Harry Stack Sullivan

advertisement
Harry Stack Sullivan
(1892-1949)
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 1
Drs. E.M Agus Subekti, M.Kes., M.Psi., psi
Weni Endahing Warni, M.Psi., psikolog
Lutfi Arya, M.Psi., psikolog
BIOGRAFI
 Lahir di komunitas pertanian kecil di New York th1892,
keluarganya adalah petani miskin, ibunya sakit-sakitan
 Memandang kepribadian sebagai pola yang tetap dari
interaksi sosial, Ironisnya hubungan sosialnya sendiri tidak
bagus
 Sebagai anak-anak, setidaknya mengalami sekali periode
schizophrenia
 Sebagai seorang dewasa, hubungan sosialnya bersifat
superficial (dangkal) dan ambivalent
 Ibu memanjakan dan melindungi secara berlebihan karena
telah kehilangan 2 anak setahun sebelum kelahiran Sullivan
 Pada usia 3-5 th ibu masuk RSJ, sehingga dia punya 3 figur ibu
dalam hidupnya (ibu, nenek, bibi)
 Pada masa pra sekolah temannya hanya
binatang-binatang ternak
 Pernah punya teman anak lelaki yang 5 th lebih
tua pada masa preadolescent (Clarence Bellinger)
 Tidak pernah menikah, punya hubungan yang
diduga homosexual yang dianggap banyak
mempengaruhi pandangan Sullivan tentang
intimacy.
 Terkenal sebagai pendiri Washington School of
Psychiatry
 Meninggal dalam kesendirian di Paris th 1949,
pada usia 57.
 Teorinya dikenal dengan sebutan
“interpersonal theory of psychiatry”.
→because he believed psychiatry is the study
of what goes on between people. This is in
contrast to Freud’s paradigm that focuses on
what goes on inside people.
 Kepribadian didefinisikan sebagai:
pola hubungan interpersonal dan situasi
interpersonal yang terulang kembali dan
relatif bertahan, dan memberikan ciri pada
kehidupan manusia.
INTERPERSONAL THEORY
 the self berisi reflected appraisals dari figur orang tua
dan other significant adults
 Jika orang tua sangat pengkritik, anak tumbuh dengan
mengkritik dirinya sendiri dan hidup dalam kecemasan.
 Jika orang tua penyayang, anak tumbuh dengan
kemampuan “love, fellowship and good social
adjustment in general”
INTERPERSONAL THEORY
 “we come to treat ourselves as we have been treated by
our parents”
 Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan
orang lain, interpersonal transactions, membentuk
pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan
perilaku yang bertahan sepanjang hidup
INTERPERSONAL THEORY . . .
• Mental disorders bersumber/ berakar dari pola hubungan
interpersonal di awal kehidupan
• Specific life events and current interpersonal issues
berhubungan kuat dengan kondisi mood klien masa sekarang
• Mengubah lingkungan hubungan interpersonal dapat
membantu klien mengurangi gejala dan mengurangi emosi
berlebihan/ negatif
Dinamika kepribadian
Sullivan berpendapat manusia adalah
suatu sistem energi, yang salah satu
tugasnya
adalah
mengurangi
ketergantungan yang disebabkan oleh
need-nya.
Motivation
 Sullivan proposed two sources of motivation:
the pursuit of satisfactions and the pursuit of
security.
 On the one hand, we seek to maximize the
satisfaction of mainly biological bodily needs.
 On the other hand, we desire to minimize
insecurity that arises from cultural and social
needs. In Sullivan’s model, the main motive
force of personality is the avoidance and
reduction of anxiety. We seek to avoid a
greater anxiety by selecting a lesser anxiety.
Rangkuman Teori Sullivan
1. Tensions-TEGANGAN (Potensi u/ bertindak)
A. Needs (general needs & zonal needs)
- Kebutuhan umum  interpersonal & fisiologis
- Kebutuhan zonal  Oral, genital, manual
B. Anxiety (Kecemasan)
2. Energy transformations
3. Dynamisms-DINAMISME
A. Malevolence / Kedendaman
B. Intimacy / Keintiman
C. Lust / Nafsu
4. Levels of Cognitions – TINGKATAN KOGNISI
A. Prototaxic
B. Parataxic
C. Syntaxic
1. Tensions (ketegangan = potensi untuk
melakukan tindakan)
 Kepribadian adalah sistem energi
 Energi dapat muncul sebagai ketegangan (kesiapan
untuk bertindak) atau sebagai tindakan2
(transformasi energi)
 Transformasi energi mengubah ketegangan menjadi
perilaku yang tampak maupun tidak tampak dan
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mengurangi kecemasan
 Ketegangan adalah kesiapan untuk bertindak yang
mungkin disadari atau tidak disadari. Menurut
Sullivan ada 2 ketegangan: kebutuhan dan
kecemasan. Kebutuhan biasanya menghasilkan
tindakan yang produktif, kecemasan yg non
produktif
A. Needs (kebutuhan)membantu
pengintegrasian kepribadian
 Kebutuhan adalah ketegangan yang muncul
akibat ketidakseimbangan biologis antara
seseorang dengan lingkungan
fisiokemikalnya, di dalam maupun luar dirinya
 Kebutuhan memiliki kurun waktu, kalau
sudah terpuaskan ia tidak memiliki kekuatan
lagi, tetapi setelah beberapa waktu ia akan
muncul lagi
 Kebutuhan bersifat biologis, namun banyak
yang muncul dari situasi interpersonal.
Kebutuhan interpersonal yang paling dasar
adalah: kebutuhan akan kelembutan
Kebutuhan Umum (memfasilitasi seluruh kebaikan
pribadi)kesejahteraan seseorang
a. Antar pribadi/interpersonal (kelembutan, keintiman, cinta)
• Seorang bayi mengembangkan kebutuhan untuk
mendapatkan kelembutan dari pengasuh utamanya.
• Untuk memenuhi kebutuhan akan kelembutan ini diperlukan
dua orang: bayi akan menangis, tersenyum untuk mendapat
kelembutan, ibu/pengasuh akan memeluk, menyentuh bayi
untuk memberikannya.
• Kebutuhan akan kelembutan dipuaskan melalui mulut bayi
dan tangan ibu. Kelembutan adalah kebutuhan yang bersifat
umum karena berkaitan dengan kesejahteraan seseorang
secara umum
b. Kebutuhan Fisiologis
• Makanan, minuman, air, oksigen
Kebutuhan Zonal (oral, genital, manual)
• Kebutuhan zonal (zonal needs) adalah kebutuhan
yang muncul dari bagian2 tertentu dari tubuh
• Beberapa bagian tubuh dapat memenuhi
kebutuhan umum maupun kebutuhan zonal,
misalnya
– mulut memenuhi kebutuhan umum akan makanan dan
oksigen, tapi sekaligus juga memenuhi kebutuhan zonal
untuk kegiatan oral
– Tangan memuaskan kebutuhan zonal dengan aktivitas
manual
– anus dan genital adalah bagian2 tubuh yang bisa memenuhi
baik kebutuhan umum maupun zonal
B. Anxiety (kecemasan)
 Berbeda dengan kebutuhan, kecemasan bersifat
lebih samar, kacau dan tidak berhubungan dengan
tindakan2 tertentu untuk meredakannya
 Menurut Sullivan kecemasan ditransfer dari ortu
kpd bayi lewat proses empatiibu cemas
berpengaruh ke anak.
 Kecemasan adalah kekuatan yang menghambat
perkembangan hubungan2 interpersonal yang
sehat
 Kecemasan membuat orang tidak mampu belajar,
merusak ingatan, mempersempit sudut pandang
(persepsi) dan bahkan dapat menyebabkan
amnesia total
Kecemasan menghasilkan perilaku yang:
1.
Menghambat orang untuk belajar dari
kesalahan2nya
2. Kekanak-kanakan untuk mendapatkan rasa aman
3. Secara umum memastikan bahwa orang tidak akan
belajar dari pengalaman2nya
2. Energy transformations
(transformasi energi)
 Adalah: Ketegangan yang ditransformasikan menjadi
tindakan nyata yang tampak (berbicara, berjalan) dan tidak
tampak (emosi, pikiran atau perilaku-perilaku tersembunyi
dari pandangan orang lain)
 Tindakan2 nyata itu bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
& mengurangi kecemasan
3. DINAMISME
(Karakter/pola prilaku)
 Pola khas tingkah laku (transformasi enerji) yang
menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciri
khusus individu. Dinamisme melayani kebutuhan
kepuasan organisme melibatkan bagian tubuh.
 Dinamisme menjadi pembeda antar manusia &
menjadi ciri khas hubungan antar pribadi atau
kebiasaan bagaimana mereaksi orang lain
(perasaan, sikap, tingkah laku terbuka).
 Transformasi energi yang terorganisir dan menjadi pola2
perilaku khas yang menjadi karakteristik individu
sepanjang hidupnya (=kebiasaan)
 Kebiasaan ada dua jenis:
 Yang berhubungan dengan area tubuh tertentu
(mulut, anus dan genital)
 Yang berhubungan dengan ketegangan:
 Disjunctive: perilaku merusak berkaitan dg malevolence
 Isolating: pola perilaku yg tdk berkaitan dg hubungan
interpersonal (misalnya: lust – nafsu birahi)
 Conjunctive: perilaku yg bermanfaat, intimacy dan self system
A. Malevolence
 Dinamisme yang berkaitan dengan kejahatan
dan kebencian, ditandai oleh perasaan hidup di
tengah2 musuh
 Berasal dari pengalaman buruk yang dirasakan
anak pada usia 2-3 tahun: anak merasa cemas
atau sakit hati, akibat orangtua ingin
mengendalikan perilaku anak (memukul,
membentak, menelantarkan)
 Bentuk malevolence antara lain: anak pemalu,
nakal, melawan atau bentuk2 perilaku asosial
atau antisosial lain
B. Intimacy
• Berkembang dari kebutuhan akan hubungan
penuh kelembutan, mencakup hubungan
interpersonal yang erat diantara dua orang yang
posisinya sejajar
• Berkembang menjelang masa pubertas diantara
dua anak yang menilai temannya sejajar dengan
dia. Jarang terjadi dalam hubungan ortu-anak,
kecuali waktu anak sudah dewasa
• Intimacy menurunkan kecemasan dan rasa
kesepian, oleh karena itu intimacy adalah
pengalaman yang memberikan rasa
menyenangkan sehingga diharapkan oleh semua
orang yang sehat
C. Lust (nafsu birahi)
 Kecenderungan untuk mengasingkan diri, tidak
membutuhkan orang lain untuk pemuasannya.
Menampilkan dirinya sebagai perilaku
autoerotic, walaupun melibatkan orang lain
sebagai objeknya
 Lust muncul pada masa remaja, sering disalah
artikan sebagai ketertarikan seksual
 Lust seringkali mendorong remaja melakukan
tindakan2 yang tidak diterima oleh teman2nya
(bahkan menyebabkan putusnya hubungan yang
sudah akrab) sehingga memunculkan kecemasan
dan penurunan harga diri
Self system
 Pola perilaku yang konsisten, untuk memelihara rasa
aman interpersonal seseorang, melindunginya dari
kecemasan
 Muncul pertama kali pada usia 12-18 bulan waktu anak
mulai belajar perilaku mana yang akan menimbulkan
dan menurunkan kecemasan
 Self system akan menciptakan peringatan pada individu
bila ada pengalaman interpersonal yang mengancam
keamanan diri dan akan menimbulkan kecemasan
 Orang akan menyangkal atau mengubah pengalaman
interpersonal yang berkonflik dengan harga dirinya
Self system
 Dua operasi keamanan self system:
 Disosiasi: dorongan, keinginan dan kebutuhan yang
ditolak individu untuk memasuki kesadaran
 Selective inattention (pengabaian yang selektif):
penolakan untuk melihat sesuatu yang tidak ingin
dilihat. Bersifat lebih ringan dan lebih terbatas dari
disosiasi, bersumber dari usaha kita sendiri untuk tidak
ingin mengingat pengalaman yang tidak konsisten
dengan self system (kita melupakan bahwa kita pernah
melakukan “kenakalan”)
KEDUANYA TETAP AKTIF DI ALAM BAWAH SADAR
 SELF SYSTEM
Pengalaman interpersonal bertentangan  mengancam
keamanan diri  pertahanan diri menggunakan security
operation (proses untuk mereduksi perasaan tidak aman
terhadap sistem self) dengan tidak mengakui atau
mengubahnya
Macam-macam security operation :
 Dissociation : menolak impuls muncul di kesadaran → ditekan
di ketidaksadaran
 Inattention : orang berpura-pura tidak merasakan
 Apathy : tidak memilih obyek mana yang harus diperhatikan,
semuanya diserahkan kepada pihak luar
 Somnolent detachment : pertahanan tidur
PERSONIFIKASI
 Melalui interaksi sosial dan selective attention or inattention,
manusia mengembangkan personifikasi → Gambaran mengenai diri
dan orang lain yang dibangun berdasarkan pengalaman yang
menimbulkan kepuasan atau kecemasan.
 Hubungan interpersonal memberi kepuasan  image positif
 Hubungan interpersonal kurang memberi kepuasan  image negatif
Personifications
 Sejak masa bayi orang memiliki imaji2 tertentu tentang
diri mereka maupun orang lain di sekitarnya
 Imaji2 ini disebut personifications (personifikasi)
 Imaji2 ini bisa akurat sebagaimana aslinya, bisa juga
berubah karena diwarnai oleh kebutuhan dan
kecemasan
 Ada 3 personifikasi yang penting:
 The bad mother
 The good mother
 The me
The bad-good mother
 Personifikasi the bad mother berkaitan dengan proses
penerimaan makanan yang tidak memuaskan, bisa
tertuju pada ibu atau siapapun yang memberi
susu/makanan
 Personifikasi the good mother berkaitan dengan sikap
yang lembut, hangat, tenang pada saat proses
penerimaan makanan
 Keduanya bisa sekaligus tertuju pada satu figur yang
sama menciptakan personifikasi yang kompleks
The me
 Pada masa bayi seorang anak memiliki 3 personifikasi
saya: bad-me, good-me, not-me. Semuanya berkaitan
dengan saya dan tubuh saya
 Bad-me berasal dari pengalaman dihukum dan tidak
diterima
 Good-me berasal dari pengalaman menyenangkan dan
dicintai
 Not me adalah disosiasi dan pengabaian selektif akibat
pengalaman kecemasan. Not me ini sampai masa
dewasa bisa muncul dalam mimpi buruk atau episode
schizophrenia akibat tekanan hidup yg berat
Eidetic personifications
 Tidak semua pengalaman interpersonal anak dialami
dengan orang yang nyata. Beberapa anak memiliki
teman imajiner yang diciptakan untuk melindungi harga
diri mereka
 Menurut Sullivan teman imajiner ini memiliki pengaruh
yang signifikan dalam perkembangan anak, sama
dengan teman anak yang nyata
 Eidetic personifications bisa terjadi pada orang dewasa
juga: melihat sifat2 fiksi pada seseorang
 Eidetic personifications pada orang dewasa merusak
hubungan interpersonalnya dengan orang sekitar
4. Levels of cognitions
(tingkat/derajat pemikiran)
 Tingkat pemikiran dibagi dalam 3 pengalaman:
prototaxic, parataxic dan syntaxic
 Tingkat pemikiran ini mencakup: cara
mempersepsikan, membayangkan dan memahami
 Pengalaman pada tingkat prototaxic tidak dapat
dikomunikasikan, parataxic bersifat personal, tidak
logis dan kalau dikomunikasikan bentuknya sudah
berubah, pengalaman syntaxic bermakna dalam
komunikasi interpersonal
KONSEPSI TENTANG FUNGSI KOGNITIF
Prototaxic (muncul sejak individu lahir, tidak
disadari. Pengetahuan saat ini, disini, sekarang.
Pengetahuan berdiri sendiri, sepotong-potong,
tidak terintegrasikan)
Parataxic (lebih didasari, tapi kesadaran tidak
bersifat menerangkan. Dapat melihat hubungan
kausal, tapi secara logis tidak dapat dibenarkan)
Syntaxic (level kognitif tertinggi, yang melibatkan
logical thinking atau realistic thinking. Cara ini
memungkinkan komunikasi)
PROSES KOGNITIF
Dikelompokkan mjd 3 macam, yaitu:
• Prototaksis
Rangkaian pengalaman yg terpilah2 yg dlm pd masa bayi, tdk
diintegrasikan scr logis & hampir tdk ditemukan pd usia dewasa.
• Parataksis
Pengalaman asosiasi dmn pd awal tahun ke-2 bayi mulai mengenali
persamaan & perbedaan peristiwa2. Pd tahap ini bayi mulai
mengembangkan cara berpikir, melihat hubungan sebab-akibat,
asosiasional peristiwa yg tjd pd saat yg bersamaan tetapi hubungan
tidak harus logis.
• Sintaksis
Berpikir logis & realistis, mengambarkan lambang2 yg diterima
bersama, khususnya bahasa, kata, bilangan. Ketika anak mulai belajar
berbicara, mempelajari “kata” yg secara umum diterima sbg wakil dari
suatu peristiwa
A. Tingkat Prototaxic
• Pengalaman paling awal dan paling primitif seorang
bayi yang dilahirkan
• Tidak dapat disampaikan dalam kata2, bagaimana
seorang bayi yang baru lahir melakukan kontak
dengan lingkungan, pasti berkaitan dengan tubuh
• Pada orang dewasa pengalaman prototaxic dapat
dirasakan sebagai sebuah sensasi, imaji, perasaan,
suasana hati atau kesan yang melintas sesaat. Bisa
dalam mimpi atau pengalaman langsung. Tidak
sepenuhnya disadari tapi bisa diceritakan sebagai
pengalaman yang aneh dan tidak bisa digambarkan
B. Tingkat Parataxic
 Pengalaman yang tidak logis dan biasanya terjadi jika
seseorang mengasumsikan sebuah sebab-akibat
yang terjadi secara kebetulan
 Kognisi parataxic lebih jelas daripada prototaxic,
tetapi bersifat pribadi sehingga sulit untuk
dikomunikasikan kepada orang lain
 Seorang anak kecil yang berkali-kali mengalami
mendapat rejeki setiap memotong kuku akan
percaya bahwa ada hubungan antara potong kuku
dan rejeki. Mungkin sampai dewasapun pemahaman
ini terbawa: potong kuku = rejeki
C. Tingkat Syntaxic
 Pengalaman yang telah divalidasi dan dapat secara
simbolik dikomunikasikan, misalnya: kata2 dan
ekspresi wajah
 Anak dan orangtua dapat berkomunikasi pada
tingkat syntaxic jika keduanya telah menyepakati
kata2 dan ekspresi yang sama
 Semua orang yang telah mencapai tingkat kognisi
syntaxic tidak kehilangan tingkat prototaxic
maupun parataxic. Pada orang dewasa ketiganya
berfungsi
Tahap Perkembangan Kepribadian

Sullivan membagi menjadi 7 tahap yang akan membentuk
kepribadian.

Setiap tahap perkembangan akan menghadapi masalah
hubungan interpersonal berbeda-beda.







Infancy (birth to 1 year)
Childhood (1 to 5 years old)
Juvenile (6 to 8 years old)
Preadolescence (9 to 12 years old)
Early Adolescence (13 to 17 years old)
Late Adolescence (18 to 22 or 23 years old)
Adulthood (23 years old and on)
Infancy
 Sejak bayi dilahirkan s/d usia 18-24 bln, waktu bahasa
syntaxic mulai berkembang
 Personifikasi ibu sebagai the good mother sekaligus
the bad mother membentuk pola-pola dinamisme
anak untuk mendapat kepuasan dan menjauhi
kecemasan
 Komunikasi bayi dg dunia luar dimulai dengan gaya
bahasa autis yang hanya dimengerti oleh bayi dan
pengasuhnya, sampai berkembang menjadi bahasa
dan ekspresi yang dipahami orang2 di sekelilingnya
 Pada saat bayi sudah bisa berkomunikasi dengan
lingkungan terdekatnya, masa infancy selesai
Childhood
• Masa ini terbentang antara usia 18-24 bln s/d 5-6 th
(tergantung kultur), antara perkembangan bahasa
syntaxic sampai munculnya kebutuhan untuk memiliki
teman bermain yang statusnya sejajar
• Ibu masih dominan pada masa ini, namun dalam
konteks yang berbeda karena anak2 sudah mampu
berkomunikasi dengan ibu secara timbal balik
• Masa ini adalah masa belajar nilai2 budaya yang paling
sensitif, anak menyerap semua perilaku orang2 di
sekitarnya, terutama orangtuanya. Ia juga
mengembangkan berbagai model dinamisme untuk
melawan segala situasi dan kondisi yang menimbulkan
kecemasan
 Menjelang awal masa sekolah anak sering
mempunyai teman2 imajiner yang diajaknya
berkomunikasi. Ini adalah cara anak mengembangkan
hubungan di luar hubungannya dengan orangtua dan
hubungan dengan teman imajiner lebih memberikan
rasa aman karena jarang sekali menimbulkan
kecemasan. Sullivan menilai hubungan anak dengan
teman imajinernya sebagai latihan untuk
berhubungan dengan teman2 nyatanya kelak kalau
dia lebih siap
 Pada masa ini anak2 juga mulai mengembangkan
perilaku mandiri untuk melawan kecemasan, antara
lain dengan menyibukan dirinya sendiri
Juvenile era
• Mulai dari usia pertemanan yang sejajar (AS: 5/6
thn) sampai usia ingin memiliki hubungan yang lebih
erat dengan seseorang (AS: 8,5 thn)
• Disini anak harus belajar persaingan, kompromi dan
kerjasama untuk mengembangkan hubungan yang
lebih akrab dan bermakna kelak
• Umumnya di usia ini anak2 bergaul dalam kelompok,
laki2 dan perempuan bercampur. Beberapa anak
mulai memilih teman2 yang lebih cocok dengan
dirinya, iapun sudah bisa menilai kualitas orangtua
• Pada akhir tahap ini anak2 sudah lebih siap
memasuki hubungan interpersonal yang lebih
mendalam, penuh kelembutan, jauh dari kecemasan
Preadolescence
• Dimulai dari usia 8,5 tahun sampai anak siap menjalin
hubungan yang akrab dengan orang tertentu yang
umumnya berasal dari usia, status sosial dan jender
yang setara
• Disini anak untuk pertama kalinya dalam hidup belajar
untuk mengembangkan hubungan yang akrab dengan
orang lain demi orang itu
• Disini anak telah memiliki kapasitas untuk mencintai
orang lain secara tulus dan merasa puas bila ia mampu
membahagiakan orang, belum diwarnai lust
• Ini adalah masa yang paling tidak bermasalah dan
paling tidak perlu perawatan. Ortu masih penting,
tetapi hubungannya dengan anak berbeda
 Hubungan dengan teman sebaya di masa ini lebih
penting drpd hubungan dengan ortu/guru. Anak2
bisa secara bebas mengekspresikan pendapat dan
emosi mereka satu sama lain tanpa takut/malu
 Keberhasilan untuk mengembangkan hubungan
yang bermakna disini akan menghapuskan semua
kesalahan dalam tahap perkembangan
sebelumnya, namun kegagalan dalam tahap ini
akan berdampak panjang ke tahap-tahap
selanjutnya
 Anak yang kesepian dan tidak mendapat
kesempatan untuk mengembangkan hubungan
yang akrab pada masa ini akan kehilangan
kesempatan untuk belajar mengembangkan
hubungan interpersonal selamanya
Early adolescence
 Dimulai sejak pubertas, berakhir pada saat muncul
kebutuhan untuk mencintai seseorang secara
seksual (di AS waktu SMP)
 Masa ini ditandai dengan munculnya minat
terhadap alat kelamin dan dorongan untuk
menjalin hubungan penuh birahi
 Kebutuhan untuk berhubungan akrab sebagai
sambungan dari masa sebelumnya masih ada,
namun sekarang disertai kebutuhan paralel yang
berbeda: lust (nafsu birahi)
 Kebutuhan intimacy, lust dan security (bebas dari
kecemasan) sering berkonflik pada masa ini:
 Lust berkonflik dg security, karena aktivitas seks tidak
diterima di masyarakat
 Intimacy berkonflik dg security, jika seorang remaja
akrab dg lawan jenisnya
 Intimacy berkonflik dg lust, jika dorongan nafsu lebih
besar dari keakraban persahabatan. Seringkali
persahabatan ingin dipertahankan, sehingga nafsu
birahi diarahkan pada orang yang tidak dikenal
Late adolescence
 Dimulai pada saat seseorang dapat merasakan lust dan
intimacy terhadap orang yang sama, berakhir pada masa
dewasa waktu ia bisa menjalin hubungan cinta jangka
panjang
 Ini adalah periode menemukan diri sendiri, dalam masa
ini seorang remaja memutuskan orientasi pribadinya
dalam perilaku seksual, biasanya pada usia 15-17/18
tahun
 Pada masa ini telah terbentuk pola perilaku seksual yang
stabil dimana orang yang dicintai selain menjadi objek
nafsu birahi, juga menjadi subjek hubungan
interpersonal yang diwarnai oleh cinta kepada sesama
(bukan cinta kepada diri sendiri)
Adulthood
 Keberhasilan melewati masa late adolescence menjadi
awal masa adulthood. Masa ini ditandai oleh kemampuan
untuk memapankan hubungan cinta dengan seseorang
yang sangat bernilai bagi dirinya
 Kemampuan membangun hubungan akrab dalam jangka
panjang adalah sumber kepuasan hidup
 Orang dewasa menikmati hidup yang menyenangkan di
tengah2 orang tercintanya
 Masa dewasa adalah sambungan dari masa2 sebelumnya,
jika seluruh tahap perkembangan dilewati dengan baik,
orang akan memasuki masa dewasa, sebaliknya orang
mungkin tidak pernah menjadi dewasa jk ada gangguan
dlm perkembangan
Tahap Perkembangan Kepribadian
1. Infancy (0 – 12 bulan)
Pengalaman di masa bayi akan membentuk
personifikasi ibu. Good mother dan bad mother 
awal personifikasi diri. Bayi mulai belajar
berkomunikasi (bahasa autistik)
2. Childhood (1 – 5 tahun)
Perkembangan bicara dan belajar sintaksis, kebutuhan
untuk bergaul dengan teman sebaya good mother &
bad mother  bergabung sehingga akan membentuk
gambaran diri yang terintegrasi pula (good me & bad
me)  sistem self koheren. Anak belajar
menyembunyikan tingkah laku yang dapat membuat
kecemasan atau hukuman
3. Juvenille (6 to 8).
Anak belajar kompetisi, kompromi, kerjasama,
memahami makna perasaan kelompok
Perkembangan negatif di masa ini:
 stereotypes : meniru atau memakai personifikasi
mengenai orang atau kelompok orang yang
diturunkan antar generasi
 ostracism :pengalaman anak diisolasi secara paksa,
dikeluarkan /diasingkan dari kelompok sebaya karena
perbedaan sifat
 Disparagement :meremehkan atau menjatuhkan orang
lain, akan berpengaruh pada hubungan interpersonal
ketika dewasa
4. Pre adolescence (9 – 12 tahun)
“most important period because intimate relationships
are possible without the added complication of lust“
 Fokus pada kemampuan bergaul akrab dengan orang
lain.
 Hubungan ini akan membantu individu merasa
berharga dan disukai
 Tanpa kemampuan ini, pembentukan hubungan yang
intim pada late adolescence dan adulthood akan
mengalami kesulitan
 Bercirikan persamaan yang nyata dan saling
memperhatikan. Adanya chum teman akrab dari jenis
kelamin sama, teman yang dapat mencurahkan isi hati,
dan bersama-sama memahami dan memecahkan
masalah hidup.
5. Early adolescence (13-17 tahun)
 Perubahan kebutuhan dari friendship ke sexual
expression.
 Self worth sering sinonim dengan sexual
attractiveness dan penerimaan oleh lawan jenis.
 Masalah yang muncul : keamanan (bebas dari
kecemasan), keintiman (pergaulan akrab dengan
lawan jenis), kepuasan seksual
Late adolescence (18 – 22/23 tahun)
 Kombinasi kebutuhan akan friendship dan sexual
expression .
 Konflik antara kontrol ortu dengan self-expression
 Penggunaan selective inattention yang berlebihan pada
tahap sebelumnya dapat berakibat persepsi yang
sempit tentang diri sendiri dan dunia.
 Pemantapan hubungan cinta jangka panjang
Adulthood/ Maturity (> 23 tahun)

Berjuang untuk mendapatkan keamanan finansial, karir
dan keluarga

Berbekal kesuksesan pada tahap adolescent, hubungan
dewasa dan sosialisasi yang dibutuhkan lebih mudah
dicapai. Tanpa backgroud yang baik konflik interpersonal
yang menimbulkan kecemasan sering terjadi.

Kemasakan ditandai dengan sudah belajar memuaskan
kebutuhan yang penting, bekerja sama dan berkompetisi
dengan orang lain, mempertahankan hubungan dengan
orang lain yang memberi kepuasan intimasi dan seksual,
berfungsi secara efektif di masyarakat. Menurut Sullivan
yang paling penting adalah intimasi
Download