ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. W UMUR 20 TAHUN DENGAN DISMENORE SEKUNDER DI BPM TRI RESITI JUWIRING KLATEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh Heni Susilowati NIM. B13 019 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 i HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. W UMUR 20 TAHUN DENGAN DISMENORE SEKUNDER DI BPM TRI RESITI JUWIRING KLATEN Diajukan Oleh : Heni Susilowati NIM. B13 019 Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal Juni 2016 Pembimbing Yunia Renny Andhikatias, SST., MPH NIK 201188092 ii HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. W UMUR 20 TAHUN DENGAN DISMENORE SEKUNDER DI BPM TRI RESITI JUWIRING KLATEN Diajukan Oleh : Heni Susilowati NIM. B13 019 Telah dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Pada tanggal Penguji I Juni 2016 Penguji II Eni Rumiyati, SST Yunia Renny Andhikatias, SST., MPH NIK 200682019NIK 201188092 Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui Ka.Prodi D III Kebidanan Siti Nurjanah, SST., M.Keb NIK. 201188093 iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan Dismenore Sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Yunia Renny Andhikatias, SST., MPH selaku Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiahini. 4. Ibu Tri Resiti Amd. Keb yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. 5. Nn. W beserta keluarga yang bersedia menjadi subjek studi kasus dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. iv 6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 7. Semua teman-teman angkatan 2013 yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Penulis v Juni 2016 Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016 Heni Susilowati B13019 ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. W UMUR 20 TAHUN DENGAN DISMENORE SEKUNDER DI BPM TRI RESITI JUWIRING KLATEN xi + 65 halaman + 12 lampiran INTISARI Latar Belakang : Gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar yaitu Dismenorea sebesar (89,5%), diikuti ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta perpanjangan durasi menstruasi (5,3%). Pada pengkajian terhadap penelitianpenelitian lain didapatkan prevalensi dismenorea bervariasi antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi pada remaja (Pradyptasari, 2013). Angka kejadian dismenore primer di Indonesia sekitar 54,98 % dan dismenore sekunder sebesar 45,11%. Menurut data yang penulis peroleh dari di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten dari bulan Oktober 2014 sampai Oktober 2015 terdapat 95 pasien yang mengalami gangguan reproduksi. Pasien dengan gangguan menstruasi antara lain dismenore primer sebanyak 45 orang (47,4%), dismenore sekunder sebanyak 15 orang (15,8%), menometroragia sebanyak 13 orang (13,7%), keputihan 12 orang (12,6%) dan pasien dengan amenore 10 orang (10,5%) Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah menurut Varney. Metode Penelitian :Jenis laporan ini adalah deskriptif observasinal dengan pendekatan studi kasus. Tempat pengambilan kasus ini dilaksanakan di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten.Subjek studi kasus ini adalah Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder. Pengambilan kasus ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 Juni 2016.Instrumen menggunakan format asuhan kebidanan gangguan reproduksi menurut Varney dan data perkembangan SOAP.Data primer meliputi pemeriksaan fisik, wawancara, observasi dan data sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan Hasil Studi Kasus :Nn. W mengatakan sudah tidak merasakan nyeri, Keadan umum : baik, kesadaran : composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 24x/menit, nadi 80 x/menit dan suhu 36,40 C Kesimpulan : setelah dilakukan Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan Dismenore Sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klatenselama 7hari tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, gangguan reproduksi, dismenore sekunder Kepustakaan : 22 literatur (tahun 2007 – 2014) vi MOTTO 1. Sesunguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS.AL-insyiroh :6) 2. Jangan berkhayal menyentuh langit bila memegang lidi pun tak mampu (penulis) 3. Apa yang telah berlalu,sudah berlalu apa yang telah pergi tidak akan kembali .oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu karena sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (kahlil Giban ) 4. Beri satu kunci untuk mengenal hidup ,jadikan setiap langkah kita sebagai ibadah insyaallah akan tau tujuan hidup yang sesungguhnya (penulis) PERSEMBAHAN Karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan : 1. Allah SWT,yang selalu melimpahkan rahmad dan hidayahNya sehingga Karya Tulis ilmiah ini bisa terselesaikan . 2. Ayah dan bunda tercinta terimakasih atas doa dan restunya dan cinta kasihnya selama ini yang selalu menyayangi dan mengorbankan tetes keringatnya hanya untuk bagaimana membuat anak anaknya bahagia . 3. Ibu Yunia Renny Andhikatias, SST., MPH selaku Dosen pembimbing KTI , ibu Siti Nurjanah SST,M.Keb selaku pembimbing Akademik terimakasih atas bimbinganya. 4. Sahabatku “The ganks ningrat Elsa,Rais, Endah‘’ yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk maju,bangkit,dan kuat menghadapi semuanya. 5. Teman teman kelas 3A yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, terimakasih sudah membantu dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Mas Nanang Bagus Riyanto yang selalu memberiku semangat , kekuatan dan kesabaran untukku . 7. Almamaterku vii CURICULUM VITAE BIODATA Nama : Heni Susilowati Tempat / Tanggal Lahir : Wonogiri, 26 Maret 1994 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat :Jagalan RT02 RW 5 Kec. Jebres Kota Surakarta RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Negeri 2 Mijen Surakarta Lulus tahun 2007 2. SMP Negeri 14Surakarta Lulus tahun 2010 3. SMA Sunan Bonang Tangerang Banten Lulus tahun 2013 4. Prodi DIII Kebidanan STIKesKusuma Husada SurakartaAngkatan 2013 viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv INTISARI ...................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii CURRICULUM VITAE ................................................................................ viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4 C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................... 4 D. Manfaat Studis Kasus .................................................................. 5 E. Keaslian Studi Kasus .................................................................. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ................................................................................. 8 1. Kesehatan Reproduksi ........................................................... 8 2. Menstruasi ............................................................................. 14 3. Dismenore Sekunder .............................................................. 19 B. Teori Manajemen Kebidanan ....................................................... 22 C. Landasan Hukum ........................................................................ 39 ix BAB III METODOLOGI A. Jenis Studi Kasus ........................................................................ 40 B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................... 40 C. Subjek Studi Kasus ..................................................................... 40 D. Waktu Studi Kasus ...................................................................... 40 E. Instrumen Studis Kasus ............................................................... 41 F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 41 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ............................................................................. 42 B. Pembahasan ................................................................................. 58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 62 B. Saran............................................................................................. 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Ijin Pengambilan Data Lampiran 3. Surat Balasan dari Lahan pengambilan Data Awal Lampiran 4. Surat Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Penggunaan Lahan Lampiran 6. Lembar Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 7. Lembar persetujuan Responden Lampiran 8. Format Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Lampiran 9. SAP dan Leaflet Dismenore Lampiran 10. SAP dan Leaflet Gizi Seimbang Lampiran 11. Dokumentasi Lampiran 12. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2000 pemerintah Indonesia telah mengangkat Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) menjadi program nasional. Program KRR merupakan pelayanan untuk membantu remaja memiliki status kesehatan reproduksi yang baik. Pemahamanan remaja tentang kesehatan reproduksi menjadi bekal remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun tidak semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). Remaja adalah mereka baik laki-laki maupun perempuan yang berusia antara 10 – 21 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja sangat cepat baik fisik maupun psikologis, perkembangan yang sangat cepat ini berlangsung pada usia 11 – 16 tahun pada laki-laki dan pada usia 10 – 15 tahun pada perempuan. Anak perempuan lebih cepat dewasa dibandingkan laki-laki (Proverawati dan Misaroh, 2009). Salah satu ciri masa pubertas adalah mulai terjadinya menstruasi pada perempuan dan pada laki-laki mulai mampu menghasilkan sperma. Beberapa jenis hormon terutama hormon estrogen dan progesteron mulai aktif sehingga pada diri anak perempuan mulai tumbuh payudara, panggul melebar dan membesar sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi. Setiap bulan wanita melepaskan sel telur dari salah satu ovarium, bila sel telur ini tidak mengalami 1 2 pembuahan makan akan terjadi perdarahan (menstruasi) (Proverawati dan Misaroh, 2009). Kematanganan organ reproduksi perempuan ditandai dengan adanya menstruasi. Menstruasi merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi (Oktavia, 2010). Beberapa masalah dapat dialami remaja perempuan setiap bulannya pada saat menstruasi, salah satunya adalah dismenore. Dismenore mulai dirasakan saat terjadi ovulasi pada siklus menstruasi, dimana ovulasi mulai terjadi pada 4 -14 bulan setelah menarche (Honkenberry dan Wilson dalam Hasanah, 2010) Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18 – 50 tahun mengalami gangguan pada siklus menstruasinya (Oktavia, 2010). Berdasarkan data tersebut dismenore pada wanita mengalami peningkatan yang paling tinggi. Dismenore adalah nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Dismenore dapat golongkan dismenore primer dan dismenore sekunder (Manuaba, 2007). Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata-rata dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Indonesia kejadian nyeri menstruasi diperkirakan 55% perempuan usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya namun seringkali dirasa mengganggu bagi (Proverawati dan Misaroh, 2011). wanita yang mengalaminya 3 Gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar yaitu Dismenorea sebesar (89,5%), diikuti ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta perpanjangan durasi menstruasi (5,3%). Pada pengkajian terhadap penelitianpenelitian lain didapatkan prevalensi dismenorea bervariasi antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi pada remaja(Pradyptasari, 2013). Angka kejadian dismenore primer di Indonesia sekitar 54,98 % dan dismenore sekunder sebesar 45,11% (Proverawati dan Misaroh, 2009). Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu melakukan penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut pada remaja, dengan berperilaku hidup sehat,memperbaiki keadaan kesehatan seperti perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi berat badan pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan generasi kehidupan. Menurut data yang penulis peroleh dari di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten dari bulan Oktober 2014 sampai Oktober 2015 terdapat 95 pasien yang mengalami gangguan reproduksi. Pasien dengan gangguan menstruasi antara lain dismenore primer sebanyak 45 orang (47,4%), dismenore sekunder sebanyak 15 orang (15,8%), menometroragia sebanyak 13 orang (13,7%), keputihan 12 orang (12,6%) dan pasien dengan amenore 10 orang (10,5%) Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan Dismenore Sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten”. 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah yang timbul adalah “Bagaimana asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney?”. C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah menurut Varney. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu : 1) Melaksanakan pengkajian gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. 2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada kasus gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. 3) Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan Nn. W umur 20 tahun Nn. X dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. 5 4) Melakukan antisipasi pada kasus gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. 5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada kasus gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. 6) Melaksanakan perencanaan secara efisien pada kasus gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. 7) Mengevaluasi asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan pada kasus gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Diri Sendiri Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan dismenore sekunder menggunakan manajemen Varney. 6 2. Bagi Profesi Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus gangguan reproduksi dengan standar asuhan kebidanan. 3. Bagi Institusi a. Bagi Rumah Sakit Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder. b. Bagi Pendidikan Hasil studi kasus ini dapat menjadi referensi dan sumber bacaan yang bermanfaat bagi institusi pendidikan. E. Keaslian Studi Kasus Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan dismenore sekunderbelum pernah dilakukan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Remaja a. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental maupun peran sosial (Ardhyantoro dan Kumalasari, 2010). Remaja atau adolecence berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolecence yang berasal dari bahasa Inggris saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Sedangkan menurut Piagiet mengatakan bahwa masa remaja adalah usia diamana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa (Proverawati dan Misaroh, 2009), b. Batasan Remaja Menurut Ardhyantoro dan Kumalasari (2010), batasan remaja berdasarkan umur yaitu: 1) Masa remaja awal yaitu 10 – 12 tahun a) Lebih dekat dengan teman sebaya b) Ingin bebas 7 8 c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya d) Mulai berpikir abstrak. 2) Masa remaja tengah yaitu 13 – 15 tahun a) Mencari identitas diri b) Timbul keinginan untuk berkencan c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak e) Berkhayal tentang aktivitas seks 3) Masa remaja akhir yaitu 16 – 21 tahun a) Pengungkapan kebebasan diri b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya c) Mempunyai ciri tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri c. Aspek perkembangan pada masa remaja Aspek perkembangan remaja meliputi: 1) Perkembangan fisik Menurut menurut Proverawati dan Misaroh (2009), perubahan dramastis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat pada sekresi hormon yang meningkat dengan efek fisiologis yang tersebar luas. Hormon pertumbuhan menghasilkan dorongan pertumbuhan yang cepat yang membawa tubuh mendekati fungsi optimum. Dorongan pertumbuhan itu terjadi lebih awal pada pria daripada wanita, juga menandakan bahwa wanita lebih dulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian kematangan seksual pada 9 gadis remaja ditandai oleh kehadiran menstruasi dan pada pria tandai oleh produksisemen. 2) Perkembangan kognitif Seorang remaja termotivasi memahami dunia kaena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya. Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), masa remaja sangat rawan dengan stres emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Hal itu dipandang sebagai perkembangan proses psikososial yang terjadi seumur hidup. Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang tidak tergantung yang identitasnya memungkinkan mereka berhubungan dengan yang lainnya dalam gaya dewasa. Kehadiran masalah emosional tersebut bervariasi pada setiap remaja. 3) Perkembangan kepribadian dan sosial Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian 10 identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. 2. Kesehatan Reproduksi a. Pengertian Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahera fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya (Romauli dan Vindari, 2012) Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). b. Sebab-sebab gangguan reproduksi Gangguan reproduksi disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, cacat anatomi saluran reproduksi (defek kongenital), gangguan fungsional, kesalahaan manajemen atau infeksi organ reproduksi. Gangguan reproduksi yang biasa terjadi, misal kista endometriosis yang banyak dialami wanita yang memiliki kadar FSH dan LH tinggi (Kasdu, 2005). c. Macam-macam gangguan reproduksi 1) Gangguan Menstruasi Menurut Syafrudin (2011), gangguan menstruasi terdiri dari : a) Nyeri Menstruasi (dismenore) Nyeri Menstruasi(dismenore) adalah nyeri sebelum, saat atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut timbul akibat adanya hormone prostaglandin yang membuat otot uterus berkontraksi. Nyeri 11 dirasakan di daerah perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung. Siat dan tingkat rasa nyeri bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat. Keadaan nyeri yang hebat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Berdasarkan jenisnya dismenore terbagi atas dismenore primer dan dismenore sekunder. b) Tidak menstruasi (amenorea) Tidak menstruasi (amenorea) adalah tidak terjadinya menstruasi. Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama menyusui dan setelah menopause. Tidak menstruasi (amenorea) ada dua macam yaitu amenore primer dan amenore sekunder. c) Sindrom pra menstruasi Sindrom pra menstruasi merupakan kumpulan gejala yang muncul 1 – 14 hari sebelum masa menstruasi dan biasanya berhenti saat menstruasi mulai. d) Hipermenore atau menoragia Perdarahan menstruasi lebih dari normal (lebih dari 80 ml) atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). e) Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasanya (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). 12 f)Metroragia adalah pedarahan yang tidak teratur da ntiak ada hubungannya dengan haid (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). g) Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahannya sama (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). 2) Nyeri abdomen dan panggul Jenis nyeri abdomen dan panggul menurut Manuaba (2008), meliputi: a) Nyeri akut Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri abdomen akut secara akurat merupakan keahlian penting dalam perawatan kesehatan wanita. b) Nyeri kronis Wanita yang mengalami nyeri panggul kronis adalah orang yang sering kali mengunjungi pemberi layanan kesehatan dalam jangka waktu yang lama. c) Inkontinensia Urine Pengeluaran urine secara tidak sadar merupakan kondisi yang membuat stress dan yang tidak dilaporkan karena berbagai alasan, seperti rasa malu, pengingkaran, dan adanya anggapan bahwa satu-satunya pilihan penanganan adalah pembedahan. d) Tumor / kanker pada endrometrium Wanita yang mengalami kanker endromentrium setiap tahunnya, tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kanker servik 13 kemungkinan terjadi paling sering pada wanita usia lebih dari 50 tahun. e) Kista Vagina Berbagai macam kista vagina adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada labia mayora, apabila menemukan kista di vaginanya agar cepat di operasi. f)Mioma Uteri Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta otot rahimnya dominan (Manuaba, 2007). 3. Menstruasi a. Pengertian Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (dekuamasi) endometrium (Proverawati dan Misaroh, 2009). Menstruasi adalah perdarahan yang berasal dari uterus yang terjadi siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz dan Schorge, 2008). b. Siklus Menstruasi Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), siklus menstruasi terdiri dari 4 fase, yaitu: 1) Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhyna sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dngan dinding endometrium yang robek. 14 Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada. 2) Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memicu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de graff yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dan hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek. 3) Fase ovulasi/fase luteal, ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mesntruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah. 4) Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah mejadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensrekresikan FSH dan LH. Terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek dan terjadilah menstruasi. 15 d. Gangguan dan masalah menstruasi 1) Kelainan siklus menstruasi meliputi: a) Polimenore atau epimenoragia Polimenore atau epimenoragia yaitu siklus menstruasi yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). b) Oligomenore Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 har, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. c) Amenore Amenore adalah keadaan tidak datang menstruasi selama tiga bulan berturut-turut. 2) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya menstruasi Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya menstruasi, yaitu: a) Hipermenore atau menoragia Hipermenore adalah perdarahan menstruasi lebih banyak dari normal (lebih dari 80 ml) atau lebih dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. b) Hipomenore Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. 16 3) Perdarahan di luar haid Mentroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Pada metroragia haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit 4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi a) Pre Menstrual Syndrome (PMS) Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah ketegangan sebelum menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron menjelang menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). b) Mastodinia atau Mastalgia Mastodinia atau Mastalgia adalah rasa tegang pada payudara menjelang menstruasi. c) Dismenorea Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Nugroho dan utama, 2014). e. Penyebab gangguan menstruasi Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), penyebab gangguan menstruasi, yaitu: 1) Fungsi hormon terganggu Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur oleh otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem 17 pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan terganggu. 2) Kelainan sistemik Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini bisa mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik atau menderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus menstruasi tidak teratur. 3) Stress Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena stress tubuh jadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. 4) Kelenjar gondok Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi penyebab tak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh ikut terganggu 5) Hormon prolaktin berlebihan Produksi hormon prolaktin ini sering kali membuat menstruasi tak kunjung datang karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. 18 4. Dismenore Sekunder a. Pengertian Dismenore sekunder disebut juga sebagai dismenore ekstrinsik acqiued)adalah ginekologik, nyeri menstruasi misalnya yang endometriosis, terjadi karena fibrosis, kelainan adenomyosis (Proverawati dan Misaroh, 2011). Menurut Manuaba (2007), dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, edometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR. Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), dismenore sekunder (secondary dysmenorrhea) adalah nyeri haid karena kelainan ginekologi dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20 – 30 tahun dikarenakan terjadi infeksi, mioma submukosa, polip korpus uteri, endometriosis, retroflexio uteri fixata, gynastresi. b. Etiologi Menurut Nugroho dan Utama (2014), penyebab dismenore sekunder yaitu: 1) Endometriosis 2) Fibroid 3) Adenomyosis 4) Peradangan tuba fallopi 5) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut 19 6) Pemakaian IUD c. Gejala Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga disertai dengan sakit kepala, mual, sembelit atau diare da nsering berkemih, kadang sampai terjadi muntah. d. Pengobatan Menurut Proverawati dan Misaroh (2011), pengobatan dismenore dapat menggunakan obat-obatan, yaitu: 1) Terapi obat-obatan analgesik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri 2) Non Steroid Anti Inflamation Drug (NSAIDs) Dapat memblokade tubuh untuk membuat prostaglandin. Non Steroid Anti Inflamation Drug (NSAIDs) bekerja terbaik jika dimakan pada awal sakit mulai terasa, cukup dimakan pada hari 1 dan 2 menstruasi. Obat ini tidak boleh dimakan jika ada gangguan perdarahan, kerusakan hati, gangguan lambung. 3) Obat hormonal, pengobatan dengan obat hormonal ditujukan untuk menekan ovulasi dan penggunanya hanya atas saran dokter. 20 Menurut Nugroho dan Utama (2014), selain dengan obat-obatan nyeri juga bisa dikurangi dengan: 1) Istirahat yang cukup 2) Olah raga yang teratur (terutama berjalan). 3) Pemijatan 4) Yoga 5) Orgasme pada aktivitas seksual 6) Kompres hangat di daerah perut. e. Penatalaksanaan Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), penatalaksanaan dismenore yaitu meliputi: 1) Beri kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredaka nyeri. 2) Berikan minum dan hidari konsumsi garam dan minuman yang berkafein 3) Olah raga secara teratur 4) Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri 5) Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres 6) Pemberian analgesik dan suplemen. B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan 21 yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien (Sulistyawati, 2009). 2. Proses Manajemen Kebidanan Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakantindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berarti (Ambarwati dkk, 2010). Proses manajemen kebidanan ada 7 antara lain : a. Langkah I : Pengkajian Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik (Soepardan, 2008). 1) Data Subjektif Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang dismenore sekunder, maka pengkajian ditujukan pada pemeriksaan ginekologi (Nursalam, 2008). Pengkajian pasien antara lain : a) Identitas Pasien (1) Nama Pasien Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). penanganan 22 (2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya risiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (3) Suku / Bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (4) Agama Untuk mengetahui membimbing atau keyakinan pasien mengarahkan tersebut pasien untuk dalam doa (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (5) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (6) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 23 (7) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). b) Keluhan Utama Kelurah utama ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2009). Kasus dismenore sekunder. Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala dismenore nyeri pada perut bagian bawah. c) Riwayat Haid Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami menstruasi, jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan ketika mengalami mestruasi (Sulistyawati, 2009). d) Status Perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan syah atau tidak, sudah berapa kali menikah, pada umur berapa menikah, berapa jumlah anak (Ambarwati dan Wulandari, 2010). e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 24 f)Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari, 2010). g) Riwayat Kesehatan (1) Riwayat kesehatan sekarang Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan dismenore sekunder (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (2) Riwayat kesehatan yang lalu Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi dismenore sekunder(Ambarwati dan Wulandari, 2010). (3) Riwayat kesehatan keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular seperti : AIDS, Hepatitis, TBC, dan penyakit menurun seperti : Asma, Jantung, DM, maupun keturunan kembar dan riwayat operasi (Prawirohardjo, 2006). h) Pola Kebiasaan Sehari-hari (1) Pola Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan pada (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 25 (2) Pola Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (3) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari, 20100). Pada kasus gangguan reproduksi dengan dismenore sekunder istirahat menjadi terganggu dikarenakan nyeri pada perut bagian bawah (4) Personal Hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (5) Kehidupan Seksual Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan seksual. i) Data Psikologis Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga. Biasanya remaja dan ibu yang emosinya tidak stabil mudah mengalami nyeri menstruasi (Proverawati dan Misaroh, 2009). 26 2) Data Objektif Data objektif untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosis (Sulistyawati, 2009). Langkah-langkan pemeriksaan sebagai berikut: a) Status generalis (1) Keadaan Umum Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan pasien, dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital (Prihardjo, 2007). Keadaan baik jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, ketergantungan serta dalam secara fisik berjalan. tidak Lemah mengalami jika pasien dimasukka dalam kriteria ini jika ibu kurang atau memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009). (2) Kesadaran Kesadaran meliputicomposmentis(sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya), apatis (kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), somnolen (keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rangsan nyeri tetapi jatuh tidur lagi), delirium, semi koma dan koma (kesadaran yang menyerupai koma) (keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsang apapun) (Prihardjo, 2007). 27 (3) Tanda-tanda vital (a) Tekanan Darah Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi (Saifuddin, 2007). Batas normal 110/60 – 140/90 mmHg (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (b) Suhu Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak jika ada dan lebih dari 38oC kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal 37,5 - 38oC (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (c) Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2007). Batas normal 60 – 80 x / menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (d) Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2007). Batas normal 20-30 x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (4) Berat Badan Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007). Pada kasus dismenore sekunder obesitas menjadi faktor timbulnya nyeri (Proverawati dan Misaroh, 2009). (4) Tinggi Badan 28 Untuk mengetahui faktor risiko kesempitan panggul. Tinggi badan wanita normal 150 cm (Ambarwati dan Wulandari, 2010). b) Pemeriksaan Sistematis (1) Inspeksi Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik (Prihardjo, 2007). Pemeriksaan inspeksi meliputi : (a) Kepala (1) Rambut Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe (Nursalam, 2008). (2) Muka Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah oedema (Nursalam, 2008). (3) Mata Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan sklera warna putih (Yulaikah, 2009). (4) Hidung Untuk mengetahui adakah pernafasan cuping hidung, adakah pengeluaran sekret (Yulaikah, 2009). 29 (5) Telinga Untuk mengetahui apakah didalamnya ada serumen (Alimul, 2006). (6) Mulut, gigi dan gusi Untuk mengetahui mulutnya bersih apa tidak, ada caries dan karang gigi tidak, serta ada stomatitis atau tidak (Nursalam, 2008). (b) Leher Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Nursalam, 2008). (c) Dada dan axilla Untuk mengetahui mammae ada pembesaran atau tidak, tumor simetris, areola hiperpigmentasi apa tidak, puting susu menonjol apa tidak, kolostrum sudah keluar atau belum (Ambarwati dan Wulandari, 2010) (d) Axilla Untuk mengetahui adakah tumor, adakah nyeri tekan (Nursalam 2008). (e) Abdomen Untuk mengetahui apakah ada pembesaran hati, adakah tumor atau benjolan, ada luka bekas operasi atau tidak, pembesaran uterus yang abnormal (Varney, 2007). Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), nyeri di perut bagian bawah. 30 (f) Pemeriksaan Anogenital (1) Vulva vagina Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi, ada tidaknya kemerahan, varices, nyeri, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007). (2) Inspekulo Pemeriksaan dalam yang dilakukan untuk mengetahui keadaan portio / serviks dan pengeluaran pervaginam. (3) Pemeriksaan dalam Dikaji untuk mengetahui kondisi vagina urethra, dinding vagina, portio, orifisium urethra eksterna, korpus uteri, pengeluaran dan discharge ada haemoroid atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (4) Anus Untuk mengetahui (Nursalam, 2008). (5) Ekstremitas Bagaimana keadaanya odema atau tidak, varices atau tidak (2) Palpasi Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan 31 atau organ. Palpasi biasasnya dilakukan terakhir setelah inspeksi (Prihardjo, 2007). (a) Abdomen Untuk mengetahui ada nyeri tekan atau tidak, ada pembesaran perut yang abnormal atau tidak (Varney, 2007). (b) Vulva Untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan, varices, nyeri, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007). (3) Auskultasi Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran untuk mendengarkan bunyi jantung, paru-paru, bising usus, serta untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi (Prihardjo, 2007). Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan auskultasi untuk mendeteksi tekanan darah. (4) Perkusi Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan 32 (Prihardjo, 2007). Pemeriksaan perkusi dilakukan untuk pemeriksaan reflek patella positif atau tidak. c) Pemeriksaan Penunjang Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Varney, 2007). Laparaskopi dan histerektomi. b. Langkah II : Interpretasi Data Pada langkah kedua ini harus mampu mengidentifikasi data yang dapat menganalisa serta merumuskan diagnosa dan masalah yang dihadapi pasien. Diagnosa ini dirumuskan sesuai data yang didapat atau yang muncul, yang dihadapi pasien dan merumuskan menjadi diagnosa kebidanan. 1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan dismenore sekunder. Data subjektif Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi: a) Ibu mengatakan nyeri timbul sebelum menstruasi atau di awal menstruasi b) Ibu mengatakan nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah. 33 c) Ibu mengatakan mual dan sakit kepala. Data objektif Menurut Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), data obyekti pada kasus dismenore sekunder yaitu: a) Denyut jantung yang cepat 2) Masalah Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan kesadaan pasien (Varney, 2007). Pada kasus dismenore sekunder yaitu nyeri pada perut bagian bawah. 3) Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum tendentifikasi dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Varney, 2007). Pada kasus dismenore sekunderkebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril dan kebutuhan konseling informasi education (KIE) (Manuaba, 2007). c. Langkah III : Diagnosa / Masalah Potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007). Diagnosa potensial yang muncul pada kasus dismenore sekunderyaitu dapat menyebabkan kankerrahim(Manuaba, 2007). 34 d. Langkah IV : Tindakan Segera Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah sebelumnya harus merumuskan tindakan emergency/ segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2007). Pada kasus dismenore sekunderantisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi anti prostaglandin, terapi hormonal (Proverawati dan Misaroh, 2009). e. Langkah V : Perencanaan Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter atau atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan (Varney, 2007). Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), penatalaksanaan dismenore yaitu meliputi: 1) Beri kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredaka nyeri. 2) Berikan minum dan hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein 35 3) Olah raga secara teratur 4) Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri 5) Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres 6) Pemberian analgesik dan suplemen. f. Langkah VI : Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Varney, 2007). Pada kasus dismenore sekunder pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, yaitu: 1) Menganjurkan untuk mengompres bagian bawah abdomen dengan botol yang berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri. 2) Memberikan asupan nutrisi yang bergizi rendah garam dan minuman yang berkafein. 3) Menganjurkan supaya berolahraga secara teratur. 4) Menganjurkan untuk tidur berbaring telentang memposisikan pinggul melebihi bahu untuk meredakan nyeri 5) Menganjurkan untuk beraktifitas yang dapat meredakan stres. 6) Menganjurkan untuk memberi analgesik, anti inflmasi nonsteroid, antipasmodik, estrogen, progesteron dan suplemen. g. Langkah VII : Evaluasi 36 Evaluasi kebidanan merupakan untuk langkah kegiatannya terakhir dilakukan dalam manajemen terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa (Varney, 2007). Pada kasus pasien dengan dismenore sekunder yang diharapkan adalah : Nyeri sudah tidak timbul, asupan nutrisi yang bergizi rendah garam dan minuman yang berkafein, Ibu mau berolahraga secara teratur, ibu mau beraktifitas yang dapat meredakan stres, analgesik anti inflmasi nonsteroid, antipasmodik, estrogen, progesteron dan suplemen telah diberikan. 3. Data Perkembangan SOAP Menurut Rukiyah (2014), data perkembangan menggunakan SOAP meliputi : S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian, hasil pengumpulan data pasien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney. O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan kebidanan langkah I Varney. A : Assesment 37 Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data subyektif dan obyektif suatu identifikasi : a. Diagnosa suatu masalah b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi P : Planning Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (I) dan evaluasi, perencanaan (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7 Vamey. C. Landasan Hukum Kewenangan bidan pengelolaan oleh bidan sesuai dengan kompetensi bidan di Indonesia dalam kasus gangguan sistem reproduksi dengan indikasi mioma uteri bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya dalam Permenkes NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010. Tentang ijin dan penyelenggaraan praktek bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan sesuai dengan pasal 12 yang isinya : Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : 1. Pelayanan kesehatan ibu 2. Pelayanan kesehatan anak 3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 38 Pasal 12 : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk : 1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom (Menkes RI, 2010) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus Jenis laporan ini adalah deskriptif observasinal dengan pendekatan studi kasus. Studi kaus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar (Nasir dkk, 2011). Studi kasus ini dilakukan pada ibu gangguan reproduksi dengan dismenore sekunder dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney. B. Lokasi Studi Kasus Lokasi merupakan tempat dimana dilaksanakannya studi kasus (Nursalam, 2013). Tempat pengambilan kasus ini dilaksanakan di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. C. Subjek Studi Kasus Subjek studi kasus adalah orang yang akan dijadikan subjek untuk dilakukan studi kasus. Subjek studi kasus ini adalah Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder. D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus adalah waktu yang diperlukan selesainya tahap proses penelitian (Nursalam, 2013). Pengambilan kasus ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 - Juni 2016. 39 40 E. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola dan menginterpretasikan informasi dari responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir dkk, 2011). Instrumen yang dipakai dalam penulisan studi kasus ini dengan menggunakan lembar format asuhan kebidanan gangguan reproduksi menurut Varney dan data perkembangan SOAP. F. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data metode yang digunakan penulis adalah : 1. Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan penelitian (Hidayat, 2007). Data primer diambil dengan cara : a. Pemeriksaan fisik Pengkajian kesehatan merupakan komponen kunci dalam pembuatan klinis. Keahlian dalam pembuatan keputusan klinis menopang pengembangan praktek kebidanan (Nursalam, 2009). Pemeriksaan fisik meliputi: 1) Inspeksi Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang 41 berhubungan dengan status fisik (Prihardjo, 2007). Pada kasus dilakukan pemeriksaan kepala sampai kaki (Prihardjo, 2007). 2) Palpasi Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ. Palpasi biasasnya dilakukan terakhir setelah inspeksi (Prihardjo, 2007). Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), pada kasus dismenore sekunder yaitu nyeri di perut bagian bawah. Palpasi pada kasus ini dilakukan pemeriksaan abdomen. 3) Perkusi Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan (Prihardjo, 2007). Perkusi pada studi kasus ini tidak dilakukan. 4) Auskultasi Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran untuk mendengarkan bunyi jantung, paru-paru, bising usus, serta untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi (Prihardjo, 2007). Pada kasus ini penulis melakukan pemeriksaan tekanan darah (Prihardjo, 2007). Auskultasi dalam studi kasus ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah. 42 b. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung (Hidayat, 2007). Pada kasus ini wawancara dilakukan dengan Nn.W, keluarga dan tenaga kesehatan untuk mengetahui keluhan pada pasien. c. Observasi Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti 2007).Dalam observasi (Hidayat, menggunakan format asuhan kebidanan gangguan reproduksi untuk mengetahui antara lain keadaan umum ibu, kesadaran, tanda-tanda vital, keluhan yang dirasakan, nyeri perut bagian bawah, nyeri saat haid dan hasil pemeriksaan penunjang. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada (Hidayat, 2007). Data sekunder meliputi : a. Studi dokumentasi Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa dan fil dokumenter (Hidayat, 2007). Dalam hal ini data didapatkan dari rekam medik BPM Tri Resiti Juwiring Klaten. 43 b. Studi kepustakaan Studi kepustakaan adalah kegiatan penelitan yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan peneitian (Hidayat, 2007). Studi kepustakaan yang digunakan penulis adalah buku-buku dari tahun 2005 sampai 2015. G. Alat-alat yang Dibutuhkan Dalam pelaksanaan studi kasus penulis menggunakan alat-alat sebagai berikut: 1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) : a. Format pengkajian pada gangguan sistem reproduksi b. Buku tulis dan alat tulis 2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi a. Spignomamometer b. Stetoskop c. Thermometer d. Jam tangan 3. Alat dan bahan dalam pengambilan data : a. Format pengkajian asuhan kebidanan gangguan reproduksi b. Buku tulis c. Bolpoin 44 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian Hari/tanggal : Sabtu,16 April 2016 Pukul : 13.00 WIB Tempat : DI BPM JUWIRING KLATEN a. Identitas Pasien 1) Nama : Nn. W 2) Umur : 20 tahun 3) Agama : Islam 4) Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia 5) Pendidikan : SMA 6) Pekerjaan : Pelajar Alamat : Dukuh Jayan RT 01/ RW 03 Juwiring b. Anamnese (Data Subjektif) 1) Keluhan utama Nn. W mengatakan nyeri timbul pada saatmenstruasi, nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah dan mengalami mual dan sakit kepala. 2) Riwayat Menstruasi a) Menarche : Nn. W mengatakan haid pertama menstruasi umur 14 tahun 45 b) Siklus : Nn. W mengatakan siklus menstruasinya ± 28 hari. c) Teratur/tidak : Nn. W mengatakan menstruasinya teratur d) Lama : Nn. W mengatakan menstruasinya 6-7 hari e) Banyaknya : Nn. W mengatakan ganti pembalut 2-3/hari f) : Nn. W mengatakan sifat darahnya merah Sifat darah segar. g) Dismenorhoe : Nn. W mengatakan nyeri perut bagian bawah saat menstruasi 3) Riwayat Perkawinan Nn. W mengatakan belum pernah menikah 4) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Tgl/th Tempat Umur No Partus Partus Hamil – – – Jenis Partus – – Anak Nifas Keadaa n anak Penolong Jenis BB PB Keadaan laktasi sekaran g – – – – – – – 5) Riwayat Keluarga Berencana : Nn. W mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun 6) Riwayat Penyakit a) Riwayat penyakit sekarang Nn. W mengatakan sedang tidak menderita sakit apapun seperti panas, pilek dan batuk. b) Riwayat Penyakit sistemik 46 (1) Jantung : Nn. W mengatakan tidak pernah sakit atau nyeri pada dada sebelah kiri. (2) Ginjal : Nn. W mengatakan tidak pernah sakit atau nyeri pada pinggang kanan maupun kiri. (3) Asma /TBC : Nn. W mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan lebih dari 2 minggu. (4) Hepatitis : Nn. W mengatakan tidak pernah berwarna kuning pada mata, ujung kuku dan kulit. (5) DM : Nn. W mengatakan tidak pernah merasa sering haus, sering lapar dan sering BAK pada malam hari. (6) Hipertensi : Nn. W mengatakan tidak pernah memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. (7) Epilepsi : Nn. W mengatakan tidak pernah kejang sampai mengeluarkan busa dari mulut. (8) Lain-lain : Nn. W mengatakan tidak pernah menderita penyakit PMS seperti vaginitis (gatal, berbau, kemerahan), gonorhoe (nyeri ketika berkemih) c) Riwayat penyakit keluarga Nn. W mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis. 47 d) Riwayat keturunan kembar Nn. W mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat keturunan kembar. e) Riwayat operasi Nn. W mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun 7) Data Psikologis Nn. W mengatakan merasa cemas karena sudah 3 bulan belum menstruasi c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif) 1) Status Generalis a) Keadaan umum : Baik b) Kesadaran : Composmentis c) TTV : TD : 110/70 mmHg R: 22x/menit N : 84 x/menit d) TB : 157 cm e) BB : 50 kg S : 36,70 C 2) Pemeriksaan Sistematis a) Kepala Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak rontok Muka : Tidak pucat, tidak oedema b) Mata : Sklera putih, conjungtiva merah muda 48 c) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan d) Telinga : Simetris, tidak ada serumen e) Mulut/gigi/gusi : Tidak stomatitis, tidak berdarah, tidak ada caries. f) Leher (1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran (2) Tumor : Tidak ada benjolan (3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran g) Dada dan Axilla (1) Dada (a) Membesar : Normal (b) Tumor : Tidak ada (c) Simetris : Simetris (d) Putting susu : Menonjol (e) Kolostrum : Tidak keluar (2) Axilla (a) Benjolan : Tidak ada (b) Nyeri : Tidak ada (3) Abdomen (a) Pembesaran hati : Tidak ada (b) Benjolan / Tumor : Tidak ada (c) Nyeri Tekan : Tidak ada 49 (d) Luka Bekas Operasi: Tidak ada (4) Anogenital (a) Vulva vagina 1. Varices : Tidak dilakukan 2. Luka : Tidak dilakukan 3. Kemerahan : Tidak dilakukan 4. Nyeri : Tidak dilakukan 5. Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan (b) Inspeculo Portio / Serviks : Tidak dilakukan (c) Pemeriksaan dalam Portio / servik : Tidak dilakukan Tumor / Benjolan : Tidak dilakukan Nyeri : Tidak dilakukan (d) Anus Haemoroid : Tidak ada haemoroid Lain-lain : Tidak ada (5) Ekstremitas (a) Varices : Tidak dilakukan (b) Oedema : Tidak dilakukan (c) Reflek patella : Tidak dilakukan d. Pemeriksaan laboratorium 1) Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan 50 2) Pemeriksaan Penunjang lain : dilakukan pemeriksaan USGpada tanggal 9 April 2016 dengan hasil adanya massa pada rahim atau kista. 2. Interpretasi Data Tanggal 16 April 2016 a. Diagnosa Kebidanan Pukul 13.10 WIB Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder Data Dasar : Data Subjektif 1) Nn. W mengatakan berumur 20 tahun 2) Nn. W mengatakan nyeri timbul sebelum menstruasi atau di awal menstruasi dan nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah. 3) Nn. W mengatakan mual dan sakit kepala. 4) Nn. W mengatakan nyeri perut bagian bawah saat menstruasi. Data Objektif 1) Keadaan umum: Baik 2) Kesadaran : Composmentis 3) TTV : 110/70 mmHg R: 22x/menit : 84 x/menit S : 36,70 C : TD N 4) TB : 157 cm 5) BB : 50 kg 6) Pemeriksaan Abdomen : Pada saat di tekan pada perut bagian bawah terasa nyeri 51 7) Hasil USG : Adanya massa pada rahim atau kista b. Masalah Nn. W mengatakan merasa cemas dengan keadaannya c. Kebutuhan Beri support mental untuk mengurangi kecemasan pasien. 3. Diagnosa Potensial Tidak ada diagnosa potensial 4. Antisipasi Tidak ada 5. Rencana Tindakan Tanggal 16 April 2016 pukul 13.20 WIB a. Anjurkan Nn. W kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri. b. Anjurkan Nn. W minum air putih dan hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein seperti kopi. c. Anjurkan Nn. W untuk olah raga secara teratur d. Ajarkan Nn. W teknik relaksasi yang dapat membantu meredakan nyeri. e. Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres atau senam yoga. f. Pemberian terapi obat. g. Anjurkan Nn. W untuk kontrol ulang 2 hari lagi. 52 6. Pelaksanaan Tanggal 16 April 2016 a. Pukul 13.30 WIB, Anjurkan Nn. Wkompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri. b. Pukul 13.35 WIB Anjurkan Nn. W minum air putih dan hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein seperti kopi. c. Pukul 13.45 WIB, Anjurkan Nn. W untuk olah raga secara teratur d. Pukul 13.50 WIB, Anjurkan Nn. W untuk teknik relaksasi yang dapat membantu meredakan nyeri, yaitu dengan nafas dalam sebagai berikut: 1) Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara 2) Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan tubuh menjadi rilaks. 3) Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal. 4) Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat. 5) Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain 6) Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernapas secara pelan-pelan. 53 e. Pukul 14.00 WIB, melakukan aktivitas yang dapat meredakan stres atau senam yoga. f. Pukul 14.05 WIB, Pemberian terapi yaitu amoxillin 500 mg 3x1 dan ibuprofen 400 mg 3x1. g. Pukul 14.10 WIB, Menganjurkan Nn. W untuk kontrol ulang 2 hari lagi. 7. Evaluasi Tanggal 16 April 2016 Pukul 14.10 WIB a. Pukul 14.15 WIB Nn. W telah dikompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri. b. Pukul 14.20 WIB Nn. W bersedia minum air putih dan hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein seperti kopi. c. Pukul 14.25 WIB Nn. W bersedia olah raga secara teratur d. Pukul 14.30 WIB Nn. W dapat melakukan relaksasi yang dapat membantu meredakan nyeri. e. Pukul 14.35 WIB Nn. W bersedia melakukan aktivitas yang dapat meredakan stres f. Pukul 14.40 WIB Telah diberikan terapi obat g. Pukul 14.45 WIB Nn. W bersedia untuk kontrol ulang 2 hari lagi 54 DATA PERKEMBANGAN I ( Kontrol ) Tanggal 18 April 2016 S pukul 14.00 WIB : Subyektif 1. Nn. W mengatakan masih sedikit nyeri di perut bagian bawah dan mengatakan mual O 2. Nn. W masih melakukan kompres air hangat 3. Nn. W masih mengkonsumsi obat. 4. Banyaknya darah sebanyak 50 cc dan ganti pembalut 2 -3 kali/hari. : Obyektif 1. Keadan umum : baik 2. Kesadaran : composmentis 3. TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit A R: 24x/menit S : 36,40 C : Asessment Nn. W umur 20 dengan dismenore sekunder P : Planning 1. Pukul 14.10 WIB, memberi KIE tentang dismenore sekunder 2. Pukul 14.15 WIB, memberi KIE tentang gizi seimbang 3. Pukul 14.20 WIB, menganjurkan kontrol ulang 2 hari lagi 55 Evaluasi Tanggal 18 April 2016 Pukul 14.30 WIB 1. Telah diberikan KIE tentang dismenore sekunder 2. Telah diberikan KIE Gizi seimbang 3. Nn. W bersedia kontrol ulang jika ada keluhan 2 hari lagi 56 DATA PERKEMBANGAN II (Kunjungan Rumah ) Tanggal 22 April 2016 S pukul 13.00 WIB : Subyektif 1. Nn. W mengatakan sudah tidak merasakan nyeri 2. Nn. W mengatakan haid hari ke-7 3. Nn. W mengatakan sudah tidak merasakan mual dan pusing. O : Obyektif 1. Keadan umum : baik 2. Kesadaran : composmentis 3. TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit A R: 24x/menit S : 36,40 C : Asessment Nn. W umur 19 dengan riwayat Post dismenore sekunder P : Planning 1. Pukul 13.10 WIB, mengajurkan Nn. W tetap makan Gizi yang seimbang 2. Pukul 13.20 WIB, menganjurkan Nn. W untuk kontrol kembali ke dr.Sp.OG.guna mendapatkan / mengetahui penyebab dismenore sekunder 3. Pukul 13.25 WIB,kontrol ulang jika ada keluhan 57 Evaluasi Tanggal 22 April 2016 Pukul 14.30 WIB 1. Nn. W bersedia makan makanan dengan gizi seimbang 2. Nn. W bersedia kontol kembali ke dr.Sp.OG. guna mengetahui penyebab dismenore sekunder. 3. Nn. W bersedia kontrol ulang jika ada keluhan. 58 B. PEMBAHASAN 1. Pengkajian pada tanggal 16 April 2016 langkah pertama dikumpulkan semua informasi meliputi data subtektif dan objektif. Data subjektif yang didapat yaitu Nn. W umur 20 tahun. Keluhan utama Nn. W mengatakan nyeri timbul pada saatmenstruasi, nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah dan mengalami mual dan sakit kepala. Riwayat Menstruasi Nn. W mengatakan nyeri perut bagian bawah saat menstruasi Data Obyektif didapatkan tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah. Menurut Proverawati dan Misaroh (2011), ibu mengatakan nyeri timbul sebelum menstruasi atau di awal menstruasi, ibu mengatakan nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah, ibu mengatakan mual dan sakit kepala dan pemeriksaan fisik pada abdomen ditandai dengan nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Sehingga pada langkah ini ada kesenjangan antara teori dan praktek di lahan, yaitu pada data objektif pada kasus tidak terjadi nyeri tekan. 2. Interpretasi Data a. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan dismenore sekunder. Pada kasus didapatkan diagnosa kebidanan Nn. W Umur 20 tahun dengan dismenore sekunder. b. Masalah 59 Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan kesadaan pasien (Varney, 2007). Pada kasus dismenore sekunder yaitu nyeri pada perut bagian bawah. Masalah pada kasus Nn. W mengatakan merasa cemas dengan keadaannya karena nyeri pada perut bagian bawah c. Kebutuhan pada kasus dismenore sekunderkebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril dan kebutuhan konseling informasi education (KIE) (Manuaba, 2007). Pada kasus Nn. W kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril dan kebutuhan konseling informasi education (KIE). Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lahan. 3. Diagnosa Potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Menurut Manuaba (2007), diagnosa potensial yang muncul pada kasus dismenore sekunderyaitu dapat menyebabkan kankerrahim. Pada langkah ini tidak potensial terjadi kanker rahim. 60 4. Antisipasi pada kasus yaitu Pemberian terapi anti prostaglandin, terapi hormonal. Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), pada kasus dismenore sekunderantisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi anti prostaglandin, terapi hormonal. 5. Rencana Tindakan pada kasus dilakukan pada Tanggal 16 April 2016, yaitu beri kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri, berikan minum dan hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein, anjurkan Olah raga secara teratur, ajarkan teknik relaksasi yang dapat membantu meredakan nyeri, lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, pemberian analgesik dan suplemen. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan. Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), penatalaksanaan dismenore yaitu meliputi: Beri kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri, berikan minum dan hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein, olah raga secara teratur, istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri, lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, pemberian analgesik dan suplemen. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lahan. 6. Pelaksanaan dilakukan pada Tanggal 16 April 2016Menurut Varney, (2007), langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana 61 asuhan secara efisien dan aman. Pada kasus dismenore sekunder pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan 7. Evaluasi pada kasus pada Tanggal 16 April 2016 yaitu Nn. W telah dikompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri, telah diberikan minum dan hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein, Nn. W bersedia olah raga secara teratur, Nn. W dapat melakukan relaksasi yang dapat membantu meredakan nyeri, Nn. W bersedia melakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, Telah diberikan analgesik dan suplemen, Menganjurkan untuk kontrol ulang jika ada keluhan. BAB V PENUTUP Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Nn. W umur 20 tahun dengan Dismenore Sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut: C. Kesimpulan 1. Pengkajian pada tanggal 16 April 2016 langkah pertama dikumpulkan semua informasi meliputi data subtektif dan objektif. Data subjektif yang didapat yaitu Nn. W umur 20 tahun. Keluhan utama Nn. W mengatakan nyeri timbul pada saatmenstruasi, nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah dan mengalami mual dan sakit kepala. Riwayat Menstruasi Nn. W mengatakan nyeri perut bagian bawah saat menstruasi Data Obyektif didapatkan tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah. Langkah ini ada kesenjangan antara teori dan praktek di lahan. 2. Interpretasi Data Diagnosa ini dirumuskan sesuai data yang didapat atau yang muncul, yaitu: Nn. W Umur 20 tahun dengan dismenore sekunder. Data Subjektif didapatkan Nn. W mengatakan berumur 20 tahun, Nn. W mengatakan nyeri timbul sebelum menstruasi atau di awal menstruasi dan nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah dan Nn. W mengatakan mual dan sakit kepala. Data Objektif keadaan umum: baik, kesadaran composmentis dan TT yang meliputi TD : 110/70 mmHg, R: 22x/menit, N: 84 x/menit, S : 36,70 C.Masalah pada kasus yaitu Nn. W mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan pada kasus 62 63 yaitu KIE tentang gangguan menstruasi. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lahan. 3. Diagnosa Potensial tidak potensial terjadi kanker rahim. 4. Antisipasi pada kasus yaitu Pemberian terapi anti prostaglandin, terapi hormonal. Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lahan. 5. Rencana Tindakan pada kasus dilakukan pada tanggal 16 April 2016, yaitu beri kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri, berikan minum dan hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein, anjurkan Olah raga secara teratur, ajarkan teknik relaksasi yang dapat membantu meredakan nyeri, lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, pemberian analgesik dan suplemen. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lahan. 6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan 7. Evaluasi pada kasus pada tanggal 22 April 2016 yaituNn. W mengatakan sudah tidak merasakan nyeri, Nn. W mengatakan haid hari ke-7 dan Nn. W mengatakan sudah tidak merasakan mual dan pusing. 8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten selama 7 hari ini 64 ada kesenjangan antara teori dan praktek di lahan, yaitu pada data objektif pada kasus tidak terjadi nyeri tekan. D. Saran 4. Bagi pasien Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kususnya tentang dismenore dengan banyak membaca artikel-artikel kesehatan dan menerapkan hidup yang sehat. 5. Bagi Institusi RB Diharapkan lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi khususnya dengan amenore sekunder. 6. Bagi Pendidikan Diharapkan dapat menambah referensi dan sumber bacaan yang tentang gangguan reproduksi.