PENDAHULUAN A. Latar Belakang Generasi

advertisement
827
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 18 MAKASSAR
*Maria Kurni Menga*
Dosen tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa
Makassar
ABSTRAK
Sampai saat ini penyakit menular seksual masih merupakan masalah yang kesehatan,
social, ekonomi di berbagai Negara di dunia. Peningkatan insiden penyakit menular seksual
dan penyebarannya diseluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat paling tidak
insidennya relative tetap. Angka penyebarannya masih sulit ditelusuri sumbernya sebab tidak
pernah dilakukan registrasi terhadap jumlah penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang
terdata hanya sebagian kecil dari sesungguhnya. Tingginya kasus penyakit menular seksual
terutama pada kelompok remaja salah satu penyebabnya adalah tingkat pengetahuan remaja
yang masih rendah. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi sikap para siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa
tentang Penyakit Menular Seksual Di SMA Negeri 18 Makassar. Penelitian yang dilakukan
bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMA Negeri 18
Makassar yang berjumlah 882. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 90 dengan tingkat
ketepatan(d) 0,1%.Pengambilan sampel menggunakan tekhnik random sampling.Pengumpulan
data dilakukan menggunakan kuisioner dan analisa data menggunakan analisa univariat dengan
uji statistic spss versi 20.0.
Hasil penelitian tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 18 Makassar berada pada
kategori baik sebanyak 79 orang (87,8%), di ikuti kategori cukup sebanyak 11 orang (12,2%),
dan kategori kurang tidak ada (0%) dan hasil penelitian sikap Siswa SMA Negeri 18 Makassar
berada pada kategori sikap yang baik yaitu sebanyak 89 responden (98,9%) dan paling rendah
kategori sikap kurang yaitu sebanyak 1 responden (1,1%)
Dari hasil peneitian tersebut di harapkan para Siswa berupaya untuk meningkatkan
pengetahuannya tentang penyakit menular seksual dengan mengakses berbagai informasi
tentang penyakit menular seksual di berbagai media massa seperti internet.
Kata Kunci
: Pengetahuan, Sikap, Penyakit Menular Seksual
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Generasi muda Indonesia kini
menjadi tak terbantahkan. Budaya barat
telah
membunuh
paksa
budaya
ketimuran kita yang terkenal beradab.
Tidak menyebut budaya barat tidak
beradab, tetapi ada begitu banyak
perbedaan budaya yang terlampau jauh
sehingga bangsa Indonesia mengalami
pergeseran budaya. Selain pergaulan
remaja, perubahan gaya hidup juga
mempengaruhi
terjadinya
Penyakit
Menular
Seksual
(PMS)
pada
masyarakat.
Penyakit menular seksual umumnya
terjadi karena adanya perubahan pola
hidup masyarakat. Di sisi lain,
JKSH.SK / Volume 1 / Nomor 2 / September 2015
meningkatnya pelayanan kesehatan
menyebabkan adanya perubahan pola
epidemiologi berupa peningkatan usia
harapan hidup dan prevalensi usia lanjut,
termasuk lansia dengan penyakit menular
seksual. Akan tetapi, tidak semua orang
memiliki risiko tinggi tertular PMS
karena tidak semua gaya hidup dapat
memicu risiko terjadinya penularan
PMS. Ada sejumlah perilaku tertentu
yang dapat meningkatkan risiko tertular
PMS yaitu : berganti-ganti pasangan,
mengenal seks sejak dini tanpa edukasi
yang baik, pemakaian alkohol yang
berlebihan,
penggunaan
obat-obat
terlarang, melakukan hubungan seks
karena butuh uang untuk gaya hidup,
828
minum pil KB untuk cegah PMS,
(Admin, 2011).
Masa remaja adalah masa transisi
dalam kehidupannya dan memiliki
emosional yang masih labil cenderung
untuk meniru dan mengikuti budaya
barat
yang
sebenarnya
sangat
bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat Indonesia.
Tentunya
generasi
muda
bangsa
Indonesia tidak ingin memiliki generasi
muda yang tidak bermoral hanya karena
terpengaruh budaya barat tersebut.
Adanya norma yang berkembang di
masyarakat, sebagai aset peninggalan
leluhur, serta agama sebagai pedoman
hidup diharapkan mampu menekan dan
menjadi benteng dalam melindungi
moral generasi muda, (Syarif, 2010).
Remaja masa pencarian jati diri yang
Penyakit menular seksual adalah
penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Menurut WHO (2013)
terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba
(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual.
Kondisi paling sering ditemukan adalah
infeksi gonore, chlamydia, syphilis,
trichomoniasis,
chancroid,
herpes
genitalis, infeksi human immodeficiency
virus (HIV) yang dapat ditularkan
melalui darah dan jaringan tubuh, dari
ibu ke anaknya selama kehamilan.
Pada tahun 2013 di dunia terdapat
333 juta kasus baru PMS. Golongan
umur penderita berkisar 14 – 49 tahun.
Penyebabnya
adalah
trikomoniasis
(167,2 juta orang), klamidia (89,1 juta
orang), gonore (63,2 juta orang), dan
sifilis (12,2 juta orang). WHO
memperkirakan setiap tahun terdapat 350
juta penderita baru PMS di negaranegara berkembang seperti di Afrika,
Asia, Asia Tenggara,dan Amerika Latin,
(WHO,2011)
Berdasarkan data dari dinas kesehatan
Republik Indonesia tahun 2014, epidemi
HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak
dari suatu tingkat epidemi yang rendah
yaitu prevalensi < 1 % ke arah tingkat
epidemi terkonsentrasi dimana pada
kelompok risiko tinggi tertentu telah
melebihi angka 5%. Penularan HIVAIDS di Sulawesi Selatan sudah sampai
pada taraf epidemic terkonsentrasi
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
dengan prevalensi HIV lebih 5 % secara
konsisten pada kelompok Injecting Drug
User (IDUs), pada kelompok pekerja
seks komersial. Kasus yang meningkat
pesat dari tahun ke tahun perlu di
intervensi dengan program kegiatan yang
lebih intensif dengan melibatkan seluruh
sektor terkait, baik pemerintah
maupun swasta.
Prevalensi penyakit menular seksual
di Indonesia sangat tinggi ditemukan di
kota Bandung, yakni dengan prevalensi
infeksi gonorrhea sebanyak 37,4%,
chlamydia 34,5%, dan syphilis 25,2%;
Di kota Surabaya prevalensi infeksi
chlamydia 33,7%, syphilis 28,8% dan
gonorrhea 19,8%. Sedangkan di Jakarta
prevalensi infeksi gonorrhea 29,8%,
syphilis 25,2% dan chlamydia 22,7%,
(Lestari,2008).
Penaggulangan
HIV-AIDS
merupakan salah satu program dalam
pencapaian target MDGS (target 6A),
dengan tujuan umum meningkatkan
pengendalian HIV-AIDS dan IMS secara
berhasil guna dan berdaya guna dalam
rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi - tingginya,
dan tujuan khusus GETTING THREE
ZEROES yaitu zero new infection
(menurunkan jumlah kasus baru HIV),
zero discrimination (Menurunkan stigma
& diskriminasi), zero AIDS related
deaths (Menurunkan angka kematian
AIDS).
Dari hasil modeling tahun 2012 kita
ketahui trend peningkatan infeksi baru
HIV kedepannya terjadi pada 3
kelompok utama yaitu lelaki seks dengan
lelaki (LSL), kalangan ibu rumah tangga
dan lelaki beresiko tinggi (lelaki pembeli
seks), sedangkan peningkatan infeksi
baru pada populasi kunci seperti (WPS,
Penasun, dan trans gender) tidak terjadi
peningkatan yang terlalu signifikan.
Tantangan tersebut tentu menuntut
kita merespon dengan cepat untuk dapat
segera melakukan upaya-upaya yang
dilakukan mulai dari Hulu sampai ke
Hilir agar epidemi ini tidak berkembang
kearah yang lebih buruk.
Upaya di Hulu yang dapat kita
lakukan adalah pencegahan bagi mereka
yang belum berisiko, upaya pencegahan
pada populasi yang tetap melakukan
829
perilaku berisiko. Upaya ini dengan
memperhatikan jalur-jalur transmisinya
seperti transmisi seksual, transmisi
melalui alat suntik pada pengguna napza,
dan transmisi melalui penularan dari ibu
kepada anaknya, (Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan, 2014).
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperolehnya
gambaran
tingkat
pengetahuan dan sikap siswa tentang
penyakit menular seksual (PMS) di
SMA Negeri 18 Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya
gambaran
pengetahuan
siswa
tentang
Penyakit Menular Seksual pada
SMA Negeri 18 Makassar.
b. Diketahuinya gambaran sikap
siswa tentang Penyakit Menular
Seksual pada SMA Negeri 18
Makassar.
C. Manfaat Penelitian
1. Responden/Siswa
Sebagai bahan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan serta
meningkatkan kewaspadaan dan
kesadaran remaja tentang penyakit
menular seksual.
2. Ilmu Pengetahuan
Dapat
meningkatkan
ilmu
pengetahuan
guna
memperluas
wawasan tentang ilmu pengetahuan.
3. Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan
bagi institusi pendidikan guna
memperoleh
referensi
tentang
penyakit menular seksual.
4. Peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan bagi peneliti, serta hasil
penelitian dapat dijadikan bahan
penyuluhan bagi masyarakat.
5. Institusi Terkait
Dapat menjadi masukan bagi institusi
terkait tentang keadaan siswa di
wilayah setempat, sehingga dapat
menjadi upaya pencegahan bila ada
kasus penyakit menular seksual.
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS)
1. Pengertian
penyakit
menular
seksualitas
Penyakit
menular
seksual(PMS) adalah penyakit atau
infeksi yang disebabkan oleh
bakteri virus, parasit atau jamur
yang
penularannya
terutama
melalui hubungan seksual dari
seseorang yang terinfeksi kepada
mitra seksualnya, (Daili,2010).
Penyakit menular seksual
(PMS) adalah infeksi atau penyakit
yang di tularkan melalui hubungan
seks (oral, anal, vagina) atau
penyakit kelamin atau infeksi yang
di tularkan melalui hubungan seks
yang dapat menyerang alat kelamin
dengan atau tanpa gejala dapat
muncul dan menyerang mata,
mulut, saluran pencernaan, hati,
otak serta organ tubuh lainnya
misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B
(Ambarwati dan Rismintari, 2010)
Penyakit menular seksual
didapatkan akibat berhubungan
seksual dengan orang yang telah
terinfeksi sebelumnya. Setiap orang
yang telah melakukan hubungan
seksual mempunyai risiko untuk
terkena penyakit menular seksual.
Risiko akan semakin tinggi apabila
seseorang berhubungan seksual
dengan banyak pasangan yang
berbeda atau pasangan mempunyai
banyak partner yang berbeda atau
melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan kondom, (American
Academy of Family Physcians,
2010).
2. Tanda dan gejala penyakit menular
seksual
Menurut admin 2011 karena
bentuk dan letak alat kelamin lakilaki berda diluar tubuh, gejala PMS
lebih mudah dikenali, dilihat dan
dirasakan. Tanda-tanda PMS pada
laki-laki antara lain:
a. Berupa bintil-bintil berisi cairan
b. Lecet atau borok pada penis/alat
kelamin
c. Luka tidak sakit
830
3.
d. Keras dan berwarna merah pada
kelamin
e. Adanya kutil atau tumbuh daging
sperti jengger ayam
f. Rasa gatal yang hebat sepanjang
alat kelamin
g. Rasa sakit yang hebat pada saat
kencing
h. Kencing nanah atau darah yang
berbau busuk
i. Bengkak panas dan nyeri pada
pangkal paha yang kemudian
berubah menjadi borok.
Pada perempuan sebagian besar
tanpa gejala sehingga sering kali
tidak disadari. Jika ada gejala,
biasanya berupa antara lain:
a. Rasa sakit atau nyeri pada saat
kencing atau berhubungan seksual
b. Rasa nyeri pada perut bagian
bawah
c. Pengeluaran
lendir
pada
vagina/alat kelamin
d. Keputihan berwarna putih susu,
bergumpal dan disertai rasa gatal
dan kemerahan pada alat kelamin
sekitarnya
e. Keputihan
yang
berbusa,
kehijauan, berbau busuk dan gatal
f. Timbul
bercak-bercak darah
setelah berhubungan seksual
g. Bintil-bintil berii cairan
h. Lecet atau borok pada alat
kelamin
Cara Penularan
Menurut Ambarwati dan Rismintari
(2010) penularan PMS pada umumnya
adalah melalui hubungan seksual (95%)
yang tidak terlindung dengan pengidap
HIV, baik melalui vagina, anal, maupun
oral sedangkan cara lain yaitu melalui
transfusi darah,jarum suntik, plasenta
(dari ibu kepada anak yang di
kandunganya). Sumber penularan utama
adalah WTS (80%).
Faktor Biologi yang memudahkan
berpengaruh dalam penularan PMS,
(Pinem, 2010) adalah sebagai berikut:
a. Usia
Perempuan muda mempunyai
mukosa vagina jaringan serviks
yang mudah terinfeks.
b. Jenis kelamin
Perempuan lebih mudah tertular
daripada
laki-laki
karena
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
permukaan
alat
kelamin
perempuan lebih luas.
c. Pengaruh khitan
Laki-laki yang tidak di khitan
lebih mudah terinfeksi daripada
tidak di khitan.
B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku
manusia
adalah
sekumpulan perilaku yang dimiliki
oleh manusia dipengaruhi oleh adat,
sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,
persuasi dan genetika.
Bimo
Walgito
(2003),
berpendapat bahwa sikap yang ada
pada seseorang akan memberikan
warna atau corak pada perilaku atau
perbuatan orang yang bersangkutan.
Sementara sikap pada umumnya
mengandung tiga komponen yang
membentuk struktur sikap, yaitu:
komponen
kognitif,
komponen
afektif, dan komponen konatif.
Dalam
sosiologi,
perilaku
dianggap sebagai sesuatu yang tidak
ditujukan kepada orang lain dan oleh
karenanya merupakan suatu tindakan
sosial manusia yang sangat mendasar.
Perilaku tidak boleh disalahartikan
sebagai perilaku sosial,
yang
merupakan suatu tindakan dengan
tingkat lebih tinggi, karena perilaku
sosial adalah perilaku yang secara
khusus ditujukan kepada orang lain.
Penerimaan
terhadap
perilaku
seseorang diukur relatif terhadap
norma sosial dan diatur oleh berbagai
kontrol sosial. Dalam kedokteran
perilaku seseorang dan keluarganya
dipelajari untuk mengidentifikasi
faktor penyebab, pencetus atau yang
memperberat timbulnya masalah
kesehatan.
Intervensi
terhadap
perilaku seringkali dilakukan dalam
rangka penatalaksanaan yang holistik
dan komprehensif.
Perilaku
manusia
dipelajari
dalam ilmu psikologi, sosiologi,
ekonomi,
antropologi
dan
kedokteran.
Perilaku
seseorang
dikelompokkan ke dalam perilaku
wajar, perilaku dapat diterima,
831
perilaku
aneh,
dan
perilaku
menyimpang.
2. Karakteristik Perilaku
a. Perilaku adalah perkataan dan
perbuatan individu. Jadi apa yang
dikatakan dan dilakukan oleh
seseorang
merupakan
karakteristik dari perilakunya.
b. Perilaku mempunyai satu atau
lebih dimensi yang dapat diukur,
yaitu : frekuensi, durasi, dan
intensitas.
c. Perilaku
dapat
diobservasi,
dijelaskan, dan direkam oleh
orang lain atau orang yang terlibat
dalam perilaku tersebut.
d. Perilaku
mempengaruhi
lingkungan, lingkungan fisik atau
sosial.
e. Perilaku
dipengaruhi
oleh
lingkungan (lawful).
Perilaku bisa tampak atau tidak
tampak. Perilaku yang tampak
bisa diobservasi oleh orang lain,
sedangkan perilaku yang tidak
tampak merupakan kejadian atau
hal pribadi yang hanya bisa
dirasakan oleh individu itu sendiri
atau individu lain yang terlibat
dalam perilaku tersebut.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Manusia
Perilaku atau aktivitas pada individu
atau organisme tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari
stimulus
yang
diterima
oleh
organisme yang bersangkutan baik
stimulus eksternal maupun stimulus
internal. Perilaku individu dapat
mempengaruhi individu itu sendiri, di
samping
itu
perilaku
juga
berpengaruh
pada
lingkungan.
Demikian pula lingkungan dapat
mempengaruhi individu, demikian
sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam
perspektif
psikologi,
perilaku
manusia (human behavior) dipandang
sebagai reaksi yang dapat bersifat
sederhana maupun bersifat kompleks,
(Bandura, 1977; Azwar, 2010).
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang bertujuan untuk mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap suatu
objek yang diteliti. Sedangkan menurut
bentuk pelaksanaannya penelitian ini
menggunakan
metode
penelitian
deskriptif kuantitatif yang merupakan
penelitian
dengan
tujuan
untuk
menggambarkan keadaan atau suatu
fenomena yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari
suatu variable yang menyangkut
masalah yang diteliti, (Suyanto,
2011). Populasi pada penelitian ini
adalah semua siswa(i), yang pada saat
ini tercatat sebagai Siswa(i) di SMA
Negeri 18 Makassar yang berjumlah
882 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi
yang diambil sebagai sumber data
dan dapat mewakili seluruh populasi
(Suyanto,
2011).Sampel
dalam
penelitian ini adalah siswa(i) SMA
Negeri 18 Makassar yang berjumlah
90 responden. Pengambilan sampel
menggunakan
teknik
random
sampling yaitu sampel tersebut
diambil secara acak, (Suyanto, 2011).
3. Sampling
Teknik sampling merupakan suatu
proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang
ada, sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruhan populasi yang
ada,
(Ridwan,
2010).
Dalam
penelitian ini menggunakan tekhnik
random sampling yaitu pengambilan
sampel dilakukan secara acak.
Tekhnik
pengambilan
sampel
menggunakan rumus dari Taro
Yamane atau Slovin dalam Ridwan
(2010) sebagai berikut:
832
Keterangan:
n
= jumlah sampel
N
= jumlah populasi
d²
= presisi (ditetapkan 10% dengan
tingkat kepercayaan 95%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh
jumlah sampel sebagai berikut:
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Karateristik Responden
Karateristik
responden
yang
didefenisikan dalam penelitian ini
pembahasannya tidak untuk mencari
gambaran antara pengetahuan dan sikap
dengan karateristik, namun untuk
mengetahui karateristiknya saja.
a. Usia
Hasil penelitian menunjukan bahwa
usia responden antara 15,16,17 dan
18 tahun, sesuai dengan tahap
perkembangan usia terbanyak yaitu
perkembangan pada usia remaja,
masa
ini
merupakan
masa
perubahan atau transisi dari remaja
menuju dewasa.
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukan bahwa
jenis
kelamin
perempuan
merupakan responden terbanyak
dan
sebagian besar telah
mengetahui
tentang
penyakit
menular seksual.
2. Variabel yang diteliti
Berdasarkan hasil pengolahan data
yang dilakukan dan disesuaikan dengan
tujuan
penelitian
yaitu
untuk
mengetahui gambaran pengetahuan dan
sikap Siswa Tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) Di SMA Negeri 18
Makassar, maka pembahasan hasil
penelitian dapat di uraikan sebagai
berikut :
a. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian di dapat
bahwa pengetahuan siswa terhadap
penyakit menular seksual paling
banyak berada dalam kategori baik
sebanyak 82 orang (91,1%), di ikuti
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
kategori kurang sebanyak 8 orang
(8,9%).
Berdasarkan
data
Badan
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana
Nasional
(2010),
pengetahuan
siswa
terhadap
penyakit menular seksual masih
rendah. Hasil penelitian tersebut
tidak sejalan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian mengenai tingkat
pengetahuan ini juga tidak sesuai
dengan penelitian Chiuman (2010)
dan
Rahayu
(2010)
yang
mengemukakan
bahwa
tingkat
pengetahuan
siswa
terhadap
penyakit menular seksual berada
dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil penelitian di
dapatkan ada 82 responden (91,1%)
yang mempunyai pengetahuan yang
baik tentang penyakit menular
seksual.
Baiknya
pengetahuan
responden tentang penyakit menular
seksual
karena
sebelumnya
responden pernah mendapatkan
informasi tentang penyakit menular
seksual melalui berbagai media
massa. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Notoatmodjo
(2010)
bahwa pengetahuan dapat dimiliki
jika seseorang telah mempelajari
sebelumnya. Pengetahuan siswa
tentang penyakit menular seksual
juga dapat diperoleh melalui
berbagai cara salah satunya dengan
cara bertanya kepada tenaga
kesehatan ketika berkunjung ke
sarana
kesehatan
sehingga
pengetahuan remaja menjadi lebih
baik di masa yang akan datang.
Berdasarkan hasil penelitian di
temukan ada 8 responden (8,9%)
yang
berpengetahuan
kurang
terhadap penyakit menular seksual.
Kurangnya pengetahuan responden
tentang penyakit menular seksual
karena masih kurangnya rasa ingin
tahu responden mencari informasi di
media massa tentang penyakit
menular seksual karena pengetahuan
dapat
dihasilkan jika seseorang
memiliki rasa ingin tahu akan
sesuatu hal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sadulloh (2007) dalam
Rahayu (2012) bahwa berbagai jenis
833
pengetahuan yang dimiliki sesuai
dengan tingkat kemampuan dan rasa
ingin tahunya.
Kurangnya pengetahuan juga
sesuai
dengan
pendapat
Notoatmodjo (2009), pengetahuan
adalah hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah
seseorang
melakukan
penginderaan terhadap objek-objek
tertentu.
Penginderaan
terjadi
melalui panca indera manusia. yakni
indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sesuai
pula dengan pendapat Shahibul
(2012) pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diketahui yang
diperoleh dari persentuhan panca
indera terhadap objek tertentu.
Pengetahuan
pada
dasarnya
merupakan hasil dari proses melihat,
mendengar, merasakan, dan berfikir
yang menjadi dasar manusia dan
bersikap dan bertindak.
1. Sikap
Berdasarkan hasil analisa data di
dapat bahwa
sikap terhadap
penyakit menular seksual paling
banyak berada dalam kategori
sikap yang baik yaitu sebanyak 89
responden (98,9%) dan paling
rendah kategori sikap kurang
yaitu sebanyak 1 responden
(1,1%). Berdasarkan data Badan
Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (2010) dan
penelitian Chiuman (2010) sikap
remaja tentang penyakit menular
seksual masih rendah. Hasil
tersebut tidak sejalan dengan
penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian
di temukan ada 89 responden
(98,9%) yang bersikap baik
terhadap
penyakit
menular
seksual. Responden yang bersikap
baik
karena
mempunyai
pengetahuan yang cukup baik
tentang penyakit menular seksual.
Hal ini sejalan dengan apa yang
di kemukakan Walgito (2010)
bahwa faktor yang mempengaruhi
sikap seseorang adalah faktor
pengetahuan,
dimana
sikap
seseorang sangat erat kaitannya
dengan tingkat pengetahuannya.
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
Semakin baik pengetahuannya
semakin baik pula sikapnya.
Sikap seseorang terhadap suatu
objek menunjukkan pengetahuan
orang tersebut terhadap objek
yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian
di temukan ada 1 responden
(1,1%) yang bersikap kurang baik
terhadap
penyakit
menular
seksual. Responden yang bersikap
kurang baik terhadap penyakit
menular
seksual
karena
kurangnya motivasi responden
untuk mengolah sumber informasi
yang ada. Hal ini sesuai dengan
pendapat Chiuman (2010) yang
mengemukakan bahwa sikap
adalah tanggapan berdasarkan
hasil penalaran atau pengolahan
terhadap sumber informasi serta
keyakinan yang ada. Sikap juga di
tentukan oleh seberapa baik
penalaran
responden
untuk
memilah atau mengolah informasi
mana yang benar dan mana yang
salah.Hal tersebut sesuai juga
dengan pendapat Purwanto (2010)
bahwa salah satu komponen sikap
adalah kognitif yang terbentuk
dari informasi yang diterima yang
selanjutnya
diproses
menghasilkan sesuatu keputusan
untuk bertindak.
834
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Gambaran
tingkat pengetahuan dan sikap Siswa
SMA Negeri 18 Makassar tentang
penyakit menular seksual maka dapat di
ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan Siswa SMA
Negeri 18 Makassar tentang penyakit
menular seksual mayoritas paling
banyak berada dalam kategori baik
sebanyak 82 orang, di ikuti kategori
kurang sebanyak 8 orang.
2. Sikap Siswa SMA Negeri 18
Makassar tentang penyakit menular
seksual
mayoritas berada dalam
kategori sikap yang baik yaitu
sebanyak 89 responden dan paling
rendah kategori sikap kurang yaitu
sebanyak 1 responden.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil
tersebut diatas, maka peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Responden/Siswa
Diharapkan kepada para siswa
berupaya untuk dapat meningkatkan
pengetahuannya tentang penyakit
menular seksual dengan mengakses
berbagai informasi tentang penyakit
menular seksual di berbagi media
massa seperti internet.
2. Ilmu Penegetahuan
Perlu penekanan informasi kepada
Siswa tentang pentingnya untuk
mengetahui penyakit menular seksual
dan akibat yang ditimbulkan dengan
memberikan penyuluhan
kepada
orang – orang yang beresiko tinggi .
3. Institusi Pengetahuan
Diharapakan agar pihak sekolah
mendukung siswa agar lebih berminat
mengetahui tentang penyakit menular
seksual yakni dengan menambah
buku-buku di perpustakaan yang
membahas penyakit menular seksual
pada khususnya.
4. Peneliti
Perlu penelitian lebih lanjut tentang
penyakit menular seksual dengan
instrument dan pengukuran yang
tepat sehingga dapat diperoleh hasil
yang lebih maksimal.
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Azis. (2010). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan, Ed.2, Jakarta
: Salemba
Ambarwati,R,E dan Rismintari,S,Y. 2010.
Asuhan Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta : Muha Medika
Arikunto,S.2010.Manajemen
Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia teori dan
pengukurannya.
Yogyakarta
:
Pustaka
Pelajar Offset.
Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional.2009.Lomba
Karya
Tulis
Ilmiah
KRR
(Online).(http://www.bkkbn.go.id/p
opus/print.php) diakses 5 april 2015
Daili, dkk. (2011). Infeksi Menular
Seksual.Edisi kedua. Jakarta:FKUI.
Febri,Monika.2009.Perbedaan Pengetahuan
dan Sikap Remaja tentang PMS
sebelum
dan
sesudah
Penyuluhan.(http
://
www.juptinimus-gdl-monikafebri6025-2-babii-pdf-adobe rider) di
akses 10 April 2015
Harianto,A.2009. Dampak Perilaku Seks
Pada
Remaja.(http://virgojo.blogspot.co
m//2009/11/dampak -perilaku-sekspada-remaja.html) di akses 10 April
2015
Hidayat A. A, 2011. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medik
Karwati,dkk.2011.Askeb V( Kebidanan
Komunitas). Jakarta : CV Trans Info
Media
Lestari,Cinta. 2008. Penyakit Menular
Seksual.
(http://cintalestari.wordpress.com/2
008/0906/penyakit-menularseksual/html.) di akses 10 april
2015
Notoatmodjo,S.2010.Promosi
Kesehatan
dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Download