penyelidikan geokimia daerah panas bumi massepe kabupaten

advertisement
PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MASSEPE
KABUPATEN SINDENRENG RAPPANG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Bangbang Sulaeman1, Andri Eko Ari. W1, Supeno1
1
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
ABSTRAK
Penyelidikan geokimia sebagai bagian dari penyelidikan terpadu panas bumi, telah dilakukan di daerah
panas bumi Massepe, Kabupaten Sindenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Luas daerah penyelidikan
adalah (13 x 15) km2, berada pada posisi geografis antara 119o 44’ 15,5” - 119o 51’ 17,25” BT dan 3o 56’
41” – 4o 4’ 30,6 ” LS. Gejala panasbumi daerah Massepe-Sidrap berupa pemunculan mata air panas
dengan temperatur antara 33 - 69 oC, debit 0.5 – 4.0 l/menit dan pH 6.70 - 8.30.
Hasil analisa kimia mata air panas Pajalele (Pajalele-1, Pajalele-2 dan Pajalele-3) menunjukkan
kandungan ion-ion seperti klorida (Cl), bikarbonat (HCO3) dan ion sulfat (SO4 relatif tinggi antara 984.31
– 1039.45 ppm, HCO3 antara 1018.41 – 1060.92 ppm dan Cl antara 718.66 – 779.27 ppm dan setelah
diplot kedalam diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 termasuk ke dalam tipe air panas bikarbonat – sulfat dan
berada di daerah “immature waters”. Sedangkan mata air panas Alakuang dengan temperatur mata air
panas 45.3 o C yang menunjukkan kandungan ion-ion seperti klorida(Cl), silika (SiO2) dan bikarbonat
(HCO3) relatif tinggi adalah 943.78 ppm, 142.07 ppm dan 584.68 ppm sedangkan ion sulfat (SO4 )
relatif rendah hanya 2.00 ppm dan setelah diplot ke dalam diagram segitiga CL-SO4-HCO3 termasuk
kedalam tipe air panas klorida – bikarbonat dan termasuk dalam zona mature water.
Temperatur bawah permukaan diperkirakan sekitar 193 oC, termasuk temperatur sedang (medium), yaitu
dengan mempertimbangkan kondisi temperatur manifestasi paling tinggi di daerah Pajalele, pH air panas
relatif netral dan berada di zona perbatasan partial. Tanah dan udara tanah pada kedalaman satu meter,
memperlihatkan kandungan unsur Hg tanah antara 7- 259 ppb dan kandungan CO2 dalam udara tanah
antara 0.03 – 6.34 %, yang dijumpai di sekitar manifestasi Pajalele, Alakuang, Torere dan Warede dengan
pola penyebaran CO2 berarah hampir Utara-Selatan.
PENDAHULUAN
Dalam upaya pengembangan potensi panas bumi
di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan,
pemerintah pusat melalui Pusat Sumber Daya
Geologi telah melakukan penyelidikan geokimia
daerah panas bumi Massepe termasuk dalam
wilayah Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten
Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi Sulawesi
Selatan. Luas daerah untuk survei geologi adalah
(13 x 15) km2, berada pada posisi geografis antara
119o 44’ 15,5” - 119o 51’ 17,25” BT dan 3o 56’
41” – 4o 4’ 30,6 ” LS, (Gambar 1), termasuk dalam
peta topografi (Bakosurtanal) lembar Pare - Pare,
Batu-batu, Barru dan Watan Soppeng skala 1 :
50.000.
MANIFESTASI PANAS BUMI
Kenampakan gejala panas bumi di daerah panas
bumi Massepe berupa sumber mata air panas
dengan hembusan uap dan bualan gas yang
muncul di beberapa lokasi yang tersebar di
sepanjang pinggir Sungai Jampanua atau biasa
disebut Sungai Pajalele – Massepe dan dijumpai
adanya sumber mata air panas yang terdapat di
tengah pesawahan wilayah Desa Alakuang.
Di sekitar manifestasi Pajalele-Massepe dijumpai
adanya endapan warna ke putih-putihan yang
membentang pada pedataran yang membujur dari
arah timur laut ke baratdaya dan lokasi berada di
sekitar Kampung Pajalele juga dijumpai di sekitar
mata air panas Alakuang. Keseluruhan manifestasi
panas bumi daerah Massepe ini termasuk ke
dalam wilayah Desa Pajalele, Kecamatan Tellu
Limpoe dan Desa Alakuang, Kecamatan Watan
pulu, Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi
Selatan.
• Air panas Pajalele-1 (APPL-1) berada di
sekitar Kampung Pajalele, yang secara
administratif berada di Desa Pajalele,
Kecamatan Tellu Limpoe dan secara geografis
manifestasi tersebut terletak pada koordinat
UTM x= 0811714 mT dan Y= 9556072 mU
dengan ketinggian 24 m dpl.
Temperatur mata air panas terukur di lapangan
sekitar 40.1 – 41.8 0 C pada temperatur udara
setempat 26.8 o C, pH 7.40 dengan daya
hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 5130
µmho/cm dan debit sekitar 0.5 liter/detik. Mata
air panas tersebut muncul melalui rekahan
batuan. Luas manifestasi panas bumi Pajalele1 sekitar 2 x 1 m.
Kondisi fisik dari air panas tersebut agak
keputih-putihan, sedikit berbau, berasa kesat,
kadang-kadang muncul gelembung gas dan
adanya endapan air panas warna keputihputihan diperkirakan berupa sinter karbonat.
• Air panas Pajalele - 2 (APPl-2) berada di
tengah pemukiman penduduk berupa kolam
kecil lokasi di sekitar Kampung Lingkungan
Satu Pajalele, Desa Pajalele, Kecamatan Tellu
Limpoe dan secara geografis terletak pada
koordinat UTM X=0811985 mT,
Y=
9555945 mU dengan ketinggian 26 m dpl.
Temperatur mata air panas terukur di lapangan
sekitar 58.8–59.3 0C pada temperatur udara
setempat 28.5 oC, pH 6.90 dengan daya hantar
listrik relatif tinggi sekitar 5270 µmhos dan
debit sekitar 1.0 liter/detik.
Mata air panas tersebut muncul melalui
rekahan batuan dengan luas kenampakan 2 x 1
m2 berada di pemukinan penduduk.
Kondisi fisik air panas tersebut relatif jernih,
sedikit berbau belerang, berasa kesat, kadangkadang muncul bualan gas serta dijumpai
adanya endapan sinter karbonat berwarna
keputih-putihan. Luas daerah manifestasi
Pajalele -2 diperkirakan sekitar 2.0 x 1.0 m2.
• Air panas Pajalele-3 (APPL - 3) berada di
wilayah Desa Pajalele, Kecamatan Tellu
Limpoe dan secara geografis terletak pada
koordinat UTM
X= 0811731 mT,
Y=9555789 mU pada ketinggian 20 m dpl.
Pemunculan manifestasi berupa kolam kecil
dan rembesan mata air panas yang berada di
bagian timur Sungai Jampanua sekitar 300 m
dari lokasi Pajalele-1 dengan manifestasi
berupa mata air panas, tanah panas dengan
hembusan asap dan gejala ubahan berupa
endapan karbonat warna keputih-putihan .
Temperatur mata air panas terukur di lapangan
sekitar 67.3 – 68.0 0C pada temperatur udara
setempat 28.6 oC, pH 7.20 dengan daya hantar
listrik yang relatif tinggi sekitar 5440
µmho/cm dan debit sekitar 1.0 liter/detik. Mata
air panas tersebut muncul melalui rekahrekahan batuan dengan luas kenampakan
sekitar 3.0 x 4.0 m2 .
Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih,
sedikit berbau belerang, berasa kesat, kadangkadang muncul gelembung gas dan adanya
endapan air panas berupa sinter karbonat
berwarna keputih-putihan
• Air panas Alakuang (APPA) berada di
wilayah Kampung Alakuang, Desa Alakuang,
Kecamatan Watangpulu dan secara geografis
terletak pada koordinat UTM
X=
811965 mT, Y= 9559624 mU dengan
ketinggian 20 m dpl.
Temperatur mata air panas terukur di lapangan
sekitar 45.0 -45.3 0C pada temperatur udara
setempat 26.0 oC, pH terukur di lapangan
7.10 dengan daya hantar listrik yang relatif
tinggi sekitar 1630 µmhos/cm dan debit
sekitar 1.5 liter/detik.
Mata air panas tersebut muncul melalui pipa
aliran yang dialirkan dan masuk pesawahan
Alakuang dengan luas kenampakan 2 x 3 m2
Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih,
tidak berbau, berasa sedikit kesat dan terbentuk
endapan oksida besi warna kecoklatan pada
pipa dan endapan karbonat warna keputihputihan. Luas daerah manifestasi Alakuang
diperkirakan sekitar 4 x 5 m2.
• Air panas Tolere (APTL) berada di wilayah
Desa Carowali, Kecamatan Pancalautang,
Kabupaten Sidrap dan secara geografis terletak
pada koordinat UTM
X= 0809595 mT,
Y=9550493 mU dengan ketinggian 118 m dpl.
Temperatur mata air panas terukur di lapangan
sekitar 29.0 0C pada temperatur udara setempat
25.5 oC, pH terukur di lapangan 6.85 dengan
daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar
634 µmhos dan debit cukup tinggi sekitar 2.0
liter/detik. Mata air panas tersebut muncul
melalui rekahan batuan dan luas kenampakan
2 x 1 m2.
• Air panas Warede
(APWR) berada di
wilayah Desa Teppo, Kecamatan Tellu
Limpoe, Kabupaten Sidrap dan secara
geografis terletak pada koordinat UTM, X=
811977 mT, Y= 9553636 mU dengan
ketinggian 30 m dpl. Temperatur mata air
panas terukur di lapangan sekitar 31.6 0C pada
pH
temperatur udara setempat 26.8 oC,
terukur di lapangan 6.76 dengan daya hantar
listrik yang relatif tinggi sekitar 596 µmhos
dan debit sekitar 0.2 liter/detik dijumpai
adanya endapan oksida besi warna kecoklatan.
Mata air panas muncul melalui rekahan batuan
dengan luas kenampakan 2 x 2 m2.
KARAKTERISTIK AIR PANAS
Komposisi kimia dan konsentrasi kimia sampel
airpanas daerah Massepe yang di peroleh dari
hasil analisis kimia di laboratorium untuk
selanjutnya di plot kedalam diagram segitiga ClSO4-HCO3 (gambar 2) dimana memperlihatkan
mata air panas daerah Pajalele termasuk ke dalam
tipe air bikarbonat-sulfat sedangkan mata air
panas Alakuang termasuk ke dalam tipe air
klorida. Sedangkan Tolere dan Warede termasuk
ke dalam tipe air bikarbonat.
memberikan
gambaran
tentang
kondisi
temparatur bawah permukaan yang umumnya
relatif tinggi dibandingkan dengan mata air
panas Alakuang (45.3 oC) dengan kandungan
Silika (142.07 ppm) dan data hasil perhitungan
pendugaan temperatur bawah permukaan.
Hasil analisa kimia mata air panas Pajalele
(Pajalele-1, Pajalele-2
dan Pajalele-3)
menunjukkan kandungan ion-ion seperti klorida
(Cl), bikarbonat (HCO3) dan ion sulfat (SO4 relatif
tinggi antara 984.31 – 1039.45 ppm, HCO3 antara
1018.41 – 1060.92 ppm dan Cl antara 718.66 –
779.27 ppm dan setelah diplot kedalam diagram
segitiga Cl-SO4-HCO3 termasuk ke dalam tipe air
panas bikarbonat - sulfat.
Konsentrasi kimiawi yang cukup tinggi
merupakan indikasi bahwa fluida panas yang
berasal dari kedalaman pada temperatur tinggi dan
tekanan yang membawa senyawa kimia terlarut
sebagai hasil interaksi fluida panas dengan batuan
di kedalaman.
Hasil analisa kimia mata air panas Alakuang
dengan temperatur mata air panas 45.3 o C yang
menunjukkan
kandungan
ion-ion
seperti
klorida(Cl) dan bikarbonat (HCO3) relatif tinggi
adalah 943.78 ppm dan 584.68 ppm sedangkan
ion sulfat (SO4 ) relatif rendah hanya 2.00 ppm
dan setelah diplot ke dalam diagram segitiga CLSO4-HCO3 termasuk kedalam tipe air panas
klorida - bikarbonat. Sedangkan kandungan unsur
silika (SiO2) pada air panas Alakuang relatif
cukup tinggi (142.07 ppm). Tingginya kandungan
HCO3,Cl dan SO4 mengindikasikan bahwa telah
terbentuk kondensasi uap di dalam air panas atau
adanya kontaminasi uap pada air bawah
permukaan, sehingga diduga air panas Pajalele
diperkirakan merupakan air permukaan yang
terpanasi oleh uap atau air panas ini merupakan
“up flow “ yang merupakan air yang berasal
langsung dari kedalaman, hal ini akan sangat
didukung dari data kandungan isotop Oksigen-18
dan Deuterium. Sedangkan tipe air bikarbonatsulfat dari mata air panas Pajalele diindikasikan
oleh adanya konsentrasi bikarbonat dan sulfat
yang lebih tinggi.
Mata air panas Pajalele cukup menarik dengan
temperatur manifestasi di permukaan cukup
tinggi (59.3-68,0 oC), dijumpai endapan sinter
karbonat warna keputih-putihan cukup jelas
terlihat di permukaan serta kandungan silika
relatif cukup tinggi terutama Pajalele-1, Pajalele2 dan Pajalele-3 (143.86–154.30 ppm) dimana
tingginya unsur silika dalam hal ini kemungkinan
airpanas bertemperatur tinggi berasosiasi dengan
batuan sedimen (batu pasir) di kedalaman dan
mengalami suatu proses hidrotermal sehingga
terjadi pengkayaan silika dalam larutan. Hal ini
Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga
Na/1000-K/100-√Mg (gambar 3) menunjukkan
mata air panas Pajalele-1, Pajalelet-2, Pajalele-3
dan Alakuang umumnya berada pada zona garis
perbatasan “partial equilibrium” dan “ immature
water” hal ini menggambarkan kondisi air panas
kemungkinan berasal langsung dari kedalaman
dengan
temperatur
cukup
tinggi
serta
menunjukkan bahwa kondisi mata air panas
Pajalele dan Alakuang relatif sedikit sekali oleh
adanya
pengaruh
air
permukaan
atau
pengenceran air meteorik. Sedangkan daerah
Dari kadar boron relatif kecil dapat memberikan
informasi kemungkinan air panas yang muncul di
permukaan tidak melalui batuan sedimen yang
kaya akan bahan organik, atau terlarutkan oleh air
yang bersifat asam.
Kandungan silika yang relatif tinggi (143.86154.30 ppm) pada manifestasi mata air panas
Pajalele ( Pajalele-1, Pajalele-2 dan Pajalele-3)
dibandingkan dengan kadar silika pada mata air
dingin berupa kolam di Massepe (27.55 ppm)
dengan temperatur mata air panas di permukaan
cukup tinggi (41,6-68.0 0C), hal ini diakibatkan
oleh fluida panas bertemperatur tinggi yang
berasosiasi dengan batuan di kedalaman dan
mengalami suatu proses hidrotermal sehingga
terjadi pengkayaan silika dalam larutan.
Tolere, Warede dan Lejja kemungkinan
merupakan air permukaan yang terpanasi atau
pengaruh pengenceran oleh air permukaan cukup
dominan.
Hasil pengeplotan dalam diagram segitiga Cl-Li-B
(gambar 4) cenderung mata air panas PajaleleMassepe, Alakuang, Torere dan Warede
seluruhnya
berada
kearah
Cl-B
yang
menunjukkan lingkungan pemunculan mata air
panas pada umumnya berada diantara batuan
sedimen dan vulkanik.
Mata air panas Lejja yang lokasi pemunculan
berada di hutan taman wisata dan merupakan air
panas bertipe klorida bikarbonat, kemungkinan
adanya faktor kontaminasi dan pengenceran oleh
air permukaan adalah cukup dominan hal ini
ditunjang dari data isotop Oksigen-18 dan
Deuterium.
meter seperti diperlihatkan pada Peta Kontur
Sebaran Hg dalam tanah (Gambar 6) dan CO2
dalam udara tanah (Gambar 7) di lokasi daerah
penyelidikan panas bumi Massepe, Desa Pajalele,
Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidrap,
Sulawesi Selatan.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa daerah
anomali Hg dan CO2 daerah Massepe umumnya
dijumpai di sekitar manifestasi Pajalele,
Alakuang, Torere dan Warede dengan pola
penyebaran CO2 berarah hampir Utara-Selatan
atau hampir tegak lurus arah aliran Sungai
Jampanua. Dimana daerah tersebut merupakan
lokasi tempat munculnya manifestasi panas bumi
berupa mata air panas, tanah panas dan bualan gas
yang diperkirakan daerah tersebut merupakan
zona-zona lemah akibat adanya pola struktur yang
muncul di daerah tersebut berupa sesar Massepe.
GEOTERMOMETER
Kandungan gas di daerah manifestasi Pajalele
(lampiran) sangat didominasi oleh kandungan gas
CO2, H2S, CH4 dan N2 dibandingkan gas-gas
lainnya yang relatif sangat kecill. Indikasi gas-gas
tersebut umumnya dijumpai sebagai gas vulkanik
yang berasal dari kedalaman hal ini dicerminkan
oleh komposisi kimiawi mata air panas di
daerah Pajalele yang sangat didominasi oleh
kandungan ion karbonat dan sulfat dimana
termasuk kedalam tipe air bikarbonat-sulfat
dengan derajat keasaman yang relatif netral. Hal
ini memperlihatkan oleh adanya uap yang naik
dari kedalaman sebagai air bawah permukaan
yang bertemperatur tinggi (umumnya daerah
vulkanik) dan mengalami tingkat proses
pendinginan dikarenakan penurunan temperatur
dengan gas CO2 dan gas sulfur yang tersisa di
dalam uap yang naik melalui batuan membentuk
ion karbonat dan sulfat.
SEBARAN MERKURI DAN CO2
Berdasarkan data hasil analisis sampel tanah di
daerah Massepe dan sekitarnya diperoleh derajat
keasaman atau pH tanah adalah antara 5.89 –
8.09 dengan kandungan unsur Hg tanah antara
7- 259 ppb dan kandungan CO2 dalam udara tanah
antara 0.03 – 6.34 %.
Data hasil analisis kandungan unsur Hg dalam
tanah dan CO2 dalam udara tanah termasuk pH
tanah di plot ke dalam peta kontur sebaran Hg
dalam tanah, pH tanah, kandungan CO2 dalam
udara tanah serta temperatur pada kedalaman 1
Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah
Pajalele-Massepe
dengan
menggunakan
geotermometer SiO2 (conductive-cooling) ratarata berkisar antara 185-190 oC dan termasuk ke
dalam entalphi sedang, sedangkan menggunakan
geotermometer Na/K Giggenbach rata-rata
berkisar antara 191 - 193 oC yang menunjukkan
temperatur relatif cukup tinggi.
Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah
Alakuang dengan menggunakan geotermometer
SiO2
(conductive-cooling) adalah 184 oC,
sedangkan menggunakan geotermometer Na/K
Giggenbach adalah 153oC dan termasuk kedalam
entalphi sedang.
Dengan mempertimbangkan kondisi temperatur
manifestasi paling tinggi di daerah Pajalele, pH air
panas relatif netral dan berada di zona perbatasan
partial, maka untuk penghitungan perkiraan
potensi dipergunakan temperatur 193 oC.
DISKUSI
Daerah Panas Bumi Massepe berada pada zone
depresi dengan banyak struktur geologi (kekar dan
sesar) yang berkembang menjadikan daerah ini
memiliki kemampuan untuk meloloskan air
permukaan (meteoric water) ke bawah
permukaan. Sebagian air meteorik tersebut
kemudian berinteraksi dengan fluida magmatik
dan gas-gas vulkanik yang berasal dari tubuh
magma dan terjadi rambatan
menghasilkan fluida panas.
panas
yang
Fluida panas yang terbentuk kemudian
terakumulasi dalam lapisan reservoir, yaitu suatu
zona yang berdaya lulus terhadap fluida
(permeable) sebagai akibat dari banyaknya
rekahan yang berkembang pada batuan vulkanik
Tersier dan sedimen Formasi Walanae.
Keberadaan panas bumi di daerah Massepe
diindikasikan oleh adanya sumber mata air panas
dengan hembusan uap dan bualan gas yang
muncul di beberapa lokasi. Selain itu terdapat juga
manifestasi berupa batuan ubahan, akan tetapi
merupakan fosil alterasi yang terjadi di masa
lampau. Di sekitar manifestasi Pajalele-Massepe
dijumpai adanya endapan warna ke putih-putihan
yang membentang pada pedataran yang membujur
dari arah timur laut ke baratdaya dan lokasi berada
di sekitar Kampung Pajalele juga dijumpai di
sekitar mata air panas Alakuang. Kelompok mata
air panas Pajalele termasuk kedalam tipe air
bikarbonat –sulfat. Sedangkan mata air panas
Alakuang termasuk tipe klorida. Dari data tersebut
hal yang memungkinkan dari manifestasi Pajalele
dan Alakuang adalah berhubungan dengan gas
magmatik yang membentuk HCO3 di kedalaman
dan ditunjang dengan dijumpai adanya sinter
karbonat di permukaan dan kandungan ion
kalsium dalam mata airpanas Pajalele yang relatif
tinggi.
Berdasarkan data hasil isotop 18O dan Deuterium
yang diperoleh dari sampel mata air panas daerah
Pajalele, Alakuang dan Lejja setelah diplot ke
dalam diagram hubungan antara Oksigen-18 dan
Deuterium dimana pada umumnya cenderung
menjauhi garis air meteorik (Meteoric Water
Line) terutama untuk mata air panas Pajalele dan
Alakuang seperti terlihat dari gambar 5 yang
mengindikasikan telah terjadinya pengkayaan 18O
karena adanya interaksi fluida panas dengan
batuan di kedalaman, hal ini mencerminkan
bahwa mata air panas Pajalele dan Alakuang
kemungkinan berasal langsung dari reservoir dan
kemungkinan pengenceran oleh air meteorik
adalah sangat kecil terutama untuk mata air panas
Pajalele, sedangkan mata air panas Alakuang
sedikit adanya pengenceran atau kontaminasi oleh
air meteorik.
Perkiraan
temperatur
bawah
permukaan
minimum adalah 153 - 193 oC (Geotermometer
SiO2 conductive cooling) dan termasuk kedalam
intermediate enthalpy.
Sistem panas bumi Massepe merupakan sistem
panas bumi yang terbentuk di dataran rendah.
Sumber panas diperkirakan berupa tubuh intrusi
yang terdapat di bawah permukaan, yang
berasosiasi dengan pembentukan satuan kubah
lava. Sistem panas bumi ini tersebar di sepanjang
struktur graben/depresi di bagian tengah daerah
penyelidikan.
PUSTAKA
Tim Penyelidikan Terpadu Daerah Massepe,
2008, Laporan Penyelidikan Terpadu
Daerah Panas Bumi Massepe, Pusat
Sumber Daya Geologi.
Fournier, R.O., 1981. Application of Water
Geochemistry Geothermal Exploration
and Reservoir Engineering, “Geothermal
System: Principles and Case Histories”.
John Willey & Sons. New York.
Giggenbach, W.F., 1980, Geothermal gas
equilibria, Geochimica et cosmo-chimica
Acta, Vol 44, pp 2021-2032
Kooten, V., and Gerald, K., 1987, Geothermal
Exploration Using Surface Mercury
Geochemistry, Journal of volcanology and
Geothermal Research, 31, 269-280.
Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to
Geothermal System. Short course. Unocal
Ltd. Jakarta.
Rab Sukamto,1982, Geologi Lembar Pangkajene
dan Watampone bagian barat, Sulawesi
Selatan”, Departemen Pertambangan dan
Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan
Umum,
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Geologi.
Radja, V.T ., 1970, dalam laporan ”Geothermal
Energy Prospect in South Sulawesi,
Indonesia”, Power Research Institute,
Jakarta
Sjaiful Bachri dan Muzil Alzwar 1975, Laporan
Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas
Bumi Daerah Sulawesi Selatan.
Taran, Y.A., 1986, Gas Geothermometers for
hydrothermal Systems, Geo-chemistry
International Vol. 23 No.7, 111-126
120o BT
LOKASI PENYELIDIKAN
Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan
Cl
Ma
tu
re
80
wa
KETERANGAN
t er
2
2
wa
te
HCO3/Cl
ic
% Cl
rs
s
60
an
Cl
er
Vo
lc
Ph
40
ip h
er a
2
2
HCO3
a
l w
SO4
20
MAP. Pajalele-1
MAP. Pajalele-2
MAP. Pajalele-3
MAP. Alakuang
MAP. Tolere
MAP. Tanete Lampe
MAP. Lejja
te
rs
Stea m heated water s
SO4
20
40
60
% SO4
80
HCO3
Gambar 2 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3
Na/1000
80
KETERANGAN
% Na K
60
Full equilibrium
160°
T Km
T Kn
2
2
0°
22
10
0°
Partial equilibrium
w
ei
rb
ox
40
MAP. Pajalele-1
MAP. Pajalele-2
MAP. Pajalele-3
MAP. Alakuang
MAP. Tolere
MAP. Tanete Lampe
MAP. Lejja
20
Immature waters
2
ROCK
K/100
20
40
60 % Mg
80
Mg
Gambar 3 Diagram segitiga Na-K-Mg
Gambar 4 Diagram segitiga Cl-Li-B
20
10
δD = 8 δ O + 14
18
0
-10
δD ( H2O )
-20
-30
Meteoric Water Line
Ap.Pajalele-2
-40
Ap.Pajalele-3
Ap.Alakuang
Ap.Lejja
-50
-60
-70
-80
-12
-10
-8
-6
-4
δ
18
-2
0
2
4
O ( H2 O )
Gambar 5 Grafik isotop δ18O terhadap δ2H (Deuterium)
Bacubacue
PETA SEBARAN HG TANAH
DAERAH PANAS BUMI MASSEPE
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Walatedonge
Benteleoe
J 8000
9562000
Tanete
Bulu Seppang
J 7000
H 7000
KECAMATAN TELLULIMPOE
J 6000
Posadae
Tepobatu
Dare
A 9000
H 5000
Takkalasi
J 4000
9560000
Bulu Alakuang
A 8000
H 4000
J 3000
H 3000
J 2000
B 8000
A 6000
Bulu Matanre
H 2000
9558000
B 7000
A 5000
H 1000
Bulu Buala
A 3000
C 6000
200
D 5000
100
E 8000
Pajalele
E 7000
F 3000
40
50
60
F 2000
Mata Air Panas
Kontur topografi
G 2000
400
Tolere
Sungai
9550000
806000
807000
808000
809000
810000
200
250
Titik Pengukuran Geokimia
Jalan
805000
100
Kontur HG
G 3000
400
300
30
G 5000
Warede
G 4000
F 2050
9552000
20
G 8000
G 6000
F 4000
F 1000
10
G 7000
F 5000
E 3000
E 2000
300
0
F 7000
Bulu Latoling
9554000
meter
F 8000
F 6000
E 4000
D 2000
3000
D 7000
E 5000
D 3000
2000
Keterangan :
E 6000
D 4000
C 3000
C 2000
D 8000
D 6000
Salo Maseppe
C 4000
B 2000
1000
Turungang
C 5000
B 3000
0
C 8000
C 7000
B 5000
B 4000
A 2000
Amparita
B 6000
A 3950
9556000
AlakuangB 9000
A 7000
Talumae
U
A 10000
H 6000
J 5000
Allakuang
811000
812000
813000
814000
815000
816000
Gambar 6 Peta kontur sebaran Hg tanah daerah Massepe
ppb
Bacubacue
Benteleoe
PETA SEBARAN CO2 TANAH
DAERAH PANAS BUMI MASSEPE
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Walatedonge
J 8000
9562000
Tanete
Bulu Seppang
J 7000
H 7000
KECAMATAN TELLULIMPOE
J 6000
Posadae
Tepobatu
Dare
A 9000
H 5000
Takkalasi
J 4000
9560000
Bulu Alakuang
A 8000
H 4000
J 3000
H 3000
J 2000
B 8000
A 6000
Bulu Matanre
H 2000
9558000
B 7000
A 5000
H 1000
Bulu Buala
A 3000
C 6000
C 5000
F 2000
4.0
Mata Air Panas
G 4000
G 3000
Kontur topografi
400
Jalan
Tolere
Sungai
9550000
805000
806000
807000
808000
809000
810000
5.0
5.5
Titik Pengukuran Geokimia
G 5000
Warede
G 2000
300
3.0
Kontur CO2
G 7000
G 6000
F 4000
F 3000
F 2050
9552000
1.0
G 8000
F 6000
E 3000
F 1000
0.5
F 8000
F 7000
Bulu Latoling
400
meter
E 6000
E 2000
300
2.0
3000
Keterangan :
0.0
E 7000
F 5000
9554000
1.5
2000
E 8000
Pajalele
E 4000
D 2000
1000
D 7000
E 5000
D 3000
C 2000
200
D 5000
D 4000
C 3000
D 8000
D 6000
Salo Maseppe
C 4000
0
Turungang
B 5000
B 3000
B 2000
100
C 8000
C 7000
B 4000
A 2000
Amparita
B 6000
A 3950
9556000
AlakuangB 9000
A 7000
Talumae
U
A 10000
H 6000
Allakuang
J 5000
811000
812000
813000
814000
815000
816000
Gambar 7 Peta kontur sebaran CO2 udara tanah daerah Massepe
%
Download