1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator
kesehatan suatu bangsa salah satunya masih dilihat dari tinggi atau
rendahnya angka kematian bayi (Maryunani, 2008). Target Millenium
Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka
kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar
20 per 1000 kelahiran hidup (Sistiarini, 2008).
Premarut dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan,
terutama diantara bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir,
sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan mortalitas dan
mobilitas neonatus dan sring dianngap dengam periode kehamilan pendek
(Nelson, 2000)
Penyebab utama tingginya angka kematian bayi khususnya pada
masa perinatal adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi
yang lahir dengan BBLR beresiko kematian dengan 35 kali lebih besar
dibandingkan dengan bayi yang berat badannya di atas 2500 gram
(Winkjosastro, 2007).
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan
derajat kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan
anak saat ini (Hidayat, 2008). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini
2
masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 16,3 per
1000 kelahiran bayi pada tahun 2008, ini memang bukan gambaran yang
indah karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negaranegara di bagian ASEAN. pennyebab kematian bayi terbanyak adalah
karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27%
disebabkan karena kelahiran bayi
Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah
mengganti istilah prematur dengan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
atau Low Birth Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi
dengan berat kurang dari 2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi
prematur. Seorang bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur, oleh
sebab itu bayi akan banyak mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus
ibunya (Prawirohardjo, 2004)
Setiap tahun diperkirakan bayi lahir sekitar 350.000 bayi prematur
atau berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi
prematur tersebut karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang
kondisinya kurang energi kronik dan sekitar 80% ibu hamil menjalani
anemia difisiensi gizi. Tingginya yang kurang gizi mengakibatkan
pertumbuhan janin terganggu sehingga beresiko lahir dengan berat badan
di bawah 2500 gram (Manuaba, 2003).
Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah rentan mengalami
berbagai komplikasi, baik sesaat setelah dilahirkan dan dikemudian hari,
3
jika tidak langsung mendapat perawatan yang tepat, inilah yang banyak
dikhawatirkan para ibu, terutama yang tengah menanti kelahiran si bayi,
tidak ada cara pasti untuk benar-benar mencegah kelahiran bayi prematur.
Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh
karena derajat imaturitas biokomianya yang tinggi, laju pertumbuhannya
yang cepat dan dapat terjadi insiden komplikasi medik yang lebih besar.
Bayi yang lahir prematur juga harus diberi vaksinasi agar terhindar dari
penyakit
menular
mematikan.
Pemberian
imunisasi
ini
harus
dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter, demikian juga dengan
pemberian makan semi padat (Muchtar, 2004).
Untuk bayi yang lahir secara prematur dengan berat badan diatas
2000 gram, anak sudah bisa mendapatkan ASI dari si Ibu, tetapi juga ada
bayi yang belum bisa menyerap ASI, saluran cerna yang belum matang
juga akan menimbulkan dampak pada bayi prematur. Bayi prematur
diharuskan dibuat di inkubator, karena bayi tersebut seharusnya masih
berada di dalam kandungan dengan segala kenyamanannya berjuang
beradaptasi dengan dunia luar. Inkubator untuk menjaga suhu bayi supaya
tetap stabil, akibat sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur
belum sempurna, maka seharusnya bisa naik dan turun secara drastis. Ini
tentu bisa membahayakan kondisi kesehatannya. Selain itu otot-ototnya
pun relatif lebih lemah, sementara cadangan lahir cukup bulan (Muchtar,
2004).
4
Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terhadap
lebih banyak pada bayi prematur misalnya, mereka membutuhkan oksigen
tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang cukup umur, karena
pusat pernafasan belum sempurna. Bayi prematur memerlukan pemberian
makanan yang khusus dengan alat penetes obat atau pipa karena refleks
menelan dan menghisap yang lemah. Kehangatan bayi prematur harus
diperhatikan diperlukan peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang
hampir sama dengan suhu dalam rahim (Hurlock, 2002).
Keluarga khususnya ibu memiliki peran penting dalam merawat dan
mengasuh bayinya perawatan ibu pada bayi BBLR sangat berdampak pada
kualitas dan pertahanan hidup BBLR dan bila ibu tidak melakukan
perawatan dengan baik maka akan berdampak pada angka kejadian infeksi
malnutrisi dan kematian pada bayi BBLR.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh pernyataan Surasmi (2003)
yang menyatakan bahwa respon ibu terhadap permasalahan bayi BBLR
sangat mempengaruhi keputusan ibu untuk melakukan perawatan terhadap
bayinya dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan BBLR,
masih banyak para ibu yang belum bisa merawat bayinya dengan baik,
sehingga banyak bayi BBLR yang tidak terselamatkan disebabkan karena
kurangnya
pengetahuan
ibu
tentang
perawatan
bayi
prematur.
Penatalaksanaan bayi BBLR perlu di dukung dengan pengetahuan yang
baik, dari pengetahuan ini akan menunjang terhadap pemberian
5
penatalaksanaan yang berkualitas dan aman terhadap bayi BBLR. Dalam
hal ini, penatalaksanaan perawatan pada bayi yang dilakukan oleh seorang
ibu meliputi mempertahankan suhu dan kehangatan bayi BBLR di rumah,
memberikan ASI kepada bayi BBLR di rumah dan mencegah terjadinya
infeksi bayi BBLR (Girsang, 2009).
Selama bayi berada di rumah sakit dan di bawah perawatan dokter,
Bidan dan Perawat, orang tua tidak terlampau khawatir tentang ketidak
berdayaannya, akan tetapi bila bayi sudah dibawa pulang dan orang tua
bertanggung jawab atas perawatannya, maka ketidakberdayaan bayi
menjadi bahaya psikologi yang hebat.
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh penulis di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh jumlah ibu
bersalin 631 orang, sedangkan bayi lahir dengan BBLR sebanyak 20 kasus
dalam tahun 2012. Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator
kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan,
proporsi BBLR berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa
Tengah),
pada tahun 2010 berkisar antara 0,3% (NAD) dan 6,90%
(Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya
yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang
dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong
oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2010).
6
BBLR juga berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang
anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi berat badan lahir rendah
ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecendrungan memiliki
penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya
normal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik
pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya
perawatan yang tinggi (Sistiarini, 2008).
Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian bayi
lahir khususnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dilihat dari
karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status
ekonomi), dan riwayat persalinan (umur ibu, urutan anak, keguguran/lahir
mati dan pelayanan antenatal) dan faktor biomedis (paritas, jarak
kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb menjelang persalinan, tekanan
darah ibu sewaktu hamil) pelayanan medis, prilaku dan lingkungan
(Sianturi, 2007).
Kehamilan seorang ibu di pengaruhi oleh karakteristik ibu
berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap status berat badan ibu,
dimana semakin muda umur ibu hamil bisa menyebabkan ketidak siapan
ibu dalam menerima kehamilan, maka akan beresiko gangguan selama
kehamilan karena system reproduksi yang belum matang. Persalinan lebih
dari 3 kali beresiko terjadinya komplikasi perdarahan dan infeksi sehingga
ada kecenderungan bayi lahir dengan kondisi prematur. Ibu yang bekerja
7
cenderung memiliki sedikit waktu beristirahat sehingga beresiko terjadinya
komplikasi
kehamilan,
seperti
terlepasnya
yang
secara
langsung
berhubungan dengan gizi (Zulaika, 2010).
Berdasarkan data yang peneliti peroleh di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin dari bulan januari sampai April 2014 didapatkan
data 583 ibu bersalin dan 67 bayi dengan kategori BBLR. Dari wawancara
yang dilakukan oleh penulis terhadap 10 orang ibu bayi tersebut, 4 bayi
BBLR tersebut dilahirkan oleh ibu yang berumur 20 tahun dan 6 bayi
BBLR dilahirkan oleh ibu yang berumur 35 tahun. Selain itu bayi BBLR
juga umumnya dilahirkan oleh ibu dengan kehamilan multipara, dan pada
ibu-ibu tidak bekerja.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Pendidikan Dan Status Ekonomi Dengan
Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Prematur dengan
peningkatan berat bdan bayi lahir rendah di RSU dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “adakah Hubungan Pendidikan Dan Status
Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Perawatan Bayi Prematur
Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi di RSU dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh”.
8
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan Hubungan Pendidikan Dan Status
Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Nifas Dalam perawatan bayi
prematur dengan peningkatan berta badan bayi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu nifas tentang
perawatan bayi prematur.
b. Untuk mengetahui hubungan status ekonomi ibu nifas tentang
perawatan bayi prematur.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi
prematur dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan kebidanan.
2. Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang
perawatan bayi prematur.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi
prematur dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasikan riset kebidanan.
9
4. Bagi Profesi bidan
Sebagai bahan informasi yang bermanfaat tentang pentingnya
perawatan bayi prematur.
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37
minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Wong, 2008). Menurut
Krisnadi (2009), bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Sebagian besar organ tubuhnya juga belum berfungsi dengan baik,
karena kelahirannya yang masih dini. WHO juga mendefinisikan
persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara kehamilan 20
minggu sampai dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu, dihitung
dari hari pertama haid terakhir.
B. Faktor Risiko Terjadinya Kelahiran Prematur
1. Faktor Ibu
Keadaan ibu yang sering menyebabkan kelahiran prematur
diantaranya yaitu malnutrisi, riwayat kelahiran prematur sebelumnya,
perdarahan antepartum, Ketuban Pecah Dini (KPD), kelainan uterus,
hidramnion, penyakit jantung, hipertensi atau penyakit kronik lainnya,
umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak hamil dan
11
bersalin terlalu dekat, preeklamsi berat dan eklamsi, karioamnionitis,
infeksi, trauma dan lain-lain.
2.
Faktor Janin
Keadaan janin yang dapat menyebabkan kelahiran prematur
yaitu gawat janin (anemia, hipoksia, asidosis atau gangguan jantung
janin), infeksi intrauterin, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), dan
gemili.
3.
Faktor Sosio-demografik
Yang termasuk faktor ini adalah faktor psikososial (kecemasan
dan depresi, stres, pekerjaan ibu, merokok, alkohol, berat badan ibu
sebelum hamil, pertambahan berat badan selama kehamilan,
komposisi diet, dan aktivitas seksual). Faktor demografik (usia ibu,
status marital, kondisi sosio-ekonomi, faktor ras dan etnik) (Krisnadi,
2009).
C. Klasifikasi Bayi Prematur
Menurut Bobak (2005), bayi prematur diklasifikasikan dalam tiga
golongan, antara lain:
1. Bayi prematur digaris batas
Masa gestasi 37 minggu dengan berat badan 2500 gram,
biasanya tergolong pada bayi yang normal. Masalah yang sering
muncul pada golongan ini adalah adanya ketidak stabilan tubuh,
12
kesulitan menyusu, ikterik, RespiratoryDistress Syndrome (RDS)
mungkin muncul. Penampilan: Lipatan pada kaki sedikit, payudara
lebih kecil, lanugo banyak dan genitalia kurang berkembang.
2. Bayi Prematur Sedang
Masa gestasi antara 31 – 36 minggu dengan berat badan 1500 –
2500 gram. Masalah yang biasa muncul dalam golongan ini adalah
adanya ketidakstabilan tubuh, pengaturan glukosa, RDS, ikterik,
anemia, infeksi, kesulitan menyusu. Penampilan seperti pada bayi
prematur di garis batas tetapi lebih parah, kulit lebih tipis, lebih banyak
pembuluh darah yang tampak.
3. Bayi Sangat Prematur
Masa gestasi antara 24 – 30 minggu dengan berat badan berkisar
antara 500 – 1400 gram. Hampir semua bayi premature dalam golongan
ini memiliki masalah komplikasi yang berat. Penampilan: ukuran kecil
dan tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, dan sering kali kedua
matanya masih berdempetan.
D. Problematik Bayi Prematur
Menurut Krisnandi, Effendy; Pribadi Adhi (2009) problematik bayi
prematur terjadi karena delapan masalah, yaitu:
1) Suhu tubuh yang tidak stabil
13
Oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit; permukaan tubuh yang relatif lebih luas
dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif produksi panas
yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum
cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya.
2)
Gangguan pernapasan
Sering menimbulkan penyakit berat pada berat bayi lahir
rendah. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (rasio
lesitin/sfingomielin<2); Pertumbuhan dan pengembangan paru yang
belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga
yang mudah melengkung (pliable thorax). Penyakit gangguan
pernapasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakit
membran hialin dan aspirasi pneumoni. Disamping itu sering timbul
pernapasan periodik (periodic breathing) dypsnea yang disebabkan oleh
pusat pernapasan di medulla belum matur.
3) Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
Distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang; volume
lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah;
daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin
yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang; kerja
14
dari sfingter kardio-esofagus yang belum sempurna memudahkan
terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi
aspirasi.
4) Immatur hati
Memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia sampai ke iketerus
dan defisiensi vitamin K. Ginjal yang immatur baik secara anatomis
maupun fungsinya. Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang
rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit
dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis
metobolik.
5) Gangguan imunologik.
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar IgG gamma globuli. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik.
6) Perdarahan intraventrikuler
Lebih dari 50 persen bayi prematur menderita perdarahan
intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering
menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernapasan.
Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea. Keadaan
ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah. Penambahan aliran
darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi
15
serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari
pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal
yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan
ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat di diagnosis
dengan ultrasonografi atau CT scan.
7) Retrolental fibroplasia
Dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi tinggi (PaO2
lebih dari 115 mmHg = 15kPa) maka akan terjadi vasokontriksi
pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru
ke daerah yang iskemia sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi
dan parut retina sehingga bayi menjadi buta. Untuk menghindari
retrolental fibroplasia maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur
tidak lebih dari 40 persen. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan
oksigen dengan kecepatan dua liter per menit (Krisnadi, Effendy;
Pribadi Adhi, 2009).
E. Komplikasi Bayi Prematur
Bayi prematur sering mengalami masalah yang berhubungan dengan
komplikasi. Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas yang
diberikan intervensi klinik adalah Anemia of prematurity, kernicterus,
Respiratory Distress Syndrome (RDS), Intraventricular Hemoraghe (IVH),
16
Retinopaty Of Prematurity (ROP), Patent Ductus Arteiosus (PDA),
Necrotizing Enterocilitis (NEC), dan apnea. Masalah jangka panjang
meliputi Bronchopulmonary Dysplasia (BPD), Pulmonary Interstitial
Emphysema (PIE), dan posthemorrhagic hidrocephalus, defek bicara, defek
neurologi, dan defek auditori (Behrman & Butler, 2007; Gorrie, Mckinney
& Murray, 2005).
F. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil (tahu) dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2005).
Pengetahuan adalah kepercayaan yang benar, pengetahuan juga
adalah hasil atau apa yang diketahui atau hasil pekerjaan. Pekerjaan yaitu
hasil dari kenal, sadar,insaf, mengerti dan pandai (Bachtiar, 2004).
1. Cara memperoleh pengetahuan
Dari berbagai macam cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian
(Notoatmojo, 2005).
a. Cara Tradisional
17
Dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
sebelum ditemukanya metode ilmiah yaitu:
1) Cara coba salah (Trial And Error)
Cara coba-coba yang dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan suatu masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain.
2) Cara kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah,otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dilakukan dengan cara mengulang kembali dengan
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah ini yang
dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama dapat
pula dilakukan dengan cara yang sama.
4) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan penalaranya atau jalan pikiranya
5) Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan ini
mode sistematis, logis dan ilmiah.cara ini disebut dengan “metode
penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode penelitian
18
(Research Methodelogi) yang mengembangkamn metode berpikir
induktif dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala
alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut
dikumpulkan dan di klasifikasikan, dan akhirnya diambil
kesimpulan umum (Notoatmojo, 2005).
6) Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat (Notoatmojo, 2005).
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
di pelajari sebelunya
b) Memahami (Komprehension)
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan meteri yang tela dipelajari pada situasi atau
kondisi rill atau sebenarna.
d) Analisis (Analysis)
Analisis
adalah
suatu
kemampuan
suatu
untuk
menjabarkan materi suatu objek kedalam komponen-komponen,
19
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitanya satu sama lainnya.
e) Sintesis (Syenthesis)
Sintesis menunjuk kepada kemampua untuk meletakkan
atau kemampuan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek.
2. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara kuesioner
atau pertanyaan-pertanyaan yang mencakup tentang pengetahuan ibu
dengan prolaps uterin di nilai seberapa luas kedalaman pengeahuan ibu
tentang prolaps uteri dadapat kita ketahui atau kita ukur melalui
persentase yang dihasilkan oleh responden (Notoatmojo, 2005).
3. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan
adalah
suatu
usaha
untuk
mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
20
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak
pula
pengetahuan
yang
didapat
tentang
kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan
bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek
juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang
diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek
tersebut .
b.
Informasi
Sesuatu yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact)
sehingga
menghasilkan
perubahan
atau
peningkatan
21
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
d.
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik
lingkungan
fisik,
biologis,
maupun
sosial.
Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
22
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena
adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e.
Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
f.
Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,
23
selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,
dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia
ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup
(Notoatmodjo, 2007).
G. Konsep Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan
meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan
dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi.
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia di suatu negara. Melalui
pengetahuan, pendidikan memberikan kontribusi terhadap perubahan
perilaku kesehatan. Menurut Fuad dalam Rini Hastuti (2005) di Indonesia
tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak
perubahan di segala bidang termasuk pengetahuan masyarakat di bidang
kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu semakin mudah
24
menyerap informasi khusunya informasi kesehatan. Pendidikan ibu
merupakan
faktor
yang
sangat
penting.
Tinggi
rendahnya
tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap
perawatan kesehatan,
higiene pemeriksaan
kehamilan dan pasca
persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan
keluarganya.
Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor
sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup,
makanan, perumahan dan tempat tinggal. Tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa di jadikan landasan
untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi
keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap
adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan
secepatnya (Andarwati, 2003).
Pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenjang pendidikan
adalah
tahapan
pendidikan
yang
ditetapkan
berdasarkan
tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang
pendidikan, yaitu Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk
25
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Meski
tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak
usia dini, pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar.
H. Konsep Dasar Status Ekonomi Keluaraga
1. Pengertian Status Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang
keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial
ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan
26
sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk
gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004).
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di
masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat
dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok
(Kartono, 2006).
Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi 3
kelas atau golongan terdiri atas:
1. Golongan
sangat
kaya,
merupakan
kelompok
kecil
dalam
masyarakat, terdiri dari pengusaha, tuan tanah, dan bangsawan
2. Golongan kaya, merupakan golongan yang cukup banyak terdapat
dalam masyarakat, terdiri dari para pedagang dsb
3. Golongan
miskin,
merupakan
golongan
terbanyak
dalam
masyarakat, kebanyakan dari rakyat biasa.
Karl Marx membagi masyarakat menjadi 3 golongan, yaitu:
1.
Golongan kapitalis dan borjuis : Golongan yang menguasai tanah dan
alat produksi
2.
Golongan menengah, golongan yang terdiri dari para pegawai
pemerintahan
27
3.
Golongan proletar, golongan yang tidak mempunyai atau memiliki
tanah dan alat produksi termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau
pekerja pabrik
Faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi menurut friedman
(2004) faktor yang mempengaruhi status ekonomi seseorang yaitu:
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita
tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah
dalam
memperoleh
pekerjaan,
sehingga
semakin
banyak
pula
penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru dikenal.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan
jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang
diinginkan.
3. Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu hamil
untuk tidak teratur dalam melakukan antenatal care.
28
4. Latar Belakang Budaya
Cultur universal adalah unsur kebudayaan yang bersifat universal,
ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa
dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian umum.
Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak
pengalaman
individu-individu
yang
menjadi
anggota
kelompok
masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan
dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam
pembentukan sikap individual
5. Pendapatan
Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang
telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang.
Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan
tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah misalnya lebih
komsumtif karena mereka mampu untuk membeli semua yang
dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya
kebawah.
Upah
Minimum
Provinsi
(UMP)
untuk tahun 2012 telah
ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Daerah di setiap tingkat pemerintahan
(Propinsi, Kabupaten/Kotamadya) dibantu oleh rekomendasi dari Dewan
29
Pengupahan yang sebelumnya telah melakukan proses survey Kebutuhan
Hidup Layak (KHL).
Secara nasional, UMP tahun 2012 mengalami
kenaikan sebesar 3% hingga 19% dibandingkan Upah Minimum Provinsi
(UMP) tahun 2011. Berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi Aceh SK
No.76 Tahun 2011 tanggal 22 Desember, UMP untuk wilayah aceh yaitu
Rp. 1,550,000.
Menurut (UMP, Propinsi Aceh) status ekonomi seseorang dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Penghasilan tipe kelas atas ≥ Rp 1.550.000,
2. Penghasilan tipe kelas bawah ≤ Rp 1.550.000,
I. Kerangka Teoritis
Menurut Notoadmodjo, 2007
 Pendidikan
 Informasi
 Sosial budaya dan
30
lingkungan
 Pengalaman
 Usia
Pengetahauan Ibu Nifas
Tentang Perawatan Bayi
Menurut Aristoteles, 2006
Ekonomi
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Keadaan ekonomi
 Latar.belakang budaya
 pendapatan
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
Prematur
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang lain di amati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang akan di lakukan (Notoadmodjo, 2002).
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah seperti gambar dibawah ini.
Variabel independen
Variabel Dependen
Pendidikan
Pengetahuan ibu tentang
peningkatan BB Bayi
Prematur
Status ekonomi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
32
B. Definisi Operasional
Table 3.2 Definisi operasional
No
1
Variabel
Pengetahuan
ibu nifas
tentang
peningakatan
BB bayi
prematur
Defenisi
Operasional
Hasil yang terjadi
setelah seseorng
melakukan
penginderaan
terhadap objek
tertentu
Cara Ukur
Alat Ukur
Dependen
Menyebarkan kuesioner Kuesioner
sebanyak 8 pertanyaan
dengan kategori
- Tinggi,
bila
menjawab
benar
76%-100%
- Sedang,
menjawab
56%-75%
Hasil Ukur
-
Tinggi
-
Sedang
-
Rendah
-
Tinggi
-
Menengah
-
Rendah
-
Tinggi
-
Rendah
Skala Ukur
Ordinal
bila
benar
- Rendah,
bila
menjawab <56%
1
Pendidikan
Pendidikan terakhir
yang di capai ibu
-
-
-
2
Status
ekonomi
Keadaan seseorang
atau suatu
masyarakat yang
ditinjau dari segi
sosial ekonomi.
Independen
Tinggi : D III /
Perguruan Tinggi
Kuesioner
Ordinal
Menengah : SLTA /
sederajat
Rendah : SD / SMP/
sederajat
Status ekonomi Tinggi
jika penghasilan ≥Rp.
1.550. 000,_
Status ekonomi Rendah
jika penghasilan <Rp.
1.550.000._
Kuesioner
Ordinal
33
C. Hipotesa
1.
Ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu nifas tentang
peningkatan berat badan bayi prematur
2.
Ada hubungan status ekonomi dengan pengetahuan ibu nifas tentang
peningkatan berat badan bayi prematur
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan
pendekatan cross sectional, yaitu observasi atau pengumpulan data di
lakukan sekaligus pada suatu waktu (point time approach) (Notoatmodjo,
2005).
B. Populasi dan sampel
1.
Populasi
Arikunto (2006) menyatakan populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi atau studi populasi atau sensus. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu nifas yang ada Di Rumah Sakit Umum dr.
Zainoel Abidin.
2.
Sampel
Sampel diambil secara purposive sampling, yaitu didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri,sebanyak 35 bayi dengan status bayi lahir prematur kemudian
diambil 35 bayi dengan lahir BB normal dan cukup bulan.
35
Adapun kriteria inklusi sampel yaitu:
a. Bayi yang dilahirkan di RSUDZA di ruang Bersalin
b. Bayi yang memiliki berat badan < 2500 gram
c. Bayi yang lahir tidak cukup bulan
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh Tahun 2013
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 s/d 20 September tahun
2013
D. Alat Pengumpulan Data
1.
Data Primer
Yaitu data yang di peroleh secara langsung dari responden.
Data didapatkan dengan wawancara menggunakan kuesioner
2.
Data Sekunder
Data yang di peroleh peneliti dari sumber yang sudah ada
data bersumber dari Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainal Abidin
Banda Aceh
36
E. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya yaitu
mengolah data tersebut dan di analisa dengan uji statistik. Tahapan
yang dilakukan pada proses analisa data (Notoadmojo, 2007), yaitu :
a. Editing yaitu kegiatan memeriksa data yang telah terkumpul
apakah sudah terisi secara sempurna atau belum.
b. Coding yaitu member kode-kode tertentu kepada masing-masing
katagori atau jawaban yang diberikan oleh responden.
c. Transfering yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara
berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir,
selanjutnya dimasukkan dalam table.
d. Tabulating yaitu memasukkan data ke dalam bentuk tabel dengan
teliti dan teratur, kemudian dihitung dalam satu katagori.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
rata-rata. Hasil dari analisa ini berupa distribusi frekuensi dan
presentase dari variabel. Selanjutnya analisa ini akan ditampilkan
distribusi frekuensi dalam bentuk tabel. Untuk data demografi atau
kriteria sampel dilakukan perhitungan presentase :
37
P = f x 100%
n
Keterangan :
P = persentase
f = jumlah frekuensi
n = jumlah responden
Kemudian peneliti akan menghitung distribusi frekuensi
dan mencari persentasi pada setiap variabel dengan menggunakan
komputer program SPSS 17.
b. Analisa Bivariat yaitu untuk mengetahui data dalam bentuk tabel
silang dengan melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, mengggunakan uji statistik chi-square. Dengan
batas kemaknaan (α = 0,05) atau Confident level (CL) = 95%
diolah dengan komputer menggunakan program SPSS 17.
Data masing-masing subvariabel dimasukkan ke dalam
tabel contingency, kemudian tabel-tabel contingency tersebut di
analisa untuk membandingkan antara nilai P value dngan nilai
alpha (0,05), dengan ketentuan :
1) Ha diterima dan Ho di tolak : Jika P value ≤ 0,05 artinya ada
hubungan
dependent.
antara
variabel
independen
dengan
variabel
38
2) Ha ditolak dan Ho diterima : Jika P value > 0,05 artinya tidak
ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependent.
Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program
komputerisasi seperti SPSS adalah sabagai berikut :
1. Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang
dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
2. Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity
Correction
3. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3
dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adala Person Chi-Square
4. Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga
menjadi tabel kontigency 2x2
39
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD dr. Zainoel Abidin beralamat di Jl. Tgk. H.M.Daud Beureueh
No.118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan
25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Pebruari 1979 yaitu atas
dasar Keputusan Menteri Kesehatan No.551/Menkes/SK/2F/1979 yang
menetapkan RSUD dr. Zainoel Abidin
sebagai
rumah sakit
kelas
C. Selanjutnya dengan SK Gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979
tanggal 7 Mei 1979 RSUD dr. Zainoel Abidin ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Umum Daerah.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dilakukan pada tanggal 1 sampai 5
September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada ibu nifas yang
memiliki anak yang prematur dengan total 50 orang, tentang hubungan
pengetahuan, pendidikan dan status ekonomi dengan ibu nifas dalam perawatan
bayi premature didapatkan sebagai berikut :
40
1. Analisa Univariat
Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai
distribusi frekuensi.
a. Pendidikan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Tentang Perawatan
Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2014
No
1
2
3
Pendidikan
Tinggi
Menengah
Dasar
TOTAL
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
f
13
18
19
50
%
26
36
38
100
Berdasarkan tabel 5.1 bahwa dari 50 orang responden, mayoritas
responden memiliki pendidikan dasar yaitu 19 responden (38%) dalam
merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
b. Status Ekonomi
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Responden Tentang
Perawatan Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh
Tahun 2014
No
1
2
Status Ekonomi
Tinggi
Rendah
TOTAL
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
f
19
31
50
%
38
62
100
41
Berdasarkan tabel 5.2 bahwa dari 50 orang responden, mayoritas
responden memiliki status ekonomi yang rendah yaitu 31 responden
(62%) dalam merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah
dr. zainoel abidin banda aceh
c. Pengetahuan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Perawatan
Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013
No
1
2
3
Pengetahuan
Baik
Cukup
Rendah
TOTAL
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
f
20
14
16
50
%
40
28
32
100
Berdasarkan tabel 5.3 bahwa dari 50 orang responden, yang
memiliki pengetahuan baik yaitu 20 responden (44%) dalam merawat
bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. zainoel abidin
banda aceh
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan
Bayi Prematur
Tabel 5.4
Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan
Bayi Premature Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
No
Pendidikan
1
2
Tinggi
Menengah
Pengetahuan
Baik
Cukup
f
%
f
%
2
15,4
3
23,1
12 66,7
4
22,2
Rendah
f
%
8
61,5
2
11,1
Total
13
18
P-value
0,005
42
3
Dasar
6
31,6
7
36,8
Total
20
14
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
6
16
31,6
19
50
Berdasarkan tabel 5.4 didapat hasil, dari 19 responden yang
memiliki pendidikan dasar terdapat 7 (36,8) responden memiliki
pengetahuan yang cukup, dari 18 responden yang memiliki pendidikan
menengah terdapat 12 (62,5%) responden memiliki pengetahuan baik dan
dari 13 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 8 (65,2%)
responden yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil analisis statistik uji
chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value =
0,005< α =0,05).
b. Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Bayi Prematur
Tabel 5.5
Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Bayi Premature Di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013
Pengetahuan
No
Baik
Cukup
Rendah
f
%
f
%
f
%
1
Tinggi
11 57,9
6
31,6
2
10,5
2
Rendah
9
29
8
25,8
14
45,2
Total
20
14
16
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
Status
Ekonomi
Total
Pvalue
19
31
50
0,030
Berdasarkan tabel 5.5 didapat hasil, dari 31 responden yang
memiliki status ekonomi rendah terdapat 14 responden (45,2%) memiliki
pengetahuan rendah. Dan dari 19 responden yang memiliki status ekonomi
tinggi terdapat 11 responden memiliki pengetahuan baik. Hasil analisis
43
statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara status
ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan
nilai p value = 0,030< α = 0,05).
C. Pembahasan
1. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan
Bayi Prematur
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, dari 19 responden yang
memiliki pendidikan dasar terdapat 7 (36,8) responden memiliki
pengetahuan yang cukup, dari 18 responden yang memiliki pendidikan
menengah terdapat 12 (62,5%) responden memiliki pengetahuan baik dan
dari 13 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 8 (65,2%)
responden yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil analisis statistik uji
chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value =
0,005< α =0,05).
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia di suatu negara. Melalui
pengetahuan, pendidikan memberikan kontribusi terhadap perubahan
perilaku kesehatan (Rini Hastuti, 2005).
Menurut Fatma Sari (2010) dari Universitas Muhammadiyah
Magelang, pendidikan sangat berpengaruh oleh pengetahuan seseorang.
Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuannya.
44
Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur. Tingginya pengetahuan
seseorang didasari juga dengan tingginya pengetahuan orang tersebut. Bila
seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi, bisa disimpulkan bahwa
seseorang tersebut memiliki pendidikan yang tinggi pula.
2.
Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Bayi Prematur
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, dari 31 responden yang
memiliki status ekonomi rendah terdapat 14 responden (45,2%) memiliki
pengetahuan rendah. Dan dari 19 responden yang memiliki status ekonomi
tinggi terdapat 11 responden memiliki pengetahuan baik. Hasil analisis
statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara status
ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan
nilai p value = 0,030< α = 0,05).
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang
keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial
ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan
sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk
gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004).
45
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di
masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat
dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok
(Kartono, 2006).
Menurut
purwatih
(2012)
dari
Universitas
Diponegoro,
pengetahuan mempengaruhi status ekonomi seseorang, karena semakin
tinggi pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula status ekonominya.
Menurut asumsi peneliti responden yang memiliki pengetahuan
yang baik akan memiliki status ekonomi yang baik pula. Dan sebaliknya,
responden yang memiliki pengetahuan rendah akan memiliki status
ekonomi yang rendah pula. Karena status ekonomi mempengaruhi
kemampuan seseorang memperoleh pengetahuan. Semakin rendah status
ekonomi seseorang semakin rendah pula seseorang tersebut mendapatkan
pengetahuan, begitu pula sebaliknya.
46
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan
pendidikan dan status ekonomi dengan pengetahuan ibu nifas dalam perawatan
bayi prematur di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainal Abidin, maka
disimpulkan bahwa :
1. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,005< α = 0,05).
2. Ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,030< α = 0,05).
B. Saran
1. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi
prematur dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan kebidanan.
2. Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang
perawatan bayi prematur.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi
prematur dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasi-kan
riset kebidanan.
47
4. Bagi Profesi bidan
Sebagai bahan informasi yang bermanfaat tentang pentingnya
perawatan bayi prematur.
48
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD dr. Zainoel Abidin beralamat di Jl. Tgk. H.M.Daud Beureueh
No.118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan
25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Pebruari 1979 yaitu atas
dasar Keputusan Menteri Kesehatan No.551/Menkes/SK/2F/1979 yang
menetapkan RSUD dr. Zainoel Abidin
sebagai
rumah sakit
kelas
C. Selanjutnya dengan SK Gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979
tanggal 7 Mei 1979 RSUD dr. Zainoel Abidin ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Umum Daerah.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dilakukan pada tanggal 1 sampai 5
September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada ibu nifas yang
memiliki anak yang prematur dengan total 50 orang, tentang hubungan
pengetahuan, pendidikan dan status ekonomi dengan ibu nifas dalam perawatan
bayi premature didapatkan sebagai berikut :
49
1. Analisa Univariat
Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai
distribusi frekuensi.
a. Pendidikan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Tentang Perawatan
Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2014
No
1
2
3
Pendidikan
Tinggi
Menengah
Dasar
TOTAL
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
f
13
18
19
50
%
26
36
38
100
Berdasarkan tabel 5.1 bahwa dari 50 orang responden, mayoritas
responden memiliki pendidikan dasar yaitu 19 responden (38%) dalam
merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
b. Status Ekonomi
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Responden Tentang
Perawatan Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh
Tahun 2014
No
1
2
Status Ekonomi
Tinggi
Rendah
TOTAL
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
f
19
31
50
%
38
62
100
50
Berdasarkan tabel 5.2 bahwa dari 50 orang responden, mayoritas
responden memiliki status ekonomi yang rendah yaitu 31 responden
(62%) dalam merawat bayi yang premature di rumah sakit umum daerah
dr. zainoel abidin banda aceh
c. Pengetahuan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Perawatan
Bayi Premature di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013
No
1
2
3
Pengetahuan
Baik
Cukup
Rendah
TOTAL
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
f
20
14
16
50
%
40
28
32
100
Berdasarkan tabel 5.3 bahwa dari 50 orang responden, yang
memiliki pengetahuan baik yaitu 20 responden (44%) dalam merawat
bayi yang premature di rumah sakit umum daerah dr. zainoel abidin
banda aceh
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan
Bayi Prematur
Tabel 5.4
Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan
Bayi Premature Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
No
Pendidikan
1
2
Tinggi
Menengah
Baik
f
%
2
15,4
12 66,7
Pengetahuan
Cukup
f
%
3
23,1
4
22,2
Rendah
f
%
8
61,5
2
11,1
Total
13
18
P-value
0,005
51
3
Dasar
6
31,6
7
36,8
Total
20
14
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
6
16
31,6
19
50
Berdasarkan tabel 5.4 didapat hasil, dari 19 responden yang
memiliki pendidikan dasar terdapat 7 (36,8) responden memiliki
pengetahuan yang cukup, dari 18 responden yang memiliki pendidikan
menengah terdapat 12 (62,5%) responden memiliki pengetahuan baik dan
dari 13 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 8 (65,2%)
responden yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil analisis statistik uji
chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value =
0,005< α =0,05).
b. Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Bayi Prematur
Tabel 5.5
Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Bayi Premature Di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013
Pengetahuan
No
Baik
Cukup
Rendah
f
%
f
%
f
%
1
Tinggi
11 57,9
6
31,6
2
10,5
2
Rendah
9
29
8
25,8
14
45,2
Total
20
14
16
Sumber data primer (di olah tahun 2014)
Status
Ekonomi
Total
Pvalue
19
31
50
0,030
Berdasarkan tabel 5.5 didapat hasil, dari 31 responden yang
memiliki status ekonomi rendah terdapat 14 responden (45,2%) memiliki
pengetahuan rendah. Dan dari 19 responden yang memiliki status ekonomi
tinggi terdapat 11 responden memiliki pengetahuan baik. Hasil analisis
52
statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara status
ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan
nilai p value = 0,030< α = 0,05).
C. Pembahasan
1. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan
Bayi Prematur
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, dari 19 responden yang
memiliki pendidikan dasar terdapat 7 (36,8) responden memiliki
pengetahuan yang cukup, dari 18 responden yang memiliki pendidikan
menengah terdapat 12 (62,5%) responden memiliki pengetahuan baik dan
dari 13 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 8 (65,2%)
responden yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil analisis statistik uji
chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan nilai p value =
0,005< α =0,05).
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia di suatu negara. Melalui
pengetahuan, pendidikan memberikan kontribusi terhadap perubahan
perilaku kesehatan (Rini Hastuti, 2005).
Menurut Fatma Sari (2010) dari Universitas Muhammadiyah
Magelang, pendidikan sangat berpengaruh oleh pengetahuan seseorang.
Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuannya.
53
Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur. Tingginya pengetahuan
seseorang didasari juga dengan tingginya pengetahuan orang tersebut. Bila
seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi, bisa disimpulkan bahwa
seseorang tersebut memiliki pendidikan yang tinggi pula.
2.
Hubungan Status Ekonomi Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Bayi Prematur
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, dari 31 responden yang
memiliki status ekonomi rendah terdapat 14 responden (45,2%) memiliki
pengetahuan rendah. Dan dari 19 responden yang memiliki status ekonomi
tinggi terdapat 11 responden memiliki pengetahuan baik. Hasil analisis
statistik uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara status
ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dengan
nilai p value = 0,030< α = 0,05).
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang
keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial
ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan
sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk
gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004).
54
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di
masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat
dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok
(Kartono, 2006).
Menurut
purwatih
(2012)
dari
Universitas
Diponegoro,
pengetahuan mempengaruhi status ekonomi seseorang, karena semakin
tinggi pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula status ekonominya.
Menurut asumsi peneliti responden yang memiliki pengetahuan
yang baik akan memiliki status ekonomi yang baik pula. Dan sebaliknya,
responden yang memiliki pengetahuan rendah akan memiliki status
ekonomi yang rendah pula. Karena status ekonomi mempengaruhi
kemampuan seseorang memperoleh pengetahuan. Semakin rendah status
ekonomi seseorang semakin rendah pula seseorang tersebut mendapatkan
pengetahuan, begitu pula sebaliknya.
55
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan
pendidikan dan status ekonomi dengan pengetahuan ibu nifas dalam perawatan
bayi prematur di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainal Abidin, maka
disimpulkan bahwa :
1. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,005< α = 0,05).
2. Ada hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi prematur dengan nilai p value = 0,030< α = 0,05).
B. Saran
1. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi
prematur dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan kebidanan.
2. Bagi Masyarakat
56
Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang
perawatan bayi prematur.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi
prematur dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasi-kan
riset kebidanan.
4. Bagi Profesi bidan
Sebagai bahan informasi yang
bermanfaat tentang pentingnya
45
perawatan bayi prematur.
DAFTAR PUSTAKA
Benson, 2008, Buku Saku Obstetri dan ginekologi, Jakarta : Arcan
Bobak, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, Jakarta : EGC
Burner and Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
volume 2, Jakarta : EGC
57
Dewi, vivian Nanny, 2010, Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta
Hidayat, Aziz Alimul, 2008, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk
Pendidikan Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta
IDAI, 2009, Kesehatan Anak, http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.html
(dikutip pada tanggal 30 juni 2014)
Joeharno,
2008,
Berat
Badan
Lahir
Rendah,
http://blogjoeharno.
Blogspot.com/2008/05/berat-badan-lahir-rendah-bblr.html (dikutip tanggal
30 juni 2014)
Muryunani, NS, Anik dan Nurhayati S.Kep, 2008, Buku Saku asuhan Bayi Baru
Lahir Normal ( Asuhan Neonatal ), Trans Info Medika, Jakarta
Mutia,
2010,
Berat
Badan
Lahir
Rendah,
http://fermandamutia.
Blogspot.com/2010/berat-lahir-rendah-bblr.html
Muslihatun, Wati Nur, 2011, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, Fitramaya,
Yogyakarta
Notoadmodjo, S, 2005, Metedologi Penelitian dan Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
Winknjosastro, Hanifa, Ilmu Kandungan, Jakarta : YBP-SP
58
Download