pendahuluan - Universitas Sumatera Utara

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Maraknya penggunaan formalin pada bahan makanan merupakan berita
yang sangat mengejutkan. Hal ini disebabkan karena penggunaan formalin yang
pada awalnya hanya digunakan untuk bahan pengawet mayat beralih ke pengawet
makanan. Dan bahaya yang ditimbulkan akibat pemakaian formalin ini adalah
menyebabkan kanker pada manusia yang berujung pada kematian.
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BB POM) telah melakukan
uji laboratorium pada 761 sampel makanan di beberapa kota besar Indonesia.
Hasilnya beberapa jenis bahan makanan olahan, yaitu mie basah, bakso, tahu, ikan
asin positif mengandung formalin. Makanan segar yang mengandung formalin
ditemukan juga pada ikan segar dan ayam potong. Formalin tidak saja ditemukan
pada bahan makanan yang dijual di pasar tradisional, tetapi juga pada bahan
makanan yang dijual di beberapa supermarket besar.
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi manusia. Dimana
formalin ini merupakan larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya
ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri seperti
industri olahan makanan, kertas, produk kehidupan sehari-hari (sabun, kosmetik,
sampo, dll) dan juga makanan yang masih segar. Jika kandungannya tinggi dalam
tubuh, maka formalin akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di
1
Universitas Sumatera Utara
2
dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang
menyebabkan keracunan pada tubuh.
Penggunaan formalin untuk mengawetkan makanan sesungguhnya telah
dilarang sejak tahun 1982. Pemerintah juga telah mengeluarkan dua peraturan
untuk mengatur penggunaan bahan kimia ini, yaitu tentang Pengamanan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan dan tentang Tata Niaga Impor dan Peredaran Bahan
Berbahaya Tertentu.
Beberapa hal yang menyebabkan pemakaian formalin untuk bahan
makanan adalah sebagai bahan tambahan makanan (pengawet) serta pengenyal
pada makanan olahan tertentu, harganya yang jauh lebih murah dibanding
pengawet lainnya, seperti natrium benzoat atau natrium sorbat. Selain itu, jumlah
yang digunakan tidak perlu sebesar pengawet lainnya, mudah karena bentuknya
larutan dan dapat ditemukan di toko bahan kimia dalam jumlah besar.
Selain makanan olahan, makanan segar juga ditambahkan formalin seperti
ikan dan ayam potong. Hal ini disebabkan agar bahan makanan tersebut tahan lama
keesokan harinya jika digunakan kembali dan ini biasanya dilakukan oleh para
pedagang agar mereka tidak mengalami kerugian.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis memilih bahan pangan yang
masih segar yaitu daging ayam yang digunakan untuk mendeteksi sejauh mana
formalin itu dapat mempertahankan keawetan bahan pangan tersebut dan
melakukan penelitian “Deteksi Daging Ayam Yang Diformalin Secara Visual,
Organoleptik, Kimia dan Fisika”.
Universitas Sumatera Utara
3
Tujuan Penelitian
Untuk mendeteksi daging ayam yang berformalin secara visual,
organoleptik, kimia dan fisika
Kegunaan Penelitian
- Sebagai sumber informasi untuk mendeteksi daging ayam yang berformalin
yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
- Sebagai sumber data di dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.
Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh konsentrasi formalin terhadap masa simpan daging ayam
dan sifat-sifatnya secara visual, organoleptik, kimia dan fisika yang dapat
dideteksi.
Universitas Sumatera Utara
Download