DIA MEMANG ISTIMEWA Maria dalam Kitab

advertisement
DIA MEMANG ISTIMEWA
Maria dalam Kitab-kitab Apokrif
Perjanjian Baru
Arnold Suhardi
STFT Widya Sasana, Malang
Abstract:
Mary, the Mother of Jesus, is one among the many characters whose life and
influence is often meditated on by the writers of the apocryphal books of the
New Testament. Some of the books were written to complete what was missing
or what was not recorded in the canonical books of the New Testament. Some
were written to clarify what needed further clarification. There were some that
meant to replace certain accounts in the canonical books of the New Testament.
From some of these chosen books, Mary was potrayed differently, different from
human (and women) in general, and also different from the pictures we get
about her from the New Testament. This is where exactly lies Mary’s peculiarity and it all happened because of God the Father’s will, to make her the mother
of His Son, which was made happen by the work of the Holy Spirit. This article
intends to expose some “apocriphal texts” that can contribute some pictures of
Mary in the New Testament.
Keywords: Apokrif, pseudepigrapha, terpilih, menderita, perawan, pengaruh
spiritual, saksi kebangkitan.
Tulisan ini akan menelusuri beberapa kitab apokrif Perjanjian Baru
untuk menemukan di dalamnya figur dan peran Maria - yang adalah tokoh
Perjanjian Baru. Penelitian ini antara lain didorong oleh kenyataan bahwa
penggalian akan kitab-kitab apokrif ini menemukan geliatnya pada harihari terakhir ini1 . Hal ini dipicu antara lain oleh pengaruh negatifnya dalam
Gereja yang berasal dari kesalahpahaman akan eksistensi dan ajarannya
maupun oleh pengaruh positifnya dalam menyediakan informasi tertentu
yang mendukung suatu ajaran dalam Gereja – ajaran itu sendiri tidak
bersumber dari kitab-kitab apokrif - walaupun barangkali selama ini tidak
1
Bdk. Deshi Ramadhani SJ, Menguak Injil-injil Rahasia, Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
207
atau belum diketahui secara pasti dari mana informasi yang mendukung
itu berasal.
1.
Kitab-kitab Apokrif
Kata Indonesia, “apokrif”, berasal dari kata Yunani, apokryphos (kryptõ = menyembunyikan, apo = dari jauh atau dari luar) yang berarti
disembunyikan dari pandangan, tersembunyi, rahasia, gaib. Aslinya, kata
ini dipakai untuk “menunjuk kepada sesuatu yang tersembunyi karena
nilainya atau karena penghargaan atasnya yang tinggi sekali, yang
karenanya tidak perlu diketahui oleh semua orang” 2. Dalam perkembangannya, ia dipakai secara teknis untuk merujuk kepada tulisan-tulisan
“yang memiliki suatu nilai yang khusus”3. Lalu akhirnya kata ini secara
khusus dipakai orang Katolik untuk merujuk kepada “kitab-kitab yang
dari segi judul dan isi yang disampaikan memiliki pertalian dengan Kitab
Suci. Sementara Gereja menolak bahwa mereka memiliki ciri supranatural,
dan mengecualikan mereka dari kelompok kitab-kitab sumber pewahyuan
(kanonik)” 4 . Itulah sebabnya mengapa Kamus Latin – Indonesia
mengartikan apokrif secara lebih teknis (dalam Latin menjadi apocryphus)
sebagai “tidak sah, tidak termasuk canon”5.
Dari segi cirinya, kitab-kitab ini memang wajar juga untuk disebut
“apokrif”. Di samping terkait dengan isinya yang “tersembunyi atau
rahasia” bagi orang atau kelompok lain, juga karena pengarangpengarangnya tidak dikenal dengan pasti. Mereka bersembunyi di balik
nama-nama samaran yang umumnya diambil dari nama para Rasul, karena
ada juga yang mengambil nama tokoh-tokoh lain yang ada dalam Perjanjian
Baru. Padahal saat kitab-kitab apokrif ini ditulis, para Rasul dan banyak
tokoh lain Perjanjian Baru sudah lama meninggal. Itulah sebabnya
barangkali mengapa orang-orang Protestan tidak menyebut kitab-kitab ini
sebagai apokrif melainkan pseudepigrapha (pseudo = pembohong atau penipu,
epigrapha = tulisan) yang artinya “tulisan-tulisan yang judulnya menipu”6 .
Sementara kata “apokrif” dipakai Gereja Protestan untuk menyebut kitabkitab yang oleh Gereja Katolik disebut “deuterokanonika”. Jadi, ada perbedaan tentang kitab-kitab mana yang dirujuk dengan sebutan “apokrif”.
Untuk jelasnya, kata “apokrif” digunakan orang-orang Protestan untuk
menyebut kitab-kitab yang “terdapat dalam kanon LXX ‘lunak’, tapi
2
3
4
5
6
E. Peretto, “Apocrifi”, dalam Stefano de Fiores – Salvatore Meo, Nuovo Dizionario di Mariologia,
Milano: Edizioni Paoline, 1988, 106.
E. Peretto, Ibid., 107.
E. Peretto, Ibid.
Kamus Latin – Indonesia, Yogyakarta: Kanisius,…., 56.
Bdk. Xavier Léon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1990, 135.
208
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
dikeluarkan dari kanon Perjanjian Lama (PL) Ibrani oleh Sinode Yamnia…
[tapi pada] abad ke-16 duabelas karya dimasukkan ke dalam kanon Alkitab
Roma Katolik oleh Konsili Trento. Umat Protestan menerimanya hanya
untuk ‘manfaat rohani yang pribadi’ saja bukan sebagai bagian dari kanon”.
Jadi “tidak dibenarkan untuk bacaan umum di Gereja tapi dianggap
berharga untuk studi pribadi dan nilai rohani”7 . Orang-orang Katolik
menyebut kitab-kitab yang terdapat dalam PL terjemahan Yunani ini tapi
tidak terdapat dalam naskah Ibrani dengan sebutan “deuterokanonika”,
artinya “kanon kedua”. Jadi, orang Protestan memiliki klasifikasi demikian:
kitab-kitab kanonis - apokrif - pseudepigrapha. Sementara orang Katolik
Roma memiliki klasifikasi kitab-kitab kanonis - deuterokanonika - apokrif.
Kitab-kitab yang oleh orang Katolik disebut Deuterokanonika, orang
Protestan menyebutnya sebagai apokrif. Kitab-kitab yang oleh orang
Katolik disebut Apokrif, orang-orang Protestan menyebutnya sebagai
pseudepigrapha. Jadi, sekali lagi, ada perbedaan dalam hal kitab-kitab mana
yang dirujuk bila menyebut kata “apokrif”. Uraian ini tentu menggunakan
klasifikasi Katolik Roma: yang dimaksudkan dengan kitab-kitab apokrif
adalah kitab-kitab yang tidak masuk dalam kanon (daftar resmi yang
diakui) kitab suci sehingga tidak sah sebagai kitab suci yang diakui Gereja
Katolik.
Kitab-kitab apokrif terbagi atas kitab-kitab apokrif Perjanjian Lama
dan kitab-kitab apokrif Perjanjian Baru. Klasifikasi itu antara lain
didasarkan atas tokoh atau peristiwa yang dikisahkan dalam kitab-kitab
itu, apakah terkait dengan tokoh atau peristiwa yang terdapat dalam kitabkitab kanonik Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru? Misalnya saja, ada
kitab apokrif yang bercerita tentang Musa yang diangkat ke surga. Karena
yang dikisahkan adalah Musa, dan bahwa Musa adalah tokoh yang
ditemukan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, maka kitab apokrif yang
memuat kisah itu lalu diklasifikasikan sebagai salah satu “kitab apokrif
Perjanjian Lama”. Selanjutnya, kalau kitab apokrif tertentu berbicara
misalnya tentang Maria atau Yusuf, maka kitab itu akan diklasifikasikan
sebagai kitab apokrif Perjanjian Baru, sebab Maria dan Yusuf termasuk
tokoh Perjanjian Baru.
2.
Kitab-kitab Apokrif Perjanjian Lama
Semua kitab apokrif Perjanjian Lama ditulis antara tahun 200 SM dan
200M. Menurut catatan Xavier Léon-Dufour dalam karyanya, Ensiklopedi
Perjanjian Baru, kitab-kitab apokrif Perjanjian Lama ini ada yang berasal
dari lingkungan Palestina, ada juga yang dari lingkungan Helenis (Yunani),
7
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999, 62.
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
209
bahkan ada yang lahir dari tengah-tengah komunitas kristiani. Ada yang
bercorak apokalipsis, cerita atau kisah dan didikan atau pengajaran moral8 .
Inilah daftar kitab-kitab apokrif Perjanjian Lama yang disediakan oleh
Xavier Léon-Dufour dalam karyanya di atas: Wahyu Abraham, Riwayat
Adam dan Hawa, Surat Aristea, Wahyu Barukh, Dokumen Damsyik
(Qumran), Wahyu Elia, 3 Ezra, 4 Ezra, Henokh, Rahasia-rahasia Henokh,
Kenaikan Yesaya, Yusuf dan Asenet, Yubileum, Kitab Purbakala Alkitab,
3 Makabe, 4 Makabe, Doa Manasye, Wahyu Musa, Pengangkatan Musa ke
Surga, Wasiat Keduabelas Bapa Bangsa, Hidup para Nabi, MazmurMazmur Salomo, Ramalam-ramalan Sibilia9 .
3.
Kitab-Kitab Apokrif Perjanjian Baru
Kitab-kitab apokrif Perjanjian Baru ini disusun setelah abad pertama
masehi. Dengan demikian mereka muncul pada zaman para bapa Gereja
(patristik), dan itu berarti mereka muncul setelah kitab-kitab kanonis
Perjanjian Baru, karena Kitab Suci Perjanjian Baru yang terakhir muncul
adalah karya-karya Yohanes (injil, surat dan Wahyu) yang diperkirakan
ditulis antara tahun 90 dan 100.
Pada umumnya kitab-kitab ini ditulis untuk memberikan keterangan
lanjutan tentang tokoh-tokoh penting Perjanjian Baru yang hidupnya
kurang diliput dalam Injil dan tulisan kanonis lainnya dalam Perjanjian
Baru, misalnya tentang Maria, Yosep, Rasul-Rasul dan perempuanperempuan saleh...tentu dalam hubungannya dengan Yesus, baik pada
masa kanak-kanakNya, pada masa karya pewartaan, maupun tatkala Ia
mengalami sengsara, wafat dan kebangkitan. Jadi, mereka mau mengisi
“lubang” yang ada dalam kitab-kitab kanonis, walaupun kisah hidup Yesus
antara usia 12 sampai 30 tahun tetaplah merupakan “lubang” yang besar,
yang sejauh ini belum ditemukan satu kitab apokrif pun yang secara
signifikan mengisahkannya. Namun sesungguhnya ada juga kitab-kitab
apokrif yang ditulis untuk memperjelas apa yang belum jelas, bahkan untuk
mengganti kisah yang sudah ada dalam kitab-kitab kanonis...tentu dalam
rangka membela paham atau ajaran yang dianut penulisnya. Secara ringkas,
Georges Gharib mengatakan ada tiga tujuan utama penulisan kitab-kitab
apokrif: menjelaskan sejarah, membela ajaran tertentu dan merangsang
kehidupan devosional alias kesalehan rakyat – liturgi10 .
Sumber penulisan mereka bisa berasal dari para saksi mata, dari
lingkungan di mana Yesus dan Keluarga Kudus hidup, dari para Rasul
8
Yogyakarta: Kanisius, 1990, 135-136
9 Bdk. Xavier Léon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1990, 136.
10 Bdk. Georges Gharib, Maria di Nazaret secondo gli Apocrifi, Città Nuova, Roma, 2001, 5.
210
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
bahkan hasil temuan (permenungan, fantasi) penulisnya sendiri yang antara
lain dipengaruhi ajaran gnosis.
Gnostisisme (Yun: gnosis = pengetahuan) sendiri merupakan sebuah
sebutan yang dipakai untuk mengakomodasi berbagai aliran rohani yang
dalam lingkungan kristiani muncul mulai abad kedua, yang menekankan
pengetahuan atau pengenalan akan Bapa dan Putera karena suatu pengalaman
pribadi yang mendalam, bukan sekadar pemahaman budi, sebagai jalan
untuk hidup kekal atau untuk mengalami keselamatan. Jadi, mereka
menekankan usaha dari pihak manusia untuk mencapai keselamatan,
bukannya keselamatan itu pertama-tama dilihat sebagai anugerah yang
cuma-cuma dari Allah. Aliran-aliran ini eksklusif, dalam artian mereka
menekankan bahwa hanya kelompoknya sendirilah yang memiliki
pengetahuan istimewa akan keselamatan itu, yang diwahyukan khusus
kepada mereka (wahyu rahasia) dan bahwa hanya yang bergabung dalam
kelompoknyalah yang selamat. Jadi, esoteris, elitis, karena yang lain tidak
atau kurang sempurna dibandingkan dengan mereka yang adalah orangorang terpilih. Kiat untuk menggapai keselamatan itu juga hanya
diwahyukan secara khusus kepada mereka, sesuatu yang tersembunyi bagi
orang kebanyakan. Keselamatan itu ditempuh dengan berbagai macam
aktivitas olah rohani, yang antara lain bertujuan agar jiwa dan segala unsur
rohani pada manusia terbebaskan dari materi atau tubuh yang jahat: melalui
askese, matiraga, pantang, puasa....yang keras, untuk menolak segala hal
yang bersifat duniawi. Karenanya mereka juga menganut dualisme (platonik)
dalam memahami hubungan antara yang rohani dan yang material. Materi
merupakan penjara bagi roh manusia, sebab materi itu bertentangan dengan
roh. Olah rohani dimaksudkan untuk memfasilitasi kembalinya roh
manusia kepada asalnya: Allah, yaitu dengan “menghindari” dunia material. Itulah keselamatan. Maka, berkaitan dengan iman kristiani, mereka
menolak Penjelmaan Logos dan “keselamatan daging” karena karya
Kristus, sebab materi adalah jahat. Umumnya mereka menentang
Pembaptisan dan menganggap Perkawinan sebagai setanik.
Aliran-aliran hidup rohani dan pemikiran ini misalnya bergabung
dalam doketisme (penampilan) yang muncul pada masa awal Gereja,
Valentinianisme yang muncul pada abad kedua di Roma, Markionisme
yang pada awalnya muncul pada abad kedua di Pontus – Asia Kecil,
Manikeisme yang muncul pada abad ketiga di Persia, Priscilianisme yang
muncul di Spanyol pada abad keempat.....yang semuanya muncul lagi
dengan nama baru seperti dalam Bogomil (Slav. berkenan kepada Allah)
yang muncul pada abad kesepuluh di daerah Balkan, Albigensianisme yang
11 Bdk. Gerard O’Collins – Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1996, 9293 khusus tentang Gnosis dan Gnostisime, serta berbagai halaman lain yang memuat aliran
yang lain; Bdk. Xavier Léon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1990,
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
211
muncul di Perancis pada abad ke-12 dan 13. Penentang yang gigih untuk
awal kemunculan berbagai aliran yang gnostik ini adalah antara lain: St.
Ireneus dari Lyons (130-200, yang menulis Adversus Haereses), Klemens dari
Aleksandria (150-215) dan Tertulianus (160-220)11 .
Karena melalui kitab-kitab apokrif tersebut diungkapkan “upaya
pribadi” untuk menjelaskan suatu ajaran, maka isinya memang problematis.
Maka kitab-kitab ini mencerminkan aneka aliran pemikiran sekaligus
memberikan kesaksian tentang aneka penyimpangan pemahaman dalam
iman kristiani dalam abad-abad pertama, yang tentu saja merupakan
resiko yang bukan mustahil akan terjadi dalam kreativitas dan kebebasan
berpikir. Karena itu, karya-karya ini tidak dianggap sebagai hasil
pewahyuan walaupun menyediakan banyak informasi tentang iman,
mentalitas keagamaan, praktik-praktik hidup beriman dan devosional
kristiani.
Jumlah kitab apokrif Perjanjian Baru ini lebih dari 25 tulisan, jadi,
banyak! Bahkan ada yang masih dalam bentuk manuskrip. Ada yang
masuk kategori Injil, Surat dan Wahyu. Untuk menyebut beberapa, misalnya ada Injil Orang-orang Nazaret (sebelum 180), Injil Orang-orang Ibrani
(akhir abad ke-2), Injil Orang-orang Mesir (sebelum 150), Injil para Ebioniti
(sebelum 150), Injil Petrus (sekitar 150), Pseudo-Injil Tomas (abad ke-2),
Pra-Injil Yakobus (sekitar 150), Injil Pseudo-Matius (abad 5-6), Injil
Bartolomeus, Injil Gamaliel, Injil Armenia, Tertidurnya Sang Perawan,
Riwayat Yusuf Tukang Kayu (sebelum abad ke-4), Injil Arab tentang Masa
Kanak-kanak Yesus, Injil Nikodemus, Injil Basilides, Injil Markion, Injil
Kebenaran, Injil Filipus, Transitus dari Perawan Terberkati karangan Yusuf
dari Arimatea, Transitus Romanus, Transitus Siracus, Kitab tentang Wafat
Maria berbahasa Etiopia, Kitab Pseudo-Yohanes, Surat Ketiga kepada
Jemaat Korintus, Surat para Rasul, Surat kepada Jemaat Laodikea, Surat
kepada Jemaat Aleksandria, Surat-surat antara Paulus dan Seneka, Surat
Barnabas (sesudah 130), Kerigma Petrus, Kerigma Paulus, Wahyu Petrus,
Wahyu Paulus, Wahyu Tomas, Wahyu Stefanus, Wahyu Yohanes12 .
241; Michael Collins & Matthew A. Price, The Story of Christianity, Menelusuri Jejak Kristianitas,
Yogyakarta: Kanisius, 2006, 42; uraian yang sangat membantu dan cukup lengkap berkaitan
dengan berbagai aliran sesat ini bdk. Eddy Kristiyanto, OFM, Selilit Sang Nabi, Bisik-bisik
tentang Aliran Sesat, Yogyakarta: Kanisius, 2007, di mana dibahas tentang Gnostisisme dan
segala aliran yang dualistis pada 35-54; sehubungan dengan ciri gnosis dalam kitab-kitab
apokrif bdk. Deshi Ramadhani SJ, Menguak Injil-injil Rahasia, Yogyakarta: Kanisius, 2007,
bab 2, 34 dst.
12 Bdk. Xavier Léon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1990, 137-138;
Georges Gharib, Maria di Nazaret secondo gli Apocrifi, Città Nuova, Roma, 2001, 5, Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini Jilid I, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999, 62-71; untuk
informasi umum yang sangat kaya tentang beberapa kitab apokrif Perjanjian Baru ini: bdk.
Deshi Ramadhani SJ, Menguak Injil-injil Rahasia, Yogyakarta: Kanisius, 2007.
212
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
4.
Aneka Kitab Apokrif Perjanjian Baru yang Berkisah tentang Maria
Dari kitab-kitab apokrif yang sudah diterjemahkan di atas, rujukan
kepada Maria lumayan dominan, baik dalam kitab-kitab yang berbicara
khusus tentang Yesus maupun yang secara khusus didedikasikan untuk
mengulas tentang diri Maria dalam hubungannya dengan Yesus. Pada
umumnya kitab-kitab ini disusun untuk memenuhi dan memuaskan rasa
ingin tahu sebagian umat beriman yang berdevosi kepada Bunda Tuhan,
karena ada hal-hal tertentu dalam Kitab Suci Perjanjian Baru kanonis yang
masih memerlukan penjelasan lanjutan. Walaupun ada juga yang menggantikan peran Maria Magdalena dengan Maria, ibu Yesus, sebagai yang
kepadanya Yesus menampakkan diri pertama kali setelah kebangkitanNya.
Misalnya, ada kitab-kitab yang berbicara tentang keluarga Maria,
dengan menyebut nama orangtuanya – Yohakim dan Anna - kelahirannya,
tentang dirinya yang dipersembahkan di Bait Allah, tentang pernikahannya
dengan Yusuf, tentang pengungsian ke Mesir dan hidup di Nazaret....
Semuanya ini misalnya dituturkan oleh: Pra-Injil Yakobus, Injil PseudoMatius, Injil Pseudo-Tomas, Injil Arab dan Injil Armenia.
Ada juga yang berbicara tentang hidup Maria dalam kaitannya dengan penderitaan, wafat dan kebangkitan Yesus. Semuanya ini misalnya
dituturkan oleh: Injil Nikodemus atau Kisah Pilatus, Injil Bartolomeus dan
Injil Gamaliel.
Ada juga kitab apokrif yang berkisah tentang akhir hidup Maria dan
pemuliaannya.... Hal ini antara lain ditemukan dalam: Libro del Riposo
Etiopico (Kitab tentang Tertidurnya Maria dalam bahasa Etiopia), Kitab
Pseudo-Yohanes, Transitus dari Perawan Terberkati karangan Yusuf dari
Arimatea, Transitus Romanus, Transitus Siriacus13 .
5.
Riwayat Hidup Maria Berdasarkan Beberapa Kitab Apokrif Perjanjian
Baru
Dalam penelitian ini, kita akan menelusuri empat kitab apokrif yang
secara representatif dan signifikan mengisahkan tiga fase hidup Maria
seperti yang telah dipaparkan di atas: kisah keluarga Maria sampai masa
kanak-kanak Yesus, fase yang terkait dengan wafat dan kebangkitan Yesus,
fase yang berkaitan dengan akhir hidup Maria sendiri. Empat kitab itu
adalah: Pra-Injil Yakobus, Injil Nikodemus dan Injil Gamaliel, Transitus
Romanus14 .
13 Bdk. Georges Gharib, Maria di Nazaret secondo gli Apocrifi, Città Nuova, Roma, 2001, 7.
14 Digunakan teks terjemahan Italia dari keempat kitab ini yang dikerjakan oleh Georges Gharib,
Maria di Nazaret secondo gli Apocrifi, Città Nuova, Roma, 2001, 15-81.
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
213
I.
Masa kecil Maria sampai kelahiran Yesus: Pra-Injil Yakobus
Kitab ini ditulis pada sekitar pertengahan abad kedua. Judul aslinya
adalah “Kelahiran Maria” atau “Wahyu Yakobus”, sebagaimana disebut
sendiri oleh kitab ini dalam bab 25. Judul “Pra-Injil Yakobus” itu adalah
sebuah penamaan yang baru muncul kemudian. Walaupun tidak ada buktibukti yang signifikan dalam naskahnya sendiri, ada penafsir yang
mengatakan bahwa Yakobus, si pengarang – yang menulis dalam bahasa
Yunani - , yang dimaksudkan di sini bukanlah “saudara Yohanes” tapi
“saudara Yesus” (bdk. Mrk 6)15 .
Injil ini menjawab beberapa persoalan yang belum tuntas dalam Kitab
Suci Perjanjian Baru kanonis. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di balik
tulisan ini antara lain: bagaimana latar belakang keluarga Maria: siapa
orangtuanya, bagaimana konteks sosial, religius dan ekonominya?
Bagaimana lingkungan pendidikan Maria, khususnya pendidikan
imannya? Bagaimana perjumpaan Maria dengan Yusuf dan siapakah Yusuf
itu sesungguhnya? Apa intensi Yusuf menerima Maria? Siapakah
sesungguhnya saudara-saudara Yesus yang disebut dalam Injil Markus
bab 6? Bagaimana persisnya Maria mengandung? Berapa umur Maria
waktu itu? Di mana ia diberi kabar? Bagaimana reaksi Yusuf? Bagaimana
pula reaksi para imam Bait Allah? Bagaimana terjadinya kelahiran Yesus?
Bagaimana membuktikan keperawanan Maria sebelum dan saat
melahirkan? Bagaimana nasib Zakaria, Elisabet dan Yohanes Pembaptis?
Siapa sebetulnya Zakaria dan Simeon?... dan tentu masih banyak
pertanyaan lain lagi. Semuanya dijawab oleh penulis Injil ini, yang deskripsi
isinya secara detail adalah seperti di bawah ini.
[Latar belakang keluarga dan kelahiran Maria]
1 : Yohakim adalah seorang yang saleh dan kaya, tapi tanpa anak. Karena
kaya, persembahannya sering dilipatgandakan. Tapi karena tidak
mempunyai anak, ia dihina oleh Ruben. Dalam keadaan sakit hati,
Yohakim menyepi di padang gurun.
2 : Anna, isterinya, jauh lebih bersedih lagi atas keadaannya. Ia dihina
oleh hambanya sendiri bernama Yutin.
3 : Ratapan Anna yang sangat memilukan, bahwa karena tanpa anak ia
menjadi lebih rendah dari segala ciptaan lainnya.
4 : Kabar gembira tentang kelahiran Maria kepada Anna, disampaikan
oleh seorang malaikat (tidak disebut namanya) sebagai buah cinta
kasih yang normal manusiawi. Anna berjanji, entah dia laki-laki atau
perempuan, anak itu akan dipersembahkan kepada Allah untuk
menjadi abdiNya. Rupanya Yohakim yang sedang di padang gurun
15 Bdk. Georges Gharib, Maria di Nazaret secondo gli Apocrifi, Città Nuova, Roma, 2001, 8.
214
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
5:
pun sudah diberitahu tentang kabar gembira itu oleh malaikat. Maka
tatkala pulang ke rumah, ia mengadakan pesta besar-besaran.
Anna melahirkan dalam usia kehamilan hanya 7 bulan. Anak itu
diberinya nama Maria.
[Hidup dalam lingkungan asketis: di rumah, lalu di Bait Allah]
6 : Maria melewatkan tiga tahun pertama hidupnya bersama orangtuanya
di rumah. Ia tinggal di sebuah ruangan yang disucikan, sebuah sanctuary, shrine.
7 : Maria dipersembahkan di Bait Allah. Diberkati Allah melalui imam
agungnya (yang ternyata pada ayat-ayat selanjutnya bernama Zakaria)
pada tingkat ketiga altar Bait Allah. Setelah itu Maria menari.
8 : Mengisahkan kehidupan Maria di Bait Allah. Ia dipelihara seperti
burung merpati, karena makanannya dibawa malaikat. Ia tinggal di
Bait Allah hanya sampai usia 12 tahun, supaya Bait Allah tidak
tercemar karena dia sudah aqil baliq. Zakaria, yang kali ini disebut
secara eksplisit sebagai imam agung Bait Allah, berdoa untuk
menentukan masa depan Maria. Malaikat menyampaikan pesan
kepada Zakaria supaya dikumpulkanlah duda-duda dan membawa
serta tongkat, nanti Allah akan memberikan tanda pada tongkat itu,
duda yang memiliki tongkat itu akan menjadi suami Maria.
[Dalam penjagaan Yusuf sampai sebelum keberangkatan ke Betlehem]
9 : Kisah tentang Maria yang dipercayakan kepada Yusuf untuk dijaga.
Jadi, di antara para duda datang juga Yusuf. Tongkat-tongkat yang
mereka bawa dikumpulkan lalu diberkati Zakaria, untuk kemudian
dikembalikan lagi kepada pemiliknya masing-masing. Yusuf berdiri
paling akhir. Begitu tongkatnya dia terima, keluarlah seekor burung
merpati dari tongkat itu dan hinggap di kepalanya. Zakaria
mengatakan: “Yusuf, Yusuf, kini giliranmu untuk menerima menjaga
perawan Tuhan”. Yusuf mengajukan keberatan karena dia sudah tua
dan bahwa dia punya anak-anak, tentu juga karena dia sibuk bekerja.
Bagaimana menjaga Maria? Di samping itu, Yusuf yang sudah tua itu
tidak mau menjadi bahan tertawaan Israel karena menerima Maria
yang masih muda dalam rumahnya. Zakaria meminta dia untuk taat
pada kehendak Allah. Akhirnya, Yusuf pun menerima dengan berkata
kepada Maria: “Allah sendirilah yang akan menjagamu”.
10: Maria dan tujuh perawan memintal tirai Bait Allah. Zakaria sudah
membisu pada saat itu. Maka tugasnya sebagai imam agung diambil
alih untuk sementara oleh Samuel.
11: Maria diberi kabar dua kali: di sumur dan di rumah oleh malaikat
(tidak disebut namanya sebagai Gabriel). Kabar pertama di sumur
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
215
12:
13:
14:
15:
16:
hanya sampai pada salam pembuka. Karena takut, Maria pulang ke
rumah. Maka, kabar gembira itu dilanjutkan di rumah. Isinya: bahwa
Maria akan mengandung karena karya Roh Kudus. Anaknya akan
diberi nama Yesus. Maria menjawab kabar itu seperti dalam Luk 1:38.
Maria menyerahkan hasil kerjanya memintal tirai Bait Allah. Imam
memberkati dia. Lalu dengan sukacita, dia pergi mengunjungi Elisabet.
Enambelas tahun rupanya usia Maria pada saat itu. Elisabet
menyambut Maria dengan salam seperti dalam Luk 1:33-44. Dia tinggal
di rumah Elisabet selama tiga bulan. Saat itu perutnya semakin
membesar.
Pulang ke rumah, Yusuf terkejut dan marah. Maria menjelaskan apa
persisnya yang terjadi, bahwa dia tetap perawan.
Malaikat menjelaskan kepada Yusuf apa sesungguhnya yang terjadi.
Karena itu, Yusuf memuliakan Allah dan melindungi Maria.
Maria dicela dan diinterogasi oleh Ahli Kitab, Anna (nabiah bait Allah),
dan imam agung. Maria menjawab apa adanya, demikianpun Yusuf
yang dituduh telah memperisterinya secara sembunyi-sembunyi16 .
Yusuf menangis mendengar tuduhan itu. Mereka diuji dengan air
cobaan yang berasal dari Allah untuk membuktikan bahwa keduanya
tidak berbohong. Yusuf yang pertama minum. Lalu disuruh ke padang
gurun. Tapi ia pulang dalam keadaan sehat dan selamat. Lalu giliran
Maria yang minum. Juga disuruh ke padang gurun. Namun ia juga
pulang dalam keadaan sehat dan selamat. Menyaksikan hal itu, imam
agung (Zakaria) memuliakan Allah.
[Perjalanan ke Betlehem, kelahiran ajaib, penganiayaan oleh Herodes]
17: Perjalanan ke Betlehem, untuk sensus pada zaman Kaisar Agustus.
Unta yang ditunggangi Maria ditarik oleh putera Yusuf (tidak disebut
namanya). Ikut juga dalam perjalanan itu seorang lain yang bernama
16 Sekilas di sini terdapat inkonsistensi teologis. Sebab kepada Zakaria, Malaikat mengatakan
bahwa duda yang tongkatnya akan diberi tanda, dialah yang akan menjadi suami Maria (8).
Tapi Zakaria menyerahkan Maria kepada Yusuf untuk menjaganya (9). Itu juga yang
dimengerti dan dilakukan Yusuf (9). Tapi sekarang Yusuf dituduh telah memperisteri (15)
Maria (secara diam-diam), sesuatu yang sebetulnya dikehendaki Allah sebagaimana telah
disampaikanNya melalui malaikatNya. Jadi sebetulnya, kalau Yusuf bersikap menyimpang
dari perintah Zakaria dengan memperisteri Maria, maka sesungguhnya tindakannya itu
sejalan dengan perintah Tuhan melalui MalaikatNya. Di sinilah letak inkonsistensinya.
Namun kalau dicermati lagi, akan menjadi nyata bahwa kesalahan Yusuf bukan terletak
pada kenyataan bahwa dia memperisteri Maria, melainkan karena telah memperisterinya
secara sembunyi-sembunyi, sebagaimana yang dicurigai para imam. Sesungguhnya memang
Maria diminta oleh Zakaria untuk dijaga oleh Yusuf dalam rangka suatu saat nanti akan
dinikahinya secara publik sebagai isterinya. Yusuf sejak awal telah mengikuti perintah
Zakaria itu. Justeru pada saat itulah Malaikat Tuhan datang memberi kabar kepada Maria.
216
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
1819:
20:
21:
22:
Samuel (tidak diketahui siapa dia sesungguhnya). Di perjalanan, Maria
hampir melahirkan. Karena itu ia diturunkan di gua, masih jauh dari
kota (tidak disebut sebagai gua tempat ternak tinggal, jadi bukan di
kandang dekat kota seperti yang disebut secara implisit dalam Luk
2:7).
Yusuf mencari seorang dukun beranak atau bidan, tapi segala sesuatu
tiba-tiba berhenti bergerak, termasuk Yusuf pun berhenti di tempat.
Itulah saatnya Maria melahirkan Yesus! Maka ini adalah suatu
kelahiran yang luar biasa, yang suci, yang termasuk dalam kerangka
ilahi. Setelah itu baru segala sesuatu berjalan lagi seperti biasanya dan
Yusuf pun bertemu dengan seorang dukun beranak. Saat mereka
sampai di gua, ada awan dan cahaya yang keluar dari dalam gua
tempat Maria melahirkan, lalu perlahan-lahan tampaklah Maria yang
sedang menyusui Bayinya. Allah telah menyerahkan PuteraNya
kepada Maria17. Dukun beranak itu memberitahu temannya, Salome,
bahwa peristiwa kelahiran ini luar biasa, ajaib: seorang perawan
melahirkan. Salome tidak percaya bahwa Maria melahirkan dalam
keadaan perawan, tanpa sakit bersalin, karena ini adalah karya Allah,
sebelum ia membuktikan sendiri.
Salome melakukannya18. Sebuah mukjizat terjadi: tangan Salome
terbakar dan ia berteriak, terkejut dan menyesal karena telah tidak
percaya.
Adorasi tiga raja dari Timur
Pembunuhan anak-anak tak berdosa berusia di bawah 2 tahun oleh
tentara Herodes. Yesus disembunyikan Maria dalam palungan (tibatiba saja ada palungan dalam gua ini, artinya memang ini gua tempat
tinggal ternak, sesuatu yang belum dijelaskan dalam bab 17 di atas
tadi) di tempat yang gelap. Rupa-rupanya bukan hanya Yesus yang
dicari tapi juga Yohanes, bahkan dalam ancaman yang ditujukan
kepada Zakaria pada bab 23 tampak bahwa pasukan Herodes ini salah
paham bahwa Yohaneslah raja Israel yang baru saja dilahirkan itu.
Maka Yohanes pun dicari untuk dibunuh. Mengetahui itu, Elisabet
(tokoh yang tiba-tiba saja muncul) berlari ke bukit bersama puteranya
itu untuk mencari tempat persembunyian, namun tidak ditemukan.
Dalam keadaan putus asa dia berdoa: “Gunung Allah, terimalah aku,
seorang ibu, dan anaknya”. Tiba-tiba gunung itu terbelah dan menerima Elisabet dan puteranya, Yohanes. Dan gunung itu mengeluarkan cahaya: seorang malaikat Tuhan berada bersama mereka untuk
melindungi mereka.
17 Peristiwa ini mirip dengan peristiwa transfigurasi Yesus di Tabor (bdk. Mat 17:1-9).
18 Sebuah ujian yang mencari bukti mengikuti gaya Tomas Rasul (Yoh 20: 27-30).
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
217
23: Kemartiran Zakaria: pasukan Herodes masuk ke ruang yang “paling
kudus dari segala yang kudus” dalam Bait Allah. Ayah Yohanes,
Zakaria, ditangkap dan disembelih di tempat itu juga, karena tidak
memberitahu di mana Yohanes, puteranya, sedang berada.
24: Para imam menemukan lagi jenazah Zakaria. Setelah 3 hari
kematiannya, diadakan suksesi: Simeon terpilih, yang kepadanya Roh
Kudus telah berkata bahwa dia tidak akan meninggal sebelum melihat
Kristus.
25: Epilog dari pengarang: di mana judul kitab ini disebut.
II.
Hidup Maria Terkait dengan Misteri Salib Yesus
a.
Injil Nikodemus atau Kisah Pilatus
Injil Nikodemus termasuk salah satu kitab apokrif Perjanjian Baru yang
berbicara tentang Penderitaan Yesus. Judul “Injil Nikodemus” ditemukan
dalam sebuah manuskrip yang berasal dari abad ke-10, dan mulai lazim
dipakai sebagai judul sejak abad ke-13. Sebelumnya kitab ini dikenal sebagai
Kisah Pilatus.
Injil ini terdiri atas 2 bagian. Bagian I, bab 1-16: bercerita tentang proses,
penyaliban dan pemakaman Yesus. Ditemukan di dalamnya diskusi para
imam kepala tentang kebangkitan. Bagian II, bab 17-29: berbicara tentang
turunnya Yesus ke neraka (descensus ad inferos), mengisahkan kesaksian
dua anak Simeon yang menyatakan diri bangkit bersama Kristus dari neraka
dan melaporkan apa yang terjadi tatkala Yesus mengadakan visitasi ke
neraka.
Bab yang berkaitan dengan Maria ditemukan pada bagian pertama,
persisnya pada X.1-4 dan XI.4-5. Maka, tidak seluruh buku ini berbicara
tentang Maria. Berikut ini adalah deskripsi isinya secara detail.
X.1-4 :
Berbicara tentang penyaliban Yesus dan tangisan Maria. Yesus
disiksa, lalu disuruh memikul salib (dibantu Simon dari Kirene,
yang ternyata adalah ayah dari Aleksander dan Rufus). Yohanes
Rasul ikut di jalan salib, walau kemudian pulang di tengah jalan,
untuk memberitahu Maria apa yang terjadi. Maria menangis.
Lalu pergi bersama Yohanes, Marta, Maria Magdalena, Salome
dan perawan-perawan lain untuk melihat Yesus yang sedang
memikul salib di jalan salib. Dia menyaksikan langsung Yesus
disalibkan, dipaku, dll. Dia meratap. Dalam ratapannya itu
Maria juga menyebut bahwa Yesus, Puteranya, lahir tanpa campur tangan laki-laki. Dalam keadaan demikian orang-orang
Yahudi menyingkirkan dia dan rombongannya itu.
XI.4-5 :
Ratapan yang dahsyat dari Maria, Maria Magdalena dan Yusuf
dari Arimatea: dalam ratapan itu Maria menyebut bahwa Yesus
218
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
telah dikandungnya bukan karena hubungan manusiawi. Lalu
peristiwa Yesus wafat di kayu salib ini dipahami sebagai
“pedang” yang menusuk hatinya sebagaimana telah
diramalkan Simeon dalam Luk 2:35.
b.
Injil Gamaliel alias Ratapan Maria
Ini juga termasuk salah satu kitab apokrif Perjanjian Baru yang
berbicara tentang Penderitaan Yesus. “Injil Gamaliel” sering juga membawa
judul “Ratapan Maria”. Kisah ini diletakkan dalam mulut Gamaliel, Rabi
yang disebut dalam Kis 22:3. Kitab ini ditulis pada sekitar abad ke-6.
Manuskripnya tersedia dalam bahasa Koptik dan Etiopia. Kisah tentang
Maria ditemukan pada bab I sampai bab VI.20. Mulai bab VI.21 nama dan
kisah Maria tak pernah disebut lagi.
Pertanyaan-pertanyaan yang mau dijawabnya antara lain: bagaimana
sebetulnya sikap Maria terhadap pengadilan, penderaan, sengsara dan
wafat Yesus? Bagaimana pula sikap Yesus terhadap bundaNya pada saat
itu? Khusus tentang saat kebangkitan, bagaimana sikap Yesus terhadap
Maria? Bagaimana sikap Maria terhadap para Rasul pada saat itu yang
mengkhianati Puteranya, menyangkalNya dan berlari menyelamatkan diri
dariNya? Seluruh pertanyaan itu, dan mungkin ada juga aneka pertanyaan
lain, dijawab Injil Gamaliel, yang deskripsi isinya secara detail adalah
seperti di bawah ini.
I.1-16 :
Pengantar dari pengarang: membandingkan ratapan Maria
dengan ratapan Yakub dan Rahel.
[Ratapan-ratapan di rumah Yohanes]
I.17-35 :
Ratapan Maria di rumah Yohanes. Maria sudah ada di rumah
Yohanes entah mulai kapan, walaupun nanti diserahkan juga
secara resmi oleh Yesus dari salib. Orang-orang datang memberi
kabar bahwa Puteranya ditangkap, diadili, disiksa dan
memanggul salib. Mendengar itu, Maria meratap. Jadi, Maria
tidak ikut langsung ke salib, melainkan menyusul setelah Yesus
disalibkan. Pada ayat 28 diungkapkan bahwa Maria tidak
pernah keluar dari rumah, juga tida pernah melihat penguasa
atau pemerintah, tidak pernah menghadiri pengadilan, tidak
pernah melihat kepala seorang pencuri atau pemberontak dipenggal, tidak pernah melihat bukit tengkorak atau Golgota….
I.36-44 :
Maria mencari para Rasul yang akan menemaninya, namun
tidak ditemukan seorang pun selain Yohanes, yang dengan dia
Maria lalu pergi ke Bukit Tengkorak atau Golgota. Semua murid lain telah melarikan diri dari Yesus karena takut kepada
orang-orang Yahudi.
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
219
I.45-55 :
I.56-59 :
Ratapan Maria akan diri Petrus yang menolak mengakui
Puteranya. Petrus disebut dalam perbandingannya dengan
Yusuf, suaminya, yang karakternya berbeda sekali.
Yohanes dan Maria sama-sama meratapi hukuman atas Yesus.
Yohanes malaporkan apa sesungguhnya yang terjadi: Petrus
menolak mengakui tapi Yudaslah yang mengkhianati.
[Ratapan di jalan ke Golgota dan di Golgota]
I.60-II.12: Maria minta Yohanes untuk mengantarnya ke Bukit Tengkorak.
Mereka berjalan kaki melewati orang banyak, pasar, dll...sambil
meratap, penuh air mata, tidak dapat dihentikan oleh kata-kata
penghiburan dari Yohanes. Semua orang yang melihat dia heran
karena belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. Orangorang itu berkata: “wajahnya seperti wajah Puteranya!”
II.13-17 : Maria di bawah salib. Sudah ada banyak orang dari berbagai
penjuru di bukit itu. Masing-masing memberi komentar atau
pendapat tentang penyaliban Yesus.
II.18-21 : Dari salib Yesus mempercayakan Maria kepada Yohanes dan
Yohanes kepada Maria dengan kata-kata yang mirip dengan
Yoh 19:27.
II.22-38 : Ratapan Perawan Maria atas Putera yang sedang sekarat. Hadir
juga di bawah salib Yohana isteri Kusa, Maria Magdalena dan
Salome. Maria berpelukan dengan mereka dalam lautan duka.
Setelah itu, Yohanes berhasil membawa Maria pulang ke rumah
untuk menjalankan perintah Gurunya, tapi dengan segera
Maria berlari lagi ke Golgota “untuk mengkontemplasikan
akhir dari seluruh penderitaan Puteranya”. Yohanes ikut juga.
Waktu tiba lagi di Golgota, Yesus sudah hampir wafat.
II.39-50 : Ratapan Maria atas Putera yang sudah wafat. Ratapannya
ditujukan kepada hakim pengadilan, imam agung, pemimpin
agama, Yudas yang harus bertanggungjawab atas semuanya
ini. Wafat Yesus disertai oleh kegelapan dan gempa bumi.
[Ratapan di makam]
III.24-42 : Ratapan-ratapan lain dari Maria di depan makam. Sebelumnya
Yohanes menginformasikan bahwa Yesus sekarang
dimakamkan. Maria pergi ke makam dengan Yohanes. Maria
meratap dari rumah Yohanes sampai di makam. Maria bertanya
siapa yang telah berbaik hati telah melakukan pemakaman
untuk Puteranya? Yohanes menjawab: Yusuf dari Arimatea dan
Nikodemus. Dalam ratapannya, Maria memuji kedua orang
berhati mulia itu.
220
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
IV.3-19 :
Ratapan Perawan Maria di depan makam kosong. Persisnya,
itu adalah Minggu pagi, hari pertama dalam pekan. Maria
tergesa-gesa berangkat ke makam. Batu penutup pintu makam
sudah terguling. Ia melihat ke dalam, tubuh Yesus tidak
tampak. Dia terduduk, mulai menangis dan meratap lagi.
V.1-VI.12: Penampakan Yesus yang bangkit kepada BundaNya.
Dikisahkan bahwa Maria mencari tubuh Yesus. Saat itulah
Yesus menampakkan diri kepadanya didahului oleh cahaya dan
bau harum. Percakapan Yesus dengan Maria, ibuNya, kurang
lebih seperti dengan Maria Magdalena dalam Yoh 20: 11-18.
VI.13-20: Maria akhirnya mengenal bahwa yang sedang berbicara
dengannya adalah Tuhannya dan Puteranya yang bangkit.
Yesus menghibur BundaNya dan diutus untuk memberitahu
kepada “saudara-saudaraNya” (para Rasul) bahwa Ia hidup,
bahwa Ia bangkit.
[isi lanjutan kitab ini tidak lagi berbicara tentang Maria]
III. Kisah tentang akhir hidup Maria dan pemuliaannya: Transitus
Romanus
Teks asli kitab ini berasal dari abad ke-6. Judulnya berasal dari teksnya.
Pengarangnya tidak dikenal, namun dalam teks (dalam “judul dan
pengantar”) ia memperkenalkan diri sebagai “Yohanes, teolog dan
penginjil”.
Secara ringkas kitab ini berceritera tentang akhir hidup Maria di dunia
ini. Peristiwa itu didahului oleh penampakan diri Malaikat Agung (Yesus
sendiri) kepada Maria. Ia memberi Maria daun palma dan mengundangnya
untuk pergi ke Bukit Zaitun, di mana Ia berdoa untuknya dan Ia
memberitahu Maria tentang akhir hidupnya yang sekarang sudah dekat
sekali. Kembali ke rumah, Maria mempersiapkan diri dan memberitahu
tetangga dan kenalan bahwa dia akan “meninggal” sebentar lagi. Karena
itu, para Rasul pun berdatangan, dibawa oleh awan dari berbagai penjuru,
dan melewatkan saat-saat terakhir hidup Maria di dunia ini bersama-sama.
Saat meninggal, jiwanya dibawa ke surga oleh Malaikat Mikael sementara
tubuhnya diserahkan kepada Petrus dan para Rasul. Maka dipersiapkanlah
pemakaman. Namun, prosesi pemakaman itu diganggu oleh orang-orang
Yahudi. Yefonia, yang mencoba membalikkan peti jenazah, terpotong
tangannya. Kemudian kepada Maria yang dimakamkan, Yesus
menampakkan diri didampingi para malaikat. Tubuh Maria diangkat dan
dibawa dalam prosesi ke surga, di mana disatukan lagi dengan jiwanya.
Lalu para Rasul, yang telah ikut berprosesi ke surga mengantar Maria,
masing-masing kembali ke daerah misinya masing-masing.
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
221
Pertanyaan-pertanyaan yang ada di balik kisah ini adalah kira-kira
seperti berikut: bagaimana persisnya akhir hidup Maria di dunia ini?
Apakah Maria mati dan dimakamkan lalu diangkat ke surga atau diangkat
hidup-hidup langsung ke surga? Bagaimana persisnya hubungan antara
jiwa dan tubuh? Bagaimana persisnya reaksi para Rasul dan sikap mereka
terhadap Maria yang meninggal? Siapa Maria bagi para Rasul? Seluruh
pertanyaan itu, dan tentu ada juga pertanyaan yang lain, dijawab oleh kisah
ini, yang deskripsi isinya secara detail adalah seperti di bawah ini.
1
:
Judul dan pengantar. Penulisnya memperkenalkan diri: Yohanes
“teolog dan penginjil”. Ia menyebut identitas-identitas Maria
yang agung dan mengagumkan, mengatasi segala kata dan
pikiran: dalam keadaan perawan mengandung Allah yang
menjelma, melahirkan dalam keadaan perawan, meninggal
dalam keagungan dan keajaiban.
[Pemberitahuan tentang akhir hidup Maria]
2-3
:
Maria sudah tahu dari Tuhan (Allah Bapa) bahwa ia akan
“meninggalkan tubuh”-nya. Malaikat Agung [Tuhan Yesus]
memberi palma kepada Maria dan memastikan bahwa dalam
tiga hari lagi ia akan “meninggalkan tubuh”-nya. Yesus menjanjikan bahwa Rasul-Rasul akan datang pada saat penting ini.
Maria tidak tahu bahwa orang yang sedang di hadapannya itu
adalah Yesus sendiri.
4-8
:
Maria berangkat ke Bukit Zaitun, didahului cahaya dari
Malaikat itu, sambil membawa palma. Maria berdialog dengan
Malaikat Agung (Puteranya). Pada saat itulah Maria mengenal
bahwa Malaikat Agung itu adalah Puteranya.
9-12 :
Doa pujian Maria kepada Puteranya.
[Persiapan dekat kematian]
13-14 :
Kedatangan kaum keluarga dan kata sambutan (pesan-pesan)
Maria kepada mereka, dan memberitahu bahwa besok dia akan
“meninggalkan tubuh”-nya dan masuk dalam “istirahat abadi”.
Mereka lalu berdoa bersama-sama.
15-21 :
Kedatangan Yohanes, dibawa awan. Saat melihat dia, Maria
menangis dengan lembut. Maria memberitahu bahwa besok
dia akan “meninggalkan tubuhnya”.
22-25 :
Kedatangan para Rasul yang lain. Semua Rasul berpelukan
dalam keramahtamahan. Kata sambutan Yohanes, memberitahu bahwa Maria akan meninggal dan supaya mereka
jangan menunjukkan kesedihan yang berlebihan. Mereka lalu
berdoa bersama. Petrus pimpin doa. Ini sebuah reuni yang
bagus sekali. Hadir juga Paulus.
222
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
26-30a :
30b-33a :
Pertemuan Maria dengan para Rasul dan memberitahu bahwa
ia siap “keluar dari tubuhnya”.
Detik-detik terakhir hidup Maria: kata-kata terakhir dari Petrus.
[Kematian Maria]
33b-36 :
Kadatangan Tuhan Yesus diikuti para malaikat: dibawa awan.
Kata-kata terakhir dari Maria kepada Puteranya. Lalu ia
meninggal dengan wajah yang tersenyum yang diarahkan
kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengecup dia. Jiwa Maria
yang bercahaya diserahkan Yesus kepada Malaikat Mikael,
ditutup [tempat terbuat dari] kulit dan tubuhnya diserahkan
kepada Petrus untuk dijaga dan dirawat dalam makam yang
telah ditentukan Yesus. Setelah itu, ada dialog antara tubuh
Maria dengan Yesus, di mana Maria meminta Yesus untuk tidak
melupakan dirinya, dan Yesus berjanji untuk takkan pernah
melupakan ibuNya. Kemudian Yesus hilang dari pandangan
mereka.
[Pemakaman tubuh Maria]
37-40 :
Rasul-Rasul mengadakan tirakatan. Dilukiskan prosesi
pemakaman dan serangan sakrilegis oleh orang-orang yang
kerasukan setan untuk membakar tubuh Maria. Tubuh Maria
dilindungi malaikat-malaikat.
41-44 :
Pertobatan dan penyembuhan Yefonia: sakit tangan. Dengan
kuasa nama Yesus dan Maria, setelah sebelumnya, atas anjuran
Petrus, ia mencium tubuh Maria dan menyatakan imannya akan
Yesus Kristus.
45
:
Pemakaman Maria: ada dialog antara Petrus dan Paulus di
depan makam tentang Kebangkitan Yesus.
[Penampakan Yesus dan prosesi ke firdaus]
46-48 :
Yesus hadir di tengah-tengah mereka untuk membawa tubuh
– yang tidak membusuk - Maria ke firdaus dalam awan diiringi
ribuan malaikat yang bernyanyi di hadapan Juruselamat. Para
Rasul pun ikut prosesi ke surga. Yesus minta malaikat Mikael
untuk membawa tubuh Maria di atas awan untuk dibawa ke
firdaus dan diletakkan di bawah pohon kehidupan. Lalu Mikael
membawa jiwanya yang suci dan dimasukkan ke dalam
tubuhnya. Sehingga tubuhnya disatukan lagi dengan jiwanya
yang sebelumnya terputus sebentar karena kematian. Setelah
itu para Rasul diutus pulang ke daerah karya misi mereka
masing-masing.
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
223
6.
Teologi Marial Empat Kitab Apokrif di Atas
Refleksi ini didasarkan atas empat kitab apokrif di atas. Jadi, tidak
mengakomodasi semua kitab apokrif yang berceritera tentang Maria, entah
mengisahkannya dalam porsi yang signifikan maupun secara sporadis saja.
Ada beberapa hal yang dapat dikatakan tentang Maria19 .
I.
Seorang yang terpilih
Maria adalah anak semata wayang dari pasutri (pasangan suami-isteri)
yang sudah tua, kaya dan saleh. Kehadirannya dalam keluarga itu
merupakan pemberian Allah. Ini pesan yang sangat dominan.
Pendidikan yang diterima Maria: dari Allah. Dalam artian bahwa
adalah Allah yang mengarahkan keputusan orang-orang yang memelihara
dan mendidiknya. Misalnya, ia melewatkan tiga tahun pertama hidupnya
dengan tinggal di kamar yang khusus di rumahnya, yang disediakan oleh
orangtuanya. Lalu ia dibawa ke Bait Allah untuk menjalani di sana suatu
hidup yang secara total diabdikan untuk pelayanan kepada Allah, sampai
usia 12 tahun. Ini merupakan pelaksanaan nazar orangtuanya, yang juga
berkenan kepada Allah, terbukti dari dianugerahkannya Maria ini kepada
pasutri terberkati ini. Ia dijaga, dididik dan diasuh di Bait Allah oleh
Zakaria, imam agung saat itu. Tapi makanannya disediakan malaikatmalaikat. Memang tidak disebutkan apa pekerjaannya selama 9 tahun
tinggal di Bait Allah itu namun dapat dipastikan itu berkaitan dengan
pengenalan akan Allah-Perjanjian, yaitu Allah Abraham, Isak dan Yakub.
Tatkala dia sudah berada pada usia pubertas, dan karena itu perlu
“dijauhkan” dari Bait Allah, ia dipercayakan kepada seorang suami yang,
seperti Yosep, dalam kapasitas untuk menjaga dan memelihara keperawanannya, yang tetap merupakan kondisi yang menentukan dari persembahan dirinya yang total kepada pelayanan dan rencana ilahi. Di rumah
Yusuf, Maria mengisi hari-harinya dengan memintal tirai Bait Allah. Maria
diberi kabar oleh Malaikat saat ia berada di bawah pemeliharaan Yusuf
ini, dalam usia 16 tahun.
Hal-hal ini mau menunjukkan bahwa Allah menjaga Maria dari segala
sesuatu yang profan. Karena dia dipilih Allah untuk mengambil bagian
dalam rencana ilahi yang menuntut darinya kepantasan, kesiapsediaan dan
kerjasama yang total. Bentuk pendidikan yang ditempuhnya merupakan
persiapan untuk misi yang sangat khusus ini. Karena Allah menganugerahkan anak ini kepada pasutri Yohakim dan Anna untuk suatu tujuan: untuk
19 Bdk. artikel P. Luigi Gambero yang berjudul “L’immagine popolare dì Maria negli Apocrifi del
Nuovo Testamento”, yang dimuat dalam “Riparazione Mariana”, Maret 2002 dan dimuat lagi
dalam http://www.mariaoggi.it/mariaapocrfi.htm, yang diakses pada Selasa, 8 Juli 2008
dari Joyo Grand.
224
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
kemudian mengambil bagian dalam rencana keselamatan ilahi. Untuk
menjalankan misi ini, Maria telah dipersiapkan sejak masa kanak-kanaknya
dengan kesadaran dan kehendak. Dalam dirinya Allah telah mempersiapkan “hal-hal besar”.
II.
Seorang ibu yang menderita
Tatkala “perkawinan” dalam keadaan krisis karena kehamilan Maria
diketahui oleh Yusuf, sikap Maria adalah hening penuh pasrah kepada
Allah. Dia tahu bahwa Allah sendiri yang akan menjelaskan situasinya.
Walau tentu merasa terhina oleh “ujian” yang ditempuhnya, ia sadar bahwa
Allah sendiri yang akan menunjukkan bahwa dia tidak bersalah, seperti
juga Yusuf. Tentulah cara pembuktian yang dilakukan Salome juga sangat
menghinanya, namun Allah adalah Pembelanya, ia berserah kepada
karyaNya, yang menjadikan peristiwa itu sebagai pengalaman pertobatan
dan pengakuan akan karya agung Allah.
Dia adalah seorang ibu dari seorang Putera, yang tanpa menyangkal
sebagai sungguh-sungguh manusia, datang ke dunia dengan mengecualikan kelahiran yang sungguh-sungguh sama seperti manusia. Maria
masuk dalam misteri kehendak ilahi itu, seperti juga Yusuf, bukan tanpa
“penderitaan”.
Penderitaannya pada sengsara Yesus sungguh luar biasa dilukiskan.
Ini adalah derita seorang ibu. Karena kasih. Karena persatuan hatinya yang
mendalam dengan Putera. Injil Gamaliel memberikan porsi istimewa pada
drama penderitaan Maria terkait dengan sengsara dan wafat Puteranya
ini. Sampai-sampai Injil Nikodemus menyebut salib Yesus sebagai
“pedang” yang menusuk jiwa Maria, seperti yang telah diramalkan oleh
Simeon dalam Injil Lukas. Hanya seorang yang secara rohani dan kejiwaan
kuat dan teguh dapat menjalani mimpi buruk ini. Kalau Maria menjadi
sekuat ini, itu tentu karena ia punya keterbukaan iman kepada Allah dan
punya kekuatan kepribadian untuk itu.
III. Perawan selalu
Keperawanan Maria secara umum disebut Injil Nikodemus pada bab
XI.4-5. Keperawanan sebelum melahirkan disebut secara tak tersangkalkan
dalam Pra-Injil Yakobus melalui pembuktian “air cobaan” dari Tuhan (bab
16). Keperawanan saat melahirkan dinyatakan dengan pembuktian fisik
dalam Pra-Injil Yakobus 13-16, 19-20, walaupun pembuktian dari rasa ingin
tahu yang berlebihan itu merupakan ungkapan pemaknaan yang dangkal
akan makna keperawanan. Keperawanan setelah melahirkan dinyatakan
dengan menunjukkan bahwa apa yang disebut sebagai “saudara-saudara
Yesus” dalam Injil Markus bab 6 (dan dikutip oleh Matius dan Lukas dalam
teks paralel) ternyata merupakan anak-anak Yusuf dari perkawinan
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
225
terdahulu20 , bukan anak-anak buah cinta Yusuf dan Maria. Semuanya ini
menunjukkan bahwa Maria adalah perawan par excellence, dengan integritas
total, sebagai bukti tak tersangkalkan dari asal-muasal ilahi dari Putera
yang dilahirkannya. Ajaran tentang Maria “perawan selalu” mendapatkan
pembelaan di sini: sebelum, saat dan setelah melahirkan. Semua ini
menunjuk juga pada kesucian Maria atau sakralitas diri Maria sehingga
kepadanya tidak dapat diterapkan parameter normal atau biasa seperti yang
dipakai dalam menilai manusia pada umumnya.
IV. Pengaruh spiritual atas para Rasul
Atas kehendak Yesus, Maria memiliki pengaruh, yang bukan
struktural, tapi spiritual atas para Rasul. Dasar legitimasinya adalah karena
Maria adalah Ibunda Sang Juruselamat, namun yang oleh Sang Juruselamat
sendiri – dari Salib - diserahkan kepada Yohanes dan bahwa, kebalikannya,
Yohanes juga diserahkan kepada bimbingan Maria (Injil Gamaliel II.1821). Karena itu, kehadiran Maria bersifat menyatukan, meneguhkan,
memotivasi, mengakomodasi.... Karena perannya yang istimewa itu, para
Rasul hadir pada saat Maria “menghembuskan nafas terakhir” dan ikut
menghantar tubuh Maria ke surga (Transitus 1-12, 33b-36, 46-48).
V.
Saksi pertama Kebangkitan
Berdasarkan Injil Gamaliel V.1-VI.20, Maria, Ibu Yesus, menggantikan
peran Maria Magdalena dalam Injil kanonik sebagai yang kepadanya Sang
Juruselamat yang bangkit menampakkan diri pertama kali dan yang melalui dia pewartaan tentang kebangkitanNya disampaikan kepada
“saudara-saudaraNya”. Bisa jadi alasan yang ada di balik penempatan
Maria pada posisi ini adalah soal kepantasan, kewajaran....: tidak mungkin
20 Pendapat ini ditentang oleh tradisi kristiani yang diyakini hingga saat ini, sebab
sesungguhnya Yusuf pun adalah seorang yang perjaka dan muda, walaupun meninggal
lebih awal. Sebab pelukisan tentang Yusuf yang tua seakan mau menunjukkan bahwa ia
sudah tidak dalam kemampuan lagi untuk berhubungan dengan Maria. Sebab dalam Injil
Matius dan Lukas dikisahkan bahwa Yusuf mengambil Maria sebagai isteri karena taat kepada kehendak Allah, dan bahwa dia sendiri adalah seorang yang benar di hadapan Allah.
Jadi, bukan oleh karena tidak “mampu”, tapi karena keduanya menghormati rencana Allah.
Keluarga yang dibangunnya bersama Maria adalah keluarga yang mengatasi eros, tentu
bukan karena pandangan yang rendah terhadap perkawinan dan hubungan suami-isteri,
tapi karena keduanya hidup dalam ketaatan kepada Allah. Ensiklik Paus Leo XIII, Quamquam
Pluries – tentang Kebaktian kepada Santo Yusuf, yang dikeluarkan pada 15 Agustus 1889; Motu
Proprio Bonum Sane dari Paus Benediktus XV tentang peringatan akan penetapan Santo Yusuf
sebagai Pelindung Gereja Katolik, yang dikeluarkan pada 25 Juli 1920; Eksortasi Apostolik
Yohanes Paulus II, Redemptoris Custos - tentang pribadi dan misi Santo Yusuf dalam hidup Kristus
dan Gereja, yang dikeluarkan pada 15 Agustus 1989; Kisah Kehidupan Santo Yosef seperti yang
Dinyatakan Tuhan Yesus kepada Maria Cecilia Baÿ OSB, Kepala Biara Benediktin dari St. Petrus di
Montefiascone, Italia, Tahun 1743-1766, Jakarta: Marian Centre Indonesia, 2008.
226
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
seorang anak yang baik tidak memberitahu ibunya – yang sedemikian
mencintainya dan sedemikian menderita karena dia - tentang bagaimana
keadaannya sekarang. Tentu saja pada saat pemberitahuan yang sama, ia
juga meminta ibunya itu untuk menyampaikan kepada sesama (anggota
keluarga yang lain) tentang keadaannya sekarang.... Walaupun injil-injil
kanonis tidak mengungkapkan adanya refleksi tentang hal ini namun dapat
diyakini bahwa Yesus pernah menampakkan diri kepada ibuNya. Itulah
yang diyakini oleh kitab ini. Walaupun sebetulnya juga perlu ditanyakan
apakah Maria memang memerlukan penampakan seperti itu untuk percaya
bahwa Yesus, Puteranya, bangkit?
VI. Seorang perempuan surgawi
Kitab-kitab apokrif juga mengisahkan akhir hidup Maria di dunia ini
dan pemuliaannya di surga. Dalam Transitus Romanus dikisahkan bahwa
tatkala Malaikat Agung menyampaikan kepada Maria bahwa saatnya
sudah dekat untuk “meninggal”, wajah Maria dikatakan bercahaya
karena sukacita, sebab harapannya untuk bergabung dengan Puteranya
sudah dekat. Ia meminta Puteranya sendiri untuk mengambil jiwanya.
Sedangkan tubuhnya diserahkan Puteranya kepada para Rasul untuk
dimakamkan di Getsemani selama tiga hari, sebelum akhirnya diangkat
ke surga.
Dari deskripsi ini tampak bahwa yang terjadi pada Maria adalah
rianimasi (diberi jiwa kembali, sehingga hidup lagi, mirip dengan
penciptaan manusia dari tanah). Rianimasi pada tubuh Maria ini
tingkatannya lebih rendah dari tubuh Kristus yang setelah kebangkitan
menjadi transparan dan bercahaya. Maria di firdaus, dengan jiwa dan raga,
menghayati hidup yang tidak berbeda dari hidup Sang Juruselamat yang
mulia. Dasarnya: integritas fisik – perawan selalu – dan kebundaan ilahi.
Kitab Transitus Romanus tampaknya hidup dalam ketegangan dengan
gnostisisme, sehingga di satu pihak ada ajarannya yang ia asimilasi, namun
kemudian persis ajaran yang sama itu juga ia tolak. Misalnya tatkala
kematian dilukiskan dengan ungkapan “meninggalkan tubuh”. Itu berarti
bahwa jiwalah yang mulia, dialah yang kembali ke surga – asalnya: Allah
– sedangkan tubuh ditinggalkan (walaupun untuk sementara waktu saja
bagi Maria). Tapi kebalikannya, dilukiskan juga sebuah peristiwa “aneh”
bahwa tubuh Maria yang sudah meninggal itu dapat berdialog dengan
Yesus. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh Maria itu istimewa, bahkan
akhirnya tubuh itu diangkat ke surga, dengan demikian juga mulia.
7.
Penutup: Pengaruh dan kritik
Kitab-kitab ini tidak kecil pengaruhnya pada kehidupan devosional
marial umat. Misalnya, Kitab Pra-Injil Yakobus memberikan informasi
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
227
tentang nama orangtua Maria, menggarisbawahi keperawanan abadi Maria,
memberi gambaran tentang bagaimana persisnya “kelahiran St. Perawan
Maria” yang diperingati pada 8 September dan “Maria dipersembahkan
di Bait Allah” yang diperingati pada 21 November. Tentu kedua peringatan
liturgis ini tidak didasarkan pada kitab-kitab apokrif ini, namun dari
keyakinan bahwa wajar kalau Maria pernah melewati tahap yang demikian
dalam hidupnya. Injil Nikodemus dan Injil Gamaliel yang menggambarkan
bagaimana Maria mengambil bagian secara aktif dan manusiawi dalam
derita dan wafat Yesus - yang sangat menusuk hatinya - menjadi inspirasi
untuk devosi kepada Maria Mater Dolorosa. Ini juga mempengaruhi
kehadiran Maria dalam liturgi dan praktik devosional Pekan Suci dan Hari
Raya Paskah. Walaupun semua praktik devosional ini sudah tercakup
dalam Yoh 19 tentang Maria yang berdiri di bawah salib Puteranya. Lalu
Transitus Romanus menyediakan informasi tentang bagaimana Maria
menyempurnakan hidupnya di dunia ini dan memberi gambaran tentang
bagaimana persisnya Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya.
Kitab-kitab apokrif juga menginspirasikan seni agama: ikon, madah, puisi
dan aneka karya seni lainnya.
Pengaruh kitab-kitab apokrif ini juga terdapat dalam Al-Qur’an.
Terlepas dari pemahaman yang berbeda tentang asal-usul Al-Qur’an,
setelah membaca kitab-kitab apokrif ini kita tidak dapat mengelak untuk
menyimpulkan bahwa beberapa data tentang Maria dalam Al-Qur’an –
khususnya Surah 3 (Ali Imran) dan Surah 19 (Maryam) - sesungguhnya
diinspirasikan oleh kitab-kitab apokrif ini. Misalnya Surah 3: 35-36 yang
berkisah tentang nazar isteri Imran dan kelahiran Maria. Ada juga Surah 3:
37, 42-44 dan Surah 19: 16-17 yang bercerita tentang Maria yang menyepi
di Mihrab, di Baitul Maqdis, bahwa dia berada di bawah perlindungan
Zakaria dan bahwa makanannya dikirim “dari sisi Allah”.
Sayang bahwa keempat kitab ini tidak menjelaskan kepada kita
pendidikan macam apa yang telah diberikan Maria kepada Yesus dalam
usia 12-30 tahun (setelah ditemukan kembali dalam Bait Allah dan sebelum
penampilanNya di depan umum untuk mewartakan Kerajaan Allah,
sebagaimana dinyatakan dalam Injil-injil kanonis). Dari kitab-kitab apokrif
ini juga kita tidak menerima informasi tentang kehadiran Maria tatkala
Yesus tampil di hadapan umum (sebelum sengsara dan wafatnya) dan
perannya setelah Pentakosta.
Selain itu, kitab-kitab ini menampilkan juga sebuah elevasi yang tak
tertandingi akan diri dan peran Maria, karena karya Allah dan karena
kehendak ilahiNya. Untuk tujuan itu, dilukiskanlah kehidupan Maria yang
tidak pernah berurusan dengan hal-hal yang keras, melainkan hanya yang
manis, enak, nyaman, tersembunyi...kecuali saat menanggapi peristiwa
Salib Puteranya. Tentu inilah cara Maria menghidupi rahmat Allah yang unik
untuk dirinya pada konteks hidupnya yang nyata. Untuk pemberdayaan
228
Studia Philosophica et Theologica, Vol. 8 No. 2, Oktober 2008
kaum perempuan masa kini, yang secara konkret berhadapan dengan
realitas hidup sehari-hari yang berat dan keras, kiranya rahmat Allah yang
sama perlu ditemukan dan dihidupi dalam kepenuhan secara nyata dalam
konteks masa kini.
*)
Arnold Suhardi
Licensiatus Teologi Spiritual dari Universitas Gregoriana, Roma; dosen Teologi di STFT Widya
Sasana, Malang. Email: [email protected]
BIBLIOGRAFI
Deshi Ramadhani SJ, Menguak Injil-injil Rahasia, Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Gharib, Georges, Maria di Nazaret secondo gli Apocrifi, Città Nuova, Roma,
2001.
Léon-Dufour, Xavier, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Peretto, E., “Apocrifi”, dalam Stefano de Fiores – Salvatore Meo, Nuovo
Dizionario di Mariologia, Milano: Edizioni Paoline, 1988.
Arnold Suhardi, Dia Memang Istimewa
229
Download