15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Menurut Miller & Layton dalam Tjiptono, dkk (2008:3) pemasaran
merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan,
menetapkan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk, jasa dan
gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka
mencapai tujuan organisasional. Sedangkan (Venkatesh & Penaloza, 2006)
mengatakan bahwa pemasaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan
perusahaan untuk menstimulasi permintaan atas produk dan jasanya dan
memastikan bahwa produk dijual dan disampaikan kepada para pelanggan. Jadi
dari pengertian pemasaran di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran itu adalah
suatu kegiatan atau aktivitas suatu perusahaan untuk menstimulasi, membangun,
dan memunculkan permintaan (keputusan pembelian) atas produk dan jasa yang
ditawarkan kepada para pelanggan.
Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan
para pemilik sahamnya. Kotler & Keller (2007 : 6). Jadi dapat disimpulkan
bahwa pemasaran itu adalah keseluruhan proses dari mulai menciptakan produk,
mempromosikan, hingga menjual/menyerahkan nilai kepada konsumen kemudian
mengelola hubungan terhadap pelanggan tersebut.
15
2.1.2 Konsep Pemasaran
Tjiptono, dkk (2008 : 22) menyatakan, konsep pemasaran berpandangan
bahwa kunci untuk mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan
organisasi dalam menciptakan, memberikan, dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan (customer value) kepada pasar sasarannya secara lebih efektif
dibandingkan pada pesaing. Konsep pemasaran bertumpu pada empat pilar utama:
pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terintegrasi, dan profitabilitas.
Tujuan akhir konsep pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuannya.
Dalam kasus organisasi bisnis, tujuan utamanya adalah laba; sedangkan untuk
organisasi nirlaba dan organisasi publik, tujuannya adalah mendapatkan dana
yang memadai untuk melakukan aktivitas-aktivitas sosial dan pelayanan publik.
Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif
dibandingkan
para
pesaing
dalam
menciptakan,
menyerahkan,
dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang dipilih. Konsep
pemasaran merupakan pergeseran dari filosofi “buat dan jual” yang berpusat pada
produk, bergeser ke filosofi “pahami dan tanggapi”. Konsep pemasaran bukan
untuk menemukan pelanggan yang tepat bagi produk anda, melainkan
menemukan produk yang tepat bagi pelanggan anda. Kotler & Keller (2007 : 19).
Konsep pemasaran ini memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli dan
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan melalui produk dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan penciptaan, pengiriman dan pengkonsumsian
produk tersebut.
16
2.1.3 Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Terdapat 4 macam bauran pemasaran (Marketing Mix) dalam pemasaran
produk berupa barang yang disebut dengan 4P, yaitu:
1. Product / Produk
Merupakan barang atau jasa yang dihasilkan dan ditawarkan oleh perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
2. Price / Harga
Merupakan elemen yang terpenting dalam bauran pemasaran, karena harga
merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan laba dalam perusahaan.
Definisi harga menurut Buchari (2005:169) adalah nilai suatu barang yang
dinyatakan dengan uang.
3. Place / Distribusi
Merupakan saluran distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan produk
perusahaan ke pasar (konsumen) agar pasar (konsumen) dapat lebih mudah
menemukan
produk
perusahaan.
Perusahaan
akan
berusaha
untuk
memperbanyak saluran distribusi produknya untuk dapat membantu
perusahaan dalam meningkatkan penjualannya.
4. Promotion / Promosi
Merupakan suatu kegiatan untuk memperkenalkan dan menyebarkan
informasi mengenai produk ke pasar. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
cara periklanan, promosi penjualan, hubungan dengan publik, pemasaran
langsung, dan wiraniaga (personal selling).
17
Buchari (2005:178) menjelaskan bahwa untuk menarik para konsumen, maka
produsen atau para penjual dapat menggunakan kebijakan Harga Promosi dan
Diskriminasi Harga. Harga promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
a) Menjual barang dibawah harga pasar (loss leader pricing), dengan tujuan
untuk menarik para konsumen baru.
b) Menetapkan harga khusus pada peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya pada
hari ulang tahun perusahaan, dan pada hari-hari khusus lainnya.
c) Memberikan potongan pada pembelian yang dilakukan secara kontan, atau
pembelian dalam jumlah banyak.
d) Menjual secara kredit, dengan perhitungan bunga rendah, bersaing dengan
perusahaan lain yang juga mengadakan penjualan kredit.
e) Atau bisa pula menjual kredit, dengan memberikan cicilan jangka panjang,
sehingga pembayaran tiap bulan kecil.
f) Memberikan berbagai macam bonus pada setiap pembelian.
g) Memberikan harga yang berbeda, atau dengan istilah lain memberikan
diskriminasi harga disebabkan karena: segmen konsumen, anak-anak, dewasa,
orang tua, berbeda karena kemasan, lokasi pembeli, dan lain sebagainya.
h) Harga juga berbeda karena citra terhadap suatu produk, semakin tinggi.
Namun adakalanya konsumen tidak peka atau tidak peduli dengan perbedaan
harga yang dilancarkan oleh produsen, biar mahal tapi dibeli juga. Hal ini terjadi
karena berbagai alasan seperti:
a) Barangnya unik, langka, bergengsi mempunyai nilai seni tertentu yang
diminati oleh orang-orang tertentu pula.
18
b) Produk tersebut tidak ada penggantinya, seperti onderdil mobil merek tertentu,
sangat diperlukan dan tidak ada barang substitusi.
c) Konsumennya adalah orang-orang yang berpenghasilan tinggi.
d) Harga beli barang tersebut.
e) Penggunaan produk merupakan pelengkap barang sudah dibeli sebelumnya.
f) Persediaan barang makin menipis dipasar, jadi terpaksa harus beli.
Peranan
harga bagi
konsumen adalah sebagai
satu-satunya
faktor
pertimbangan dalam membeli produk. Tjiptono, dkk (2008:471), sedangkan
desain produk adalah bagian dari atribut produk yang dapat memperlihatkan
model, bentuk, dan konsep dari produk yang juga dijadikan sebagai salah satu
faktor pertimbangan konsumen dalam membeli produk.
Perusahaan memiliki tiga pilihan strategi dalam strategi desain produk yang
berkaitan dengan tingkat standardisasi produk, yaitu: produk standar, customized
product (produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan
tertentu), dan produk standar dengan modifikasi. Tjiptono (1997:116). Tujuan dari
setiap strategi tersebut adalah:
1) Produk standar
Untuk meningkatkan skala ekonomis perusahaan melalui produksi massa.
2) Customized Product (Produk Standar)
Untuk bersaing dengan produsen produksi massa (produk standar) melalui
fleksibilitas desain produk.
3) Produk Standar dengan Modifikasi
Untuk mengkombinasikan manfaat dari 2 strategi di atas.
19
Hasil yang diharapkan dari strategi-strategi ini adalah peningkatan dalam
pertumbuhan, pangsa pasar, dan laba. Strategi produk standar dengan modifikasi
juga memungkinkan perusahaan untuk melakukan hubungan yang erat dengan
pasar dan memperoleh pengalaman dalam pengembangan standar produk yang
baru.
2.1.4 Pengertian Prilaku Konsumen
Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu;
konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli
barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Sedangkan konsumen organisasi, yang
meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan
lembaga lainnya. Semua jenis organisasi ini harus membeli produk peralatan dan
jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. Konsumen
individu dan konsumen organisasi adalah sama pentingnya. Mereka memberikan
sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi,
tanpa konsumen individu, produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan tidak
mungkin bisa laku terjual. Konsumen individulah yang langsung mempengaruhi
kemajuan dan kemunduran perusahaan. Agar perusahaan dapat merancang
program pemasaran yang baik maka perusahaan harus mengetahui perilaku
konsumen dalam mencari hingga menggunakan produk yang dibutuhkan
konsumen.
Schiffman & Kanuk dalam Sumarwan (2002:25) mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang
mereka harapkan untuk memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan Engel,
20
Blackwell dan Miniard mengartikan sebagai tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Menurut Sumarwan (2002 : 26) perilaku konsumen adalah semua kegiatan,
tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa
setelah melakukan kegiatan mengevaluasi.
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari.
Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan pembelian konsumen secara
amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen,
dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta
mengapa mereka membeli. Pemasar dapat mempelajari apa yang dibeli konsumen
untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana
dan berapa banyak, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah laku konsumen
bukan hal yang mudah, jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak
konsumen.
2.1.5 Model Prilaku Konsumen
Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi pada kesadaran pembeli
sejak masuknya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian.
Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah model rangsangan
tanggapan (stimulus respond model) yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.
21
Gambar 2.1 Model prilaku konsumen
Rangsangan
Pemasaran
Rangsangan
Lain
Produk &
Jasa
Harga
Distribusi
Komunikator
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Ciri-ciri
Konsumen
Budaya
Sosial
Pribadi
Psikologi
Proses Keputusan
Pembelian
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Penilaian alternatif
Keputusan
pembelian
Prilaku pascapembelian
Sumber: Philip Kotler, 2005
Keputusan
Pembelian
Pilihan produk
Pilihan merek
Pilihan dealer
Jumlah pembelian
Saat yang tepat
melakukan
pembelian
Metode
Pembayaran
Model perilaku konsumen ini menjelaskan bahwa sebelum adanya proses
keputusan pembelian terdapat beberapa rangsangan dan ciri-ciri konsumen.
Rangsangan-rangsangan tersebut antara lain, rangsangan pemasaran (produk &
jasa, harga, distribusi, komunikator/promosi) dan rangsangan lain (ekonomi,
teknologi, politik, dan budaya). Rangsangan pemasaran dan rangsangan lain ini
nantinya akan berperan sangat besar mempengaruhi ciri-ciri konsumen, yang
berupa budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Kotler (2005:203).
2.1.6 Proses Pengambilan Keputusan Membeli: Model Lima-Tahap
Para konsumen melewati lima tahap proses keputusan pembelian, yaitu
antara lain; pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan prilaku pascapembelian. Jelaslah bahwa proses
pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki
dampak yang lama setelah itu. Model dalam Gambar 2.2 menunjukkan bahwa
para konsumen harus melalui seluruh urutan lima tahap ketika membeli produk,
namun tidak selalu begitu. Para konsumen dapat melewati atau membalik
beberapa tahap.
22
Gambar 2.2 Proses pengambilan keputusan pembelian.
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku pascapembelian
Sumber: Kotler & Keller, 2007
Menurut Kotler & Keller (2007 : 235) proses pengambilan keputusan
konsumen terdiri dari lima (5) tahap, yaitu:
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau
eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu
kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah
konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling
sering membangkitkan minat akan kategori produk tertentu. Para pemasar
kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat
konsumen.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Yang menjadi perhatian pemasar adalah sumbersumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif
tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber
informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok:
a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan
b. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di took
c. Sumber publik: media massa, organisasi penentu peringkat konsumen
23
d. Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk
melalui pengumpulan informasi konsumen akan mempelajari merekmerek yang bersaing beserta fitur produk tersebut.
3. Evaluasi alternatif
Merupakan proses membandingkan / penilaian terhadap merek-merek
yang berbeda utnuk menentukan merek mana yang nantinya akan menjadi
pilihan konsumen. Terdapat beberapa proses evaluasi konsumen sebagai
proses yang berorientasi kognitif, yaitu, model tersebut menganggap
konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional.
Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang
berbagai atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan
perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya.
Menurut Sumarwan (2002:303) kriteria evaluasi adalah atribut atau
karakteristik dari produk atau jasa yang digunakan untuk mengevaluasi dan
menilai alternatif pilihan. Kriteria evaluasi bisa bermacam-macam tergantung
kepada produk atau jasa yang dievaluasi. Engel, Blackwell, dan Miniard
dalam Sumarwan (2002:303) menyebutkan tiga atribut penting yang sering
digunakan untuk evaluasi, yaitu harga, merek, dan negara asal. Harga adalah
atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan oleh sebagian besar
konsumen untuk mengevaluasi produk. Merek adalah nama penting bagi
sebuah produk atau jasa. Merek adalah simbol dan indikator kualitas dari
sebuah produk. Asal negara adalah asal dari pembuat produk tersebut.
Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada
karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Bagi seorang
24
konsumen, maka mobil memiliki atribut warna, model, tahun pembuatan,
jumlah cc, merek, manual atau otomatis, dan sebagainya. Seorang konsumen
mungkin
memiliki
kemampuan
yang
berbeda
dalam
menyebutkan
karakteristik atau atribut dari produk. Hal ini disebabkan konsumen memiliki
pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut.
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merekmerek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat
membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namum, dua
faktor berikut dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian
(Gambar 2.3).
Gambar 2.3 Keputusan Pembelian
Sikap orang
lain
Evaluasi
Alternatif
Niat
Pembelian
Keputusan
pembelian
Faktor situasi
yang tidak
terantisipasi
Sumber: Kotler & Keller, 2007
Faktor pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain
mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal:
(1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai
konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut
dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya.
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul
25
dan mengubah niat pembelian. Dalam melaksanakan niat pembelian,
konsumen tersebut dapat membuat lima sub-keputusan pembelian: keputusan
merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan
keputusan metode pembayaran.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika
produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian,
tindakan pascapembelian, dan pemakaian produk pascapembelian. Jika
konsumen tersebut puas, konsumen akan menunjukkan kemungkinan yang
lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.
Para pelanggan yang tidak puas mungkin membuang atau mengembalikan
produk tersebut. Mereka mungkin mengambil tindakan public seperti
mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut, pergi ke pengacara, atau
mengadu ke kelompok-kelompok lain. Tindakan pribadi dapat berupa
memutuskan untuk berhenti membeli produk tersebut atau memperingatkan
teman-teman.
2.1.7
Tipe Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Ujang Sumarwan (2002:292)
menyebutkan tiga tipe pengambilan keputusan konsumen; yaitu:
a. Pemecahan Masalah yang Diperluas
Pemecahan masalah diperluas biasanya dilakukan pada pembelian barangbarang tahan lama dan barang-barang mewah seperti mobil, rumah, pakaian
mahal, peralatan elektronik. Dalam kondisi seperti ini, konsumen akan
26
melakukan pencarian informasi yang intensif serta melakukan evaluasi
terhadap beberapa atau banyak alternatif. Proses tidak berhenti sampai pada
tahap pembelian, konsumen juga akan melakukan evaluasi setelah membeli
dan menggunakan produk tersebut. Singkatnya, pemecahan masalah yang
diperluas adalah tipe pengambilan keputusan yang melalui lima langkah
tahapan pengambilan keputusan konsumen.
b. Pemecahan Masalah yang Terbatas
Pada tipe keputusan ini, konsumen telah memiliki kriteria dasar untuk
mengevaluasi kategori produk dan berbagai merek pada kategori tersebut.
Namun konsumen belum memiliki preferensi tentang merek tertentu.
Konsumen hanya membutuhkan tambahan informasi untuk bisa membedakan
antara berbagai merek tersebut. Pada pemecahan masalah ini konsumen
menyederhanakan proses pengambilan keputusan, tidak melalui tahapan
seperti PMD (pemecahan masalah diperluas).
c. Pemecahan Masalah Rutin
Konsumen telah memiliki pengalaman terhadap produk yang akan dibelinya,
dan telah memiliki standar untuk mengevaluasi merek. Konsumen seringkali
hanya
mereview
apa
yang
telah
diketahuinya.
Konsumen
hanya
membeutuhkan informasi yang sedikit. Pada kebanyakan pembelian makanan
seperti membeli mie instan, konsumen biasanya hanya melewati dua tahapan:
pengenalan kebutuhan dan pembelian. Jika konsumen telah kehabisan
persediaan, maka timbul kebutuhan mie instan dan selanjutnya melakukan
pembelian.
27
2.2 Penelitian Sebelumnya
Penelitian Putu Adi Antara (2005) dalam judul “Hubungan Harga, Kualitas,
dan Desain Produk dengan Sikap Konsumen dalam Mengambil Keputusan
Pembelian di PT. Wijaya Satya Pemuda Denpasar”. Pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah mengetahui hubungan harga, kualitas, dan desain produk
dengan sikap konsumen dalam mengambil keputusan pembelian di PT. Wijaya
Satya Pemuda Denpasar dan mengetahui atribut produk sepeda motor Kymco
yang terdekat hubungannya dengan sikap konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian di PT. Wijaya Satya Pemuda Denpasar. Teknik sampel yang digunakan
adalah teknik sample random sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah chi-square. Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel
harga, kualitas, dan desain produk terbukti memiliki hubungan yang signifikan
dengan sikap konsumen dalam mengambil keputusan pembelian di PT. Wijaya
Satya Pemuda Denpasar. Atribut yang paling erat hubungannya dengan sikap
konsumen dalam mengambil keputusan pembelian di PT. Wijaya Satya Pemuda
Denpasar adalah atribut produk desain produk setelah itu atribut produk kualitas
dan yang terakhir adalah atribut produk harga. Dari penelitian sebelumnya
terdapat perbedaan pada teknik analisis yang digunakan, dimana pada penelitian
sebelumnya menggunakan teknik analisis chi-square, sedangkan dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Persamaan dengan
penelitian ini adalah pada variabel bebas (harga, dan desain produk), serta variabel
terikatnya adalah sikap konsumen mengenai keputusan pembelian.
Penelitian yang dilakukan oleh Peter Belohlavek dalam jurnal asing The
Unicist Research Institute dalam judul” The Unicist Ontology of Marketing Mix”
menyebutkan bahwa sasaran marketing mix adalah menetapkan tindakan yang
28
serempak atau bersama-sama untuk mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen, maksudnya adalah marketing mix adalah faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen secara simultan. Jadi produk, harga, promosi dan
distribusi dapat secara serempak mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya
yaitu sikap konsumen mengenai keputusan pembelian. Sedangkan perbedaan dari
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang mempengaruhi
keputusan pembelian, jika dalam penelitian sebelumnya mengatakan bahwa
variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara serempak mempengaruhi
keputusan pembelian. Variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen dalam penelitian ini adalah variabel harga, dan desain produk saja.
Journal of Empirical Generalisations in Marketing Science© 2004 dengan
judul penelitian “The Use of Price in the Purchase Decision” menjelaskan di
dalam latar belakang terdapat beberapa penelitian yang menemukan bahwa harga
(price) tetap merupakan faktor penting yang mempengaruhi konsumen dalam
memutuskan pembelian (GfK, Shopping Monitor 2000), dan harga menjadi
kriteria yang utama bagi konsumen dalam pembelian (Agárdi and Bauer, 2000).
Jadi dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa harga adalah salah satu
faktor penting yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama
menggunakan variabel terikat (keputusan pembelian), sedangkan perbedaannya
adalah variabel bebasnya, dalam penelitian sebelumnya yang dijadikan variabel
bebas adalah harga (price) saja yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen, namun dalam penelitian ini yang dijadikan variabel bebasnya adalah
29
harga, dan desain penelitian yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori di atas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga bahwa harga dan desain produk Yamaha Mio Sporty secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT.
Bisma Tunas Jaya Sentral Yamaha Bali.
2. Diduga bahwa harga dan desain produk Yamaha Mio Sporty secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT.
Bisma Tunas Jaya Sentral Yamaha Bali.
3. Diduga bahwa harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian
konsumen dalam membeli sepeda motor Yamaha Mio Sporty pada PT.
Bisma Tunas Jaya Sentral Yamaha Bali.
30
Download