87 IV.2.2.6. Analisa Kebisingan Faktor kebisingan merupakan salah

advertisement
87
IV.2.2.6. Analisa Kebisingan
Faktor kebisingan merupakan salah satu faktor yang harus di perhatikan
dalam perancangan, karena dapat memperngaruhi peletakkan massa bangunan dan
zoning pada tapak, sumber kebisingan bersumber dari :
Jalan sekunder, sering
terjadi kemacetan karena
merupakan jalan kecil
dengan tingkat kepadatan
yang tinggi
Jl. Kebon Jeuk raya,
Tingkat kebisingan tinggi
karena merupakan jalan
utama dan sering
mengalami kemacetan pada
jam tertentu
Perempatan jalan sekunder,
karean terdapat daerah
pemukiman penduduk,
sehingga pada waktu tertentu
akan terjadi macet karena
kendaraan masuk keluar
Gambar 4.5. Analisa Bising
Arahan perencanaan :
• Meletakkan vegetasi di sekitar tapak yang langsung berhubungan dengan
sumber bising, diharapkan dapat memfilter suara bising dari jalan raya.
• Memberikan bidang-bidang masif pada bagian yang yang menghadap
sumber bising, supaya bising yang masuk area privat dapat di minimalkan
• Menggunakan ruang- ruang penyangga pada daerah sumber bising seperti
ruang publik atau service yang tidak memerlukan ketenangan.
88
Gambar 4.6. Analisa Bising
IV.2.2.7. Analisa Pergerakan Matahari
Peletakkan massa bangunan dibuat memanjang ke arah Timur dan barat,
dikarenakan agar panas matahari yang terserap oleh bangunan dapat di
minimalkan, sedangkan untuk bukaan private di buat pada arah utara dan selatan
dan bagian barat dan timur digunakan untuk bukaan service.
Orientasi massa bangunan menghadap pada sisi utara dan selatan, karena
pada daerah tersebut merupakan daerah yang tidak terlalu panas, dan untuk bagian
utara karena matahari condong di utara maka bukaan agak sedikit kecil atau dapat
disiasati dengan balkon sebagai penghalang. Dan untuk sisi selatan diusahakan
bukaan semaksimal mungkin.
89
Gambar 4.7. Analisa Pergerakkan matahari
IV.2.2.8. Analisa Zoning
Penentuan zoning berdasarkan kepada :
•
Fungsi, sifat kegiatan dan hubungan antar kegiatan
•
Penyesuaian kondisi tapak dan lingkungan
•
Penyesuaian dengan pencapaian dan pola sirkulasi
Arahan perencanaan :
Penentuan zoning memisahkan kegiatan-kegiatan yang bersifat pribadi,
bersama dan service.
90
Penzoningan pada tapak
Sifat Kegiatan
Publik
Letak Pada Tapak
Bagian
Timur,
Keterangan
Jl. Berhadapan dengan jalan utama,
Kebon Jeruk raya
dan merupakan pintu masuk utama
Private
Bagian Utara- Selatan
Terletak di tengah-tengah tapak
Semi Publik
Bagian Selatan
Terletak di tengah Ruang private,
yang berfungsi sebagai plaza
Service
Bagian Barat
Tidak terlihat secara umum, dan
dekat dengan pintu masuk service
Tabel 4.9. Tabel Penzoningan
IV.2.3. Analisa Bangunan
IV.2.3.1. Analisa Besaran Massa Bangunan
•
Luas tapak Keseluruhan adalah 14.000 m²
•
Luas area yang dapat dibangun, sesuai dengan kondisi KDB 60%, yaitu
60% x 14.000 m² = 8.400 m²
•
Luas area untuk ruang terbuka 14.000 m² – 8.400 m² = 5600 m²
•
Ketinggian bangunan yang diijinkan adalah 8 lantai, Direncanakan untuk
asrama ini ketinggian bangunan sekitar 7 lantai untuk fasilitas hunian.
•
Luas total maksmal bangunan yang dapat dibangun sesuai kondisi KLB
1.2, yaitu 1.2 x 14.000 m² = 16.800 m²
91
IV.2.3.2. Analisa Jenis Massa Bangunan
Penerapan jenis massa bangunan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Massa Tunggal
• Luas lahan yang dimanfaatkan pada tapak tidak terlalu besar
• Terjadi pengabungan kegiatan pada setiap ruang dalam satu bangunan,
seperti ruang yang kegiatannya mengganggu akan mengusik ruang yang
tenang.
• Sirkulasi yang dihasilkan kurang dinamis
• Sifat bangunan terpusat
• Pencapaian menjadi lebih mudah dan dinamis
Gambar 4.8. Massa Tunggal
2. Massa Majemuk
• Luas lahan yang dimanfaatkan pada tapak relatif besar
• Terjadi pemisahan ruang, sehingga dapat dibagi antara kelompok ruang yang
sifatnya menggaggu dengan ruang private tidak terdapat dalam 1 bangunan.
• Sirkulasi yang dihasilkan dinamis
92
• Sifat bangunan menyebar dan terpusat pada suatu titik aktivitas
Gambar 4.9. Massa Majemuk
Arahan perencanaan :
Perancangan asrama mahasiswa Bina Nusantara ini memilih jenis massa
bangunan majemuk, hal ini di karenakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu :
•
Adanya pengelompokkan aktivitas
•
Bentuk massa lebih terorganisir
•
Sirkulasi pencapaian
•
Lahan yang luas
•
Akan tercipta ruang terbuka untuk penghijauan.
IV.2.3.3. Analisa Sirkulasi dalam Bangunan
Sirkulasi yang terjadi di dalam bangunan terdiri dari 2 jenis yaitu :
93
1. Sirkulasi horisontal, dapat berupa selasar atau koridor. Sirkulasi horisontal ini
terdiri dari beberapa jenis antara lain :
a. Sistem linier, yaitu jalan lurus yang memanjang dan dapat menjadi unsur
pengorganisir yang utama untuk 1 deretan ruang-ruang.
Sifat dari sirkulasi ini jelas dan terarah, berkesan merupakan urutan
kegiatan.
Gambar 4.10. Sistem linier menerus
Gambar 4.11. Sistem linier bertekuk
Gambar 4.12. Sistem linier bercabang
b. Sistem radial, yaitu memiliki jalan yang berkembang atau berhenti pada
satu pusat.
Sifat dari sirkulasi ini adalah arah lebih bebas, kegiatan bersifat terpusat,
kegiatan lebih berkembang
94
Gambar 4.13. Sistem radial
c. Sistem grid, terdiri dari 2 jalan-jalan sejaajr yang saling berpotongan pada
jarak yang sama sehingga menciptakan kawasan yang segi empat.
Sifat dari sirkulasi ini adalah arah tidak jelas, membingungkan, sifat ruang
tidak flekibel.
Gambar 4.14. Sistem grid
Arahan perencanaan :
Untuk asrama mahasiswa untuk sirkulasi horisontal lebih mengacu pada
sistem linier dengan prinsip single loaded, diman akan terjadi bukaan di area
koridor sehingga pencahayaan dan pengudaraan alami akan terjadi dan akan
masuk ke dalam kamar.
95
Gambar 4.15. Sistem single loaded
Gambar 4.16. Sistem Single loaded
2. Sirkulasi vertikal
Untuk sirkulasi vertikal direncanakan menggunakan tangga da lift sebagai
sirkulasi utama. Karena bangunan asrama ini di rencanakan sekitar 7 lantai.
IV.2.3.4. Analisa Penampilan Bangunan
Untuk penampilan bangunan pada asrama mahasiswa harus memperhatikan
hal–hal sebagai berikut :
1. Fungsional
Sesuai dengan proyek yang akan dikerjakan yaitu asrama mahasiswa maka
efisiensi menjadi salah satu petimbangan dalam rancangan bangunan. Yang
akan terlihat dari bentu bangunan secara keseluruhan.
2. Sederhana
96
Tercermin dari adanya keteraturan dari modul dan struktur bangunan, serta
keteraturan dari bukaan yang ada.
3. Penyesesuaian iklim
Penampilan bangunan harus memperhatikan iklim tropis lembab, serta
pemilihan bahan bangunan yang disesuaikan juga dengan kondisi iklim.
Sehingga bangunan tersebut harus mencerminkan arsitektur tropis.
Arahan perencanaan :
Untuk penampilan bangunan asrama mahasiswa yang mencerminkan
arsitektur tropis harus menampilkan karakter dari arsitektur tropis yaitu seperti
pemakaian bahan bangunan mulai dari dinding, atap juga dapat dengan permainan
bayangan pada fasadenya, serta pemanfaatan teritisan yang dapat mengurangi
panas matahari, serta air hujan.
Gambar 4.17. Penampilan bangunan
IV.2.3.5. Analisa Orientasi Bangunan
Dalam Asrama mahasiswa ini orientasi bangunan terdiri dari 2 yaitu :
97
1. Orientasi kedalam, dengan arahan perencanaan :
•
Diarahakan agar tercipta sebuah ruang pengikat yang berfungsi sebagai
temapat interaksi atau komunikasi, seperti adanya plaza terbuka dan
sebgainya.
2. Orientasi keluar, dengan arahan perencanaan :
•
Membentuk ruang-ruang lingkungan, dengan memanfaatkan elemenelemen bangunan, membuat lansekap dan sebagainya sehingga akan
terbentuk ruang antara bnagunan dalam tapak dengan bangunan di sekitar
luar tapak.
Orientasi
kedalam
Gambar 4.18. Orientasi kedalam
Gambar 4.19. Orientasi keluar
IV.2.3.6. Analisa Modul Bangunan
Penentuan modul bangunan dipertimabnagkan terhadap modul gerak dari si
pemakai, perabot (furniture), Modul dari struktur yang dipakai, serta dari bahan
bangunan.
Arah perencanaan :
98
Pada bangunan asarama ini kita mengambil modul dari kamar tidur yaitu
luasan kamar yang akhirnya akan menjadi modul dari struktur, selain itu karena
adanya fasilitas parkir basement maka harus diperhatikan besaran dari ruang
parkir tersebut, untuk dipertimbangkan dalam penentuan modul.
Berdasarkan Sustisna Sutarki – Lina Purnama, Modul dalam arsitektur,
Perpustakaan Teknik Untar, 1983. Beberapa pertimbangan pemilihan modul
antara lain :
1. Kebutuhan ruang dan perabotan, umumnya kelipatan 30 cm
2. Bahan kontruksi baja kelipatan 6 – 12 m
3. Bahan konstruksi beton kelipatan 5 -9 m
4. Ruang gerak manusia dan sirkulasi, umunya kelipatan 60 cm.
Untuk modul dari unit di dapat dengan pertimbangan dari penataan perabot
(furniture) dalam kamar
Gambar 4.20. Alternatif modul ruang tidur single
99
Gambar 4.21. Alternatif modul ruang tidur double
IV.2.3.7. Analisa Pola Gubahan Massa
Bangunan asrama mahasiswa ini terdiri dari beberapa buah massa yang
dikelompokkan sesuai dengan zoning kegiatannya dan memanfaatkan ruang
terbuka seperti plaza terbuka sebagai pengikatnya.
Alternatif 1
Hunian putra
Hunian putri
Penunjang
Inner court
100
Alternatif 2
Gambar 4.22. Alternatif Gubahan Massa
Arahan perencanaan :
Massa-massa bangunan diletakkan dengan mengelilingi ruang terbuka
sehingga akan tercipta suatu inner court yang akan menjadi pusat, serta
disesuaikan dengan bentuk tapak. Lebih mengarah pada alternatif 1 karena ruang
luar yang tercipta akan lebih besar dan dapat dinikmati secara maksimal baik
untuk publik maupun untuk penghuni.
IV.2.3.8. Analisa Sistem Struktur
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan struktur
khusunya pada bangunan asrama mahaiswa ini adalah :
a. Pertimbangan fungsi
Struktur dapat menyalurkan semua macam beban ke tanah dan juga dapat
melindungi suatu ruang.
b. Pertimbangan ekspresi bentuk arsitektur
101
Struktur yang secara visual ditampakkan akan memberikan ekspresi pada
bentuk dan penampilan dari bangunan
c. Pertimbangan faktor fisik bangunan
Tututan fisik bangunan meliputi daya tahan terhadap beban vertikal berupa
beban bangunan dan gravitasi dan horisontal berupa beban angin, gempa.
Struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 yakni :
1. Struktur bawah
Merupakan struktur bagian bawah yang berfungsi untuk menyalurkan bebanbean yang berasal dari atas ke bawah. Struktur bawah yang dimaksud
khusunya adalah pondasi, selain itu juga terdapat sloff, plat.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan struktur bawah
adalah :
d. Jenis tanah, kedalaman, dan daya dukung tanah, karena beban dari atas
harus disalurkan merata menuju tanah
e. Pertimbangan biaya pelaksanaan, bahan bangunan yang tersedia dan yang
digunakan.
f. Beban yang dipikul dan jumlah lantai yang direncanakan
Beberapa alternatif pondasi, yaitu :
Jenis Pondasi
Pondasi tiang pancang
Kelebihan
ƒ Dapat menahan beban yang
besar (> 4 lantai)
ƒ Kedalamannya 10-15 m
Kekurangan
ƒ Membutuhkan
tambahan
biaya
ƒ Menyebabkan
kebisingan
102
ƒ Prinsip
kerjanya
saat pemancangan
adalah
beban
ƒ Memungkinkan tanah di
langsung ke tanag keras di
sekitar area pemancangan
bawahnya
akan naik
menyalurkan
ƒ Kualitas
terjaga
karena
dibuat di pabrik
Pondasi
Tiang
Bor
(Bore Pile)
ƒ Dapat menahan beban yang
ƒ Biaya
cukup besar
ƒ Kedalamannya 30-40 m
yang
dikeluarkan
akan besar
ƒ Memakan banyak material
ƒ Tidak perlunya sambungan
antar tiang
bangunan khusunya cor-an
beton
Tabel 4.10. Alternatif Pondasi
2. Struktur atas (upper Structure)
Merupakan struktur utama yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari atas
berupa beban hidup (manusia) maupun beban mati (bangunan) ke pondasi
baik secara vertikal maupun horisontal.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan struktur atas
adalah :
a. Penyaluran beban horisontal dan vertikal ke pondasi membentuk
hubungan kaku
b. Mempunyai kekuatan dan kestabilan yang kuat untuk memberikan bentuk
permanent dan mampu mendukung kontruksi atapnya.
c. Dapat memberikan bentuk yang artistic
d. Memberikan kenyamanan pada penghuni
103
Beberapa alternatif struktur atas adalah :
Jenis Struktur
Struktur rangka kaku
(rigid Frame)
Kelebihan
ƒ Titik
hubung
Kekurangan
yang
ƒ Waktu
cukup
sehingga
(beban
kaku,
memungkinkan
kemampuan
memikul
yang
realatif cukup lama
menghubungkan balok dan
kolom
pengerjaan
untuk
beban
lateral
gempa,
beban
angin)
ƒ Struktur rangka kaku dapat
memikul
beban
vertikal
kaku
dapat
pada
gedung
(gravitasi)
ƒ Rangka
diterapkan
bertingkat rendah maupun
gedung bertingkat rendah
Struktur
dinding
Pemikul
(bearing
Walls)
ƒ Ruangan yang dihasilkan
ƒ Bukaan
babas kolom
ƒ Kekakuan cukup tinggi
yang
dihasilkan
relatif kecil
ƒ Penggunaan material yang
cukup banyak
Tabel 4.11. Alternatif struktur
Bangunan asrama mahasiswa ini memakai alternatif bahan konstruksi
bangunan berupa :
104
•
Konstruksi beton bertulang, dengan pertimbangan :
o Merupakan bahan yang tahan api, tidak rusak oleh panas dan hujan
o Rangka beton lebih mudah dalam menghasilkan bentuk yang fleksibel
o Kerangka bangunan dapat menahan beban yang cukup besar
•
Kontruksi baja, dengan pertimbangan :
o Waktu pengerjaan yang relatif singkat
o Kerangka bangunan dapat menahan beban yang cukup besar
o Mampu menahan beban kantilever yang cukup panjang
IV.2.3.9. Analisa sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang dipakai dalam asrama mahasiswa ini dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Pencahayaan alami
Dengan memanfaatkan semaksimal mungkin cahaya matahari masuk pada
bangunan di siang hari untuk menhemat energi listrik, cahaya matahari didapat
dari bukaan pada jendela. Cahaya matahari yang masuk harus merata ke
seluruh ruangan dan tidak terlalu silau. Sehingga tanpa cahay buatan kita
dapat melihat dengan jelas
2. Pencahayaan buatan
105
Sistem pencahayaan dengan memanfaatkan energi buatan dari listrik seperti
lampu. Digunakan pada malam hari ataupun ruangan yang memerlukan
pencahayaan tambahan supaya manusia merasa nyaman pada penglihatannya.
IV.2.3.10. Analisa Sistem Pengudaraan
Sistem pengudaraan yang dipakai dalam asrama mahasiswa ini dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Pengudaraan alami
Dengan memasukkan udara luar yang bersih kedalam bangunan dengan
menerapkan sistem cross ventilation (ventilasi silang). Dengan membuat
adanya bukaan pada sisi-sisi ruangan yang berlawanan, supaya udara dapat
mengalir
Gambar 4.23. Cross ventilation
2. Pengudaraan buatan
Digunakan untuk mendapatkan temperature udara yang diinginkan dengan
106
melihat kondisi sekitar tidak mendukung. Dengan memakai bantuan alat yaitu
AC (Air Conditioner), AC yang dipakai adalah AC central dan AC split.
IV.2.3.11. Analisa Penyediaan Air Bersih
Sumber air bersih pada asrama mahasiswa ini diperoleh dari PAM yang
kemudian di tarik oleh pompa dan ditampung ke resevoir atas selanjutnay
didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Dan distribusinya memakai
sistem down feed (gravitasi) sehingga jika sewaktu-waktu aliran listrik terputus,
distribusi air tetap berlangsung.
Instalasi air bersih ini digunakan untuk :
1. Intalasi untuk toilet, kamar mandi dan dapur
2. Intalasi untuk keamanan kebakaran, sepeerti : splinker, hydrant.
Reservoir atas
Pompa
PAM
Meteran
Reservoir bawah
Pompa
Alat-alat sanitair
Jet pump
Deep well
pompa
Reservoir
Alat-alat
kebakaran
pemadam
Skema 4.6. Skema sistem air bersih
107
IV.2.3.12. Analisa Pembuangan Air Kotor
Air kotor terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Air kotor padat, Melalui kloset diteruskan menuju shaft air kotor padat di
salurkan ke STP (Sewage Treatment Plant). Lalu di proses secara kimia
sehingga dapat dimanfaatkan untuk air yang tidak dikonsumsi oleh manusia,
seperti untuk menyiram tanaman.
Kotoran padat
STP
Skema 4.7. Skema sistem pembuanagnair kotor padat
2. Air kotor cair dan air hujan, Melalui shaft yang ternanam di dinding di
slurkan ke riol bagian bawah dan dilanjutkan ke riol kota, dan tiap jarak
tertentu mempunyai bak kontrol
Wastafel
Floor drain
Bak kontrol
Bak
Riol kota
Penampung
Sink dapur
Skema 4.8. Skema sistem pembuangan air kotor cair
Air hujan
Talang
Bak
Sumur
Riol
kontrol
resapan
kota
Skema 4.9. Skema sistem pembuangan air hujan
108
IV.2.3.13. Analisa Sistem Pembuangan Sampah
Sistem pembuangan samaph pada asrama mahasiswa ini dengam
membuang sampah dari tiap kamar melalui shaft sampah selanjutnya
dikumpulkan pada tempat penampungan sementara dan kemudian diangkut ke
bak penampungan utama, dan diangkut oleh dinas kebersihan ke tempat
pembuangan akhir.
Tempat sampah
Pembuangan
Pembuangan
sementara
akhir
Petugas
Dinas kebersihan
Skema 4.10. Skema sistem pembuangan sampah
IV.2.3.14. Analisa Sistem Pencegahan Kebakaran
Sistem pencegahan kebakaran di asrama mahasiswa ini terdidri dari :
1. Memakai alat deteksi berupa alarm yang dipasang dengan jarak pelayanan
75 m yang terdiri dari :
a. Heat Detector : Untuk mendeteksi panas
b. Smoke detector : Untuk mendeteksi asap
c. Flame detector : Untuk mendeteksi lidah api
2. lampu darurat, lampu yang akan menyala ketika alaram aktif
3. Sistem komunikasi darurat, sistem ini akan mematikan sarana (fasilitas)
secara otomatif saat terjadi kebakaran
4. Alat pemadam kebakaran, diantaranya :
109
a. Sprinkler : memadamkan api dengan menyemprotkan air atau zat lain
secara otomatis pada ruang yang terbakar, bekerja efektif dengan daya
jangkau 25 m²/unit
b. Hydrant kebakaran, terdapat di dalam dan luar bangunan, dan di letakkan
pada posisi yang mudah untuk dijangkau oleh mobil pemadam
kebakaran. Dengan radius pelayanan 30 m²/unit
c. Fire extinguisher : pemadam ringan berupa tabung-tabung yang
diletakkan setiap jarak 20 m dengan luas pelayanan 200 m².
5. Alat bantu evakuasi berupa tangga darurat yang dilengkapi dengan blower
dan pintu serta dinding yang tahan api.
Detector
Splinkler
Ruang kontrol
Alarm
Hydran
Area kebakaran
Deep well
Pompa
Pompa
Resevoir kebakaran
Skema 4.11. Skema sistem pencegahan kebakaran
IV.2.3.15. Analisa Sistem Instalasi Listrik
Instalasi listrik sangat diperlukan pada bangunan asrama mahasiswa ini
karena akan menunjang segala kegiatan di dalam bangunan. Sumber listrik
110
utama berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama, dan kemudian di
salurkan ke ruang-ruang. Dan untuk tenaga cadangan digunakan generator
(genset) yang dapat mensuplai 75% dari total kapasitas keseluruhan listrik
dalam bangunan.
Peletakkan ruang genset diusahakan sejauh mungkin dengan ruang private
untuk dapat menjaga kenyamanan dan ketenangan ruang tersebut.
PLN
Meteran
Panel cabang
Gardu listrik
Panel utama
Trafo
Gardu distribusi
Genset
Skema 4.12. Skema sistem instalasi listrik
IV.2.3.16. Analisa Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir merupakan salah satu sistem yang dipakai untuk menangkal
petir yang menyambar pada bangunan dan menyalurkan aliran petir tersebut ke
dalam tanah. Sistem penangkal petir terdiri dari :
1. Sistem faraday : pembentukkan daerah bujur sangkar dengan tiang baja
penangkar pada atap bangunan yang berhubungan dengan sekeliling
bangunan sekitar, sehingga aliran petir langsung dialirkan ke tanah dengan
kawat tembaga
2. Sistem franklin : Memberikan perlindungan dengan membentuk sudut 45
dari tanah, sehingga petir akan terhantar melalui antena penghubung menuju
tanah.
111
IV.2.3.17. Analisa sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan dalam asrama mahasiswa ini adalah :
1. Sistem PABX (Private Automatic Branch Exchange) = Komunikasi dari luar
dan dalam melalui operator
2. Sistem Intercom : Komunikasi antar ruang dan bangunan
Download