BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Teori
II.1.1 Akuntansi Lingkungan
Akuntansi Lingkungan yang terdiri dari kata akuntansi dan lingkungan yang masingmasing memiliki arti dan pengertiannya sendiri, seperti yang dikatakan oleh beberapa
tokoh-tokoh penting akuntansi, yaitu :
Menurut Warren, Reeve, Fess dalam buku Pengantar Akuntansi (2006 : h.11) adalah
“Sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.
Menurut Izlahuzzaman dalam buku Istilah-istilah Akuntansi dan Auditing, (2012 :
h.4) Akuntansi adalah :
“Proses pencatatan, pengklasifikasian serta pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi
dengan suatu perlakuan logis yang bertujuan menyediakan informasi keuangan yang
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan”.
Jadi dapat disimpulkan dari kedua definisi di atas bahwa Akuntansi adalah seni
mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan transaksi-transaksi, kejadian, dan
kondisi perusahaan yang sekurang-kurangnya bersifat keuangan dengan cara
menginterpretasikan hasil-hasil yang akan diberikan kepada pihak yang berkepentingan
untuk dapat mengambil keputusan secara tepat.
Sama seperti definisi akuntansi, akuntansi lingkungan juga memiliki beberapa definisi
yaitu :
7
Definisi Akuntansi Lingkungan menurut Arfan Ikhsan dalam bukunya Akuntansi
Lingkungan dan Pengungkapannya (2008 : h.14) adalah :
“Pencegahan, pengurangan atau penghindaran dampak terhadap lingkungan, bergerak
dari beberapa kesempatan, dimulai dari perbaikan kembali kejadian yang menimbulkan
bencana atas kegiatan tersebut”.
Menurut Mehenna Yakhou dan Vernon P. Dorweiler (2004) akuntansi lingkungan
adalah :
”Environtmental accounting is an inclusive field of accounting. It provides reports
for both internal use, generating environtmental information to help make
management decisions on pricing, controlling overhead and capital budgeting,
and external use, disclosing environtmental information of interest to the public
and to the financial comunity”.
Menurut Badan Lingkungan Perlindungan Amerika Serikat atau United States
Environment Protection Agency (US EPA), Akuntansi Lingkungan adalah :
“Suatu fungsi penting tentang akuntansi lingkungan adalah untuk
menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para
stakeholders perusahaan yang mampu mendorong dalam pengidentifikasian
cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang
bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan”. Devani Sukma,
(2011) Akuntansi Lingkungan.
Pesatnya perkembangan konsep akuntansi lingkungan didasarkan pada banyaknya
tekanan dari lembaga-lembaga bukan pemerintah, serta meningkatnya kesadaran
lingkungan di kalangan masyarakat luas yang mendesak agar perusahaan menerapkan
pengelolaan lingkungan bukan hanya kegiatan industri demi bisnis saja. Akuntansi
lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran penuh perusahaan yang telah mengambil
manfaat dari lingkungan, akan tetapi memberikan dampak negatif kepada lingkungan
berupa limbah produksi, polusi udara, dan juga pencemaran udara. Bentuk tanggung
jawab perusahaan dalam mengatasi masalah limbah adalah dengan dilakukannya
8
pengelolaan limbah operasional perusahaan dengan tersistematis melalui proses yang
memerlukan biaya khusus sehingga perusahaan melakukan pengalokasian nilai biaya
tersebut dalam pencatatan keuangannya.
Berdasarkan pengertian di atas, sudah terlihat bahwa pengendalian lingkungan hidup
atau pemeliharaan lingkungan hidup sangat penting bagi kelangsungan hidup alam dan
juga masyarakat. Selain itu penerapan dan pengembangan akuntansi lingkungan
memiliki beberapa tujuan yang sangat signifikan terhadap lingkungan, yaitu :
1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan. Digunakan
untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi
biaya konservasi lingkungan. Keutamaan penggunaan akuntansi lingkungan adalah
kemampuan untuk meminimalisasi persoalan lingkungan yang dihadapinya, dengan
tujuan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan
penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya dan manfaat.
2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. Digunakan
untuk menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan
dan hasilnya kepada publik. Tanggapan dan pandangan
terhadap
akuntansi
lingkungan dari berbagai pihak digunakan sebagai umpan balik untuk mengubah
pendekatan perusahaan dalam pelestarian lingkungan.
Selain penerapan akuntansi lingkungan memiliki beberapa tujuan yang sangat
spesifik, akuntansi lingkungan juga memiliki dua fungsi yang sangat berguna bagi
pihak-pihak dari dalam perusahaan ataupun dari dalam perusahaan. Berikut dua fungsi
dari akuntansi lingkungan adalah :
1. Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal perusahaan
sendiri.
Pihak internal adalah pihak
yang menyelenggarakan usaha, seperti
9
rumah tangga konsumen dan rumah tangga produksi maupun jasa lainnya. Fungsi
internal memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan
menganalisis biaya dari kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan
efisien serta sesuai dengan pengambilan keputusan.
2. Fungsi eksternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan
keuangan. Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor
dan kreditor dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit, dan
yang serupa secara rasional. Faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan
adalah pengungkapan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data
akuntansi. Informasi yang diungkapkan merupakan hasil yang diukur secara
kuantitatif dari kegiatan konservasi lingkungan, informasi tentang sumber ekonomi
suatu
perusahaan,
klaim
terhadap sumber tersebut, dan pengaruh transaksi,
peristiwa dan kondisi yang mengubah sumber ekonomi dan klaim terhadap sumber
tersebut.
II.1.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
Definisi CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep
yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai
bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial lingkungan sekitar dimana perusahaan
itu berada. Sedangkan menurut Kotler dan Lee (2005:3) menyatakan :
“Corporate social responsibility is a commitment to improve community wellbeing through discretionary business practices and contributions of corporate
resources”.
10
Sedangkan menurut Elvinaro Ardianto (2011:h.5) pengertian CSR adalah :
“Komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung
jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara aspek
ekonomis, sosial, dan lingkungan”.
Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan,
pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan
fasilitas umum, sumbangan untuk desa atau fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan
tersebut.
CSR
merupakan
fenomena
strategi
perusahaan
yang
mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya.
CSR saat ini telah menjadi konsep yang kerap kita dengar, walau definisinya sendiri
masih menjadi perdebatan di antara para praktisi maupun akademisi. Sebagai sebuah
konsep yang berasal dari luar, tantangan utamanya memang adalah memberikan
pemaknaan yang sesuai dengan konteks Indonesia.
CSR banyak memiliki pengertian yang luas, yaitu bagaimana manusia berperan
dalam menjaga dan bertanggung jawab terhadap bumi dan segala isinya yang telah
diciptakan oleh Tuhan. Jadi bukan hanya perusahaan yang melakukannya tapi
hakikatnya semua manusia berkewajiban melaksanakannya. Jika dikelompokan
sedikitnya ada empat manfaat CSR terhadap perusahaan yaitu :
1. Brand Differentation, dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, CSR bisa
memberikan citra perusahaan yang khas, baik dan etis di mata masyarakat yang pada
gilirannya menciptakan customer loyalty.
11
2. Human Resources, program CSR dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru,
terutama yang memiliki kualifikasi tinggi. Saat wawancara, calon karyawan yang
memiliki pendidikan dan pengalaman tinggi sering bertanya tentang CSR dan etika
bisnis perusahaan, sebelum mereka memutuskan menerima tawaran. Bagi karyawan
lama CSR juga dapat meningkatkan persepsi, reputasi dan dedikasi dalam bekerja.
3. License To Operate, perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong
pemerintah dan masyarakat memberi “ijin” atau “restu” bisnis. Karena dianggap
telah memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat.
4. Risk Management, manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan.
Reputasi perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh
skandal korupsi, kecelakaan karyawan, atau kerusakan lingkungan, membangun
budaya “doing the right thing” berguna bagi perusahaan dalam mengelola resikoresiko bisnis.
Ada beberapa macam pengukuran biaya Corporate Social Responsibility dalam teorinya,
yaitu :
1. Menggunakan Opportunity Cost Approach, misalnya atas pembuangan limbah suatu
perusahaan, dapat dihitung social cost dengan cara menghitung kerusakan wilayah
rekreasi sebagai akibat pembuangan limbah tersebut, kerugian manusia dalam
hidupnya, berapa berkurang kekayaannya.
2. Menggunakan daftar kuesioner, survey, lelang, dimana masyarakat secara acak
ditanyai
atau
diminta
untuk
mengisi
pertanyaan-pertanyaan
seputar
12
pertanggungjawaban perushaan terhadap lingkungan apakah sudah memenuhi syarat
atau masih merugikan pihak-pihak tertentu.
3. Menggunakan hubungan antara kerugian masal dengan permintaan untuk barang
perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
4. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. Misalnya vonis hakim akibat
pengaduan masyarakat akan kerusakan lingkungan dapat juga dianggap sebagai
dasar perhitungan.
Ada empat kerangka dasar penyusunan laporan keuangan yang membantu pemakai
prinsip CSR dalam perusahaanya, agar para pemakai bisa mengimplementasikannya
secara tepat dan benar, agar dapat membawa dampak positif bagi pengguna :
1. Relevan, berarti laporan keuangan harus mampu memenuhi kebutuhan pemakai,
salah satunya adalah pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2. Keandalan, berarti laporan keuangan harus menyajikan secara akurat informasiinformasi keuangan yang tercantum di dalamnya.
3. Dapat dimengerti, berarti bahwa laporan keuangan harus mudah dipahami oleh
pengguna.
4. Dapat dibandingkan, berarti laporan keuangan harus dapat diperbandingkan, baik
perbandingan antar periode maupun antar perusahaan
Sekilas Akuntansi Lingkungan dengan Corporate Social Responsibility atau yang
lebih dikenal dengan nama CSR, memang memiliki banyak kesamaan yaitu sama-sama
membahas tentang lingkungan, tapi kalau CSR itu lebih bersifat umum dan berbentuk ke
program-program sosial yang dilakukan perushaan, misalnya program beasiswa,
sumbangan untuk penduduk desa setempat, pemberian dana untuk perbaikan fasilitas
umum atau pemberian sembako dan penghijauan untuk menjalin hubungan baik dengan
13
masyarakat sekitar. Sedangkan kalau Akuntansi Lingkungan lebih bersifat terperinci
yaitu lebih berfokus pada kinerja laporan keuangan tentang lingkungan dan juga meneliti
integritas kebijakan lingkungan perusahaan. Selain itu Akuntansi Lingkungan dengan
CSR juga memiliki objek yang berbeda yaitu, kalau Akuntansi Lingkungan hanya
berfokus pada lingkungan dari perusahaan itu saja, tapi kalau CSR berfokus pada
karyawan, masyarakat, dan alam.
II.1.3 Rumah Sakit
Rumah sakit adalah bentuk organisasi kesehatan yang melayani masyarakat dalam
bentuk memberikan pengobatan dan pelayanan jasa yang diharapkan. Rumah sakit juga
menghasilkan limbah beracun, karena rumah sakit banyak menggunakan bahan-bahan
kimia dan obat-obatan untuk menunjang kesehatan pasiennya.
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan (Depkes ,RI 2004).
Menurut Sadjimin Toni dalam makalah seminar Pusat Penlitian Lingkungan Hidup
atau yang lebih dikenal PPLH yang ditulis oleh Lilis Susadhana (2009). Akuntansi
Lingkungan Sebagai Informasi Sosial Pada Rumah Sakit, mengungkapkan bahwa
pengolahan limbah yang dimaksudkan adalah mengurangi substansi pencemar sebelum
limbah tersebut dibuang kelingkungan. Untuk mengolah air limbah yang keluar dari
Rumah Sakit diperlukan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).
14
Karakteristik sampah rumah sakit perlu diketahui dalam kaitannya pada pengelolaan
sampah yang baik dan benar. Secara garis besar sampah rumah sakit dibedakan menjadi
sampah medis dan non medis. Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan
dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kajian
tersebut juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi,
dan ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
Limbah medis dapat digolong-golongkan menjadi :
1. Limbah benda tajam yaitu, berupa jarum, pipet, pecahan kaca dan pisau bedah.
Benda-benda ini mempunyai potensi menularkan penyakit.
2. Limbah Infeksius, dapat dihasilkan oleh laboratorium, kamar isolasi, kamar
perawatan, dan sangat berbahaya karena bisa juga menularkan penyakit.
3. Limbah jaringan tubuh, limbah ini berupa darah, anggota badan hasil amputasi, cairan
tubuh, dan plasenta.
4. Limbah Farmasi, berupa obat-obatan atau bahan yamg telah kadaluarsa, obat-obat
yang terkontaminasi, obat yang dikembalikan pasien atau tidak digunakan.
5. Limbah Kimia, terdapat limbah kimia yang berbahaya dan tidak berbahaya dan juga
limbah yang bisa meledak atau yang hanya bersifat korosif.
6. Limbah Radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio-isotof. Limbah ini
harus dikelola sesuai dengan peraturan yang diwajibkan.
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat di luar sampah padat medis
yang dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti kantor atau administrasi, unit
perlengkapan, ruang tunggu, ruang inap, unit gizi atau dapur, halaman parkir, taman, dan
unit pelayanan. Pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar dan efektif dan
memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak digunakan lagi dan yang
15
harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola dengan baik. Syarat yang harus
dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak
menimbulkan bau tidak menimbulkan kebakaran, dan sebagainya.
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negatif tehadap
masyarakat dan lingkungannya. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa:
a. Pengaruh terhadap Kesehatan
1. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang baik
bagi vektor-vektor penyakit seperti lalat dan tikus.
2. Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum suntik dan
bahan tajam lainnya.
3. Insiden penyakit demam berdarah dengan akan meningkat karena vektor penyakit
hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng bekas ataupun genangan air.
b. Pengaruh terhadap Lingkungan
1. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang.
2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas
tertentu yang menimbulkan bau busuk.
3. Adanya partikel debu yang beterbangan akan mengganggu pernapasan,
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit
mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.
4. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya akan
menganggu pernapasan, penglihatan, dan penurunan kualitas udara.
c. Pengaruh terhadap Rumah Sakit
1. Keadaan lingkungan rumah sakit yang tidak saniter akan menurunkan hasrat
pasien berobat di rumah sakit tersebut.
16
2. Keadaan estetika lingkungan yang lebih saniter akan menimbulkan rasa nyaman
bagi pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit.
3. Keadaan lingkungan yang saniter mencerminkan mutu pelayanan dalam rumah
sakit yang semakin meningkat.
II.1.3.1 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan rumah sakit harus disajikan dengan baik, karena rumah sakit
sebagai lembaga kesehatan yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat, maka
rumah sakit juga harus memiliki laporan keuangan yang baik dan sehat. Berikut tujuan
laporan kuangan rumah sakit menurut Rosita Ellyana, et al (h.16-17) :
1. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi yang tepat dan bermanfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga merupakan sarana pertanggung
jawaban manajemen entitas rumah sakit atas pengolaaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
2. Pihak pengguna laporan keuangan entitas rumah sakit mempunyai kepentingan
bersama dalam rangka menilai : jasa pelayanan kesehatan yang diberikan entitas
rumah sakit dan kesinambungan pelayanan tersebut. Dan kinerja manajemen
entitas rumah sakit dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam
mengelola entitas tersebut.
3. Menjelaskan informasi tentang keuangan rumah sakit.
II.1.4 Laporan Keuangan Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik
17
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 telah menerbitkan Standar
Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik atau The Indonesian
Accounting Standards for Non-Publicly-Accountable Entities, dan telah disahkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 19 Mei 2009. SAK ETAP ini berlaku secara
efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada 1 Januari 2011.
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik atau yang lebih
dikenal dengan nama SAK ETAP adalah standar akuntansi keuangan yang digunakan
untuk semua entitas tanpa akuntanbilitas publik. ETAP sendiri merupakan entitas yang
tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan dan menerbitkan laporan keuangan
untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Dengan adanya SAK ETAP, diharapkan
perusahaan kecil dan menengah bisa mampu untuk menyusun laporan keuangannya
sendiri, dapat diaudit, dan mendapatkan opini auditnya. Sehingga dapat menggunakan
laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usahanya.
Dalam SAK ETAP (h21-24) dijelaskan informasi yang disajikan dalam neraca atau
catatan atas laporan keuangan ialah kelompok aset tetap, jumlah piutang usaha, piutang
dari pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, persediaan yang menunjukan secara
terpisah jumlah dari persediaan yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
dan bahan baku dan barang habis pakai yang digunakan dalam proses pemberian jasa.
Selain itu informasi yang disajikan dalam neraca adalah kewajiban imbalan kerja dan
kewajiban diestimasi, kelompok ekuitas seperti modal disetor, tambahan modal disetor,
saldo laba dan pendapatan dan beban yang diakui ke entitas.
Laporan laba rugi juga disajikan dalam SAK ETAP, berikut pos-pos yang disajikan
dalam laporan tersebut ialah pendapatan, beban keuangan, bagian laba atau rugi dari
investasi yang menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi neto. Entitas
18
harus menyajikan pos, judul dan subab jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika
penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas.
II.1.5 Pengertian dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan hidup atau biasa disebut dengan perusakan lingkungan
diartikan sebagai terkenanya makhluk hidup dengan zat atau komponen lain yang
bersifat berbahaya yang dapat menyebabkan keruskan fungsi lingkungan tersebut zat ini
berasal dari limbah-limbah suatu perusahaan, pabrik yang dibuang begitu saja tanpa
memikirkan dampak negatif.
Pencemaran lingkungan dapat diartikan pula sebagai penurunan kualitas kondisi
lingkungan yang dimaksud yang dikarenakan gangguan atas kegiatan-kegiatan oleh
penyebab atau faktor rangsangan dari luar yang tidak terkontrol sesuai dengan fungsi
semestinya. Pencemaran ini diakibatkan karena hasil atau sisa dari kegiatan operasional
yang tidak ditanggulangi dengan baik, yang akhirnya mengakibatkan lingkungan yang
tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 20
tentang pengendalian pencemaran air disebutkan bahwa ”Pengendalian adalah upaya
pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan pada kondisi semula.
Definisi tersebut berarti pengendalian pencemaran atau kerusakan lingkungan adalah
usaha-usaha dalam perbaikan kembali lingkungan-lingkungan yang telah rusak, dengan
cara menanggulangi dampak-dampaknya. Selain itu mencegah agar tidak ada perusakan
dan pencemaran lagi terhadap lingkungan sekitar dan berusaha memulihkan lingkungan
yang telah tercemar agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
II.1.6 Biaya Lingkungan
19
Biaya lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem,
atau fasilitas penting untuk pengambilan keputusan manajemen
yang
baik.
Perhitungan biaya dan penanganan limbah tersebut diperlukan adanya perlakuan
akuntansi yang tersistematis secara benar. Perlakuan terhadap masalah penanganan
limbah hasil operasional perusahaan ini menjadi sangat penting dalam kaitannya sebagai
sebuah kontrol tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya.
Pelaporan biaya lingkungan penting jika sebuah perusahaan berusaha untuk
memperbaiki kinerja lingkungannya dan mengendalikan biaya lingkungannya. Laporan
yang memberikan perincian biaya lingkungan menurut kategori pelaporan biaya
memberikan dua hasil yang penting, yaitu dampak lingkungan terhadap profibilitas dan
jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori.
Menurut Carter (2010 : p.1-7) Biaya adalah :
“Cost accounting was widely regarded as the calculation of the inventory cost presented
in the balance sheet and cost of goods sold figure.”
Definisi biaya menurut Horngren, Datar dan Foster (2008 : h.3) menyatakan :
“Mengukur, menganalisa, dan melaporkan informasi keuangan dan non keuangan yang
terkait dengan biaya perolehan atau penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi.”
Sedangkan menurut Ony et. al (2012 : h.2) mendefinisikannya sebagai berikut :
”melengkapi managemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengendalian, dan memperbaiki kualitas yang efisien serta membuat
keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.”
Jadi dapat disimpulkan dari ketiga pengertian akuntansi biaya di atas adalah sebuah
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu bisa berbentuk suatu
20
informasi yang menjadi tolok ukur dalam setiap pengambilan keputusan dalam
perusahaan, maupun dalam bentuk pengendalian serta perbaikan yang efisien.
Definisi Biaya Lingkungan menurut Arfan Ikhsan (2008 : h.13) adalah :
“Dampak yang timbul dari sisi keuangan maupun non keuangan yang harus dipikul
sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.”
Bahwa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya lingkungan adalah biaya
yang timbul akibat kegiatan produksi perusahaan itu sendiri yang disengaja atau tanpa
disengaja merusak lingkungan sekitar perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan
harus menyiapkan anggaran biaya dimana biaya ini akan digunakan untuk perbaikan
lingkungan.
Penanganan lingkungan dalam kegiatan sehari-hari harus sangat diperhatikan, karena
dengan adanya pencatatan khusus tentang lingkungan, khususnya dalam pencatatan
pembiayaan maka aktivitas kegiatan lingkungan akan berjalan dengan baik. Berikut
beberapa klasifikasi dari biaya lingkungan :
1. Biaya pencegahan lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah proses
produksi yang menghasilkan pencemaran dan kerusakan lingkungan, contoh :
a. Biaya evaluasi dan pemilihan alat-alat untuk mengendalikan polusi.
b. Biaya desain proses dan produk untuk mengurangi limbah.
c. Biaya investasi teknologi yang memungkinkan dilakukannya daur ulang produk.
2. Biaya deteksi lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menentukan apakah
proses produksi sesuai dengan standarisasi lingkungan yang berlaku. Ada tiga cara,
yaitu peraturan pemerintah, standar sukarela, dan kebijakan lingkungan, contoh :
a. Biaya pengembangan ukuran kinerja lingkungan.
b. Biaya pelaksanaan pengujian pencemaran.
21
c. Biaya memenuhi ketentuan hukum dalam penanganan limbah.
3. Biaya kegagalan internal lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah
limbah dan sampah dari hasil produksi yang tidak dibuang ke lingkungan luar.
Tujuan biaya kegagalan internal lingkungan adalah untuk mengurangi tingkat limbah
yang dibuang, contoh :
a. Biaya pengoperasian peralatan untuk mengurangi dan menghilangkan polusi.
b. Biaya pengolahan pembuangan limbah beracun.
c. Biaya pemeliharaan peralatan polusi dan daur ulang.
4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan karena adanya
akibat kontaminasi dan kerusakan pada lingkungan. Biaya kegagalan eksternal yang
direalisasi adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Sedangkan biaya
kegagalan eksternal yang tidak direalisasi atau yang biasa disebut biaya sosial,
disebabkan oleh perusahaan tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar
perusahaan.
II.1.7 Pengungkapan Akuntansi Lingkungan
Keputusan-keputusan operasi, investasi, dan pendanaan pembiayaan diwarnai oleh
bagaimana rumah sakit bisa memuaskan kebutuhan pasien, dan bagaimana kontrol
rumah sakit terhadap lingkungan. Laporan keuangan menjadi sangat penting untuk
memberikan gambaran mengenai keadaan suatu perusahaan. Diperlukan suatu
pengungkapan yang jelas mengenai data akuntansi dan informasi lain yang relevan.
Kata pengungkapan memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan,
apabila dikaitkan dengan data, pengungkapan berarti memberikan data yang bermanfaat
kepada pihak yang memerlukan. Data tersebut harus bermanfaat, jika tidak maka tujuan
22
dari pengungkapan tidak akan tercapai. Pengungkapan dalam akuntansi lingkungan
merupakan jenis pengungkapan sukarela, yaitu pengungkapan informasi data akuntansi
lingkungan dari sudut pandang fungsi internal akuntansi lingkungan itu sendiri, berupa
laporan akuntansi lingkungan.
Dalam pengungkapannya, akuntansi lingkungan memiliki konsep-konsep cara untuk
mengungkapkan akuntansi lingkungan yang tepat, agar tidak terjadi kesalahan dalam
proses pengungkapannya. Berikut tiga konsep-konsep pengungkapan akuntansi :
1. Pengungkapan yang memadai, menyiratkan jumlah pengungkapan sejalan dengan
tujuan membuat laporan tersebut tidak menyesatkan.
2. Pengungkapan yang wajar, menyiratkan suatu tujuan etika yaitu memberikan
perlakuan yang sama pada semua para calon pembaca.
3. Pengungkapan yang lengkap, menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan.
Dalam akuntansi lingkungan ini memiliki beberapa dimensi dalam
Dibawah ini ada dua teori yang dapat dijadikan perbandingan, dengan apakah
perusahaan atau organisasi tersebut mengungkapkan akuntansi lingkungan :
a. Teori Stakeholders
Rumah sakit bukanlah entitas yang beroperasi untuk kepentingannya sendiri
namun
harus
memberikan
manfaat
bagi
stakeholdernya.
Ketika
stakeholder
mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi rumah sakit, maka rumah sakit akan
bereaksi dengan cara-cara yang memuaskan keinginan stakeholder. Stakeholder theory
ini berkaitan dengan cara-cara yang digunakan rumah sakit untuk memanage
stakeholdernya. Menurut Agung Suryana (2010:h.10) Teori ini berimplikasi terhadap
kebijakan manajemen dalam mengelola harapan stakeholder
23
Ada beberapa
cara memanage stakeholder
yaitu,
Strategi
Aktif
yang
mengidentifikasi stakeholder dan menentukan stakeholder yang memiliki power terbesar
dalam mempengaruhi alokasi sumber ekonomi ke rumah sakit, yang kedua Strategi Pasif
yang tidak memonitor aktivitas stakeholder dan hanya bereaksi jika ada masalah.
b. Teori Legitimasi
Memfokuskan pada interaksi antara rumah sakit dengan masyarakat, selain itu,
rumah sakit adalah bagian dari masyarakat sehingga harus memperhatikan norma-norma
sosial masyarakat. Kesesuaian dengan norma sosial dapat membuat rumah sakit
legitimate. Legitimasi rumah sakit dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan
masyarakat kepada rumah sakit dan sesuatu yang diinginkan atau dicari rumah sakit dari
masyarakat.
Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai sosial masyarakat
menimbulkan “legitimacy gap”. Menurut Ponny Harsanti (2011:h.9), sumber legitimacy
gap adalah dengan adanya perubahan dalam kinerja perusahaan tetapi harapan
masyarakat terhadap kinerja perusahaan tidak berubah. Kinerja perusahaan tidak
berubah tetapi harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan telah berubah. Kinerja
perusahaan dan harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan berubah ke arah yang
berbeda, atau ke arah yang sama tetapi waktunya berbeda.
Cara mengurangi legitimasi gap adalah dengan mengidentifikasi aktivitas yang
berada dalam kendalinya, mengevaluasi nilai sosialnya dan menyesuaikannya dengan
nilai-nilai yang ada di masyarakat, mengidentifikasi publik yang memiliki power
sehingga mampu memberikan legitimacy kepada perusahaan.
II.1.8 Ruang Lingkup dan Skala Akuntansi Lingkungan
24
Akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan besar maupun kecil hampir
di setiap skala industri dalam sektor manufaktur dan jasa. Pada lingkup skala, akuntansi
lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan besar dan kecil dimana penerapan yang
dilakukan harus secara sistematis atau didasarkan pada kebutuhan dasar perusahaan.
Bentuk yang diambil harus mencerminkan tujuan-tujuan dari pengguna perusahaan.
Pada setiap aspek bisnis, dukungan tim manajemen puncak dan fungsional yang
bersebrangan menjadi poin penting dalam mencapai keberhasilan iomplementrasi dari
akuntansi lingkungan, disebabkan :
1.
Akuntansi lingkungan memerlukan suatu cara baru dalam memperhatikan biaya
lingkungan perusahaan, kinerja, dan pengambilan keputusan. Manajemen
puncakpun dapat menyimpulkan nada positif atau negatif dalam organisasi.
2. Perusahaan mungkin ingin memasang tim fungsional unutk menerapkan
akuntansi lingkungan, termasuk di dalamnya desain, ahli kimia, ahli mesin,
menejer produksi, operator, staf keuangan, menejer lingkungan, personel dan
lain-lain.
Itu semua sesuai dengan diterapkannya akuntansi lingkungan dalam perusahaan yang
kemampuannya unutk memperbaiki rancangan serta dapat mengintregasikan informasi
lingkungan
ke
dalam
keputusan
bisnis.
Perusahaan-perusahaan
yang
ingin
mempertimbangkan secara emplisit pengadopsian sistem akuntansi lingkungan sebagai
bagian dari sistem
perusahaan
dalam pencapaiannya terlebih dahulu melakukan
evaluasi pendekatan sistem ini.
25
Download