DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI

advertisement
0201: Abu Bakar Tawali dkk.
PG-243
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN
DARI IKAN GABUS SEBAGAI FOOD SUPPLEMENT DI JAYAPURA
Abu Bakar Tawali 1), Mathelda Kurniaty Roreng 2), Meta Mahendradatta 3), Suryani 4)
1) Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar,
HP 08124291427 e-mail: [email protected]
2) Universitas Papua, Jln. Gunung Salju Amban Manokwari-Tlp (0986)-214991
Disajikan 29-30 Nop 2012
ABSTRAK
Tujuan kegiatan Insentif Riset SINas ini adalah memperkenalkan, memproduksi dan mengkomersialkan “konsentrat
protein” ikan gabus sebagai food supplement. Kegiatan dilakukan dengan dua pendekatan yaitu transfer teknologi dan
internalisasi/ edukasi pada masyarakat di Jayapura. Produk yang didifusikan yaitu produk konsentrat protein ikan gabus
telah terbukti dapat digunakan sebagai food suplement untuk mempercepat penyembuhan luka bakar, penyembuhan pasca
operasi, meningkatkan status gizi dan daya tahan anak kurang gizi, pasien stroke, ODHA dan pasien penderita TBC. Melalui
scale-up proses, Prosedur Operasional Standar (POS) proses pembuatan konsentrat ikan gabus skala usaha telah berhasil
dibuat dan dijadikan acuan di dalam difusi teknologi pada masyarakat di Jayapura. UMKM Mitra (CV. Ridha) di Jayapura,
sebagai mitra yang mengadopsi produk dan teknologi, telah mampu memproduksi konsentrat ikan gabus skala kecil, 1000
kapsul atau 35 botol (isi 30 kapsul) setiap harinya. Kapasitas produksi masih kecil, disesuaikan dengan kemampuan
pemasaran produk, selanjutnya dapat ditingkatkan dengan penggandaan proses melalui pengadaan peralatan
pemasakan/pengukusan, pengeringan dan penepungan yang lebih besar. Rendemen konsentrat protein yang didapatkan
sebesar 15 %, dikemas dalam kapsul dan diberi merek”Probumin Sentani”. Produk konsentrat mengandung protein 86,81
% di mana 14-15% adalah protein albumin. Edukasi bagi masyarakat telah dilaksanakan terhadap masyarakat umum, stake
holder seperti kalangan dokter dan rumah sakit melalui kegiatan workshop, sosialisasi serta melalui media cetak lokal di
Jayapura untuk memberi pemahaman, pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan ikan gabus sebagai sumber
protein yang bermanfaat untuk meningkatkan gizi masyarakat dan sebagai suplemen mempercepat proses penyembuhan
berbagai penyakit. Diharapkan, kegiatan ini dapat meningkatkan nilai tambah ikan gabus, meningkatkan pendapatan
masyarakat dan membuka lapangan kerja barus. Hal ini pada akhirnya diharapkan akan berkontribusi pada peningkatkan
ketahanan pangan masyarakat di wilayah Jayapura, Papua Barat.
Kata Kunci: ikan gabus, konsentrat protein, difusi teknologi, internalisasi
I.
PENDAHULUAN
Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa ikan gabus dapat
dijadikan sebagai sumber albumin untuk meningkatkan kandungan
protein albumin pasien rawat inap dan bagi proses penyembuhan
[1] dan dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan
berbagai penyakit infeksi [2] karena perannya dalam meningkatkan
kadar albumin pada penderita penyakit infeksi yang mengalami
hipoalbuminemia (kadar albumin plasma yang rendah, di bawah
3,5 g/dl). Saat ini, pemberian suplemen dengan harga yang mahal
masih dilakukan secara parenteral (infus). Di pasaran tersedia
“preparat albumin” dengan merek yang berbeda-beda dan harganya
sangat mahal sekitar Rp. 1.500.000 per botol yang diberikan
minimal selama tiga hari atau total sekitar Rp. 4.500.000.
Penelitian-penelitian terbaru menunjuk kan bahwa ikan gabus
mempunyai kandungan albumin yang tinggi. Tawali dkk telah
melakukan penelitian dengan judul “Produksi konsentrat protein
dari ikan gabus yang menghasilkan produk konsentrat protein”
skala laboratorium [3]. Produk konsentrat protein ini dijadikan
sebagai food supplement dan telah terbukti mampu mempercepat
penyembuhan penyakit infeksi dan meningkatkan daya tahan tubuh
dan status gizi pasien. Potensi ikan gabus yang melimpah di
berbagai daerah seperti di Danau Sentani dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif sumber albumin yang murah. Untuk itu melalui
kegiatan Insentif Riset SINas telah dilakukan transfer teknologi
dan internalisasi
pada masyarakat di Jayapura untuk
memperkenalkan,
memproduksi
dan
mengkomersialkan
“konsentrat protein” ikan gabus sebagai food supplement.
II. METODOLOGI
Difusi teknologi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
transfer teknologi dan internalisasi/ edukasi pada masyarakat.
Transfer produk dan teknologi dilakukan melalu tahapan
penggandaan proses produksi dari skala laboratorium ke skala
komersial kemudian ditransfer pada mitra usaha melalui pelatihan
dan pendampingan.
PG-244
Kegiatan edukasi dilakukan melalui penyiapan bahan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dan kegiatan diseminasi
melalui presentasi dan pelatihan (workshop) pada masyarakat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Ikan Gabus
Ikan gabus sebagai bahan baku pembuatan konsentrat protein
pada penelitian ini awalnya di diharapkan berasal dari Danau
Sentani yang menyimpan potensi sumberdaya ikan yang cukup
besar, karena Danau Sentani yang terletak di bawah lereng
Pegunungan Cycloop yang terbentang antara kota Jayapura dan
Kabupaten Jayapura, Papua, merupakan salah satu danau terbesar
dan terluas di Indonesia. Danau Sentani dengan luas 9.360 hektare
dan berada pada ketinggian 75 meter di atas permukaan laut
tersebut memiliki 21 buah pulau kecil yang menghiasi danau yang
indah ini [4]. Potensi air Danau Sentani yang besar sangat cocok
untuk pengembangan budidaya ikan air tawar bagi peningkatan
gizi keluarga dan salah satu sumber pendapatan daerah. Saat ini
terdapat 29 spesies ikan air tawar dan tiga di antaranya merupakan
spesies asli Danau Sentani. Salah satunya adalah ikan gabus,
spesies asli Danau Sentani yang tidak terdapat di daerah atau
negara lain di dunia. Masyarakat Danau Sentani menyebut ikan
gabus asli (Oxyeleotris heterodon) sebesar paha atau betis manusia
dengan nama khahebei sedangkan yang masih kecil disebut kayou.
0201: Abu Bakar Tawali dkk.
Populasi ikan gastor dengan cepat berkembang biak, tidak hanya di
Danau Sentani tetapi juga di rawa-rawa dan sungai-sungai dan
hutan sagu di wilayah Jayapura. Keadaan ini di satu sisi
mengkhawatirkan karena menyebabkan punahnya spesies asli
Danau Sentani tetapi di sisi lain gastor menjadi bahan baku yang
potensial sebagai sumber protein bagi masyarakat. Pemanfaatan
ikan gabus di Jayapura belum banyak, beberapa kelompok
masyarakat mengkonsumsi ikan gabus dalam bentuk masakan
(dipanggang, digoreng, dimasak berkuah), namun sebagian lagi
tidak suka mengkonsumsi ikan gabus toraja karena bentuknya yang
menyerupai ular. Ikan gabus diperjualbelikan dengan harga
bervariasi antara Rp. 100.000 sampai Rp. 150.000 per ikat, berisi
5-6 ekor dengan berat rata rata 1- 1.5 kg/ekor.
Gambar 1. Ikan gabus toraja yang dipasarkan di Jayapura
Gambar 1. Danau Sentani dengan latar belakang kota Jayapura
Sayangnya spesies asli sudah sulit ditemukan oleh masyarakat.
Umumnya ikan gabus yang diperdagangkan di pasar-pasar
Jayapura dan sekitarnya didominasi oleh ikan gabus yang disebut
gabus toraja (gastor) (Channa striata). Ciri-ciri fisiknya, memiliki
tubuh sedikit bulat atau bentuk tubuh Sub-cylindrical, panjang 90110 cm, bagian punggung cembung, perut rata, dan kepala pipih
berwarna hitam dengan gigi yang bergerigi dan runcing mirip
dengan ular. Bagian permukaan dan samping punggung berwarna
gelap dan bercorak kombinasi warna hitam dan kuning tua, putih
pada bagian perut. Disebut gabus toraja karena menurut cerita
rakyat yang beredar, pada tahun 1980an perantau dari Tana Toraja
Sulawesi Selatan yang banyak mendiami pesisir Danau Sentani
secara tidak sengaja membawa ikan gabus dari kampung halaman
mereka ke Papua dan dilepas di Danau Sentani. Karena ikan gabus
merupakan predator, maka polulasi ikan lainnya terutama ikan asli
Danau Sentani secara perlahan mulai hilang dimangsa oleh gastor.
Produk -Teknologi yang Didifusikan
Produk dan teknologi yang telah didifusikan ke Jayapura
adalah produk dan proses pembuatan ”konsentrat protein ikan
gabus” dalam kapsul yang dijadikan sebagai makanan tambahan
bagi berbagai kalangan masyarakat. Konsentrat protein ikan gabus
telah diteliti dan diproduksi pada skala laboratorium di
Laboratorium Pengembangan Produk, Pusat Pangan Gizi dan
Kesehatan Universitas Hasanuddin [3]. Produk ini telah terbukti
mampu meningkatkan kadar albumin pasien rawat inap dan
mempercepat penyembuhan luka bakar dan penyembuhan pasca
operasi serta mampu meningkatkan status gizi pasien. Bahkan
salah satu produk penelitian berupa konsentrat protein albumin
telah dipatenkan [5]. Penelitian-penelitian lain di Unhas, telah
membuktikan bahwa konsentrat protein ikan gabus dapat
digunakan sebagai food supplement untuk membantu
meningkatkan status gizi anak kurang gizi [6], status gizi lansia [7],
status gizi dan hemoglobin lansia [8], mempercepat penyembuhan
pasien pasca bedah [9], penyembuhan luka [10], meningkatkan
status gizi dan daya tahan pasien stroke [11], [12], pasien ODHA
[13], pasien penderita TBC [14].
Transfer produk dan Teknologi
Scaling-up Produksi Skala Usaha
Salah satu tahapan untuk mendifusikan teknologi pada
masyarakat di Jayapura adalah penggandaan proses produksi dari
skala laboratorium ke skala komersial untuk memperbesar
0201: Abu Bakar Tawali dkk.
kemampuan memproduksi konsentrat protein ikan gabus. Scale-up
proses dilakukan secara bertahap dari 0,5 kg menjadi 5-10 kg.
Sebagai konsekuensi dari pembesaran skala, menyebabkan
perubahan dalam perlakuan proses. Oleh karena itu semua tahapan
proses pada skala baru perlu dioptimalisasi berlandaskan proses
optimal telah diperoleh pada skala laboratorium.
Optimalisasi proses produksi konsentrat protein ikan gabus
telah berhasil dilakukan dengan menghasilkan Prosedur
Operasional Standar (POS) proses pembuatan konsentrat ikan
gabus yang meliputi pengadaan bahan baku, pengolahan
(persiapan, pengkondisian, pemasakan dan pengukusan,
pengeringan, penepungan dan pengkapsulan) dan sanitasi
lingkungan usaha. Dokumen ini dijadikan acuan dalam difusi
teknologi pada masyarakat di Jayapura.
Sebagai tahap pertama dari proses produksi adalah pengadaan
bahan baku ikan gabus yang umumnya berasal dari bagian dasar
danau atau rawa-rawa. Ikan gabus toraja mengandung berbagai
benda asing. Selain itu ikan gabus mengeluarkan lendir yang
banyak pada saat ditangkap dan pada saat transportasi. Ikan yang
baru diperoleh dari lapangan dibersihkan terutama dari bendabenda asing. Kemudian ikan dibersihkan lebih lanjut dengan
mengeluarkan sisik dan insang. Pengeluaran sisik dan insang
sangat penting untuk menghindari benda-benda/ kotoran yang tak
diinginkan yang dapat terikut pada tahap pengolahan selanjutnya.
Proses pembersihan ikan gabus sebanyak 5 kg dengan satu pekerja
membutuhkan waktu 30 menit.
Tahapan selanjutnya adalah pengolahan ikan gabus menjadi
konsentrat ikan gabus yang dikemas dalam kapsul. Ikan gabus
yang telah dibersihkan kemudian dikondisikan melalui proses
pematangan dan pengeluaran lemak. Peran suhu dan volume
pelarut sangat menentukan produk akhir. Perbandingan pelarut dan
ikan gabus menentukan tingkat kematangan ikan yang dihasilkan.
Jika air terlalu banyak maka sisa air yang banyak menyebabkan
protein yang larut air dalam hal ini protein albumin dari ikan gabus
akan banyak terbuang.
Gambar 3. Proses produksi konsentrat protein ikan gabus
Proses selanjutnya adalah penghancuran yang dilakukan
menggunakan blender untuk mendapatkan ikan gabus dalam
bentuk pasta homogen. Produk ini kemudian dikeringkan sampai
kadar air di bawah 4 % agar dapat dihancurkan. Scale-up
pengeringan dilakukan menggunakan oven pengering bertingkat
dengan suhu yang bervariasi. Optimalisasi pengeringan pada skala
produksi yang lebih besar dilakukan untuk mendapatkan perlakuan
penggunaan suhu yang tepat untuk menghasilkan ikan gabus yang
PG-245
kering siap digiling. Perlakuan suhu harus diatur agar proses
pengeringan berlangsung cepat karena sifat ikan yang mudah
rusak. Namun demikian kecepatan pengeringan tidak boleh
menyebabkan daging ikan gabus menjadi hangus/gosong dan
berwarna kehitaman. Proses pengeringan didasarkan pada data
yang telah diperoleh pada skala laboratorium. Beberapa perlakukan
diberikan terutama suhu pengeringan. Hasil terbaik optimalisasi
pengeringan diperoleh pada pengeringan bertingkat yang dimulai
dengan suhu 700C pada 30 menit awal kemudian suhu diturunkan
bertahap sampai 650C, satu jam berikutnya 600C kemudian
dibiarkan pada suhu 50-55 0C sampai kadar air mencapai 9-10%.
Pada awal pengeringan suhu diberikan agak tinggi agar proses
pengeringan berlangsung cepat, namun setelah kadar air berkurang
maka suhu oven pengering secara bertahap diturunkan untuk
menghindari produk menjadi gosong.
Proses pengeringan dihentikan pada saat kadar air mencapai
kadar di mana produk kering sudah dapat digiling. Dari hasil
optimalisasi terlihat bahwa penggilingan baru dapat dilakukan
setelah kadar air mencapai 4 %. Penggilingan dilakukan beberapa
kali untuk mendapatkan rendemen yang lebih besar. Bahan yang
telah kering tersebut digiling dengan ukuran 100 mesh. Pada skala
5-10 kg bahan baku ikan gabus, penggilingan diulang hingga tiga
kali untuk memberikan hasil dengan rendemen terbaik. Konsentrat
protein ikan gabus dalam bentuk tepung kemudian dimasukkan ke
dalam kapsul 0,7 gram secara manual.
Produksi di Lokasi Mitra
Rancangan proses produksi berdasarkan hasil optimal sklala
usaha yang telah dilakukan diaplikasikan di lokasi mitra
berdasarkan Prosedur Operasional Standar yang telah disusun
sebelumnya pada tahap scaling-up. Mitra menyiapkan tempat
produksi, beberapa peralatan produksi.
Proses difusi teknologi dilakukan melalui pelatihan dan
pendampingan proses produksi. Pelatihan terutama difokuskan
pada proses produksi termasuk pengadaan bahan baku dan rencana
pemasaran. Proses produksi yang dilakukan di lokasi mitra
disesuaikan dengan peralatan yang tersedia. Kapasitas satu kali
proses membutuhkan ikan gabus sebanyak 5 kg. Ikan gabus yang
digunakan berasal dari pasar di sekitar Abepura Jayapura. Untuk
proses selanjutnya jika kapasitas permintaan cukup besar, CV.
Ridha akan bermitra dengan pemasok ikan gabus yang kemudian
disimpan dalam keadaan beku setelah dibersihkan.
Hasil pelatihan dan uji coba produksi di lokasi mitra
menunjukkan bahwa dengan peralatan dan tenaga kerja yang ada
(dua orang) saat ini mitra hanya mampu memproses kurang lebih 5
kg ikan gabus setiap harinya (satu kali proses). Hasil produksi dari
bahan baku tersebut menghasilkan 700-800 gram konsentrat ikan
gabus (rendemen 14-15 %). Dengan kata lain bahwa kemampuan
mitra satu kali produksi adalah kurang lebih 1000 kapsul (0,7 gram
konsentrat protein/kapsul) atau sekitar 35 botol/hari (1 botol
berisi 30 kapsul konsentrat protein).
Untuk menghasilkan produksi 1000 botol/bulan maka
dibutuhkan bahan baku ikan sebanyak 150 kg/bulan atau 5 kg/hari.
Biaya total untuk bahan baku, termasuk bahan pendukung dan
kemasan adalah sebesar Rp. 13.500.000. Jika biaya bahan baku
ditambah dengan biaya operasional usaha dan penyusutan alat serta
memperhitungkan bunga bank, maka total pengeluaran perbulan
sebesar kurang lebih Rp. 25.000.000,-. Jika produksi per bulan
konstan 1000 botol, maka harga pokok produk konsentrat protein
ikan gabus adalah sebesar Rp.25.000,-/botol. Dari hasil analisis
ekonomi terlihat bahwa, jika produk dijual Rp 50.000/botol maka
0201: Abu Bakar Tawali dkk.
PG-246
telah memberikan keuntungan bersih rata-rata Rp. 25 juta per bulan
atau Rp. 260.000.000,-/tahun.
Produk yang dihasilkan oleh mitra diberi nama Probumin
Sentani. Pemasaran produk konsentrat protein ikan gabus sedang
dijajaki oleh mitra dalam dua bentuk yaitu penjualan langsung dan
penjualan melalui distributor atau perantara. Untuk penjualan
langsung, mitra usaha menjual langsung pada masyarakat yang
dilakukan melalui komunikasi langsung dengan masyarakat. Pada
tahap awal mitra telah menjual produk (sambil menunggu izin)
kebanyakan yang dikemas dengan plastik dengan satuan 10 sampai
20 kapsul per kemasan. Penjualan tidak langsung, mitra
bekerjasama dengan dokter atau orang tertentu sepeti pedagang
multi level yang selama ini telah memasarkan produk-produk
kesehatan. Untuk pemasaran ini lebih banyak menggunakan
kemasan botol dengan satuan 30 biji/botol.
memenuhi kebutuhan gizi keluarga terutama kebutuhan protein dan
berbagai alternatif diversifikasi olahan ikan gabus.
Untuk kalangan yang terkait dengan pemanfaatan produk
konsentrat ikan gabus (Probumin Sentani) kegiatan sosialisasi
dilakukan pada kegiatan pembukaan pertemuan dokter gigi se
Papua yang diadakan oleh Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI) cabang Papua. Kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih 40
dokter gigi dari berbagai wilayah di Papua. Selain itu dilakukan
presentasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura yang
dihadiri kurang lebih 50 peserta: dokter, tenaga medis lainnya dan
tenaga administrasi. Kegiatan ini dipandu langsung oleh Direktur
RSUD Jayapura.
Gambar 5. Workshop pada Masyarakat
Gambar 4. Produk ”Probumin Sentani”
Komunikasi Informasi dan Edulasi Masyarakat
Salah satu rangkaian kegitan difusi teknologi adalah kegiatan
edukasi pada masyarakat di Jayapura. Material untuk komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) produk seperti brosur, leaflet, poster
dan lain-lain telah dirancang dan dicetak untuk keperluan edukasi
masyarakat dan sekaligus sebagai media promosi produk yang
didifusikan di Jayapuara. Bahan-bahan tersebut berisikan profil,
kekhasan serta kegunaan dan manfaat produk konsentrat protein
yang berbahan baku ikan gabus dari Danau Sentani.
Kegiatan dilaksanakan dengan obyek masyarakat umum, stake
holder seperti kalangan dokter di rumah sakit melalui kegiatan
workshop, sosialisasi dan melalui media cetak dan elektronik di
Jayapura. Rangkaian sosialisasi diawali pada masyarakat di sekitar
wilayah mitra usaha. Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 50
orang ibu-ibu di wilayah Entrop Jayapura.
Selain itu telah dilaksanakan workshop dengan tema
Pemanfaatan Ikan Gabus Sebagai Makanan Tambahan (Food
Supplement) sumber Protein bagi Masyarakat Jayapura di Kota
Raja, Abepura, Jayapura bekerja sama dengan dinas kesehatan
setempat. Kegiatan ini dihadiri kurang lebih 50 orang utusan dari
posyandu dan wakil dari kelompok masyarakat di wilayah
Jayapura.
Kegiatan
workshop
yang
diadakan
selain
memperkenalkan produk konsentrat ikan gabus juga
memperkenalkan berbagai produk olahan dari ikan gabus bagi
masyakat seperti bakso, abon, ikan asap, sosis ikan gabus dan
berbagai kue basah yang berbahan baku ikan gabus, masalah
pemenuhan gizi keluarga, pemanfaatan ikan gabus untuk
Pada kegiatan tersebut selain diperkenalkan produk konsentrat
protein ikan gabus (Probumin Sentani), juga lebih banyak
dipaparkan hasil penelitian berupa manfaat konsentrat ikan gabus
sebagai food supplement untuk pasien pasien pasca operasi, gizi
buruk, luka bakar, penyakit TBC, liver, pasien stroke dan
HIV/AIDS dan lain-lain.
Kegiatan KIE ini diharapkan dapat memberi pemahaman,
pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan ikan gabus
sebagai sumber protein yang bermanfaat dalam meningkatkan gizi
masyarakat dan sebagai suplemen untuk mempercepat proses
penyembuhan berbagai penyakit.
IV. KESIMPULAN



Produk konsentrat protein ikan gabus terbukti dapat
digunakan sebagai food supplement untuk mempercepat
penyembuhan luka bakar, penyembuhan pasca operasi,
meningkatkan status gizi dan daya tahan anak kurang
gizi, pasien stroke, ODHA dan pasien penderita TBC.
Prosedur Operasional Standar (POS) proses pembuatan
konsentrat ikan gabus skala usaha telah berhasil dibuat
dan dijadikan acuan di dalam difusi teknologi pada
masyarakat di Jayapura.
UMKM Mitra (CV. Ridha) di Jayapura telah mampu
memproduksi konsentrat ikan gabus skala kecil, 1000
kapsul atau 35 botol (isi 30 kapsul) setiap harinya
0201: Abu Bakar Tawali dkk.


Produk yang dihasilkan, ”Probumin Sentani” dengan
rendemen 15 %, mengandung protein 86,81 % di mana
14-15 % adalah protein albumin
Edukasi
bagi
masyarakat
telah
dilaksanakan
masyarakat umum, stake holder seperti kalangan dokter,
rumah sakit melalui kegiatan workshop, sosialisasi dan
melalui media cetak dan elektronik di Jayapura untuk
memberi pemahaman, pengetahuan dan keterampilan
untuk memanfaatkan ikan gabus sebagai sumber
protein yang bermanfaat untuk meningkatkan gizi
masyarakat dan sebagai suplemen mempercepat proses
penyembuhan berbagai penyakit.
UCAPAN TERIMA KASIH
Disampaikan terima kasih kepada Kementerian Riset dan
Teknologi Republik Indonesia melalui Program Insentif SINas
yang telah mendanai penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Suprayitno, Eddy. 2003. Potensi Serum Albumin Dari
Ikan Gabus (Ophiocephalus streatus). Laporan Penelitian,
Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya, Malang.
[2] Taslim, N.A. 2004. Kecukupan Asupan Makanan pada
Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Wahidin. Laporan
penelitian Pusat Penelitian Pangan Gizi dan
KesehatanUnhas.
[3] Tawali A.B., Taslim, N.A., Veni Hadju, Faisal Attamimi.
2005.
Pembuatan
Tepung
Ikan
Gabus
dan
Pemanfaatannya. Laporan Penelitian Badan Penelitian
dan Pengembangan Daerah Sulsel.
[4] Anonim. 2009. “Danau Sentani Mendangkal Lima Meter
Setiap Tahun”, artikel di Harian Kompas, 30 Sept 2002,
diunduh
tanggal
10
Maret
2009
dari:
www.polarhome.com
[5] Taslim, N.A. A.B. Tawali, Veni Hadju, Faisal Attamini.
2007. Manfaat ikan Gabus sebagai makanan suplement
pengganti Albumin, Paten No. Publikasi 047.137.A pada
tgl 8 Maret 2007
[6] Santia, B. 2006. Pengaruh Subtitusi Tepung Ikan Gabus
Terhadap Mutu Biskuit Sebagai Makanan Tambahan
Anak Gizi Kurang. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
[7] Mulyati, 2007. Efek Pemberian Kapsul Albumin Ikan
Gabus terhadap Perubahan Status Gizi dan Status
Neurologis Penderita Stroke di RSUP dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
[8] Malle, S. 2009. Pengaruh Pemberian Protein Albumin
Ikan Gabus Terhadap Status Gizi dan Kadar
Hemoglobin Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Kabupaten Gowa. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
PG-247
[9] Hidayanti, H. 2007. Pengaruh Pemberian Kapsul
Konsentrat Ikan Gabus Pada Pasien Pasca Bedah di RSU
DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tesis Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
[10] Milasari, N. 2011. Pengaruh pemberian albumin ikan
Gabus terhadap penyembuhan luka seksio sesarea
elektif. Tesis Program Pascasarjana Unhas
[11] Djajakusli, S. 2009. Pengaruh Suplemen Kapsul Ekstrak
Protein Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) pada
Penderita Sindrom Nefrotik. Tesis Program Pascasarjana
Unhas
[12] Ashari, N. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan
Gabus (PujiminR) terhadap Peningkatan Imunitas
Penderita HIV/AIDS. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
[13] Salma, Wa Ode. 2007. Pengaruh Pemberian Kapsul Ikan
Gabus Terhadap Kadar Albumin Dan Status Gizi Pada
Pasien ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) Di RSU Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tesis Program
Pascasarjana Unhas
[14] Malle, J. 2008. Tepung Ikan Gabus untuk Penderita TBC.
Tesis Program Pascasarjana Unhas
Download