BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Garis

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dijelaskan bahwa pembangunan
nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seluruhnya, oleh karena itu pembangunan
nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia dan dilaksanakan bersama oleh
masyarakat dan pemerintah.
Dalam pelaksanaan pembangunan, pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting, karena melalui pendidikan dapat meningkatkan sumber daya manusia melalui
pendidikan formal dan nonformal yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti tercermin dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 dan
ditegaskan lagi dalam pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD 1945.
Sejalan dengan usaha-usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka salah satu
diantaranya adalah meningkatkan kualitas pendidikan yang ditempuh dengan mengadakan
pembaharuan terhadap seluruh komponen-komponen pendidikan sekolah. Kurikulum sebagai
salah satu komponen pendidikan, perlu disentralisasikan, terutama dalam pengembangan dan
pelaksanaannya yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi
sekolah atau daerah. Pengembangan kurikulum 2004 yaitu kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) memiliki keunggulan sebagai berikut: pertama: lebih bersifat alamiah, karena berfokus
dan bermuara pada hakekat peserta didik sehingga dapat mengembangkan berbagai kompetensi
yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Kedua: kurikulum 2004 yang berbasis
kompetensi mendasari perkembangan kemampuan lain: penguasaan ilmu pengetahuan dan
keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan pengembangan aspek-aspek kepribadian berdasarkan standar kompetensi
tersebut. Ketiga: dalam kurikulum 2004 guru adalah fasilitator bukan sebagai pengacara.
Artinya: sebagai fasilitator bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan
belajar peserta didik. Kurikulum 2006 dikenal dengan nama KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) yang merupakan panduan lanjutan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004
adalah sebuah konsep yang baik pula, karena dapat memberikan peluang sebesar-besarnya
kepada daerah dalam hal ini sekolah untuk dapat melakukan modifikasi dan mengembangkan
variasi-variasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan potensi dan kebutuhan daerah
serta kondisi siswa.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertugas untuk mempersiapkan,
menumbuhkan, menciptakan dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki siswa. Oleh
karena itu sekolah yang merupakan suatu organisasi yang terkait dengan tata aturan formal,
berprogram dan mempunyai visi dan misi yang jelas serta memiliki struktur kepemimpinan
penyelenggara atau pengelolaan yang pasti mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa.
Tugas guru tidak hanya sebagai pengajar saja, tetapi juga sebagai fasilitator
dan
motivator serta administrator dalam proses belajar mengajar, sehingga guru diharapkan agar
dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa. Berhasil tidaknya pendidikan
selain ditentukan oleh siswa itu sendiri, tetapi juga ditentukan oleh kematangan, kemampuan dan
kualitas guru. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, guru matematika senantiasa
berusaha untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, agar materi belajar
yang diberikan atau diajarkan dapat diterima dan dipahami oleh siswa dengan baik.
Mengajar matematika tidaklah mudah, karena fakta menunjukkan bahwa para siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika terutama dalam menyelesaikan soal-soal
matematika dalam bentuk cerita. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator dituntut untuk memiliki
kemampuan dan keterampilan profesional yang memadai sehingga dapat membimbing siswa
untuk dapat memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Manusia yang bisa keluar dari
persoalan/masalah adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
tersebut dan bukan menghindarinya,
Bambang Sumantri (1988; 262) mengatakan bahwa
kemampuan memecahkan masalah mencakup bagaimana mendefinisikan dan menganalisis
permasalahannya, mendapat informasi yang diperlukan dan kemudian menarik suatu kesimpulan
berdasarkan data yang dimilikinya.
Kemampuan penalaran dan penyelesaian soal sangat penting dalam kehidupan dan
merupakan tujuan umum dalam pembelajaran matematika. Penyelesaian soal meliputi metode,
prosedur dan strategi yang merupakan proses inti dalam kurikulum matematika dan penyelesaian
soal merupakan kemampuan dasar dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan pengalaman guru matematika dilapangan, kelemahan yang paling
menonjol pada siswa dalam mempelajari matematika adalah menyelesaikan soal-soal cerita atau
soal-soal aplikasi. Kelemahan yang sangat mendasar dan paling sering ditemukan adalah
menterjemahkan soal-soal tesebut kedalam kalimat/model matematika. Model matematika
merupakan model linear yang menggambarkan hubungan antara variabel-variabel yang ada pada
setiap operasi hitung bentuk aljabar.
Oleh karena itu evaluasi yang melibatkan soal-soal cerita mengharuskan siswa untuk
lebih kreatif dan teliti dalam menentukan langkah-langkah penyelesaiannya untuk dapat
menyelesaikan soal-soal cerita, siswa harus mempunyai kemampuan untuk menterjemahkan atau
membawanya ke dalam model matematika, kemudian diselesaikan berdasarkan langkah-langkah
yang sebenarnya.
Kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal aplikasi merupakan indikator untuk
mengetahui bahwa siswa hanya mengutamakan keterampilan menghitung dalam belajar
matematika. Padahal , belajar matematika adalah belajar komprehensif yakni; belajar untuk
memahami, belajar untuk terampil dan mampu menerapkan dalam situasi dan persoalan yang
nyata. Mengingat kenyataan dilapangan bahwa hampir sebagian besar siswa mengalami
kesulitan dalam memecahkan soal-soal cerita, maka dianggap perlu untuk menyelidiki faktorfaktor penyebabnya dan sekaligus dicari alternatif pertolongan.
Menyadari pentingnya mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal cerita, maka penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh dengan
melakukan penelitian dengan menetapkan judul “Analisis Tentang Kesulitan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal-soal cerita Topik Operasi hitung bentuk aljabar, pada Siswa Kelas VII K
SMPN 8 Kupang Tahun Ajaran 2008/2009”.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Kesulitan apa sajakah yang dialami siswa kelas VII K SMPN 8 Kupang dalam
menyelesaikan soal-soal cerita khususnya topik operasi hitung bentuk aljabar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesulitan yang dialami siswa kelas
VII K SMPN 8 Kupang dalam menyelesaikan soal-soal cerita topik operasi hitung bentuk
aljabar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan masukan yang berharga bagi guru mata pelajaran, demi perbaikan cara
mengajar yang lebih menekankan pada aspek pemecahan masalah.
2. Dapat memberikan gambaran umum tentang kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal-soal cerita topik operasi hitung bentuk aljabar.
E. Definisi Operasional, Asumsi dan Keterbatasan
1. Definisi Operasional
Berikut ini disajikan definisi operasional dengan beberapa istilah yang berhubungan
dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dengan memperhatikan masalah yang dikemukakan
dan agar tidak terjadi perbedaan penafsiran penulisan ini, maka perlu didefenisikan sebagai
berikut:
a. Analisis
Analisis adalah: penyelidikan terhadap hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika berdasarkan nilai sebenarnya.
b. Kesulitan siswa adalah sesuatu yang sukar dikerjakan oleh siswa sehingga terjadi
penyimpangan terhadap jawaban yang benar yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soalsoal matematika.
c. Siswa-siswa didefinsikan sebagai siswa kelas VII K SMPN 8 Kupang TA. 2008/2009.
d. Menyelesaikan soal.
Menyelesaikan soal dalam penelitian ini adalah menjawab masalah yang ada pada soal.
e. Cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana suatu terjadi,peristiwa,hal atau
kejadian
dan
sebagainya
:
karangan
yang
mengisahkan
perbuatan,pengalaman,penderitaan,orang dan sebagainnya,dongeng,cerpen atau cerita pendek
(kamus lengkap Bahasa Indonesia ).
f. Soal-soal cerita atau aplikasi sama dengan soal-soal yang menuntut penerapan
prinsip dan
konsep dalam situasi yang belum pernah diberikan.
g. Operasi hitung bentuk aljabar: yang dimaksud dengan operasi hitung bentuk aljabar adalah
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan pemangkatan pada bentuk
aljabar
2. Asumsi dan Keterbatasan
a. Asumsi
Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah peneliti dapat mengetahui faktor-faktor penyebab
kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal aplikasi.
b. Keterbatasan
Hasil penelitian ini terbatas pada Sekolah yang diteliti.
Download