang berasal dari keluarga yang lebih miskin, dan
banyak siswa yang datang dari keluarga yang kurang berkecukupan mampu
berprestasi dan melanjutkan studi di perguruan tinggi.
Perhatian kepada anak untuk memenuhi kebutuhan belajarnya merupakan
langkah awal bagi orang tua agar anak memiliki hasrat untuk melakukan kegiatan
belajar. Supaya anak dapat belajar dengan teratur, orang tua harus membiasakan
anak untuk belajar di rumah. Sebaliknya kontribusi peranan orang tua dalam
mendorong anaknya untuk belajar dapat mendorong anak untuk memenuhi
tuntutan orang tua. Adanya perhatian orang tua dalam membantu meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
prestasi belajar dapat menumbuhkan hasrat anak untuk belajar. Hal ini seperti
yang dikemukakan Moh. Surya (2004:35) bahwa “Orang tua yang senantiasa
memberikan kontrol dalam kegiatan belajar anak-anaknya, serta senantiasa
memberikan motivasi untuk mencapai prestasi yang baik, akan menunjang
terhadap prestasi belajar yang setinggi-tingginya.”
Selain sebagai tempat utama dan pertama dalam pemberian pendidikan,
keluarga juga mengemban fungsi sebagai tempat memperoleh keahlian,
pengetahuan dan keterampilan. Dalam keluargalah pertama kali anak belajar
hidup dan mempertahankan kehidupannya. Ketidak berhasilan sebagian keluarga
atau katakanlah lemahnya keluarga dalam mewujudkan fungsi dan perannya
dalam perkembangan kualitas sumber daya manusia, merupakan permasalahan
tersendiri yang melibatkan berbagai aspek seperti rendahnya tingkat pendidikan
keluarga, lemahnya kemampuan ekonomi, ataupun besarnya komunitas keluarga
dan lainnya.
2.5
Kerangka Pemikiran
Sosial ekonomi keluarga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan setiap anggota dalam keluarga tersebut.
Oleh karena itu, untuk mengukur kondisi rill sosial ekonomi keluarga, dapat
diukur dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh dengan indikator
pendidikan, pendapatan, kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan.
Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan kepada setiap individu yang
diharapkan
mampu
memberikan
kontribusi
untuk
meningkatkan
taraf
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan hidup. Dengan pendidikan setiap individu diharapkan mendapat
sebuah pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhan individu itu sendiri dan
bahkan keluarga. Pendapatan yang tinggi akan menentukan bahwa seseorang itu
memiliki ekonomi yang tinggi sehingga mampu memenuhi segala fasilitas yang
dibutuhkan. Pendapatan yang tinggi juga akan menyeimbangkan kondisi
kesehatan seseorang.
Sebuah keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan yang bagus
tentunya akan mendapatkan pekerjaan yang bagus pula, dengan pekerjaan yang
bagus tersebut seseorang akan mendapatkan pendapatan yang tinggi. Sebuah
keluarga yang memiliki pendapatan tinggi akan mampu memenuhi kebutuhan
keluarga baik kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Seperti halnya
kesehatan, dalam keluarga yang sejahtera pasti akan terpenuhi kebutuhan gizinya
yang kemudian membuat kondisi keluarga tampak bersemangat dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.
Pendapatan tinggi akan memenuhi fasilitas hidup keluarga. Keluarga yang
berasal dari ekonomi tinggi akan memfasilitasi anak dalam belajar, seperti
menyekolahkan anak pada sekolah unggulan yang biasnya berbiaya sangat mahal.
Kemudian memfasilitasi anak belajar tambahan setelah pulang sekolah pada
bibimbingan belajar ternama. Memberikan barang elektronik berupa laptop,
komputer, gadget, dan lain sebagainya. Fasilitas tersebut tentunya akan membuat
seorang anak akan merasakan atmosfer belajar yang nyaman. Anak akan semakin
giat belajar karena fasilitas terpenuhi dengan lengkap. Dengan begitu anak akan
terus termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi rendah.
Sebuah keluarga yang memiliki ekonomi rendah sangat sulit untuk memberikan
fasilitas yang memadai kepada keluarganya. Seperti halnya dengan pendidikan
anak. Keluarga yang berasal dari keluarga ekonomi rendah biasanya akan
menyekolahkan anak berdasarkan kemampuan ekonominya bukan berdasarkan
fasilitas sekolah. Kemudian anak juga terkadang disuruh untuk membantu dalam
menambah pendapatan keluarga agar mampu memenuhi kebutuhan hidup seharihari.
Namun kenyataan dilapangan, prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi
oleh sosial ekonomi keluarga. Dalam psikologi pendidikan, prestasi belajar anak
dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab, diantaranya faktor internal berupa
faktor psikologis dan faktor fisiologis. Kemudian ada faktor yang mempengaruhi
lainnya yaitu faktor eksternal berupa faktor lingkugan sosial, faktor lingkungan
non-sosial, dan faktor pendekatan dalam belajar. Sosial ekonomi hanya sebagai
salah satu faktor pendukung dalam pemenuhan fasilitas belajar anak yang pada
akhirnya anak diharapkan mampu berprestasi gemilang. Lebih jelasnya dapat
digambarkan pada bagan alur pemikiran berikut:
Universitas Sumatera Utara
Bagan Alur Pemikiran:
Sosial Ekonomi
Keluarga
1.
2.
3.
4.
Tingkat pendidikan
keluarga
Pendapatan keluarga
Pemilikan kekayaan
atau fasilitas
Jenis pekerjaan
Fasilitas Belajar :
Motivasi Belajar :
1. Motivasi intrinsik
2. Motivasi ekstrinsik
Fasilitas belajar dari sekolah
Prestasi
Belajar
Universitas Sumatera Utara
2.6
Definisi Konsep
Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan
dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis.
Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa
yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Definisi konsep bertujuan untuk
merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan
menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari ssalah
pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112).
Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah:
1.
Yang dimaksud dengan sosial ekonomi
dalam penelitian ini adalah
keadaan atau kedudukan yang menjadi penentu dan peran yang
dimilikinya dalam kehidupan bersama dalam rangka pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
2.
Yang dimaksud dengan keluarga dalam penelitian ini adalah keluarga
kandung yaitu ayah, ibu, abang, kakak, dan adik dari anak atau siswa yang
menjadi informan penelitian.
3.
Yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah
keadaan dimana seorang anak merasakan kepuasan baik dalam proses
maupun hasil belajarnya. Pengukuran prestasi belajar melalui indikator
prestasi hasil nilai akademik (nilai rapot dan hasil olimpiade).
4.
Yang dimaksud dengan anak dalam penelitian ini adalah siswa yang
menjadi informan utama penelitian yang bersekolah di SMK Telkom
Sandhy Putra Medan.
Universitas Sumatera Utara
Download