gambaran pengetahuan pengunjung puskesmas cimahi selatan

advertisement
GAMBARAN PENGETAHUAN PENGUNJUNG
PUSKESMAS CIMAHI SELATAN MENGENAI KANKER
LEHER RAHIM
MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Achmad Yani
Oleh:
Gita Puji Aistyani
4111081059
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2012
GAMBARAN PENGETAHUAN PENGUNJUNG PUSKESMAS CIMAHI SELATAN
MENGENAI KANKER LEHER RAHIM
Gita Puji Aistyani1, P.E.L. Siagian2, Syafrial2
1
Fakultas Kedokteran Unjani, 2Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Dustira
ABSTRAK
Menurut WHO, di dunia terdapat sekitar 500 ribu kasus baru kanker leher rahim setiap
tahunnya, 95% dari angka kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Salah satu
alasannya karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker leher rahim.
Tujuan penelitian ini, mengetahui gambaran pengetahuan wanita pengunjung Puskesmas
Cimahi Selatan mengenai kanker leher rahim berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan
riwayat hubungan seksual. Penelitian dilakukan pada 97 wanita pengunjung Puskesmas
Cimahi Selatan sebagai subyek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukan gambaran pengetahuan wanita pengunjung Puskesmas Cimahi
Selatan mengenai kanker leher rahim, sebagian besar (80,4%) dikategorikan cukup. Tingkat
pengetahuan baik, seluruhnya didapatkan pada responden dengan karakteristik usia lebih
dari 35 tahun (5%), pertama kali menikah saat berusia lebih dari sama dengan 18 tahun
(2,3%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (25%), dan memiliki satu partner seksual
(2,4%). Tingkat pengetahuan cukup, sebagian besar didapatkan pada responden dengan
karakteristik usia 20–35 tahun (84,6%), pertama kali menikah saat berusia lebih dari sama
dengan 18 tahun (81,6%), pendidikan terakhir SD/sederajat (100%), dan memiliki partner
seksual lebih dari satu (90%). Tingkat pengetahuan kurang, sebagian besar didapatkan pada
responden dengan karakteristik usia kurang dari 20 tahun (20%), pertama kali menikah saat
berusia kurang dari 18 tahun (40%), pendidikan terakhir SMP/sederajat (28,9%), dan tidak
memiliki partner seksual (20%). Dengan demikian disimpulkan sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang cukup. Disarankan untuk instansi terkait, melakukan upaya
peningkatan pengetahuan mengenai kanker leher rahim pada masyarakat yang berisiko
tinggi terkena kanker leher rahim.
Kata kunci: Pengetahuan, kanker leher rahim, Puskesmas Cimahi Selatan
PENDAHULUAN
Berdasarkan data dari International Agency for Research on Cancer (IARC), kanker
leher rahim merupakan jenis kanker ketiga terbanyak di dunia yang menyebabkan kematian
pada wanita. Selain itu, World Health Organization (WHO) juga menyebutkan bahwa di dunia
terdapat sekitar 500 ribu kasus baru kanker leher rahim dan 260 ribu kasus kematian akibat
kanker leher rahim setiap tahunnya. Ironisnya, sebanyak 95% dari angka kejadian tersebut
terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.1–3
Tiga belas pusat patologi di Indonesia melaporkan bahwa kanker leher rahim
merupakan jenis kanker dengan jumlah tertinggi, yaitu sebesar 36% dari seluruh jenis kanker
yang diderita oleh wanita di Indonesia. Berdasarkan laporan Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM), dari 1717 kasus kanker ginekologik yang dirawat di RSCM,
sebanyak 76,8% di antaranya merupakan kasus kanker leher rahim. Kanker leher rahim juga
menduduki peringkat pertama sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita oleh wanita
yang bertempat tinggal di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Berdasarkan hal tersebut,
dapat dikatakan bahwa kanker leher rahim merupakan salah satu masalah kesehatan yang
serius bagi Indonesia.4–6
Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada tahun 2009 oleh Wong,
melaporkan
bahwa pengetahuan mengenai kanker leher rahim pada wanita di Malaysia dapat dikatakan
masih kurang. Sebagian besar responden pernah mendengar istilah kanker leher rahim
tetapi tidak mengetahui bahwa kanker leher rahim dapat dicegah. Responden beranggapan
bahwa tes pap smear, sebagai suatu upaya skrining kanker leher rahim, tidak perlu
dilakukan apabila mereka tidak mempunyai gejala kanker leher rahim. Hasil penelitian
tersebut menekankan pentingnya infomasi yang akurat mengenai kanker leher rahim
sebagai suatu langkah utama dalam upaya menurunkan angka kejadian kanker leher rahim.7
Penelitian yang dilakukan di Pakistan pada tahun 2009 oleh Ali, juga menunjukkan
kurangnya pengetahuan wanita mengenai kanker leher rahim pada wanita di Pakistan. Pada
penelitian tersebut didapatkan hanya 23,4% responden yang mengetahui bahaya kanker
leher rahim, sisanya sebanyak 76,6% tidak mengetahui bahaya kanker leher rahim. 8
Berdasarkan hal tersebut, timbul suatu pertanyaan mengenai keadaan pengetahuan
wanita Indonesia mengenai kanker leher rahim. Apakah pengetahuannya sudah baik, cukup,
ataukah masih kurang. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian di wilayah yang luas agar dapat
lebih menggambarkan keadaan masyarakat. Berdasarkan data profil Puskesmas Cimahi
Selatan tahun 2008, Puskesmas Cimahi Selatan memiliki wilayah kerja paling luas
dibandingkan puskesmas-puskesmas lain di Kota Cimahi, dengan jumlah penduduk 87.356
jiwa dan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 6.844 jiwa. 9
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian yang berjudul
“Gambaran Pengetahuan Pengunjung Puskesmas Cimahi Selatan Mengenai Kanker Leher
Rahim”.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan kepada 97 wanita pengunjung Puskesmas Cimahi Selatan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif observasional dengan
pendekanan cross sectional. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
metode analisis data univariat yang didapatkan dari hasil pengukuran pengetahuan dengan
menggunakan kuesioner. Hasil analisis data berupa distribusi frekuensi dan persentase
responden berdasarkan usia saat mengisi kuesioner, usia saat pertama kali menikah, tingkat
pendidikan, dan riwayat hubungan seksual. Selain itu, juga diperoleh data kategorik berupa
pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim, apakah baik, cukup, atau kurang.
Hasil analisis data ini disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Saat Mengisi Kuesioner
Apabila ditinjau dari karakteristik usia saat mengisi kuesioner, rentang usia responden
dibagi menjadi tiga, yaitu kurang dari 20 tahun, 20–35 tahun, dan lebih dari 35 tahun, hal ini
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia saat mengisi kuesioner
Kelompok Usia
Jumlah
Persentase
< 20 tahun
5
5,16 %
20–35 tahun
52
53,61 %
> 35 tahun
40
41,23 %
Total
97
100 %
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Saat Pertama Kali Menikah
Berdasarkan hasil pengambilan data, dari 97 responden penelitian didapatkan 92
responden yang sudah menikah dan 5 responden yang belum menikah, hal ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
100
Jumlah
80
92
60
40
20
5
0
Menikah
Belum Menikah
Status Pernikahan
Gambar 1. Grafik karakteristik responden berdasarkan status pernikahan.
Dari 92 responden yang sudah menikah, karakteristik responden berdasarkan usia saat
pertama kali menikah dapat dilihat pada Gambar 2.
100
Jumlah
80
87
60
40
20
5
0
< 18 Tahun
≥ 18 Tahun
Usia Pertama Kali Menikah
Gambar 2. Grafik karakteristik responden berdasarkan
usia saat pertama kali menikah.
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diklasifikasikan menjadi empat
kelompok yaitu SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi, hal ini
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
SD/sederajat
6
SMP/sederajat
38
SMA/sederajat
45
Perguruan tinggi
8
Total
97
Persentase
6,2%
39,2%
46,4%
8,2%
100%
Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Hubungan Seksual
Berdasarkan riwayat hubungan seksual, karakteristik responden diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok yaitu, tidak memiliki partner seksual, memiliki satu partner seksual,
dan memiliki partner seksual lebih dari satu, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.
90
80
82
70
Jumlah
60
50
40
30
20
10
5
10
0
Tidak ada
Satu orang
Lebih dari satu
Jumlah Partner Seksual
Gambar 3. Grafik karakteristik responden berdasarkan
riwayat hubungan seksual.
Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Kanker Leher Rahim
Hasil pengujian pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim yang dilakukan
dengan menggunakan kuesioner, dapat dilihat pada Gambar 4.
90
80
78
70
Jumlah
60
50
40
30
20
10
17
2
0
Baik
Cukup
Tingkat Pengetahuan
Kurang
Gambar 4. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim.
Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 97 responden, didapatkan sebanyak 78 responden
(80,4%) memiliki pengetahuan cukup, diikuti sebanyak 17 responden
(17,5%) memiliki
pengetahuan kurang, dan dua responden (2,1%) memiliki pengetahuan baik. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai kanker
leher rahim sebagian besar (80,4%) berada pada kategori cukup. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Diyan Indrayani pada tahun 2009 yang menyebutkan
bahwa dari 96 responden penelitiannya, sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai kanker leher rahim dengan persentase 42,70%. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ro’aita Miftakhul Jannah pada tahun 2011 yang
menyebutkan bahwa dari 44 responden penelitiannya, sebanyak 30 responden (68,2%)
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kanker leher rahim.10,11
Uraian hasil penelitian tersebut menunjukkan perlunya upaya untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai kanker leher rahim, sehingga tingkat pengetahuan
masyarakat dapat berada dalam ketegori yang baik. Dengan baiknya tingkat pengetahuan
masyarakat tersebut dapat terbentuk suatu tindakan untuk menghindari kemungkinan
terkena kanker leher rahim, seperti menghindari faktor risiko kanker leher rahim dan
melakukan upaya deteksi dini kanker. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam proses terbentuknya tindakan
seseorang.12–14
Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia Saat Mengisi Kuesioner
Gambaran pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan
karakteristik kelompok usia saat mengisi kuesioner dapat dilihat pada Gambar 5.
Jumlah
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
44
30
Baik
Cukup
Kurang
4
1
<20 tahun
8
20 - 35 tahun
Kelompok Usia
2
8
>35 tahun
Gambar 5. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan usia
saat mengisi kuesioner.
Gambar 5 menunjukkan bahwa dari lima responden yang berusia kurang dari 20
tahun, sebanyak empat responden (80%) memiliki pengetahuan cukup, sisanya satu
responden (20%) memiliki pengetahuan kurang. Kemudian dari 52 responden yang berusia
20 – 35 tahun, sebanyak 44 responden (84,6%) memiliki pengetahuan cukup, sisanya
sebanyak 8 responden (15,4%) memiliki pengetahuan kurang. Sementara itu, dari 40
responden yang berusia lebih dari 35 tahun, sebanyak dua responden (5%) memiliki
pengetahuan yang baik, 30 responden (75%) memiliki pengetahuan cukup, dan delapan
responden (20%) memiliki pengetahuan yang kurang.
Dari uraian di dapat dikatakan bahwa responden yang berpengetahuan baik hanya
didapatkan pada kelompok yang berusia lebih dari 35 tahun dengan persentase sebesar 5%.
Responden yang berpengetahuan cukup sebagian besar berusia 20–35 tahun dengan
persentase sebesar 84,6%.Sementara itu, responden yang berpengetahuan kurang
sebagian besar berusia kurang dari 20 tahun dengan persentase sebesar 20%. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin bertambah usia seseorang, akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
dimilikinya akan semakin baik. Selain itu, kemungkinan besar semakin bertambah usia
seseorang, semakin bertambah pula pengalamannya, sehingga sesuai dengan teori yang
menyebtkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh seseorang, maka
pengetahuannya pun akan semakin baik.15
Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia Saat Pertama Kali Menikah
Gambaran pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan usia
Jumlah
saat pertama kali menikah dapat dilihat pada Gambar 6.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
71
Baik
Cukup
Kurang
3
2
2
14
< 18 Tahun
≥ 18 Tahun
Usia Pertama Menikah
Gambar 6. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan usia
saat pertama kali menikah.
Gambar 6 menunjukkan bahwa dari lima responden yang menikah pertama kali pada
usia kurang dari 18 tahun, sebanyak tiga responden (60%) memiliki pengetahuan cukup dan
sisanya sebanyak dua responden (40%) memiliki pengetahuan kurang. Sementara itu, dari
87 responden yang menikah pertama kali pada usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun,
sebanyak 71 responden (81,6%) memiliki pengetahuan cukup, 14 responden (16,1%)
memiliki pengetahuan kurang, dan sisanya sebanyak dua responden (2,3%) memiliki
pengetahuan yang baik.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa responden yang berpengetahuan baik
hanya didapatkan pada kelompok yang menikah pada usia lebih dari atau sama dengan 18
tahun dengan persentase sebesar 2,3%. Responden yang berpengetahuan cukup, sebagian
besar juga menikah pada usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun dengan persentase
sebesar 81,6%. Sementara itu, responden yang berpengetahuan kurang sebagian besar
menikah pada usia kurang dari 18 tahun dengan persentase sebesar 40%.
Meskipun tidak menjamin, usia saat pertama kali menikah dapat diartikan sebagai usia
saat melakukan hubungan seksual pertama kali (coitarche). Wanita yang melakukan
hubungan seksual pertama kali pada usia di bawah 18 tahun memiliki risiko dua kali lipat
lebih tinggi untuk terkena kanker leher rahim. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan
bahwa responden yang menikah pada usia kurang dari 18 tahun memiliki risiko yang lebih
besar untuk terkena kanker leher rahim daripada responden yang menikah pada usia lebih
dari atau sama dengan 18 tahun.16–18
Dari Gambar 6, tidak didapatkan responden yang berpengetahuan mengenai kanker
leher rahim yang baik pada kelompok responden yang menikah pertama kali pada usia
kurang dari 18 tahun, sebagian besar responden pada kelompok ini memiliki pengetahuan
yang kurang. Sebaiknya responden pada kelompok ini memiliki pengetahuan yang baik agar
timbul sikap menghindarkan diri dari faktor risiko kanker leher rahim lainnya serta timbul
sikap untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Dengan demikian, upaya untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai kanker leher rahim pada masyarakat yang menikah
pertama kali pada usia muda (kurang dari 18 tahun), sebaiknya lebih ditingkatkan. 16
Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambaran pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan tingkat
Jumlah
pendidikan dapat dilihat pada Gambar 7.
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
39
27
Baik
Cukup
Kurang
11
6
6
SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat
2 6
Perguruan
tinggi
Tingkat Pendidikan
Gambar 7. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim
berdasarkan tingkat pendidikan.
Gambar 7 menunjukkan bahwa dari enam responden yang merupakan tamatan
SD/sederajat seluruhnya (100%) memiliki pengetahuan cukup. Kemudian dari 38 responden
yang merupakan tamatan SMP/sederajat sebanyak 27 responden (71,1%) memiliki
pengetahuan cukup dan sisanya sebanyak 11 responden (28,9%) memiliki pengetahuan
kurang. Selanjutnya, dari 45 responden yang merupakan tamatan SMA/sederajat, sebanyak
39 responden (86,7%) memiliki pengetahuan cukup dan sisanya sebanyak enam responden
(13,3%) memiliki pengetahuan kurang. Sementara itu, dari delapan responden yang
merupakan tamatan perguruan tinggi sebanyak enam
responden (75%) memiliki
pengetahuan cukup dan sisanya sebanyak dua responden (25%) memiliki pengetahuan
yang baik.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa responden yang berpengetahuan baik
hanya didapatkan pada kelompok yang merupakan tamatan perguruan tinggi dengan
persentase sebesar 25%. Responden yang berpengetahuan cukup, sebagian besar
merupakan tamatan SD/sederajat dengan persentase sebesar 100%. Sementara itu,
responden yang berpengetahuan kurang sebagian besar merupakan tamatan SMP/sederajat
dengan persentase sebesar 28,9%. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan yang dimilikinya akan
semakin baik. Ketidaksesuaian ini kemungkinan besar dapat disebabkan oleh faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya usia, sodial budaya dan
ekonomi, serta pengalaman.15
Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Riwayat Hubungan Seksual
Gambaran pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkkan
riwayat hubungan seksual dapat dilihat pada Gambar 8.
70
60
65
Jumlah
50
40
Baik
30
Cukup
20
10
Kurang
4
1
2
15
9
1
0
Tidak ada
Satu orang
Lebih dari satu
Jumlah Partner Seksual
Gambar 8. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan
riwayat hubungan seksual.
Gambar 8 menunjukkan bahwa dari lima responden yang tidak memiliki partner
seksual, empat responden (80%) memiliki pengetahuan cukup sedangkan satu responden
lainnya (20%) memiliki pengetahuan kurang. Kemudian dari 82 responden dengan satu
partner seksual, sebanyak 65 responden (79,3%) memiliki pengetahuan cukup, 15
responden (18,3%) memiliki pengetahuan kurang, dan sisanya sebanyak dua responden
(2,4%) memiliki pengetahuan yang baik. Sementara itu, dari 10 responden dengan partner
seksual lebih dari satu, sembilan responden (90%) memiliki pengetahuan cukup dan satu
responden lainnya (10%) memiliki pengetahuan kurang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa responden yang berpengetahuan
baik hanya didapatkan pada kelompok yang memiliki satu partner seksual dengan
persentase sebesar 2,4%. Responden yang berpengetahuan cukup, sebagian besar
memiliki partner seksual lebih dari satu dengan persentase sebesar 90%. Sedangkan
responden yang berpengetahuan kurang, sebagian besar berada pada kelompok yang tidak
memiliki partner seksual dengan persentase sebesar 20%.
Dari Gambar 8, tidak didapatkan responden yang berpengetahuan baik di kelompok
yang memiliki partner seksual lebih dari satu. Sebaiknya responden pada kelompok ini
memiliki pengetahuan yang baik, karena aktivitas seksual memiliki hubungan yang sangat
erat dengan kejadian kanker leher rahim, khususnya bagi individu yang memiliki partner
seksual multipel. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa upaya untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai kanker leher rahim, pada masyarakat dengan jumlah partner
seksual lebih dari satu, harus lebih ditingkatkan sebagai upaya pencegahan primer kanker
leher rahim.16
KESIMPULAN
Gambaran pengetahuan wanita pengunjung Puskesmas Cimahi Selatan mengenai
kanker leher rahim sebagian besar (80,4%) berada pada kategori cukup. Tingkat
pengetahuan baik, seluruhnya didapatkan pada responden dengan karakteristik usia lebih
dari 35 tahun (5%), usia saat pertama kali menikah saat lebih dari sama dengan 18 tahun
(2,3%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (25%), dan memiliki satu partner
seksual
(2,4%). Tingkat pengetahuan cukup, sebagian besar didapatkan pada responden dengan
karakteristik usia 20–35 tahun (84,6%), usia pertama kali menikah saat lebih dari sama
dengan 18 tahun (81,6%), pendidikan terakhir SD/sederajat (100%), dan memiliki partner
seksual lebih dari satu (90%). Tingkat pengetahuan kurang, sebagian besar didapatkan pada
responden dengan karakteristik usia kurang dari 20 tahun (20%), usia pertama kali menikah
saat kurang dari 18 tahun (40%), pendidikan terakhir SMP/sederajat (28,9%), dan tidak
memiliki partner seksual (20%).
DAFTAR PUSTAKA
1.
International Agency for Research on Cancer. [Online]. 2008. [Diakses 9 Juni 2011].
Dari: http://globocan.iarc.fr/factsheets/cancers/cervix.asp.
2.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Skrining kanker leher rahim dengan
metode inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). [Online]. 2008. [Diakses 11 Juni
2011]. Dari: http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_view&gid
=279&tmpl=component&format=raw&Itemid=58.
3.
World Health Organization. Comprehensive cervical cancer control: a guide to essential
practice. [Online]. 2006. [Diakses 11 Juni 2011]. Dari: http://www.rho.org/files/WHO
_CC_control_2006.pdf.
4.
Aziz MF. Skrining dan deteksi kanker serviks. In: Ramli HM, Umbas R, Panigoro SS,
editors. Deteksi dini kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.
5.
Purwoto G, Nuranna L. Metode skrining alternatif pada kanker serviks. In: Ramli HM,
Umbas R, Panigoro SS, editors. Deteksi dini kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.
6.
Tjindarbumi D, Mangunkusumo R. Cancer in indonesia, present and future. [Online].
2008. Jpn J Clin Oncol. Mar;32 Suppl:S17-21. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.
gov/pubmed/11959873. [Accessed 10 Juni 2011].
7.
Wong LP, Wong YL, Low WY, Khoo EM, Shulib R. Knowledge and awareness of
cervical cancer and screening among malaysian women who have never had pap
smear: a qualitative study. [Online]. 2009. Available from: http://smj.sma.org.
sg/5001/5001a6.pdf. [Accessed 13 Juni 2011].
8.
Ali SF. Knowledge and awareness about cervical cancer and its prevention amongst
interns and nursing staff in tertiary care hospitals in karachi, pakistan. [Online]. 2010.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2883573/ [Accessed 13
Juni 2011].
9.
Puskesmas Cimahi Selatan. Profil
Cimahi;2008.
Puskesmas
Cimahi Selatan
Tahun 2008.
10. Indrayani D. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang kanker serviks dan perilaku
deteksi dini kanker serviks di Kelurahan Pacar Kembang Kota Surabaya. [Online]. 2009.
[Diakses
22
Januari 2012].
Dari:
http://www.
fk.unair.ac.id/index.php/S1Kebidanan/hubungan-antara-penge
tahuan-ibu-tentang-kanker-serviks-dan-perilakudeteksi-dini-kanker-serviks-dikelurahan-pacar-kembang-kota-surabaya.html.
11. Jannah RM. Gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kanker serviks di MAN
Sidoarjo.[Online].
2011.
[Diakses
22
Januari
2012].
Dari:
http://share.stikesyarsis.ac.id/elib/main/dok/00119/gambaran-tingkat-penge
tahuanremaja-putri-tentang-kanker-serviks-di-man-sidoarjo.
12. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
13. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
14. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
15. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Edisi 1. Jakarta: Rineka Cipta;
2007.
16. Scott JR, Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF. Danforth’s obstetrics and gynecology. 9 th ed.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2003.
17. Bosch FX. The causal relation between human papillomavirus and cervical cancer.
[Online]. 2008. J Clin Pathol. 55:244. [Diakses 15 Juni 2011]. Dari:
www.jcp.bmj.com/content/55/4/244.
18. Khan MJ, Partridge EE, Wang SS, Schiffman M. Socioeconomic status and the risk of
cervical intraepithelial neoplasia grade 3 among oncogenic human papillomavirus DNApositive women with equivocal or mildly abnormal cytology. [Online]. 2005. [Diakses 29
Juli 2011] . Dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15889450?dopt.
Download