hubungan jumlah eosinofil dengan infeksi larva cacing tambang

advertisement
HUBUNGAN JUMLAH EOSINOFIL DENGAN INFEKSI LARVA
CACING TAMBANG PADA PENAMBANG PASIR DI DS. BRENGGOLO
KECAMATAN KALITIDU BOJONEGORO.
Dr.dr. Hartono Kahar, Sp.PK., MQIH.
Prodi D3 Analis Kesehatan UM Surabaya
Abstract
Eosinophils are white blood cells that play a role of granulocytes in the
category of the immune system to fight infections and some multicellular
parasites on vertebrate creatures. Eosinophils also control the allergic mechanism
in the bone marrow, eosinophils will enter the bloodstream and stay in the blood
only a few hours, then go into the tissues throughout the body. If a foreign
substance enters the body, it would be detected by lymphocytes and neutrophils,
which will release the material to attract eosinophils into this area. Eosinophils
that occurs in miners exposed to infectious worm larvae will release toxic
substances that can kill parasites or worms mines and destroy abnormal cells.
The purpose of this study is to determine the relationship of the number
of eosinophils with hookworm larvae infection in sand miners in the village.
Brenggolo District Kalitidu Bojonegoro. This research uses analytic correlational
design using cross sectional (relationships and associations). The number of
samples is 49 miners in Ds. Brenggolo Kalitidu Bojonegoro District. By using a
random sampling technique ie by random sampling without regard to strata that
exist in members of the population.
The survey results revealed most of the sand miners eosinophils
increased by (44.9%) miners and miners sand worm larvae as much positive
(55.1%) miners. Chi Square test calculation results with SPSS statistical test
obtained obtained hasi p = 0, the count X2 = 0.000 <a = 0.05, which means that
H0 is rejected. Thus it can be said there is a relationship eosinophil count against
worm larvae on the sand miners in the Village District Brenggolo Kalitidu
Bojonegoro.
Keyword : Eosinophils, hookworm larvae infection
1. Pendahuluan
Sebagaimana telah diketahui, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
sangat berperan dalam timbulnya penyakit. Penyakit infeksi masih masalah yang
harus ditanggulangi terutama di negara yang sedang berkembang tidak terkecuali
di Indonesia. Pemerintah Indonesia sudah lama melakukan upaya pemberantasan,
25
namun hasil yang dicapai belum memadai. Kesulitan dalam upaya tersebut yang
di alami antara lain belum tercapainya tingkat pengetahuan yang cukup tinggi dan
merata di kalangan masyarakat Indonesia.
Pada umumnya penambang pasir merupakan suatu pekerjaan yang
mempunyai resiko yang sangat berat dan mudah bagi seseorang terkena penyakit.
Namun hal tersebut diremehkan pada seorang penambang pasir karena hanya
pekerjaan itulah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dan keluargannya.
Kondisi seperti ini terjadi di Bojonegoro merupakan salah satu kota di Jawa Timur
yang dilewati aliran sungai Bengawan Solo. Penduduk yang sebagian besar
bermata pencaharian sebagai pencaharian penambang pasir dan
keberadaan
sungai Bengawan Solo yang memiliki peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat Bojonegoro, maka dimanfaatkan sebagai lahan
pekerjaan bagi penambang pasir didaerah Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu,
Bojonegoro. Namun sekarang kenyataannya sungai Bengawan Solo telah
mengalami pencemaran yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Itu semua
akibat pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah dan limbah-limbah
pabrik yang tidak semestinya. Pada umumnya, manusia tidak menyadari bahwa
setiap saat mereka terancam oleh infeksi penyakit, penyakit saluran cerna serta
penyakit yang berhubungan dengan pencemaran air (http://berita.liputan6.com
2001).
Infeksi yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan dapat menyebabkan
penurunan asupan nutrisi yang dapat mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang
terhadap masuknya penyakit. Kesehatan lingkungan biasanya menentukan sering
26
atau tidaknya seseorang tersebut terinfeksi, bahkan dapat menyebabkan kematian
(Dainuri, 2000).
Jenis pekerjaan penambang adalah faktor penentu kasus yang disebabkan
oleh kasus yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang yang hidup didaerah
pertambangan. Karena penetrasi melalui kulit kaki yang tanpa menggunakan alas
kaki. Pekerja tambang sering kali tertular infeksi ini, infeksi cacing pada
umumnya akan mempengaruhi jumlah lekosit khususnya eosinofil, dimana akan
terjadi peningkatan jumlahnya walaupun banyak parasit untuk difagositosis oleh
eosinofil lain, namun eosinofil akan melekat pada parasit itu dan akan dapat
membunuh parasit tersebut. Dalam hal ini cacing dianggap benda asing yang
masuk kedalam tubuh dan eosinofil akan menunjukkan peningkatannya dalam
peredaran darah yang dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
menggunakan hapusan darah (Syaifuddin, 2006).
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
perlu dilakukan penelitian guna mengetahui hubungan jumlah eosinofil dengan
infeksi larva cacing pada penambang pasir di Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu
Bojonegoro. Rumusan Masalahnya adalah Apakah ada hubungan jumlah eosinofil
dengan infeksi larva cacing tanbang pada penambang pasir di Desa Brenggolo
Kecamatan Kalitidu Bojonegoro. Tujuan penelitian adalah Mengetahui hubungan
jumlah eosinofil dengan infeksi larva cacing tambang pada penambang pasir di
Desa. Brenggolo Kecamatan Kalitidu Bojonegoro. Mengindentifikasi jumlah
eosinofil pada penambang pasir di Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu
Bojonegoro. Mengindentifikasi larva cacing pada penambang pasir di Desa
Brenggolo Kecamatan Kalitidu Bojonegoro.
27
2. Metode Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan
analitik
korelasional
yang
menggunakan Cross Sectional (hubungan dan assosiasi) yaitu jenis penelitian
yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel
independent dan dependent
hanya satu kali pada satu saat. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pekerja penambang pasir
di desa Brenggolo
Kecamatan Kalitidu sebanyak 56 orang. Sampel merupakan bagian populasi yang
akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah 49 orang pekerja penambang pasir. Teknik
sampling ini adalah simpel random sampling yaitu pengambilan sampel dengan
cara acak dalam anggota populasi, dalam penggunaan sampling tersebut penelitian
ini dilakukan dengan pengumpulan para pekerja penambang pasir dalam satu
tempat sehingga mempermudah dalam mpengambilan sampel yaitu dengan
pengacakan (lotre) sesuai nomor.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Promedika jalan Raya Kalitidu 192
Kalitidu-Bojonegaro. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai
Juni 2011. Variabel Bebas, Jumlah Eosinofil, Jumlah eosinofil di penelitian
dikategorikan menjadi normal (jumlah eosinofil 1-2%), < normal (jumlah
eosinofil < 1%), dan > normal (jumlah eosinofil > 2%). Variabel Terikat, Infeksi
Cacing tambang ini dikategorikan dengan kriteria positif (terdapat infeksi larva
cacing tambang) dan negative (tidak terdapat infeksi larva cacing tambang).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar hasil
pemerikasaan (hasil analis laboratorium). Metode yang dipakai
untuk
pengambilan data jumlah eosinofil adalah dengan metode hapusan darah dan
28
metode yang digunakan untuk mengetahui infeksi larva cacing adalah dengan
metode pengapungan NaCl jenuh.
Dalam Pengambilan sampel, Melakukan perizinan sebelum melakukan
penelitian kepada Kepala Desa Brenggolo Kecamatan Kaliitidu Bojonegoro pada
tanggal 25 Februari 2011. Menemui pekerja tambang pasir untuk persetujuan
dilakukan penelitian dan data orang terkumpul sebanyak 56 orang, yang dilakukan
pada tanggal 26 Februari 2011. Memberikan penjelasan dan pengarahan serta
tujuan penelitian ini yang menggunakan sampel darah dan feses, yang dilakukan
disatu tempat dengan tujuan mempermudah pengambilan sampel.
Alat pemeriksaan terdiri dari Mikroskop, Objek glass, Pipet tetes. Bahan
yang digunakan adalah darah antikoagulan EDTA penambang pasir di Desa
Brenggolo Kecamatan Kalitidu Bojonegoro. Reagentnya Cat Wright. Pada
Pemeriksaan infeksi larva cacing,
Alat yang digunakan dalam pengambilan
sampel Tempat feses, Spidol, plastik kliptek, Feses diambil pada saat buang air
besar, Ambil sedikit feses lalu masukkan dalam tempae feses yang telah
disediakan tutup dan beri kode sampel. Feses yang akan diperiksa tidak boleh
terkena urin. Alat yang digunakan Tabung venoject, Rak tabung, Objek glass dan
cover glass, Mikroskop, Lidi, Pipet pasteur, Bahan pemeriksaan, Bahan yang
digunakan adalah feses penambang pasir di Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu
Bojonegoro, Reagen yang digunakan Reagen yang digunakan adalah NaCl jenuh
Data yang didapatkan dari penelitian dianalisis dengan menggunakan
pendekatan analitik dengan rancangan cross sectional. Analisis ini dilakukan
dengan membaca angka-angka yang tersedia pada Tabel 3.1.
29
3. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa. Brenggolo Kecamatan Kalitidu
Bojonegoro, yaitu dengan sampel 49 orang, kemudian sampel yang didapatkan
diperiksa dilaboratorium Klinik Promedika Bojonegoro. Pengambilan data
dilakukan pada penambang pasir di daerah Bojonegoro. Data yang terkumpul
dengan karakteristik responden meliputi: umur dan masa lama kerja.
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan larva cacing tambang (Necator americanus) di
Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Bojonegoro.
No sampel
Kode sampel
1
2
3
₃
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1A
2A
3A
3A
5A
6A
7A
8A
9A
10 A
11 A
12 A
13 A
14 A
15 A
16 A
17 A
18 A
19 A
20 B
21 B
22 B
23 B
24 B
25 B
26 B
27 B
28 B
29 B
30 C
Infeksi
Larva cacing
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
30
Keterangan
Infeksi
Tidak ada infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Tidak ada infeksi
Tidak ada infeksi
Tidak ada infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Infeksi
Infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
No sampel
Kode sampel
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
31 C
32 C
33 C
34 C
35 C
36 C
37 C
38 C
39 C
40 D
41 D
42 D
43 D
44 D
45 D
46 D
47 D
48 D
49 D
3.1
1.
Infeksi
Larva cacing
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan
Infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Tidak ada infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Infeksi
Infeksi
Infeksi
Data Umum
Umur
Gambar 4.1 Diagram karakteristik responden berdasarkan umur penambang
pasir di Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Bojonegoro bulan
Mei 2011
Dari diagram pie diatas diketahui bahwa sebagian besar penambang pasir
berumur 46-50 tahun sebanyak 18 penambang (36,7%), dan sebagian kecil
penambang pasir berumur 30-35 tahun sebanyak 4 penambang (8,2%).
31
2.
Masa Kerja
Gambar 4.2 Diagram karakteristik responden berdasarkan masa kerja
penambang pasir di Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu
Bojonegoro bulan Mei 2011
Dari diagram pie diatas diketahui bahwa sebagian besar dengan masa kerja
penambang pasir sebanyak 29 penambang (59,2%). sebagian kecil masa kerja
penambang pasir sebanyak 6 penambang (12,2%).
3.2
Data Khusus
1. Eosinofil
Gambar 4.3 Diagram karakteristik Eosinofil pada penambang pasir di Desa
Brenggolo Kecamatan Kalitidu Bojonegoro bulan Mei 2011
Dari diagram pie diatas diketahui bahwa sebagian besar eosinofil
penambang pasir meningkat sebanyak 21 penambang (42,9%), dan sebagian kecil
eosinofil penambang pasir normal sebanyak 12 penambang (24,5%).
32
2.
Larva Cacing
Gambar 4.4 Diagram Karakteristik Larva cacing pada penambang pasir di
Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Bojonegoro bulan Mei 2011
Dari diagram pie diatas dapat diketahui besar bahwa sebagian besar larva
cacing penambang pasir positif sebanyak 27 penambang (55,1%), dan sebagian
kecil larva cacing penambang pasir negative sebanyak 22 penambang (44,9%).
3.
Tabulasi silang antara Eosinofil dengan Larva cacing pada penambang pasir
di Desa Brenggolo Kecamatan Kalitidu Bojonegoro bulan Mei 2011
Tabel 3.2 Tabel Kontingensi Koefisien Eosinofil dengan Infeksi Larva cacing
pada penambang pasir di Desa Brenggolo Kec Kalitidu Bojonegoro bulan
Mei 2011
Eosinofil
Larva cacing
Total
Negatif
Positif
n % n
%
N
%
Normal
9 18,4 3
4,1 12
22,3
Meningkat 3 4,1 18 40,8 21
44,9
Menurun
10 22,4 6 10,2 16
32,7
Total
22 44,9 27 55,1 49
100
Uji Chi
(P value: 0.000) < α = 0.05
Kuadrat
Berdasarkan Tabel 3.2 diatas, dapat dilihat bahwa karakteristik responden
49 penambang pasir. Bahwa sebagian besar mengalami eosinofil peningkatan
sebanyak 18 penambang (40,8%) dengan larva cacing positif. dan sebagian kecil
mengalami eosinofil meningkat sebanyak 3 penambang (4,1%) dengan larva
cacing negative.
33
Pada tabulasi dari hasil penelitian yang di uji dengan Uji Statistik Chi
Square koefisien korelasi sebesar 0.549 dan nilai p-value = 0.000 sehingga p < α,
dengan α = 0,05 maka dapat diambil hasil kesimpulannya Ho ditolak dan H₁
diterima, yang berarti ada hubungan Eosinofil dengan Larva cacing pada
penambang pasir.
4. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan presentase dari eosinofil yang
meningkat dan larva cacing positif sebanyak 18 orang (40,8%). Dengan demikian
berarti ada hubungan antara jumlah eosinofil dengan infeksi larva terhadap
penambang pasir. Hal tersebut dikarenakan eosinofil adalah sel darah putih dari
kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan
parasit multiselular dan beberapa infeksi pada makhluk vertebrata. Eosinofil juga
ikut mengendalikan mekanisme alergi. Eosinofil terbentuk pada proses
hematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam
sirkulasi darah.
Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Jumlah
eosinofil meningkat secara dramatis jika reaksi alergi yang terjadi. Peningkatan
jumlah eosinofil dalam darah dipicu sekresi interlukin oleh sel T, mastosit dan
makrofaga, biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap sel-sel abnormal,
parasit atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen).
Kemudian setelah dibuat di dalam sumsum tulang, eosinofil akan
memasuki aliran darah dan tinggal dalam darah hanya beberapa jam, kemudian
masuk ke dalam jaringan di seluruh tubuh. Jika suatu bahan asing masuk ke dalam
34
tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan melepaskan bahan
untuk menarik eosinofil ke daerah ini. Eosinofil kemudian melepaskan bahan
racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal.
(Sudoyo, Aru w.dan Alwi, Idris, 2006).
Cacing tambang (Necator americanus) dan (Ancylostoma duodenale)
kedua parasit ini diberi nama “cacing tambang” karena pada zaman dahulu cacing
ini ditemukan pada pekerja tambang, yang belum mempunyai fasilitas sanitasi
yang memadahi. Hospes parasit ini adalah manusia, dan cacing ini dapat
menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis.
Cacing tambang mempunyai siklus hidup yang kompleks, infeksi larva
melalui kulit dan mengalami migrasi keparu-paru dan berkembang menjadi
dewasa pada usus halus. Infeksi cacing tambang menyebabkan anemia mikrositik
dan hipokromik karena kekurangan zat besi akibat kehilangan darah secara kronis.
Cacing dewasa terutama hidup di daerah yeyunum dan duodenum.
Telur
dikeluarkan melalui tinja dan tidak infekti pada manusia. Larva filariform yang
bersifat infektif hidup secara bebas didalam tanah dan air. Penyebaran cacing ini
diseluruh daerah khatulistiwa dan ditempat yang lain dengan keadaan yang sesuai,
misalnya didaerah pertambangan dan perkebunan.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
simpulan dapat diubah sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa sebagian besar eosinofil
penambang pasir meningkat sebanyak 21 penambang (42,9%).
35
2. Sebagian besar infeksi larva cacing tambang pada penambang pasir positif
sebanyak 27 penambang (55,1%).
3. Ada hubungan jumlah eosinofil dengan infeksi larva cacing di Desa
Brenggolo Kecamatan Kalitidu Bojonegoro
ditunjukkan dengan hasil
crosstable silang dengan uji Chi Square dimana p (0,000) p < α, dengan α =
0,05 maka dapat diambil hasil kesimpulannya Ho ditolak dan H₁ diterima.
Disarankan pada Diusahakan penambang pasir hendaknya menggunakan
alas kaki saat bekerja menambang pasir dan mengkonsumsi makanan yang
bernutrisi. Kepada dinas kesehatan diharapkan untuk meningkatkan sarana
kebersihan dan sosialisasi dan penyuluhan agar tidak membuang limbah, sampah,
kotoran manusia (tinja) ketempat air yang mengalir untuk mencegah terjadinya
infeksi telur cacing yang infektif masuk kedalam tubuh kita.
Daftar Pustaka
Bakta, I made. 2006. Helmintologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.
Bariah Ideham. 2007. Helmintologi Kedokteran. Surabaya : Airlangga University
Press.
Dainur. 2000. Materi – materi pokok kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Depkes RI. 2006. Profil Kesehatan Indonesia (diakses 05 Mei 2011), diunduh
dari : http://www.depkes.go.id
Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Irianto, Kus. 2009. Parasitologi. Bandung : Yrama Widya.
John W. Kimball's. 2010. Sel Darah Putih.( Diakses pada 14 Februari 2010).
http : / id. Wikipedia.org/wiki/sel_darah_putih.
Keshavarz R, Hookwor. 2000. infection. (diakses 15 Mei 2011) diunduh dari :
http://www.eMedicine.com.
36
Manalu SM, Biran S.I, Infeksi Cacing Tambang, Cermin Dunia Kedokteran
Vol.19 No.4, Oktober- Desember 2006. http://www.cdk_darah.pdfcom.
Maryanti, 2006. Hubungan Perilaku Pemakaian APD dan Kebersihan Diri
Dengan Kejadian Infeksi Cacing Tambang, (diakses 10 Januari 2009)
diunduh dari : http://[email protected]
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Keperawan. Edisi 1. Salemba
Medika : Jakarta.
37
Download