BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan B. Promosi

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perancangan
Perancangan adalah fase pertama dalam pengembangan rekayasa produk atau
sistem. Kata perancangan berasal dari kata kerja merancang yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia memiliki arti merencanakan, mengatur segala sesuatunya
lebih dahulu. Sedangkan kata perancangan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah suatu proses, cara, atau perbuatan merancang rencana desain,
program, atau tulisan yang disusun melalui tahapan tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
kata perancangan memiliki arti suatu proses untuk menentukan langkah awal
dalam mengembangkan suatu produk atau system yang disusun melalui tahapan
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Promosi
Promosi adalah suatu komunikasi pemasaran, artinya aktifitas pemasaran
yang berusaha untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan (Tjiptono, 1997 :219).
Keunggulan dari sebuah produk dapat dikenalkan melalui promosi. Promosi
merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka
menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan dan kemudian
9
10
konsumen menjadi senang lalu membeli produk tersebut (Gitosudarmo,
2000:237)
Menurut Sigit Santoso promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran
(marketing mix). Bauran pemasaran memiliki empat bagian penting, yaitu :
1.
Produk (Product)
Produk di sini harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen, diantaranya adalah atribut produk, desain kemasan,
merek, logo dan antisipasi pasar terhadap produk tersebut.
2.
Harga (Price)
Harga produk harus ditentukan agar dapat diraih, dapat bersaing di pasar
dengan produk sejenis dan yang paling penting harga tersebut tergantung
oleh konsumen.
3.
Tempat (Place)
Penyebaran produk harus merata sesuai dengan pasar yang ingin
dijangkau sehingga konsumen mudah memperolehnya. Maka dari itu para
pelaku komunikasi harus pintar dalam pemilihan saluran distribusi produk
yang tepat.
4.
Promosi (Promotion)
Suatu bentuk kegiatan yang mengenalkan suatu produk kepada para calon
konsumen, dengan tujuan untuk memperoleh kesadaraan dari para calon
konsumen akan produk tersebut, biasa disebut dengan istilah lainnya adalah
Brand Awareness.
11
C. Candi
1. Pengertian Candi
Candi adalah bangunan peninggalan sejarah dan purbakala dari zaman
Hindu dan Budha ( Prof. Dr. I Made Bandem ). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, candi adalah sebuah bangunan kuno yang dibuat dari batu sebagai
tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja–raja atau pendeta–pendeta
Hindu atau Budha pada zaman dahulu. Candi merupakan salah satu dari sekian
banyak benda cagar budaya peninggalan sejarah dan purbakala yang tersebar
diseluruh Indonesia. Bangunan ini tersebar antara lain di pulau Sumatera, Jawa
dan Bali yang didirikan pada masa pengaruh kebudayaan India dan Indonesia.
Oleh karena itu tidak dapat diragukan lagi bahwa keberadaan candi tidak bisa
lepas dari sejarah, seni budaya, serta konsep filosofi bangsa Indonesia dimasa
lampau.
2. Latar Belakang Sejarah
Candi merupakan peninggalan dari masa klasik Indonesia, hanya
munculnya tidak pada awal perkembangan masa klasik tersebut, melainkan
baru 3 abad kemudian. Pembangunan candi sejalan dengan perkembangan
kekuasaan
politik
secara
kronologis
kerajaan–kerajaan
kuno
dapat
digolongkan menjadi dua kelompok periode, yaitu periode Jawa Tengah yang
berkembang ada abad ke–8 sampai abad ke–10 dan periode Jawa Timur yang
meliputikurun waktu abad ke–10 akhir sampai abad ke–15. Periodesasi ini
juga berlaku terhadap gaya bangunan candi. Pada awalnya candi dibagi
menjadi dua kelompok gaya bangunan, yaitu candi Jawa Tengah dan Candi
12
Jawa Timur. Walaupun demikian ada juga candi yang bergaya Jawa Tengah
namun terletak di daerah Jawa Timur, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu
Soekmono dalam bukunya menyarankan pemakaian istilah periode klasik awal
untuk periode Jawa Tengah dan periode klasik akhir untuk periode Jawa
Timur ( Soekmono 1990 : 70 ).
3. Candi Sebagai Kuil
Candi sebenarnya didirikan untuk menempatkan arca Dewa yang dibuat
sebagai sarana pemujaan. Oleh karena itu bisa dimengerti mengapa candi
sangat penting dan pembuatannya harus memenuhi aturan – aturan yang
digariskan dalam kitab–kitab Vastusastra. Kitab–kitab tersebut antara lain
Manasara, Silparakasa dan Visnudharmottaram.
Aturan dalam Vastusastra tidak hanya berkaitan dengan konstruksi candi,
tetapi juga meliputi pemilihan lahan, bukan hanya dilihat jenis tanahnya, tetapi
juga lingkungannya. Kitab Manasara menyebutkan bahwa bangunan suci
sebaiknya
didirikan
ditempat–tempat
yang
digunakan
dewa
untuk
bercengkrama, yaitu yang disebut tirtha. Tirtha sendiri bisa diwujudkan
dalam bentuk danau, sungai, mata air, muara sungai, dan laut. Namun candi
juga dapat didirikan di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, di lembah
dan sebagainya ( Kramrisch 1946 I : 4 – 5 )
Suatu hal yang sangat penting dalam pendirian candi adalah
penempatan titik pusat halaman candi serta pensucian seluruh area candi
dengan pembuatan diagramyang digambarkan pada permukaan tanah, yang
disebut dengan Vastupurusamandala, yaitu diagram suci yang menjadi tempat
13
Purusa. Titik pusat Vastupurusamandala yang disebut Brahmasthana
meruakan pusat kekuatan Purusa ( Brahmana ) yang melindungi seluruh
bangunan suci. Brahmasthana ini dikelilingi oleh 12 dewa–dewa perbintangan
( Naksatra ), dan sekelompok dewa lainnya yang berjumlah 32 ( Kramrisch
1946 I : 86 – 89 ).
Disamping titik pusat halaman yang ditentukan berdasarkan pembuatan
Vastupurusamandala masih ada titik lain yang merupakan pusat candi induk
yang disebut garbhagrha. Di bawah garbhagrha terdapat garbhapatra, yang
merupakan semacam peripih yang berisi benda–benda sebagai lambing dewa–
dewa yang ada di Vastupurusamandala.
4. Aspek Arsitektural
Secara arsitektural pengaruh India pada bangunan candi di Indonesia
tampaknya hanya pada unsur – unsur pokok, sedangkan untuk penyelesaian
detailnya merupakan kreativitas masyarkat Indonesia sendiri.
Candi – candi dari masa klasik awal pada kesan pertama menunjukan
persamaan dengan India, tapi jika dilihat dari detailnya akan tampak berbeda.
Secara umum candi klasik awal mempunyai bentuk yang tambun karena
memiliki bingkai – bingkai mendatar dan adanya selasar lebar pada kaki
candi. Pada tubuh candi terdapat relung – relung dan hiasan, serta atapnya
bertingkat-
tingkat makin mengecil dan memiliki hiasan mercu yang
berbentuk miniatur candi, sedangkan ruang garbhagrha terdapta dipusat
bangunan maupun di halaman.
Candi–candi pada masa klasik akhir lebih mengesankan bentuk yang
ramping karena memiliki atap yang menjulang tinggi, bahkan ada juga kaki
14
candi yang bertingkat. Garbhagrha tidak lagi berada di titik pusat bangunan
melainkan bergeser ke belakang. Begitu juga dengan candi induk yang
letaknya tidak berada di titik pusat halaman, melainkan juga bergeser ke
belakang pada halaman ketiga yang terletak paling belakang dan juga paling
tinggi.
Perbedaan antara candi klasik awal dengan candi klasik akhir adalah
dalam gaya seni hiasnya. Pada candi klasik awal memiliki gaya natural pada
relief–relief candi, sedangkan pada candi klasik akhir unsur–unsur hiasannya
menunjukan gaya dekoratif.
Secara umum candi memiliki bagian–bagian struktural yang terdiri dari
kaki, tubuh, dan atap candi. Pada bagian kaki candi terdapat tangga pada
pintu masuk serta badan candi terdapat ruangan yang diisi oleh arca dewa,
dan atap candi biasanya terdiri dari lapisan yang makin mengecil ke atas.
Biasanya suatu candi tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu kompleks
yang terdiri dari candi induk dan candi – candi perwara.
Di antara candi – candi ada yang secara arsitektural berbentuk khusus
yaitu stupa. Stupa adalah bangunan yang khas dalam agama Budha. Pada
dasarnya stupa terdiri dari lapik atau batu segi empat, yang kemudian di
atasnya terdapat bagian setengah bulatan dan pada puncaknya berbentuk
payung yang seringkali bertingkat–tingkat. Seiring berkembangnya waktu
bentuk setengah bulatan tersebut menjadi semakin tinggi hingga berbentuk
silinder.
15
5. Aspek Simbolis
Seperti telah disebutkan, candi adalah tempat bersemayamnya para dewa
yang patungnya ada di dalam bilik candi. Meskipun pada hakekatnya dewa
baru benar – benar hadir dalam bilik candi sewaktu – waktu pada saat ada
upacara.
Menurut kronologi India alam semesta ini dibagi menjadi tiga tingkatan
yaitu dunia bawah atau bhurloka yang merupakan dunia orang mati, kemudian
dunia antara atau bhuwarloka
yang meruakan dunia orang yang sudah
disucikan, dan terakhir dunia atas atau svarloka yang meruakan dunia ara
dewa. Akan tetapi data – data percandian tampaknya tidak sepenuhnya
mendukung pendapat ini. Contohnya pada Candi Prambanan pada bagian
kakinya terdapat relief kalpataru yang sebenarnya ada di dunia atas.
Perlambangan bagian candi sebagai tingkatan – tingkatan dunia lebih
tampak pada Candi Bororbudur. Tiga tingkatan pada kosmologi Budhis yaitu
Kamadhatu (dunia yang masih dipenuhi keinginan, nafsu), Rupadhatu (dunia
dimana jiwa manusia sudah membebaskan diri dari nafsu tapi belumterlepas
dari ikatan keduniawian), dan Arupadhatu (dunia tanpa bentuk). Masing –
masing tingkatan dunia ini dilambangkan oleh bagian – bagian Candi
Bororbudur.
Aspek simbolis lain dari bangunan candi juga tampak pada peripih.
Peripih berupa kotak batu yang berlubang berbentuk kotak – kotak kecil yang
berjumlah 9 sampai 25 lubang. Selain itu peripih dapat pula berupa periuk
tanah atau logam. Dulu peripih dianggap merupakan tempat sisa – sisa abu
jenazah tapi ternyata yang ada di dalam peripih merupakan abu tulang
16
binatang. Di dalam peripih terkadang terdapat lembaran emas berbentuk
padma ( teratai mekar ), kura – kura, atau lembaran emas dengan gambaran
dewa. Pada dasarnya peripih dimaksudkan untuk memberi daya penghidupan
candi sehinggan candi memiliki kekuatan gaib dan menjadikan candi sebagai
rumah dewa. Berdasarkan data terakhir diduga periih tidak hanya ditenpatkan
di candi – candi Hindu melainkan juga ditempatkan di candi Budha.
D. Desain Komunikasi Visual
Pada awalnya istilah design atau desain mengandung pengertian yang
terbatas pada aktvitas para arsitek,
ahli hukum, ahli teknik dan para
perancang bidang lain yang menghasilkan gambar yang diperlukan dalam
rangka pelaksanaan pembuatan sebuah barang atau karya desain. (Jonathan
Sarwono & Hary Lubis, 2007: 1). Melalui riset tentang masalah desain pada
tahun 1987, Axel Von Saldem telah menemukan bahwa pada akhir abad 16 di
Italia terdapat kata disegno interno yang berarti konsep karya yang akan
dilaksnanakan. Dari sinilah asal kata design atau desain. Dalam pengertian
awal, kata desain selalu mengandung penenekanan pada dihasilkannya
gambar rencana atau drawing. dari sisi periklanan menjelaskan bahwa design
atau desain adalah elemen visual pengiklan atau pengemasan. (Kamus Istilah
Periklanan Indonesia, 1996: 52)
yang dikembangkan dengan dalih tertentu
dan diolah sesuai dengan keperluan
Definisi dari komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan berita antara
dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga dipahami apa yang
dimaksud (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 798). Sedangkan dari
17
pemahaman lain pengertian dari media komunikasi adalah sarana yang terdiri
dari bauran kreatif yang digunakan untuk membawa pesan pengiklan sehingga
pesan tersebut dapat sampai kepada khayalak sasaran, yaitu konsumen atau
calon konsumen. (Kamus Istilah Periklanan Indonesia, 1996: 37). Jika
menggabungkan definisi komunikasi dari keduanya maka komunikasi erat
hubungannya dengan pemasaran dimana Prof. Martini Huseini yang merupakan
Guru Besar Pemasaran Internasional Universitas Indonesia berpendapat bahwa
pemasaran di era ini yang lebih dikenal dengan era “knowledge based society”
telah mengubah posisi komunikasi sebagai jantungnya kegiatan pemasaran.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata visual memiliki makna dapat dilihat
dengan indera penglihatan. Sedangkan dari sumber yang berkaitan dengan
desain mengartikan bahwa desain visual adalah rancangan mengenai suatu
gagasan yang dituangkan dalam bentuk gambar. (Kamus Istilah Periklanan
Indonesia, 1996:40). Sedangkan dari ruang lingkup keahlian desain atau
spesialisasinya menyimpulkan bahwa desain dalam pengertian visual atau
kesenirupaan meliputi tiga bidang utama,
Komunikasi
Visual,
dan
Desain
yaitu Desain Produk, Desain
Interior.(Jonathan
Sarwono & Hary
Lubis,2007:4)
.Menurut acuan lain definisi dari Desain Komunikasi Visual adalah suatu
disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta
ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan
gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa
bentuk dan gambar, tatanan huruf serta komposisi warna serta layout (tata
letak atau perwajahan). Dengan demikian gagasan bisa diteima oleh orang
18
atau
sekelompok
yang
menjadi
sasaran
penerima
pesan.(Adi
Kusrianto,2007:2).
E. Coffee Table Book
Coffee table book merupakan buku hardcover yang biasanya ditempatkan di
meja yang digunakan untuk bersantai dan minum kopi atau di tempat-tempat
untuk tamu duduk yang akan bisa menjadi inspirasi percapakan, hiburan atau
mengurangi kebosanan. Coffee table book biasanya cenderung berukuran besar
dan berat, karena tidak menekankan pada sisi kemudahan untuk dibawanya.
Muatan yang terkandung di dalamnya umumnya non-fiksi, dan biasanya lebih
berorientasi pada visual. Karena pembacanya sangat umum, maka analisa yang
disajikan lebih mendasar dan hanya menggunakan sedikit kata-kata asing.
(www.wikipedia.com).
Jenis foto yang akan digunakan dalam Coffee Table Book adalah Landscape
Photography, Human Interest dan Documentary Photography.
1. Landscape Photography
Foto
tentang
pemandangan
suatu
area
disebut
Landscape
Photography. Ladscape merupakan bagain scenery yang dilihat dari satu
titik penglihatan. Landscape Photography selalu menjadi bagian dari
outdoor photography yang mengetengahkan pemandangan pantai, laut,
tebing karang, sugai, danau, kolam, gunung, hutan, maupun air terjun.
Prioritas utama foto adalah pemandangan, dengan mempertajam view dan
mengeksplorasi keindahan. Dalam foto
landscape, kehadiran orang
maupun satwa hanya berfungsi sebagai skala pembanding.
19
2. Documentary Photography
Pada
hakikatnya,
semua
foto
adalah
dokumentasi
apapun
spesialisasinya. Baik berupa foto still life, wedding, dan jurnalistik
maupun street photography, hasil pemotretan akan menjadi foto dokumen
atau arsip.
Download