1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan
dalam rangka membentuk nilai, sikap dan prilaku. Sebagai upaya yang bukan saja
membuahkan hasil atau manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah
satu kebutuhan pokok bagi manusia untuk kelangsungan masa depan.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan pada pasal
3, yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangannya potensi peserta didik peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta
bertanggung jawab.
Penjelasan tersebut, memberikan gambaran mengenai tujuan suatu
Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangannya
potensi peserta didik peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Oleh karena itu karakter suatu bangsa akan ditentukan oleh proses dari
pendidikan.
Etika dalam diskusi juga termasuk kedalam ranah pendidikan nilai dalam
prosesnya peserta didik dituntut untuk dapat bekerja sama, komunikatif,
menghargai pendapat peserta didik lain, kolaboartif, dan analitik, hal ini akan
1
2
mendorong peserta didik menjadi orang yang memiliki jiwa kooperatif yang
tinggi jika diterapkan dalam proses pembelajaran, maka perlu adanya penerapan
model kooperatif untuk menekankan hasilnya.
Dari tinjauan beberapa jurnal mengenai hasil penelitian kooperatif terhadap
peserta didik, memperlihatkan bahwa semua jurnal yang ditinjau mengarah
kepada aspek kognitif atau pengetahuan, seperti pada jurnal The Relative
Effectiveness Of Cooperative And Competitive Teaching Methods In The
Teaching Of Biology At The Senior Secondary Level atau Effects of cooperative
learning approach on biology mean achievement scores of secondary school
students’ in Machakos District, Kenya. Kedua jurnal ini hanya menekankan pada
efektifitas dari pembelajaran kooperatif terhadap pengetahuan kognitif, padahal
ada nilai esensial dari penerapan model ini yaitu pembentukan sikap peserta didik.
Untuk mendukung pengaruh penerapan model kooperatif learning terhadap
sikap siswa dalam hal ini etika diskusi maka berdasarkan tinjauan jurnal tentang
The Effect of Blended Learning Model On High School Students’Biology
Achievement And On Their Attitudes Towards The Internet oleh Akbayin,
mengungkapkan bahwa blended learning yang merupakan kombinasi dari
kegiatan tatap muka dan E-Learning dapat secara efektif membentuk sikap siswa
terhadap penggunaan internet dalam pembelajaran. Merujuk dari hasil yang
diungkapkan oleh jurnal ini, maka diharapkan pembelajaran kooperatif learning
dikombinasikan dengan E-Learning dapat memberikan berpengaruh terhadap
sikap peserta didik dalam etika berdiskusi karena perpaduan dari pembelajaran
kooperatif sebagai dasar untuk menumbuhkan etika diskusi siswa kemudian
dikombinasikan dengan E-Learning sebagai pembalajaran tambahan untuk peserta
2
3
didik dalam
pembelajaran yang dilakukan secara online namun tetap
mementingkan etika diskusi, seperti menjawab pertanyaan, menyampaikan
pernyataan, menanggapi pernyataan, dan saling bertukan informasi antar peserta
didik melalui portal diskusi online yang disediakan oleh pendidik.
Dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini penulis mengambil
judul “Pengaruh Penerapan Blended Learning Terhadap Keterampilan
Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon.”
3
4
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut perumusan dalam penelitian ini
dikelompokan dalam tiga tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini adalah Pendidikan Nilai yaitu Keterampilan
Berdiskusi .
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian
kuantitatif.
c. Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penelitian ini adalah Pengaruh Penerapan
Blended
Learning
Meningkatkan
Hasil
Terhadap
Belajar
Keterampilan
Siswa
Pada
Berdiskusi
Konsep
Untuk
Pencemaran
Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon
Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, batasan masalah dalam
penilitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan Pembelajaran yang digunakan adalah Pengaruh Penerapan
Blended
Learning
Meningkatkan
Hasil
Terhadap
Belajar
Keterampilan
Siswa
Pada
Berdiskusi
Konsep
Untuk
Pencemaran
Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon.
b. Penerapan E-learning
dengan menggunakan grup diskusi
dikembangkan oleh peneliti.
4
yang
5
c. Kajian mata pelajaran yang diamati terbatas pada konsep pencemaran
lingkungan kelas VII SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon.
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Seberapa
Besar
Peningkatan
Hasil
Belajar
siswa
terhadap
keterampilan berdiskusi Pada Konsep Pencemaran Lingkungan yang
Dikaitkan dengan Blended Learning di SMP Negeri 1 Palimanan
Kabupaten Cirebon?
b. Bagaimana Sikap Siswa terhadap Penerapan Blended Learning
Terhadap Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di SMP Negeri 1
Palimanan Kabupaten Cirebon?
c.
Bagaimana
pengaruh
Penerapan
Blended
Learning
Terhadap
Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan
Kabupaten Cirebon?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini meliputi :
1. Untuk Mengetahui Seberapa Besar Peningkatan Hasil Belajar siswa
terhadap keterampilan berdiskusi Pada Konsep Pencemaran Lingkungan
yang Dikaitkan dengan Blended Learning di SMP Negeri 1 Palimanan
Kabupaten Cirebon
5
6
2. Untuk Mengetahui Sikap Siswa terhadap Penerapan Blended Learning
Terhadap Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Di SMP Negeri 1
Palimanan Kabupaten Cirebon.
3. Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Blended Learning Terhadap
Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Konsep Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten
Cirebon.
4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah :
1. Guru,
penelitian
ini
akan
menambah
pengetahuan
mengenai
pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru mengenai keterampilan
berdiskusi siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang dikaitkan
dengan Blended Learning.
2. Siswa, penelitian ini akan membantu siswa dalam Keterampilan
berdiskusi dalam proses pembelajaran.
3. Sekolah, diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam
pendidikan IPA.
5. Kerangka Pemikiran
Pendidikan merupakan suatu proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainya dalm masyarakat dimana ia
6
7
hidup. Pendidikan juga merupakan proses sosial dimana orang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga mereka dapat
memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
individu yang optimum, hal ini merupakan pembentukan karakter siswa.
Dalam upaya meningkatkan etika diskusi siswa diperlukan proses
pembelajaran yang efektif dan terarah. Untuk mencapai hal itu dalam proses
pembelajaran juga dituntut untuk menerapkan model, strategi ataupun metode
pembelajaran sesuai dengan tujuannya. Maka dari tinjauan beberapa jurnal dan
buku blended learning yang didalamnya menggabungkan antara tatap muka
dengan E-learning diharapkan mampu menjadi solusi dalam peningkatan etika
diskusi. Proses tatap muka tentunya juga digunakan model pembelajaran untuk
lebih mengarah pada tujuannya, maka berkenaan dengan untuk menumbuhkan
etika berdiskusi pembelajaran kooperatif dipilih sebagai gabungan dengan ELearning.
Model kooperatif yang dipilih type STAD karena dinilai merupakan salah
satu model dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan baik untuk
guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas.
7
8
Proses Belajar Mengajar
Siswa
Guru
Tujuan Pembelajaran
Materi Pencemaran Lingkungan
Penerapan Blended Learning
Kelebihan
Kelemahan
1. Siswa dapat diskusi kapan saja
1. Kurang kerja sama
2. Dapat mengakses materi sebanyak
mungkin
2. Sulit mengarahkan
3. Suasana kelas menjadi gaduh.
3. Mengembangkan bakat IT
4. Efektifitas belajar lebih banyak
4. Sulit untuk mengkondisikan
suasana.
5. Meningkatkan Keterampilan bertanya
5. Kurang interaksi dengan siswa
6. Memecahkan suatu permasalahan
6. Sulit mengkondisikan siswa
7. Mengembangkan Keterampilan
Berdiskusi.
7. Tidak mendukung komunikasi
dengan cepat.
8. Tidak ada jadwal khusus.
Keterampilan Berdiskusi
Meningkatkan Hasil Belajar
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
8
9
6. HIPOTESIS
menurut Sugiyono (2012) “Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.
Berdasarkan pengertian hipotesis di atas, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ha : Terdapat pengaruh Penerapan Blended Learning Terhadap Keterampilan
Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran
Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon.
Ho : Tidak Terdapat pengaruh Penerapan Blended Learning Terhadap
Keterampilan Berdiskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Pencemaran Lingkungan Di Smp Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon.
9
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Blended Learning
Secara etimologis, berasal dari kata blend yang berarti mix together.
Blended Learning secata terminologis relative masih baru dalam pendidikan
ataupun dalam koorporasi . Menurut Graham (2006) menyebutkan tiga definisi
yang paling sering dikemukakan, diantranya :
1. Definisi yang mengkombinasi berbagai modalitas media pembalajaran seperti
dikemukakan oleh Bersin dan Associates, Orey, Singh dan Reed, serta
Thomson.
2. Definisi yang mengkombinasi berbagai metode-metode pembelajaran seperti
dikemukakan oleh Driscoll.
3. Definisi yang mengkombinasi antara pembelajaran online dengan face to face
yang dikemukakan oleh Reay, Rooney, Sands, Ward, dan LaBranche, dan
Young.
Ditinjau dari definisi diatas yang dikemukakan para ahli mengenai definisi
Blended
Learning
mengkombinasi
yaitu
suatu
pembelajaran
yang
memadukan
atau
pembelajaran secara tatap muka dan materi secara online.
Perpaduan antara pembelajran konvensional dimana guru dan siswa bertemu
secara langsung dan pembelajaran online yamg mana dapat di akses kapan saja.
Menurut Cobin (1997) dalam Rusman (2010), mengatakan bahwa Ini merupakan
cara baru dalam pembelajaran yang belum banyak digunakan dalam proses
pembelajaran mwnggunakan mesia elektronik dengan menggunakan akses
10
11
internet sebagai system pembelajaran Pemanfaatan internet ini sebagai media
pembelajaran, mampu mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri.
Pembelajaran kolaborasi merupakan salah satu ciri penting pembelajaran
masa depan yang lebih banyak mengedepankan kemampuan individual, namun
kemampuan ini kemudian disinergikan untuk menghasilkan produk, karena
produk masa depan, sehingga diperlukan pendekatan interdisipliner. Oleh karena
itu produk masa depan adalah produk yang dihasilkan dari kegiatan kolaborasi.
Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran
berbasis Blended Learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka
konvensional yang semua pebelajar belajar di dalam kelas yang sama di bawah
kontrol pengajar, dalam pembelajaran berbasis Blended, maka pebelajar bekerja
secara mandiri dan berkolaborasi. Oleh karena itu, tagihan dalam pembelajaran ini
akan berbeda dengan pembelajaran tatap muka.
B. Metode Diskusi
C. Keterampilan Berdiskusi
Menurut Atar (2008) Menjelaskan bahwa Diskusi adalah suatu
percakapan yang terarah yang berbentuk dengan pertukaran pikiran antara
dua orang atau lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan atau
kecocokan dala usaha memecahkan masalah yang dihadapi.
Didalam diskusi tidak boleh ada siswa yang mendominasi dalam
pembicaraan, setiap siswa dalam diskusi mempunyai kesempatan yang sama
dan seimbang dalam berbicara dan memberikan pendapat. Hakikat diskusi
11
12
itu akan terpenuhi apabila tercipta suasana pertukaran pikiran yang terarah
dan bermanfaat. Suasana tersebut akan tercipta apabila setiap siswa yang
terlibat didalamnya menyadari akan tugas dan fungsinya masing-masing.
Setiap peserta
D. Pengertian E-Learning
Menurut Jaya Kumar C.Koran (2002) dalam Rusman (2010), Menjelaskan
e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik ( LAN,
WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi atau
bimbingan. Adapun yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jaraj
jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong mendefinisikan elearning sebagai kegiatan belajar asynchronous meleui perangkat elektronik
computer yang memperoleh bahan ajar yang sesuai kebutuhan.
Dari beberapa definisi diatas mengenai e-learning merupakan kegiatan
pembelajaran yang menggunakan jaringan sebagai metode penyampaian, interaksi
dan fasilitas serta didukung dengan berbagai bentuk layanan belajar lainnya dalam
memenuhi kebutuhan akan proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001) dalam Rusman (2010), mengatakan bahwa elearning merujik pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal
ini senada dengan Cambell (2002), kamarga (2002) yang intinya menekankan
penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning.
12
13
Sedangkan menurut Cisco (2001) dalam Rusman (2010), menjelaskan
filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama e-lerning merupakan penyampaian
informasi, komunikasi, pendidikan dan pelatihan secara online. Kedua, e-learning
menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional, sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
Ketiga, e-lerning tidak berarti menggantika model belajar konvensional didalam
kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan
pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, kapasitas siswa amat bervariasi
tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaian. Makin baik keselarasan konten
dan alat penyampaian dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapsitas siswa
yang pada gilirannya akanmemberikan hasil yang lebih baik.
Dari penjelasan para ahli diatas mengenai e-learning yaitu pembelajaran
yang dilakukan di media elektronik khususnya internet sebagai system
pembelajaran. E-lerning merupakan konsekuensi logis dari perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang semakin pesat.
Menurut Rusman (2010), mengungkapkan bahwa pembelajaran berdasarkan
komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif model pemrosesan
informasi (information processing model). Berdasarkan model ini, data masuk ke
sistem memori melalui pencatat sensor (sensory register), kemudian dikirim ke
penyimpanan jangka pendek (short-term store) selama sekitar 0,5 sampai 2 menit
untuk analisis pendahuluan. Dari penyimpanan ini selanjutnya dikirim ke memori
jangka pendek. Data yang sudah dianalisis disimpan selama sekitar 20 menit.
Kemudian data itu, setelah ditransformasi dan dikode menjadi bagian dari sistem
pengetahuan yang disimpan pada memori jangka panjang (long-term memory).
13
14
E. Peningkatan Hasil Belajar
F. Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan lingkungan yang mengalami pencemaran, secara garis besar
pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan menjadi pencemaran air, tanah, dan
udara.
1. Pencemaran Air
Di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting
antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping itu air
juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih
banyak lagi.
Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak
sengaja telah menambahjumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari
air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk
terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah persawahan atau
ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan
pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau
blooming. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan eceng gondok
akan tumbuh subur dan menutupi permukaan perairan sehingga cahaya
matahari tidak menembus sampai dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang
ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar oksigen
yang terlarut di dalam air menjadi berkurang.
Bahan-bahan kimia lain, seperti pestisida atau DDT (Dikloro Difenil
Trikloroetana) yang sering digunakan oleh petani untuk memberantas hama
tanaman juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan organisme lainnya.
14
15
Apabila di dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran DDT atau pestisida,
akan terjadi aliran DDT.
2. Pencemaran Tanah
Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk
hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proses
erosi oleh air yang mengalir sehinggakesuburannya akan berkurang. Selain itu,
menurunnya kualitas tanah juaga dapat disebabkan limbah padat yang
mencemari tanah.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah
tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya,
sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan,
bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari
limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng.
Gambar 2. 1 Pencemaran Tanah
Sampah organik pada umumnya mudah dihancurkan dan dibusukkan
oleh mikroorganisme di dalam tanah. Adapun sampah anorganik tidak mudah
hancur sehingga dapat menurunkan kualitas tanah.
3. Pencemaran Udara
15
16
Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsur-unsur
yang mengotori udara. Bentuk pencemar udara bermacam-macam, ada yang
berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat.
a. Pencemar Udara Berbentuk Gas
Beberapa gas dengan jumlah melebihi batas toleransi lingkungan, dan
masuk ke lingkungan udara, dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup.
Pencemar udara yang berbentuk gas adalah karbon monoksida, senyawa
belerang (SO2 dan H2S), seyawa nitrogen (NO2), dan chloroflourocarbon
(CFC).
Gambar 2.2 Pencemaran Udara
Kadar CO2 yang terlampau tinggi di udara dapat menyebabkan suhu
udara di permukaan bumi meningkat dan dapat mengganggu sistem
pernapasan. Kadar gas CO lebih dari 100 ppm di dalam darah dapat
merusak sistem saraf dan dapat menimbulkan kematian. Gas SO2 dan H2S
dapat bergabung dengan partikel air dan menyebabkan hujan asam.
Keracunan NO2 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan,
16
17
kelumpuhan, dan kematian. Sementara itu, CFC dapat menyebabkan
rusaknya lapian ozon di atmosfer.
b. Pencemar Udara Berbentuk Partikel Cair atau Padat
Partikel yang mencemari udara terdapat dalam bentuk cair atau padat.
Partikel dalam bentuk cair berupa titik-titik air atau kabut. Kabut dapat
menyebabkan sesak napas jika terhiap ke dalam paru-paru.
Partikel dalam bentuk padat dapat berupa debu atau abu vulkanik.
Selain itu, dapat juga berasal dari makhluk hidup, misalnya bakteri, spora,
virus, serbuk sari, atau serangga-serangga yang telah mati. Partikel-partikel
tersebut merupakan sumber penyakit yang dapat mengganggu kesehatan
manusia.
Yang mencemari udara dapat berasal dari pembakaran bensin. Bensin
yang digunakan dalam kendaraan bermotor biasanya dicampur dengan
senyawa timbal agar pembakarannya cepat mesin berjalan lebih sempurna.
Timbal akan bereaki dengan klor dan brom membentuk partikel PbClBr.
Partikel tersebut akan dihamburkan oleh kendaraan melalui knalpot ke udara
sehingga akan mencemari udara.
4. Dampak Pencemaran Bagi Manusia Secara Global
Pembakaran bahan bakar minyak dan batubara pada kendaraan bermotor
dan industri menyebabkan naiknya kadar CO2 di udara. Gas ini juga dihasilkan
dari kebakaran hutan. gas CO2 ini akan berkumpul di atmosfer Bumi. Jika
jumlahnya sangat banyak, gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas dari
Bumi ke atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke
Bumi. Akibatnya, suhu di Bumimenjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek
17
18
rumah kaca (green house effect). Selain gas CO2, gas lain yang menimbulkan
efek rumah kaca adalah CFC yang berasal dari aerosol, juga gas metan yang
berasal dari pembusukan kotoran hewan.
Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik
secara global, atau lebih dikenal dengan pemanasan global. Akibat pemanasan
global ini, pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi
naik,sebagai akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil menjadi
tenggelam. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan
ekosistem dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia.
Akibat lain yang ditimbulkan pencemaran udara adalah terjadinya hujan
asam. Jika hujan asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah,
danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan
tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati.
Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan
kehidupan manusia.
5. Upaya Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain melalui
penyuluhan dan penataan lingkungan. Namun, usaha tersebut tidak akan
berhasil jika tidak ada dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungan.
Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan, kita perlu
bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
pencemaran lingkungan, diantaranya sebagai berikut:
18
19
a. Membuang sampah pada tempatnya
Membuang sampah ke sungai atau selokan akan meyebabkan aliran
airnya terhambat. Akibatnya, samapah akan menumpuk dan membusuk.
Sampah yang membusuk selain menimbulkan bau tidak sedap juga akan
menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit. Selain itu, bisa
meyebabkan banjir pada musim hujan.
Salah satu cara untuk menanggulangi sampah terutama sampah rumah
tangga adalah dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos. Sampahsampah tersebut dipisahkan antara sampah organik dan anorganik.
Selanjutnya, sampah organik ditimbun di dalam tanah sehingga
menjadi kompos. Adapun sampah anorganik seperti plastik dan kaleng
bekas dapat di daur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang
lainnya.
b. Penanggulangan limbah industri
Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia,
sebelum dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan
mengurangi bahan pencemar di perairan. Denan demikian, bahan dari
limbah pencemar yang mengandung bahan-bahan yang bersifat racun dapat
dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem.
Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari
keramaian penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk
dari limbah pabrik dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat.
c. Penanggulangan pencemaran udara
19
20
Pencemaran udara akibat sisa dari pembakaran kendaraan bermotor
dan asap pabrik, dapat dicegah dan ditanggulangi dengan mengurangi
pemakaian bahan bakar minyak. Perlu dipikirkan sumber pengganti
alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti kendaraan berenergi
listrik. Selain itu, dilakukan usaha untuk mendata dan membatasi jumlah
kendaraan bermotor yang layak beroperasi. Terutama pengontrolan dan
pemeriksaan terhadap asap buangan dan knalpot kendaraan bermotor.
d. Diadakan penghijauan di kota-kota besar
Tumbuhan mampu menyerap CO2 di udara untuk fotosintesis.
Adanya jalur hijau akan mengurangi kadar CO2 di udara yang berasal dari
asap kendaraan bermotor atau asap pabrik. Dengan demikian, tumbuhan
hijau bisa mengurangi pencemaran udara. Selain itu, tumbuhan hijau
melepaskan O2 ke atmosfer.
e. Penggunaan pupuk dan obat pembasmi hama tanaman yang sesuai
Pemberian pupuk pada tanaman dapat meningkatkan hasil pertanian.
Namun, di sisi lain dapat menimbulkan pencemaran jika pupuk tersebut
masuk ke perairan. Eutrofikai merupakan salah satu dampak negatif yang
ditimbulkan oleh pupuk buatan yang masuk ke perairan.
Begitu juga dengan penggunaan obat anti hama tanaman. Jika
penggunaannya melebihi dosis yang ditetapkan akan menimbulkan
pencemaran. Selain dapat mencemari lingkungan juga dapat meyebabkan
musnahnya organisme tertentu yang dibutuhkan, seperti bakteri pengurai
atau serangga yang membantu penyerbukan tanaman.
20
21
Pemberantasan hama secara biologis merupakan salah satu alternatif
yang dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan ekosistem pertanian.
f. Pengurangan pemakaian CFC
Untuk menghilangkan kadar CFC di atmosfer diperlukan waktu
sekitar seratus tahun salah satu cara penanggulangannya yaitu dengan
mengurangi penggunaan CFC yang tidak perlu oleh manusia. Mengurangi
penggunaan penggunaan CFC dapat mencegah rusaknya lapisan ozon di
atmosfer sehingga dapat mengurangi pemanasan global.
Dewasa ini, tingkah laku manusia dengan sikap semena-mena
terhadap lingkungan sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Selain mengeksploitasi alam secara serakah, manusia juga telah meracuni
alam ini dengan berbagai jenis sampahnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
21
22
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian SMP Negeri 1
Palimanan Kabupaten Cirebon.
2. Waktu Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan dilaksanakan dalam waktu tiga bulan yaitu
mulai Maret 2013 sampai dengan Mei 2013.
B. Kondisi Objektif Wilayah Penelitian
SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon adalah lokasinya cukup
strategis. karena tempatnya yang strategis maka peneliti memilih untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut. Adapun kondisi objektif sekolah dalam
keadaan baik, fasilitas yang tersedia cukup memadai untuk melaksanakan proses
belajar mengajar seperti tersedianya laboratorium IPA untuk pembelajaran
biologinya dan ruang kelas yang cukup banyak serta tersedianya sarana dan
prasarana untuk belajar lainnya seperti perpustakaan, dan lab komputer.
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Sumber Data
a. Sumber data teoritik yaitu penulis peroleh dari buku literatur yang berkaitan
dengan Penerapan Blended Learning Terhadap Peningkatan Etika Diskusi
Pada Konsep Pencemaran Lingkungan.
b. Sumber data empirik, yakni diperoleh melalui terjun langsung dilokasi
penelitian yaitu SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon diantaranya
adalah siswa kelas VII dan guru Biologi kelas VII.
2. Populasi dan Sampel
22
23
a. Populasi
Menurut Sugiono dalam (2012), menjelaskan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadikan
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Palimanan Kabupaten
Cirebon.
b. Sampel
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sample random sapling.
sample random sapling merupakan teknik pengambilan sampel tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012).
Dalam teknik sampling ini, sampel diambil dua kelas dari 8 kelas yang
ada dengan cara diundi dan didapat kelas VII A dan VII E.
c. Instrumen Penelitian
1) Menentukan Validitas Instrumen
Menurut Sudijono (2011) bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Uji
validitas dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam tes
benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti.
Untuk menghitung validitas digunakan rumus koefisien korelasi Prodect
Moment dengan angka kasar, yaitu:
ryx 
 xy
( x ) ( y
2
2
)
Keterangan :
23
24
ryx = Korelasi antara Variabel x dan y
x = Adalah menyatakan nilai variabel x
y = Adalah menyatakan nilai variabel y
∑ = Adalah menyatakan jumlah
Untuk memberi interprestasi seberapa kuat pengaruh antara variabel
bebas dan variabel terikat, maka peneliti menggunakan pedoman sebagai
berikut :
Tabel 3.1. Klasifikasi Koefisien Validitas
Interval
Tingkat
Koefisien
Hubungan
0,00-0,199
Sangat rendah
0,20-0,399
Rendah
0,40-0,599
Sedang
0,60-0,799
Kuat
0,80-1,000
Sangat Kuat
Untuk menguji signifikan hubungan, yaitu apakah hubungan yang
ditemukan
itu
berlaku
untuk
seluruh
populasi,
maka
perlu
diuji
signifikansinya. Adapun rumus uji signifikansi korelasi product moment
(dalam Sugiyono 2007:214) adalah :
t
r n2
1 r2
24
25
Keterangan :
t = Tes signifikan
r = Nilai Koefisien Korelasi
n = Jumlah sempel
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2012), mengemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang penting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Teknik observasi dilakukan dengan
mengamati peningkatan etika diskusi siswa selama proses pembelajaran yang
dilakukan dengan penerapan Blended Lerarning.
b. Kuesioner (Angket)
Menurut Sugiyono (2012), Menjelaskan bahwa Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
25
26
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
responden.
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengukur respon siswa
setelah pembelajaran dilakukan terhadap penerapan Blended Learning terhadap
peningkatan etika diskusi siswa pada pada konsep pencemaran lingkungan.
c. Tes
Teknik ini digunakan untuk mengukur sejauh mana peningkatan etika
diskusi siswa melalui penerapan Blended Learning tentang pembelajaran
biologi pada konsep pencemaran Lingkungan.
D. Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah termasuk kedalam kuasi
eksperimen jenis penelitian ex post facto atau penelitian korelasional, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui akibat dari suatu tindakan atau
bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Penelitian korelasional
mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasivariasi pada satu atau lebih faktor yang lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
E. Teknik Analisis Data
Adapun dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis statistic
denggan menggunakan rumusan sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Menrurut Arikunto (1995) dalam Riduwan (2009) menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti
26
27
menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data iti valid
sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment.
rXY =
N . xy  (x)  (y )
{( N . x 2  (x) 2 }.{( N . y 2  (xy) 2 }
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi skor item dengan skor total
N
= jumlah peserta
∑x = jumlah skor item
∑y = jumlah skor total
∑xy = jumlah perkalian skor item dengan skor total
∑x² = jumlah kuadrat skor item
∑y² = jumlah kuadrat skor total
Untuk menentukan valid tidaknya instrument suatu aitem adalah dengan
mengkorelasikan hasil koefisien korelasi r dengan taraf signifikasi 5 % atau taraf
kepercayaan 95%.
Pada penelitian ini untuk mengetahui valid tidaknya soal dilakukan
pengukuran validitas empiris.
a. Validitas empiris
Pengukuran validitas empiris
soal dilakukan dengan menggunakan
rumus korelasi biserial (Sudijono, 2002)
27
28
Keterangan :
Rbis : Koefisien korelasi tiap-tiap item
Mp : Rata-rata skor siswa yang menjawab soal benar
Mt : Rata-rata skor seluruh siswa
St : Simpangan baku skor total
P : Proporsi siswa
q : 1-p
p = Banyaknya siswa yang menjawab benar
Mencari simpangan baku
Keterangan:
∑y2 : Jumlah siswa yang menjawab benar
Y : Skor total siswa yang menjawab benar
N : Jumlah siswa
Sebuah soal dinyatakan valid apabila mempunyai harga korelasi rhitung>
rtabel. Tingkatan validitas soal ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
28
29
Sedangkan untuk mengukur tingkat reliabilitas, digunak rumus sebagai
berikut :
Reliabilitas soal diukur dengan menggunakan rumus Kudder Richardson
(KR-21) yaitu, Rumus :
Apabila r11 > rtabel maka tes tersebut reliabel (Sudijono, 2009)
Untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas (r) dapat
ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut, apabila harga r:
2. Uji Reliabilitas
Metode mencari reabilitas internal yaitu dengan menganalisis reabilitas
alat ukur dari suatu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha
sebagai berikut

k  1- ∑ Si
r11 =
29
30
k -1
St
Keterangan :
r11
k
= reliabilitas instrument
= jumlah item
∑Si = jumlah varians skor tiap-tiap butir
St = varians total
(Riduwan,2009)
3. Tingkat Kesukaran
Bermutu atau tidaknya butir-butir tes hasil belajar pertama-tama dapat
diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki masingmasing oleh masing-masing butir item tersebut.
B
JS
P
Dimana:
P
=
Indeks kesukaran
B
=
Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS =
Jumlah seluruh siswa peserta tes
(Sudijono,2011)
4. Daya Pembeda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu tes item hasil belajar untuk
dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi
dengan testee kemampuan rendah. (Sudijono,2011)
Untuk menentukan daya pembeda, digunakan rumus:
D=
BA BB

= PA - PB
JA JB
30
31
Keterangan :
JA
=
Banyaknya peserta tes kelompok atas
JB
=
banyaknya peserta tes kelompok bawah
BA
=
banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB
=
banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
5. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data tersebut
normal atau tidak. Tes normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (Chi Square)
yaitu:
X2 =
(oi  Ei) 2
 Ei
6. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang akan penulis kemukakan ini ialah dengan metode
barlet dan Varians tersebar dibanding varians terkecil menggunakan tabel F.
Mencari varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus:
F hitung=
Variabel besar
Variabel kecil
(Riduwan, 2009)
7. Uji T
Uji T digunakan untuk mencari standar gabungan (dsg), dengan rumus:
dsg =
(n 1  1) V1  (n 2  1) V2
n1  n 2  2
n1 = banyaknya data kelompok Satu
n2 = banyaknya data kelompok Satu
V1 = varian data kelompok 1
31
32
V2 = varian data kelompok 2
F. Prosedur Penelitian
Pada langkah awal kita melakukan studi pendahuluan, dimana studi
pendahuluan untuk mengetahui dinamika permasalah dalam pendidikan. dalam
studi pendahuluan ini meliputi studi teoritik dan studi empirik. Selanjutnya yaitu
penyusunan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, sebelum instrument
tersebut digunakan dalam penelitian maka dilakukan uji instrument terlebih
dahulu untuk mengetahui layak atau tidaknya instrument tersebut untuk
digunakan dalam penelitian.
Kemudian langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan data, instrument yang
digunakan yaitu tes tertulis, lemabar observasi dan quisioner angket. Adapun
bentuk tesnya yaitu berupa pretest dan postest dalam bentuk pilihan ganda. Tes
tersebut digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen
menggunakan blended learning dan kelas kontrol tidak blended learning.
Sebelum melakukan menerapkan model ini dilakukan pretest terlebih dahulu dan
setelah akhir pembelajaran dalam proses pembelajarannya dilakukan observasi
dari kegiatan diskusi siswa untuk mengetahui kegiatan awal diskusi dalam
pembelajaran dan sebelumnya dikasih arahan mengenai bagaimana etika dalam
diskusi pada akhir pembelajaran dilakukan posttest dan dibagikan lembar angket
untuk mengetahui perkembangan etika diskusi dan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan keanekaragaman hayati. Sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan
yang sama dengan kelas eksperimen, namun pada kelas kontrol digunakan
pembelajaran metode STAD saja tanpa menggabungkannya dengan e-learning,
32
33
kegiatan ini terus berlangsung sampai pada akhir bab ekosistem dan menghasilkan
data-data. Setelah data terkumpul dilakukan analisis data untuk mengetahui
normalitas dan homogenitas, kemudian dilakukan uji t yang akhirnya dihasilkan
temuan dan langkah akhir yaitu menyimpulkan dan pembuatan laporan
berdasarkan hasil temuan tersebut.
Studi Pendahuluan
Studi teoritik
Studi Empirik
Penyusunan Instrumen
Uji Coba Instrumen
Pengambilan Data
Observasi
Tes Tertulis
Pre Tes
33
Angket
34
Penerapan Blended Learning (Student Teams-Achievement
Division & E-Learning) Terhadap Peningkatan Etika Diskusi
Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan
Post Tes
Analisis Data
Pengambil Keputusan
Menyusun Laporan
Bagan 3.1. Diagram Prosedur Penelitian
34
Download