ilmu pengetahuan dalam perspektif al-qur`an

advertisement
PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI
GUNA MENETAPKAN HARGA JUAL PRODUK
Dyah Pravitasari
STAIN Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung
Email: [email protected]
ABSTRACT
Proper management of a company always plans its activities,
especially in increasing profits for its business. Furthermore, in
estimating production prices, it should take into account the
amount of production costs incurred. The methods used to
calculate the production costs are of two kinds: full costing
method and variable costing method. Full costing method
includes all elements of costing into the costs of production,
which consist of raw material costs, direct labor costs and
factory overhead costs; both are variable and fixed cost
behaviors. Variable costing method is profit planning and
behavior method that does not take into account all elements of
costing; it only calculates the production cost variable.
Kata kunci: Biaya Produksi, Harga Jual Produk, Metode
Pembiayaan Penuh, Metode Pembiayaan Variabel
Pendahuluan
Setiap perusahaan mempunyai tujuan masing–masing, baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek. Pada umumnya tujuan yang hendak dicapai oleh
perusahaan adalah memaksimalkan laba, meminimalkan biaya produksi dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Agar tujuan tersebut dapat
dicapai diperlukan adanya suatu perencanaan yang matang serta perhitungan biaya
produksi yang tepat. Perencanaan merupakan faktor yang penting dalam perusahaan,
yang pada hakekatnya merupakan suatu bentuk aktifitas-aktifitas yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat memberikan pendekatan
yang terarah dalam memecahkan masalah. Manajemen yang tepat diperlukan untuk
merencanakan masa depan perusahaan agar tujuan perusahaan tercapai. Misalnya
adalah seorang manajer perusahaan ingin memutuskan apakah ia akan menerima
atau menolak pesanan, manajemen memerlukan informasi mengenai biaya produksi
produk yang dipesan untuk menetapkan tindakan–tindakan yang harus diambil
dalam mendorong efisiensi produksi.
230
AHKAM, Volume 1, Nomor 2, Nopember 2013: 229-242
Biaya produksi atau disebut juga dengan biaya pabrikasi merupakan
pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat diperkirakan
dalam menghasilkan suatu barang. Besarnya biaya produksi itu merupakan besarnya
pembebanan yang diperhitungkan atas pemakaian faktor–faktor produksi yang
berupa bahan baku, tenaga kerja serta mesin dan peralatan, untuk menghasilkan
suatu produk tertentu. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang
digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang
pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Komponen biaya produksi
tersebut terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik. Biaya bahan baku disebut pula dengan istilah biaya utama (prime
cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula
disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost). Biaya untuk mengkonversi
(mengubah) merupakan bahan baku menjadi produk jadi. Besarnya biaya produksi
akan mempengaruhi penetapan harga jual, dengan mempertimbangkan tingkat
margin keuntungan tertentu.
Analisis semua biaya pabrikasi dan non pabrikasi harus diklasifikasikan
menjadi biaya tetap atau biaya variabel. Biaya semivariabel harus dibagi ke dalam
komponen tetap atau variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya
tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur
produksi. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan produksi. Biaya semivariabel, jenis biaya ini jumlahnya
berubah-ubah tetapi perubahannya tidak sebanding dengan satuan kegiatan. Metode
penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya
ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan: full costing dan variabel
costing.
Full costing digunakan untuk menentuan metode harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Penentuan harga pokok
produksi tersebut tidak selalu dapat menghasilkan informasi akuntansi yang relevan
dengan kebutuhan manajemen. perencanaan laba dan perilakunya itu akan timbul
metode lain yang tidak memperhitungkan semua biaya produksi, hanya
memperhitungkan biaya produksi variabel saja. Metode ini dikenal dengan istilah
variable costing.
Berkaitan dengan kebijakan produksi dan penjualan produk yang diterapkan
perusahaan, salah satu bidang akuntansi yang menyediakan informasi biaya adalah
akuntansi biaya. Akuntansi biaya sebagai salah satu alat bantu yang digunakan
manajer dalam penentuan harga pokok produksi, penetapan harga jual, perencanaan
laba, pengambilan keputusan, pengendalian biaya produksi dan penilaian prestasi.
Cara pengendalian biaya produksi dalam perusahaan tergantung pada besar
kecilnya ukuran perusahaan tersebut. Pada perusahaan kecil, perencanaan dan
pengendalian kegiatan perusahaan hanya dipegang oleh pimpinan, sedangkan pada
perusahaan berkembang perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan tidak
tergantung pada satu pimpinan melainkan pihak-pihak lain yang terikat. Pengukuran
efisiensi dapat dikembangkan dengan biaya aktual dengan biaya standar yang telah
ditetapkan yaitu gambaran tentang tingkat pembiayaan yang telah ditetapkan secara
tertentu dapat memperkirakan berapa besar biaya yang diperlukan sejumlah produk
tertentu.
Dyah Pravitasari, Perhitungan Biaya Produksi... 231
Harga pokok produk sangat dipengaruhi oleh biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk menyelesaikan produk tersebut. Jika pekerjaan dilaksanakan atas
dasar spesifikasi dari pelanggan, maka perhitungan biaya produksi dapat digunakan
untuk menghitung laba atau rugi dari tiap produk, karena biaya dapat diketahui
sepanjang proses produksi, maka biaya-biaya ini dapat dibandingkan dengan
perhitungan produk yang akan dibuat.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembahasan ini adalah memberikan pemahaman yang benar tentang
jenis dan klasifikasi biaya, dan memberikan gambaran tentang perhitungan biaya
produksi dalam menentukan harga jual produk.
Sedangkan manfaat dari pembahasan ini adalah untuk: (a) mengaplikasikan
teori-teori mengenai analisis biaya produksi dengan metode full costing dan variabel
costing serta aplikasi teori-teori tersebut pada perusahaan. (b) Membantu
manajemen perusahaan untuk mengambil kebijakan yang tepat atas analisis biaya
produksi yang dilakukan dalam menentukan harga jual suatu produk yang dihasilkan
demi tercapainya tujuan jangka pendek perusahaan. (c) Menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan, khususnya mengenai analisis biaya produksi dalam penentuan
harga jual produk.
Pembahasan
Pengertian Biaya
Informasi biaya berguna bagi perusahaan untuk mengukur apakah kegiatan
usahanya menghasilkan laba atau tidak, juga dapat dipakai sebagai dasar untuk
merencanakan alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan
keluaran. Informasi biaya memungkinkan perusahaan melakukan pengelolaan
alokasi berbagai sumber ekonomi untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.1 Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh
barang atau jasa”.2 Biaya adalah suatu pengorbanan ekonomi yang diukur dalam
satuan uang, dimana suatu pengeluaran yang sudah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi yang digunakan untuk kegiatan proses produksi guna menambah atau
menetapkan kegunaan suatu barang yang dihasilkan. Biaya digolongkan menurut:
objek pengeluaran, fungsi pokok perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai, perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan,
dan jangka waktu manfaatnya”.3
Biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan
biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan
tersebut. Biaya dapat digolongkan menurut obyek pengeluaran, fungsi pokok
perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, dan jangka waktu
manfaatnya.
1
Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi 5, (Yogyakarta: Aditya, 2010), h. 8.
Supriyono. RA., Akuntansi Biaya (Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok), (Yogyakarta: BPFE, 2011), h. 185.
3
Ibid., h. 14.
2
232
AHKAM, Volume 1, Nomor 2, Nopember 2013: 229-242
Pertama, obyek pengeluaran. Obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran
dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya
gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya
zat warna.
Kedua, fungsi pokok perusahaan. Perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi
pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.
Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok: (a) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah
biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku; biaya bahan penolong;
biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun
yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. (b) Biaya Pemasaran
merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan produk.
Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi; biaya angkutan dari gudang
perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan
kegiatan pemasaran. (c) Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah
biaya gaji karyawan bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan
Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy.
Ketiga, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungannya
dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:
(a) Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi, yang disebabkan karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Dengan demikian biaya langsung akan mudah
diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. (b) Biaya tidak langsung (indirect
cost) adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Perilaku
biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
digolongkan menjadi: (a) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. (b) Biaya semivariabel adalah biaya
yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. (c) Biaya
semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. (d) Biaya tetap
adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.
Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
Keempat, jangka waktu manfaatnya. Atas dasar jangka waktu manfaatnya,
biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu: (a) Pengeluaran modal (capital expenditure)
adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. (b)
Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang hanya mempunyai
manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Biaya penggolongannya berdasarkan pada: produk; volume produksi;
departemen, proses, pusat biaya (cost center) atau subsidi lain, dan manufaktur; p.
Periode akuntansi; dan suatu keputusan, tindakan.4
4
Usry, Carter, Akuntansi Biaya, Edisi 13, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 40.
Dyah Pravitasari, Perhitungan Biaya Produksi... 233
Harga Pokok Produksi
Pengertian Harga Pokok Produksi
Sebelum membicarakan pengertian harga pokok produksi, perlu dibedakan
pengertian antara biaya produksi dengan harga pokok produksi, karena keduanya
tidak sama. Biaya produksi adalah biaya biaya yang terjadi dalam hubungannya
dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Elemen-elemen biaya
adalah sebagai berikut:5
Pertama, biaya bahan baku. Segala bagian dari sebuah produk yang siap dan
dapat diidentifikasi merupakan bahan baku langsung. Secara teoritis, biaya bahan
baku langsung harus memasukan seluruh biaya bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi sebuah produk atau kinerja sebuah jasa. Bagaimanapun, beberapa
biaya bahan baku tidak secara jelas atau secara ekonomis dapat dilacak. Biaya
seperti itu, diperlakukan dan diklasifikasikan sebagai biaya tidak langsung. Akan
tetapi, biaya dari bahan perekat dan skrup tidak dengan mudah dapat dilacak
maupun nilai moneter yang signifikan untuk biaya produksi tundra. Oleh karena itu,
biaya ini dapat diklasifikasikan dan dibukukan sebagai bahan baku tidak langsung
dan dimasukan sebagai bagian dari biaya overhead.
Kedua, biaya tenaga kerja. Tenaga kerja langsung berkenaan dengan usaha
setiap individu yang melakukan produksi sebuah produk atau mengerjakan sebuah
jasa. Tenaga kerja langsung dapat juga dianggap sebagai pekerjaan yang secara
langsung menambah nilai produk akhir atau jasa. Biaya tenaga kerja langsung terdiri
dari dari upah atau gaji yang dibayarkan untuk pegawai tenaga kerja langsung. Upah
dan gaji tersebut harus dengan jelas dapat dilacak ke produk atau jasanya. Biaya
tenaga kerja langsung harus memasukkan dasar kompensasi, bonus atas efisiensi
produksi, dan saham pemberi kerja atas jaminan sosial dan pajak-pajak program
kesehatan. Sebagai tambahan, jika sebuah operasi perusahaan secara relatif stabil,
biaya tenaga kerja langsung harus memasukkan semua biaya asuransi yang telah
dibayar oleh pemberi kerja, pembayaran hari-hari besar dan liburan, dan uang
pensiun serta keuntungan-keuntungan pensiun lainnya.
Pada umumnya biaya tenaga kerja langsung meliputi: (a) Gaji pokok, yaitu
upah yang harus dibayarkan kepada setiap buruh sesuai dengan kontrak kerja, yang
dapat dibayar secara harian, mingguan atau bulanan. (b) Upah lembur, yaitu upah
tambahan yang diberikan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan melebihi
jam kerja yang ditentukan. (c) Bonus, yaitu upah tambahan diberikan kepada pekerja
yang menunjukkan prestasi melebihi batas yang ditentukan.
Ketiga, biaya overhead pabrik. Overhead merupakan berbagai faktor atau
biaya produksi yang tidak langsung untuk memproduksi sebuah produk atau
menyediakan sebuah jasa. Maka, biaya overhead tidak memasukkan bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung. Dengan tenaga kerja langsung menjadi sebuah
bagian yang semakin lebih kecil dari biaya produk, biaya overhead menjadi sebuah
bagian yang lebih besar, dan biaya tersebut patut menerima perhatian yang lebih
daripada perlakuannya di masa yang lalu. Adapun yang termasuk biaya tidak
langsung ialah: (a) biaya bahan penolong; biaya bahan penolong bersifat sebagai
bahan pembantu untuk proses pembuatan barang jadi, nilainya relatif kecil
5
Raiborn, Cecilya A, Akuntansi Biaya, Edisi 7, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat,
2011), h. 50.
234
AHKAM, Volume 1, Nomor 2, Nopember 2013: 229-242
dibanding biaya produksi. (b) Biaya tenaga kerja tidak langsung; biaya tenaga kerja
tidak langsung adalah biaya yang menangani produksi secara tidak langsung dan
tidak dapat diidentifikasikan dengan produk selesai. Biaya ini tidak dikeluarkan
secara langsung dalam produksi barang atau jasa tertentu. (c) Biaya reparasi dan
pemeliharaan; biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam
rangka untuk menjaga bangunan pabrik dan mesin-mesin agar selalu siap digunakan
dalam proses produksi. Contoh biaya ini adalah suku cadang, pelumas dan
perlengkapan pabrik lainnya untuk menjaga pabrik dan peralatannya agar dalam
kondisi siap pakai. (d) Biaya yang timbul atas penilaian aktiva tetap; biaya ini sering
disebut juga penyusutan. Contoh biaya ini adalah penyusutan mesin dan penyusutan
kendaraan. (e) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu; biaya yang
timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya yang diperhitungkan pada akhir
periode. Contoh biaya ini adalah biaya asuransi bangunan pabrik, biaya asuransi
mesin dan biaya lain-lain. (f) Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai lainnya.
Biaya overhead pabrik yang masuk dalam biaya ini ialah biaya listrik, biaya
air dan biaya telepon. Secara umum biaya overhead dibedakan atas: (a) Biaya
overhead tetap yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya tetap walaupun volume
produksinya bervariasi. (b) Biaya overhead variabel yaitu biaya overhead pabrik
yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume
produksi.
Dari beberapa jenis dan sifat biaya overhead di atas akan menambah kesulitan
dalam pengalokasian pembebanan biaya overhead yang sebenarnya adalah pada
proses produksi. Harga pokok produksi yang tepat perlu ditetapkan suatu sistem
pembebanan biaya overhead yang ditetapkan dimuka, sehingga kesulitan diatas bisa
diatasi. Biaya overhead yang diterapkan dimuka dibebankan kepada proses produksi
secara tepat dengan dihitung secara taksiran yang disebut dengan applied overhead.
Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari
bahan baku langsung, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan
produk dalam proses awal dan dikurangi persediaan produk dalam proses akhir 6.
Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi
merupakan biaya produksi setelah memperhitungkan barang dalam proses atau
barang setengah jadi. Jenis dari pokok meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga
langsung dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau
jasa. Penetapan jumlah harga pokok produksi diawali dengan jumlah harga pokok
produksi barang dalam proses pada awal periode. Jumlah ini kemudian ditambah
dengan biaya bahan baku yang dimasukkan dalam produksi; biaya upah yang
diperlukan untuk memproses bahan baku dan seluruh biaya lainnya utnuk jasa jasa
dan fasilitas yang digunakan dalam produksi, termasuk supervise pabrik, upah tak
langsung, pemakaian bahan pembantu pabrik, amortisasi paten, penerangan,
pemanasan, pembangkit pabrik. Biaya biaya ini merupakan produk cost yang akan
tetap melekat pada nilai persediaan sampai produk tersebut dijual. Pada saat dijual,
nilai persediaan barang jadi akan ditransfer menjadi harga pokok penjualan.
6
Nurlela, Bustami Bastian, Akuntansi Biaya, Edisi pertama, (Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu, 2006), h. 60.
Dyah Pravitasari, Perhitungan Biaya Produksi... 235
Metode Penilaian Harga Pokok Produksi
Metode penilaian harga pokok produksi memperhitungkan unsur-unsur biaya
kebutuhan dalam harga pokok produksi.7 Unsur-unsur biaya dalam harga pokok
produksi terdapat dua pendekatan, yaitu: metode pembiayaan penuh, dan metode
pembiayaan variabel.
Pertama, metode pembiayaan penuh (full costing). Metode pembiayaan penuh
(full costing) atau sering pula disebut absorption costing atau conventional costing
adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya
produksi baik yang berperilaku tetap maupun periodik kepada produk.
Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari: biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, overhead pabrik-biaya tetap, dan overhead pabrik biaya
variable. Jadi harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur
biaya produksi berikut:
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx
Biaya overhead pabrik tetap
xxx
Harga pokok produksi
xxx
Metode full costing overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun
variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar periode yang telah
ditentukan pada kapasitas normal atas dasar overhead pabrik sesungguhnya.
Overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam
proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai
biaya (periode harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjadi.
Overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar periode yang
ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode overhead
pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut akan terjadi
pembebanan biaya overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan
biaya overhead pabrik kurang (underaplied factory overhead). Jika semua produk
yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan overhead
lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga
pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan
produk dalam proses maupun produk jadi). Jika pada suatu periode akuntansi tidak
terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap
tidak mempunyai pengaruh terhadap penghitungan laba-rugi sebelum produk dijual.
Metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap sebagai
biaya sampai saat produk yang dijual bersangkutan dijual 8. Jadi overhead pabrik
yang terjadi baik yang berperilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap
sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut dijual.
Kedua, metode pembiayaan variabel (variable costing). Metode pembiayaan
variabel (variable costing) atau periodic costing atau sering pula disebut direct
costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang hanya membebankan
biaya-biaya produksi periodik saja ke dalam harga pokok produk. Penentuan harga
pokok variabel (variable costing) adalah suatu konsep penentuan harga pokok yang
7
8
Mulyadi, Akuntansi Biaya, h. 18.
Supriyono. RA., Akuntansi Biaya..., h. 14.
236
AHKAM, Volume 1, Nomor 2, Nopember 2013: 229-242
hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produk,
biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periode atau biaya waktu (period cost)
yang langsung dibebankan kepada rugi-laba periode terjadinya dan tidak
diberlakukan sebagai biaya produksi.9 Harga pokok produk menurut metode
variable costing terdiri: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead pabrik
variabel. Jadi harga pokok produksi menurut metode variabel costing terdiri dari
unsur biaya produksi sebagai berikut:
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variable
xxx
Harga pokok produksi
xxx
Dalam metode variable costing overhead pabrik tetap diberlakukan sebagai
periode harga pokok produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai
biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian overhead pabrik tetap dalam
metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku
dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Jika metode
full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap maka metode variable
costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik
tetap tersebut.
Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya
bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya
biaya yang sama dalam periode yang akan datang. Apabila diperhatikan, maka
metode pembiayaan variabel ini mempunyai keuntungan bagi manajemen untuk
membuat keputusan dan juga untuk pengendalian biaya. Misalnya, menentukan
penerimaan pesanan khusus. Tetapi diluar kebutuhan manajemen tersebut, konsep
ini masih diragukan, terutama dalam penilaian asset dan penentuan laba periodik.
Harga Jual
Pengertian Harga Jual
Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan
selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan
boleh memperoleh laba yang maksimal. Harga jual didefinisikan sebagai jumlah
moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas
barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Pada prinsipnya harga jual harus dapat
menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan
biaya produksi ditambah mark-up.10
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa
ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk
mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan
untuk menarik minat kosumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat
untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan
9
Ibid., h. 282.
Mulyadi, Akuntansi Biaya, h. 78.
10
Dyah Pravitasari, Perhitungan Biaya Produksi... 237
kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada
konsumen.
Sasaran Penetapan Harga Jual
Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui komponenkomponen penetapan harga. Beberapa perusahaan meningkatkan keuntungan
dengan menetapkan harga rendah untuk menarik bisnis baru. Terdapat 4 (empat)
kategori dasar atau sasaran penetapan harga, yaitu: 1) Profitabilitas, 2) volume, 3)
tingkat kompetisi, dan 4) pretise.
Pertama, sasaran profitabilitas. Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah
sasaran profitabilitas dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar mengerti
bahwa laba diperoleh dari selisih pendapatan dan beban. Pendapatan merupakan
harga jual dikalikan dengan jumlah yang terjual. Berbagai teori ekonomi mendasari
prinsip maksimalisasi keuntungan (profit maximization). Akan tetapi pada
kenyataannya prinsip ini masih sulit diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih
pada sasaran profitabilitas yang lebih sederhana, yaitu Targer Return Goal, dimana
perusahaan menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai
pengembalian finansial atas penjualan ataupun investasi.
Kedua, sasaran volume. Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga
disebut maksimalisasi penjualan (sales maximization), para manajer menetapkan
tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan kemudian menetapkan harga
yang akan menghasilkan volume penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun
di bawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu
prioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan
daripada laba jangka pendek.
Ketiga, tingkat kompetisi. Sasaran penetapan harga ini hanyalah untuk
menyamakan harga dengan pesaing. Jadi perusahaan berusaha untuk menghindari
perang harga dengan tidak menekankan elemen harga dari bauran pemasaran dan
memfokuskan usaha persaingannya pada variabel selain harga seperti menambah
nilai, meningkatkan kualitas, mendidik konsumen, dan menciptakan hubungan.
Keempat, sasaran prestise. Pengaruh harga prestise membuat sebuah harga
menjadi relatif tinggi untuk mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas
dan eksklusivitas. Para pemasar menetapkan sasaran tersebut karena mereka
mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan citra suatu perusahaan dan
produk-produknya.
Strategi Penentuan Harga Jual
Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan
perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual
produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai persediaan,
dan harga persaingan.
Pertama, penentuan harga berdasarkan biaya produksi. Pada strategi ini,
perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan estimasi biaya per unit
untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode
ini digunakan, perusahaan harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi
sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya
tersebut. Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis, harga harus
238
AHKAM, Volume 1, Nomor 2, Nopember 2013: 229-242
cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga
biaya produksi mengalami penurunan.
Kedua, penentuan harga berdasarkan suplai persediaan. Pada umumnya
perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi persediaan.
Ketiga, penentuan harga berdasarkan harga pesaing. Penentuan harga
berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yang terdiri dari: (a) penentuan harga
penetrasi, perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar
dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada
seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan juga perusahaan
tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastis terhadap harga
karena kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing untuk
mengambil keuntungan dari harga yang lebih rendah. (b) Penentuan harga defensive,
perusahaan menurunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya.
Selain itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang pesaing
baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya preditori. (c) Penentuan
harga prestise, harga prestise ditentukan dengan tujuan untuk memberikan kesan lini
terbaik bagi produk perusahaan. Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran
produk akan menggunakan strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan
penentuan harga prestise untuk produk lainnya.
Alternatif Strategi Penerapan Harga
Banyak strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk
menentukan harga barang dan jasa, yang berasal dari strategi pemasaran yang
mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi. Strategi
penetapan harga terdiri dari: (1) Penetapan harga yang kompetitif. (2) Menentukan
harga terobosan. (3) Menetapkan harga berdasarkan permintaan. (4) Kepemimpinan
harga (5) Menjual barang berkualitas dengan harga yang rendah. (6) Kebijakan
harga tinggi jangka pendek.
Pertama, penetapan harga yang kompetitif. Hal ini berlaku pada pasar dimana
terdapat produsen atau penjual. Dalam pasar seperti ini untuk enjual barangnya,
perusahaan harus menetapkan harga pada tingkat yang bersamaan dengan barang
yang sejenis yang dipasarkan.
Kedua, menentukan harga terobosan. Cara ini sering dipakai ketika
meluncurkan barang baru, yang menetapkan harga pada tingkat yang rendah atau
murah dengan harapan dapat memaksimalkan volume penjualan.
Ketiga, menetapkan harga berdasarkan permintaan. Penentuan harga barang
ini terutama dipraktekkan oleh perusahaan jasa seperti pengangkutan Kereta Api,
Jasa Penerbangan, Restoran dan Bioskop. Perusahaan Kereta Api misalnya,
menawarkan tiket murah untuk orang yang selalu bepergian bagi pelajar dan orang
tuayang sudah pensiun.
Keempat, kepemimpinan harga. Penentuan harga seperti ini berlaku dalam
pasar barang yang bersifat ologopoli yang merupakan struktur pasar, dimana
terdapat perusahaan yang dominan yang mempunyai persaingan yang lebih kukuh
daripada perusahaan lainnya.
Kelima, menjual barang berkualitas dengan harga yang rendah. Kebijakan ini
dapat dilakukan oleh perusahaan industri manufaktur atau Hypermarket seperti
Makro dan Carrefour. Strategi penentuan harga mereka lebih menekankan kepada
Dyah Pravitasari, Perhitungan Biaya Produksi... 239
peningkatan volume barang yang terjual dan bukan memperoleh keuntungan yang
tinggi.
Keenam, kebijakan harga tinggi jangka panjang. Kebijakan harga (Price
Skimming) adalah cara untuk menetapkan harga tinggi yang bersifat sementara, yaitu
pada waktu barang yang dihasilkan mulai dipasarkan. Pada periode itu, perusahaan
belum menghadapi persaingan dan akan menetapkan harga yang tinggi supaya
pengembalian modal dapat dipercepat.
Secara umum perusahaan dapat memilih dari tiga alternatif strategi penetapan
harga: skimming, penetrasi, dan penetapan harga kompetitif. Strategi penetapan
harga skimming, strategi ini sengaja menetapkan harga relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan harga-harga produk pesaing. Strategi penetapan harga
penetrasi, menetapkan suatu harga rendah sebagai senjata utama pemasaran.
Penetapan harga penetrasi mengansumsikan bahwa menetapkan harga di bawah
harga pasar akan menarik para pembeli dan menggeser sebuah merek pendatang.
Sedangkan strategi penetapan harga kompetitif, organisasi-organisasi mencoba
mengurangi tekanan persaingan harga dengan menyamakan harga dengan
perusahaan lain dan mengkonsentrasikan usaha pemasaran mereka pada elemen
produk, distribusi, dan unsur-unsur promosi.
Metode Penetapan Harga
Beberapa metode penetapan harga (methods of price determination) yang
dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan, yaitu: metode taksiran (judgemental
method), metode berbasis pasar (market based pricing), dan metode berbasis biaya
(cost-based pricing).
Pertama, metode taksiran (judgemental method). Perusahaan yang baru saja
berdiri biasanya menggunakan metode ini. Penetapan harga dilakukan dengan
menggunakan instink saja walaupun market survey telah dilakukan. Biasanya
metode ini digunakan oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data statistik.
Penggunaan metode ini sangat murah karena perusahaan tidak memerlukan
konsultan untuk surveyor. Akan tetapi tingkat kekuatan prediksi sangat rendah
karena ditetapkan oleh instink.
Kedua, metode berbasis pasar (market based pricing), meliputi: (a) harga
pasar saat Ini (current market price). Metode ini dipakai apabila perusahaan
mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama.
Perusahaan akan menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk yang
lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang
didapat pada tahun pertama relatif kecil karena konsumen belum mengetahui profil
produk baru perusahaan tersebut, seperti kualitas, rasa, dan sebagainya. (b) Harga
pesaing (competitor price). Metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat
ini. Perbedaannya menetapkan harga produknya dengan mereplikasi langsung harga
produk perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan. Dengan
metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa pasar karena dianggap
pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi
produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa dan sebagainya. (c) Harga pasar
yang disesuaikan (adjusted current market price): penyesuaian dapat dilakukan
berdasarkan pada faktor eksternal dan internal; dan faktor eksternal tersebut dapat
berupa antisipasi terhadap inflasi, nilai tukar mata uang, suku bunga perbankan,
tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return), tingkat pertumbuhan
240
AHKAM, Volume 1, Nomor 2, Nopember 2013: 229-242
ekonomi nasional atau internasional, perubahan dalam trend consumer spendling,
suklus dalam trendi dan model, perubahan cuaca dan sebagainya. Faktor internalnya
yaitu kemungkinan kenaikan gaji dan upah, peningkatan efisiensi produk atau
operasi, peluncuran produk baru, penarikan produk lama dari pasar, dan sebagainya.
Dengan metode ini, perusahaan mengindentifikasi harga pasar yang berlaku
pada saat penyiapan anggaran dengan melakukan survey atau memperoleh data
sekunder. Harga yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price
adjustment) setelah mempertimbangkan factor internal dan eksternal yang
ditetapkan dalam angka indeks (persentase). Indeks 87 berarti 87/100.
Ketiga, metode berbasis biaya (cost-based pricing), yaitu: (a) biaya penuh
plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up). Dalam metode ini budgeter harus
mengetahui berapa proyeksi full cost untuk produk tertentu. Full cost adalah seluruh
biaya yang dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai diproses
sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full cost dengan
tingkat keuntungan yang diharapkan (required profit margin) yang ditentukan oleh
direktur pemasaran atau personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan
harga, akan membentuk proyeksi harga untuk produk itu pada tahun anggaran
mendatang. Required Profit Margin dapat juga ditetapkan dalam persentase. Untuk
menetapkan profit, budgeter harus mengalikan full cost dengan persentase required
profit margin. Penjumlahan antara profit dengan full cost akan menghasilkan
proyeksi harga. (b) Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cost plus markup).Dengan metode ini budgeter menggunakan basis variable cost. Proyeksi harga
diperoleh gengan menambahkan mark-up yang diinginkan. Mark-up yang
diinginkan pada metode ini lebih tinggi dari mark-up dengan basis full cost. Hal ini
disebabkan biaya variabel selalu lebih rendah daripada full cost.
Penutup
Berdasarkan pembahasan yang sebelumnya telah disajikan maka dapat
diambil beberapa kesimpulan terkait dengan menetapkan harga jual produk melalui
perhitungan biaya produksi. Langkah-langkah analisis data untuk penentuan harga
pokok produksi yaitu meliputi: pertama, menghitung harga pokok produksi dengan
metode full costing yang terdiri dari:
Biaya-biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx
Biaya overhead pabrik tetap
xxx
Harga pokok produksi
xxx
Kedua, menghitung harga pokok produksi dengan metode Variabel
costing yang terdiri dari:
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx
Harga pokok produksi
xxx
Ketiga, memisahkan biaya berdasarkan perilaku biaya. Langkah pertama
untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan cara memisahkan biaya semi
variabel kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Memisahkan biaya semi variabel
tersebut menggunakan analisis regresi linier yaitu dengan metode kuadrat terkecil
Dyah Pravitasari, Perhitungan Biaya Produksi... 241
(Least-Square method). Rumus yang dipergunakan a dan b tersebut adalah sebagai
berikut:
Y = a + bx
Dimana:
Y = Jumlah biaya semi variabel
a = Elemen total biaya tetap
b = Elemen biaya variabel satuan
x = Tingkat kegiatan
n = Jangka waktu periode
Keempat, mengalokasikan biaya semi variabel. Setelah biaya semi variabel
dipisahkan dan diketahui jumlah biaya masing-masing yaitu besarnya biaya tetap
dan variabel dengan metode kuadrat terkecil (Least-square method), maka langkah
selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada adalah dengan
mengalokasikan biaya semi variabel tersebut kedalam biaya tetap dan biaya
variabel. Setelah itu baru bisa dimasukkan kedalam perhitungan harga pokok
produksi baik dengan metode full costing maupun variabel costing karena biaya
yang berperilaku semi variabel sudah dipisahkan.
Kelima, menghitung harga pokok produksi dengan metode variabel costing.
Keenam, menghitung laporan laba rugi dengan menggunakan metode full
costing dan variabel costing. Pada laporan laba rugi dengan menggunakan metode
full costing menitikberatkan pada penyajian elemen-elemen biaya sesuai
hubungannya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan, yaitu fungsi
produksi, pemasaran, dan fungsi administrasi umum. Penyajian biaya sesuai dengan
perilakunya dalam hubungannya dengan volume kegiatan. Metode ini biaya tetap
disajikan dalam satu kelompok tersendiri yang harus ditutup dari kontribusi margin
yang diperoleh perusahaan.
242
AHKAM, Volume 1, Nomor 2, Nopember 2013: 229-242
DAFTAR PUSTAKA
Edison dan Hendri, “Pengaruh Penerapan Metode Akumulasi Harga Pokok Produksi
Dalam Menetukan Harga Jual (Studi Kasus Pada Divisi Garment PT.
Mitrasejati Muliaindustri)”, Jurnal Ilmiah Ranggagading. Vol 11 No 1 April
2011: 22-27, Bogor.
Halim, Abdul, Dasar-dasar Akuntans Biaya, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE, 1999.
Lambajang, Amelia A.A., “Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan
Variabel Costing PT. Tropica Cocoprima”, Jurnal Emba, ISSN 2303-1174
Vol.1 No.3 Juni 2013, 673-683.
Lasena. Sitty Rahmi. 2013. Analisis Penentuah Harga Pokok Produksi Pada PT.
Dimembe Nyiur Agripuro. Jurnal EMBA 585 Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal.
585-592. ISSN 2303-1174.
Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi 5, Yogyakarta: Aditya, 2010.
Raiborn, Cecilya A., Akuntansi Biaya, Edisi 7, Jakarta: Penerbit Salemba Empat,
2011.
Supriyono. RA., Akuntansi Biaya (Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok), Yogyakarta: BPFE, 2011.
Sutrisno, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: Ekonisia, 2001
Usry, Carter, Akuntansi Biaya, Edisi 13, Jakarta: Salemba Empat 2002.
IAI, Pedoman Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, 2012.
Download