5.7. Evaluasi atas Proyek Penganggaran Modal

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kewirausahaan,
Etika Profesi dan
Hukum Bisnis
Capital Budgeting dan Risiko
Fakultas
Program Studi
Ekonomi Dan Bisnis
Magister Akuntansi
Abstract
.
MODUL
05
Kode MK
Disusun Oleh
MK
Dr. Syamsu Alam, SE., M.Si., Ak.
Kompetensi
CAPITAL BUDGETING DAN RISIKO
Penganggaran modal (capital budgeting) yang paling efisien merupakan salah
satu kegiatan yang sangat penting dalam melakukan suatu investasi. Tindakan ini
berkaitan dengan kemampuan pendanaan perusahaan tersebut dalam bisnis yang
digelutinya dalam jangka panjang.
5.1. Pentingnya Penganggaran Modal
Dalam mengambil keputusan yang menyangkut capital budgeting, seorang
manajer dihadapkan pada sejumlah faktor yang saling terkait satu sama lain. Salah
satu faktor yang cukup penting ialah jangka waktu capital budgeting yang relatif lama
sehingga pengambilan keputusan akan menjadi kurang fleksibel. Sebagai contoh,
pembelian aktiva dengan umur ekonomis 10 tahun akan memerlukan periode yang
lebih lama sebelum hasil akhir dari tindakan tersebut dapat diketahui. Lebih jauh lagi,
karena penambahan aktiva terkait erat dengan perkiraan penjualan di masa
mendatang, maka keputusan untuk membeli aktiva yang diharapkan akan terpakai
selama 10 tahun memerlukan adanya perkiraan penjualan untuk masa 10 tahun
mendatang.
Capital budgeting yang efektif akan membantu untuk menetapkan saat yang
tepat untuk memperoleh aktiva dan meningkatkan mutu aktiva yang dibeli. Perusahaan
yang telah memperkirakan kebutuhan aktiva tetapnya jauh-jauh hari akan mempunyai
cukup waktu luang untuk membeli dan memasang peralatannya sebelum penjualan
mencapai kapasitas penuh.
Pada akhirnya, capital budgeting juga penting karena penambahan aktiva tetap
lazimnya
memerlukan
pengeluaran
yang
besar,
dan
sebelum
perusahaan
membelanjakan uang dalam jumlah besar, diperlukan penyusunan rencana yang
matang dan tepat.
5.2. Klasifikasi Proyek
Untuk jenis proyek tertentu harus dilakukan analisis yang cukup terinci,
sementara bagi proyek lainnya prosedur yang lebih sederhana harus dilakukan
mengingat pertimbangan biaya dan manfaat. Oleh sebab itu, perusahaan pada
umumnya mengelompokkan dan menganalisis proyek-proyek yang ada ke dalam
kategori-kategori berikut:
‘13
2
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Penggantian: kelanggengan usaha.
Kategori ini meliputi pengeluaran yang diperlukan untuk menggantikan peralatan
yang aus atau rusak yang digunakan untuk menghasilkan produk yang
menguntungkan.
Proyek
ini
diperlukan
agar
kelanggengan
usaha
dapat
dipertimbangkan.
 Penggantian: penurunan biaya.
Dalam kategori ini dicakup pengeluaran untuk menggantikan peralatan yang masih
bisa diperbaiki tetapi peralatan tersebut dinilai sudah usang. Tujuannya adalah
untuk menurunkan biaya pekerja, bahan, dan biaya lainnya seperti listrik. Keputusan
ini lebih membutuhkan kehati-hatian sehingga perlu didukung dengan analisis yang
lebih rinci.
 Ekspansi atas produk atau pasar yang ada saat ini.
Kategori ini mencakup pengeluaran untuk meningkatkan jumlah produk yang ada,
atau untuk menambah kios penjualan serta fasilitas distribusi pada pasar yang
sudah ditekuni saat ini. Keputusan ini lebih kompleks karena permintaan atas
produk bersangkutan di masa mendatang harus benar-benar dipertimbangkan.
Dalam hal ini kemungkinan terjadi kesalahan lebih besar sehingga diperlukan
analisis terinci, dan keputusan akhir dilakukan pada tingkat manajemen yang lebih
tinggi.
 Ekspansi ke produk atau pasar yang baru.
Dalam kategori ini, pengeluaran dimaksudkan untuk memproduksi produk baru atau
untuk memperluas pasar ke wilayah yang belum terjamah oleh perusahaan. Proyek
ini bersangkut paut dengan keputusan strategis yang dapat mengakibatkan
perubahan berdasarkan pada sifat usaha perusahaan, dan pada umumnya
pengeluaran tersebut berjumlah besar serta berjangka panjang. Proyek ini
memerlukan analisis yang sangat rinci, dan keputusan akhir atas produk atau pasar
yang baru biasanya diambil oleh dewan direksi sebagai bagian dari rencana
strategis.
 Proyek pengamanan dan/atau lingkungan.
Pengeluaran yang diperlukan untuk mengikuti peraturan pemerintah, ketentuan
serikat pekerja atau persyaratan dalam polis asuransi termasuk dalam kategori ini.
‘13
3
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengeluaran ini sering disebut sebagai “investasi wajib” (mandatory investments),
atau proyek yang tidak menghasilkan pendapatan. Cara penganggarannya
tergantung pada jumlahnya, dimana pengeluaran kecil kurang lebih akan
diperlakukan sebagai kategori 1 diatas.
 Lainnya.
Dalam kategori ini termasuk bangunan kantor, lapangan parkir bagi para eksekutif,
dan sebagainya. Cara penanganannya juga tergantung pada jumlahnya.
5.3. Langkah-langkah dalam Penganggaran Modal
Dalam melakukan proses penganggaran modal (Capital Budgeting) terdapat
enam langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut :
1. Biaya proyek harus ditentukan. Hal ini mirip dengan penentuan harga yang harus
dibayar untuk saham atau obligasi.
2. Manajemen mengestimasi arus kas yang diharapkan dari proyek tersebut, termasuk
nilai jual aktiva setelah masa penggunaannya berakhir. Hal ini sama dengan
mengestimasi dividen atau bunga yang akan diterima saham atau obligasi.
3. Tingkat risiko dari proyeksi arus kas harus diestimasi. Untuk hal ini manajemen
memerlukan informasi mengenai distribusi probabilitas dari arus kas.
4. Selanjutnya setelah tingkat risiko dari proyeksi arus kas dan tingkat bunga yang
bebas risiko atau krf ditentukan, manajemen menentukan tingkat diskonto, atau
biaya modal yang tepat untuk proyek bersangkutan. Arus kas dari proyek akan
didiskontokan terhadap biaya modal tersebut. Hal ini sama dengan menentukan
tingkat pengembalian yang dipersyaratkan atas saham.
5. Kemudian, arus kas yang diharapkan dinyatakan dalam nilai sekarang sehingga
estimasi nilai aktiva tersebut bagi perusahaan dapat diketahui. Hal ini sama dengan
mencari nilai sekarang dari dividen yang diharapkan di masa mendatang.
6. Akhirnya, nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dibandingkan dengan jumlah
pengeluaran, atau biaya, dari proyek tersebut; jika nilai sekarang dari arus kas
tersebut melebihi biaya proyek, maka proyek tersebut dapat diterima. Jika tidak,
maka proyek harus ditolak.
5.4. Kriteria Penetapan Peringkat atas Penganggaran Modal
Ada delapan (8) metode utama untuk menetapkan peringkat proyek dan untuk
memutuskan apakah proyek bersangkutan dinilai layak untuk dimasukkan dalam
‘13
4
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
anggaran modal. Metode pemeringkatan (rangking methods) adalah metode yang
digunakan untuk mengevaluasi usulan pengeluaran untuk pengadaan modal. Delapan
metode tersebut adalah:
1. Periode pengembalian atau pelunasan (Payback Period = PBP).
2. Periode pengembalian yang didiskontokan (Discounted Payback Period = DPBP).
3. Tingkat pengembalian akuntansi (Accounting Rate of Return = ARR).
4. Nilai tunai netto (Net Present Value = NPV).
5. Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR).
6. Tingkat pengembalian internal termodifikasi (Modified Internal Rate of Retur =
MIRR).
7. Indeks profitabilitas (Profitability Index = PI).
8. Tingkat Pengembalian Perpetuitas (Perpetuity Rate of Return = PRR)
Metode rangking methods yang dipakai dalam penelitian ini adalah discounted
payback period, NPV, IRR dan PI.
5.4.1. Periode Pengembalian Atau Pelunasan (Payback Period)
Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan arus kas. Atau dengan kata lain, suatu
periode yang menunjukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam suatu proyek
dapat kembali.
Payback period merupakan rasio antara pengeluaran investasi dengan arus kas
masuk, yang hasilnya merupakan satuan waktu. Semakin pendek waktu yang
diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, maka rencana investasi tersebut
semakin menguntungkan. Atau dengan kata lain semakin kecil waktu payback period,
proyek tersebut semakin baik. Rumus yang digunakan untuk menghitung payback
period adalah sebagai berikut:
Initial Investment
Payback Period =
Annual Cash Inflow
5.4.2. Periode Pengembalian Yang Didiskontokan (Discounted Payback Period)
DPBP (Discounted Payback Period) adalah jumlah tahun yang diperlukan agar
jumlah arus kas yang didiskontokan dengan k, biaya modal, sama dengan nilai
sekarang pengeluaran awal. Kita dapat menggunakan data proyek D untuk
mengilustrasikan perhitungannya
‘13
5
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 2.1.
Contoh Perhitungan Pengembalian Yang Didiskontokan
Tahun
Arus Kas
PVIF @ 10%
0
1
2
3
4
5
($1,500)
300
450
750
750
900
1,000
0.909
0.826
0.751
0.683
0.621
Nilai
Sekarang (PV)
($1,500)
273
372
563
512
559
Nilai Sekarang
Kumulatif
($1,500)
(1,227)
(855)
(292)
220
779
Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas maka periode pengembalian yang
didiskontokan adalah :
292
Discounted Payback Period = 3 +
= 3 + 0,57 = 3,57 tahun
512
Atau dapat dikatakan bahwa 3,57 tahun adalah 3 tahun 7 bulan.
Arus masuk kas yang didiskontokan sama dengan pengeluaran investasi awal
dalam tahun keempat sehingga periode DPB adalah antara 3 dan 4 tahun. Metode
pengembalian kas yang didiskontokan memang memperhitungkan nilai waktu dari
uang.
Akan
tetapi,
metode
ini
tetap
mempunyai
kelemahan
yaitu
tidak
mempertimbangkan seluruh arus kas. Dalam contoh kita, arus masuk kas yang
terbesar terjadi setelah periode DPB.
5.4.3. Nilai Tunai Netto (Net Present Value = NPV)
Mengingat adanya kelemahan-kelemahan dalam metode periode pengembalian,
metode-metode baru dikembangkan untuk memperbaiki evaluasi proyek. Upaya
pengembangan ini mengarah pada apa yang disebut teknik arus kas yang
didiskontokan (DCF techniques), dimana nilai waktu dari uang ikut dipertimbangkan.
DCF techniques adalah metode yang digunakan untuk menyusun peringkat dari usulan
investasi dengan menerapkan konsep nilai waktu dari uang; dua diantaranya adalah
metode nilai sekarang dan metode internal rate of return.
Salah satu dari metode DCF adalah metode nilai tunai netto (NPV method)
adalah
metode
untuk
menetapkan
peringkat
dari
usulan
investasi
dengan
menggunakan NPV, yaitu nilai sekarang dari arus kas bersih di masa mendatang
dengan didiskontokan terhadap biaya modal marjinal. Atau dengan kata lain, NPV yaitu
selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaanpenerimaan kas bersih dimasa yang akan datang.
Langkah-langkah penerapan dan kriteria penerimaan dari metode ini adalah
‘13
6
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagai berikut:
1. Hitung nilai sekarang dari setiap arus kas, baik arus kas masuk maupun keluar,
dengan faktor diskonto sebesar biaya modal proyek.
2. Jumlahkan arus kas yang telah didiskontokan tersebut; hasil penjumlahan inilah
yang disebut NPV proyek.
3. Jika NPV positif, proyek dapat disetujui; jika NPV negatif, proyek sebaiknya ditolak;
dan jika proyek-proyek yang dikaji bersifat mutually exclusive, maka proyek yang
menghasilkan NPV terbesar harus dipilih.
5.4.4. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR)
Metode internal rate of return (IRR) adalah metode pemeringkatan usulan
investasi dengan berpatokan pada IRR dari aktiva bersangkutan, dimana IRR dihitung
dengan menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk masa mendatang dengan
nilai sekarang dari biaya investasi.
IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan PV (present value) dari arus kas
masuk proyek dengan PV dari biaya proyek tersebut.
Kriteria Penerimaan Kriteria penerimaan dalam IRR adalah membandingkan IRR
sesungguhnya dengan IRR yang diminta, hal ini dikenal dengan tingkat batas (hurdle
rate). Selanjutnya diasumsikan tingkat pengembalian yang diminta sudah diketahui.
Jika IRR melebihi tingkat pengembalian yang diminta maka proyek akan diterima, jika
tidak proyek akan ditolak.
5.4.5. Indeks Profitabilitas (Profitability Index = PI)
Indeks profitabilitas atau rasio manfaat biaya dari suatu proyek adalah rasio dari
nilai sekarang arus kas bersih dimasa depan terhadap arus keluar kas awal.
5.5. Estimasi Arus Kas
Langkah terpenting, tetapi juga tersulit, dalam analisis proyek adalah
mengestimasi arus kas. Arus kas adalah pengeluaran untuk investasi dan arus kas
masuk bersih setiap tahun setelah proyek beroperasi. Banyak variabel terkait dengan
estimasi arus kas, dan banyak perorangan serta departemen berperan serta dalam
proses tersebut. Misalnya, prakiraan jumlah unit yang terjual dan harga jual pada
umumnya dilakukan oleh kelompok pemasaran berdasarkan pengetahuan mereka atas
elastisitas harga, pengaruh iklan, keadaan perekonomian, reaksi para pesaing dan
kecenderungan selera pelanggan. Begitu juga, dengan taksiran jumlah pengeluaran
‘13
7
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
untuk penganggaran modal yang ditujukan untuk menghasilkan produk baru pada
umumnya diperoleh dari staf rekayasa dan pengembangan produk, sedangkan biayabiaya operasi diestimasi oleh akuntan biaya, staf produksi, staf personalia, staf
pembelian, dan sebagainya.
Peranan staf keuangan dalam proses prakiraan adalah:
 Untuk mengkoordinasi usaha-usaha dari departemen lain, seperti rekayasa dan
pemasaran
 Untuk menjamin agar setiap orang yang terlibat dengan prakiraan tersebut
menggunakan asumsi-asumsi ekonomi yang konsisten
 Untuk memastikan bahwa tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan(bias) dalam
prakiraan.
5.6. Mengidentifikasi Arus Kas yang Relevan
Salah satu elemen penting dalam estimasi arus kas adalah mengidentifikasi arus
kas yang relevan, yaitu arus kas tertentu yang harus dipertimbangkan dalam
mengambil keputusan. Di sini sering kali ditemukan kesalahan, tetapi ada dua kaidah
penting yang dapat membantu untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi pada analisis keuangan, antara lain:
1. Keputusan penganggaran barang modal harus didasarkan pada arus kas, bukan
pada laba akuntansi.
2. Hanya pertambahan arus kas yang relevan untuk memutuskan apakah proyek akan
disetujui atau ditolak telah terjadi, sehingga hal itu tidak dipengaruhi oleh keputusan
yang diambil saat ini.
5.6.1. Arus Kas vs Laba Akuntansi
Dalam analisis penganggaran modal, yang digunakan adalah arus kas tahunan,
bukan laba akuntansi. Arus kas bersih didefinisikan sebagai:
Arus kas bersih
= laba bersih setelah pajak + penyusutan
= “Laba” atas modal + “Pemulihan” Modal
5.6.2. Arus Kas Incremental
Dalam mengevaluasi penganggaran modal, kita hanya perlu memperhatikan arus
kas yang dihasilkan langsung oleh proyek tersebut. Arua kas ini yang disebut arus kas
inkremental (Incremental Cash Flow) adalah perubahan jumlah arus kas total perusahaan sebagai akibat langsung dari pelaksanaan atas penolakan atas suatu proyek.
‘13
8
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Empat masalah khusus dalam penentuan arus kas inkremental dibahas berikut ini:
1. Biaya Tertanam (Sunk Cost)
Biaya terpendam tidak sama dengan biaya inkremental, dan biaya tersebut tidak
dipertimbangkan dalam melakukan analisis. Biaya tertenam adalah pengeluaran
yang telah ditetapkan sebelumnya (committed) atau yang telah terjadi, sehingga hal
ini tidak dipengaruhi oleh keputusan yang diambil saat ini.
2. Biaya oportunitas (opportunity cost).
Biaya oportunitias adalah hasil terbaik dari alternative penggunaan aktiva, yaitu
hasil terbaik yang tidak diperoleh jika dana yang ada diinvestasikan pada proyek
tertentu.
3. Eksternalitas.
Adalah pengaruh suatu proyek terhadap arus kas pada bagian lain perusahaan
tersebut.
4. Biaya pengiriman dan pemasangan.
Apabila perusahaan membeli peralatan, sering kali perusahaan tersebut harus
menanggung biaya pengiriman dan pemasangan dalam jumlah besaratas aktiva
tersebut. Biaya-biaya ini kemudian ditambahkan ke harga faktur dari peralatan
tersebut guna menentukan biaya proyek.
5.7. Evaluasi atas Proyek Penganggaran Modal
Analisis arus kas dapat mempengaruhi keputusan dalam penganggaran modal.
Dalam bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengaruh analisis arus kas dengan
menyimak dua jenis keputusan penganggaran modal, yaitu analisis proyek perluasan
dan analisis proyek penggantian.
5.7.1. Analisis Proyek Perluasan
Analisis proyek perluasan (expansion project analysis) adalah analisis proyek
yang membutuhkan investasi dalam fasilitas baru guna menaikkan penjualan.
5.7.2. Analisis Proyek Pergantian
Analisa proyek pergantian (replacement project analysis) adalah analisis dalam
mengkaji keputusan sehubungan dengan akan diganti tidaknya peralatan yang masih
‘13
9
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
produktif saat ini dengan peralatan baru.
5.8. Penilaian Risiko
Analisa risiko penting untuk semua keputusan keuangan, khususnya yang
berkaitan dengan penganggaran modal. Dalam bagian ini akan dibicarakan prosedur:
1. Mengukur risiko dari proyek penganggaran modal yang potensial.
2. Untuk memadukan informasi tentang risiko tersebut ke dalam keputusan
penganggaran modal.
Ada 3 (tiga) jenis risiko proyek yang terpisah dan berbeda satu sama lain. Ke tiga
jenis resiko tersebut adalah sebagai berikut:
1. Stand alone risk adalah risiko khusus dari suatu proyek atas aktiva tanpa dikaitkan
sama sekali dengan proyek aktiva lain yang mungkin dimiliki perusahaan; risiko ini
diukur dari variabilitas tingkat pengembalian yang diharapkan atas aktiva atau
proyek bersangkutan.
2. Within firm risk yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi
portfolio dari pemegang saham; risiko ini diukur dari variabilitas laba perusahaan
yang diakibatkan oleh suatu proyek tertentu.
3. Market or beta risk yaitu bagian dari risiko proyek yang tidak dapat dieliminasi
melalui diversifikasi; risiko ini diukur dengan koefisien beta proyek.
5.9. Teknik Mengukur Stand Alone Risk
Titik awal untuk menganalisis stand alone risk dari suatu proyek adalah
penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas proyek. Analisis ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, mulai dari pertimbangan informal sampai dengan
analisis ekonomi dan statistik yang rumit, yang melibatkan model-model komputer
yang berskala besar. Keadaan dari distribusi masing-masing arus kas, dan korelasinya
satu sama lain, menentukan distribusi NPV dan, karena itu, juga mempengaruhi stand
alone risk proyek. Teknik untuk memperkirakan stand alone risk proyek terbagi atas 3
tiga jenis analisis:
1. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menganalisis risiko dengan
mengubah-ubah variabel kunci dan mengamati pengaruhnya terhadap NPV dan
tingkat pengembalian (laba).
‘13
10
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Analisis Skenario
Analisis scenario (scenario analysis) adalah teknik untuk menganalisis risiko dengan
membandingkan situasi yang paling memungkinkan atas scenario dasar (semacam
situasi normal) dengan keadaaan yang “baik” dan “buruk”.
 Skenario terburuk (worst case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua
variabel masukan diberikan nilai terburuk berdasarkan perkiraan yang wajar.
 Skenario terbaik (best case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua
variabel masukan diberikan nilai terbaik berdasarkan perkiraan yang wajar.
 Skenario dasar (base case scenario) adalah keadaan dimana untuk semua
variabel diberikan nilai yang paling memungkinkan.
3. Simulasi Monte Carlo
Simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis risiko dimana kejadian yang cukup
memungkinkan akan terjadi di masa mendatang disimulasikan dalam komputer
sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks risiko.
5.10. Analisis Rasio Keuangan
Analisis ini banyak digunakan oleh para decision maker dalam perusahaan untuk
mengukur kinerja perusahaan tersebut
5.10.1. Standar Rasio Keuangan
Untuk mengambil manfaat dari rasio-rasio keuangan diperlukan standar-standar
untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio
perusahaan dengan pola untuk industri atau lini usaha di mana perusahaan secara
dominan beroperasi. Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa beberapa
kekuatan ekonomi dan bisnis yang mendasar memaksa seluruh perusahaan dalam
suatu industri untuk berperilaku serupa. Walaupun juka ini benar, tetap mungkin rasio
keuangan perusahaan kecil berbeda dengan rasio perusahaan besar. Misalnya, suatu
perusahaan besar lebih mungkin terintegrasi vertikal atau bersifat lebih intensif modal
5.10.2. Tinjauan Atas Hubungan Keuangan
Suatu tinjauan atas hubungan analisis keuangan disajikan dalam Tabel 2.4.
Pertama-tama yang dilakukan dibagi dalam tiga (3) kelompok besar: Ukuran
Kinerja(Performance Measures), Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency
Measures), dan Ukuran Kebijakan Keuangan (Financial Policy Measures). Logika
‘13
11
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
urutan ini adalah memulai dengan hasil keseluruhan kemudian menganalisis
determinan-determinannya.
Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok:
 Rasio profitabilitas (profitability ratio) mengukur efektivitas manajemen berdasarkan
hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.
 Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan perekonomian dan
dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi.
 Ukuran penilaian (valuation measures) mengukur kemampuan manajemen untuk
mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas.
Ukuran-ukuran kinerja mencerminkan keputusan-keputusan strategis, operasi,
dan pembiayaan. Strategi meliputi bidang-bidang keputusan penting seperti pemilihan
daerah-daerah pemasaran produk tempat perusahaan menjalankan operasinya,
apakah akan menekan penurunan biaya atau diferensiasi produk, apakah akan
memfokuskan pada area produk terpilih atau mencoba mencakup sekelompok besar
pembeli potensial dan sebagainya. Karakterisasi strategi tidak secara langsung
bertanggung jawab atas ukuran-ukuran keuangan tetapi mempunyai dampak yang
mengesampingkan hasil-hasil kinerja. Disini dua perangkat rasio terlibat:
 Manajemen aktiva dan investasi (asset and investment management) mengukur
efektivitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dan pemanfaatan sumber
dayanya.
 Manajemen biaya (cost management) mengukur bagaimana masing- masing
elemen biaya dikendalikan.
Kelompok ketiga dalam hubungan keuangan merupakan keputusan kebijakan
keuangan. Ini tentu saja harus berhubungan dengan keputusan strategis dan dengan
manajemen investasi serta manajemen biaya. Ukuran kebijakan keuangan terdiri dari
dua jenis utama:
 Rasio leverage (Leverage ratio) mengukur tingkat sejauh mana aktiva perusahaan
telah dibiayai oleh penggunaan hutang.
 Rasio likuiditas (Liquidity ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya yang jatuh tempo.
5.11. Ukuran-ukuran Kinerja (Performance Measures)
Dalam ukuran kuantitatif, peningkatan nilai organisasi meliputi estimasi aliran
arus kas yang akan datang dan mendiskontokannya dengan faktor kapitalisasi yang
‘13
12
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sesuai. Secara tradisioal, analisis aliran arus kas yang akan datang yang diharapkan
ini dimulai dengan analisis profitabilitas, kategori pertama dalam ukuran kinerja.
5.11.1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas terdiri dari dua rasio, yaitu rasio lancar (current ratio) dan rasio
cair (quick ratio).
Rasio Lancar.
Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan persediaan;
sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, hutang bank jangka pendek,
hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak yang harus
dibayar dan biaya-biaya lain yang masih harus dibayar (terutama gaji dan upah). Rasio
lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena rasio tersebut
menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva
yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo
hutang. Perhitungan rasio lancar sebagai berikut:
Aktiva Lancar
Rasio Lancar
=
Kewajiban Lancar
Rasio Cair (quick ratio acid test).
Rasio cair dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan
sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar
yang paling tidak likuid dan unsur aktiva tersebut seringkali merupakan kerugian jika
terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio cair merupakan ukuran penting untuk
mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa
memperhitungkan penjualan persediaan. Perhitungan rasio cair sebagai berikut:
Aktiva Lancar - Persediaan
Rasio Cair
=
Kewajiban Lancar
5.11.2. Rasio Leverage
Rasio leverage terdiri atas total debt to equity ratio, total debt to total asset ratio,
dan time interest earned ratio. Rasio-rasio leverage memiliki sejumlah implikasi
‘13
13
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagai berikut:
a. Para kreditur memandang ekuitas atau dana yang dipasok pemilik sebagai suatu
pelindung atau basis penggunaan hutang. Jika pemilik hanya menyediakan
sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan sebagian besar ditanggung
oleh kreditur
b. Dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh manfaat dari dari
memegang kendali atas perusahaan dengan komitmen yang terbatas.
c. Penggunaan hutang dengan tingkat bunga yang tetap memperbesar baik
keuntungan maupun kerugian bagi pemilik
d. Penggunaan hutang dengan biaya bunga yang tetap dan dengan jatuh tempo yang
tertentu memperbesar risiko bahwa perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi
kewajiban-kewajibannya.
Dalam praktik, leverage dicapai dengan dua cara: Meneliti rasio-rasio neraca dan
menentukan sejauh mana dana pinjaman telah digunakan untuk membiayai
perusahaan.
Mengukur risiko hutang dengan rasio perhitungan rugi laba yang dirancang untuk
menentukan berapa kali biaya tetap tertutupi oleh laba operasi.
Total Debt to Equity Ratio
Rasio ini sebenarnya merupakan angka yang menunjukkan bagaimana
performance dari pihak management dalam mengatur jumlah utang mereka
dibandingkan dengan jumlah ekuitas yang mereka miliki, atau dapat dikatakan sebagai
balance antara total debt dan total ekuitas. Formulasi dari total debt to equity ratio
adalah sebagai berikut:
Total Debt
Total Debt to Equity Ratio
=
Total Equity
Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini sebenarnya menunjukka sejauhmana pinjaman kredit digunakan untuk
membiayai investasi yang ada. Jika sebuah perusahaan mempunyai rasio yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rasio rata-rata dari industri yang bersangkutan, maka
perusahaan akan kesulitan dalam melakukan pinjaman tambahan.
Formulasi dari Total Debt to Total Asset Ratio adalah sebagai berikut:
‘13
14
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Total Debt
Total Debt to Total Asset Ratio
=
Total Asset
Time Interest Earned Ratio
Rasio ini menunjukkan sejauhmana gross profit atau EBIT (Earnign before
Interest and Taxes) perusahaan dapat digunakan untuk membayar annual interests
payment dari pinjaman kredit. Formula dari. Time Interest Earned Ratio adalah sebagai
berikut:
EBIT
Time Interest Earned Ratio
=
Annual Interests Payment
5.11.3. Rasio Aktifitas
Rasio aktifitas atau operational ratio yang menggunakan ukuran perputaran
untuk menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam operasinya dan
penggunaan dari total asset yang ada. Rasio aktifitas biasanya terdiri dari total asset
turnover ratio, receivables turnover ratio, collection period turnover ratio, dan inventory
turnover ratio.
Total Asset Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu perusahaan dalam
menghasilkan penjualan/sales dengan asset yang ada. Formulasi dari total asset
turnover ratio adalah sebagai berikut:
Sales
Total Assets Turnover Ratio
=
Total Assets
Receivables Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan jumlah perputaran yang dapat dihasilkan oleh piutang
dagang selama 1 tahun operasi. Semakin tinggi perputaran maka semakin pendek
waktu yang dibutuhkan antara penjualan dan penagihan uang cash dari piutang
dagang. Formulasi dari receivables turnover ratio adalah sebagai berikut:
Net Sales
Receivables Turnover Ratio =
Average Accounts Receivables
‘13
15
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Inventory Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan berapa kali perputaran dari inventory dalam 1 tahun
operasi. Pada umumnya inventory turnover yang tinggi merupakan sebuah indikator
inventory management yang baik, namun rasio yang tinggi juga dapat menunjukkan
kekurangan inventory. Sedangkan turnover yang rendah menunjukkan overstocking
atau inventory yang pasif. Formulasi inventory turnover ratio adalah sebagai berikut:
Cost f Good Sold
Inventory Turnover Ratio
=
Average Inventory
5.11.4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas pada intinya menunjukkan dan mengukur kemampuan sebuah
perusahaan dalam menghasilkan profit. Rasio ini menggunakan margin analysis dan
menunjukkan return on sales dan capital yang terpakai. Rasio profitabilitas biasanya
terdiri atas gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on
asset, dan return on equity.
Gross Profit Margin
Rasio ini merupakan indikator berapa jumlah profit yang didapat dari produk
tanpa mempertimbangkan beban administrasi dan beban penjualan. Formulasi dari
gross profit margin adalah sebagai berikut:
Total Sales - Cost of Good Sold
Gross Profit Margin
=
Total Sales
Operating Profit Margin
Rasio ini menunjukkan efektifitas dari management dalam mengatur income
statement dari suatu perusahaan dengan mengukur operating profit relatif terhadap
sales. Formulasi operating profit margin adalah sebagai berikut:
Operating Income
Operating Profit Margin
=
Total Sales
Total Sales - COGS - G & A Expenses - Marketing Expenses
=
Total Sales
‘13
16
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Net Profit Margin
Rasio ini mengukur berapa profit yang diperoleh dari penjualan setelah dikurangi
oleh biaya-biaya yang ada. Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut:
Net Profit
Net Profit Margin
=
Total Sales
Return On Asset Rasio ini mengukur berapa persentase profit yang dihasilkan
oleh perusahaan dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditempatkan. Formulasi
dari return on asset adalah sebagai berikut:
Net Profit
Return On Asset
=
Total Asset
Return On Equity
Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima oleh stockholders dengan
cara membandingkan net profit dengan common equity. Formulasi dari return on equity
adalah sebagai berikut:
Net Profit
Return On Equity
=
Common Equity
Cash Ratio
Selain dari rasio-rasio yang dijelaskan diatas, terdapat ukuran rasio lainnya yang
sekarang ini, sering dipakai oleh konsultan dalam menganalisa suatu proyek. Cash
ratio menunjukkan tingkat suatu perusahaan dapat secara cepat melikuidasi assetasset yang ada dan dapat menutupi short-term liabilities yang ada. Cash ratio ini juga
dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa besar proyek ini dapat men- generate
cash untuk perusahaan atau penanam modal.
Cash Equivalents + Cash
Cash Ratio
=
Current Liabilites
Cash Equivalents + Cash
=
Accruals + Accounts Payable + Notes Payable
‘13
17
Kewirausahaan, Etika Profesional dan Hukum Bisnis
Dr. Syamsu Alam, SE, M.Si., Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download