Kebijakan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

advertisement
FORUM NASIONAL “Kebijakan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia”
(Indonesian Health Finance Policy)
2010
Abstrak 21
POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
Misnaniarti
Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan FKM Universitas Sriwijaya
Tujuan : Tantangan dan permasalahan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia makin
bertambah berat dan kompleks. Sehingga untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya maka salah satu upaya yang dilakukan dalam pembangunan kesehatan adalah
melalui peningkatan pembiayaan kesehatan. Program Pemberantasan Penyakit menular (P2M)
merupakan salah satu program strategis Kementerian Kesehatan RI untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, khususnya agar masyarakat terbebas dari penyakit menular. Dalam era
desentralisasi ini, pengalokasian anggaran program sepenuhnya berada dalam wewenang daerah.
Pembiayaan merupakan aspek penting, oleh karena itu perlu dicari model kebijakan pengalokasian
anggaran yang tepat, sehingga proporsi anggaran menjadi seimbang terutama untuk program
pemberantasan penyakit menular.
Metode : Desain penelitian adalah observasional dengan pendekatan kualitatif. Kerangka konsep
berdasarkan teori pembiayaan kesehatan, dengan melihat komponen pengeluaran biaya program
yang terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Populasi penelitian
adalah seluruh dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan sampel
komponen biaya program diambil dari 6 (enam) dinas kesehatan kabupaten/kota dengan
pertimbangan mempunyai kelengkapan data biaya program pada tahun 2007 dan 2008. Data
diperoleh dengan menggunakan chek list pola alokasi anggaran serta pedoman wawancara
mendalam tentang dukungan dan faktor-faktor penghambat dalam Program Pemberantasan
Penyakit Menular. Analisis yang dilakukan berupa analysis for policy dalam rangka menyusun
rekomendasi kebijakan pembiayaan pemberantasan penyakit menular.
Hasil : Diketahui bahwa proporsi anggaran Program Pemberantasan Penyakit Menular di tiap-tiap
kabupaten/kota berbeda-beda, tergantung dari program prioritas yang dilaksanakan di wilayah
tersebut, dimana jumlah dana untuk setiap tahun tidak tetap besarnya, namun terlihat adanya
kecenderungan penurunan dana program ini pada tahun 2008. Pada komponen anggaran program
terlihat pada kabupaten/kota yang baru terbentuk cenderung memiliki porsi belanja modal yang
cukup besar, ini berhubungan dengan adanya pembangunan fasilitas fisik untuk pemenuhan
kebutuhan kabupaten yang baru dibentuk. Porsi pembiayaan untuk program pemberantasan
penyakit DBD merupakan yang paling banyak porsinya. Pembiayaan program ini tidak tergantung
kepada tinggi rendahnya jumlah kejadian penyakit di tahun sebelumnya. Hal ini berakibat adanya
penyakit yang tidak mendapatkan dukungan anggaran karena keterbatasan anggaran yang
dialokasikan untuk Dinas Kesehatan yang ada di kabupaten tersebut. Juga karena kurangnya
dukungan dari Pemerintah Daerah yang lebih memperioritaskan pada kegiatan Pengobatan Gratis
yang lebih banyak memerlukan porsi anggaran.
Kesimpulan : Disimpulkan bahwa pola alokasi anggaran Program Pemberantasan Penyakit
Menular
belum mendapat dukungan pembiayaan yang optimal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Direkomendasikan kepada pihak pemerintah
daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan membuat kebijakan berupa Peraturan Daerah
yang mengatur alokasi anggaran yang tepat untuk Program Pemberantasan Penyakit Menular ini
sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian penyakit menular di wilayah ini secara
signifikan.
Kata Kunci : Kebijakan, Desentralisasi, Pembiayaan, Penyakit Menular
Download