analisa laporan keuangan dan indikator

advertisement
17
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
ANALISA LAPORAN KEUANGAN DAN INDIKATOR
KEBANGKRUTAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN SERTA
KELANGSUNGAN HIDUP PT.CAHAYA SURYA BALI INDAH –
DIVISI HINO TAHUN 2004 – 2013
Felania Anggraeni Yuwono
ABSTRACT
This study aims to determine the performance and viability of PT. Cahaya Surya Bali
Indah - Hino Division from 2004 to 2013. The financial performance of this thesis is measured
using liquidity ratio (AR and CR), the solvency ratio (DR and DER) and the ratio of
profitability (NPM and ROE), while weeks to assess the viability of companies measured using
the Altman Z - Score modification. The data used is quantitative data and qualitative data. The
objects used preformance of this research is PT. Cahaya Surya Bali Indah is located at Jl.
Cokroaminoto No. 470 Denpasar. In this research can result in that the overall financial
condition of the company from 2004 to 2013 in good condition even though at the end of 2013
the company had a loss of Rp 196.581.669. It is due to the slight decline in sales, price
competition is very intense at the end of the year, resulting in demand for units Hino slightly
decreased. If measured by using the method of Altman Z - Score the company in good health
except in 2006 and 2007 the company entered the area - gray.
Keywords: Altman Z - Score, Liquidity, Solvency and Profitability
Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga yang
tujuan utama dalam jangka pendek untuk memaksimalkan keuntungan. Disamping itu ada
tujuan lain yang sifatnya jangka panjang yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam persaingan,
berkembang (growth) serta dapat melaksanakan fungsi sosial lainnya di lingkungan
masyarakat. Ketidakmampuan perusahaan mengantisipasi perkembangan global akan
mengakibatkan pengecilan dalam volume usaha yang pada akhirnya mengakibatkan
kebangkrutan. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan agar tetap dapat bertahan yaitu
dengan menganalisa laporan keuangandengan menggunakan rasio keuangan yang bertujuan
untuk mengetahui perkembangan keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Penelitian
mengenai prediksi kebangkrutan pertama kali dilakukan oleh Beaver (1966) dalam Indahsari
(-) dengan temuan bahwa rasio keuangan terbukti sangat berguna untuk memprediksi
kebangkrutan dan dapat digunakan secara akurat untuk membedakan perusahaan yang akan
jatuh bangkrut dan yang tidak. Salah satu studi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan
adalah metode Z - score model Altman.Model analisis Altman Z - scores ditemukan oleh
Edward I Altman yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan.Model analisis Altman Z - scores dapat memberikan
tingkat keakuratan tinggi dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan melihat
pentingnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan, adanya persaingan yang semakin ketat di
dunia usaha, semakin berkembangnya perusahaan sehingga memanfaatkan dana dari pihak
luarseperti saat ini sangatlah penting bahwa perusahaan juga mengantisipasi kondisi
perusahaan dimasa mendatang. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
18
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
1.
2.
Bagaimana kinerja keuangan PT.Cahaya Surya Bali Indah – Divisi Hino dari tahun 2004
sampai dengan 2013 berdasarkan acid ratio, current ratio, debt to ratio, debt to equity
ratio, net profit margindan return on equity?
Bagaimana kelangsungan hidup PT.Cahaya Surya Bali Indah – Divisi Hino berdasarkan
analisa kebangkrutan Z – score?
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT.Cahaya Surya Bali Indah – Divisi Hino dilihat
dari periode 2004 sampai dengan 2013 berdasarkananalisa rasio.
2. Untuk mengetahui kelangsungan PT.Cahaya Surya Bali Indah – Divisi Hino tahun 2004
sampai dengan 2013 berdasarkan analisa kebangkrutan metode Z – score sehingga dapat
diantisipasi apabila perusahaan berada dalam kategori bangkrut.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi kegunaan teoritis
dan aplikatif.Kegunaan teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian.Kegunaan praktis bermanfaat bagi
berbagai pihak yang memerlukannya untuk memperbaiki kinerja perusahaaan agar lebih baik
dimasa yang akan datang. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai penambah pengetahuan
sekaligus guna mempraktekkan pengetahuan yang telah diperoleh peneliti selama mengikuti
perkuliahan di Pascasarjana Undiknas Denpasar serta memberikan pelatihan dalam proses
belajar mengenai dunia usaha secara praktek serta hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi
bahan masukan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan yang
dianggapperlu, guna meningkatkan perkembangan keuangan perusahaan dimasa yang akan
datang serta memperoleh saran dari peneliti berdasarkan atas hasil analisis yang
dilakukandengan tujuan agar perusahaan dapat beroperasi dengan lebih baik dan perusahaan
dapat memikirkan langkah antisipasi untuk mencegah kemungkinan buruk yang terjadi dimasa
yang akan datang sehingga target jangka panjang perusahaan yaitu going concern dapat
terlaksana di tengah persaingan yang ada.
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut pendapat Gill dan Chatton (2003 : 2) menyatakan “laporan keuangan
merupakan sarana utama membuat laporan informasi keuangan kepada orang-orang dalam
perusahaan (manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat diluar perusahaan (bank,
investor, pemasok dan sebagainya)”.
Pengertian lain juga dijelaskan oleh Harahap (2007 : 105) menyatakan “laporan
keuangan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dan hasil usaha suatu perusahaan
pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.
Tujuan Laporan Keuangan
Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia (2004 : 4) dalam Warga 2006, tujuan
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a.
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
b.
Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar
pemakainya yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa
lalu.
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
19
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
c.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Pengguna Laporan Keuangan
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) paragraf ke 9 (revisi 2009), dinyatakan bahwa pengguna laporan
keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga lainnya dan
masyarakat.Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda. Informasi yang diperlukan oleh pengguna laporan keuangan adalah :
a.
Investor
Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risikoyang
melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan.Mereka membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual
investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
b.
Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.Mereka juga tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,
manfaat pension dan kesempatan kerja.
c.
Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh
tempo.
d.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada
saat jatuh tempo.
e.
Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung
pada perusahaan.
f.
Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas
perusahaan.Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan
statistik lainnya.
g.
Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian
aktivitasnya.
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
20
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
Pengertian Likuiditas
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Harahap (2002 : 301) : “likuiditas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hanafi dan Halim (2003 : 77) : “rasio likuiditas
mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar
perusahaan relatif terhadap utang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban
perusahaan)”.
Pengertian Solvabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2001 : 84) mendefinisikan rasio solvabilitas adalah
“rasio yang mengukur penggunaan pembiayaan dengan utang”.
Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2002 : 83) menyatakan “rasio yang mengukur
sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya”.
Pengertian Profitabilitas
Menurut Sartono (2003 : 122) rasio profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.
Pendapat lain juga dijelaskan oleh Hanafi dan Halim (2002 : 83) menyatakan “rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan
modal saham tertentu”.
Pengertian kesulitan keuangan dan resiko kebangkrutan
Kesulitan keuangan perusahaan terjadi ketika suatu perusahaan tidak dapat
memenuhi jadwal pembayaran atau saat proyeksi keadaan arus kas mengindikasikan
bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada masa yangakandatang. Hal
tersebut dapat menimbulkan resiko kebangkrutan perusahaan.Menurut UU nomor 37 tahun
2004 pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan
debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang - Undang ini. Diperjelas pada
pasal 2 ayat (1) bahwa apabila debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan
pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan
satu atau lebih kreditornya.
Indikator Kebangkrutan
Kebangkrutan merupakan situasi di mana perusahaan tidak mampu lagi memenuhi
kewajiban kepada pihak lain karena perusahaan sudah tidak memiliki dana untuk tetap
menjalankan kegiatan perusahaan, sehingga tujuan ekonomi perusahaan untuk memperoleh
laba tidak tercapai. Kebangkrutan sering didefinisikan sebagai kegagalan. Adapun jenis
kegagalan perusahaan menurut Gunardiansya (2009) dalam Purnajaya dan Merkusiwati (2014)
yaitu :
a. Kegagalan ekonomi (Economic Failure)
Dalam menjalankan usaha tidak menutup kemungkinan bila biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan melebihi dari pendapatan yang diperoleh perusahaan.Kondisi tersebut yang
dapat diartikan sebagai kegagalan ekonomi.
b. Kegagalan keuangan (Financial Distressed)
Perusahaan dikatakan mengalami kegagalan keuangan berarti perusahaan mengalami
kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja.
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
21
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
c. Insolvensi teknis (Technical Insolvency)
Insolvensi teknis lebih mengarah pada kegagalan perusahaan dalam menjalani
teknis/ketentuan kewajiban yang berlaku. Perusahaan dianggap gagal jika perusahaan tidak
dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo,walaupun total aktiva melebihi total
utang.
d. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Kebangkrutan juga dapat diartikan sebagai kondisi dimana nilai sekarang dari arus
kas yang diharapkan lebih rendah dari liabilitas yang dimiliki.
e. Legal Bankruptcy
Perusahaan dinyatakan bangkrut secara hukum, hanya jika diajukan secara resmi
dengan Undang - Undang.
Altman Models (Z - Skor Model) Sebagai Alat Bantu Indikasi Kemungkinan
Kebangkrutan
Model Altman Z-Score merupakan salah satu model diskriminan yang berasal dari
Amerika dan sering dipakai untuk memprediksi kondisi kebangkrutan perusahaan. Menurut
Altman dan McGough (1974), tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model
prediksi Altman Z - Score mencapai tingkat keakuratan 82% dan model Altman Z - Score
terbukti mempunyai keakuratan yang tinggi dalam memprediksi kondisi kebangkrutan
perusahaan.
Pada tahun 1998 Altman menemukan model yang dapat digunakan untuk
megidentifikasi prediksi kebangkrutan perusahaan. Model Altman yang pertama yaitu Z =
1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5 dimana X1 = modal kerja / total aktiva, X2 = laba
ditahan / total asset, X3= EBIT / total asset, X4 = nilai pasar ekuitas / nilai buku total utang, X5
= penjualan / total asset dengan klasifikasi Z - scores jika nilai Z < 1,8 maka termasuk
perusahaan yang bangkrut, nilai 1,8 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalamikebangkrutan) dan jika nilai Z > 2,99
maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut atau sehat. Model altman yang pertama hanya
dapat digunakan untuk memprediksi perusahaan manufaktur yang go public saja. Karena
dianggap masih memiliki keterbatasan dalam model altman yang pertama selanjutnya Altman
melakukan penyesuaian dengan mengubah model altman yang pertama menjadi model Altman
revisi. Model Altman revisi memiliki persamaan Z’= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,108X3 + 0,42X4
+ 0,988X5 dengan klasifikasi Z-Scores jika nilai Z’ < 1,23 maka termasuk perusahaan yang
bangkrut, nilai 1,23 < Z’ < 2,9 maka termasuk grey area atau dinyatakan kritis (tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupuan mengalami kebangkrutan) dan jika nilai Z’ > 2,9
maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut atau perusahaan dalam keadaan sehat.
Perbedaan antara model Altman pertama dengan model Altman revisi ini terdapat pada variabel
X4 pada persamaan Z – scores. Altman mengubah pembilang market value of equity pada X4
menjadi book value of equity karena perusahaan privat tidak memiliki harga pasar untuk
ekuitasnya selain variabel X4 letak perbedaaan Altman pertama dengan revisi terletak pada
nilai klasifikasi Z – scores.
Tidak berhenti pada model Altman revisi, Altman melakukan modifikasi dan
menyempurnakan kembali model Altman Z – scores agar dapat digunakan oleh semua jenis
perusahaan seperti perusahaan manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi
baik perusahaan privat maupun perusahaan go public. Pada model Altman yang dimodifikasi,
Altman menghilangkan variabel X5 (penjualan / total aset) karena rasio ini sangat bervariatif
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
22
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
pada industri dengan ukuran asset yang berbeda – beda. Altman model yang telah dimodifikasi
yaitu : Ζ” = 6,56 Χ1+ 3,26 Χ2+ 6,72 Χ3 + 1,05 Χ4
Dengan keterangan sebagai berikut:
Ζ = Zeta (Z – scores atau total skor)
Χ1 = Modal kerja / Total aktiva
Rasio ini mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio ini meliputi likuiditas serta ukuran perusahaan, dimana suatu
perusahan yang mengalami kerugian operasional akan terus menerus mendapatkanbahwa
modal kerjanya menyusut secara cepat terhadap total aktivanya. Modal kerja yang digunakan
dalam penelitian ini adalah modal kerja fungsional. Modal kerja fungsional adalah dana yang
digunakan dalam menghasilkan pendapatan saat ini (current income) yang terdiri dari kas,
persediaan, piutang sebesar harga pokok penjualan dan penyusutannya.
Modal kerja fungsional diukur dengan rumus kas + persediaan + (75% x piutang) +
penyusutan aktiva tetap. Dari aktiva tetap tersebut yang menjadi bagian dari modal kerja tahun
berjalan adalah penyusutan aktiva tersebut. Untuk tahun berjalan sebagian aktiva lancar yang
bukan merupakan modal kerja misalnya dalam piutang dagang yang timbul dari penjualan
secara kredit. Dalam piutang tersebut, terdiri dari dua unsur yaitu harga pokok yang dijual dan
laba yang didapat dari penjualan barang tersebut. Harga pokok dari barang yang dijual
merupakan unsur modal kerja sedangkan keuntungan yang didapat bukanlah merupakan unsur
modal kerja tetapi merupakan modal kerja potensial, Munawir (2007 : 114 - 116).
Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun
lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun. Dengan demikian semakin kecil
rasio ini, menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan yang semakin memburuk. Berdasarkan
hal tersebut, Altman modifikasi memberikan bobot rasio ini sebesar 6,56.
X2= Laba ditahan / Total aktiva
Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan
berpengaruh terhadap rasio ini karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan
untuk memperbesar akumulasi laba ditahan. Perusahaan yang relatif baru, biasanya belum
dapat mengumpulkan laba, sehingga laba ditahan terhadap total aktivanya menghasilkan rasio
yang relatif kecil, kecuali yang labanya sangat besar pada awal berdirinya. Bobot yang
diberikan untuk rasio ini adalah 3,26.
Χ3 = EBIT / Total aktiva
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari aktiva yang
digunakan perusahaan.Rasio ini berfungsi sebagai alat pengaman jika perusahaan mengalami
kegagalan keuangan, oleh karena itu rasio ini dianggap paling berkontribusi dalam menilai
kelangsungan hidup perusahaan. Altman memberikan bobot yang paling besar yaitu 6,72.
X4 = Total ekuitas / Total utang
Rasio ini dipakai untuk menilai solvabilitas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjang atau mengukur kemampuan permodalan perusahaan
dalam menanggung seluruh beban utangnya. Nilai perusahaan dapat menurun sebelum
perusahaan mengalami insolvency (kegagalan usaha). Bobot yang diberikan untuk rasio ini
adalah 1,05.
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
23
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
Dengan ketentuan atau standar kebangkrutan adalah sebagai berikut:
Z < 1,1Bancrupt
1,1 ≤ Z ≤ 2,6 Grey Area
Z > 2,6Non- Bancrupt
a. Apabila total skor (z – score) lebih kecil daripada 1,1 resiko perusahaan untuk kebangkrutan
(bankrupt) sangat tinggi.
b. Bila total skor (z – score) perusahaan berada diantara 1,1 sampai dengan 2,6 perusahaan
berada dalam wilayah abu-abu (grey area).
c. Apabila total skor (z – score) perusahaan lebih besar daripada 2,6 berarti kemungkinan
perusahaan untuk bangkrut sangat rendah.
Peneliti terdahulu
Sesuai dengan konsep yang telah disebutkan diatas, berikut ini disajikan beberapa
penelitian terdahulu yang dirangkum dalam sebuah tabel yang menunjukan nama peneliti,
tahun penelitian, judul, alat analisis dan hasil penelitian :
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
24
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
Nama
Peneliti
Indahsari
(-)
Kassim
(2014)
Nafisatin,
dkk(2014)
Warga
(2006)
Judul
Alat Analisis
Hasil
Prediksi Kebangkrutan
Analisa Rasio
Perusahaan Yang Berorientasi Keuangan
Ekspor Pada Masa Krisis
dan Altman
Z-score
Dari hasil analisis dengan
menggunakan kedua model
diketahui bahwa analisis
rasio keuangan ternyata
sejalan dengan prediksi
kebangkrutan Altman
Effect of Financial Distress in
Stock Return to
Manufacturing Company
Listed In Indonesia Stock
Exchange Period 2009 –
2011, Differences among The
Audited By Big 4 and Non
Big 4
Implementasi Penggunaan
Metode Altman (Z-Score)
Untuk Menganalisis Estimasi
Kebangkrutan (Studi pada PT
Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013)
Model Altman Z-Score tidak
berpengaruh signifikan
terhadap return saham
Analisa Laporan Keuangan
dan
Indikator Kebangkrutan
Untuk Menilai Kinerja
Keuangan Serta
Kelangsungan Pada PT
Mayora
Indah Tbk beserta Anak
Perusahaan (Periode 20012005)
Analisis
Regresi dan
Model Zscore
modifikasi
Analisa Rasio
Keuangan
dan Model
Altman
Pertama
1.Secara keseluruhan
perusahaan yang listing jika
diuji kinerja keuangannya
dengan model analisis
Altman berada dalam kondisi
aman.
2.Perusahaan delisting yang
menjadi obyek penelitian
secara umum menunjukkan
nilai Z yang negatif dan
kurang dari 1,88 sehingga
bisa dikatakan selalu dalam
kondisi berpotensi bangkrut.
Analisa Rasio Rasio likuiditas, rasio
Keuangan
manajemen utang, rasio
dan Model
manajemen aktiva PT
Altman
Mayora tahun 2001 – 2005
Revisi
dalam keadaan baik
sedangkan rasio profitabilitas
PT Mayora Tbk dalam
keadaaan menurun.
Metode Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Cahaya Surya Bali Indah – Divisi Hino yang
beralamat di Jl. Cokroaminoto no. 470 Denpasar. PT. Cahaya Surya Bali Indah merupakan
perusahaan pemegang tunggal merek Hino di Bali yang bergerak di bidang penjualan unit Hino
truck dan bus, service seluruh jenis kendaraan niaga, penjualan seluruh jenis spare part
kendaraan niaga seperti mitzubishi, dyna, isuzu, Hyundai. Jenis dan metode yang digunakan
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
25
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
peneliti dalam menyelesaikan tesis ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif
komparatif dan menggunakan metode penelitian studi kasus.
a. Penelitian deskriptif komparatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan data, dimana data yang telah dikumpulkan kemudian disajikan kembali
dengan disertai analisis sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas. Tujuan dari
penelitian deskriptif komparatif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki kemudian membuat perbandingan dan evaluasi.
b. Metode penelitian studi kasus adalah metode penelitian yang menjelaskan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi pada objek.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data
yang diperoleh peneliti bukan dari hasil pengumpulan dan pengolahan sendiri melainkan
dilakukan oleh orang lain atau lembaga tertentu seperti laporan keuangan PT. Cahaya Surya
Bali Indah – Divisi Hino. Data yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Data kuantitatif yaitu data yang dapat dihitung dan dinyatakan dalam bentuk angka seperti
laporan keuangan dan perhitungan rasio keuangan.
b. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk keterangan atau uraian seperti gambaran umum
perusahaan dan langkah yang akan diterapkan perusahaan guna meningkatkan omzet serta
dapat bersaing dengan para kompetitor.
Kinerja Keuangan PT. Cahaya Surya Bali Indah Divisi Hino Pada Tahun 2004, 2005,
2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013 berdasarkan Analisa Rasio Keuangan
Secara keseluruhan analisa rasio keuangan perusahaan dapat dikatakan baik walaupun
dari tahun 2004 sampai dengan 2013 tren nya bersifat fluktuatif. Hal tersebut dapat disebabkan
karena faktor eksternal perusahaan seperti selera customer atau loyalitas customer terhadap
kendaraan muatan berat berubah, persaingan antara satu merek dengan merek lain juga semakin
ketat serta adanya kebijakan baru dari pemerintah. Analisa rasio keuangan diperlukan bagi
perusahaan untuk mengetahui kondisi serta kinerja perusahaan dan kemudian meningkatkan
operasi perusahaan. Suatu perusahaan dapat bertahan ditengah persaingan apabila kondisi
internal perusahaan kuat yang didukung dengan mampunya perusahaan dalam melunasi
kewajibannya baik jangka pendek (rasio likuiditas) dan jangka panjang (rasio solvabilitas) serta
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (rasio rentabilitas). Dikarenakan mengingat
pentingnya mengetahui kondisi internal perusahaan, laporan keuangan menjadi hal yang
penting untuk dianalisis secara kesuluruhan.
Z - SCORE
8.00
6.00
4.00
2.00
-
Zscre
Perhitungan Altman Z – Score PT. Cahaya Surya Bali Indah – Divisi Hino Pada Tahun 2004, 2005, 2006,
2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
26
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
Pembahasan Analisa Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa besarnya prediksi financial distress ini
dipengaruhi oleh besar kecilnya rasio keuangan perusahaan dan skala Z - Score Altman. Jika
semua nilai rasio keuangan bernilai positif maka perusahaan diprediksi dalam kondisi sehat.
Hal ini sesuai dengan teori Plat dan Plat dalam Fahmi (2012 : 158) bahwa financial distress
sebagai tahap penurunan kondisi keuangan atau cenderung mengalami defisit.
Apabila ditinjau dari tingginya tingkat profitabilitas sangat mempengaruhi kondisi
perusahaan karena profit merupakan modal utama bagi perusahaan untuk melebarkaan sayap
usaha. Dalam beberapa tahun kedepan Indonesia akan fokus mengembangkan infrastruktur
berupa jalan, pelabuhan, pembangkit listrik, dan bandara di setiap daerah. Dalam
pengembangan proyek pemerintah tersebut ditunjang dengan penggunaan alat berat atau
kendaraan niaga agar proyek tersebut berjalan dengan lancar. Hal tersebut mengakibatkan
setiap perusahaan yang menjual merek kendaraan niaga akan berlomba – lomba memenangkan
tender dari pemerintahan. Persaingan antar perusahaan ditandai dengan banyaknya customer
yang memilih merek tersebut atau tingginya market share merek tertentu dan dari segi internal
perusahaan ditunjukkan dengan tingginya profit yang dihasilkan dalam periode tertentu.
Dengan tingginya profit tersebut dapat digunakan untuk melakukan penambahan aset,
membiayai beban operasi dan membagikan keuntungan pada pemegang saham. Jika profit
menurun atau bahkan sampai merugi maka akan mengganggu keuangan perusahaan karena
dengan profit menurun atau rugi, perusahaan akan menggunakan aktiva lain untuk menjaga
operasi perusahaan agar dapat terus berjalan. Rendahnya profitabilitas dapat menjadikan
perusahaan mengalami gejala pertama kebangkrutan yaitu financial distress karena akan
berdampak langsung terhadap penurunan aktiva lancar perusahaan, terhambatnya pelunasan
kewajiban dan penurunan aset lainnya untuk dijadikan modal operasional. Selain itu, faktor
ekonomi global mempunyai pengaruh sangat tinggi terhadap operasi perusahaan untuk
mendapatkan profit, tentu saja hal ini menjadi pengamatan dan pertimbangan bagi para investor
dan umum untuk berinvestasi pada perusahaan jasa transportasi dengan melihat rasio keuangan
perusahaan dan memilih perusahaan jasa transportasi yang memiliki perputaran profit yang
lebih tinggi dan keuangan yang stabil. Sehingga semakin tinggi rasio profitabiltas suatu
perusahaan akan berpengaruh terhadap tingginya nilai Z – Score. Hal ini dilihat dengan
tingginya nilai X3 tahun 2008 dan nilai paling rendah di tahun 2013.
Sama halnya dengan rasio solvabilitas, ekuitas yang kecil juga mempengaruhi variabel
X4 pada Altman Z - Score. Hal ini terbukti pada tahun 2004 memiliki nilai z paling kecil
daripada tahun berikutnya. Hal ini sesuai dengan teori Fahmi (2012 : 105) bahwa penyebab
terjadinya financial distress dikarenakan kondisi yang menunjukkan ekuitas yang menurun di
neraca perusahaan. Apabila suatu perusahaan pembiayaannya lebih banyak menggunakan
utang, hal ini beresiko akan terjadi kesulitan pembayaran di masa yang akan datang akibat
utang lebih besar dari aset yang dimiliki. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi dengan baik,
potensi terjadinya financial distress pun semakin besar. Kebangkrutan biasanya diawali
dengan terjadinya gagal bayar, hal ini disebabkan semakin besar jumlah utang, semakin tinggi
kemungkinan financial distress. Kondisi perusahaan yang baik dapat dilihat pada tahun 2009
karena terjadi penurunan total utang dan meningkatnya total ekuitas. Dalam penelitian ini
mendukung teori Kamaludin (2011 : 345) yang menyatakan bahwa penggunaan leverage ratio
yang tinggi akan menyebakan terjadi financial distress ketika perusahaan gagal membayar
bunga serta pokok pinjaman sehingga terjadi penurunan nilai zeta.
Simpulan
1. Kinerja keuangan berdasarkan atas rasio likuiditas perusahaan dari tahun 2004 sampai
dengan 2013 tergolong baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya seperti
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
27
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
2.
3.
4.
membayar utang kepada suplier dan biaya gaji. Namun yang perlu diperhatikan untuk
rasio likuiditas ini adalah persediaan hino yang melebihi batas atau over stock di tahun
2012 dan 2013.
Kinerja keuangan berdsarkan atas rasio solvabilitas perusahaan dari tahun 2004 sampai
dengan 2013 dapat dikatakan baik karena utang yang dimiliki oleh PT. CSBI dapat dijamin
oleh total aktiva dan total ekuitas yang dimiliki.
Kinerja keuangan berdasarkan atas rasio profitabilitas perusahaan dari tahun 2004 sampai
dengan 2013 cenderung mengalami penurunan kecuali pada tahun 2011 yang meningkat
namun ditahun berikutnya mengalami penurunan lagi.
Pada tahun 2006 dan 2007 perusahaan masuk ke dalam daerah abu – dimana perusahaan
harus berbenah dalam artian perusahaan harus memperbaiki kualitas manajemen.
Perbaikan kualitas manajemen mulai terlihat ditahun selanjutnya bahwa perusahaan tidak
lagi masuk di daerah abu – abu walaupun nilainya fluktuatif dari tahun ke tahun.
Saran
Dilihat dari posisi perusahaan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 beradadalam
kondisi baik, perusahaan masih harus meningkatkan kinerjanya agar posisi perusahaan dapat
berada dalam kondisi aman untuk tahun berikutnya. Langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1. Melakukan manajemen aset dengan baik, seperti manajemen kas, persediaan agar tidak
over stock dan piutang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi sekaligus dapat
mengendalikan resiko yang ada serta meningkatkan kualitas pelayanan agar lebih baik lagi
kepada customer.
2. Melakukan survei yang berkaitan dengan kelemahan merek Hino dan keunggulan merek
lain.
3. Mengikuti perkembangan teknologi yang terkait dengan peningkatan layanan dan
kebutuhan customer serta pemanfaatan teknologi yang berhubungan dengan kinerja
pegawai agar lebih baik lagi.
4. Melakukan efisiensi dengan melakukan penekanan biaya yang tidak terlalu penting untuk
dikeluarkan.
5. Mendongkrak penjualan dengan sering mengadakan gatheringatau memberikan
penghargaan kepada customer setia Hino agar menciptakan loyalitas pelanggan kepada
merek Hino.
6. Perusahaan harus mampu menjamin tingkat kesejahteraan para karyawan dan memberikan
apresiasi atas hasil kinerja karyawan sehingga menimbulkan semangat kebersamaan
membawa PT. Cahaya Surya Bali Indah kedepan lebih baik lagi dan akan menciptakan
loyalitas terhadap perusahaan.
7. Melakukan kerja sama yang baik dengan suplier, bank, finance dan karoseri agar
terciptanya rantai bisnis yang berkesinambungan.
Implikasi Penelitian
Hasil dari penelitian ini mempunyai implikasi praktis bagi perusahaan yang bergerak di
bidang otomotif ini. Manfaat analisis ini adalah dapat membedakan saat perusahaan mengalami
kondisi financial distress, grey area dan sehat. Apabila perusahaan termasuk dalam kategori
financial distress harus segera meningkatkan kinerja keuangan serta mengevaluasi dan
memperbaiki struktur keuangannya. Namun apabila perusahaan berada dalam kondisi grey
area, maka perusahaan harus berhati - hati dalam mengambil setiap kebijakan keungan. Karena
apabila perusahaan sampai melakukan sedikit kesalahan hal tersebut bisa membuat perusahaan
jatuh ke dalam kondisi financial distress. Selain itu perusahaan juga harus dapat meningkatkan
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
28
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
kinerja keuangan, misalnya dengan meningkatkan penjualan sehingga labanya juga meningkat
walaupun perusahaan berada dalam kondisi sehat.
Selain itu, melalui analisis Perhitungan Z - score perusahaan dapat melihat komponen
mana saja dari laporan keuangan yang perlu dievaluasi dan ditingkatkan untuk membuat
perusahaan semakin sehat dan dapat menjadi indikator agar tidak sampai perusahaan
mengalami kebangkrutan. Analisa penelitian ini juga dapat membantu investor untuk
melakukan investasi pada suatu perusahaan. Investor harus mengetahui bagaimana kondisi
perusahaan sebelumnya, berada pada kondisi sehat atau tidak. Dalam penelitian ini juga
memiliki implikasi teoritis yaitu mampu menjadi pedoman bagi peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti kondisi suatu perusahaan dengan menggunakan analisi Z - score model Altman. Selain
itu, penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan menggunakan perbandingan dengan
analisis rasio yang lain. Sehingga informasi yang didapatkan dapat lebih tajam dan akurat.
Daftar Pustaka
Adnan dan Arisudhana. (2012). Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-score dan Springate
pada Perusahaan Industri Property. Jurnal Ilmiah p96 – 110.
Altman, Edward I.(1968). Financial Ratios, Discriminant Analysis, and the Prediction of
Corporate Bankruptcy.The Journal of Finance23 (4),p589-609.
Altman,Edward I. (2000). Predicting Financial Distress of Company : Revisting The Z-Score
and Zeta ® Model.
Brigham dan Huston.(2001). Manajemen Keuangan, Erlangga, Jakarta.
Chowduhy dan Barua. (2009). Rationalities of Z-Category Shares in Dhika Stock
Exchange:Are They in Financial Distress Risk.BRAC University Journal, vol. V1, no. 1,
2009, pp. 45-58.
Fahmi, Irham, (2012), Analisis Laporan Keuangan, CV Alfabeta, Bandung.
Ferdousi.(2012). Determinants of Leverage Conservatism Due to Financial Distress.
International Journal of Advanced Research in Management and Social Sciences Vol. 1,
No. 6 p51 – 60.
Gill dan Chatton, (2004).Memahami Laporan Keuangan, Penerbit : PPM, Jakarta.
Hanafi dan Halim.(2003). Analisis Laporan Keuangan,UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Harapan.(2002). Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hartoyo. (-). Prediksi Financial Distress Menggunakan Analisis Diskriminan Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011.
Jurnal Ilmiah p1 – 9.
Indahsari. (-). Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Yang Berorientasi Ekspor Pada Masa
Krisis. Jurnal Ilmiah p1 – 21.
Jumingan.(2006). Analisa Laporan Keuangan, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Kasim. (2014). Effect of Financial Distress in Stock Return to Manufacturing Company Listed
In Indonesia Stock Exchange Period 2009 – 2011, Differences among The Audited By
Big 4 and Non Big 4. 5TH International Conference on Business and Economic Research
(5Th ICBER 2014) ProceedingISBN: 978-967-5705-13-7.
Kamaludin dan pribadi.(2011). Prediksi Financial Distress Kasus Industri Manufaktur
Pendekatan Model Regresi Logistik.Jurnal Ilmiah STIE MDPJurnal Ilmiah STIE MDP
Vol. 1 No. 1 September 2011 p11-24.
Khaliq, dkk. (2014). Identifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s
Government Linked Companies (GLC). International Journal of Economics Finance and
Management, Vol. 3, NO.3, ISSN 2307-2466p141 – 150.
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
29
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 12 Nomor 1 Pebruari 2015
Lo. (2012). Identifikasi Karakteristik Keuangan Bank Berdasarkan Kebangkrutan, Ukuran
Aset dan Jenis Kepemilikan dengan Menggunakan Manova.Jurnal Ekonomi dan Bisnis
p95-107.
Mas’ud dan Srengga.(2012). Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial
Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Jurnal
Akuntansi p139 – 154.
Munawir.(2002). Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Nafisatin, dkk. (2014). Implementasi Penggunaan Metode Altman (Z-Score) Untuk
Menganalisis Estimasi Kebangkrutan (Studi pada PT Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) pVol. 10 No. 1 Mei 2014 p1 – 8.
Ohlson. (1968). Financial Ratios and the Probabilistic Predictionof Bankruptcy. Journal of
Accounting Research Vol. 18 Nd. 1 p109 – 131.
Pasaribu.(2008). Penggunaan Binary Logit Untuk Prediksi Financial Distress Perusahaan
Yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Akuntansi Ventura
Vol 11, No 2 ISSN: 1410 – 6418 p153-172.
Platt, H.And M. B. Platt.(2006). Comparing Financial Distress and Banckrupcy.Working
Paper.
Purnajaya dan Merkusiwati.(2014). Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan
Metode Z-Score Altman, Springate dan Zmijewski Pada Industri yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.1 p48-63.
Rahayu (2010).Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance
Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta, Program Sarjana Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Rhomadhona (-). Analisa Perbandingan Kebangkrutan Modeel Altman, Modeel Springate dan
Model Zmijewski pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Grup Bakrie yang Terdaftar
di BEI periode 2010 – 2012. Jurnal Ilmiah p1 – 24.
Sawir.(2003). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Soon, dkk.(2013). A Study of Financial Distress Companies Listed in the Malaysian Stock
Exchange using Financial Liquidity Ratios and Altman's Model.European Journal of
Scientific Research ISSN 1450-216X / 1450-202X Vol. 114 No 4 pp.513-525.
Syaifudin. (2013). Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model
Altman dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas pada Perusahaan
Industri Keuangan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012.
Jurnal Ilmiah p1-25.
Tangkilisan. 2003.Memahami Kinerja Keuangan Perusahaan, Balairung & Co, Yogyakarta.
Ulfa.(2013). Analisis Penggunaan Altman Z-Score Untuk Mengetahui Potensi Kebangkrutan
PT.Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Jurnal Akuntansi p1-23.
Warga. 2006. Analisa Laporan Keuangan dan Indikator Kebangkrutan untuk Menilai Kinerja
Keuangan serta Kelangsungan pada PT.Mayora Indah Tbk Beserta Anak Perusahaan
(2001 – 2005). Program Sarjana Ekonomi, Bina Nusantara, Jakarta.
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Download