packaging - "YPTK" Padang - Universitas Putra Indonesia "YPTK

advertisement
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 96- 104
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
PERANCANGAN PROMOSI BILIH 7 MUARO MELALUI
MEDIA KEMASAN (PACKAGING) SEBAGAI MAKANAN
KHAS SUMATERA BARAT
Robby Usman
Universitas Putra Indonesia YPTK Padang
E-mail: [email protected]
Abstrak
Seiring dengan perkembangan zaman , kemasan tidak lagi berfungsi sebagai wadah untuk
melindungi produk tetapi ini digunakan dalam bidang pemasaran dan promosi. Perancangan
promosi bilih bilih 7 muaro melalui media kemasan (packaging) sabagai makanan khas
Sumatera Barat ini bertujuan antara lain : (1) Dengan adanya perancangan packaging masyarakat
lebih mengenal ikan bilih sebagai makanan khas Sumatera Barat. (2) dengan adanya packaging
baru yang menarik dan komunikatif dapat meningkatkan minat konsumen untuk membeli Bilih 7
Muaro. (3) untuk memudahkan distribusi dan dapat di jadikan sebagai media promosi yang lebih
menarik.
Analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, threat) karena
analisis ini dapat mengatasi masalah yang timbul dalam proses perancangan. Perancangan ini
telah melalui proses desain.
Hasil perancangan ini berupa packaging aluminium plastic yang berbentuk standing up pots
untuk produk 100 gram. Untuk kemasan 250 gram berupa kemasan dengan bentuk geometri segi.
Selain itu juga dirancang media pendukung berupa banner, brosur, shoping bag, sticker, poster,
gantungan kunci, dus dan display.
Kata Kunci : Perancangan, Packaging, Makanan Khas, Media, Promosi
1.
PENDAHULUAN
Sumatera Barat merupakan surga para pecinta kuliner. Bermacam-macam makanan
khas/traditional ditawarkan di daerah ini. Mulai dari Rendang, Keripik Balado, Wajik, Dakakdakak, Galamai, Ikan Bilih dan lain sebagainya. Beberapa dari makanan ini sudah mampu
bersaing di kancah International seperti, Rendang dan Kripik Balado. Lalu bagaimana nasib dari
makanan yang belum familiar di kalangan masyarakat? Padahal makanan ini juga memiliki
potensi yang sama dengan makanan yang sudah familiar. Salah satu makanan yang belum
familiar itu adalah Ikan Bilih.
Berdasarkan observasi dan wawancara pada salah satu pemilik home industri Bilih 7 Muaro
yang memproduksi Ikan Bilih, Bilih 7 Muaro menyatakan bahwa masih ada beberapa
permasalahan yang di hadapinya dalam menarik minat konsumen terhadap Ikan Bilih. Padahal
home industri Bilih 7 muaro telah melakukan upaya-upaya terkait seperti, melakukan promosi
dan inovasi rasa, tetapi hal ini masih belum mampu mengatasi masalah tersebut.
Langkah awal yang dilakukan penulis adalah mengidentifikasi masalah tersebut (1) Minat
masyarakat masih kurang dalam membeli Ikan Bilih 7 Muaro salah satu masalahnya adalah
media promosi belum berfungsi sebagaimanan mestinya. (2) Promosi yang dilakukan belum
informatif sehingga pesan yang disampaikan kepada konsumen belum tersampaikan dengan
baik. (3) Pemahaman pengusaha akan pentingnya media promosi sangat rendah. (4) Kemasan
belum di optimalkan sebagai salah satu media promosi. (5) Media promosi yang sudah ada
belum maksimal sebagai media informasi tentang keunggulan Bilih 7 Muaro.
Penulis ingin merumuskan masalah, yaitu: Bagaimana bentuk media promosi yang dapat
menarik minat konsumen terhadap Ikan Bilih 7 Muaro? Dan bagaimana merancang media
promosi yang dapat memunculkan identitas produk dan informasi terkait pada produk Bilih 7
96
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 96- 104
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
Muaro? Tujuan berkarya bagi penulis adalah : (1) Pembuatan media promosi yang mempunyai
identitas visual serta informasi tentang Ikan Bilih 7 Muaro. (2) Merancang media promosi yang
sesuai dengan target pasar dan target audience yang tepat sehingga media promosi menjadi
media yang efektif untuk sebuah media promosi. (3) Merancang media pendukung yang benarbenar dapat mendukung promosi Bilih 7 Muaro.
2.
LANDASAN TEORI
Secara keseluruhan desain komunikasi visual di definisikan sebagai suatu disiplin ilmu
yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai
media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen
grafis berupa bentuk, dan gambar, tataan huruf serta komposisi warna dan layout.
a). Pengertian Desain
Desain merupakan perencanaan dalam pembuatan sebuah objek, sistem, komponen atau
struktur. Kemudian, kata “desain” dapat digunakan sebagai kata benda maupun kata kerja.
Dalam artian yang lebih luas, desain merupakan seni terapan dan rekayasa yang berintegrasi
dengan teknologi. Desain dikenakan pada bentuk sebuah rencana, dalam hal ini dapat berupa
proposal, gambar, model, maupun deskripsi. Jadi dapat dikatakan, desain merupakan sebuah
konsep tentang sesuatu. Desain lahir dari penerjemahan kepentingan, keperluan, data maupun
jawaban atas sebuah masalah dengan metode-metode yang dianggap komprehensif, baik itu
riset, brainstorming, pemikiran maupun memodifikasi desain yang sudah ada sebelumnya.
b). Komunikasi
Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi (Vardiansyah, 2004 : 3), kata “komunikasi”
berasal dari bahasa Latin, communis, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya
communis adalah communico, yang artinya berbagi (Stuart, 1983).
Komunikasi yang berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator (penyampai
pesan) kepada komunikan (penerima pesan) melalui suatu media dengan maksud tertentu.
Komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa Latin
“communis” yang berarti “sama” (dalam bahasa Inggris: common). Komunikasi kemudian
dianggap sebagai proses menciptakan sesuatu kesamaan (commonness) atau sesuatu kesatuan
pemikiran antara pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan). Komunikasi hal
terpenting dari salah satu kata yang ada dalam desain komunikasi visual.
Menurut Kusrianto (2007:4) manjelaskan macam-macam komunikasi:
1. Komunikasi verbal atau lisan Pada jenis komunikasi ini dipergunakan pengucapan maupun
bunyi-bunyi serta telinga (pendengar).
2. Komunikasi non verbal yang merujuk kepada tulisan contoh surat, majalah, koran dan
sebagainya.
3. Komunikasi tactual mempergunakan kulit sebagai sensasi rabaan sebagai contoh, huruf
braile bagi kaum tuna netra, brosur atau sampel yang memberikan contoh tekstur kertas,
serta tekstil maupun keramik.
4. Komunikasi olfactoral atau gustatory komunikasi jenis ini mempergunakan hidung sebagai
penciuman.
5. Komunikasi pengecap (taste from tongue) komunikasi jenis ini mempergunakan lidah
sebagai pengenal rasa.
6. Komunikasi visual (visual communication) komunikasi ini mempergunakan alat
penglihatan.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwasanya sebuah komunikasi
memiliki peranan yang sangat penting. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dapat
menyampaikan suatu pesan dari komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima
pesan) melalui suatu media dalam hal ini berupa Poster.
97
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 96- 104
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
c). Desain Komunikasi Visual
Jadi Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berhubungan dengan konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai
macam media untuk menyampaikan sebuah pesan secara visual dengan menggunakan elemenelemen grafis dan bahasa yang dapat diterima oleh sipenerima pesan tersebut.
Dari uraian diatas, poin-poinya sebagai berikut:
a) Konsep Komunikasi
b) Melalui ungkapan kreatif
c) Melalui berbagai media
d) Menyampaikan pesan atau gagasan secara visual dari seseorang atau suatu kelompok
kepada kelompok yang lain.
e) Menggunakan elemen-elemen grafis berupa bentuk dan gambar, susunan huruf, warna,
serta tata letak, dan perwajahan.
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari dapat menyangkut banyak hal. diantaranya:
a) Bahasa, misalnya komunikasi yang dilakukan dengan bahasa Ingris, Bahasa Mandarin,
Bahasa Indonesia, dan Bahasa lainya.
b) Verbal, atau secara lisan, yaitu komunikasi yang dilakukan dengan cara berbicara kepada
satu sama lain.
c) Diskusi, bisa menjadi salah satu cara mengkomunikasikan pikiran kedua belah pihak.
d) Media Massa. Komunikasi juga merupakan sesuatu yang sering dihubungkan dengan media
massa (media yang disampaikan kepada orang banyak), seperti Koran, majalah, radio dan
TV sebagai sarana komunikasi massa. Bahkan akhir-akhir ini, teknologi komputer disebut
juga “teknologi komunikasi dan informasi”, misalnya lewat sarana internet, telepon seluler,
satelit komunikasi.
e) Kode/morse/semaphore dan lain-lai. Pada masa lalu, komunikasi sering menggunakan kode,
morse, semaphore, tanda jejak, dan tanda lalu lintas.
f) Body Language, melalui bahasa tubuh, seseorang dapat mengkomunikasikan maksudnya,
termasuk melalui senyuman, kedipan mata, lambaian tangan, anggukan kepala, serta
interaksi non verbal lainya.
g) Tulisan. Tidak ketinggalan alat komunikasi yang saat ini sangat dominan adalah tulisan. Ada
berbagai macam tulisan, mulai dari bentuk surat hingga graffiti di tembok atau di jalanan.
1. Prinsip Dasar Desain
Prinsip dasar desain merupakan pengorganisasian unsur unsur dasar desain dengan
memperhatikan prinsip – prinsip dalam menciptakan dan mengaplikasikan kreativitas. Jefkins
(1997:245) mengelompokan prinsip – prinsip desain menjadi: “ Kesatuan, keberagaman,
keseimbangan, ritme keserasian, proporsi, skala, dan penekanan”.
Adapun prinsip – prinsip dasar desain dan definisinya yaitu:
1. Kesatuan (unity)
Kesatuan merupakan sebuah upaya untuk menggabungkan unsur – unsur desain
menjadi suatu bentuk yang proporsional dan menyatu satu sama lain ke dalam sebuah
media. Kesatuan desain merupakan hal yang penting dalam sebua desain, tanpa ada
kesatuan unsur – unsur desain akan terpecah berdiri sendiri – sendiri tidak memiliki
keseimbangan dan keharmonisan yang utuh.
2. Keberagaman (variety)
Keberagaman dalam desain bertujuan untuk menghindari suatu desain yang menoton.
Untuk itu diperlukan sebuah perubahan dan pengkontrasan yang sesuai. Adanya
perbedaan besar kecil, tebal tipis pada huruf, pemanfaatan pada gambar, perbedaan
warna yang serasi, dan keragaman unsur – unsur lain yang serasi akan menimbulkan
variasi yang harmonis.
3. Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah bagaimana cara mengatur unsur – unsur yang ada menjadi
sebuah komposisi yang tidak berat sebelah. Keseimbangan dapat tercapai dari dua
98
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 96- 104
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
4.
5.
6.
7.
8.
ISSN : 1412-5854
bagian, yaitu secara simetris yang terkesan resmi/formal yang tercipta dari sebuah
paduan bentuk dan ukuran tata letak yang sama, sedangkan keseimbangan asimetris
memberi kesan informal,tapi dapat terlihat lebih dinamis yang terbentuk dari paduan
garis, bentuk, ukuran, maupun tata letak yang tidak sama namun tetap seimbang.
Ritme/irama (rhythm)
Aliran secara keseluruhan terhadap desain selalu menyiratkan irama yang nyaman.
Suatu gerak yang dijadikan sebagai dasar suatu irama dan ciri khasnya terletak pada
pengulangan – pengulangan yang dilakukan secara teratur yang diberi tekanan atau
aksen. Ritme membuat adanya kesan gerak yang menyiratkan mata pada tampilan
yang nyaman dan berirama.
Keserasian (harmony)
Suptandar (1995:19) mengartikan “keserasian sebagai usaha dari berbagai macam
bentuk, bangun, warna, tekstur, dan elemen lain yang disusun secara seimbang dalam
suatu komposisi utuh agar nikmat untuk dipandang”. Adalah keteratuan di antara
bagian – bagian suatu karya.
Proporsi (proportion)
Menurut kusmiati (1999:99) “Proporsi merupakan perbandingan antara suatu bilangan
dari suatu obyek atau komposisi”. Bisa dikatakan bahwa proporsi merupakan
kesesuaian ukuran dan bentuk hingga tercipta keselarasan dalam sebuah bidang.
Terdapat tiga hal yang berkaitan dengan masalah proporsi, yaitu penempatan susunan
yang menarik, penentuan ukuran sehingga dapat diukur atau disusun sebaik mungkin.
Skala (scale)
Kusmiati (1999:14) menyebutkan: “skala adalah ukuran relatif dari suatu obyek, jika
dibandingakan terhadap obyek atau elemen lain yang telah diketahui ukurannya”.
Skala berhubungan dengan jarak pandang atau penglihatan dengan unsur – unsur yang
telah dimunculkan (faktor keterbacaan). Skala juga sangat berguna bagi terciptanya
kesesuaian bentuk atau obyek dalam suatu desain.
Penekanan (emphasis)
Jefkins (1997:246) menyebutkan bahwa: “Dalam penekanan, all emphasis is no
emphasis, bila semua ditonjolkan, maka yang terjadi adalah tidak ada hal yang
ditinjolkan”. Adanya penekanan dalam desain merupakan hal yang penting untuk
menghindari kesan menoton. Penekanan dapat dilakukan pada jenis huruf, ruang
kosong, warna, maupun yang lainnya akan menjadikan desain menjadi menarik bila
dilakukan dalam proporsi yang cukup dan tidak berlebihan.
2.
Elemen dan Unsur Desain Komunikasi Visual
Cenadi (1999:5) menyebutkan bahwa “elemen – elemen desain komunikasi visual di
antaranya adalah tipografi, ilustrasi, simbolisme. Elemen – elemen ini dapat berkembang seiring
dengan perkembangan teknologi dan penggunaan media”.
Adapun elemen – elemen desain komunikasi visual dan definisinya antara lain adalah:
1) Tata Letak Perwajahan (layout)
Layout adalah merupakan pengaturan yang dilakukan pada buku, majalah, atau bentuk
publikasi lainnya, sehingga teks dan ilustrasi sesuai dengan bentuk yang diharapkan.
Surianto (2009:0) menjelaskan: “pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak
elemen – elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung
konsep/pesan yang dibawanya
Dalam prosesnya, layout mempunyai prinsip – prinsip dasar yang mengatur proses layout
tersebut. Surianto (2009:74) menerangkan bahwa: “prinsip dasar layout adalah juga prinsip
dasar desain grafis, antara lain sequence (urutan), emphasis (penekanan), balance
(keseimbangan), dan unity (kesatuan)
2) Ilustrasi
Ilustrasi dalam karya desain komunikasi visual dibagi menjadi dua yaitu ilustrasi yang
dihasilkan dengan tangan atau gambar dan ilustrasi yang dihasilkan oleh kamrea atau tipografi.
Fungsi ilustrasi menurut pudjiastuti (1997:70) adalah: “ untuk membantu mengkomunikasikan
99
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 96- 104
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
pesan dengan tepat dan cepat serta mempertegas sebagai terjemahan dari sebuah judul, sehingga
bisa membentuk suatu suasana penuh emosi, dari gagasan seakan – akan nyata”. Ilustrasi
sebagai gambaran pesan yang tak terbaca dan bisa mengurai cerita berupa gambar dan tulisan
dalam bentuk grafis informasi yang memikat. Dengan ilustrasi, maka pesan menjadi lebih
berkesan, karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar dari pada kata-kata.
3)
Tipografi
Menurut Jefkins (1997:248) tipografi merupakan: “seni menurut huruf, dari ratusan jumlah
rancangan atau desain jenis huruf yang tersedia, menggabungkannya dengan jenis huruf yang
berbeda, menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menandai
naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda.
Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan, dan desain huruf tertentu
dapat menciptakan gaya (style).
Dalam menetukan jenis tipografi dan ukuran yang cocok perlu memahami beberapa hal,
surianto (2009:18) menjelaskan bahwa:
“jenis huruf yang berbeda mempunyai ukuran yang berbeda walaupun menggunakan satuan
ukuran yang sama (point). Walaupun sudah disamakan ketinggian hurufnya dari baseline
sampai capline secara manual namun secara optis tetap tidak sama tinggi, ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain: x-height yang berbeda, beda tebal tipis (stem stroke dan hairline
stroke), pengaruh optis dari srift (kait pada hurug=f), dan lain-lain”.
Huruf atau tipografi juga memiliki klasifikasi jenis huruf berdasarkan latar belakang sejarah
perkembangan dari tipografi tersebut, antara lain:
“old style (geramond, 1617), Trasitional (baskerville, 1757), modern (Bodoni, 1788),
Egyptian/Slap Serif ( century Expanded,1895), Sans Serif (Helvetica, 1957), Display/Script
(copperplate ). Bodoni, century, ataupun Garamond yang direproduksi serta dimodifikasi
dengan teknologi digital. Huruf-huruf lama yang direproduksi kembali (revival type) oleh type
foundry biasanya dimodifikasi dengan desain yang berbeda. Selain perbedaan desain, kadang
ditemui juga perbedaan ukuran x-height. Untuk mengenali perusahaan mana yang mereproduksi
dapat dilihat dari kode yang tertulis di muka nama jenis huruf, seperti A Garamond („A‟ berarti
Adobe) atau ITC Century („ITC‟ berarti International Type Corporation). (wikipedia.com/huruf
dan tipografi.
4)
Warna
Warna merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi sebuah desain. Pemilihan
warna dan pengolahan atau penggabungan satu dengan lainnya akan dapat memberikan suatu
kesan atau image yang khas dan memiliki karakter yang unik, karena setiap warna memiliki
sifat yang berbeda – beda.
Mata manusia memiliki 3 jenis reseptor warna untuk memproduksi semua warna yang kita
ketahui yaitu: “merah (Red), Hijau (Green) dan Biru (Blue) karena hal inilah disebut Trikromat
(Trichomacy)” (Pensilwarna.com/teori-warna).
5) Simbol
Simbolisme sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk menjembatami perbedaan
bahasa yang digunakan karena sifatnya yang universal dibanding kata-kata atau bahasa.
6) Logo
Defenisi logo menurut rustan, surianto (2009:12) dalam bukunya yang berjudul
Mendesain Logo mengedefinisikan bahwa “logo berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang
berarti kata, pikiran, pembicaraan akal budi”.
Ada dua macam logo, yaiti logotype dan logogram. Pada awalnya istilah logo lebih dikenal
dengan istilah logotype, yang didefinisikan sebagai nama entitas yang didesain secara khusus
menggunakan teknik letteringatau memakai jenis huruf tertentu. Logogram merupakan sebuah
symbol tulisan yang mewakili sebuah kata/makna. Saat ini istilah Logo lebih popular dari pada
logotype. Logo bisa menggunakan elemen tulisan, gambar, ilustrasi dan lain-lai.
100
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 96- 104
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
Menurut Kusrianto (2009:232) menyatakan bahwa “logo atau tanda gambar (picture
mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu
lembaga atau perusahaan maupunorganisasi. Logotype atau tanda kata (work mark) merupakan
nama lembaga, perusahaan atau produk yang tampil dalam bentuk tulisan yang khusus untuk
menggambarkan cirri khas secara komersial”.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa logo adalah tanda, symbol atau lambaga
berupa gambar, tulisan atau gambar sekaligus tulisan yang dipergunakan sebagai identitas dari
sebuah perusahaan, organinasi dan lembaga untuk mengkomunikasikan citra dan karakteristik
perusahaan, organisasi dan lembaga tersebut. Logo merupakan gambar atau symbol yang
didalamnya terdapat pesan atau makna mengenai karakteristik, visi dan misi serta bidang usaha
dari sebuah perusahaan, organisasi atau lembaga yang digunakan sebagai identitas suatu
perusahaan.
Yasaburo Kuwayama dalam Rustan (2009:22) dalam bukunya Trademarks dan symbol
of the word mengkategorikan logo berdasarkan penampilan fisiknya kedalam empat jenis,
yaitu:
a) Alphabet (Terbentuk Huruf )
b) Symbols, numbers ( lambang dan angka)
c) Concrete forms (bentuk yang serupa dengan objek aslinya)
d) Abstract form (bentuk abstrak) Agar mudah untuk mengetahui kategori logo dapat dilihat
dari dua hal yang paling sederhana dan mendasar dari sebuah logo.
Kusrianto, 2006 mengatakan bahwa Logo merupakan seimbol mewakili sosok, wajah
dan eksistensi suatu perusahaan atau produk perusahaan selain membangun citra perusahaan,
logo juga sering kali dipergunakan untuk membangun sprit secara internal di antara komponen
yang ada dalam perusahaan tersebut. Sebuah logo yang baik dan berhasil akan dapat
menimbulkan sugesti yang kuat, membangun kepercayaan, rasa memiliki, dan menjaga image
perusahaan pemilik logo itu. Logo dapat menjalin kesatuan dan solidaritas di antara anggota
keluarga besar perusahaan itu yang akhirnya meningkatkan prestasi dan meraih sukses demi
kemajuan perusahaan. Logo pada dunia globalisasi memiliki peranan yang sangat penting.
3.
METODE PENELITIAN
a. Metode Analisis Data
Dalam perancangan kemasan ini dapat digunakan analisis SWOT singkatan dari strength,
weakness, opportunity, threat. Maksud dari analisis ini adalah untuk menentukan
kekuatan produk sehingga dapat dioptimalkan, kelemahannya dapat dibenahi, peluangpeluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang dapat diantisipasi. Perancangan
kemasan ini menggunakan analisis SWOT karena analisis ini dapat mengatasi masalah
yang timbul dalam proses perancangan.
b. Metode Media
a) Media Utama
Media Utama Media utama adalah media yang paling efektif dan efisien yang dapat
mendukung keberhasilan dalam perancangan ini. Media utama yang dipilih pada tugas
akhir “Perancangan Promosi Bilih 7 Muaro Melalui Media Kemasan (packaging)
Sebagai Makanan Khas Sumatera Barat adalah kemasan (Packaging).
Illustrasi yang digunakan berupa foto dari Bilih 7 Muaro yang menjadi eyecatching serta
informasi-informasi yang jelas dan dapat memberikan informasi kepada konsumen.
b) Strategi Kresatif
Strategi kreatif merupakan teknik yang penulis gunakan untuk membantu perancangan
promosi Bilih 7 Muaro. Di antaranya penulis mempertimbangkan tipografi, ilustrasi,
warna dan bahan kemasan.
1. Tipografi
Dalam perancangan packaging ikan bilih, penulis memakai tipografi dari kemasan
sebelumnya.
101
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 96- 104
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
Penggunaan jenis huruf Brush Script MT adalah untuk menyajikan kesan unik dan
menarik dengan memperhatikan tingkat keterbacaanya baik ukuran huruf (font size) atau
spasi antar huruf.
Untuk label yang berisi informasi-informasi penting terhadap produk, pemakaian jenis
huruf arial sangat efektif karna dinilai tegas sehingga informasi yang ingin di sampaikan
dapat tercapai secara efektif dan komunikatif.
2. Ilustrasi
Pada perancangan packaging ini ilustrasi yang digunakan adalah ilustrasi dengan teknik
fotografi terhadap produk yang akan dikemas (ikan bilih).
Foto produk ini dapat menjelaskan kepada konsumen isi dari kemasan tersebut dan juga
dapat mengugah selera konsumen terhadap produk ini.
Setiap ilustrasi yang digunakan pada kemasan berbeda-beda dikarenakan Bilih 7 Muaro
mempunyai enam rasa yang berbeda-beda.
3. Warna
Konsep warna yang digunakan pada perancangan packaging ini dilakukan dengan
metode pengambilan warna dari rasa yang ada pada produk itu sendiri. Dikarenakan
Bilih 7 Muaro mempunyai enam rasa yang berbeda, jadi setiap rasa satu dengan rasa
yang lainnya dapat dibedakan dari warna dominan yang ada pada kemasan.
Tetapi penulis juga menetapkan warna konsisten yang ada pada kemasan ini seperti:
warna coklat, dan warna emas (gold). Warna coklat identik dengan klasik sesuai dengan
warna kayu rumah gadang. Sedangkan warna gold digunakan untuk menimbulkan kesan
mewah serta sebagai cermminan dari warna suntiang yang menjadi cirri khas dalam
pakaian adat minangkabau/Sumatera barat.
4. Bahan Kemasan
Untuk kemasan 100 gram penulis menggunakan bahan aluminium plastik dengan zipper
pada bagian atasnya. Selain bahan plastik penulis juga menggunakan 2 macam jenis
bahan. Bahannya antara lain: (1) pada kemasan primer penulis menggunakan plastik
polipropilen (pp). Sebagai kemasan primer yang mampu melindungi produk secara
langsung, pemilihan plastik polipropilen dinilai penulis sangat cocok. Hal ini karena
plastik polipropilen lebih keras, tidak mudah sobek, dan cocok untuk makanan
berminyak. (2) sedangkan pada kemasan sekunder penulis menggunakan kertas Duplex.
Kertas duplex dipilih oleh penulis karena mudah dilipat, keras, dan mudah untuk
dicetak.
Bentuk pada kemasan 250 gram adalah bentuk segi 6 beraturan (geometri) yang
vertikal. Bentuk ini dipilih karena varian dari rasa produk serta menimbulkan kesan
menarik dan simple pada produk.
4. PROSES PENCIPTAAN
a. Konsep Visual
Dalam perancangan packaging ikan bilih sebagai makanan khas sumatera barat, beberapa
hal yang berkaitan dengan sumatera barat akan ditampilkan secara simple dan kreatif. Hal
ini akan menambah sentuhan dan persepsi baru dalam pengemasan makanan tradisional,
sehingga para konsumen akan lebih tertarik untuk membelinya. Adapun unsur-unsur
sumatera barat yang dipilih antara lain : Ukiran dan Gonjong rumah gadang sumatera barat.
Penulis memilih ukiran “Bada Mudiak”. Hal ini dikarenakan ukiran itu bernama “Bada”
yang berarti ikan. Jadi terdapat suatu persamaan antara nama ukiran serta produk yang akan
dikemas (ikan bilih).Selain ukiran, penulis juga menambahkan gonjong rumah gadang
yang bergonjong empat (dua kiri, dua kanan). Ukiran dan gonjong rumah gadang diatas
akan digunakan ke dalam tampilan rancangan kemasan sehingga dapat mewakili etnik dari
Sumatera Barat.
102
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 96- 104
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
Media Utama
Kemasan 100 gram
Kemasan 250 gram
a. Media Pendukung
a) Banner
Banner berfungsi sebagai media promosi untuk toko ataw supermarket tempat
menjual Bilih 7 Muaro agar konsumen dapat mengetahui dimana dapat
menemukan Bilih 7 Muaro.
b) Brochure
Brochure berfungsi untuk memberikan informasi yang lebih kepada
masyarakat. Dengan ukurannya yang kecil memudahkan untuk dibawa dan di
bagikan kepada masyarakat.
c) Display
Display berfungsi sebagai tempat pemajangan produk di toko serta sebagai
media promosi produk.
d) Dus
Berfungsi sebagai media untuk mendistribusikan produk
e) Poster
Berfungsi sebagai media promosi karena dapat menjangkau lapisan masyarakat.
f) Gantungan Kunci
Berfungsi sebagai media promosi dan merchandise yang dapat memberikan
informasi serta menarik.
103
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 96- 104
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
5. KESIMPULAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan perancangan promosi Bilih 7 Muaro melalui
media kemasan (packaging) ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Dalam merancang harus mempunyai data-data yang akurat
b) Penerapan layouts atau tata letak harus mengacu kepada prinsip-prinsip desain dan
unsur-unsur desain.
b. Saran
Berdasarkan perancangan promosi Bilih 7 Muaro melalui media kemasan (packaging)
sebagai makanan khas Sumatera Barat disimpulkan beberapa saran yaitu:
a) Perancang harus memiliki ilmu yang berhubungan dengan packaging dan
mengetahui kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang perancang jika
dia ingin merancang kemasan yang efektif.
b) Menentukan jenis-jenis bahan kemasan harus mempertimbangkan dengan
penelitian dan study bahan yang tepat dan mempelajari bentuk-bentuk dalam
merancang sebuah kemasan.
c) Faktor keindahan visual juga harus diperhatikan didalam proses perancangan
kemasan, karena itu dapat mempengaruhi persepsi dari masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Cenadi, Christine S. Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual. Jurnal
Nirmana volume 1 nomor 1, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 1999.
Sarwono, Jonathan, dan Lubis, Hary. 2007 Metode Riset untuk Desain
Komunikasi Visual. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Kusrianto, Adi. 2006. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.
104
Download