sinergitas kewenangan

advertisement
LAPORAN KHUSUS | MERETAS ASA MENGGAPAI MIMPI
MAJALAH
MEDIA INFORMASI HUKUM DAN PERADILAN
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat
Telp : 021 390 6215, Fax : 021 390 6215, PO BOX 2685
e-mail : [email protected]
website : www.komisiyudisial.go.id
MAJALAH KHUSUS KOMISI YUDISIAL TIDAK DIPERJUAL BELIKAN
Sewindu KY Berkiprah
MENGUKUHKAN
SINERGITAS
MEMPERKOKOH
KEWENANGAN
DAFTAR ISI
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
LAPORAN KHUSUS
MERETAS ASA MENGGAPAI MIMPI
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 perubahan ketiga
menyatakan bahwa, negara Indonesia adalah
negara hukum. Dengan dimasukkannya pasal ini
kedalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan
semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat
negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus
merupakan negara hukum.
03
30
LAPORAN UTAMA
MENGUKUHKAN SINERGITAS
MEMPERKOKOH KEWENANGAN
Tanpa terasa pada 13 Agustus 2013 ini (2004-2013)
Komisi Yudisial sudah genap berusia sembilan tahun,
namun secara operasional KY telah berkiprah delapan
tahun, yaitu sejak 2005. Dalam usia muda, lembaga yang
lahir dari rahim reformasi ini, sanggup merespon harapan
masyarakat memperbaiki dunia peradilan yang tercemar
dari praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
16 | PERSPEKTIF
27
Aziz Syamsuddin
Sinergitas Kerjasama Komisi Yudisial dan
Pemerintah Daerah dalam Menciptakan
Kewibawaan
Lilik Mulyadi
Fungsi Hukum Pidana Internasional
27 | POTRET
34 | LEBIH DEKAT
Pengadilan Negeri
Sukoharjo
Suparman Marzuki
Pimpinan Adalah
Panutan
Biaya Membangun
Hukum Masih Ngadat
34
39 | TEKNOLOGI
42 | KATA YUSTISIA
48 | SELINTAS
Sistem Informasi
Manajemen Seleksi Calon
Hakim Agung
KY dan MA gelar MKH, Hakim A Menggugat
Ragam kegiatan internal
maupun eksternal Komisi
Yudisial. Sosialisasi, seminar,
audiensi dan lain-lain.
Akuntabilitas dalam
Menjaga Amanah
Konstitusi
45 | SUDUT HUKUM
57 | RELUNG
Perintah Jabatan
Kisah Sumpit Sepanjang Meja
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
1
DARI REDAKSI
Meneguhkan Semangat Keadilan
Pembina
Anggota Komisi Yudisial
Penanggung Jawab
Andi Djalal Latief
Redaktur
Roejito
Editor
M. Yasin
Titik Ariyati Winahyu
Dewan Redaksi & Sekretariat
Arif Budiman
Adnan Faisal Panji
A.J Day
Afifi
Arnis Duwita
Festy Rahma
Hery Sanjaya
M. Ilham
M. Purwadi
Sri Djuwati
Yuli Lestari
Desain Grafis & Ilustrasi
Ahmad Wahyudi
Dinal Fedrian
Widya Eka Putra
Sirkulasi & Distribusi
Biro Umum
Assalamualaikum. wr. wb
T
idak terasa Komisi Yudisial
sudah berkiprah selama
8 tahun lebih, dalam
kurun waktu itu ternyata banyak
ekspektasi yang belum tercapai.
Harapan masyarakat akan
lahirnya sebuah lembaga yang
bisa mewadahi aspirasi mereka
tentang keringnya keadilan di
negeri ini masih jauh panggang
dari api.
Tak ada aral yang tak dapat
ditembus, perlahan namun pasti
Komisi Yudisial mencairkan
berbagai kebekuan yang
terbentuk akibat kurang
ditempuhnya jalan-jalan
komunikasi yang kondusif yang
didasarkan atas satu pengertian
bersama Mahkamah Agung dan
lembaga mitra lainnya untuk
mewujudkan peradilan yang
bersih dan berwibawa.
Saya jadi teringat cerita rakyat, di
Tiongkok pernah hidup seorang
hakim yg sangat dihormati karena
tegas dan jujur. Suatu hari, dua
orang menghadap sang hakim.
Mereka bertengkar hebat dan
nyaris beradu fisik. Keduanya
berdebat tentang hitungan
3 x 7.Yang satu mengatakan
hasilnya 21, yang lain bersikukuh
mengatakan hasilnya 27.
Ternyata sang hakim memvonis
cambuk 10 kali bagi orang yang
menjawab 21.
Spontan si terhukum memprotes.
Sang hakim menjawab, “Hukuman
ini Bukan untuk hasil hitungan mu
tetapi untuk kebodohan mu yang
mau-maunya berdebat dengan
orang bodoh yang tidak tahu
kalau 3 x 7 adalah 21,”. Tentu saja
itu hanya cerita rekaan.
Tetapi ada hikmah dari cerita
ini adalah bahwa jika kita sibuk
memperdebatkan sesuatu yang
tak berguna, berarti kita juga
sama salahnya atau bahkan
lebih salah dari pada orang yang
memulai perdebatan. Sebab
dangan sadar kita membuang
waktu dan energi untuk hal yang
tidak perlu.
Bukankah kita sering
mengalaminya? Bisa terjadi
dengan pasangan hidup,
tetangga, atau kolega kerja.
Selamat hari jadi Komisi Yudisial,
terus rentangkan sayap-sayap
keadilanmu hingga membahana
ke seluruh Indonesia Raya.
Wassalam
Selamat Membaca.
Alamat Redaksi: KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA, Jl. Kramat Raya
No. 57 Jakarta Pusat, PO.BOX 2685, Telp: (021) 390 6215, Fax: (021) 390 6215
E-mail: [email protected], Website: www.komisiyudisial.go.id
2
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
LAPORAN UTAMA
Sewindu KY Berkiprah
Mengukuhkan Sinergitas
Memperkokoh Kewenangan
M. Purwadi
Tanpa terasa pada 13 Agustus 2013 ini (2004-2013) Komisi Yudisial sudah genap berusia
sembilan tahun, namun secara operasional KY telah berkiprah delapan tahun, yaitu sejak 2005.
Dalam usia muda, lembaga yang lahir dari rahim reformasi ini, sanggup merespon harapan
masyarakat memperbaiki dunia peradilan yang tercemar dari praktik-praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
3
LAPORAN UTAMA
K
lembaga peradilan paling senior
di negeri ini, sekaligus partner
kerjanya, Mahkamah Agung.
Artinya, ini merupakan satu
gebrakan yang luar biasa.
ehadiran Komisi Yudisial
(KY) dipandang mampu
menjawab beberapa
masalah internal yang dihadapi
Mahkamah Agung sebagai
pemegang kekuasaan kehakiman
tertinggi hingga tingkat
bawah. Bahkan, keberadaan KY
sanggup melompat jauh di jagat
penegakan hukum, khususnya
pengawasan terhadap perilaku
hakim.
Namun, apakah yang diraih KY
sudah dapat dikatakan cukup.
Apakah masih ada yang harus
dibenahi mengingat banyaknya
serangkaian kejadian yang
Bahkan kewenangan
KY tidak hanya itu, bisa
merekomendasikan pemecatan
hakim. Peringatan sewindu ini
seharusnya dijadikan momentum
melihat KY secara kritis. KY tak
hanya tengah memasuki fase
krusial, tetapi juga tengah diuji
kesiapan dan kemampuannya
menjaga visi sebagai lembaga
pengawas yang bertanggung
Secara sempit wewenang ini
dapat digambarkan sebagai
wewenang pengawasan hakim
terutama perilaku hakim.
Wewenang tersebut masih
sangat besar jika dibandingkan
dengan kedudukan kelembagaan
KY yang hanya ada di Jakarta
sebagai ibukota negara. Namun
wewenang dan tugasnya
menjangkau seluruh wilayah
Indonesia.
KY yang lahir pasca reformasi
berhasil melaju dan meninggalkan
lembaga lain yang hadir dalam
generasi yang hampir bersamaan.
Dalam sewindu berkiprah,
kehadiran KY sudah sanggup
menunjukkan eksistensinya
sebagai lembaga pengawasan
terhadap perilaku hakim.
Bahkan, KY yang masih relatif
muda, sudah bisa seiring dengan
4
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
†† DOC. HJUMAS DPR RI
Pada awal kehadirannya, tidak
banyak yang memperkirakan
KY ini akan mampu menjaga
dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat serta perilaku
hakim. Mengingat, kewenangan
ini mempunyai arti yang sangat
luas.
Rapat Pengesahan Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang –
Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial di DPR.
menimpanya? Misalnya, ketika
pukulan telak lain dipangkasnya
fungsi pengawasan KY terhadap
hakim oleh Mahkamah Konstitusi
(MK). Akibatnya, lembaga
pengawas hakim tersebut tidak
bisa lagi melakukan pemeriksaan
terhadap hakim. Sekarang, DPR
sudah mengembalikan fungsi
pengawasan dan pemeriksaan KY.
jawab, menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.
Pada periode pertama
kehadirannya, KY berusaha
meletakan pondasi sebagai
lembaga pengawas perilaku
hakim. Sebagai lembaga baru,
KY dituntut berjuang keras
membangun eksistensinya di
dunia nyata. Artinya, kehadiran
lembaga baru ini merupakan
harapan masyarakat untuk
sanggup memperbaiki dunia
peradilan yang tercemar dari
praktik-praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
Hanya saja, untuk mewujudkan
harapan-harapan masyarakat ke
sebuah lembaga negara baru
yang bernama KY.
Mengutip peryataan Ketua
KY Suparman Marzuki, proses
penguatan internal sebenarnya
telah dengan susah payah
dibangun oleh KY era pimpinan
Busyro Muqoddas. Selanjutnya,
tambah dia, yang harus
dilakukan oleh KY Jilid II adalah
Sebagai lembaga baru,
Komisi Yudisial dituntut
berjuang keras membangun
eksistensinya di dunia
nyata. Artinya, kehadiran
lembaga baru ini merupakan
harapan masyarakat untuk
sanggup memperbaiki dunia
peradilan yang tercemar
dari praktik-praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
dunia nyata tidak segampang
yang diucapkan. Jadi, apabila
salah melangkah pada awal
kehadirannya, eksistensi KY
tidak seperti sekarang. Pekerjaan
berat dalam lima tahun
pertama tak hanya sebatas
membangun lembaga, tetapi
juga membangun kesadaran
masyarakat bahwa telah hadir
mempertajam capaian KY Jilid I.
Dalam kepemimpinan Eman
Suparman, Ketua KY jilid kedua
periode pertama, banyak
keberhasilan-keberhasilan
yang dicapai. Dia berjanji akan
meneruskan keberhasilan yang
dicapai Eman sebelumnya.
Dia menilai banyak kemajuan
positif di masa kepemimpinan
Eman. “Yang belum berhasil
kami dorong lebih berhasil lagi.
Tetapi yang paling penting saya
dan teman-teman berhasrat dan
berkeinginan menjadikan KY
ini dalam arus utama reformasi
peradilan,” ujarnya.
Dia mencontohkan beberapa
capaian yang berhasil
diselesaikan KY di antaranya,
mengawal RUU KY sampai
disahkan menjadi UU oleh
DPR. Bisa dikatakan, UU
baru ini justru lebih banyak
memberikan amunisi bagi
KY untuk menegakkan etika
hakim, salah satunya KY berhak
melakukan penyadapan kepada
hakim, dengan cara meminta
bantuan dari penegak hukum
lain seperti Polri. Mengingat, KY
tidak punya alatnya. Termasuk
dapat memeriksa hakim dan
merekomendasikan pemecatan
lewat sidang etik Majelis
Kehormatan Hakim (MKH).
KY juga berhasil menyepakati
empat peraturan bersama
dengan Mahkamah Agung
(MA). Keempat peraturan
bersama adalah: Panduan
Penegakan Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim; Tata
Cara Pemeriksaan Bersama;
Tata Cara Pembentukan, Tata
Kerja dan Tata Cara Pengambilan
Keputusan Majelis Kehormatan
Hakim (MKH); dan Seleksi
Pengangkatan Hakim.
Peraturan bersama pertama
menyangkut pedoman perilaku
dan kode etik hakim. Ini
merupakan penjabaran tentang
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
5
LAPORAN UTAMA
Peraturan bersama ini
merupakan hal yang penting
karena selama ini terjadi
perbedaan perspektif antara MA
dan KY menyangkut beberapa
butir dimana MA mengatakan
pelanggaran hukum acara
merupakan ranah teknis yudisial,
tapi KY justru mengatakan ranah
kode etik.
Kedua, peraturan bersama
tentang pemeriksaan bersama
ini merupkan jalan keluar jika
ada perbedaan pendapat
antara MA dan KY terkait
rekomendasi lembaga pengawas
hakim tersebut. Selama ini,
jika ada rekomendasi dari KY
yang disampaikan ke MA, tapi
pihak MA menolak, maka tidak
ada penyelesaian.
Namun, dengan adanya
peraturan bersama, tindak lanjut
dari adanya UU baru, MA harus
melaksanakan rekomendasi
KY. Persoalan seperti itu, jalan
keluarnya dengan pemeriksaan
bersama. Tidak mustahil,
pemeriksaan bersama juga bisa
dilakukan jika ada permintaan
dari kedua lembaga tersebut.
Ketiga, peraturan bersama
tentang seleksi hakim agung,
yang mana mengamanatkan
tentang seleksi pengangkatan
hakim. Selama ini seleksi
pengangkatan hakim
dilaksanakan oleh MA tanpa
melibatkan KY.
6
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ WEP
bagaimana melaksanakan kode
etik dan pedoman perilaku
hakim.
Penandatanganan Peraturan Bersama KY-MA.
Dengan adanya UU baru,
proses pengangkatan hakim
harus dilaksanakan dengan
KY. Sebenarnya, amanat
pengangkatan hakim secara
bersama-sama sudah lama
diamanatkan oleh UU. Hanya
saja, regulasinya belum diatur
oleh presiden. Apalagi, status
hakim bukan lagi sebagai
pegawai negeri sipil, tapi masuk
kategori pejabat negara yang
mendapatkan sejumlah fasilitas.
Keempat. menyangkut tata cara
pembentukan tata kerja dan tata
cara pemgambilan keputusan
MKH. Peraturan bersama ini
merupakan penyempurnaan
dari keputusan bersama antara
KY dan MA tentang tata cara
pengambilan keputusan.
Sebelumnya sudah pernah
dibuat aturan pengambilan
keputusan MKH. Hanya saja,
kesepakatan bersama tersebut
sifatnya sementara karena hanya
untuk mengejar MKH untuk
menyidangkan ketua Pengadilan
Banjarmasin.
Selain itu, KY juga berhasil
memperjuangkan kenaikan gaji
dan tunjangan untuk para hakim.
Ketentuan itu tertuang dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No
94 tahun 2012 tentang gaji dan
tunjangan untuk para hakim.
Selain kenaikan gaji, hakim
juga mendapat fasilitas
sebagai pejabat negara dan
mendapatkan tunjangan
sesuai ketentuan. Di antaranya,
tunjangan kendaraan, tunjangan
kemahalan berdasarkan zona,
jatah pensiun dan tunjangan
perumahan.
Besar gaji masing-masing
hakim ditentukan oleh tiga
ketentuan yaitu, berdasarkan
peradilan. Tindak-tanduk hakim
akan lebih terpantau meskipun
berada di lokasi terpencil
sekalipun.
Capaian KY lainnya, membentuk
kantor penghubung di enam
kota besar di Indonesia,
yakni Medan, Surabaya,
Semarang, Mataram, Makasar,
dan Samarinda. Keberadaan
kantor penghubung ini, dinilai
cukup efektif untuk menjadi
perpanjangan tangan KY dalam
menerima laporan masyarakat.
Saat ini KY sudah menjalin
kerjasama dengan KY di
beberapa negara. Capaian lain
yang tidak kalah pentingnya
adalah, KY berhasil membuat
database hakim untuk
mendukung pelaksanaan
pengawasan hakim dan seleksi
hakim agung, termasuk database
calon hakim agung non karier.
Sementara prioritas
eksternal di antaranya
membangun komunikasi
intensif dengan civil society;
lembaga-lembaga Negara,
khususnya MA; Pemerintah,
khususnya Bappenas,
Kementerian Keuangan,
Menpan; Komisi-Komisi Negara;
serta Media.
Sementara, Komisioner KY
Bidang Rekrutmen Hakim
Taufiqurrahman Syahuri juga
mengemukakan sejumlah
program prioritas lainnya. Dia
mencontohkan terkait putusan
hasil laporan masyarakat.
Jika selama ini, pelapor hanya
mendapatkan petikan putusan,
kedepannya akan diberikan
secara lengkap. †† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ADNAN
jenjang karir, wilayah, dan kelas
pengadilan. Ketiga ketentuan
inilah yang membedakan gaji
masing-masing hakim.
Suasana Rapat KY dengan Penghubung Daerah.
Selain itu, tim penghubung
juga melakukan pemantauan
persidangan serta mengadakan
sosialisasi kode etik dan
kelembagaan KY. Peran lainnya,
mencari info awal rekam jejak
para calon hakim agung.
Artinya, keberadaan kantor
penghubung ini akan
meminimalisir pelanggaranpelanggaran di lembaga
Dalam kepemimpinannya,
ada dua prioritas utama yang
harus segera diselesaikan,
yakni prioritas internal dan
eksternal. Internal melingkupi,
percepatan pengisian Sekjen
yang telah 3 bulan PLT menyusul
pensiunnya Sekjen sebelumnya.
Kedua, meningkatkan kuantitas
dan kualitas sumber daya
manusia KY. Ketiga, menyusun
Renstra 2015-2019.
Dalam putusan itu melingkupi
duduk perkara dan
pertimbangan komisioner. Dia
juga menginginkan agar putusan
hasil pemeriksaan laporan
masyarakat bisa terpublikasikan
setiap bulan. Hanya saja,
masih ada pertentangan antar
komisioner.
Harapan lainnya, setiap ada
promosi ketua pengadilan bisa
meminta pertimbangan dari
KY. Sehingga, mereka tidak
merasa berhutang budi dengan
pimpinan MA karena ada
pertimbangan lembaga lain.
Seharusnya, kata dia, ini menjadi
putusan mengikat. Diharapkan
juga, ruang sidang etik KY
bukan berbentuk ruang rapat,
tapi benar-benar mirip seperti
ruang sidang pada umumnya.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
7
LAPORAN UTAMA
Anggota KY/Ketua Bidang Rekrutmen Hakim
Taufiqurrahman Syahuri.
“Saya sudah minta kepada biro
persidangan, dan sudah mulai di
pertimbangkan,” kata dia. Selanjutnya, mengumumkan
hasil putusan majelis hakim yang
terbaik. Artinya, putusan yang
dijatuhkan aspiratif, solutif, dan
bisa dijadikan teladan. Misalnya,
sidang di Pengadilan Negeri
Purwokerto, dilakukan dengan
cara teleconference dengan
laptop. Saksi tunggal yang juga
korban pemerkosaan tidak bisa
hadir karena kondisinya yang
parah. Dengan begitu, meskipun
saksi tidak bisa dihadirkan, tetap
bisa memberikan kesaksian dan
hakim bisa memutuskan.
Koordinator Masyarakat
Pemantau Peradilan Indonesia
(MaPPI) Choky Risda
Ramadhan menyebutkan,
capaian KY yang perlu dicatat
adalah adanya kesepakatan
bersama dengan MA terkait kode
etik dan perilaku hakim.
8
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ WEP
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ WEP
record dan kompetensi yang
dibutuhkan.
Anggota Komisi III DPR Yahdil Abdi Harahap.
Dengan itu, KY lebih leluasa
menindak hakim-hakim yang
awalnya terjadi resistensi di
MA untuk hakimnya diperiksa
di KY. Hasilnya, banyak hakim
yang berhasil diperiksa dan
diberhentikan dengan tidak
hormat karena terbukti
melakukan pelanggaran etik.
KY sekarang berbeda
dengan sebelumnya, banyak
kewenangan baru yang
diamanahkan UU. Misalnya,
dilibatkan dalam proses seleksi
calon hakim (Cakim). Perlu
diatur dengan jelas metode dan
formulasi untuk keterlibatan KY
dalam seleksi cakim. Minimal,
harus ada pembahasan intensif
antara MA dan KY. Terkait soal seleksi calon hakim
agung, KY cukup memilih hakim
agung berdasarkan kebutuhan
kamar yang diminta MA. Calon
hakim agung harus benar-benar
disaring ketat berdasarkan track
“Jangan sampai KY meloloskan
calon-calon yang publik sudah
beri masukan ke KY tidak layak
untuk diloloskan namun tetap
diloloskan. Dulu koalisi pernah
usul Gayus dan Daming untuk
tidak diloloskan, tapi KY tetap
loloskan,” kata Choky.
Pasca terpilihnya hakim agung,
KY diharapkan tidak lepas
tangan. Artinya, lembaga
pengawas hakim ini tetap
memantau kinerja para hakim
agung pilihannya, terutama dari
perilakunya. Dengan begitu, hasil
pengamatan yang dilakukan
bisa dijadikan masukan untuk
proses seleksi hakim agung
kedepannya.
Anggota Komisi III DPR Yahdil
Abdi Harahap menyakini, saat
ini masyarakat menaruh harapan
besar kepada KY selaku lembaga
pengawas hakim.
Lembaga ini diharapkan
menjadi pendekar hukum di
mata masyarakat, artinya bisa
memberikan keadilan bagi
masyarakat. Dengan begitu,
peran KY kedepan akan semakin
diperhitungkan keberadaannya.
“KY sama menakutkannya
dengan KPK. Kami sangat
berharap agar KY bisa maksimal
dan di bawah kepemimpinan
ketua baru. Mudah-mudahan
bisa terbangun lembaga yang
lebih ideal kedepan,” kata Yahdil.
Pasang Surut Hubungan
KY dan MA
M. Purwadi
Hubungan antara MA dan KY mengalami pasang surut sejak KY
efektif berdiri pada 2005 silam. Seperti saat KY mengusulkan
upaya kocok ulang seluruh hakim agung. Lantas disusul
dengan penghapusan sepihak nota kesepahaman MA-KY soal
kode etik hakim.
†† DOC. PRI
hakim agung
usi tempat 31
kamah Konstit Tahun 2004.
Gedung Mah
atas UU No. 22
judicial review
yang menga
S
etelah ditandatangani
nota kesepahaman
baru, keduanya tampak
mesra saat bahu-membahu
mengungkap skandal pemalsuan
pembatalan vonis mati Hengki
Gunawan. Hakim Agung Ahmad
Yamani pun terjungkal.
jukan
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
9
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ADNAN
LAPORAN UTAMA
Suasana Sidang Majelis Kehormatan Hakim
Jika meminjam istilah Ketua
Komisi Yudisial Suparman
Marzuki, hubungan antara
KY dan MA dikatakan makin
produktif.
Kini, hubungan mesra kedua
lembaga bentukan UUD 1945
retak lagi terkait kasus Daming
Sunusi. Pemicunya adalah
bentuk sanksi atas pernyataan
Daming ‘pemerkosaan dan
korban saling menikmati’,
apakah harus dipecat atau tetap
menjadi hakim. Jika ditilik ke belakang,
hubungan antara MA dan KY
dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia bisa dibilang tidak
terlalu harmonis. Karena karakter
kepemimpinan yang ada di MA
dan KY terlalu mengedepankan
ego bahwa salah satu merasa
lebih superior dari pada
10
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
yang lain. Karenanya, untuk
menciptakan hubungan yang
harmonis antara keduanya dapat
dilakukan dengan membangun
komunikasi intensif antara
keduanya.
Misalnya, hubungan kedua
lembaga ini terlihat mesra saat
adanya kesepakatan empat
peraturan bersama KY-MA
terkait rekrutmen hakim,
pemeriksaan bersama, majelis
kehormatan hakim dan panduan
penegakan KE-PPH (Kode
Etik-Pedoman Perilaku Hakim).
Bahkan, anggota Komisioner KY
Imam Anshori Saleh menyebut
tahun 2012 sebagai tahun
yang harmonis antar lembaga.
“Sekarang sudah seperti mitra,”
kata Imam.
Jika meminjam istilah Ketua
Komisi Yudisial Suparman
Marzuki, hubungan antara
KY dan MA dikatakan makin
produktif. Dia mencontohkan,
komisinya telah menandatangani
beberapa peraturan bersama
yang memuat beberapa
kesepakatan penting dalam
menjalankan kewenangan
masing-masing yang
terkait pengawasan; mulai
intensif bekerja bersama
pelatihan-pelatihan hakim;
melakukan investigasi calon
hakim ad hoc, dan beberapa
kegiatan produktif lainnya.
Harapannya, dalam jangka
pendek, kedua lembaga
akan menyusun langkah-langkah
bersama menentukan
mekanisme rekrutmen hakim
tingkat pertama menyusul
ditegaskannya hakim sebagai
pejabat negara. Dalam jangka
panjang, ingin MA fokus dan
professional sebagai pengadil
dan melepaskan urusan-urusan
administratif, seperti antara lain
rekrutmen hakim dan promosi
mutasi hakim.
Suparman melanjutkan
komunikasi dengan MA harus
dibangun lebih baik lagi. Selain
itu, dia berharap MA lebih
menerima kehadiran KY di
masa-masa yang akan datang
Artinya, KY sebagai pengawas
hakim tidak boleh terlalu dekat
dengan lembaga yang diawasi.
KY harus tetap menjaga jarak
dengan MA. Namun, dia juga
tidak merekomendasikan adanya
konfrontasi karena semua
yang diawasi berada di bawah
MA. Misalnya kasusnya hakim
Daming, MA mogok tidak mau
melanjutkan rekomendasi KY.
“Kita banyak komunikasi dengan
MA. Termasuk soal pemeriksaan
hakim juga bersama-sama,”
jelasnya.
Sementara itu, Ketua Mahkamah
Agung (MA) Hatta Ali berharap
KY dan MA bisa bersinergi
dengan baik. Selama ini, kedua
lembaga telah menjalin kerja
sama untuk menjaga dan
mengawasi perilaku para hakim
di seluruh Indonesia. “Semoga
bisa tetap bersinergi dengan
baik,” ujarnya.
Anggota Komisi III DPR Eva
Kusuma Sundari melihat,
hubungan kinerja Komisi Yudisial
dan Mahkamah Agung memiliki
hubungan yang unik, yaitu
saling ketergantungan dalam
keberadaan keduanya yang
saling independen.
Kinerja Komisi Yudisial dalam
situasi ketergantungan kepada
MA, output/outcome kerja
Komisi Yudisial tergantung
inputnya, yaitu komitmen politik
dari MA dalam bekerjasama
maupun merespon permintaanpermintaan KY.
Di saat yang sama, performance
indicators dari Komisi
Yudisial (adanya peradilan yg
berintegritas, independen,
kredibel) adalah sekaligus
indicator performance dari MA.
Sepatutnya mereka seperti dua
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ WEP
karena saat ini dia mengakui
ada atau jurang antara kedua
lembaga hukum tersebut. “Tetapi
jurangnya menurut saya makin
menipis, makin menyempit
karena kerjasama yang sudah
kami bangun dan peraturan
bersama sudah kami buat itu
menjadi penghubung di dalam
kedua lembaga makin harmonis,”
terangnya. Beda halnya dengan
pandangan anggota komisioner
Taufiqurahman Syahuri yang
berpandangan bahwa hubungan
antara KY dan MA lebih pada
kemitraan proporsional.
Ketua KY Suparman Marzuki menyerahkan 12 Nama Calon
Hakim Agung ke DPR.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
11
LAPORAN UTAMA
sisi dari satu mata uang. Tapi
sayangnya hubungan keduanya
seperti tom and jerry, berantem
tapi tidak terpisah tapi tidak
selalu sejalan. Jadi hambatan
kinerja KY tidak akan optimal
sepanjang MA tidak mendukung
KY sepenuhnya terutama
terhadap fungsi pengawasan
hakim agung karena MA pasang
badan. Tampaknya, Komisi Yudisial
juga harus mempertimbangkan
problem struktural kelembagaan
MA yang merupakan faktor
signifikan yaitu soal integritas
para staf kesekjenan terutama
para panitera. Harus dipastikan
bahwa mereka juga target
reformasi (sehingga perlu
diawasi) sehingga menjadi alat
pendukung/supporting system
yang efektif.
Komisi Yudisial harus
memikirkan strategy secara
cerdas, bagaimana dengan size
yang sekarang ada berdampak
efektif. “Untuk sementara fokus
aja ke MA sebagai gerbang
akhir keadilan. Jika MA beres, ke
bawah beres,” terang Politisi dari
PDIP tersebut.
†† DOC. ISTANA NEGARA
Jadi, tantangan ke depan justru
di komitmen politik MA untuk
serius melakukan kerjasama
di bidang pengawasan hakim
agung agar MA bisa dipercaya
publik karena mampu
mendeliver keadilan karena para
hakim agung yang berintegritas.
Artinya, kode etik yang bagus
tapi tanpa disertai sistem yang
menyertai tidak akan efektif.
Jika wewenang Komisi Yudisial
tidak cukup, tidak ada akses
dan kontrol terhadap internal
MA, tidak boleh ‘nyadap’ (saat
ini hanya pasif mengandalkan
pengaduan masyarakat) maka
penegakkan kode etik ini tidak
maksimal.
Pengambilan sumpah Anggota Komisi Yudisial periode
2010-2015 di hadapan Presiden di Istana Negara.
12
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
Komisi Yudisial
harus memikirkan
strategy secara
cerdas, bagaimana
dengan size yang
sekarang ada
berdampak efektif.
“Untuk sementara
fokus aja ke MA
sebagai gerbang
akhir keadilan. Jika
MA beres, ke bawah
beres,” terang Politisi
dari PDIP tersebut.
Suparman Marzuki Ketua Komisi Yudisial)
TUGAS KY MENJAGA
KEHORMATAN HAKIM
Adnan Faisal Panji
Dari waktu ke waktu, kepercayaan
masyarakat terhadap Komisi Yudisial (KY)
semakin kuat. Hal itu menunjukan harapan
masyarakat terhadap lembaga pengawas
hakim ini semakin besar. Terutama untuk
memperbaiki dunia peradilan yang
tercemar dari praktik-praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
P
engakuan ini, bukan berarti tugas
dan kinerja KY semakin ringan.
Sebaliknya, pengakuan ini justru
memberikan tantangan besar untuk menjawab
ekspektasi masyarakat yang semakin tinggi. Dalam perjalanannya, upaya KY menegakkan
peradilan bersih tentunya bukan pekerjaan
gampang. Banyak sekali tantangan dan cobaan
yang harus dilewati. Kendati banyak rintangan,
dukungan dan apresiasi yang luas juga dilihatkan
dari masyarakat dan pencari keadilan. Hal itu terlihat dari semakin meningkatnya
jumlah laporan pengaduan masyarakat dari
waktu ke waktu. Laporan terbanyak ditujukan
kepada para hakim yang dinilai telah berperilaku
melanggar kode etik, tidak profesional
dan melanggar prinsip imparsialitas dalam
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
13
LAPORAN UTAMA
menjalankan tugasnya kepada
KY. Di kiprahnya yang ke delapan, KY
tak hanya tengah memasuki fase
krusial, tetapi juga tengah diuji
kesiapan dan kemampuannya
menjaga visi sebagai lembaga
pengawas yang bertanggung
jawab, menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.
Hanya saja, untuk mewujudkan
harapan-harapan masyarakat ke
dunia nyata tidak segampang
yang diucapkan.
Untuk mengetahui,
program-program prioritas
apa yang sudah dipersiapkan
KY untuk mewujudkan harapan
masyarakat. Termasuk,
bagaimana KY mencari solusi
atas tantangan-tantangan yang
akan dihadapi itu.
Berikut petikan wawancara
Majalah Yudisial dengan Ketua
KY Suparman Marzuki.
Apa yang menjadi prioritas
Anda sebagai Ketua KY yang
baru?
Ada dua prioritas, Internal:
pertama, mempercepat
pengisian Sekjen yang telah 3
bulan PLT menyusul pensiunnya
Sekjen sebelumnya; kedua,
meningkatkan kuantitas dan
kualitas sumber daya manusia
KY; ketiga, menyusun Renstra
2015-2019.
Prioritas eksternal: membangun
komunikasi intensif dengan:
Pertama, civil society; kedua,
14
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
Apa yang perlu dilakukan?
Diusianya yang ke delapan,
Komisi Yudisial tak
hanya tengah memasuki
fase krusial, tetapi juga
tengah diuji kesiapan dan
kemampuannya menjaga visi
sebagai lembaga pengawas
yang bertanggung jawab,
menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku
hakim.
lembaga-lembaga negara,
khususnya MA; ketiga,
Pemerintah, khususnya
Bappenas, Kementerian
Keuangan, Menpan; keempat,
Komisi-Komisi Negara; kelima,
media.
Bagaimana Anda melihat
hubungan KY dan MA sejauh ini?
Hubungan KY dan MA
makin produktif. Kita telah
menandatangani beberapa
peraturan bersama yang
memuat beberapa kesepakatan
penting dalam menjalankan
kewenangan masing-masing
yang terkait pengawasan;
mulai intensif bekerja bersama
pelatihan-pelatihan hakim;
melakukan investigasi calon
hakim ad hoc.
Dalam jangka pendek
menyusun langkah-langkah
bersama menentukan
mekanisme rekrutmen hakim
tingkat pertama menyusul
ditegaskannya hakim sebagai
pejabat negara.
Dalam jangka panjang, kami
ingin MA fokus dan profesional
sebagai pengadil dan
melepaskan urusan-urusan
administratif, seperti antara lain
rekrutmen hakim dan promosi
mutasi hakim.
KY sudah sewindu, apa
capaian-capaian yang menurut
Anda layak dicatat sebagai
‘sejarah’ penting KY?
Setidaknya, ada beberapa
capaian di antaranya: pertama,
KY telah mampu membenamkan
kesadaran baru kepada hakim
dan masyarakat tentang KY
sebagai bagian penting dari
kelangsungan kehormatan
martabat kehakiman; kedua,
berhasil meningkatkan
pendapatan (gaji dll) hakim
sehingga mereka bisa menjalani
profesi terhormat itu lebih layak;
ketiga, mampu mengisi “ruang
kosong” kebutuhan hakim, yaitu
alternatif tempat mengadu dan
meningkatkan kapasitas mereka.
Apa tantangan yang akan
dihadapi ke depan?
KY pada dasarnya lembaga
negara yang besar; tidak
saja karena kehadiran dan
wewenangnya berdasarkan
UUD, tetapi juga lembaga
yang seharusnya aktif dan
responsif menterjemahkan
kewenangannya ke dalam disain
program yang besar sebagai
interpretasi atas wewenang
menseleksi hakim agung,
menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat
dan perilaku hakim. Tantangan
dalam konteks itu adalah
meyakinkan pemerintah dan
DPR terkait kebutuhan program,
SDM dan anggaran yang besar.
Mayoritas hakim agung yang
ada di MA sekarang adalah hasil
seleksi KY. Lalu, apa maknanya
bagi KY dan apa yang harus
dilakukan lembaga ini untuk
menjaga agar hakim-hakim
agung pilihannya sesuai
harapan awal KY?
KY tidak salah doa, cita-cita,
harapan dan mekanisme
rekrutmen untuk mencari,
memilih dan menempatkan
hakim agung yang memiliki
keagungan jiwa dan akal sehat.
Bahwa apakah mereka akan
mewujud menjadi pengadil
yang terhormat, bermartabat
dan dicatat sejarah sepanjang
masa sebagai hakim yang patut
dikenang “kemuliaannya”; 90%
tergantung diri mereka sendiri.
Institusi KY, MA dan masyarakat
hanya punya 10% untuk
membuatnya mulia.
Apakah kehadiran mereka bisa
mengikis perkara, minimal
mengurangi beban perkara di
MA?
Salah satu masalah besar pengadilan kita adalah jumlah
perkara yang tinggi karena tidak ada pembatasan perkara.
Semua jenis perkara bisa dilakukan upaya hukum ke MA.
Penambahan hakim agung baru tidak akan mengurangi
tumpukan perkara secara siqnifikan. Karena itu harus ada
politik hukum penyelesaian perkara.
Salah satu masalah besar
pengadilan kita adalah jumlah
perkara yang tinggi karena
tidak ada pembatasan perkara.
Semua jenis perkara bisa
dilakukan upaya hukum ke MA.
Penambahan hakim agung
baru tidak akan mengurangi
tumpukan perkara secara
siqnifikan.
Karena itu harus ada politik
hukum penyelesaian perkara.
Dalam posisi itu, kehadiran
hakim agung baru kami
harapkan mengurangi dan
syukur menghilangkan
ketidakpercayaan publik pada
MA. Ini jauh lebih substansial
ketimbang mengecilkan
tumpukan perkara.
Laporan masyarakat terkait
hakim nakal makin hari makin
meningkat, apakah karena
makin banyaknya hakim nakal?
Hakim bermasalah,
sebagaimana korupsi di negeri
ini adalah produk dari sistem
penyelenggaraan Negara yang
salah urus dan dibiarkan. Jadi
kalau bermunculan hakim
bermasalah, lebih karena
institusi pengungkap kejahatan
itu bekerja.
Bagaimana anda menjaga
harmonisasi antar komisioner?
Saya bersyukur diberi
kesempatan menjadi bagian
dari anggota KY yang memiliki
integritas. Solidaritas yang
terbangun selama ini, lebih
karena kami memiliki standar
perilaku baik yang sama dalam
menjalankan kewenangan.
Itu modal dasar kami untuk
harmonis.
Warisan apa yang akan anda
tinggalkan untuk KY?
Lebih tepat warisan kami semua
anggota KY, yaitu meletakkan
konsepsi besar untuk peran
besar KY membangun
pengadilan yang terhormat,
berwibawa dan dipercaya.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
15
PERSPEKTIF
SINERGITAS KERJASAMA KOMISI YUDISIAL
DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
MENCIPTAKAN KEWIBAWAAN SISTEM
PERADILAN DI INDONESIA:
Perspektif dan Manfaat Strategis
Dr. H. M. Aziz Syamsuddin, S.H.
Pembicara adalah Pimpinan Komisi III DPR RI (Hukum, Keamanan, dan Hak Asasi Manusia)
dari Fraksi Partai Golongan Karya (FPG).
I. Pendahuluan
1
2
16
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
“… One could point to many
examples to show that we are
living in an era of confused
values, what some have
called an ethical crisis. New
situations arise in all areas of
society that require constant
reexamination of ethical
constraints. The judiciary is
not immune to this process.
Judges need to continually
discuss and evaluate their role
and conduct1
… the best check on the
excesses of litigation is not
the rules of the profession or
even judicial oversight but
the values and character of
individual lawyers…2 “
Howard T. Markey, “A Need for
Continuing Education in Judicial Ethics”
(1993-94), 28 Valparaiso University Law
Review 647 at 651.
Joseph G Allgretti pada http://www.
legalethicsandreform.com/hm_quo03.
html
S
ebuah kalimat dan kutipan
tersebut yang dapat
memberi kita gambaran
dan opini bahwa keberadaan
pengawasan moral dan etika
daripada sistem pemerintahan
dan negara dalam pelayanan
masyarakat perlu dilakukan
terus-menerus dan transparan,
tidak terkecuali terhadap sistem
yudisial yang perlu mendapat
pengembangan dan perbaikan,
terutama pada integrasi prinsip
moral dan etikanya. Inilah latar
belakang lahirnya ide mengenai
perlunya sebuah perbaikan atau
update pada sistem hukum yang
cenderung bersifat konvensional.
Hal yang juga menjadi cerminan
dalam upaya merealisasikan
agenda reformasi penegakan
hukum di Indonesia, yang
memerlukan sifat akuntabilitas,
integritas, dan profesionalisme
dari para penegak hukumnya, tak
terkecuali, bagi para “wakil Tuhan”
yang dalam dunia hukum adalah
seorang hakim. Morat-marit
dibidang hukum yang salah
satunya adalah mafia di peradilan,
menjadi agenda dan tuntutan
yang meminta level perhatian
yang tinggi.3
Melihat dinamika historis dari
perjalanan reformasi hukum
dalam dunia peradilan di
Indonesia, maka telah dibentuk
Komisi Yudisial (KY) yang
bertujuan untuk membentuk dan
mengawasi pelaksanaan daripada
sebuah pedoman perilaku hakim,
yang seterusnya digunakan untuk
menjaga kewibawaan daripada
hakim dan institusinya.
Telah banyak kasus-kasus yang
dapat kita ketahui dari berbagai
media mengenai kesalahan dan
penyimpangan dari tugas dan
peran para penegak hukum
khususnya dari sejumlah
hakim di Indonesia, yang tidak
mencerminkan kewibawaan dan
kehormatan yang seharusnya
melekat pada diri hakim, seperti
terlibat dalam mafia hukum dan
menerima suap.4
Pada periode 2005-2012,
KY telah mencatat sebanyak
3.356 laporan masyarakat yang
teregistrasi terkait perilaku hakim,
3
4
Joko Riskiyono, “KY sebagai Pengawas
Kehakiman”, shnews (3 Juli 2013) pada
http://www.shnews.co/detile-21553komisi-yudisial-sebagai-pengawaskehakiman.html (diakses 27 Juli 2013).
Fahmi Firdaus, “Suap Hakim Bukti
Bobroknya Sistem Peradilan”,
Okezone (27 Juli 2013) pada
http://news.okezone.com/
read/2013/07/27/339/843422/
suap-hakim-bukti-bobroknyasistem-peradilan (diakses pada
27 Juli 2013) dan Joko Riskiyono,
“Jejaring Pengawasan Hakim”, Medan
Bisnis (10 Juni 2013) pada http://
www.medanbisnisdaily.com/news/
read/2013/06/10/33748/jejaring_
pengawasan_hakim/#.UfQcoFNSaFA
(diakses pada 27 Juli 2013)
yang kemudian tercatat 618
hakim diperiksa, 161 hakim yang
dilaporkan dan terkena sanksi.5
Oleh sebab itu peran dari sebuah
KY akan membantu dalam
menjaga citra dan kehormatan
institusi hakim dengan posisi
sebagai “watchdog” atau
pengawas dari perilaku hakim,
tanpa melakukan intervensi
terhadap independensi dari tugas
dan kewenangan hakim dalam
suatu proses penegakan hukum di
peradilan. Tetapi lebih diutamakan
guna menutup kelemahan yang
ada pada pengawasan internal di
Mahkamah Agung.6
Perlu diakui dan diapresiasi
tinggi terhadap kinerja dan
keberhasilan-keberhasilan
yang telah dilakukan oleh KY
dalam melakukan pengawasan
terhadap hakim dalam tugas
dan kewenangannya. Akan
tetapi kesuksesan tersebut
tentu belumlah cukup dan tentu
akan menjadi lebih sempurna
jika adanya bantuan nyata dari
berbagai pihak, terutama dari
pihak-pihak yang berhubungan
langsung dengan masyarakat luas,
seperti pemerintah daerah atau
penegak hukum di daerah. Sama
halnya, pembentukan jaringan di
daerah telah dilakukan oleh KY
dan tetap perlu dikembangkan
dan diperluas.
5
6
Laskus, “Dominan Kesalahan Hakim,
Skandal Seks, dan Suap”, Laksus News
(Padang, 7 Mei 2013) pada http://
www.laksus.com/berita/198/dominankesalahan-hakim-skandal-seks-dansuap.html (Diakses pada 27 Juli 2013).
Rmol, “Suap Sulit Dibabat Meski Gaji
Hakim Tinggi”, Rakyat Merdeka (25
Maret 2013) pada http://www.rmol.
co/read/2013/03/25/103603/SuapSulit-Dibabat-Habis-Meski-Gaji-HakimTinggi- (Diakses pada 27 Juli 2013).
Seperti telah dikemukakan
sebelumnya, peranan dalam
menjaga kehormatan dari
Peradilan Indonesia tidak saja
bergantung kepada hakim itu
sendiri dan KY, melainkan juga
berbagai pihak baik eksekutif
maupun regulator di daerah.
Khusus mengenai pemerintah
daerah sebagai wujud
implementasi dari hubungan
kerja yang luas dan terbuka dan
perwakilan pemerintah pusat,
interaksi dari pemerintah daerah
dan KY sebagai bentuk kerjasama
antar lembaga dan institusi atau
dapat berbentuk inter-agensi
juga merupakan suatu langkah
atau agenda penting yang
patut diperhitungkan dalam
pengawasan dan peningkatan
kewibawaan peradilan.
Bentuk kerjasama ini juga
akan membantu mekanisme
eksternal kontrol kepada hakim
atau peradilan yang tentu
merupakan harapan masyarakat.
Pemerintah daerah sebagai
institusi pemerintah yang memiliki
kewenangan dan berhadapan
langsung dengan masyarakat
di daerah, merupakan satuan
pelaksana yang bersifat teknis
untuk pelayanan masyarakat,
yang juga dapat memberikan
peningkatan terhadap pelayanan
masyarakat, khususnya di bidang
hukum.
Oleh karena itu dengan melihat
daripada strategi inovatif
tersebut, maka dalam presentasi
ini akan membicarakan secara
eksploratif dan deskriptif
mengenai bentuk daripada
kerjasama tersebut terutama
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
17
PERSPEKTIF
dari sudut pandang pelaksanaan
tugas dan kewenangan yang
telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan; dan
mengkaji terhadap implementasi
langkah tersebut dari segi efisiensi
dan efektivitasnya terhadap
tujuan reformasi penegakan
peradilan di Indonesia.
II. Tugas, Peranan, dan
Kewenangan KY dan
Pemerintah Daerah dalam
Himpunan Kontrol terhadap
Peradilan.
A. Komisi Yudisial
Framework regulasi KY tentu
diatur dalam Undang-Undang RI
Nomor 22 Tahun 2004 tentang KY,
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang RI Nomor 18
Tahun 2011. KY berdiri sebagai
lembaga negara sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 19457 yang bersifat mandiri
dan bebas campur tangan atau
pengaruh dari kekuasaan lainnya8.
Tugas dan kewenangan KY
secara umum diatur dalam
Pasal 13 UU No. 22 Tahun 2004
tentang KY sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 18
Tahun 2011. Selain kewenagan
untuk pengusulan pengangkatan
hakim agung dan hakim ad hoc di
Mahkamah Agung kepada DPR,
tugas dan kewenangan KY adalah
7
8
18
Pasal 1 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2004
tentang KY sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 18 Tahun 2011.
Pasal 2 UU No. 22 Tahun 2004 tentang
KY sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 18 Tahun 2011.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
juga menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat
serta perilaku hakim (Pasal 13
huruf b); Menetapkan Kode Etik
dan/atau Pedoman Perilaku
Hakim bersama-sama dengan
Mahkamah Agung (Pasal 13 huruf
c); dan menjaga dan menegakkan
pelaksanaan Kode Etik dan/atau
Pedoman Perilaku Hakim tersebut
(Pasal 13 huruf d jo. Pasal 19A).
Dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta
perilaku Hakim, maka KY
memiliki tugas untuk melakukan
pemantauan dan pengawasan
terhadap perilaku hakim (Pasal
20 ayat (1) huruf a), yang dalam
pelaksanaannya dapat meminta
keterangan atau data kepada
Badan Peradilan dan/atau Hakim
(Pasal 22 ayat (2)) dan bantuan
kepada aparat penegak hukum
untuk melakukan penyadapan
dan perekaman pembicaraan
(Pasal 20 ayat (3)) yang sifatnya
wajib ditindaklanjuti oleh aparat
penegak hukum (Pasal 20 ayat
(4)); menerima pengaduan
masyarakan mengenai dugaan
pelanggaran Kode Etik dan/
atau Pedoman Perilaku Hakim
(Pasal 20 ayat (1) huruf b); yang
mana dari laporan tersebut,
dilakukan verifikasi, klarifikasi, dan
investigasi secara tertutup (huruf
c) dan memutuskan benar atau
tidaknya laporan dugaan tersebut
(huruf d).
Dalam pelaksanaan verifikasi,
klarifikasi, dan investigasi
tersebut, KY juga berhak
melakukan pemeriksaan,
melakukan pemanggilan dan
Pemerintah Daerah sebagai
institusi pemerintah yang
memiliki kewenangan
dan berhadapan langsung
dengan masyarakat di
daerah, merupakan satuan
pelaksana yang bersifat
teknis untuk pelayanan
masyarakat, yang juga dapat
memberikan peningkatan
terhadap pelayanan
masyarakat, khususnya di
bidang hukum.
meminta keterangan dari hakim
yang bersangkutan dan/atau
saksi (Pasal 22A ayat (1))), bahkan
pemanggilan paksa terhadap
saksi (Pasal 22A ayat (2)). Dalam
Pasal 22D, KY pun kemudian
dapat mengusulkan penjatuhan
sanksi kepada hakim yang
terbukti melanggar.
Selanjutnya, KY juga bertugas
mengambil langkah hukum
dan/atau langkah lain terhadap
pihak-pihak yang merendahkan
kehormatan dan keluhuran
martabat hakim (huruf e). Selain
daripada tugas dan kewenangan
di atas, KY juga memiliki
tugas untuk mengupayakan
peningkatan kapasitas dan
kesejahteraan hakim. Tugas
ini dirasa penting pula dalam
meminimalisasi kekurangan
personal pada hakim yang
menyebabkan kemungkinan
penyelewengan kekuasaan
yang berujung pada gangguan
terhadap kehormatan profesi
hakim.
Sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, KY berkedudukan di
ibukota Negara RI, namun KY
diberi kewenangan untuk dapat
mengangkat penghubung di
daerah sesuai dengan kebutuhan
yang tata cara dan mekanismenya
diatur dalam Peraturan KY
Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Pembentukan, Susunan, dan Tata
Kerja Penghubung KY di Daerah.
Dalam menjalankan tugas, KY
dapat dibantu oleh Penghubung
KY di daerah.
Dalam Peraturan KY No. 1
Tahun 2012, Penghubung
KY bertugas membantu dan
memberi kemudahan bagi
masyarakat dalam penyampaian
laporan, peningkatan efektifitas
pemantauan persidangan, dan
sosialisasi kelembagaan dalam
rangka menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat serta perilaku
hakim.9
B. Pemerintah Daerah dalam
Dukungan terhadap
Penyelenggaraan Hukum
Secara eksplisit, memang tidak
diatur kewenangan pemerintah
daerah secara langsung untuk
pengawasan terhadap peradilan,
yang mana memang menjadi
9
Pasal 2 Peraturan KY RI Nomor 1 Tahun
2012 tentang Pembentukan, Susunan,
dan Tata Kerja Penghubung KY di
Daerah.
kebijakan trias politica di
dalam sistem negara, dengan
memisahkan kekuasaan eksekutif,
yudikatif, dan legislatif. Bahkan
dalam regulasi UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah
Daerah, jelas kewenangan yang
menjadi urusan Pemerintah
Pusat yang tidak dapat dilakukan
oleh Pemerintah Daerah adalah
termasuk juga di bidang yustisi.10
Akan tetapi, dukungan
atau bantuan terhadap
penyelenggaran sistem
pengawasan terhadap peradilan,
khususnya peradilan yang
ada di daerah terkait. Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah
misalnya dapat memberi bantuan
dalam hal komitmen terhadap
fasilitasi pelaksanaan dari
sistem pengawasan bersama
Penghubung KY di daerah
terkait dengan keterbukaan
dan dukungan pelaksanaan
kesejahteraan hakim.
Apapun bentuknya sepanjang
bukan sebuah intervensi
terhadap badan peradilan
dan sesuai dengan tugas dan
kewenangannya, tentu dapat
dipertimbangkan sebagai
dukungan pengelolaan program
peningkatan martabat hakim,
khususnya di daerah.
III.Pembangunan Arsitektur
Design dan Analisa
Manfaat dari Kerjasama KY
dan Pemerintah Daerah
10
Pasal 10 ayat (1) dan (3) huruf d UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Mengetahui ruang lingkup dari
tugas, kewenangan, dan peranan
dari KY dan Penghubungnya di
daerah dan Pemerintah Daerah,
maka kemudian seperti apakah
bentuk kerjasama yang dapat
dilakukan dengan batasan
lingkup tugas dan kewenangan
dalam regulasi dan tanpa
intervensi terhadap badan
peradilan tentu menjadi hal
yang menarik dan inovatif untuk
disimak.
Hubungan kerjasama eksternal
ini ironisnya dari permukaan
dapat dilihat sebagai sebuah
hubungan yang berpotensi untuk
saling mempengaruhi atau keluar
dari lingkup regulasi, namun
permasalahan tersebut bukanlah
sesuatu yang pasti, jikalau
kerjasama keduanya dilakukan
dengan memperhatikan koridor
dan tujuan spesifik daripada
pelaksanaannya.
Pengawasan atau kontrol
terhadap pelaksanaan Kode
Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim pada badan peradilan
yang dimiliki oleh KY tersebut
sebenarnya dapat dikatakan
bersifat “extraordinary”.
Maka dari itu KY pun memiliki
kedudukan sebagai lembaga
negara yang terdapat dalam
Konstitusi UUD 1945. Seperti
telah kita ketahui bersama
bahwa fungsi yudisial seharusnya
memiliki kemerdekaan yang tidak
terbatas dan bebas dari pengaruh
manapun atau dengan kata lain
tidak dapat diawasi.
Produk yudisial hanya dapat
diubah dengan produk dari
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
19
PERSPEKTIF
fungsi yudisial yang lebih
tinggi namun terbatas. Namun
dalam hal ini, KY ataupun
mekanisme pembangunan sistem
pengawasan yang dibicarakan
dalam paparan ini bukanlah
mengawasi para hakim sebagai
penjaga yudisial, melainkan
mengawasi dari sisi eksternal
seperti etika dan perilaku yang
berkaitan dengan moral dan
martabat. Dalam kenyataan yang
terjadi di lapangan, kedua bentuk
pengawasan tersebut sering
disalahartikan oleh masyarakat
secara sempit.
tugas pemeriksaan oleh KY, dan
dukungan-dukungan sarana dan
prasarana lain bagi penghubung
di daerah, selain dari apa yang
telah diberikan oleh KY di pusat
dalam pelaksanaan tugas.
Untuk itu dibutuhkan suatu
dukungan dalam memberikan
sosialisasi kepada masyarakat.
Bentuk agenda pertama
yang dapat dilakukan dalam
hubungan sinergis KY dan daerah
adalah bagaimana sosialiasi
pentingnya pengawasan KY
dan masyarakat di daerah
dalam menutup kelemahan
sistem manajemen personal
yang ada pada badan peradilan,
namun dilakukan dengan
cara yang tepat berdasarkan
asas profesionalisme dan
mengutamakan kepentingan
umum.
Sebaliknya, secara mutual,
KY juga dapat mengajak
para stakeholders di daerah
untuk mengerti pentingnya
pelaksanaan tugas dan peran KY
di daerah yang dapat terbantu
dengan dukungan dari pihak
lain. Maka fungsi edukasi dari
KY akan dapat membantu para
stakeholders di daerah dalam
menciptakan sistem manajemen
peradilan yang lebih bersih,
akurat, dan efisien.
Dukungan kedua yang dapat
diberikan oleh pemerintah
daerah tentunya adalah dalam hal
pemberian fasilitas sarana dan
prasarana atau kemudahan yang
dapat mendukung pelaksanaan
tugas KY di daerah. Misalnya,
pemberian izin yang mudah
dan tidak berbelit kepada
pembangunan kantor perwakilan
di daerah, dukungan alat-alat
teknis yang dapat berguna bagi
20
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
Dukungan dalam pemberian
training dan edukasi secara
eksternal juga menjadi
salah satu contoh untuk
pengembangan dan update
dari ilmu pengetahuan daripada
para hakim, misalnya dengan
undangan seminar atau
workshop.
Selain itu dapat digunakan
KY dalam menyerap persepsi
masyarakat mengenai nilai-nilai
yang dapat digunakan dalam
perumusan Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim.
Fungsi ini sebagai contoh dapat
dilakukan dengan memberikan
sosialisasi dan mediasi mengenai
pokok-pokok yang telah atau
perlu diatur dalam Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim.
KY, Pemerintah Daerah, maupun
masyarakat tentu tidak dapat
melakukan pengawasan dalam
Komisi Yudisial, Pemerintah
Daerah, maupun masyarakat
tentu tidak dapat melakukan
pengawasan dalam hal
substansi hukum yang ada
pada produk peradilan. Akan
tetapi dalam hal menjaga dan
menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta
perilaku hakim,
hal substansi hukum yang ada
pada produk peradilan. Akan
tetapi dalam hal menjaga dan
menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta
perilaku hakim, KY bersama
Pemerintah Daerah, Lembaga
Pemerintah Pusat di daerah
maupun aparat penegak
hukum yang ada di daerah,
dapat melakukan upaya kerja
sama dalam hal integrasi
terhadap pelayanan pengaduan
masyarakat.
Laporan atau keluhan dari
masyarakat terhadap situasi
atau perilaku hakim pada saat
peradilan atau di luar pengadilan
dapat dialamatkan kepada
para stakeholders tersebut di
atas. Hal ini dapat berbentuk
sebuah dukungan teknis data
(data center atau penerimaan
pengaduan masyarakat) yang
dapat dibagikan kepada para
stakeholders.
Tentunya pembangunan
pelayanan data dan informasi
masyarakat yang terbuka dapat
menjadi sarana untuk memberi
dukungan fasilitas ini.
Bukan tidak mungkin sebuah
Memori of Understanding (MoU)
dapat dilakukan antara kedua sisi
pihak, sekalipun hal ini memang
perlu kembali ditinjau lebih dalam
dari sudut regulasi dan konstitusi,
terutama terhadap tujuan
spesifik daripada pelaksanaan
materi dari MoU ini jikalau terjadi.
Pengawasan terhadap hakim
di peradilan mungkin hanya
terbatas bagi para pihak, namun
peningkatan kapasitas dari
pendidikan hakim dan bantuan
pelayanan masyarakat dalam hal
pengaduan tentu masih dapat
terjadi.
Disini bukan berarti penyediaan
dukungan teknis pendidikan
pada para hakim yang telah
melekat pada Mahkamah Agung,
tetapi lebih kepada pemberian
pendidikan hukum secara
eksternal kepada masyarakat,
sehingga menciptakan
masyarakat yang sadar hukum
dan menghargai supremasi
hukum.
Dengan sendirinya, maka
kewibawaan peradilan dan
prosesnya akan lebih dihargai,
seperti misalnya dalam hal
keamanan dalam proses di
pengadilan atau terjaminnya
akses produk-produk peradilan
yang diharapkan akan lebih
terbuka dan menjangkau, yang
terjadi karena masyarakat itu
sendiri berhasil menciptakan
lingkungan yang patuh hukum,
saling menghargai, dan
professional.
Kesimpulan
Dari apa yang telah dikemukakan
di atas, dapat diketahu bahwa
pentingnya pengawasan
terhadap pembuatan dan
pelaksanaan kode etik dan
pedoman perilaku hakim dalam
meningkatkan kehormatan
dan keluhuran martabat serta
kewibawaan hakim dan badan
peradilan. Mekanisme ini
tentunya telah berjalan dan
masih memerlukan banyak
penyempurnaan dan dukungan.
KY sebagai main actor daripada
sistem pengawasan terhadap
badan peradilan, tentunya
memerlukan dukungan terhadap
pelaksanaan kinerja. Salah satu
dukungan tentu dapat berasal
dari Pemerintah Daerah dan para
pihak di daerah dalam menutup
keterbatasan KY di daerah untuk
melakukan pengawasan.
Seperti halnya lembaga lain yang
berfungsi sebagai pengawas,
maka KY pun masih memerlukan
bantuan dari pihak luar, dengan
ketentuan bahwa tidak akan
mencampuri dan mengganggu
dari pelaksanaan tugas dari KY
terhadap badan peradilan terkait.
Hubungan kerjasama yang
sinergis antara KY dan
Pemerintah Daerah perlu
dilakukan dengan tetap
memperhatikan koridor
masing-masing, yang telah
diatur dalam regulasi yang
berlaku. Dukungan resiprokal
ataupun dalam bentuk dukungan
terhadap pelaksanaan tugas
KY tentu dapat dilakukan
untuk menjamin terlaksananya
pengawasan yang efektif dan
efisien terhadap badan peradilan
di daerah. Dukungan tersebut
dapat berupa bantuan teknis
sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan tugas KY dan
penghubungnya di daerah,
maupun sosialisasi kepada
masyarakat.
Hubungan kerjasama yang
mutual juga dapat terjadi dalam
hal peningkatan kapasitas
masing-masing dalam pendidikan
dan penegakan prinsip
akuntabilitas dan profesionalitas
di lingkungan masing-masing dan
masyarakat. Terpenting tentunya
bagaimana memilki tujuan
yang sama untuk membantu
masyarakat untuk mengawasi
dan melaporkan dugaan
penyalahgunaan kewenangan
dan tugas di lingkungan peradilan
di daerah tersebut.
Manifestasi dari bentuk-bentuk
kerjasama yang sinergis tersebut
diharapkan kemudian dapat
mendorong terbentuknya sebuah
sistem monitoring dan kontrol
yang baik terutama dalam tujuan
menciptakan masyarakat yang
mandiri dan profesional, yang
kemudian dapat mendukung
pengawasan di lingkungan
peradilan secara lebih efektif
dan efisien. Sebagai target hasil
akhir tentunya, hal kewibawaan,
kehormatan, dan keluhuran
martabat pada peradilan akan
menjadi lebih tinggi.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
21
PERSPEKTIF
FUNGSI HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
DIHUBUNGKAN DENGAN TINDAK
PIDANA KORUPSI SEBAGAI KEJAHATAN
TRANSNASIONAL
Lilik Mulyadi
Wakil Ketua Pengadilan Negeri/Perikanan Klas 1A Khusus Jakarta Utara dan Dosen Program Pascasarjana
Ilmu Hukum Universitas Jayabaya (Jakarta) dan Universitas Merdeka (Malang)
A. Sekapur Sirih
P
ada dasarnya, istilah
Hukum Pidana
Internasional atau
Internationale Strafprocessrecht
semula diperkenalkan dan
dikembangkan oleh pakar-pakar
hukum internasional dari Eropa
daratan seperti: Friederich Meili
pada tahun 1910 (Swiss); Georg
Schwarzenberger pada tahun
1950 (Jerman); Gerhard Mueller
pada tahun 1965 (Jerman); J.P.
Francois pada tahun 1967; Rolling
pada tahun 1979 (Belanda);
Van Bemmelen pada tahun
1979 (Belanda), kemudian
diikuti oleh para pakar hukum
dari Amerika Serikat seperti:
Edmund Wise pada tahun 1965
dan Cherif Bassiouni pada tahun
1986 (Amerika Serikat). (Romli
Atmasasmita: 2003, hlm. 19)
Ditinjau substansinya hukum
pidana internasional (selanjutnya
disingkat HPI) menunjukkan
adanya sekumpulan
22
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
kaidah-kaidah dan asas-asas
hukum pidana yang mengatur
tentang kejahatan internasional
(I Wayan Parthiana: 2006, hlm.
31). Akan tetapi, sebenarnya
pengertian HPI tidaklah
sesederhana itu. Ruang lingkup
dan dimensi dari HPI teramat
luas dan bahkan mempunyai 6
(enam) pengertian yang menurut
Romli Atmasasmita mencakup
aspek-aspek sebagai berikut:
1. Hukum Pidana Internasional
dalam arti lingkup
teritorial pidana nasional
(internasional criminal law in
the meaning of the territorial
scope of municipal criminal
law) ;
2. Hukum Pidana Internasional
dalam arti kewenangan
internasional yang terdapat
di dalam hukum pidana
internasional (international
criminal law in the meaning
of internationally priscribel
municipal criminal law);
3. Hukum Pidana Internasional
dalam arti kewenangan
internasional yang terdapat
dalam hukum pidana nasional
(international criminal law in
the meaning of internationally
authorised municipal criminal
law);
4. Hukum Pidana Internasional
dalam arti ketentuan hukum
pidana nasional yang diakui
sebagai hukum yang patut
dalam kehidupan masyarakat
bangsa yang beradab
(international criminal law
in the meaning of municipal
criminal law common to
civilised nations);
5. Hukum Pidana Internasional
dalam arti kerjasama
internasional dalam
mekanisme administrasi
peradilan pidana nasional
(international criminal law in
the meaning of international
co-operation in the
administration of municipal
criminal justice);
peradilan pidana nasional serta
HPI dalam arti materil.
Secara universal dan kasuistik
ada hubungan erat antara HPI
dengan kejahatan transnasional.
Tegasnya, karena ada hubungan
sedemikian erat antara HPI
dengan kejahatan transnasional
yang demikian kompleks baik
mengenai cara melakukannya
(modus operandi), bentuk
dan jenisnya, serta locus dan
tempus delicti yang lazimnya
melibatkan beberapa negara
dan sistem hukum pelbagai
negara. Kejahatan transnasional
merupakan kejahatan-kejahatan
yang sebenarnya adalah nasional
yang mengandung aspek
transnasional atau lintas batas
negara.
6. Hukum Pidana International
dalam arti materiil
(international criminal law
in the material sense of the
word).(Romli Atmasasmita,
Op. Cit, hlm 21)
Jadi, terjadinya kejahatan itu
sendiri sebenarnya di dalam
batas-batas wilayah negara
(nasional) akan tetapi dalam
beberapa hal terkait kepentingan
negara-negara lain, sehingga
nampak adanya dua atau lebih
negara yang berkepentingan
atau yang terkait dengan
kejahatan itu. Dalam praktiknya,
tentu ada banyak faktor yang
menyebabkan terkaitnya
kepentingan lebih dari satu
negara dalam suatu kejahatan.
Asumsi di atas menegaskan
bahwa HPI teramat luas bukan
saja dalam arti lingkup teritorial
hukum pidana nasional, akan
tetapi juga meliputi aspek
internasional baik dalam arti
kewenangan internasional yang
terdapat dalam hukum pidana
nasional, mekanisme administrasi
Tegasnya, kejahatannya
sendiri adalah nasional, tetapi
kemudian terkait kepentingan
negara atau negara lainnya,
maka nampaknya sifatnya yang
transnasional. Misalnya, khusus
tindak pidana korupsi, dimana
pelaku (offender) maupun
aset hasil korupsi tersebut
kemudian disimpan di negara
lain sehingga sehingga tidak saja
meliputi batas wilayah negara
yang bersangkutan tetapi juga
memasuki wilayah negara lain.
B. Fungsi Hukum
Pidana Internasional
Dihubungkan Dengan
Kejahatan Transnasional
Khususnya Terhadap
Tindak Pidana Korupsi
HPI atau international criminal
law atau internationale
strafprocessrecht merupakan
cabang ilmu hukum yang relatif
baru. Romli Atmasasmita
menyebutkan pengembangan
HPI sebagai salah satu cabang
ilmu hukum dimulai oleh
pekerjaan Gerhard O.W. Mueller
dan Edmund M. Wise yang
telah menyusun suatu karya
tulis International Criminal Law
dalam rangka proyek penulisan
di bawah judul Comparative
Criminal Law Project dari
Universitas New York. Pekerjaan
ini kemudian dilanjutkan oleh
Bassiouni dan V. Nada (1986),
yang telah menulis sebuah karya
tulis A Treatise on International
Criminal Law (1973).
Apabila dijabarkan lebih lanjut
pada pokoknya sebenarnya ada 4
(empat) fungsi dari HPI. Adapun
keempat fungsi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Agar hukum nasional di
masing-masing negara
dipandang dari sudut hukum
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
23
PERSPEKTIF
pidana internasional sama
derajatnya. Dari aspek
ini, maka menempatkan
negara-negara di dunia ini
tanpa memandang besar
atau kecil, kuat atau lemah,
maju atau tidaknya, memiliki
kedudukan yang sama antara
satu dengan lainnya. Oleh
karena itu, maka hukum
masing-masing diantara
negara-negara mempunyai
kedudukan yang sama.
2. Agar tidak ada intervensi
hukum antara negara satu
dengan yang lain. Tegasnya,
agar negara besar tidak
melakukan intervensi hukum
terhadap negara yang lebih
kecil. Apabila dijabarkan lebih
jauh maka fungsi kedua dari
Hukum Pidana Internasional
ini merupakan penjabaran
dari asas non-intervensi.
Menurut asas ini, maka suatu
negara tidak boleh campur
tangan atas masalah dalam
negeri negara lain, kecuali
negara itu sendiri menyetujui
secara tegas. Jika suatu
negara, misalnya dengan
menggunakan kekuatan
bersenjata berusaha
memadamkan ataupun
mendukung pemberontakan
bersenjata yang terjadi di
dalam suatu negara lain
tanpa persetujuan negara
yang bersangkutan, tindakan
ini jelas melanggar asas
non-intervensi.
3. Hukum Pidana Internasional
juga mempunyai fungsi
sebagai “jembatan”
atau “jalan keluar” bagi
24
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
negara-negara yang
berkonflik untuk menjadikan
Mahkamah Internasional
sebagai jalan keluar. Pada
dasarnya, Mahkamah
Internasional merupakan
sebuah lembaga peradilan
yang bersifat independen
dan tidak memihak
yang memutus serta
mengadili suatu perkara
yang dipersengketakan
oleh negara-negara yang
berkonflik. Oleh karena
itu maka Hukum Pidana
Internasional inilah yang
merupakan “jembatan”
atau “jalan keluar” bagi
negara-negara yang
berkonflik.
4. Hukum Pidana Internasional
juga berfungsi untuk
dijadikan landasan agar
penegakan Hak Asasi
Manusia (HAM) Internasional
relatif menjadi lebih baik. Dari
perspektif Hukum Pidana
Internasional maka asas
ini lazim disebut sebagai
Asas “penghormatan dan
perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia”. Asas
ini membebani kewajiban
kepada negara-negara
bahkan kepada siapapun
untuk menghormati dan
melindungi hak asasi
manusia dalam situasi
dan kondisi apapun juga.
Berdasarkan asas ini,
tindakan apapun yang
dilakukan oleh negara-negara
atas seseorang atau lebih
dalam status apapun
juga, tindakannya ini tidak
boleh melanggar ataupun
bertentangan dengan hak
asasi manusia. Sebagai
contoh, suatu negara
membuat peraturan
perundang-undangan
nasional dalam bidang
hukum pidana seperti
undang-undang tidak
pidana korupsi, terorisme,
money loundering, dan lain
sebagainya tidak boleh
ada ketentuannya yang
bertentang dengan hak asasi
manusia.
Keempat fungsi HPI tersebut
merupakan fungsi yang bersifat
elementer dan krusial. Apabila
dijabarkan, maka keempat
fungsi tersebut berhubungan
erat dan dapat diaplikasikan
terhadap kejahatan transnasional
khususnya seperti tindak
pidana korupsi. Apabila
dijabarkan, tindak pidana
korupsi mempunyai spesifikasi
tertentu yang berbeda dengan
hukum pidana umum, seperti
penyimpangan hukum acara dan
materi yang diatur dimaksudkan
menekan seminimal mungkin
terjadinya kebocoran serta
penyimpangan terhadap
keuangan dan perekonomian
negara.
Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) Anti
Korupsi 2003 (United Nations
Convention Against Corruption
(UNCAC), 2003) mendiskripsikan
masalah korupsi sudah
merupakan ancaman serius
terhadap stabilitas, keamanan
masyarakat nasional dan
internasional, telah melemahkan
institusi, nilai-nilai demokrasi dan
keadilan serta membahayakan
pembangunan berkelanjutan
maupun penegakan hukum.
relatif sesuai dengan kondisi
sosial, budaya dan kultur orang
Indonesia.
Selain itu, dikaji dari perspektif
internasional pada dasarnya
korupsi merupakan salah satu
kejahatan dalam klasifikasi White
Collar Crime dan mempunyai
akibat kompleksitas serta
menjadi atensi masyarakat
internasional sebagaima
Konggres Perserikatan
Bangsa-Bangsa ke-8 mengenai
“Prevention of Crime and
Treatment of Offenders”
yang mengesahkan resolusi
“Corruption in Goverment” di
Havana tahun 1990.
Oleh karena korupsi kejahatan
yang bersifat transnasional maka
HPI merupakan jembatan yang
mempunyai fungsi untuk adanya
interaksi antara satu negara
dengan negara lainnya. Dalam
praktik hal ini telah dilaksanakan
misalnya seperti apa yang telah
dilakukan oleh Indonesia dengan
menandatangani perjanjian
ekstradisi dengan negara
Singapura yang salah satu
kesepakatannya adalah dalam
rangka memulangkan koruptor
yang bersembunyi di negara
tersebut.
Asumsi di atas menyebutkan
tindak pidana korupsi bersifat
sistemik, terorganisasi,
transnasional dan
multidimensional dalam arti
berkorelasi dengan aspek
sistem, yuridis, sosiologis,
budaya, ekonomi antar negara
dan lain sebagainya. Dikaji
dari perspektif yuridis, tindak
pidana korupsi merupakan
kejahatan yang luar biasa (extra
ordinary crimes) sehingga
diperlukan penanggulangan
yang bersifat luar biasa (extra
ordinary enforcement) dan
tindakan-tindakan yang luar
biasa pula (extra ordinary
measures). Dari dimensi ini maka
fungsi HPI adalah sangat penting.
Sebagai kejahatan yang bersifat
transnasional maka kebijakan
legislasi di Indonesia haruslah
mengacu kepada tindak pidana
korupsi yang terdapat di negara
lain sepanjang hal tersebut
Selain itu, dengan dilakukannya
perjanjian ekstradiksi tersebut
membawa dampak terhadap
fungsi HPI yang kedua yaitu tidak
adanya intervensi hukum antara
satu negara dengan negara
lainnya. Aspek ini disebabkan,
oleh karena antara negara
satu dan negara lainnya telah
melakukan perjanjian yang
dilakukan secara sukarela dan
saling menguntungkan kedua
belah pihak.
Negara pihak atau negara korban
korupsi dapat meminta secara
baik-baik dengan melalui saluran
hukum ekstradiksi kepada negara
ketempatan tempat koruptor
maupun asetnya disembunyikan.
Oleh karena itu, melalui saluran
ekstradiksi ini relatif dapat lebih
memulangkan koruptor maupun
asetnya kembali kepada negara
korban.
Para negara korban melalui
jalur hukum internasional
dapat meminta kepada
Mahkamah Internasional
untuk mengadili negara
yang bersangkutan agar
dapat memberi jalan keluar
baik kepada negara korban
maupun kepada negara
ketempatan agar memutus
secara adil perkara yang
bersangkutan.
Kebalikan dari apa yang telah
diuraikan di atas maka apabila
negara korban maupun negara
ketempatan tidak ada penjanjian
ekstradiksi maka para koruptor
maupun aset relatif tidak dapat
dilakukan negosiasi untuk
memulangkan koruptor beserta
asetnya. Atau dapat juga apabila
negara korban maupun negara
ketempatan terjadi konflik
terhadap para koruptor maupun
asetnya. Maka terhadap aspek
ini, fungsi HPI sangat berperan di
dalamnya.
Para negara korban melalui
jalur hukum internasional dapat
meminta kepada Mahkamah
Internasional untuk mengadili
negara yang bersangkutan agar
dapat memberi jalan keluar baik
kepada negara korban maupun
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
25
PERSPEKTIF
Secara global HAM terdiri
dari tiga generasi, yaitu
generasi pertama (Sipil
dan Politik), generasi
kedua (Ekonomi, Sosial
dan Budaya), generasi
ketiga (Hak Kelompok)
yang kesemuanya itu
sesungguhnya merupakan
hak individu (Paul Sieghart:
1986, hlm. 107).
kepada negara ketempatan agar
memutus secara adil perkara
yang bersangkutan. Oleh karena
yang memutus adalah Mahkamah
Internasional yang bersifat
independen maka diharapkan
konflik yang terjadi diharapkan
selesai serta diputus berdasarkan
asas keadilan yang relatif dapat
diterima baik oleh negara korban
maupun negara ketempatan.
Berhubungan dengan apa
yang telah diuraikan di atas
yaitu fungsi HPI sebagai
jembatan agar hukum nasional
di masing-masing negara
dipandang dari sudut HPI sama
derajatnya, kemudian fungsi
kedua sebagai mencegah tidak
ada intervensi hukum antara
negara satu dengan yang lain
(asas non-intervensi), dan fungsi
ketiga yaitu HPI juga mempunyai
fungsi sebagai “jembatan”
26
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
atau “jalan keluar” bagi
negara-negara yang berkonflik
untuk menjadikan Mahkamah
Internasional sebagai jalan
keluar maka semua itu bermuara
kepada fungsi keempat yaitu HPI
juga berfungsi untuk dijadikan
landasan agar penegakan
Hak Asasi Manusia (HAM)
Internasional relatif menjadi
lebih baik. Fungsi keempat
ini merupakan “kunci” bagi
penegakan hukum khususnya
terhadap Tindak Pidana Korupsi.
Pada asasnya, Hak Asasi Manusia
menurut Bab I Pasal I angka
1 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia disebutkan merupakan
seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerahNya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara,
hukum dan Pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Oleh karena itu maka pada
dasarnya menurut Paul Sieghart
secara global HAM terdiri dari
tiga generasi, yaitu generasi
pertama (Sipil dan Politik),
generasi kedua (Ekonomi,
Sosial dan Budaya), generasi
ketiga (Hak Kelompok) yang
kesemuanya itu sesungguhnya
merupakan hak individu (Paul
Sieghart: 1986, hlm. 107).
Oleh karena tindak pidana
korupsi merupakan tindak
pidana yang bersifat extra
ordinary crimes sehingga
diperlukan penanggulangan
yang bersifat luar biasa (extra
ordinary enforcement) dan
tindakan-tindakan yang luar
biasa pula (extra ordinary
measures) maka HPI merupakan
katalisator dan pengaman yang
dapat berfungsi agar penindakan
dan penegakan hukum tindak
pidana korupsi sesuai dengan
koridor hukum dan dengan
demikian diharapkan penegakan
Hak Asasi Manusia Internasional
relatif menjadi lebih baik
sebagaimana fungsi keempat
dari HPI.
C. Konklusi
Keempat fungsi HPI yaitu sebagai
jembatan agar hukum nasional
di masing-masing negara
dipandang dari sudut HPI sama
derajatnya, sebagai pencegah
tidak ada intervensi hukum
antara negara satu dengan
yang lain (asas non-intervensi),
sebagai “jembatan” atau “jalan
keluar” bagi negara-negara yang
berkonflik untuk menjadikan
Mahkamah Internasional sebagai
jalan keluar dan landasan agar
penegakan Hak Asasi Manusia
(HAM) Internasional relatif
menjadi lebih baik berkorelasi
dengan kejahatan transnasional
khususnya terhadap kejahatan
korupsi.
Oleh karena itu, diharapkan
nantinya keempat fungsi HPI
tersebut relatif dapat lebih
berperan maksimal bagi
negara-negara di dunia untuk
dapat menindaklanjuti kejahatan
korupsi.
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ARIF
POTRET
Pengadilan Negeri Sukoharjo
Pimpinan Adalah
Panutan
Arif Budiman
Ketika pertama kali menginjakan kaki di Pengadilan Negeri
(PN) Sukoharjo, kesan yang tertangkap adalah bersih,rapi
dan sangat well organized (tertata rapi). Mungkin kita seperti
pertama kali menjejakkan kaki di area sebuah rumah sakit,
bukan pengadilan.
Memang setelah dilihat seluruh
ruangan pengadilan terlihat
sangat bersih dan rapi, bahkan
ruangan kosong di lantai 2 yang
nantinya diperuntukkan untuk
wakil ketua (di PN Sukoharjo
masih belum ada Waka PN) juga
terlihat tertata rapi.
“P
Semua berawal ketika di
awal 2010 Pengadilan Tinggi
Semarang yang kala itu
dipimpin oleh Sareh Wiyono,
mengadakan pemeringkatan
pengadilan se-Karasidenan
Surakarta, dari tujuh pengadilan
yang ada, PN Sukoharjo
egawai di sini terbiasa
datang jam setengah
tujuh pagi, apalagi
yang menangani kebersihan
kantor, mereka mungkin bisa
datang jam 6 pagi untuk
membersihkan kantor,di samping
itu mereka juga menjadi petugas
penyeberang bagi pegawai disini,
karena lalu lintas di depan kantor
pengadilan cukup ramai” ungkap
Dwi Tomo, SH.,M.Hum, Ketua
Pengadilan Negeri Sukoharjo
mengawali cerita.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
27
POTRET
Semua harus diawali dari kita
pimpinannya, karena para
pegawai disini melihat bagaimana
pimpinannya.”Saya ingat satu
ketika saya mengecek absensi
bulanan pegawai, disitu ada
pegawai yang seringkali telat,
lalu saya panggil dia, saya tanya
kenapa dia selalu telat, pegawai
tersebut beralasan, dia seringkali
tidak bisa bangun, saya katakan
kepada pegawai tersebut,
bagaimana kalau setiap pagi saya
telpon kamu supaya bangun tidak
telat, dia merasa tertantang, dan
sejak itu dia tidak pernah telat
lagi,” kenang Dwi Tomo.
“Alhamdulillah, berkat
kerja keras semua personil
pengadilan pada tahun 2011 kita
mendapatkan peringkat pertama
dengan kategori memuaskan,
dalam bidang kebersihan
kantor,administrasi teknis dan
non teknis,pelayanan publik dan
catur tertib,” tambah Mulyanto.
28
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
“Itu sangat membantu loh
mas,beberapa pengunjung yang
menyambangi sanak famili di
ruang tahanan misalnya, sangat
terbantu dengan adanya depot
minum kejujuran ini,namun kita
juga menyediakan minuman
gratis bagi para penjenguk yang
tidak mampu membeli minuman,
jadi seimbang juga,” kata Dwi
Tomo.
“Modalnya pun awalnya kita
patungan dengan semua staf di
kantor, alhamdulillah ketika kita
ungkapkan ide tersebut mereka
apreciate, saya bilang ke mereka,
kalau bukan kita yang merasa
memiliki kantor ini lalu siapa
lagi,dari modal awal yang hanya
300 ribu, depot minum kejujuran
sekarang bisa berkembang
dan jalan,dari keuntungan
depot minum kejujuran
kita bisa subsidikan untuk
kegiatan-kegiatan bersama yang
ada di PN, misalnya kita setiap
jumat mengadakan olahraga
bersama, setelah olahraga
biasanya kita sediakan minuman
kacang hijau dan makanan
L/ ARIF
YUDISIA
MISI
LAH KO
Hal ini memacu awak pengadilan
untuk berkomitmen berbenah.
“Saya ingat sekali waktu itu,kita
memacu diri kita dalam waktu
enam bulan untuk membenahi
semua hal-hal yang kurang di
PN,” kata Mulyanto,Pansek PN
Sukoharjo. Mulailah pembenahan
di semua aspek, para pegawai
ditanamkan mindset bahwa
bekerja adalah ibadah, dengan
begitu semua yang dikerjakan
adalah untuk kemaslahatan
bersama.
Beberapa terobosan inovatif
dilakukan untuk terus
meningkatkan pelayanan PN
Sukoharjo,diantaranya dengan
mendirikan kantin kejujuran
di depan resepsionis. Memang
itu hanya sebuah cooler yang
berisi minuman ringan berbagai
merek, di atas cooler ada sebuah
papan bertuliskan “Depot
Minum Kejujuran”, mungkin
terlihat sepele, namun terobosan
seperti ini terbukti bisa mendidik
masyarakat luas tentang
pentingnya kejujuran.
†† MAJA
menempati urutan terakhir dalam
hal,kebersihan,administrasi serta
catur tertib.
Depot minum kejujuran PN Sukoharjo.
kecil, snack dan minuman itulah
hasil dari keuntungan depot
minum kejujuran, jadi istilahnya
dari mereka,untuk mereka,”
tambahnya.
Jika ditilik dari sejarahnya PN
Sukoharjo pada masa awal
berdirinya, ketika dipimpin
oleh Bapak Sarwoko,SH
masih meminjam gedung
dan perlengkapannya dari
pemerintah daerah Surakarta,
sedang administrasi perkantoran
masih menjadi satu dengan PN
Surakarta.
Pada tahun 1966 Pengadilan
Negeri Sukoharjo sudah mulai
melakukan pemeriksaan perkara
atas pelimpahan berkas dari
Pengadilan Negeri Surakarta
yang domisili para pihak ada di
wilayah Sukoharjo.
Pada tahun 1966 PN Sukoharjo
mendapat pinjaman rumah dari
Kodim 0726 Sukoharjo untuk
keperluan sidang dan untuk
kegiatan kantor yang terletak
di desa Gayam kecamatan
Sukoharjo, baru pada tahun 1967
Pengadilan Negeri Sukoharjo
diresmikan oleh Ketua Pengadilan
Tinggi Semarang waktu itu, Bapak
Hapsoro,SH.
Sekedar informasi Pengadilan
Negeri Sukoharjo cakupan
wilayah hukumnya meliputi
daerah tingkat II kabupaten
Sukoharjo yang terdiri dari 12 (dua
belas) kecamatan, 150 (seratus
lima puluh) desa dan 17 (tujuh
belas) kelurahan.
Terobosan lain yang sudah
dicapai oleh PN Sukoharjo adalah
dan putusan perkara yang sudah
diputus oleh Pengadilan Negeri
Sukoharjo.
pelayanan publik yang berbasis
IT. Pengadilan Negeri Sukoharjo
sebagai salah satu ujung tombak
terdepan Mahkamah Agung telah
siap memberikan pelayanan yang
terbaik terhadap masyarakat.
Dengan sistem IT yang
terintegrasi seperti ini bisa
meminimalisir kesalahan yang
mungkin terjadi.” Hal-hal
yang bisa menjadi lubang
kesalahan sebisa mungkin kita
tutup,walaupun dengan dana
yang minim, kita berusaha untuk
memaksimalkan tenaga para
awak di pengadilan, seperti yang
sudah saya jelaskan di awal,
bahwa budaya organisasi di PN
Sukoharjo telah terbentuk dan
mengkristal di benak setiap
pegawai di sini, jadi pekerjaan
apapun kalau dikerjakan bersama
dan dengan ikhlas Insya Allah
hasilnya akan baik,” jelas Dwi
Tomo.
Reformasi birokrasi yang sudah
dicanangkan di Lembaga
Mahkamah Agung juga
menuntut institusi pengadilan
untuk berbenah diri dengan
meminimalisir pertemuan dengan
para pihak yang berperkara, dan
salah satunya dengan media
website.
Melalui media website ini para
pihak berperkara antara lain
dapat mengetahui informasi
tentang profile Pengadilan
Negeri Sukoharjo, perkembangan
perkara yang sedang dihadapi
Dwi Tomo : Sempat
Dipanggil KY, karena
kasus Yamani
S
“Saya memang dipanggil oleh
KY, namun saya berkeyakinan
kalau memang kita tidak salah
mengapa harus takut,terbukti
setelah diperiksa oleh KY memang
saya tidak terbukti terlibat
dalam skandal tersebut,” kata
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ARIF
kandal pembatalan vonis mati
gembong narkoba Hengky
Gunawan tidak hanya sampai
pada pemecatan hakim agung
Ahmad Yamani. Kasus ini juga
sempat menyeret Dwi Tomo
yang waktu itu menjadi Panitera
Pengganti.
Dwi Tomo
Ketua Pengadilan Negeri Sukoharjo
beliau. “Kasus itu memberikan
hikmah yang besar bagi saya,
karena setelah itu malah saya
diangkat menjadi Wakil Ketua PN
Sukoharjo,” ungkap Dwi Tomo.
Kasus ini bermula, saat PN
Surabaya memvonis terpidana
kepemilikan pabrik narkoba
Hengky Gunawan dengan 17 tahun
penjara. Di Pengadilan Tinggi (PT)
Surabaya, Hengky dihukum 18
tahun penjara dan dalam tingkat
kasasi MA mengubah hukuman
Hengky menjadi hukuman mati.
Namun oleh Imron Anwari, Hakim
Nyak Pha dan Ahmad Yamani,
hukuman Hengky menjadi 15
tahun penjara.
Dua bulan setelah vonis Hengky
Gunawan, Dwi Tomo naik
pangkat menjadi Wakil Ketua
PN Sukoharjo, Jawa Tengah.
Pelantikan pada 14 Oktober 2011
dihadiri Hakim Agung Imron
Anwari serta petinggi pengadilan
di seputaran Surakarta.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
29
LAPORAN KHUSUS
Meretas Asa
Menggapai Mimpi
Arif Budiman
L
andasan negara hukum Indonesia
dapat kita temukan dalam bagian
Penjelasan Umum UUD 1945
tentang sistem pemerintahan negara,
yaitu sebagai berikut:
1. Indonesia adalah negara yang
berdasar atas negara hukum
(Rechtsstaat), tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah
berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas).
Besar kemungkinan pemakaian istilah
rechtsstaat dipengaruhi oleh konsep
hukum Belanda yang termasuk dalam
wilayah Eropa Kontinental. Konsepsi
negara hukum Indonesia dapat kita
masukan dalam konsep negara hukum
materiil atau negara hukum dalam arti luas.
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 perubahan ketiga
menyatakan bahwa, negara Indonesia adalah
negara hukum. Dengan dimasukkannya pasal ini
kedalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan
semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat
negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus
merupakan negara hukum.
30
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
Hal ini dapat kita ketahui dari perumusan
mengenai tujuan bernegara sebagai mana
yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945 Alinea IV. Dasar lain yang menjadi
dasar bahwa Indonesia adalah negara
hukum dalam arti materiil terdapat dalam
pasal-pasal UUD 1945, sebagai berikut;
1. Pada Bab XIV tentang Perekonomian
Negara dan Kesejahteraan Sosial
Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang
menegaskan bahwa negara turut aktif
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ WEP
Peradilan bebas dan tidak
memihak ini mutlak harus
ada dalam setiap negara
hukum. Hukum akan dapat
ditegakkan ketika hakim
memiliki ‘kebebasan’ tanpa
adanya intervensi dari pihak
manapun.
Diskusi kode etik dan pedoman perilaku hakim yang diselenggarakan KY di
Pengadilan Tinggi Manado.
dan bertanggung jawab atas
perekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.
(independent and impartial
judiciary).
2. Pada bagian Penjelasan
Umum tentang Pokok-Pokok
Pikiran dalam Pembukaan
juga dinyatakan perlunya turut
serta dalam kesejahteraan
rakyat.
Peradilan bebas dan tidak
memihak ini mutlak harus ada
dalam setiap negara hukum.
Hukum akan dapat ditegakkan
ketika hakim memiliki ‘kebebasan’
tanpa adanya intervensi dari pihak
manapun.
Dengan demikian jelas bahwa
secara konstitusional, Negara
Indonesia adalah negara
hukum yang dinamis (negara
hukum materiil) atau negara
kesejahteraan (welfare state).
Dalam negara hukum yang
dinamis dan luas ini para
penyelenggara negara dituntut
untuk berperan luas demi
kepentingan dan kesejahteraan
rakyat. Salah satu faktor untuk
menjamin kesejahteraan rakyat
adalah melalui kepastian hukum.
Oleh karena itu maka untuk
menjamin kepastian hukum
diperlukan adanya peradilan
yang bebas dan tidak memihak
Saat seorang hakim memberikan
keputusan tidak boleh memihak
kepada siapapun juga, kecuali
hanya kepada kebenaran dan
nilai-nilai keadilan yang hidup
ditengah-tengah masyarakat. Oleh
karena hal tersebut maka untuk
dapat menjalankan tugas pokok
menerima, memeriksa, mengadili
dan pada akhirnya memberikan
keadilan, seorang hakim harus
memiliki kemampuan tertentu
sehingga dapat menghasilkan
putusan yang mengandung
nilai-nilai keadilan, kemanfaatan,
dan kepastian hukum.
Undang-undang Kekuasaan
Kehakiman mensyaratkan hakim
harus memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela,
jujur, adil, profesional, bertaqwa
dan berakhlak mulia, serta
berpengalaman di bidang hukum.
Sementara Beijing Statement of
Principles of the Indpendence of
Judiciary in the Law Asia Region
yang kemudian diubah di Manila
pada tahun 1997 menetapkan
bahwa untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan, hakim
harus memiliki kapasitas yang
terdiri dari tiga pilar utama
yaitu nilai-nilai kecakapan
(competence), kejujuran
(integrity), dan kemerdekaan
(independence).
Sedangkan MA menyatakan
bahwa untuk dapat melakukan
tugas fungsionalnya (memeriksa,
mengadili, dan memutus
perkara), setidaknya hakim harus
menguasai beberapa aspek utama
dan aspek pendukung. Aspek
utama yang harus dimiliki hakim
adalah penguasaan ilmu hukum
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
31
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ WEP
LAPORAN KHUSUS
Suasana diskusi kelompok saat kegiatan diskusi kode etik dan
pedoman perilaku hakim.
serta nalar hukum, penguasaan
hukum materiil dan formil, dan
penguasaan teknis persidangan
termasuk di dalamnya teknis
pembuktian, manajemen
persidangan, dan lain-lain.
Sedangkan aspek penunjang yang
diperlukan bagi seorang hakim
adalah bertanggung-jawab, sikap
kepemimpinan, dan kemampuan
bekerjasama.
Sejalan dengan pandangan
sebelumnya, Komisi Hukum
Nasional (KHN) memberikan
kriteria kapasitas hakim yang
dilihat dari aspek penguasaan
atas ilmu hukum, kemampuan
berpikir yuridik, kemahiran
yuridik (penerapan hukum),
serta kesadaran dan komitmen
profesional.
Dari pandangan-pandangan di
atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kapasitas hakim secara
garis besar mengandung dua
aspek yaitu aspek kemampuan
pengetahuan hukum dan aspek
32
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
komitmen terhadap etika dan
pedoman perilaku. Aspek
kemampuan pengetahuan hukum
meliputi penguasaan terhadap
asas-asas, kaidah-kaidah,
dan aturan-aturan baik di
tingkat lokal, nasional, maupun
internasional; penguasaan
terhadap bidang-bidang hukum
pada sektor-sektor kehidupan
masyarakat; penguasaan terhadap
metode penerapan dan penemuan
hukum. Sedangkan aspek
komitmen terhadap etika dan
perilaku hakim meliputi komitmen
untuk mengetahui, memahami,
menerapkan, dan menegakkan
KEPPH.
Kedudukan hakim sebagai
jabatan yang mulia menuntut
setiap orang yang menjadi hakim
memiliki kompetensi tertentu
untuk menunjang pelaksanaan
tugas fungsionalnya. Kompetensi
sebagai hakim pada dasarnya
sudah menjadi perhatian serius
Mahkamah Agung sejak proses
seleksi calon hakim. Melihat masih
ada pelanggaran yang dilakukan
oleh hakim akibat tidak menguasai
hukum acara serta pelanggaran
KEPPH di berbagai daerah
dapat dinilai bahwa program
peningkatan kapasitas hakim yang
telah dilaksanakan Mahkamah
Agung belum maksimal dan
optimal.
Oleh karena hal tersebut sejak
berdirinya, Komisi Yudisial
telah melaksanakan beberapa
kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatan kapasitas hakim,
antara lain dengan melaksanakan
kegiatan sosialisasi kode etik dan
pedoman perilaku hakim yang
telah dirintis sejak tahun 2011 ;
(lihat tabel)
Ternyata semua upaya yang
dilakukan oleh KY untuk
meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas hakim tidaklah sia-sia
karena seperti gayung bersambut,
ternyata para pemimpin di negeri
ini memberi tugas baru melalui
Undang-Undang No. 18 Tahun
PESERTA KEGIATAN SOSIALISASI KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
Tahun 2011 – 2012
No.
INSTANSI
JUMLAH PESERTA
1.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Bandung
75 (tujuh puluh lima) orang
2.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin
80 (delapan puluh) orang
3.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya
46 (empat puluh enam) orang
4.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Samarinda
45 (empat puluh lima) orang
5.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru
48 (empat puluh delapan)
orang
6.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Padang
71 (tujuh puluh satu) orang
7.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Makasar
34 (tiga puluh empat) orang
8.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Tanjung Karang
63 (enam puluh tiga) orang
9.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Denpasar
48 (empat puluh delapan)
orang
10.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Ambon
41 (empat puluh satu) orang
11.
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Tinggi Agama Pontianak
64(enam puluh empat) orang
12
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Syariah Aceh
80 (delapan puluh) orang
695 (enam ratus sembilan
puluh lima) orang
Jumlah Keseluruhan
2011 tentang Perubahan Atas
UU No. 22 Tahun 2004 tentang
Komisi Yudisial disisipkan
tugas tambahan yaitu untuk
“mengupayakan peningkatan
kapasitas dan kesejahteraan
hakim”.
Dari kalimat yang tertera pada
pasal tersebut secara tegas dapat
dimaknai bahwa KY mendapat 2
(dua) tambahan tugas baru, yaitu:
1. Peningkatan Kapasitas Hakim
dan
2. Peningkatan Kesejahteraan
Hakim.Berkaitan dengan
wewenang untuk
menegakkan kehormatan
dan keluhuran martabat serta
menjaga perilaku hakim.
Maka perlu dilihat pelanggaran
yang dilakukan oleh seorang
hakim. Ada dua jenis pelanggaran
yang dilakukan hakim,
Pertama yaitu pelanggaran
kode etik yang menyangkut
perilaku hakim. Kedua adalah
pelanggaran saat proses
pemeriksaan perkara, seperti
manipulasi fakta, pelanggaran
hukum acara dan bahkan tidak
menutup kemungkinan karena
ketidak-tahuan hakim itu sendiri.
Sosialisasi kode etik dan
pedoman perilaku hakim yang
dilaksanakan kepada kalangan
hakim sebenarnya bukan
satu jawaban atas maraknya
pelanggaran kode etik yang
selama ini terjadi di kalangan
hakim, namun setidaknya usaha
preventif yang dilakukan KY bisa
memberikan pengertian secara
kontinu dan terus menerus
kepada kalangan hakim tentang
pentingnya kode etik sebagai
satu “kitab suci” yang menjadi
pegangan para hakim.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
33
LEBIH DEKAT
Suparman Marzuki
Biaya Membangun
Hukum Masih Ngadat
Arif Budiman
Tugas mulia Komisi Yudisial
untuk mewujudkan dan
menjaga kehormatan,
keluhuran martabat, serta
perilaku hakim, tampaknya
tak semudah membalik
telapak tangan. Apalagi biaya
membangun hukum pun,
dipangkas.
34
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
M
enjadikan hukum
sebagai panglima di
negeri tercinta ini,
tampaknya masih menjadi
angan-angan. Lihat saja dunia
peradilan kita, akuntabilitasnya
sangat menyedihkan dan
mengkhawatirkan. Buktinya,
banyak pihak mengeluhkan
kualitas, kuantitas maupun
moralitas hakim yang ada.
Bahkan saking sulitnya mencari
hakim yang benar-benar
baik, Suparman Marzuki yang
baru dilantik sebagai Ketua
Komisi Yudisial (KY), pada
Juni lalu menggambarkannya,
seperti mencari jarum dalam
tumpukan jerami. Menurutnya,
itu karena proses rekrutmen
hakim tidak pernah disiapkan
sungguh-sungguh seperti di
Jepang dan Jerman. “Kalau di
sana, itu sejak masih mahasiswa
telah dididik 10 orang terbaik
untuk disiapkan menjadi
calon-calon hakim,” katanya
dalam dalam sebuah workshop
yang digelar di Yogyakarta, awal
Juli silam.
Sayangnya, lanjut Suparman,
ia belum pernah mendengar
fakultas hukum di Indonesia
memikirkan hal ini. “Ini sudah
banyak saya kemukakan,
tapi belum mendapat respon
positif,” ujarnya. Karena itu,
Suparman kembali berharap,
agar dunia pendidikan hukum
mempersiapkan mahasiswanya
secara serius, dijaga kebersihan,
dibiasakan bekerja secara
transparan, objektivitas, serta
ditanamkan rasa cinta pada
keadilan di dalam diri.
Permasalahan lain, volume
perkara di Indonesia menurut
mantan Ketua Komisi Pemilihan
Umum Provinsi D.I Yogyakarta ini,
sangat tinggi dan tidak sebanding
dengan jumlah hakim yang ada.
Hal ini terjadi karena semua
masalah dapat masuk berperkara
di pengadilan.
“Contohnya perceraian, apa perlu
masuk ke pengadilan hingga
ke tingkat kasasi? Belum lagi
permasalahan kurangnya hakim
yang ada. Seperti ada kasus
berat, itu terpaksa diperiksa oleh
hakim tunggal, jadi tidak bisa
oleh majelis hakim. Padahal jelas
tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku. Belum kenyataan
diundang bersidang jam 9 pagi,
tapi sidangnya baru mulai pukul
15.00,” ujarnya.
Menghadapi kondisi ini,
Suparman menilai, tanpa proses
rekrutmen dan fasilitas yang
memadai, maka prinsip peradilan
yang jujur masih sangat sulit
untuk dapat dicapai.
Karena itulah, KY semakin intensif
membangun hubungan dengan
Mahkamah Agung (MA). Menurut
Suparman, hubungan KY dan
MA makin produktif. “Kami telah
menandatangani beberapa
peraturan bersama yang
memuat beberapa kesepakatan
penting dalam menjalankan
kewenangan masing-masing
yang terkait pengawasan;
mulai intensif bekerja bersama
pelatihan-pelatihan hakim, dan
melakukan investigasi calon
hakim ad hoc,” katanya.
Bahkan dalam jangka pendek,
lanjut Suparman, pihaknya
menyusun langkah-langkah
bersama menentukan mekanisme
rekrutmen hakim tingkat pertama
menyusul ditegaskannya bahwa
hakim sebagai pejabat negara.
“Dalam jangka panjang, kami
ingin MA fokus dan profesional
sebagai pengadil dan melepaskan
urusan-urusan administratif,
seperti antara lain rekrutmen
hakim dan promosi mutasi
hakim,” tuturnya.
KY Bukan Tuhan
Terkait kewenangannya merekrut
hakim agung, KY memang bukan
Tuhan yang dapat membentuk
ciptaannya sesuai yang
dikehendaki. Menurut Suparman,
rekrutmen yang dilakukan
KY semata-mata merupakan
cita-cita, harapan dan mekanisme
rekrutmen untuk mencari,
memilih dan menempatkan hakim
agung yang memiliki keagungan
jiwa dan akal sehat.
“Bahwa apakah mereka akan
mewujud menjadi Pengadil
yang terhormat, bermartabat
dan dicatat sejarah sepanjang
massa sebagai hakim yang patut
dikenang “kemuliaannya”, 90
persen tergantung diri mereka
sendiri. Institusi KY, MA dan
masyarakat hanya punya 10%
untuk membuatnya mulia,”
ungkapnya.
Kendati begitu bukan berarti
KY masih belum siap untuk
merekrut hakim agung atau
meningkatkan kinerjanya
dengan tugas merekrut hakim
di pengadilan tingkat pertama
yang hingga kini masih diurusi
MA. “Untuk hal itu KY siap. Karena
di beberapa negara, perekrutan
hakim agung diserahkan kepada
lembaga KY-nya. Dari segi moral,
agar tidak ada prasangka buruk
kepada MA, sehingga kami jaga
kemurniannya, keluhurannya,
kesuciannya sebagai wakil Tuhan.
Tidak boleh ada tindakan atau
kegiatan yang mendatangkan
fitnah,” tutur Suparman.
Jika di negara lain, seperti
Amerika, Suparman
mencontohkan, di sana hanya
ada 9 hakim agung, namun
mind set masyarakat terhadap
hakim agung adalah hakim
yang bersih, jujur, berkeadilan,
bahkan mereka dipanggil
Mr.Judge saking tinggi dan
sucinya tugas mereka. “Berbeda
dengan hakim di Indonesia, jika
bertanya bagaimana penilaian
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
35
LEBIH DEKAT
kita atas hakim atau mungkin
polisi di Indonesia, langsung
saja pemikiran negative yang
muncul,” ungkapnya.
Dengan beban tugas yang cukup
berat itu, ironisnya pemerintah
saat ini justru memangkas
anggaran yang ada, hanya untuk
mendanai pelaksanaan Pemilu
2014. Kondisi ini tentu sangat
disayangkan, karena paling tidak
menunjukkan kekurangperhatian
pemerintah yang seharusnya
berupaya semaksimal mungkin
menyokong keberadaan
lembaga-lembaga hukum yang
ada. “Kalau untuk biaya politik, itu
tidak terbatas. Tapi biaya untuk
membangun hukum di negara ini
masih ngadat. Dana untuk Komisi
Yudisial (KY) saja dipotong
untuk mendanai pemilu, ini naif,”
ujarnya.
Kalaupun Suparman merasa
tidak etis menyebutkan besarnya
anggaran KY yang dipotong,
paling tidak anggaran KY itu
memang kecil sekali. Dalam lima
tahun terakhir anggaran yang
diterima KY, tidak lebih dari
Rp500 miliar. “Jadi setiap tahun
KY hanya menerima Rp100 miliar.
Itu untuk semuanya mulai dari
belanja barang hingga honor
staf-staf yang ada,” ujarnya.
Akibat kondisi ini, ungkap
Suparman, KY sampai saat ini
masih sangat sulit menjalankan
tugas secara maksimal. Sebagai
contoh terkait kebutuhan tim
investigasi, KY baru memiliki 13
orang. Jumlah ini tidak sebanding
dengan ribuan pengaduan yang
diterima setiap tahunnya.
36
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
Menurut Suparman, KY
merupakan bagian penting
dari upaya reformasi
kekuasaan kehakiman.
“Berupaya untuk
membangun kekuasaan
kehakiman yang merdeka,
profesional, dan akuntabel,
sehingga KY dipercaya
rakyat. Di situlah bingkai
besar berpikir saya soal KY
sekarang,” tuturnya.
Seperti diketahui, kedudukan
dan peran KY itu besar, karena
dalam konstitusi sejajar dengan
kekuasaan kehakiman. Menurut
Suparman, KY merupakan bagian
penting dari upaya reformasi
kekuasaan kehakiman. “Berupaya
untuk membangun kekuasaan
kehakiman yang merdeka,
profesional, dan akuntabel,
sehingga KY dipercaya rakyat.
Di situlah bingkai besar berpikir
saya soal KY sekarang,” tuturnya.
Lihat saja, wewenang KY
yang meliputi; Mengusulkan
pengangkatan hakim agung
dan hakim ad hoc di Mahkamah
Agung (MA) kepada DPR untuk
mendapatkan persetujuan;
Menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim;
Menetapkan Kode Etik dan/
atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH) bersama-sama dengan
MA; Menjaga dan menegakkan
pelaksanaan KEPPH.
Sedangkan tugas KY di
antaranya adalah, mengusulkan
pengangkatan hakim agung
dan hakim ad hoc di MA. Hal itu
dilakukan KY dengan : Membuka
pendaftaran calon hakim agung;
Menyeleksi calon hakim agung;
Menetapkan calon hakim agung;
Dan mengajukan calon hakim
agung ke DPR.
Selain itu, tugas KY di antaranya
adalah, menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim. Tugas
itu dilakukan; Dalam rangka
menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku Hakim, Komisi
Yudisial mempunyai tugas:
Melakukan pemantauan dan
pengawasan terhadap perilaku
Hakim; Menerima laporan dari
masyarakat berkaitan dengan
pelanggaran KEPPH; Dan
melakukan verifikasi, klarifikasi,
dan investigasi terhadap laporan
dugaan pelanggaran KPPH.
Sebagai interprestasi atas
wewenang menseleksi calon
hakim agung, adalah menjaga
dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat dan perilaku
hakim. Menurut Suparman,
tantangan dalam kontek itu
adalah meyakinkan pemerintah
dan DPR. “Terkait kebutuhan
program, SDM dan anggaran yang
besar,” katanya.
RESENSI
MEMOAR “DAPUR ISTANA”
Afifi
A
dvokat Senior Adnan
Buyung Nasution
(ABN) menuliskan
pengalamannya selama menjadi
Anggota Dewan Pertimbangan
Presiden (Wantimpres) Bidang
Hukum ke dalam buku “Nasihat
Untuk SBY”. Buku yang ditulis
sebagai memoar tersebut
melukiskan kegalauan ABN
selama menjadi penasihat
sang Presiden. “Pengalaman
saya selama hampir tiga tahun
menjadi anggota Wantimpres,
terus terang tidak memuaskan.
Wantimpres merupakan
salah satu produk lembaga
negara yang dihasilkan melalui
Amandemen Keempat UUD 1945.
Wantimpres merupakan bagian
dari lembaga kepresidenan yang
bertugas memberikan nasihat
dan pertimbangan kepada
Presiden. Wantimpres merupakan
metamorfosis dari lembaga
Dewan Pertimbanga Agung (DPA)
yang telah dilikuidasi karena nyaris
keberadaannya hanya sebagai
aksesoris lembaga negara dalam
ketatanegaraan di Indonesia.
Aksesoris kelembagaan Presiden
tersebut tampak tatkala DPA
beranggotakan kolega Presiden
yang sudah pensiun selama
kepemimpinan Soeharto dulu.
Para loyalis Soeharto dalam
lingkaran Orde Baru yang sudah
Judul
Penulis Jumlah Halaman Penerbit
ISBN
:
:
:
:
:
Nasihat Untuk SBY
Adnan Buyung Nasution
312 + xxiv
PT Kompas Media Nusantara
PT Kompas Media Nusantara
Wantimpres. Pria kelahiran
20 Juli 1934 tersebut sempat
‘memaksa’ bertemu Presiden SBY
terlebih dahulu sebelum namanya
diumumkan sebagai anggota
Wantimpres waktu itu. Alasannya,
dia tidak mau terjebak pada fait
a compli terkait penunjukkan
dirinya sebagai anggota
Wantimpres tanpa adanya
komunikasi terlebih dahulu
dengan Presiden SBY untuk
menyamakan persepsi visi dan
misi kelembagaan Wantimpres.
Kegalauan ABN
sepuh dan
memasuki masa pensiun diparkir
Presiden Soeharto sebagai
anggota DPA yang nyaris tanpa
suara beda dalam memberikan
nasihat kepada Presiden.
Melalui reformasi konstitusilah,
DPA bertransformasi menjadi
Wantimpres. Karakter keras
dan berontak ABN terlihat sejak
awal direkrut menjadi anggota
Sikap ABN yang cenderung
independen dan egaliter
terlihat sejak awal, saat mantan
Anggota DPR/MPR periode
1966-1968 tersebut mengeluarkan
pernyataan di program Kick Andy
di Metro TV yang membuat gerah
istana. ABN diawawancarai dalam
talk show tersebut memberikan
jawaban atas pertanyaan terkait
ukuran keberhasilan sebagai
anggota Wantimpres. Secara
lugas ABN menjawab, ”Kalau
sembilan dari sepuluh nasihat saya
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
37
RESENSI
diterima, berarti berhasil nasihat
saya itu. Tetapi kalau dari sepuluh
nasihat nasihat saya hanya satu
yang diterima, berarti gagal,
tidak ada gunanya saya kasih
nasihat, lebih baik saya keluar,
saya cabut saja dari situ, buat apa
saya ada di situ.” Yang membuat
geram istana adalah pernyataan
tersebut disampaikannya saat
dirinya belum dilantik sehingga
menimbulkan kesan adanya
ancaman ingin keluar dari
Wantimpres di saat pelantikan
belum dilakukan.
Buku “Nasihat Untuk SBY” ini lebih
mengisahkan pada curahan hati
ABN berkaitan dengan mekanisme
komunikasi Wantimpres
dengan Presiden SBY sebagai
pengguna nasehat Wantimpres.
Kekesalan kebekuan komunikasi
Wantimpres ditumpahkannya
ke dalam bagian buku tersebut.
Yang membuat ABN gusar
adalah rekomendasi yang sudah
dibuat Wantimpres tidak pernah
sampai kepada Presiden SBY.
Selama tiga bulan, rekomendasi
tersebut tidak ada tanggapan dari
Presiden SBY. Masalah tersebut
terdeteksi saat rapat Wantimpres
dengan Presiden SBY. “Ternyata
Presiden tidak pernah menerima
rekomendasi tersebut. Presiden
menanyakan kepada Menteri
Sekretaris Negara Hatta Radjasa,
jawabannya tidak tahu menahu.
Ketika Sudi Silalahi sebagai
Menseskab ditanya juga oleh
Presiden, jawabannya pun tidak
tahu menahu. Berarti surat
rekomendasi itu tidak pernah
sampai ke tangan Presiden”,
sebagaimana cerita ABN dengan
38
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
gamblang dalam bukunya. Setelah
diusut, oleh Sekjen Wantimpres,
rekomendasi tersebut dikirim
kepada Presiden SBY melalui jalur
birokrasi.
Antifeodalistis Birokrasi
ABN yang merupakan Profesor
di The University of Melbourne,
Australia menegaskan tiadanya
komunikasi rutin antara
Wantimpres dengan Presiden SBY
dan acapkali tiadanya respons
yang jelas dari Presiden terhadap
nasihat dan pertimbangan
Wantimpres menjadi
penyebab lemahnya hubungan
Wantimpres dengan Presiden
yang berimplikasi pada kurang
efektifnya kerja Wantimpres. Di
sisi lain, ABN juga mengkritik
kebekuan birokrasi yang
menghambat kinerja Wantimpres
baik secara internal. maupun
dalam hubungannya dengan
Presiden.
lain: sikap Presiden SBY yang
menandatangai UU Pornografi,
terlambatnya pembentukan
Komisi Ombudsman RI, tidak
diratifikasinya Konvensi Buruh
Migran, serta Presiden SBY
tidak mengambil keputusan
dalam rekomendasi Tim 8 terkait
kasus Bibit-Chandra dan malah
melempar bolanya kepada Jaksa
Agung dan Kapolri.
Di sisi lain, ABN juga bangga
dengan rekomendasinya sebagai
anggota Wantimpres yang
diterima Presiden. Berkaitan
dengan rekomendasi yang
berkaitan dengan Amandemen
Kelima UUD 1945, seleksi calon
hakim konstitusi, pengajuan calon
tunggal Gubernur Bank Indonesia
ke DPR, tidak dibubarkannya
Ahmadiyah, menunda
pembahasan RUU Rahasia Negara,
tidak memberi gelar pahlawan
nasional kepada Soeharto, dan
Pemilihan Plt. Pimpinan KPK
dengan membentuk Tim 5.
ABN merasa tidak berkeberatan
dengan santun ala orang Jawa,
tetapi dirinya tidak setuju
dengan sikap ewuh pakewuh
atau sumonggo kerso terhadap
atasan yang dapat menimbulkan
sikap hipokrit yang dapat
mempengaruhi pengambilan
keputusan dan sikap bawahan
yang selalu patuh kepada atasan
tanpa menyisakan sikap kritis
(halaman 54-55).
Buku “Nasihat Untuk SBY” ini
menjadi kontroversi di saat
diterbitkan saat sang Presiden
masih menjabat dan adanya
aturan nasihat dan pertimbangan
yang disampaikan kepada
Presiden bersifat rahasia. Namun,
ABN hanya menanggapinya
bahwa tidak ada kerahasiaan
yang mutlak dan semuanya
dirahasiakan.
Selama mengabdi sebagai
anggota Wantimpres, ada suka
duka terhadap pertimbangan ABN
yang diterima maupun ditolak oleh
Presiden. Perbedaan pendapat
antara ABN dengan SBY, antara
Pada intinya, buku ini adalah
pembongkaran terhadap
hubungan Presiden dan para
penasehatnya yang secara tidak
langsung juga menyentuh ‘dapur
istana’.
TEKNOLOGI
Sistem Informasi Manajemen Seleksi Calon Hakim Agung
Akuntabilitas dalam Menjaga
Amanah Konstitusi
Heri Sanjaya
Pemanfaatan Teknologi
Informasi yang tepat dapat
meningkatkan kinerja
organisasi maupun individu
yang terlibat di dalamnya,
sehingga pemanfaatan
teknologi informasi
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja serta
membantu dalam penentuan
kebijakan organisasi baik
internal maupun ekternal.
P
emanfaatan teknologi
informasi merupakan
manfaat yang diharapkan
oleh pengguna sistem informasi
dalam melaksanakan tugasnya
atau perilaku dalam teknologi
pada saat melakukan pekerjaan.
Salah satu manfaat yang
diharapkan seperti peningkatan
kinerja yang merupakan bagian
dari akuntabilitas kinerja
organisasi.
Dalam konteks organisasi
pemerintah, akuntabilitas
publik adalah pemberian
informasi dan disclosure atas
aktivitas dan kinerja finansial
pemerintah kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dengan
laporan tersebut. Akuntabilitas
publik dapat diartikan
sebagai bentuk kewajiban
pihak pemegang amanah
(agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan
dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya
kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak
dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut.
Lahirnya Komisi Yudisial adalah
sebagai wujud keprihatinan
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
39
TEKNOLOGI
SIM CHA adalah aplikasi
dibalik layar (back end )
yang dioperasikan oleh
administrator sistem yang
dapat diakses melalui alamat
http://scha.portal-kyri.com.
mendalam mengenai kondisi
wajah peradilan yang muram dan
keadilan di Indonesia yang tak
kunjung tegak.
Dalam mengemban amanah
konstitusi Komisi Yudisial
mempunyai kewenangan
mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim. Wewenang
yang begitu besar terus
dioptimalkan Komisi Yudisial
dalam berbagai aspek. Salah
satu aspek yang paling penting
adalah pelaksanaan Seleksi Calon
Hakim Agung yang transparansi,
akuntabel dan profesional.
Proses seleksi yang dikemas
lebih terbuka dengan sentuhan
Teknologi Informasi dapat
menjawab tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan publik untuk
mewujudkan pemerintahan yang
baik dengan terintegrasi dalam
sebuah sistem informasi online
yang dapat diakses secara mudah
dan murah oleh masyarakat
dari berbagai pelosok dengan
40
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
menggunakan internet.
Konsistensi mutu keseluruhan
proses dan output rekrutmen
terus dipertahankan Komisi
Yudisial melalui pembakuan
sistem Seleksi serta dengan
sentuhan teknologi informasi
yang diformat dalam sebuah
Sistem Informasi Manajemen
Seleksi Calon Hakim Agung (SIM
SCHA).
Dengan SIM SCHA ini berbagai
kemudahan dalam proses
seleksi calon hakim agung dapat
terpenuhi, mulai dari rekapitulasi
yang terkomputerisasi
sampai dengan rincian
detail masing-masing tahap
seleksi yang dikemas dalam
sebuah database. Sehingga
sewaktu-waktu membutuhkan
data terkait dengan seleksi calon
hakim agung dengan cepat dapat
tersaji.
SIM CHA adalah aplikasi
dibalik layar (back end) yang
dioperasikan oleh administrator
sistem yang dapat diakses
melalui alamat http://scha.
portal-kyri.com. Untuk masuk
dalam aplikasi ini hanya
orang yang ditunjuk sebagai
administrator yang dapat
mengakses beragam fitur yang
ada di dalamnya.
Pada menu Home disajikan
pengantar terkait kegunaan dan
fungsi dari sistem informasi ini.
Melalui SIM SCHA ini disediakan
informasi data hakim yang
diharapkan dapat mempermudah
untuk memperoleh informasi
tentang hakim yang berpotensi
sebagai bahan pertimbangan
dalam Seleksi Calon Hakim
Agung.
Melalui menu Data Hakim dapat
diakses database hakim yang ada
pada Komisi Yudisial yang dapat
menjadi rujukan untuk melihat
refensi tentang calon atau profil
dari hakim. Pada halaman ini
terdapat profil hakim mulai
dari data pribadi sapai dengan
riwayat pekerjaan hakim yang
telah dimutasi atau promosi.
Untuk melihat data seleksi dari
periode ke periode dapat melihat
pada menu Data Seleksi CHA,
pada menu ini dapat dilihat
jumlah pelamar calon hakim
agung dari tahun ke tahun
berdasarkan No Registrasi atau
jalur yang dipilih baik Karir
atau Non Karir. Ketika mengklik
salah satu calon maka akan
ditampilkan detail profile lengkap
calon yang bersangkutan
mulai dari data hakim, riwayat
pekerjaan, pendidikan formal,
data kekayaan, data keluarga
sampai tahapan seleksi calon
hakim agung yang pernah diikuti
sebelumnya.
kepada calon selama menjadi
hakim.
Pada sub menu Detail SCHA ada
beberapa menu yang menyajikan
data diantaranya, menu Tahap
Seleksi yang berisi detail seleksi
yang pernah diikuti berdasarkan
periode pelaksaan seleksi mulai
dari tahap I sampai terpilih
menjadi Hakim Agung. Menu
Karya Profesi berisikan tentang
karya profesi yang pernah dibuat
oleh calon yang bersangkutan.
Menu Tindakan disiplin memuat
tentang hukuman atau tindakan
disiplin yang pernah diberikan
yang bersangkutan mengikuti tes.
Untuk mengakomodir data per
tahapan seleksi dapat dilihat
pada menu Tahapan Seleksi,
pada menu ini disajikan data
berdasarkan perioderisasi pada
masing-masing tahun pengadaan
Seleksi Calon Hakim Agung. Pada
menu ini dapat dilihat histori
pelamar yang telah mengikuti tes
seleksi sampai tahap mana calon
Pada menu Laporan dapat diakses
rekapitulasi jumlah pelamar yang
telah mendaftar serta rekapitulasi
masing-masing tahapan seleksi
yang telah dilaksanakan. Melalui
menu ini juga disajikan data
yang berkaitan dengan tabulasi
pelamar berdasarkan periode
pengadaan dan tahapan seleksi
serta total jumlah pelamar pada
masing-masing periode ataupun
tahapan.
Namun demikian, dengan
beragam manfaat yang didapat
dari aplikasi ini, pembakuan
SIM SCHA tidak menutup
upaya-upaya penyempurnaan
terutama dalam pelaksanaan
proses. Sejak tahun 2010
dirintis berbagai pembaruan
terus dilakukan untuk menuju
kesempurnaan.
Kedepannya perlu
pengembangan ke arah yang
lebih baik lagi, seperti perlunya
layanan pendafaran online yang
dapat membantu mengurangi
interaksi antara calon dengan
panitia seleksi, nantinya setelah
melakukan pendaftaran online
masing-masing calon akan
diberikan akun untuk mengakses
halaman masing-masing serta
pelamar juga dapat memperoleh
informasi kelulusan dalam setiap
tahapan serta perkembangan
terbaru dari proses Seleksi Calon
Hakim Agung.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
41
KATA YUSTISIA
KY dan MA Gelar MKH,
Hakim A Menggugat
Rabu, 3 Juli 2013 Mahkamah
Agung (MA) menggelar
sidang Majelis Kehormatan
Hakim (MKH) dengan hakim
terlapor ASM, hakim adhoc
pada Pengadilan Negeri
Palu (dahulu hakim adhoc
tipikor Pengadilan Negeri
semarang), dan dilanjutkan
dengan hakim AS, hakim
pada Pengadilan Negeri
Singkawang. Keduanya
direkomendasikan dengan
pemberhentian tidak
dengan hormat oleh Komisi
Yudisial.
S
idang ini sesuai dengan
Pasal 20 ayat (6) UU nomor
48 Tahun 2009 tentang
perubahan kedua atas UU No.2
Tahun 1996 tentang Peradilan
Umum jo. Pasal 23 ayat (4) UU
no.22 Tahun 2004 tentang Komisi
42
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ADNAN
Festy Rahma H.
Suasana sidang Majelis Kehormatan Hakim dengan hakim terlapor ASM.
Yudisial, menentukan bahwa
sebelum Mahkamah Agung dan/
atau Komisi Yudisial mengajukan
usul pemberhentian, hakim
pengadilan mempunyai hak untuk
membela diri di hadapan Majelis
Kehormatan Hakim.
“Majelis Kehormatan Hakim telah
bermusyawarah dan mencapai
mufakat menjatuhi hukuman
disiplin. Menyatakan terlapor
terbukti melanggar kode etik
dan perilaku hakim, melakukan
pemberhentian tetap dengan
hak pensiun, dan pemberhentian
dilakukan dengan hormat,”
tambah Suparman Marzuki ketika
membacakan vonis bagi AS.
Vonis ini setapak lebih ringan
dari ancaman terberat yaitu
diberhentikan secara tidak
hormat dari profesinya. Tapi
melalui pembelaannya terhadap
laporan selingkuhi 4 wanita,
AS sendiri sdah menunjuk
Ike Florensia Soraya sebagai
penasehat hukum untuk membela
hak-haknya. Menurut Ike,
terjadi pelanggaran peraturan
bersama mengenai tata cara dan
prosedur pelaksanaan sidang
MKH. Kesempatan terlapor,
kata Ike untuk membela diri
dan mengajukan saksi-saksi
seluas-luasnya dibungkam dan
tidak dipenuhi sesuai Peraturan
Bersama MA dan KY no.04/PB/
MA/IX/2012, Pasal 7 ayat (3).
Ditambahkan Ike, Majelis
Kehormatan Hakim harus
memberikan kesempatan yang
cukup pada terlapor untuk
membela diri, baik secara lisan
maupun tertulis. Ayat (4), kata
Ike mengutip peraturan, terlapor
dapat mengajukan saksi-saksi dan
bukti-bukti lain untuk pembelaan
diri.
“Pasal-pasal tersebut sudah
jelas dilanggar oleh MKH dalam
mengadili saudara AS’’, kata Ike.
Pengacara wanita ini menjelaskan,
dari empat orang saksi yang
diajukan hanya satu saja yang
diperkenankan dihadirkan pada
saat sidang yang lain ditolak
mentah-mentah. Satu saksi yang
dihadirkan pun sangat dibatasi
kesaksiannya,” kata dia.
majelis kehormatan hakim
memberikan vonis lebih ringan.
Namun AS menggugat keputusan
Majelis Kehormatan Hakim (MKH)
yang memberhentikannya.
AS melalui pengacaranya
menyatakan siap membawa
perkara pemecatannya ke
Pengadilan Tata Usaha Negara.
Menurut Ike, KY sampai sidang
berakhir tidak dapat menyebutkan
keempat wanita yang dikatakan
diselingkuhi AS.
“Putusan MKH hanya didasarkan
kepada keterangan saksi yang
sudah dicabut keterangannya dan
tidak didukung bukti yang cukup,
“Majelis Kehormatan
Hakim telah
bermusyawarah dan
mencapai mufakat
menjatuhi hukuman
disiplin. Menyatakan
terlapor terbukti
melanggar kode etik
dan perilaku hakim,
melakukan pemberhentian
tetap dengan hak pensiun,
dan pemberhentian
dilakukan dengan hormat,”
MKH tidak berhak menyatakan
ada atau tidak adanya aborsi.
Itu harus dibuktikan melalui
pengadilan umum. Kepastian
adanya aborsi harus dengan
putusan peradilan umum yang
telah berkekuatan hukum tetap.
MKH sebagai lembaga etik tidak
berhak menyatakan adanya
aborsi. Sebab, harus dibuktikan
dulu ke peradilan umum. Banyak
peraturan yang telah dilanggar
oleh KY dan juga forum MKH,”
tambah Ike.
Karena hak-hak kliennya
terzolimi,Ike bersiap
mendaftarkan gugatannya
ke PTUN. “Hal ini dilakukan
untuk melakukan perlawanan
terhadap hasil MKH itu. Kita akan
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
43
KATA YUSTISIA
Selain AS, ada juga Hakim ASM yang saat bertugas di
Pengadilan Negeri Semarang dan secara bersama-sama
dengan Hakim KM serta Hakim HS telah terlibat kasus suap
saat menangani kasus dugaan korupsi pemeliharaan mobil
dinas DPRD Grobogan yang menjerat Ketua DPRD Grobogan
MY, akhirnya dipecat Majelis Kehormatan Hakim (MKH).
mendaftarkan gugatan ketika
kita sudah memperoleh putusan
itu secara resmi,” kata Ike. Masih
menurut Ike, sebenarnya dia
adalah kuasa hukum AS ketika
awal permasalahan ini muncul dan
mendampingi kasusnya ketika
masih di KY.
“Namun ketika sidang MKH
ternyata saudara AS disediakan
pendamping pengacara oleh
Ikatan Hakim Indonesia (Ikahi)
sehingga posisi saya di MKH
adalah saksi yang meringankan.
Dari kasus ini masih dalam
pemeriksaan Komisi Yudisial
saudara AS sudah diperlakukan
semena-mena dalam hal
pemeriksaan. Bisa kita lihat
di media online bagaimana
dia diberitakan dengan gaya
pembunuhan karakter dengan
mengumbar hasil pemeriksaan
yang belum diuji kebenarannya
yang dilakukan oleh Wakil Ketua
KY saat itu.
Padahal, jelas menurut UU KY
sendiri Nomor 2 Tahun 2005
tentang cara pengawasan
hakim,pada Bab IV Pasal 8 ayat
(1) disebutkan, pemeriksaan
44
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
dilakukan tertutup untuk umum
oleh pemeriksa,” kata dia. Ike
melanjutkan, ayat (4) berita
acara pemeriksaan harus bersifat
rahasia.
“Dengan berita yang bombardir
seperti itu, KY telah melanggar
peraturannya sendiri. Dengan
demikian,KY telah menegakkan
hukum dengan cara melanggar
hukum. Terlihat jelas, AS, klien
saya ini sudah diperlakukan
dengan semena mena oleh KY.
Kami, juga akan mengambil
langkah-langkah sesuai
dengan hukum yang berlaku,”
pungkasnya.
Selain AS, ada juga Hakim ASM
yang saat bertugas di Pengadilan
Negeri Semarang dan secara
bersama-sama dengan hakim
KM serta Hakim HS telah terlibat
kasus suap saat menangani kasus
dugaan korupsi pemeliharaan
mobil dinas DPRD Grobogan yang
menjerat Ketua DPRD Grobogan
MY, akhirnya dipecat Majelis
Kehormatan Hakim (MKH).
Majelis Kehormatan Hakim (MKH)
memutuskan memberhentikan
dengan tidak hormat tanpa
menerima hak pensiun terhadap
hakim adhoc tersebut. Dia kini
bertugas di pengadilan negeri
tindak pidana korupsi Palu,
Sulawesi Tengah.
“Menjatuhkan hukuman disiplin
berat dengan pemberhentian
tidak dengan hormat,” kata ketua
majelis MKH I Made Tara saat
membacakan putusan di gedung
MA Rabu (3/7) lalu.
I Made mengatakan Hakim
ASM terbukti telah melakukan
pelanggaran kode etik dan
pedoman perilaku hakim berupa
penerimaan suap terkait dengan
perkara yang ditanganinya.
Dalam pertimbangannya, majelis
menyatakan bahwa pembelaan
Hakim ASM dalam persidangan
tidak mampu mematahkan
fakta-fakta yang terungkap
dari hasil pemeriksaan Badan
Pengawas (Bawas) MA sehingga
majelis menyatakan menolak
keseluruhan pembelaannya.
“Menolak pembelaan diri hakim
terlapor,” kata Tara.
Hakim KM dan P telah ditangkap
Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dalam kasus tersebut.
ASM diadili oleh hakim agung I
Made Tara,Hakim agung Salman
Luthan, Hakim Agung H Julius,
Ketua KY Suparman Marzuki,
Komisioner KY Taufiqurrahman
Syahuri, Komisioner KY Ibrahim,
dan Komisioner KY Jaja Ahmad
Jajus.
SUDUT HUKUM
A.J. Day, S.H.
Tenaga Ahli Komisi Yudisial
Perintah Jabatan
Pertanyaan:
Paman saya adalah kepala suatu
instansi tingkat kabupaten.
Atas perintah atasannya Paman
saya membuat pertanggungan
jawab tentang pelaksanaan
suatu proyek yang memang
tidak pernah dilaksanakan
dan semua berjalan dengan
mulus. Paman saya melakukan
demikian karena diperintah oleh
atasannya yaitu KAKANWIL
setempat. Berdasarkan atas
perintah ini juga Kepala Instansi
tingkat Kabupaten yang lain juga
melakukan hal yang sama.
Ternyata kemudian Paman
saya dan beberapa temannya
yang melakukan hal yang sama
dijerat oleh penyidik dengan
dakwaan korupsi, ketika
perkara mulai disidik oleh
aparat penegak hukum, Paman
saya bersama-sama dengan
teman-temannya memberi alasan
yang sama yaitu apa yang mereka
lakukan itu adalah benar-benar
atas perintah pejabat atasannya,
apalagi sebagian besar dari
hasil perbuatan mereka telah
diminta oleh atasan yang
memberi perintah tersebut. Hal
itu juga diakui oleh atasan yang
bersangkutan yaitu KAKANWIL,
bahwa beliau lah yang meminta
untuk melakukan hal tersebut.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
45
SUDUT HUKUM
Pertanyaan saya ialah mengapa
paman saya dan temannya
sebagai bawahan yang mendapat
perintah dari pejabat atasan
dijatuhi pidana. Bukankah orang
yang menjalankan perintah dari
pejabat yang sah tidak boleh
dipidana?
Apakah tidak atasan yang
memerintah yang justru
adalah pejabat atasan yang
dipidana atau catatan dengan
rasa mengenal kami kepada
KAKANWIL ketika penyidik
melakukan penyidikan atas
perkara tersebut telah jatuh sakit
dan meninggal dunia. Pengirim
Wim-Sulut
Jawaban :
Pertanyaan saudara ada
mengandung kebenaran, namun
harus saya jawab Paman dan
teman-temannya tetap harus
dijatuhi pidana mengapa ?
Benar bahwa Pasal 51 KUHP
ayat (1) mengatakan bahwa
barang siapa yang melakukan
perbuatan untuk melaksanakan
suatu perintah jabatan yang
diberikan oleh penguasa yang
berwewenang tidak dipidana.
Jadi dasar pemikiran saudara
adalah benar, karena melakukan
suatu perintah jabatan termasuk
salah satu alasan penghapusan
pidana yang disebut alasan
umum, karena berlaku untuk
semua tindak pidana. Ada pula
alasan khusus yang termuat
dalam pasal-pasal tertentu
seperti Pasal 221 KUHP, (Strafuits
Luitings Grond).
46
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
Sama halnya dengan
melaksanakan suatu ketentuan
undang-undang yang juga tidak
dipidana. Agar suatu perbuatan
dapat dikategorikan sebagai
alasan penghapusan pidana,
karena melakukan suatu perintah
jabatan, maka perintah jabatan
tersebut harus diberikan oleh,
penguasa yang berwenang
(Bevoegd Gezag).
Pertanyaannya adalah apakah
Paman saudara mendapat
perintah dari pejabat yang
berwewenang, jawabannya
Pasal 2, setiap orang yang
secara melawan hukum
memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara,
melakukan tindak pidana
korupsi.
tentu saja karena Paman
saudara adalah pejabat tingkat
Kabupaten sedang yang member
perintah adalah KAKANWIL,
yang benar-benar adalah atas
Paman saudara yang berwenang.
Di sini antara Paman saudara
bersama kawan-kawannya ada
hubungan dengan si pemberi
perintah sebagai hubungan
hukum publik (Publiek
Rechtelijk).
Pada hubungan atasan bawahan
yang bersifat hubungan
keperdataan Pasal 51 KUHP tidak
berlaku. Jadi setiap perintah dari
atasan dalam suatu hubungan
hukum publik, akan menghapus
sifat dapat dihukumnya pidana,
apa yang Paman saudara dan
teman-temannya lakukan adalah
merupakan tindak pidana yang
diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3
UU Tipikor (UU No 31 Tahun 1999
jo UU No 20 Tahun 2001).
Pasal 2, setiap orang yang secara
melawan hukum memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan Negara
atau perekonomian Negara,
melakukan tindak pidana korupsi.
Pasal 3 setiap orang dengan
tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau
korporasi menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian
negara adalah korupsi.
Jadi jelas Paman saudara dan
teman-temannya yang telah
melakukan perbuatan secara
melawan hukum, karena
membuat pertanggungan
jawab secara tidak benar karena
proyek tidak dilakukan atau tidak
dilakukan secara benar, atau
pekerjaan tidak dilaksanakan
sama sekali adalah perbuatan
melawan hukum. Hal tersebut
dilakukan karena dengan
salah menggunakan jabatan
mereka, dan jelas perbuatan
tersebut merugikan keuangan
negara. Ancaman pidana juga
dikenakan terhadap orang
yang perbuatannya mungkin
saja tidak merugikan keuangan
negara tetapi berpotensi
merugikan keuangan Negara atau
perekonomian negara.
Jadi tidak perlu sudah terjadi
adanya kerugian, karena
ketentuan tindak pidana korupsi
menurut UU No 31 Tahun 1999
yang telah diubah dengan UU No
21 Tahun 2001, telah dirumuskan
kembali, di mana semula pada
UU No 3 Tahun 1971 tindak pidana
korupsi dirumuskan sebagai
tindak pidana materiil, telah
diubah menjadi tindak pidana
formil. Pada kasus Paman saudara
jelas telah terjadi kerugian
keuangan negara dan bukan lagi
berpotensi kerugiannya di mana
tidak perlu dibuktikan tentang
kerugian keuangan yang terjadi.
-
Ada sejumlah alasan
penghapusan pidana, pidana
yang diatur dalam Pasal
44, karena perkembangan
cacat perkembangan atau
sakit akalnya (Gebrekkige
Ontwikkeling Of Ziekelijk
Stroring der verstandelijke
vermorgens).
-
Pasal 48 daya paksa
(Overmacht)
-
Pasal 49 pembelaan darurat
(Noodweer)
-
Pasal 50 melaksanakan
perintah Undang-undang
(Wet Voorschrift)
Bagi bawahan syaratnya bahwa perintah atasan tersebut
haruslah termasuk lingkup tugasnya. Seandainnya, apa yang
diperintahkan termasuk lingkup tugasnya maka dia tidak
akan dipidana dengan syarat adanya itikad baik pada pelaku
bahwa perintah jabatan itu sah.
-
-
Pasal 51 (1) melaksanakan
suatu perintah jabatan yang
diberikan oleh pejabat yang
berwewenang
Pasal 52 (2) ini bahwa pelaku
tetap dipidana apabila
perintah jabatan tanpa
wewenang.
Jadi Paman sudara dan
teman-temannya itu tetap tidak
dapat dihapus tindak pidananya
yang telah dilakukannya, karena
perintah jabatan itu tidak
sah, karena bukan termasuk
wewenang atasan untuk
memerintahkan hal-hal yang
melawan hukum.
Bagi bawahan syaratnya bahwa
perintah atasan tersebut
haruslah termasuk lingkup
tugasnya. Seandainnya, apa yang
diperintahkan termasuk lingkup
tugasnya maka dia tidak akan
dipidana dengan syarat adanya
itikad baik pada pelaku bahwa
perintah jabatan itu sah.
Pada kasus demikian maka sifat
melawan hukum perbuatan
tidak hilang dengan kata lain,
pelakunya tidak dipidana karena
perbuatannya dibenarkan
tetapi termasuk alasan pemaaf
(Schulduitsluitingsgrond).
Tentang KAKANWIL yaitu atasan
dari Paman saudara, seharusnya
juga dapat dipidana jika
dipersidangan terbukti bahwa
apa yang Paman saudara dan
teman-temannya lakukan adalah
atas perintah beliau. Namun ini
tidak berarti Paman saudara
tidak dipidana karena apa yang
diperintahkan adalah melawan
hukum.
Pasal 55 (2) KUHP
mengklasifikasi perbuatan
KAKANWIL tersebut sebagai
orang yang menganjurkan
(uitlokker) dan untuk itu
dipidana sama dengan yang
melakukan tindak pidana yaitu
Paman saudara.
Namun karena penganjurnya
sudah meninggal dunia maka
dia tidak dapat lagi dituntut
sesuai ketentuan Pasal 77 KUHP,
karena kewenangan PU menjadi
terhapus.
Demikianlah jawaban kami
kiranya dapat memuaskan
saudara.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
47
SELINTAS
Pemilihan Ketua KY
Terpilih Jadi Ketua KY, Suparman Akan
Memperkuat Hubungan Internal dan
Sinergi dengan MA
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ WEP
Setelah melakukan pemilihan
terbuka akhirnya Suparman
Marzuki yang sebelumnya
menjabat Ketua Bidang
Investigasi dan Pengawasan
Hakim terpilih menjadi Ketua
KY untuk dua tahun setengah
ke depan dengan mengantongi
empat suara. Sedangkan untuk
posisi Wakil Ketua KY terpilih
mantan Hakim Agung Abbas
Said yang juga mengantongi
empat dukungan suara.
Suasana akrab setelah pemilihan
Ketua dan Wakil Ketua Komisi Yudisial
periode Juli 2013-Des 2015..
Komisi Yudisial pada hari Selasa (18/6) menggelar pemilihan
ketua dan wakil ketua untuk periode Juli 2013 hingga Desember
2015. Pemilihan ketua ini untuk menggantikan posisi Ketua
KY Eman Suparman dan Wakil Ketua Imam Anshori Saleh yang
mengakhiri masa kepemimpinannya pada 30 Juni dan telah
memimpin selama dua setengah tahun sejak terpilih pada 30
Desember 2010 lalu.
S
ebelum dilakukan
pemilihan, Eman yang
memimpin proses
pemilihan meminta kepada enam
komisioner untuk menyampaikan
sikap apakah bersedia atau
tidak untuk dipilih menjadi
ketua. Dua orang komisioner
48
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
menolak untuk dicalonkan, yaitu
Eman Suparman dan Ibrahim.
Sedangkan lima Komisioner
lainnya yaitu Imam Anshori
Saleh, Suparman Marzuki, Abbas
Said, Taufiqurrohman Syahuri,
dan Jaja Ahmad Jayus bersedia
dicalonkan.
Ketua KY terpilih Suparman
Marzuki saat ditemui seusai
pemilihan menyampaikan
ucapan terima kasih atas
kepercayaan yang diberikan
untuk memimpin lembaga
pengawas hakim tersebut.
Suparman menegaskan dirinya
akan memperkuat SDM di KY
selain memperkuat internal,
dirinya juga akan memperkuat
koordinasi dengan Mahkamah
Agung yang selama ini dinilainya
kurang maksimal.
"Internal kita diperkuat, juga
sinergi level nasional dengan
kementerian dan lembaga
terutama dengan MA, saya akui
dengan MA kurang maksimal,"
katanya singkat. (Kus/Titik)
Penghargaan
Ketua Komisi Yudisial (Des
2010-Juli 2013) Eman
Suparman menerima
penyampaian opini hasil
pemeriksaan laporan
keuangan 2012 oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK)
pada Senin, (24/6) di Ruang
Auditorium Kantor BPK
RI. BPK RI memberikan
penyampaian opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
P
enyampaian opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP)
atas pemeriksaan keuangan
lembaga negara tahun 2012
diberikan langsung Ketua BPK
RI Hadi Poernomo didampingi
oleh Anggota BPK Agung Firman
Sampurna kepada 8 Lembaga
Negara lainnya yaitu, DPR RI, DPD
RI, MA RI, MK RI, BPK RI, MPR RI
dan Sekretaris Sekretariat Negara
dan Wakil Sekretaris Kabinet.
Pada kesempatan tersebut, Hadi
Poernomo mengungkapkan
kegembiraannya karena
berdasarkan hasil audit, semua
lembaga negara mendapatkan
opini WTP. “Acara penyerahan
opini ini merupakan acara yang
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ADNAN
KY Menerima Opini WTP Atas
Pemeriksaan Laporan Keuangan 2012
Ketua Komisi Yudisial (Des 2010-Juli 2013) Eman Suparman menerima penyampaian opini hasil
pemeriksaan laporan keuangan 2012 oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
menggembirakan, karena seluruh
lembaga negara berdasar hasil
audit laporan keuangan 2012
mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian atau WTP”, ungkap
Hadi dalam sambutannya.
Di kesempatan yang sama
Marzuki Alie selaku ketua DPR
mewakili seluruh lembaga negara
yang hadir, menyampaikan
bahwa opini WTP bukan jaminan
bahwa lembaga-lembaga negara
terbebas dari kemungkinan dari
penyimpangan-penyimpangan
yang merugikan keuangan
negara, untuk itu dirinya
menghimbau agar para
pimpinan negara untuk terus
mempertahankan opini WTP
yang diberikan BPK sekaligus
meningkatkan transparansi
dalam proses pembinaan aktifitas
di tiap satuan kerja lembaga
masing-masing.
Sekadar informasi, penerimaan
opini WTP yang diberikan
oleh BPK RI atas pemeriksaan
keuangan lembaga KY tahun
2012, merupakan yang ke-6
kalinya atas laporan keuangan,
sejak tahun 2007 berturut-turut.
Hal tersebut menandakan
bahwa lembaga KY telah
berupaya melaksanakan aktifitas
finansialnya dengan melakukan
pencatatan sesuai dengan
prosedur dan norma-norma yang
berlaku.(Adnan/Festy)
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
49
SELINTAS
Komposisi Ketua Bidang KY Berubah
Setelah menggelar acara serah terima jabatan, tujuh
Komisioner Komisi Yudisial langsung mengadakan rapat pleno
untuk membahas pembagian Ketua Bidang. Rapat yang dimulai
pukul 13.00 WIB itu berjalan dengan lancar dan dihadiri semua
komisioner hingga berakhir pukul 15.00 WIB.
Ketua Bidang Pencegahan
dan Pelayanan Masyarakat.
Ketua Bidang Hubungan
Antar Lembaga dan Layanan
Informasi sebelumnya bernama
Ketua Bidang Hubungan Antar
Lembaga.
"Semua keputusan dihasilkan
secara musyawarah mufakat
setelah mempertimbangkan
berbagai kepentingan lembaga.
Perubahan nomenklatur ketua
bidang nantinya akan diatur
dengan peraturan KY," tegas
Asep.
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ADNAN
Sementara itu Ketua KY yang
baru, Suparman Marzuki
menegaskan jika KY bersifat
kolektif kolegial. Sehingga dalam
menentukan suatu perkara
dibicarakan bersama-sama
Menurut Suparman semua
Komisioner KY mempunyai
kemampuan sama dan bisa
duduk di bidang apa pun.
Lobby Gedung Komisi Yudisial.
M
enurut Juru Bicara KY
Asep Rahmat Fajar rapat
pleno memutuskan
Ketua Bidang Pengawasan Hakim
dan Investigasi dipegang oleh
Eman Suparman.Sementara
Ketua Bidang Rekrutmen Hakim
tetap dipercayakan kepada
Taufiqurrahman Syahuri.Begitu
pun dengan Ketua Bidang SDM,
Litbang, dan Advokasi tetap
dipercayakan kepada Jaja Ahmad
Jayus.Selanjutnya, Ketua Bidang
Pencegahan dan Peningkatan
Kapasitas Hakim dipercayakan
50
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
kepada Ibrahim. Sedangkan
Imam Anshori Saleh menduduki
posisi Ketua Bidang Hubungan
Antar Lembaga dan Layanan
Informasi.
Hasil rapat pleno mengenai
pembagian ketua bidang ini juga
menghasilkan nomenklatur baru.
Ketua Bidang SDM, Litbang dan
Advokasi sebelumnya bernama
Ketua Bidang SDM dan Litbang.
Ketua Bidang Pencegahan
dan Peningkatan Kapasitas
Hakim sebelumnya bernama
“Semua Komisioner KY ini
memiliki kemampuan yang sama
yang bisa duduk di manapun.
Pembidangan itu hanya untuk
mengkoordinasikan saja, karena
substansinya kita kerjakan
sama-sama,” tuturnya.
Suparman juga membantah ada
perpecahan di tubuh KY. Menurut
Suparman dirinya bersama
dengan Komisioner KY yang lain
akan fokus kepada tugas yang
sudah diberikan oleh konstitusi.
(Kus/Dinal)
Memotret beberapa proses
kerja penanganan laporan
masyarakat yang belum
sempurna di Komisi Yudisial,
UNODC bekerjasama dengan
KY menyelenggarakan
kegiatan pelatihan
peningkatan kualitas individu
dalam pelayanan penerimaan
laporan masyarakat di Hotel
Royal Bogor, Jumat (14/6).
P
ada tahun 2013 ini KY telah
menetapkan Peraturan
KY Nomor 4 Tahun 2013
tentang Tata Cara Penanganan
Laporan Masyarakat.Dalam
peraturan tersebut diatur
mengenai alur dan jangka
waktu penyelesaian laporan
dan keterbukaan informasi
kepada publik atas pelaksanaan
pengolahan laporan masyarakat
tentang dugaan pelanggaran kode
etik hakim.
“Pelatihan ini untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan dan
profesionalisme sumber daya
manusia di Biro Pengawasan
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ANDRI
Pelatihan Penanganan Laporan
Masyarakat: Membentuk Jiwa
Melayani dan Profesional
Pelatihan Penanganan Laporan
Pengaduan Masyarakat.
Perilaku Hakim mampu untuk
menghadapi dan beradaptasi
dengan peraturan-peraturan
terkait tugas dan fungsi
masing-masing unit kerja,“
kata Onni selaku Kepala Biro
Pengawasan Perilaku Hakim saat
pembukaan pelatihan.
Sesuai keahliannya Reza
memaparkan materi psikologi
untuk menghadapi beraneka
ragam sifat pelapor. Ia
menjelaskan bagaimana mengatur
emosi saat menghadapi pelapor
yang marah hingga trik dan tips
cara mengatasi masalahnya.
Narasumber yang diundang
dalam pelatihan ini berasal
dari internal KY di antaranya
Suparman Marzuki serta Jaja
Ahmad Jayus.Sementara dari
eksternal KY bertindak sebagai
narasumber diantaranya Reza
Indragiri Amriel pakar psikologi
forensik.
Di akhir kegiatan, Onni
menyampaikan harapannya agar
pelatihan ini mampu memberikan
pemahaman kembali atas tugas,
proses kerja, dan berdampak pada
hasil yang maksimal untuk setiap
individu dan kelompok kerja di
Biro Pengawasan Perilaku Hakim.
(Andry/Dinal)
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
51
SELINTAS
KY Diusulkan Mengawasi
Perilaku Panitera
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ WEP
tapi panitera. Kami rasa itu lebih
on the track," simpulnya
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi
saat berkunjung ke Gorontalo Post.
Direktur Utama (Dirut) Gorontalo Post, Muhammad Sirham
menyatakan, keberadaan KY selama ini sangat membantu
dalam membongkar perilaku hakim yang keluar dari
rambu-rambu etika profesinya sebagai penegak hukum.
“S
Sejauh ini, KY sangat
berperan penting
dalam membongkar
kasus tak terpuji yang dilakukan
hakim.Termasuk yang terakhir
tentang pemecatan hakim
terima suap dan selingkuh, itu
sangat mendukung pembenahan
birokrasi peradilan," kata Sirham.
Namun, lanjut Sirham, peran
KY yang hanya berwenang
mengawasi para hakim di bawah
naungan MA itu dinilai masih
terkesan kurang maksimal.Sebab,
terjadinya kesalahan putusan
52
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
tidak selalu karena kecerobohan
seorang hakim."Panitera
juga berperan penting dalam
penyusunan putusan.Bahkan,
seringkali panitera yang 'bermain
mata' dengan pihak berperkara,"
terangnya.
"Oleh karena itu, sebaiknya
ke depan KY juga memiliki
kewenangan untuk mengawasi
panitera, biar satu paket dengan
hakim. Jadi, kalau ada kesalahan
yang ternyata karena salah ketik,
bukan hakimnya yang disanksi
Sementara itu Ketua Bidang
Hubungan Antar Lembaga
dan Layanan Informasi
KY Imam Anshori Saleh
mengatakan hingga tahun ini
KY telah menerima sekitar 6000
pengaduan masyarakat terkait
dugaan pelanggaran kode etik
dan pedoman perilaku hakim.
Namun tidak semua laporan
tersebut bisa ditindaklanjuti
karena minimnya data
pendukung.
“Setiap tahun laporan yang kita
terima semakin meningkat. Ini
tentu bukan prestasi karena yang
kita harapkan semakin menurun,”
ujar Imam saat melakukan
kunjungan ke kantor redaksi
Gorontalo Pos, Jumat (5/7).
Imam mengakui, sebenarnya
jumlah pengaduan ditaksir lebih
dari jumlah tersebut. Tetapi,
sejauh ini masih ada masyarakat
yang belum mengetahui cara
melaporkan hakim di daerah
yang diduga melanggar kode
etik hakim. "Kadang, ada juga
yang masih belum tahu alamat
tujuan untuk mengirim laporan
pengaduan via pos," katanya.
"Karena itu, kami pikir sangat
penting membangun komunikasi
dengan media massa, dalam
rangka menyebarluaskan
informasi seputar pengawasan
terhadap hakim, agar semakin
banyak lagi masyarakat
yang memahami peran KY,"
tambahnya. (RIS/WEP/Dinal)
Calon hakim agung (CHA)
dari Pengadilan Tinggi
Jakarta M. Jusran Thawab
menyatakan akan mencabut
hak terdakwa untuk
berkomunikasi di dalam
Lembaga Pemasyarakatan
(LP). Pernyataan itu terlontar
saat ia diminta tanggapannya
tentang kasus terpidana mati
Freddy Budiman, gembong
narkoba pemilik 1,4 juta
pil ekstasi yang kedapatan
mempunyai 40 telepon seluler
di LP tempat dia ditahan.
“D
i LP banyak terjadi
komunikasi
antara narapidana
dengan anak buahnya di luar
LP. Kalau Bapak jadi hakimnya
apa yang akan Bapak lakukan
agar komunikasi tidak bisa
dijalankan di LP?," tanya Ketua
Bidang Rekrutmen Hakim KY
Taufiqurrohman Syahuri kepada
Jusran saat wawancara terbuka
seleksi CHA di kantor KY, Kamis
(25/7). Menjawab pertanyaan
tersebut, Jusran menegaskan
jika dirinya menjadi hakim dalam
perkara itu akan mencabut
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ADNAN
CHA Setuju Vonis Tambahan
Mencabut Hak Komunikasi
Suasana wawancara terbuka Calon
Hakim Agung periode I 2013.
hak terdakwa untuk bisa
berkomunikasi.
"Mungkin bisa mencabut
hak-haknya untuk bisa
berkomunikasi," jawab Jusran
singkat. Sementara itu jawaban
berbeda didapat Taufiq ketika
menanyakan kepada calon hakim
agung yang merupakan Wakil
Ketua Pengadilan Tinggi Medan
Maruap Dohmatiga Pasaribu.
Pasaribu mengatakan tidak
berani memberikan terobosan
putusan dengan menambahkan
pidana mencabut hak melakukan
komunikasi selain pidana mati.
Padahal terobosan itu baru-baru
ini dilakukan oleh hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Barat
yang menangani perkara tindak
pidana narkotika oleh Freddy.
"Bapak tidak berani menerobos
putusan.Barusan ada hakim yang
berani menambahkan pidana
hukuman mati dengan mencabut
hak melakukan komunikasi," kata
Taufiq ketika mencecar Pasaribu.
Sekadar diketahui pidana
tambahan berupa mencabut
tujuh hak asasi sebagai
warga negara dijatuhkan oleh
Pengadikan Negeri Jakarta
Barat (PN Jakbar) terhadap
gembong narkoba pemilik 1,4
juta pil ekstasi, Freddy Budiman.
Pidana tambahan itu dijatuhkan
lantaran Freddy mengendalikan
bisnis narkobanya dari dalam
penjara. Bahkan ia kedapatan
mempunyai 40 telepon seluler
di lembaga pemasyarakatan di
mana dia ditahan sehingga hakim
mencabut salah satu hak asasinya
untuk berkomunikasi hingga
dieksekusi mati. (Kus/Dinal)
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
53
SELINTAS
Tak Mau Pertaruhkan Nasib Bangsa, KY
Berkomitmen Luluskan CHA Berintegritas
Kendati demikian, pihaknya
tidak akan menargetkan berapa
CHA yang akan diajukan ke
DPR. Menurut pria kelahiran
Lampung tersebut, KY tidak
mengejar kuantitas CHA yang
akan dikirimkan, melainkan lebih
mementingkan kualitas calon
terutama dari aspek integritas.
"Kita sejak dulu tidak pernah
mengejar sesuai dengan
kebutuhan dalam arti kuantitas
tetapi kebutuhan dalam artian
kualitas. Kalau tidak memenuhi
kerangka integritas dia nggak
akan bisa masuk," imbuhnya.
54
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ ADNAN
S
elama lima hari
pelaksanaan tes
wawancara, Ketua KY
Suparman Marzuki mengatakan
pihaknya sudah mendapatkan
gambaran siapa saja CHA yang
akan dikirimkan ke DPR guna
mengikuti fit and proper test
untuk dipilih sebagai hakim
agung."Secara umum KY sudah
mendapatkan bayangan. Paling
tidak target untuk melihat calon
yang berintegritas tentu sudah
ada tanda-tandanya dan sudah
kelihatan. Secara intelektual
kemampuan calon rata-rata tetapi
dari segi integritas memang
ada beberapa yang memenuhi
kualifikasi untuk terpilih menjadi
CHA," kata Suparman saat
ditemui di kantor KY, Jumat
(26/7).
Salah satu pengumuman seleksi CHA dipasang di Gedung Komisi Yudisial
Komisi Yudisial telah merampungkan tes wawancara terbuka
terhadap 23 calon hakim agung (CHA) dalam seleksi CHA
Periode I tahun 2013, pada hari Jumat (26/7).
Lebih lanjut dia mengatakan
KY tidak mau berjudi dengan
meluluskan CHA yang
berintegritas buruk karena
jabatan hakim agung merupakan
penentu bagus tidaknya
keberlangsungan peradilan di
Indonesia.
"Jangan bertaruh dengan nasib
bangsa ini. Cari guru saja kita
perlu hati-hati kok, perlu cermat,
perlu kualifikasi tinggi. Apalagi
ini julukannya wakil Tuhan yang
menentukan nasib orang dan
hak milik orang, citra bangsa dan
nama baik bangsa," tegasnya
Masih kata Suparman, KY dalam
waktu dekat akan mengirimkan
hasil wawancara terbuka tersebut
ke DPR. Ia juga menjamin
kualitas CHA yang nantinya akan
diusulkan ke DPR.
"Seleksi di KY ini kan sudah
mengalami proses panjang,
dan butuh biaya yang besar.
Kita telusuri rekam jejak dan
menginvestigasi mereka. Jadi
apa yang dilakukan KY itu
sudah sangat valid sehingga
teman-teman di DPR itu lebih
mudah memilih," pungkasnya.
(Kus/Dinal)
Kode Etik Hakim Harus
Dihayati Sungguh-Sungguh
K
“Kesejahteraan sudah naik tapi
masih saja ada yang tergelincir,
melanggar KEPPH. Karena itu KY
membawa kita sekali lagi dapat
menghayati dan mendalami isi
KEPPH ini, agar masa depan cerah
atau setidaknya mengurangi
pelanggaran itu,” kata Yohannes
di hadapan para peserta kegiatan
tersebut, Rabu (12/6).
Hal senada disampaikan oleh
Ketua Bidang Bidang Sumber
Daya Manusia dan Litbang KY,
Jaja Ahmad Jayus. Menurut
mantan Dekan Fakultas Hukum
Universitas Pasundan tersebut
KEPPH merupakan sesuatu
yang harus menjadi pegangan
oleh hakim ketika beracara di
pengadilan.Ia menyayangkan jika
ada hakim yang masih melanggar
KEPPH padahal kesejahteraan
hakim sudah setara dengan
pejabat negara.
“Masih ada hakim yang umroh
dibiayai oleh advokat, padahal
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ DINAL
etua PT Kalimantan
Tengah Yohannes E. Binti
dalam sambutannya
meminta kepada seluruh hakim
di wilayah Kalimantan Tengah
untuk melakukan penghayatan
terhadap KEPPH.Menurut
Yohannes hakim adalah profesi
pilihan sehingga dia berharap
agar tidak tersandung dengan
melakukan pelanggaran KEPPH.
Diskusi Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim di Palangkaraya.
Komisi Yudisial bekerjasama dengan Pengadilan Tinggi
Kalimantan Tengah mengadakan Diskusi Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) dengan peserta para hakim
dari lingkungan peradilan se-Kalimantan Tengah.
dari gajinya saja bisa.Sekarang
sedang diinvestigasi KY.Saya
mengajak jangan sampai terjadi
pelanggaran.Karena kalau selalu
ingin lebih pasti lebih,” katanya.
Sementara itu Ketua Bidang
Pencegahan dan Pelayanan
Masyarakat KY Abbas Said dalam
pemaparannya meminta para
hakim agar berhati-hati ketika
sedang mengadili suatu perkara.
“Tentang kode etik semua hakim
pasti sudah hafal, bahwa hakim
itu jujur, mandiri dan seterusnya.
Sehingga kita minta rekan-rekan
hakim itu agar berhati-hati dan
tidak melanggar KEPPH.
KY tidak menilai putusan
bapak-bapak, hanya memberikan
contoh kalau putusan itu salah.
Misalnya ditolaknya PK dengan
pertimbangan sudah lewat 14
hari.Padahal berdasarkan hukum
acara PK itu tidak ada batasnya,
kecuali perkara perdata 180 hari,”
tegasnya. (Kus/Dinal)
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
55
SELINTAS
†† MAJALAH KOMISI YUDISIAL/ WEP
Gaet Anak-Anak, KY Sampaikan
Materi dengan Dongeng
Suasana dongeng sosok hakim bijaksana oleh Kak Sidik saat kunjungan
SD Kenari 08 Pagi ke kantor Komisi Yudisial.
K
unjungan ini bisa disebut
istimewa karena KY pun
menerima tunas-tunas
bangsa tersebut dengan istimewa.
Murid-murid SD Kenari 08 pagi
disuguhkan materi dalam bentuk
dongeng. KY mendatangkan
Pendongeng Keliling Nusantara
Kak Sidik yang menceritakan
sosok hakim bijaksana.
Dalam dongengnya Kak Sidik
menceritakan nasib Pak Amin
seorang pedagang cendol yang
terpaksa mencuri dua potong
roti dari rumah Pak Udin yang
pintunya terbuka. Namun Pak
Amin yang sudah dua hari tidak
makan beserta keluarganya
tersebut tertangkap basah oleh
warga dan diserahkan ke kantor
polisi.
56
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
Menerima laporan itu, Polisi
menghubungi Pak Udin.
Namun Pak Udin yang terbilang
pelit menegaskan tidak mau
berdamai dengan Pak Amin.
Dia menginginkan agar kasus
itu tetap dibawa ke pengadilan.
Bahkan dia meminta ganti rugi
uang senilai Rp1 juta.
"Siapa pun yang berbuat salah
harus tetap diproses hukum," kata
Pak Udin yang ditirukan oleh Kak
Sidik.
Singkat cerita Pak Amin akhirnya
harus diadili.Sang hakim yang
mengadili kasus itu menanyakan
kembali kepada Pak Udin apakah
Pak Amin bisa dimaafkan.Namun
Pak Udin tetap kukuh tidak mau
memaafkan Pak Amin.Menurut
Suasana berbeda terlihat di
lobby kantor Komisi Yudisial
pada Rabu (19/6). Pagi itu
puluhan pelajar Sekolah
Dasar Negeri Kenari 08 Pagi
Jakarta Pusat mendatangi
kantor Komisi Yudisial di
Jalan Kramat Raya, Jakarta.
Para siswa kelas IV SD
tersebut ingin mengetahui
lebih dalam tentang profil
kelembagaan KY.
Pak Udin perbuatan Pak Amin
merupakan kesalahan, oleh
karena itu harus dihukum agar
bisa menimbulkan efek jera
Plt. Kasubag TU Pusat Analisis
dan Layanan Informasi KY Dinal
Fedrian mengatakan KY sengaja
mendatangkan pendongeng
untuk memberikan perspektif
yang berbeda dari profesi hakim
kepada anak-anak.Sehingga
diharapkan dengan materi
dongeng tersebut anak-anak
menjadi lebih mudah untuk
memahami hukum.
"Untuk masuk sama segmen
anak-anak saja. Jadi tidak kaku
cara penyampaian pesannya,"
katanya. (Kus/Titik/Dinal)
RELUNG
Kisah Sumpit
Sepanjang Meja
Di jaman kerajaan Dinasti
Ming masih berkuasa
hiduplah seorang saudagar
kaya pemilik restoran Hong
Liong di daerah Tiongkok
sebelah selatan. Restoran
“Burung Hong” itu sangat
terkenal karena makanannya
sangat khas dan rasanya
yang luar biasa. saudagar
pemilik restoran tersebut
juga sangat dihormati di
daerah tersebut karena
sering menyumbangkan
harta kekayaannya untuk
kaum papa.
N
amun sangatlah
disayangkan saudagar
itu tidak diberkahi
oleh keturunan
seorangpun. Menjelang usianya
memasuki tahun ke-80, saudagar
tersebut hendak menyerahkan
restorannya kepada orang yang
dipercayanya mampu mengelola
restoran tersebut dengan baik.
Tapi sebagai syaratnya mereka
harus menyumbangkan setengah
dari pendapatan restoran itu
untuk kaum papa.
Setelah itu diundanglah seluruh
pedagang di daerah tersebut
untuk datang ke jamuan makan
malam yang diselenggarakannya.
Terdapat dua puluh meja bundar
yang diatasnya sudah terhidang
bermacam sayuran yang sangat
menarik. Tiap meja ada 4 buah
kursi dan 4 buah peralatan
makan berupa sumpit. Namun
anehnya ke – 4 sumpit tersebut
mempunyai panjang sama
dengan lebar mejanya.
Duduklah ke – 80 pedagang
tersebut dengan air liur yang
mulai menetes mencium aroma
masakan yang selangit tersebut.
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
57
RELUNG
Sesaat sebelum makan saudagar
tersebut memberikan kata
sambutan yang isinya kurang
lebih menyatakan bahwa dia akan
memilih 4 dari ke – 80 pedagang
tersebut sebagai penerus
restorannya setelah jamuan
berakhir.
Maka dimulailah jamuan makan
tersebut. Masing – masing
pedagang tersebut telah
memegang sumpit* mereka
dan menjepit sayuran yang
diinginkannya. Sementara sang
saudagar tersebut berjalan
mengelilingi meja-meja tersebut.
Muka sang saudagar tersebut
terlihat sangat sedih setelah
melewati meja ke – 12 dan belum
ada satupun pedagang yang
mampu memasukkan sayuran
yang dijepit sumpit tersebut ke
dalam mulut.
Masing – masing pedagang
tersebut mencoba cara – cara
aneh agar mampu memasukkan
makanan yang dijepit sumpit*
masing – masing ke dalam mulut
masing – masing dan tentu saja
itu tidak akan berhasil karena
panjang sumpit* tersebut
selebar meja. Saat sang saudagar
melewati meja ke – 19 dia
mulai kehilangan harapannya
untuk mendapatkan penerus
restorannya karena yang dia
lihat hanyalah sekumpulan
orang– orang serakah yang
hanya mementingkan keinginan
masing– masing.
Saat menuju meja ke – 20
tersenyumlah saudagar tersebut
seraya berkata pada dirinya
sendiri bahwa ke – 4 orang
58
EDISI JULI - AGUSTUS 2013
Pesan moral dari cerita ini adalah agar jadi orang jangan terlalu
serakah, karena dengan tidak mau berbagi keuntungan dengan
orang lain maka orang lain juga tidak akan mau berbagi dengan
Anda. Bila tiap orang hanya memikirkan dirinya masing –
masing maka tidak akan pernah mencapai kemajuan team.
inilah yang akan meneruskan
restorannya. Rupanya ke – 4 orang
yang berada di mej ke – 20 saling
menyuapi lawan di seberangnya
karena panjang sumpit* tersebut
memang cukup untuk sampai
ke seberang mejanya. Akhirnya
saat jamuan makan selesai hanya
ke – 4 orang inilah yang kenyang
perutnya sedang yang lain sibuk
menggerutu karena tidak ada
secuilpun makanan yang masuk
dalam mulut mereka. Sang
saudagar pergi meninggalkan
restorannya dengan hati gembira
karena tahu bahwa restorannya
akan dikelola oleh 4 orang yang
bijaksana.
Pesan moral dari cerita ini adalah
agar jadi orang jangan terlalu
serakah, karena dengan tidak
mau berbagi keuntungan dengan
orang lain maka orang lain juga
tidak akan mau berbagi dengan
Anda. Bila tiap orang hanya
memikirkan dirinya masing –
masing maka tidak akan pernah
mencapai kemajuan team.
Bukankah ada pepatah yang
mengatakan bahwa 4 kaki akan
lebih baik daripada 2 kaki ; atau
bersatu kita teguh bercerai kita
runtuh. Pepatah – pepatah yang
dibuat orang – orang bijak jaman
dahulu kala bukanlah sekadar
penghias omong kosong, mereka
mampu membuat pepatah
tersebut karena sudah ada
kejadiannya dan hasilnya.
Buktikanlah sendiri, bila Anda
mau memberi maka Anda akan
menerima kembali lebih baik,
mungkin bukan dalam bentuk
yang sama ketika Anda berikan,
tapi pasti sesuatu tersebut
Anda dapatkan saat Anda
memang membutuhkannya.
Sesungguhnya apa yang kamu
tabur, itulah yang akan kamu
petik. Penabur kebaikan akan
menuai berkah, sedangkan
penabur kejahatan akan menuai
petaka. Taburkanlah olehmu
benih-benih kebaikan dan
kebenaran, sehingga kelak dapat
memanen berkah berlimpah.
(Disarikan dari berbagai
sumber).
Download